PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah bagi bayi manusia sebagaimana air
susu mamalia lain adalah alamiah bagi keturunannya. Pemberian ASI secara dini akan
memberikan nutrisi terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Disisi lain
pemberian ASI juga akan membangun daya tahan bayi, sehingga pemberian ASI akan
memproteksi kesehatan bayi terhadap berbagai penyakit infeksi dan berbagai penyakit
Dalam seri Lancet tahun 2003, dinyatakan bahwa 13% dari angka kematian balita
dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan ditambah lagi dengan
pengurangan 6% bila setelah 6 bulan kita memberikan ASI dan makanan pendamping
ASI yang tepat. Selain itu dengan memberikan ASI akan timbul rasa hubungan batin
Dari 194 negara yang dianalisis dalam laporan tersebut, Indonesia merupakan
salah satu dari 135 negara yang telah menyediakan beberapa bentuk upaya hukum terkait
dengan Kode Pemasaran Internasional Pengganti ASI dan berbagai resolusi yang telah
Indonesia yang ada saat ini hanya melindungi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Presentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran
1
masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relative rendah.
Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan
kerja. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula
sekalipun (Anik,2012).
Di wilayah Puskesmas Balongbendo pada tahun 2018 jumlah bayi yang diperiksa
dan diberi ASI eksklusif pada usia 0 – 6 bulan adalah 95 yaitu 48% dari jumlah bayi yang
ada 508. Hal ini mengalami peningkatan dibanding tahun – tahun sebelumnya. Untuk
tahun 2017 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah sebesar 77 yaitu sebesar 47,2%
atau dari jumlah bayi yang ada 163. Pada tahun 2016 bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif adalah 570 atau sebesar 55% atau dari jumlah bayi 1.037. Sedangkan untuk
tahun 2015 bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah 451 yaitu sebesar 54,80% atau dari
Pada tahun 2018 Desa Jabaran merupakan desa yang memiliki persentase
terendah dalam ASI Eksklusif yaitu 33% dari 6 bayi yang diperiksa, hanya 2 bayi saja
yang diberikan ASI Eksklusif. Jumlah bayi di Desa Jabaran total keseluruhannya pada
tahun 2018 adalah 23 yang terdiri dari 12 laki-laki dan 11 perempuan lalu ditetapkanlah
persentase 26% dan di dapatkan lah sampel 6 bayi di usia 0-6 bulan.
Sedangkan di Desa Singkalan jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan adalah 26,
diperiksa sebanyak 7 dan yang mendapat ASI Eksklusif adalah 3 orang dengan persentase
43%. Di Desa Kedung Sukodani jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif pada Usia 0-
6 bulan adalah 20 bayi dengan jumlah persentase yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak
50%, Di Desa Bakung Temenggungan jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan adalah
sebanyak 30 bayi, dengan persentase 40% yang mendapat ASI Eksklusif. Desa
2
Sumokembangsri mempunyai bayi 0-6 bulan pada tahun 2018 adalah sebanyak 29,
dengan yang diperiksa adalah sebanyak 14 dan persentase yang mendapat ASI Eksklusif
adalah sebanyak 50%. Di Desa Seduri jumlah bayi sebanyak 22 bayi dengan yang
diperiksa adalah 8 dan yang mendapat ASI Eksklusif adalah sebanyak 50%. Pada Desa
Wonokupang jumlah bayi 0-6 bulan sebanyak 23 bayi dengan jumlah yang diperiksa
adalah 6 bayi dengan presentasi bayi yang menyusui sebanyak 50%. Pada Desa
Waruberon jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 10 orang dengan yang
diperiksa 5 orang dan yang mendapat ASI Eksluif adalah sebanyak 60%. Di Desa
Bakalan Wringin jumlah bayi yang menyusui Eksklusif adalah sebanyak 50%.
