Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Skenario pada focus group discussion ini menceritakan tentang peningkatan kematian

disebabkan oleh campak. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan

Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang meninggal akibat campak,

sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita (WHO, 2015).

Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di negara berkembang

termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang

menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus

campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah

kasus meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera

Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014

sebesar 5,13 per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar

4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan

kelompok umur 14 tahun sebesar 30% dan 27,6%. Kabupaten bintang papua terdapat

peningkatan mortalitas yang disebabkan oleh campak pendataan empat tim terpadu

penanggulangan campak dan gizi buruk mencatat sejak januari tahun 2018 lalu terdapat 100

korban akibat wabah campak dan gizi buruk. 64 anak – anak meninggal akibat campak dan 3

orang meninggal akibat gizi buruk ini. 

Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi demam, batuk,

pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang
2

menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012), kejadian campak disebabkan oleh adanya

interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen mengakibatkan

keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan

Giarsawan et al (2012), faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur,

status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian,

ventilasi, riwayat kontak,dan pengetahuan ibu.

Menurut Widagdo (2012) penyakit campak dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya

kematian dapat dipicu dengan komplikasi penyakit yaitu bronkhopneumonia yang timbul akibat

penurunan daya tahan anak yang menderita campak. Cara yang efektif untuk mencegah penyakit

campak yaitu dengan imunisasi balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi

campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia (Kemenkes

RI, 2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak, karena

imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit termasuk campak (Nugrahaeni,

2012). Menurut hasil penelitian Rahmayanti (2015), tidak ada hubungan status imunisasi dengan

kejadian campak (OR= 0,112). Namun, Giarsawan et al (2012) menyimpulkan bahwa anak yang

tidak diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan yang

diimunisasi. Menurut Widagdo (2012), campak sangat mudah menular. Sebesar 90% penderita

memiliki riwayat kontak dengan penderita lain. Penyebaran virus terjadi melalui droplet besar

dari saluran nafas, namun ada juga yang menular melalui droplet kecil lewat udara yang dihirup.

Orang yang pernah kontak dengan penderita lain biasanya tertular setelah 14-15 hari dari virus

tersebut masuk (Setiawan, 2008). Masuknya virus campak pada pengungsi dengan orang-orang

yang rentan masih cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan KLB yang berat dengan angka

kematian yang tinggi. Sehingga riwayat kontak sangat berbahaya dan dapat menyebabkan KLB.
3

Menurut penelitian Mujiati (2015), anak yang pernah kontak dengan penderita campak

meningkatkan 3,7 kali untuk menderita campak dibandingkan yang tidak kontak. Menurut

Amosu  et  al.  (2011) tingginya masalah gizi dipengaruhi berbagai faktor yang

saling  berinteraksi,  seperti   kemisikinan, pendidikan,  ketersediaan  pangan  di  tingkat rumah

tangga,  yang akan berdampak terhadap rendahnya  pendapatan keluarga.  Selain  itu menurut

Chandran (2009), masalah  gizi juga disebabkan oleh sosial ekonomi dan rendahnya

pendidikan  ibu,  serta  pekerjaan  ibu  dirumah (66,2%)  cenderung  mempunyai  anak  dengan

gizi  yang  baik  dibandingkan  yang  bekerja diluar  rumah.  Pendidikan  formal  orang  tua

mempunyai  peluang  terhadap  kejadian malnutrition,  besarnya  peluang  tersebut  yaitu

pendidikan  kepala  keluarga  2,9%  didaerah pedesaan  5,4%  diperkotaan,  pada  ibu dipedesaan

4,4% dan diperkotaan 5,0% (Semba et al., 2008). Peng et al. (2008) menyimpulkan anak-

anak  yang  tinggal  didaeran  pedesaan sebesar 6,7 kali mempunyai resiko gizi kurang akibat

keterbatasan dalam persediaan makanan, sedangkan orangtua yang bekerja menyumbang

sebesar  5,1  kali. Keadaan gizi buruk akan menurunkan fungsi sistem imun seperti sel makrofag

dan limfosit. Kekurangan nutrisi akan mengakibatkan berat badan anak menjadi turun, lemah,

dan mudah terserang infeksi. Status gizi yang kurang dapat memengaruhi kekebalan tubuh anak

dan efektivitas vaksin imunisasi campak. Anak dengan status gizi baik tidak mudah terkena

campak karena kekebalan tubuh mereka didukung oleh pemenuhan gizi yang baik sehingga anak

tidak mudah terkena infeksi. Malnutrisi juga berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan

mortalitas terhadap infeksi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana mengendalikan kejadian penyakit campak di kabupaten bintang papua

C. Tujuan Penelitian
4

1. Tujuan umum

Mengetahui program dan penanganan apa saja untuk menangani kasus penyakit campak di

kabupaten bintang papua

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hal yang dapat menyebabkan penyakit campak di kabupaten bintang

papua.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya malnutrisi di kabupaten bintang papua.

