Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

STATUS ASMATIKUS

Oleh :
Fildza Lovelia Pribadi

KMF Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. Soekandar
Mojokerto
2021

BAB 1
LAPORAN KASUS STATUS ASMATIKUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. Sartumi

Umur : 59 tahun

Tanggal lahir : 01 April 1957

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Mojosari

Suku : Jawa

II. Anamnesa

a. Keluhan Utama

Sesak

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak disertai batuk, ada dahak tapi sulit keluar, mual (-), muntah (-),

nafsu makan turun, BAB dan BAK lancar

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (+) sejak 16 tahun yang lalu.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat asma

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalize
Keadaan umum : lemah

Kesadaran : kompos mentis

GCS : 456

A/I/C/D :-/-/-/-

BB/ TB : 15 kg/ 100 cm

Vital Sign

Tensi :110/70 mmHg

Nadi :80 x/menit

Suhu :36,50C

Respiratory Rate :20 x/ menit

B. Status Regional

Kepala

Dalam batas normal

Thoraks

- Cor : Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo: Bising napas dasar vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing +/+

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, distended (-)

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : nyeri tekan (-),

Ekstremitas

Akral hangat kering merah, edema (-)


IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 23 juli 2016

- Gula darah puasa : 135 mg/dL

- Gula darah 2JPP : 198 mg/dL

- Eritrosit : 3,01 x 106 /uL

- Hemoglobin : 9,5 g/dL

- Hematokrit : 26,3%

V. Diagnosa Kerja : Status Asmatikus

VI. Diagnosa Banding:- Asma Bronkiale

- PPOK

VII. Penatalaksanaan :

- Infus RL 14 tpm

- Drip Aminophillin 1 ampul/ fl

- Injeksi Sanpicillin 3x1

- Injeksi Omeprazole 2x1

- Injeksi Ondansentron 3x4 mg

- Nebul Combivent 3x/ hari

- Per oral Codein 3x10 mg

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Asmatika

Definisi Penyakit asmatika di masyarakat sering disebut sebagai bengek,

asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma

merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang

bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan

penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008).

Asmatika adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang di

karakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada

jalan nafas). (Polaski, 1996). Asmatika adalah gangguan pada jalan nafas

bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M.

Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,

reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap

stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne, 2001).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu

penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,

ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan

nafas. Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma,

yaitu :

- Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas

- Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi

- Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik


- Bersifat reversibel

Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan

asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara

terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya

perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2

jam. (Medlinux,2008)

2. Klasifikasi Asma

Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang

disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-

obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga

dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak

berhubungan secara spesifik dengan alergen.

Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan

fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai

pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi

lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain

alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

Gambaran klinis Status Asmatikus :

- Penderita tampak sakit berat dan sianosis.

- Sesak nafas, bicara terputus-putus.

- Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab

penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat.


- Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi

lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah

kemudian jatuh ke dalam koma. (Medlinux,2008)

3. Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang

disebabkan oleh :

- Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

- Pembengkakan membran bronkus.

- Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

Faktor Ekstrinsik

Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh

adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen-

inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang

Faktor Intrinsik

Infeksi :

- Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial

virus (RSV)

- Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus

- Jamur, misalnya aspergillus

Cuaca :
- Perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan

dengan percepatan iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan

udara

Emosional :

- Takut, cemas dan tegang aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari

4. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan

psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-

otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya

kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga

terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh

berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan

ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi

darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa

yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat

penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan

riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering

ditemukan adanyafaktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik

seperti flu, latihan fisik,dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.

Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang

sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu

serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan

tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja

dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asmatika yaitu :

1) Tingkat I :

a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan

test provokasi bronkial di laboratorium.

2) Tingkat II :

a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru

menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :

a. Tanpa keluhan.

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan

nafas.

c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang

kembali.

4) Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan

nafas.

5) Tingkat V :

a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan

asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan

yang lazim dipakai.

b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang

reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi

otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak

letih, takikardi.