Sedangkan persentasi bayi yang menyusui pada Desa Gagang Kepuh sari adalah
sebanyak 57%.
rendahnya penggunaan ASI eksklusif antara lain karena semakin banyaknya ibu yang
bekerja dalam rangka membantu perekonomian keluarga, tidak tersedianya waktu, sarana
dan prasarana menyusui ditempat kerja, serta penggunaan susu formula yang menjadi
tentang pentingnya ASI, dan cara menyusui dengan benar, rendahnya pelayanan
ASI eksklusif (PP-ASI), alasan ibu bekerja serta pemasaran yang dilancarkan secara
agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya
3
Perlunya meningkatkan perilaku pemberian ASI merupakan prioritas kesehatan
yang dinyatakan dalam tujuan Healthy People 2010. Meningkatkan durasi dan
eksklusivitas pemberian ASI telah dikaitkan dengan hasil kesehatan yang baik pada ibu
optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan
yang diberi ASI eksklusif sebanyak 33% dari jummlah keseluruhan bayi yang sedang
menyusui. Sedangkan target angka dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, pencapaian
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang “Beberapa Faktor Ibu Yang Memiliki Bayi Usia ≥ 7-12 bulan
Terhadap Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Desa Jabaran Kecamatan Balongbendo
Beberapa faktor apa yang mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif pada
bayi usia ≥ 7-12 bulan di Desa Jabaran Kecamatan Balongbendo , Kabupaten Sidoarjo?
4
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada ibu-ibu (sebagai populasi) yang sedang menyusui di
2. Pemberian ASI pada balita usia ≥ 7-12 bulan yang ada di wilayah desa Jabaran,
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo
5
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam penelitian lebih
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja sejak bayi dilahirkan
tambahan cairan lain, seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih.
Pada pemberian ASI eksklusif, bayi juga tidak diberikan makanan tambahan
seperti pisang, biscuit, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI eksklusif
kehidupan pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. Lebih lama bayi
mendapatkan ASI akan memberikan efek proteksi yang lebih kuat. Pada 6
bulan pertama, air, jus, dan makanan lain secara umum tidak dibutuhkan oleh
bayi. Makanan padat dapat diperkenalkan saat bayi berusia 6 bulan, untuk
7
B. Manfaat ASI
ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap. Nilai nutrisi ASI lebih besar
dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan otak, dan
memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh susu formula apapun. Susu
sapi mengandung jenis protein yang berbeda yang mungkin baik untuk anak
sapi, tetapi bayi manusia sulit mencernanya. Bayi yang mendapat susu
formula mungkin saja lebih gemuk dibandingkan bayi yang mendapat ASI,
tetapi belum tentu lebih sehat. Demikian pula, jenis asam lemak yang terdapat
awal. Dua puluh empat jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang penting
Secara keseluruhan proses menyusui melibatkan empat faktor yaitu (1) Bayi,
(2) Payudara, (3) Air Susu Ibu, (4) Otak ibu. Kita seringkali meremehkan
8
peran otak ibu dalam proses menyusui. Proses menyusui jalinan ikatan batin
jam pertama kehidupan sering dianggap sebagai cairan yang tidak cocok
tidak dapat masuk kedalam aliran darah dan akan melindungi bayi sampai
kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran nafas, infeksi
Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap dibanding bayi
yang mendapat susu formula. Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat
dalam ASI akan ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respons imun
susu formula. Saluran cerna dikatakan sehat apabila organ tersebut dapat
tidak ditemukan pada susu sapi ( atau sangat sedikit sekali). Oligosakarida
9
baik) di dalam saluran cerna. Saluran cerna bayi yang mendapat ASI
Menyusui, 2010).
botol, tidak perlu membeli susu formula, menakar dan mencampurnya. Oleh
karena menyusui bayi membutuhkan ekstra kalori, maka ibu yang ingin berat
osteoporosis pasca menapouse dilaporkan juga lebih kecil pada ibu menyusui
10
C. Manfaat ASI untuk Bayi
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI adalah makanan
bayi yang kualitas maupun kuantitas yang sempurna. Oleh karena itu
pemberian ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan
(Zuhanna, 2013).
