BAB I
PENDAHULUAN
Skenario pada focus group discussion ini menceritakan tentang peningkatan kematian
disebabkan oleh campak. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan
Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang meninggal akibat campak,
sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita (WHO, 2015).
termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang
menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus
campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah
kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014
sebesar 5,13 per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar
4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan
kelompok umur 14 tahun sebesar 30% dan 27,6%. Kabupaten bintang papua terdapat
peningkatan mortalitas yang disebabkan oleh campak pendataan empat tim terpadu
penanggulangan campak dan gizi buruk mencatat sejak januari tahun 2018 lalu terdapat 100
korban akibat wabah campak dan gizi buruk. 64 anak – anak meninggal akibat campak dan 3
Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi demam, batuk,
pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang
2
menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012), kejadian campak disebabkan oleh adanya
interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen mengakibatkan
keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan
Giarsawan et al (2012), faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur,
status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian,
kematian dapat dipicu dengan komplikasi penyakit yaitu bronkhopneumonia yang timbul akibat
penurunan daya tahan anak yang menderita campak. Cara yang efektif untuk mencegah penyakit
campak yaitu dengan imunisasi balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi
campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia (Kemenkes
RI, 2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak, karena
imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit termasuk campak (Nugrahaeni,
2012). Menurut hasil penelitian Rahmayanti (2015), tidak ada hubungan status imunisasi dengan
kejadian campak (OR= 0,112). Namun, Giarsawan et al (2012) menyimpulkan bahwa anak yang
tidak diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan yang
diimunisasi. Menurut Widagdo (2012), campak sangat mudah menular. Sebesar 90% penderita
memiliki riwayat kontak dengan penderita lain. Penyebaran virus terjadi melalui droplet besar
dari saluran nafas, namun ada juga yang menular melalui droplet kecil lewat udara yang dihirup.
Orang yang pernah kontak dengan penderita lain biasanya tertular setelah 14-15 hari dari virus
tersebut masuk (Setiawan, 2008). Masuknya virus campak pada pengungsi dengan orang-orang
yang rentan masih cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan KLB yang berat dengan angka
kematian yang tinggi. Sehingga riwayat kontak sangat berbahaya dan dapat menyebabkan KLB.
3
Menurut penelitian Mujiati (2015), anak yang pernah kontak dengan penderita campak
meningkatkan 3,7 kali untuk menderita campak dibandingkan yang tidak kontak. Menurut
Chandran (2009), masalah gizi juga disebabkan oleh sosial ekonomi dan rendahnya
pendidikan ibu, serta pekerjaan ibu dirumah (66,2%) cenderung mempunyai anak dengan
gizi yang baik dibandingkan yang bekerja diluar rumah. Pendidikan formal orang tua
mempunyai peluang terhadap kejadian malnutrition, besarnya peluang tersebut yaitu
4,4% dan diperkotaan 5,0% (Semba et al., 2008). Peng et al. (2008) menyimpulkan anak-
sebesar 5,1 kali. Keadaan gizi buruk akan menurunkan fungsi sistem imun seperti sel makrofag
dan limfosit. Kekurangan nutrisi akan mengakibatkan berat badan anak menjadi turun, lemah,
dan mudah terserang infeksi. Status gizi yang kurang dapat memengaruhi kekebalan tubuh anak
dan efektivitas vaksin imunisasi campak. Anak dengan status gizi baik tidak mudah terkena
campak karena kekebalan tubuh mereka didukung oleh pemenuhan gizi yang baik sehingga anak
tidak mudah terkena infeksi. Malnutrisi juga berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
1. Tujuan umum
Mengetahui program dan penanganan apa saja untuk menangani kasus penyakit campak di
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hal yang dapat menyebabkan penyakit campak di kabupaten bintang
papua.
3. Untuk mengetahui program – program yang dapat dilakukan dan mengatasi penyakit
BAB II
II.1 Skenario
Papua adalah provinsi di ujung timur Indonesia, pada bulan September 2017 dua
dari kabupaten yang ada di Papua mengalami bencana kelaparan. Hingga bulan Januari 2018
Bintang. Kesemuanya meninggal oleh karena gizi buruk disertai penyakit campak atau
diare. Kabupaten Bintang terletak di pegunungan Bintang dengan jarak 286 km dari Agats
ibukota Asmat. Kabupaten Bintang memiliki 23 distrik dab selama bulan Januari telah
ditemukan 28 orang meninggal oleh karena gizi buruk yang terdiri dari 10 anak perempuan,
12 anak laki-laki, 2 dewasa pria dan 4 wanita. Dinas Kesehatan telah melakukan penyisiran
di Kabupaten Bintang dan ditemukan 57 orang gizi buruk dan 586 orang menderita campak.