3. Untuk mengetahui program – program yang dapat dilakukan dan mengatasi penyakit

campak di kabupaten bintang papua.

4. Untuk meningkatkan komitmen tenaga kesehatan puskesmas terdekat.


5

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II.1 Skenario

Papua adalah provinsi di ujung timur Indonesia, pada bulan September 2017 dua

dari kabupaten yang ada di Papua mengalami bencana kelaparan. Hingga bulan Januari 2018

tercatat 68 orang meninggal di Kabupaten Asmat dan 28 orang meninggal di Kabupaten

Bintang. Kesemuanya meninggal oleh karena gizi buruk disertai penyakit campak atau

diare. Kabupaten Bintang terletak di pegunungan Bintang dengan jarak 286 km dari Agats

ibukota Asmat. Kabupaten Bintang memiliki 23 distrik dab selama bulan Januari telah

ditemukan 28 orang meninggal oleh karena gizi buruk yang terdiri dari 10 anak perempuan,

12 anak laki-laki, 2 dewasa pria dan 4 wanita. Dinas Kesehatan telah melakukan penyisiran

di Kabupaten Bintang dan ditemukan 57 orang gizi buruk dan 586 orang menderita campak.

Lokasi Kabupaten Bintang yang bergunung-gunung, transportasi yang sulit karena beberapa

wilayah hanya dapat ditempuh melalui transportasi air, dimana transportasi air yang ada

adalah perahu yang dikayuh hingga memerlukan menginap di perjalanan untuk mencapai

rumah sakit terdekat. Sementara diketahui pustu terdekat sudah beberapa bulan petugasnya

tidak hadir oleh karena komitmen yang rendah. Masyarakat di kabupaten ini masih hidup

berpindah-pindah dengan mata pencaharian sebagai pemburu. Dengan pembukaan hutan

untyk tempat tinggal menyebabkan hewan buruan semakin berkurang. Sebagai petugas

kesehatan yang bertugas di Dinas Kesehatan di Kabupaten Bintang apa yang dapat anda

lakukan untuk mengatasi bencana kelaparan ini.


6

II.2 Analisis

Dari data pada skenario diatas dapat di analisis permasalahan sebagai berikut :

A. Penyakit campak di daerah Papua menyebabkan banyaknya penduduk yang meninggal di

Kabupaten Asmat dan Kabupaten Bintang. Pada dasarnya penyakit campak disebabkan

oleh virus melaui droplet ataupun kontak dengan penderita.

B. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit campak di daerah papua

adalah memperbaiki gizi buruk dari masyarakatnya. Apabila malnutrisnya dapat

diperbaiki dengan meningkatkan status gizi masyarakat maka imunitas tubuh penderita

akan menjadi lebih baik sehingga penularan penyakit campak dapat ditekan. Untuk

memenuhi kebutuhan gizi yang cukup diperlukan adanya perbaikan sumberdaya

masyarakat sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat

C. Lokasi Kabupaten Bintang terletak pada daerah yang kurang strategis dimana untuk

menjangkaunya melewati medan pegunungan dan membutuhkan transportasi air berupa

perahu yang dikayuh yang memerlukan menginap untuk mencapai rumah sakit terdekat.

Sehingga apabila terdapat masyarakat yang sakit untuk penanganannya tidak dapat

dilakukan secara cepat. Dan apabila melakukan pencegahaan dengan vaksin, vaksin bisa

rusak.

D. Petugas kesehatan pada pustu terdekat beberapa bulan terakhir jarang hadir, sehingga

komunikasi dengan masyarakat jarang terjadi, informasi tidak tersampaikan dengan baik,

edukasi terhadap masyarakat kurang sehinggan penanganan terhadap penyakit tidak

maksimal.
7

II. 3 Diagram Fishbone

PROSES INPUT
Kurangnya kualitas
gizi makanan Kurangnya penyuluhan
Alat transportasi Kurangnya
sulit komitmen tenaga
kurangnya pelaksanaan kesehatan
program PUSTU Minimnya Tidak berjalannya program
Akses yang sulit pendapatan imunisasi
Tidak
masyarakat
berjalannya
Kurangnya isolasi penderita Kurangnya perhatian dari program pustu
DINKES
Tingkat pengetahuan
masyarakat yang rendah
Kurangnya penanggulangan penularan Persediaan
vaksin terbatas

Kurangnya pengetahuan masyarakat ttg


penggunaan APD Tingginya
prevalensi
campak
Keadaan geografi
terpencil
Terbatasnya
sumber makanan

Budaya masyarakatnya
yang berpindah-pindah
Jauhnya fasilitas
pelayanan kesehatan

LINGKUNGAN

Management

Metode

Man

Money

Facility
8

II.4 Pembahasan

II.4 A Campak

1. Definisi

Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular disebabkan

oleh virus campak. Gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-

bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar

kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Gejala khas merupakan bercak

kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka,

kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, kadang-kadang berakhir dengan

pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.