( zat kekebalan tubuh) dari ibunya. Namun zat kekebalan ini akan
menurun dengan cepat segera setelah bayi lahir. Dengan pemberian ASI,
infeksi saluran cerna, kanker) dikemudian hari. Keperluan akan rawat inap
pun lebih sedikit pada bayi yang mendapat ASI disbanding bayi yang
11
sisa susu formula menjadi lebih lama sehingga akan menyebabkan
formula. ASI juga ikut berperan dalam proses pematangan saluran cerna
Selain itu ASI juga dapat membuat suasana asam dalam saluran
Beberapa Manfaat kesehatan bagi ibu dari Pemberian ASI antara lain:
setelah melahirkan (post partum) dapat berkurang. Hal ini terjadi karena
12
Seperti yang telah dijelaskan diatas, menyusui dapat mencegah
pendarahan karena reaksi vasokonstriksi dari oksitosin, hal ini juga dapat
c. Menjarangkan Kehamilan
kontrasepsi dengan murah, alami, aman, dan efektif. Cara ini dikenal
tiga criteria yaitu; tidak haid, ibu menyusui secara eksklusif, umur bayi
kanker ovum
g. Jalinan ikatan batin antara ibu dan bayi dibentuk dari proses menyusui.
Asuhan kehamilan atau yang biasa disebut Ante Natal Care (ANC) adalah
membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Saifuddin, 2007).
13
Tujuan dilakukannya asuhan antenatal, secara khusus dijelaskan oleh Saifuddin
berikut:
dikandungnya
dasar mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama kehamilan dan berbagai
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
secara mendadak dan efeknya terhadap organ tubuh terjadi secara berangsur-angsur.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk
14
ibu hamil. Saifuddin (2007) menjelaskan asuhan antenatal yang ideal jika dilakukan
a. Segera setelah mengetahui/ menduga adanya kehamilan selang waktu kurang lebih
kehamilannnya. Melalui kunjungan awal ini, kelainan yang mungkin ada atau timbul
dapat segera terdeteksi, selanjutnya penanganan yang tepat dapat segera diberikan.
Selain itu, pada pemeriksaann awal ini dapat ditentukan tanggal perkiran partus.
Jika HPHT (hari pertama haid terakhir) diketahui dan siklus menstruasi ± 28 hari
dapat menggunakan rumus Neagle. Namun jika HPHT tidak diingat, dapat
mengidentifikasi gerak bayi pertama dan nausea atau perasaan mual muntah.
Primigravida akan merasakan gerakan janinnya pertama kali pada usia 18 minggu.
Perasaan mual muntah (nausea) akan hilang pada usia 12-14 minggu.
c. Antara usia kehamilan 28-36 minggu, diharapkan ibu hamil melakukan ANC setiap
2 minggu sekali.
d. . > 36 minggu menjelang persalinan, frekuensi ANC dilakukan lebih sering, yaitu 1
minggu sekali. Apabila kehamilan termasuk risiko tinggi, perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun apabila kehamilan normal, minimal dilakukan 4
kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester I (usia kehamilan kurang dari 12
minggu)/ K1, 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 13-27 minggu)/ K2, dan 2 kali
pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)/ K3 dan K4 (Adriansz, 2008).
15
Pusdiknakes (2003) menjabarkan tentang keempat kunjungan tersebut sebagai
berikut:
dilakukan pada usia kehamilan > 14 minggu. Pada kunjungan pertama ini,
tujuannya adalah:
sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
mengancam jiwa.
sebagainya)
PIH, pantauan tekanan darah, kaji adanya edema dan periksa urine untuk
protein.