6. Pemeriksaan Penunjang :

a. Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

- Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

- Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

- Tes provokasi bronkial seperti :

Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani,

hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

- Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik

dalam tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.


d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah

pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

8. Terapi/Pengobatan

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara

pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Pengobatan asma dapat dibagi atas :

1. Pengobatan Simptomatik

Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :

a. Mengatasi serangan asma dengan segera.

b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.

c. Mencegah serangan berikutnya. (Medlinux,2008)

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :


- Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)

 Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia di Puskesmas dalam

kemasan ampul 2 cc. Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000

injeksi subcutan. Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal

0,25 cc. Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30

menit.

 Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan

efektif diberikan peroral.

 Salbutamol. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg

dan 4 mg. Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten

bekerja cepat dengan efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1

mg/kg BB (Medlinux,2008)

- Bronkodilator golongan teofilin

 Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg

BB/hari oral atau IV.

 Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan

injeksi 240 mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-

pelan. Dapat diulang 6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan.

Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB (Medlinux,2008)

- Kortikosteroid.

Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai

dalam keadaan pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut

maupun kronis tidak memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan


asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus).

Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan

dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off.

Obat pilihan hidrocortison dan dexamethason (Medlinux,2008)

- Ekspektoran.

Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam

saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh

karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan. Sebaiknya jangan

memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian yang ada

di Puskesmas adalah Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP),

Glicseril guaiakolat (GG) (Medlinux,2008)

- Antibiotik

Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh

rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang

meninggi. (Medlinux,2008)

2. Pengobatan Profilaksis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang

paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-

faktor yang menyebabkan bronkospasme.

Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang,

dengan cara kerja obat sebagai berikut :

a. Menghambat pelepasan mediator

b. Menekan hiperaktivitas bronkus. Hasil yang diharapkan dari pengobatan


profilaksis adalah :

- Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.

- Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.

- Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.

- Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi

serangan dan meringankan beratnya serangan.

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol.

b. Disodium Cromolyn.

c. Ketotifen.

d. Tranilast. (Medlinux,2008)

3. Tatalaksana kasus di puskesmas :

Dengan segala keterbatasan yang ada dokter Puskesmas harus bisa

memberikan pertolongan kepada penderita serangan asma. Penegakkan

diagnosa yang tepat dengan tindakan yang benar, cepat dan akurat akan

sangat menolong penderita. (Medlinux,2008)

a. Tatalaksana Asma Akut Intermiten

 Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau

 Salbutamol : 3 X 0,05-0,1 mg/kg BB

 Bila ada batuk berikan ekspectoran

 Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika (Medlinux,2008)

b. Tatalaksana Asma Berat Dan Status Asmatikus


 Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian,

atau Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan.

Catatan : pemberian Adrenalin pada orang tua harus hati-hati, dan

tidak boleh diberikan pada penderita hipertensi dan penyakit jantung.

 Dexametason 5 mg IV.

 Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.

 Bila tidak ada respon dianggap sebagai Status Asmatikus :

– Pasang infus Glukosa 5% atau NaCl 0,9% : 2-3 lt/24 jam.

– Rujuk segera ke Rumah Sakit. (Medlinux,2008)


BAB III

PENUTUP

Dari pembahsan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Status

asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat

atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang

lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang

sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam. (Medlinux,2008)

Asmatika adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan

dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah

penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi

berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit

gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai

dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus

terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.


DAFTAR PUSTAKA

Medicafarma. 2008. Asma Bronkiale. Diakses 14 Mei 2010 dari Medicafarma:


http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html
Medlinux.
Muchid, dkk. 2007. Penatalaksanaan Asma Bronkial . Diakses 14 Mei 2010 dari
Medicine and Linux: http://medlinux.blogspot.com/2008/07/
penatalaksanaan-asma-bronkial.html
Tanjung, D. 2003. Pharmaceutical care untuk penyakit asma . Diakses 14 Mei
2010 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI:
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf

Anda mungkin juga menyukai