2. Epidemologi

Campak merupakan penyakit endemis di berbagai belahan dunia terutama di

tempat vaksinasi campak belum tersedia dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta

kematian setiap tahunnya. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian

menyebabkan kekebalan seumur hidup. Menyerang golongan umur 5-9 tahun, tapi di

negara belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita campak akan mendapatkan kekebalan secara

pasif sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang

sehingga bayi lebih rentan terkena campak.

Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2014,

angka insidens campak di wilayah South-East Asia (SEARO) ialah 93.748 kasus.

Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000
9

dan 202.000 di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak

tersebut berasal dari Indonesia. Di Indonesia sendiri pada tahun 2012, dilaporkan terdapat

15.987 kasus campak dari 32 provinsi yang melaporkan adanya kasus dan di Sulawesi

Utara kasus campak sebanyak 110 kasus. Status gizi adalah kondisi tubuh yang

dipengaruhi oleh diet; kadar nutrisi dalam tubuh dan kemampuan untuk menjaga

integritas metabolik normal. Merupakan salah satu faktor yang dianggap memengaruhi

imunitas seorang anak. Kondisi dengan malnutrisi dan defisiensi vitamin A membuat

anak lebih rentan terhadap infeksi dan infeksi juga berkontribusi dalam kekurangan gizi.

Kekurangan gizi merupakan penyebab utama kematian anak di negara yang

berpenghasilan rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kemampuan sistem tubuh

untuk berfungsi dengan baik. Defisiensi vitamin A merupakan penyebab utama dan

kematian di negara berkembang.

WHO memperkirakan bahwa 175 juta anak di negara berkembang mengalami

malnutrisi dilihat dari data berat badan menurut umur dan sekitar 230 juta mengalami

stunted dilihat dari tinggi badan menurut umur. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, prevalensi status gizi berdasarkan BB/TB pada balita

di Provinsi Sulawesi Utara menunjukan angka 2,6% (sangat kurus), 6,7% (kurus), 82,3%

(normal), dan 8,5% (gemuk).12 Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang

merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab-akibat. Penyakit infeksi dapat

memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek mempermudah terkena infeksi.

Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi adalah campak

3. Etiologi
10

Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae. Virion

campak berbentuk spheris, pleomorfik, dan mempunyai sampul (envelope) dengan

diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleokapsid yaitu heliks dari protein RNA dan

sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya. Tonjolan pendek ini

disebut pepfomer, dan terdiri dari hemaglutinin (H) peplomer yang berbentuk bulat dan

fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell- shape). Berat molekul dari

single stranded RNA adalah 4,5 X 10.

Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak

aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama

beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang. Reservoir

penyakit campak adalah manusia dengan suseptbiIitas pada semua orang (universal).

Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran

nafas ( droplet) mulai han ke-9 sampai ke-l0 (pada beberapa kasus kejadian pata hari ke-7)

setelah pemaparan, pada permulaan periode prodromal yang sering kali terjadi sebelum

diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini berangsur-angsur berkurang

dan berakhir pada hari ke-4 dari masa timbul ruam.

Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dan anak-anak yang

belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan

dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas sekitar 34 jam pada suhu

kamar.

4. Patogenesis

Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret

hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai
11

dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum

timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Virus campak menempel

dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan

kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus

menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7

hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar

patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan

perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit

menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam

yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan

pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)

mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada

susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvelesen,

hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi

deskuamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat

perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

5. Patofisiologi

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang

infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus

campak adalah epitel saluran nafas nasofaring.

Campak disebabkan oleh paramiksovirus dan biasa dijumpai pada anak serta

menular melalui percikan liur (droplet) yang terhirup. Masa inkubasi asimtomatiknya

adalah 7-12 hari sebelum penyakit muncul. Ditandai dengan gejala awal (masa
12

prodormal) yang diikuti oleh ruam . Penyakit Campak mempunyai masa inkubasi 10-14

hari. Mula-mula hanya seperti flu biasa (selama 24 jam) hingga kemudian demam tinggi,

menggigil, malaise, sakit kepala, fotopobia, batuk-batuk, yang berlangsung 4-7 hari.

Timbul lesi, dimulai di palatum molle (langit-langit lunak), lalu bintik-bintik Koplik

(bintik-bintik putih dikelilingi halo terang di daerah mukosa pipi) dan akhirnya timbul

erupsi (macula) diwajah, ekstremitas atas dan badan.