16
Kunjungan ketiga (K3) adalah sekitar minggu ke 28-36 dan sesudah
letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit (RS)
Menurut Ari, (2009) bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standart
badan dan tinggi badan, ukur (Tekanan) darah, ukur (Tinggi) fundus uteri,
tablet selama hamil, Tes terhadap penyakit seksual menular, Temu wicara
F. BALITA
Balita atau biasa disebut dengan bawah lima tahun adalah anak usia di bawah
lima tahun (Muaris, 2006). Balita dibagi menjadi dua yaitu batita dan balita, batita
adalah anak dengan umur satu sampai tiga tahun dan balita adalah anak dengan umur
tiga sampai lima tahun (Price &Gwin, 2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 24
Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak Pasal 1 di mana balita adalah anak
Pertumbuhan balita dimulai dengan usia satu tahun tiga bulan yang umumnya
memiliki lingkar kepala 48 cm, berat badan 11 kg dan tinggi badan 78,7 cm. usia dua
tahun pertumbuhan balita mulai terlihat dengan lingkar dada lebih besar dari pada
17
lingkar kepala, lingkar kepala mengalami perubahan namun tidak terlalu mencolok
yaitu 49,5 cm sampai 50 cm, berat badan meningkat mulai dari 1,8 sampai 2,7 kg,
tinggi badan bertambah 10 sampai 12,5 cm. memasuki usia tiga tahun berat badan
anak mulai bertambah empat kali lipat dari saat anak dilahirkan dan gigi pertama
Anak usia tiga tahun memiliki berat badan 1,8 sampai 2,7 kg dengan rata- rata
14,5 kg dan rata-rata tinggi badan 95 cm. Pertumbuhan anak usia empat tahun sama
dengan usia 3 tahun, di mana rata-rata berat badan 16,5 kg dan rata-rata tingginya
103 cm. Anak usia 5 tahun mulai mengalami peningkatan dengan rata-rata berat
Kesehatan anak sangat penting untuk masa pertumbuhan, sehingga orang tua
harus memperhatikan makanan, lingkungan dan kesehatan anak dari lahir hingga
anak dapat mengontrol dirinya sendiri. Balita sangat rentan terhadap berbagai
penyakit mulai dari lahir hingga usia 4 tahun, penyakit yang sering terjadi pada anak
Pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan
telah menjadi rekomendasi WHO adalah memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan; meneruskan pemberian ASI
sampai anak berumur 24 bulan. Hal ini didukung dengan keberadaan Undang-undang
No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128 mengamanatkan setiap bayi berhak
18
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan (Pusat
Menurut Dirjen Gizi dan KIA, keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui
bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan,
Pemberian ASI eksklusif pada bayi bukan hanya tanggung jawab ibu saja.
Dukungan suami, keluarga dan masyarakat serta pihak terkait lainnya sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kembali pemberian ASI eksklusif pada bayi. Kepala
keluarga, dalam hal ini suami juga memiliki tanggung jawab besar untuk
sukses dengan adanya dorongan suami kepala ibu menyusui memberikan ASI pada
bayi. Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI pasti
memandikan bayi dan memberikan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha focus
19
H. Pengaruh status ekonomi orangtua dengan pemberian ASI
peluang lebih besar untuk memberikan ASI Eksklusif karena susu formula
untuk membeli susu sehingga tidak mencukupi kebutuhan yang lain dibanding
status sosial ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan,
formula.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
satu aspek yang berpengaruh pada tingkat pendapatan sebagai salah satu
faktor ekonomi. Biasanya hal ini dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.
sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan ASI serta
20
gencarnya iklan susu formula di media massa, anak yang diasuh oleh
pengasuh/nenek kakeknya.
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri sendiri dan keluarganya.