Lokasi Kabupaten Bintang yang bergunung-gunung, transportasi yang sulit karena beberapa
wilayah hanya dapat ditempuh melalui transportasi air, dimana transportasi air yang ada
adalah perahu yang dikayuh hingga memerlukan menginap di perjalanan untuk mencapai
rumah sakit terdekat. Sementara diketahui pustu terdekat sudah beberapa bulan petugasnya
tidak hadir oleh karena komitmen yang rendah. Masyarakat di kabupaten ini masih hidup
untyk tempat tinggal menyebabkan hewan buruan semakin berkurang. Sebagai petugas
kesehatan yang bertugas di Dinas Kesehatan di Kabupaten Bintang apa yang dapat anda
II.2 Analisis
Dari data pada skenario diatas dapat di analisis permasalahan sebagai berikut :
Kabupaten Asmat dan Kabupaten Bintang. Pada dasarnya penyakit campak disebabkan
B. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit campak di daerah papua
diperbaiki dengan meningkatkan status gizi masyarakat maka imunitas tubuh penderita
akan menjadi lebih baik sehingga penularan penyakit campak dapat ditekan. Untuk
C. Lokasi Kabupaten Bintang terletak pada daerah yang kurang strategis dimana untuk
perahu yang dikayuh yang memerlukan menginap untuk mencapai rumah sakit terdekat.
Sehingga apabila terdapat masyarakat yang sakit untuk penanganannya tidak dapat
dilakukan secara cepat. Dan apabila melakukan pencegahaan dengan vaksin, vaksin bisa
rusak.
D. Petugas kesehatan pada pustu terdekat beberapa bulan terakhir jarang hadir, sehingga
komunikasi dengan masyarakat jarang terjadi, informasi tidak tersampaikan dengan baik,
maksimal.
7
PROSES INPUT
Kurangnya kualitas
gizi makanan Kurangnya penyuluhan
Alat transportasi Kurangnya
sulit komitmen tenaga
kurangnya pelaksanaan kesehatan
program PUSTU Minimnya Tidak berjalannya program
Akses yang sulit pendapatan imunisasi
Tidak
masyarakat
berjalannya
Kurangnya isolasi penderita Kurangnya perhatian dari program pustu
DINKES
Tingkat pengetahuan
masyarakat yang rendah
Kurangnya penanggulangan penularan Persediaan
vaksin terbatas
Budaya masyarakatnya
yang berpindah-pindah
Jauhnya fasilitas
pelayanan kesehatan
LINGKUNGAN
Management
Metode
Man
Money
Facility
8
II.4 Pembahasan
II.4 A Campak
1. Definisi
oleh virus campak. Gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-
bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Gejala khas merupakan bercak
kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka,
2. Epidemologi
tempat vaksinasi campak belum tersedia dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta
kematian setiap tahunnya. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Menyerang golongan umur 5-9 tahun, tapi di
negara belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita campak akan mendapatkan kekebalan secara
pasif sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang
Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2014,
angka insidens campak di wilayah South-East Asia (SEARO) ialah 93.748 kasus.
Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000
9
dan 202.000 di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak
tersebut berasal dari Indonesia. Di Indonesia sendiri pada tahun 2012, dilaporkan terdapat
15.987 kasus campak dari 32 provinsi yang melaporkan adanya kasus dan di Sulawesi
Utara kasus campak sebanyak 110 kasus. Status gizi adalah kondisi tubuh yang
dipengaruhi oleh diet; kadar nutrisi dalam tubuh dan kemampuan untuk menjaga
integritas metabolik normal. Merupakan salah satu faktor yang dianggap memengaruhi
imunitas seorang anak. Kondisi dengan malnutrisi dan defisiensi vitamin A membuat
anak lebih rentan terhadap infeksi dan infeksi juga berkontribusi dalam kekurangan gizi.
untuk berfungsi dengan baik. Defisiensi vitamin A merupakan penyebab utama dan
malnutrisi dilihat dari data berat badan menurut umur dan sekitar 230 juta mengalami
stunted dilihat dari tinggi badan menurut umur. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, prevalensi status gizi berdasarkan BB/TB pada balita
di Provinsi Sulawesi Utara menunjukan angka 2,6% (sangat kurus), 6,7% (kurus), 82,3%
(normal), dan 8,5% (gemuk).12 Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang
merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab-akibat. Penyakit infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek mempermudah terkena infeksi.