Pekerjaan ibu dapat mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang bekerja
lingkungannya lebih luas dan informasi yang didapat juga lebih banyak
sehingga dapat merubah perilaku yang positif. Ibu yang bekerja menyebabkan
bayinya pada usia dini dalam jangka waktu yang cukup lama setiap harinya,
angkatan kerja serta cuti yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja
eksklusif pada anaknya dikarenakan sebagian besar ibu lulusan SMA ke atas
dan memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI. Tingkat pendidikan yang
21
anggota kelompok pendukung yang berpendidikan SMA maka responden
eksklusif pada bayi usia 06 bulan, salah satunya status ekonomi atau
bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan
Indonesia, salah satu faktor pendukung adalah suami yang merupakan orang
setelah bayi lahir termasuk pemberian ASI. Dukungan yang diberikan suami
yang bersifat emosional dan psikologis yang diberikan pada ibu menyusui.
Sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu
yang berkaitan dengan reflex oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan
22
sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan memperlancar produksi ASI. Di
Australia, praktek pemberian ASI eksklusif terbukti 1,5 kali lebih berhasil
bulan meningkat pada kelompok studi yang mengikutsertakan ayah dan ibu
dalam menyusui dibanding kelompok studi yang hanya diikuti oleh ibu.
terjaga naluri menghisapnya sangat kuat. Saat menyusui, mulut bayi harus
terbuka lebar. Putting diletakkan sejauh mungkin dalam mulut bayi, pastikan
bibir dan gusi bayi berada disekitar areola tidak hanya di posisi menyusui
Bayi baru lahir perlu sering disusui. Meskipun tidak perlu dengan jadwal
yang ketat, bayi perlu disusui bila memperlihatkan tanda lapar atau paling
tidak setiap 2 jam. Bayi baru lahir harus disusui 8 sampai 12 kali setiap 24 jam
lainnya. Pada beberapa minggu awal setelah lahir, bayi harus dibangunkan
untuk menyusui bila telah 4 jam tidak menyusui. Hal tersebut akan
bayi akan lebih terjadwal rutin. Oleh karena ASI lebih mudah dicerna
dibandingkan susu formula, maka bayi yang menyusu terlihat minum lebih
Menyusui, 2010).
23
Bayi menyusu tidak membutuhkan air putih, karena akan mempengaruhi
persediaan ASI. ASI 87-90% terdiri atas air. Makin sering bayi menyusu,
makin banyak ASI yang diproduksi oleh ibu. Bayi baru lahir harus belajar
menyusu. Kita harus memberikan waktu kepada bayi untuk mengenal pola
berbeda dibanding menghisap putting yang sebenarnya, oleh karena itu tidak
Pada awal setelah melahirkan, putting ibu dapat dikeringkan dengan udara
setiap kali selesai menyusui untuk mencegah lecet. Bila putting ibu lecet, ibu
Berusia 6 Bulan
24
menyusu, padahal ASI kaya dengan gizi yang sempurna untuk
bayi.
d. Pemberian air atau air manis dalam minggu pertama usia bayi
bakteri pathogen.
diberi air putih, teh, minuman herbal lainnya beresiko terkena diare
2-3 kali lebih banyak disbanding bayi yang diberi ASI eksklusif
(Lingkagesproject, 2001).
25
a. Saat bayi berusia 6 bulan keatas, sistem pencernaanya sudah
berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap untuk
yang belum sempurna. Pada beberapa kasus yang ekstrim ada juga
Sebagian besar penyakit yang sering terjadi, seperti flu, infeksi kulit, atau
diare tidak ditularkan melalui ASI. Di lain pihak, pada saat ibu menderita
26
penyakit tersebut dan akan melindungi bayi dari penyakit yang sama.
Walaupun demikian, beberapa virus tetap dapat melawan ASI, seperti virus
HIV yang dapat menyebabkan AIDS. Wanita dengan HIV positif sebaiknya
tidak menyusui bila terdapat susu pengganti yang memenuhi syarat AFASS
Seorang ibu yang terkena kanker payudara tetap dapat menyusui bayinya
bukti ilmiah terpercaya, ada pendapat yang menyatakan bahwa hormone yang
karena takut obat tersebut dapat mengganggu bayi, padahal kebanyakan obat
hanya sebagian yang dapat melalui ASI dan jarang berakibat pada bayi. Jadi
misalnya tidak dapat kita mengobati bayi dengan menyuruh ibu memakan
obat tersebut. Memang ada beberapa obat yang sebaiknya bila ibu
bayi, karena tidak semua obat dapat melalui ASI (Maryunani, 2012).
27
Tabel 2.1 Pemberian obat pada ibu menyusui
1. Uraian :
a. Tidak jarang, dalam pelayanan pada ibu di area kebidanan, petugas kesehatan
Untuk beberapa ibu yang mengalami ketergantungan obat ini perlu tetap
sesuai.
b. Saat ini kontak langsung kulit dengan kulit telah diketahui sebagai hal
penting, walau bagaimana atau apapun jenis susu yang diberikan sehingga
kebutuhan bayinya.
2. Minimalisasi bahaya :
menyusui, sehingga:
28
a. Ibu diberitahu mengenai efek yang mungkin terjadi pada bayi akibat obat-
c. Benzodiazepin.
a. Penyalahgunaan
b. Farmakologi :
1) Efek terhadap ibu, misalnya timbul perasaan senang (euporia) atau bergetar,
premature, ketuban pecah dini, resiko berat lahir rendah dan gangguan
c. Infeksi.
d. Implikasi sosial.
5. Peran nasehat laktasi : Sebaiknya dicari nasehat dari perawat keluarga dan
dan alkohol, dimana terdapat ketidakpastian cara memberikan saran pada ibu
29
yang ketergantungan obat dengan mempertimbangkan menyusui. (Perinasia,
2009)
ASI Eksklusif
Jadi dapat diartikan bahwa yang menuntun manusia untuk berbuat dan
diri dan lingkungannya. Karena itu akan berbeda sikap orang yang
permasalahan yang ada disekitarnya. Dalam hal ini hal yang dimaksud
30
membeli susu botol, dan pada akhirnya cenderung untuk memberikan
ASI pada bayinya. Bisa juga oleh karena penghasilan keluarganya yang
kurang itu, maka ibu diharuskan untuk bekerja sehingga tidak ada waktu
ibu yang bekerja tidak dapat meberikan ASI eksklusif secara penuh
atau di rumah saja pasti lebih banyak memeliki banyak waktu kepada
1999).
4. Pemberian PASI
5. Jumlah anak
31
6. Pemahaman ibu tentang ASI eksklusif
1999).
7. Frekuensi penyuluhan
1999).
setelah usia 40 hari dengan nasi atau pisang, ternyata masih sulit
anjuran dari orang tua atau mertua, sehingga sampai saat ini budaya
32
Adanya sebuah kasih sayang ibu yang terlalu berlebihan juga dapat
ibu yang tidak mengetahui kalau bayi berada di bawah 6 bulan belum
selain ASI dengan alasan bayi tidak akan kenyang jika hanya diberi ASI
atau bayi tidak terlihat besar kalau asupan yang diberikan terhadap
2000).
menjadi kendor sebab memberikan ASI terhadap bayinya. Hal ini dapat
33
BAB III
A. Kerangka konsep
Faktor Internal
Pengetahuan Ibu
Usia Ibu
Faktor Eksternal
Dukungan Keluarga
Pendapatan Keluarga
Sarana ASI
Keterangan:
Variabel yang diteliti
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
study Case Control. Kemudian dianalisis menggunakan uji Odds Ratio. Dalam penelitian
ini akan menguji seberapa besar pengaruh faktor pengetahuan, tingkat pendidikan, Usia,
Kabupaten Sidoarjo.
C. Populasi
1. Sampel kasus
Sebagai sampel kasus diambil Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
2018 adalah sebanyak 17 orang. Kasus diambil pada bulan oktober 2018 dengan
35
Tingkat Pendidikan Ibu, Usia Ibu dan Pekerjaan Ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif.