3. Etiologi
10
Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae. Virion
diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleokapsid yaitu heliks dari protein RNA dan
sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya. Tonjolan pendek ini
disebut pepfomer, dan terdiri dari hemaglutinin (H) peplomer yang berbentuk bulat dan
fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell- shape). Berat molekul dari
Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak
aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama
beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang. Reservoir
penyakit campak adalah manusia dengan suseptbiIitas pada semua orang (universal).
Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran
nafas ( droplet) mulai han ke-9 sampai ke-l0 (pada beberapa kasus kejadian pata hari ke-7)
setelah pemaparan, pada permulaan periode prodromal yang sering kali terjadi sebelum
diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini berangsur-angsur berkurang
Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dan anak-anak yang
belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan
dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas sekitar 34 jam pada suhu
kamar.
4. Patogenesis
hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai
11
dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum
timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Virus campak menempel
dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan
kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7
hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam
yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan
pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)
mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada
susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvelesen,
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
deskuamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
5. Patofisiologi
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
Campak disebabkan oleh paramiksovirus dan biasa dijumpai pada anak serta
menular melalui percikan liur (droplet) yang terhirup. Masa inkubasi asimtomatiknya
adalah 7-12 hari sebelum penyakit muncul. Ditandai dengan gejala awal (masa
12
prodormal) yang diikuti oleh ruam . Penyakit Campak mempunyai masa inkubasi 10-14
hari. Mula-mula hanya seperti flu biasa (selama 24 jam) hingga kemudian demam tinggi,
menggigil, malaise, sakit kepala, fotopobia, batuk-batuk, yang berlangsung 4-7 hari.
Timbul lesi, dimulai di palatum molle (langit-langit lunak), lalu bintik-bintik Koplik
(bintik-bintik putih dikelilingi halo terang di daerah mukosa pipi) dan akhirnya timbul
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam
dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,
pilek, mata merah (3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama
makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
membelah diri secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional,
13
dimana terjadi pembelahan diri selanjutnya. Bertambah banyaknya virus didalam kelenjar
jaringan dan organ limpoid termasuk kulit, ginjal, saluran cerna, dan hati yang mungkin
dibawa oleh makrofag paru-paru. Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel
endothelial, epielial, dan monosit/makrofag. Karena sel yang diinfeksi virus campak
mempunyai kemampuan untuk mengadakan fusi maka terbentuk sel raksasa multinukleus.
Sel ini cenderung berada di bagian perifer germinal center, dan pada jaringan limfe
submukosa serta diperkirakan merupakan sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain.
Setelah terjadi amplikasi virus pada kelenjar limfe regional, maka terjadi viremia
dimana virus menyebar melalui darah dan menginfeksi organ-organ didalam tubuh.
Banyak studi telah membuktikan bahwa viremia mengikuti sel terjadi sebelum dan pada
saat timbulnya ruam, tetapi sangat jarang dapat ditemukan adanya viremia didalam
plasma, dan bila ada hanya ditemukan sebelum munculnya antibody netralisasi. Sel
pertama yang diinfeksi didalam darah adalah monosit. Infeksi virus campak pada garis
penempel yang dapat mendorong masuknya sel ke dalam jaringan, sehingga ia ikut
berpartisipasi untuk menyebar virus. Sel leukosit selain monosit dapat juga diinfeksi
secara in vitro, dan mungkin juga dapat diinfeksi secara in vivo, yang juga dapat
membantu untuk menyebarkan infeksi. Pada fase akhir viremia dapat disertasi dengan
leukopenia.
6. Gejala Klinis
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu,
sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar
dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai
seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan
b. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah
koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum
mole. Kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk
telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian
bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang
c. Stadium konvalesensi
pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila
ada komplikasi.
7. Diagnosis
15
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih.
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis.
Gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya penyakit
campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam pada kulit. Hal
seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda, penderita dengan
immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang sebelumnya
telah mendapat imunisasi campak. Karena banyak penderita menunjukkan gejala yang
tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
2. Deteksi virus.
a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuklear darah tepi, sekresi saluran
nafas, usapan konjungtiva dan dalam urine. Tetapi virus campak sangat sulit
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva atau
proten N virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
16
memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan
diagnosis.