2. Sampel Kontrol
dan control tidak harus 1:1, tetapi juga bisa 1:2 atau 1:3 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Suyatno, 2010). Oleh karena sampel kasus
sudah tertentu besarnya 17 Ibu yang tidak member ASI Eksklusif maka besar
a. Kriteria Inklusi
2002) yaitu :
a. Semua kasus Ibu tidak ASI Eksklusif baru pada bulan Oktober 2018.
sidoarjo.
36
c. Bersedia menjadi informan.
sidoarjo.
b. Kriteria eksklusi
a. Semua kasus Ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bulan Oktober
b. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif namun tidak hadir atau tidak dapat
a. Semua Ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bulan Oktober 2018
c. Bukan Ibu yang menyusui Eksklusif pada bulan Oktober 2018 yang tidak
D. Sampel
1. Besar Sampel
37
Diambil menggunakan pendekatan analisis kesetaraan yang terdiri dari 2
sampel, yaitu sampel kasus dan kontrol, dimana 17 orang adalah Ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif dan 17 Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif desa
Teknik ini dikerjakan dengan cara mengambil sampel yang disesuaikan dengan
Sidoarjo.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Ibu
2. Variabel terikat
Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian Ibu tidak memberikan
ASI Eksklusif bulan Oktober 2018 di desa Jabaran, kecamatan balongbendo kabupaten
sidoarjo.
38
E. Definisi Operasional Variabel
39
Pekerjaan ibu menyusui Kuisioner (Wiraswasta, Nominal
ibu yang saat ini PNS,
menyusui TNI/POLRI,
Swasta)
- Tidak bekerja
(Ibu Rumah
Tanggga)
4 Umur ibu Kategori usia ibu Lembar - Remaja Akhir Skala
menyusui yang Kuisioner ≥ 17 tahun Nominal
telah memasuki - Dewasa akhir
usia deewasa atau > 36 tahun
belum memasuki
usia dewasa,
kedewasaan
berdasarkan
kriteria
diperbolehkannya
perkawinan
sesuai dengan
UU perkawinan
tahun 1974
5 ASI Kelompok bayi Lembar - ASI Eksklusif Skala
Eksklusif yang hanya Kuisioner ( bayi yang Nominal
menerima ASI menerima ASI
dari ibu atau susu usia 0-6
ibu, atau ASI bulan)
peras, tidak - Tidak ASI
menerima cairan Eksklusif
atau makanan (Bayi yang
lain kecuali sirup tidak
vitamin, menerima ASI
suplementasi usia 0-6
mineral atau obat bulan)
1. Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi yang
2. Data Sekunder
40
Data sekunder, yaitu data yang pengumpulan dan pengolahannya bukan dari
usaha sendiri, tetapi dilakukan oleh pihak lain. Dalam hal ini data yang diperoleh dari
diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden. Data yang telah terkumpul
dari hasil kuisoner selanjutnya diolah. Selain itu kami juga mendapatkan data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan rumus uji odds ratio. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variable. Pada sampel yang mempunyai pengetahuan cukup diberikan kode “1”
dan pengetahuan kurang diberikan kode “2”. Pada sampel yang tidak memberikan
ASI Eksklusif diberikan kode “1” dan yang memberikan ASI Eksklusif diberikan
kode “2”.
41
lebih lanjut.
e. Tabulating
1. 100 % : Seluruhnya
2. 76 – 99 % : Hampir Seluruhnya
3. 51 – 75 % : Sebagian Besar
4. 50 % : Setengahnya
5. 26 – 49 % : Hampir Setengahnya
6. 1 – 25 % : Sebagian Kecil.
7. 0 % : Tidak Satupun
H0 : Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan tentang ASI pada Ibu yang tidak
memberikan ASI.
42
H1: Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan tentang ASI pada Ibu yang tidak
memberikan ASI
43