3. Mendeteksi antibodi.
Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul bersamaan dengan
munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari sesudah munculnya
ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun hingga tidak dapat
dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama untuk
mengetahui apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.
adalah:
RNAvirus.
3. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya ruam
pada kulit) dan pada fasse konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG spesifik
campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antar fase akut dan konvalesen 4 kali
lipat.
17
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. Simptomatik
b. Non Farmakologi
a. Bed rest, pasien campak harus diisolasi karena penyakit ini sangat infeksius.
9. Pencegahan
a. Imunisasi aktif diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis
Indikasi :
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai
diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu
vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3
10. Komplikasi
18
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative). Keadaan ini
bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energy protein, penderita penyakit
menahun seperti tuberculosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.
Angka kejadian encephalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan
encephalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000
dosis.
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai
oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,
kejang, dan koma. Perjalanan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan
sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan
masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia
2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi
morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
19
penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bias timbul sampai 7 tahun
kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun
tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
Didapatkan pada anak yang dengan morbili yang sedang menderita defisiensi
10. Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila
ada komplikasi.
II.4 B Malnutisi
1. Pengertian Malnutrisi
Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di
20
bawah rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD.
Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar.
1. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut
gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan-perubahan
yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, rambut,atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit
akan menjadi keriput sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-
antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas.Beberapa
pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan
usia yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.Di dalam ilmu gizi, status gizi
dari ketiganya.
a. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan
Badan:3
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita
1. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan
pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala
marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput yang
disebabkan karena lemak dibawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut),
balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.
22
Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot serta
energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk kelangsungan hidup jaringan.
jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat.Hal ini
seperti marasmus,kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
mental,pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan maupun berat,
dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati
ditemukan perlemakan.
Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan hati dan
oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan jumlah kalori yang
cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang
amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot.
23
Kurangnya pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino
3. Marasmiks-Kwashiorkor
gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut umur
(U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.
4. Faktor risiko
1. Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat makanan
bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita
adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein
menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam
makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan
50% dari karbohidrat. Kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori
golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak perlu
disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila sudah berumur
2-2,5 tahun. Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan sendiri
sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin. Memilih makanan yang
tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan
24
jenis bahan makanan yang dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah
Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut
Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi
gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat
pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan
protein(OR 2,364) dan energi (OR 1,351) balita merupakan faktor risiko status gizi balita.
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah
segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.
Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi
keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.Selain itu rendahnya
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan
gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah
berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang
bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi yang mencari
penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara reguler di luar
25
rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan
pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan
anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak dilakukan dengan
sebagaimana mestinya.
Masyarakat tumbuh dengan kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih
yang berstatus tinggi yaitu antara laintenaga administrasi tata usaha, tenaga ahli teknik
dan ahli jenis, pemimpin,dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah
maupun swasta dan pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan operator alat
terdapat hubungan bermakna status ekonomi dengan kejadian gizi buruk p=0,0001.
3. Pendidikan Ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan
persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang
Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi
dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana
dan sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri,
Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang bisa saling
melandasi tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan
menengah adalah lanjutan dari pendidikan dasar yaitu Sekolah Menengah Atas atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan setelah
pendidikan menengah yang terdiri dari program diploma, sarjana, magister, spesialis,
berhubungan dengan status gizi balita karena pendidikan yang meningkat kemungkinan
akan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya beli makanan. Pendidikan
seseorang.
4. Penyakit Penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
a. Diare persisten : sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih
yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini
sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.
Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit
paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk. Anak yang
menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan,
28
sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan
terdapat perbedaan penyakit yang bermakna antara balita KEP dengan balita
d. Pengetahuan ibu
makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki
kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan
kehidupan sehari-hari.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak
terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur
kehamilan kurang dari minggu ini pada umumnya disebabkan oleh tidak
lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai
organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar
rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin
29
kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir kecil
untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan saat
berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu
yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia
neonatus, bayi,dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh BBLR.
Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti
penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga
asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat
Lombok Timur BBLR terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi
f. Kelengkapan imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi
tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang
lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah dengan imunisasi. Imunisasi
merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang
dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah
30
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk
negara. Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi
dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem
terjangkit sakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh
balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai
dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya
dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap
1. BCG : vaksin untuk mencegah TBC yang dianjurkan diberikan saat berumur 2
bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun dan
3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua kemudian 5
31
3. Polio : imunisasi ini terdapat 2 macam yaitu vaksi oral polio dan inactivated
polio vaccine.Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah diberikan dan murah
4. DPT : vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan
dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitu pada usia 9 bulan dan pada usia 6
tahun.
diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11 bulan yang
polysaccharida.
tahun dan usia 13 tahun diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8mg.
g. ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya
menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei
Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat,
makanan terbaik bagi bayi sampaienam bulan, dan disempurnakan sampai umur
dua tahun. Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat
antara lain oleh karena praktis, mudah, murah, sedikit kemungkinan untuk terjadi
kontaminasi, dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu
yang penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada
ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang
diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung
nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi.
Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung
antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini
yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan
dapat berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan
dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan
susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu
33
formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.
Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare.
BAB III
RENCANA PROGRAM
34
MxIxV
No MASALAH M I V C P=
1 Penanganan dan 4 3 3 2 18
pencegahan campak
2 Pencegahan terjadinya 3 3 3 3 9
malnutrisi
yang kompeten
4 Mengadakan penyuluhan 2 2 2 1 8
tentang pentingnya gizi
yang cukup kepada
masyarakat
4 3 2 4 6
Melakukan deteksi dini
5 pada masyarakat yang
mengalami gizi buruk
Keterangan :
35
A. Uraian Kegiatan
N Kegiatan Sasaran Target Vol Rincian Kegiatan Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Keg anaan a
iata
an warga mencegah seb data pada warga mas dan sebula - Meja
- Mendata seluruh
warga yang
beresiko terkena
campak
- Memberikan
edukasi kepada
seluruh warga
kabupaten
37
bintang
- Laptop
- Kursi
kan acara berumur warga sem acara penyuluhan mas warga sampai i
- Kursi
kan acara berumur warga yang sem pemantauan gizi kota berumur i
Senin
penyuluh diatas berumur ing pada anak 20-45
rabu - Ruangan
an 20-45 diatas 20 gu - mengajar para tahun
- Lcd
penangan tahun tahun dapat orang tua nutrisi
38
i - Kursi
pengobat dan para mengobati jad konsultasi kepada pemba petugas - lcd
menderita
campak
- Kursi
39
BAB IV
1. Kesimpulan
a. Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular, penyakit tersebut
b. Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung
c. Status gizi yang kurang dapat memengaruhi kekebalan tubuh, sehingga pada orang
dengan status gizi yang buruk akan mudah terkena berbagai macam penyakit infeksi,
termasuk campak.
40
d. Peningkatan status gizi sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka mortalitas dan
e. Perlu adanya evaluasi program dari puskesmas untuk meningkatkan program peningkatan
gizi masyarakat dan program imunisasi wajib dari pemerintah, serta pemantauan secara
f. Prevalensi kematian yang diakibatkan karena penyakit campak yang di sertai dengan
malnutrisi semakin meningkat terutama pada daerah dengan geografis terpencil yang
membutuhkan waktu yang ekstra untuk mencapai sarana kesehatan lanjut seperti rumah
sakit. Penatalaksanaan keadaan ini meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier.
g. Program yang dapat dilakukan oleh puskesmas dalam mengatasi penularan campak
2. Saran
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk menangani campak antara lain:
a. Melakukan screening atau deteksi dini pada masyarakat wilayah puskesmas secara cepat
dan tepat.
c. Mengadakan evaluasi dan pengawasan secara berkala dengan mendata hasil dari
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC (2013) Measles in Indonesia, USA: Centers for Disease Control and Prevention
2. NURANI, DIAN SARI (2012) GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS CAMPAK DI
KOTA CIREBON TAHUN 2004-2011 (STUDI KASUS DATA SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI CAMPAK DI DINAS KESEHATAN KOTA CIREBON). Undergraduate
thesis, Diponegoro University.
3. Pudjiadi AH, dkk. Campak. Dalam Pudjiadi AH. Pedoman pelayananmedis ikatan dokter
anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat IkatanDokter Anak Indonesia; 2010: 33-5
4. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Campak. DalamSoedarmo SSP,
Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi kedua.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010: 109-18
5. Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
42