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan

berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi

berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar

pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari

infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam

dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang

tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,

pilek, mata merah (3C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama

makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10

sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam

makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan

menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan

hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi

desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat

perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka

membelah diri secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional,
13

dimana terjadi pembelahan diri selanjutnya. Bertambah banyaknya virus didalam kelenjar

limfe mengakibatkan terjadinya viremia primer, kemudian virus menyebar ke berbagai

jaringan dan organ limpoid termasuk kulit, ginjal, saluran cerna, dan hati yang mungkin

dibawa oleh makrofag paru-paru. Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel

endothelial, epielial, dan monosit/makrofag. Karena sel yang diinfeksi virus campak

mempunyai kemampuan untuk mengadakan fusi maka terbentuk sel raksasa multinukleus.

Sel ini cenderung berada di bagian perifer germinal center, dan pada jaringan limfe

submukosa serta diperkirakan merupakan sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain.

Setelah terjadi amplikasi virus pada kelenjar limfe regional, maka terjadi viremia

dimana virus menyebar melalui darah dan menginfeksi organ-organ didalam tubuh.

Banyak studi telah membuktikan bahwa viremia mengikuti sel terjadi sebelum dan pada

saat timbulnya ruam, tetapi sangat jarang dapat ditemukan adanya viremia didalam

plasma, dan bila ada hanya ditemukan sebelum munculnya antibody netralisasi. Sel

pertama yang diinfeksi didalam darah adalah monosit. Infeksi virus campak pada garis

keturunan sel makrofag dapat meningkatkan ekspresi LFA-1, merupakan molekul

penempel yang dapat mendorong masuknya sel ke dalam jaringan, sehingga ia ikut

berpartisipasi untuk menyebar virus. Sel leukosit selain monosit dapat juga diinfeksi

secara in vitro, dan mungkin juga dapat diinfeksi secara in vivo, yang juga dapat

membantu untuk menyebarkan infeksi. Pada fase akhir viremia dapat disertasi dengan

leukopenia.

6. Gejala Klinis

a. Stadium kataral (prodormal)


14

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise,

batuk, fotofobia, konjungtivitis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu,

sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar

dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai

seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan

sering didiagnosis sebagai influenza.

b. Stadium erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah

koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum

mole. Kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk

makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang

telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-

kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam

kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian

bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang

berakhir dalam 2-3 hari.

c. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)

yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, sering ditemukan

pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila

ada komplikasi.

7. Diagnosis
15

Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut

CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih.

2. Demam 38,30C (1010F).

3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis.

Gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya penyakit

campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam pada kulit. Hal

seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda, penderita dengan

immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang sebelumnya

telah mendapat imunisasi campak. Karena banyak penderita menunjukkan gejala yang

tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan darah rutin

biasanya ditemukan lekositosis dan peningkatan LED namun jarang ditemukan.

2. Deteksi virus.

a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuklear darah tepi, sekresi saluran

nafas, usapan konjungtiva dan dalam urine. Tetapi virus campak sangat sulit

ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus jarang digunakan

untuk menegakkan diagnosis penyakit campak.

b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva atau

urinedapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat

sel raksasa dan mendeteksi antigen dengan menggunakan antibodi terhadap

proten N virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
16

c. Pemeriksaan jaringan langsung pada penderita dengan imunocompromised

karenarespon antibodinya tidak terbentuk.

d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan diamplifikasi

memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan

diagnosis.

3. Mendeteksi antibodi.

a. Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan serologi.

Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul bersamaan dengan

munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari sesudah munculnya

ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun hingga tidak dapat

dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama untuk

mengetahui apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.

Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium

adalah:

1. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya

gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan mendeteksi

RNAvirus.

2. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munulnya gejala untuk

mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus.

3. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya ruam

pada kulit) dan pada fasse konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG spesifik

campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antar fase akut dan konvalesen 4 kali

lipat.
17

8. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

1. Simptomatik

Parasetamol untuk menurunkan demam dosis 10-15mg/kg BB.

2. Vitamin A dosis 400.000 IU, untuk reepitelisasi.

b. Non Farmakologi

a. Bed rest, pasien campak harus diisolasi karena penyakit ini sangat infeksius.

b. Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup.

9. Pencegahan

a. Imunisasi aktif diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis

1000 TCID 50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan.

b. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi :

 Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,kontak

dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.

 Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai

resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini,maka harus

diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu

vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3

bulan setelah pemberian imunoglobulin.

10. Komplikasi
18

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat

terjadi alergi (uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative). Keadaan ini

menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi antara lain:

a. Bronkopnemonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,

streptococcus, staphylococcus. Bronkopnemonia ini dapat menyebabkan kematian

bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energy protein, penderita penyakit

menahun seperti tuberculosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan

tertentu perlu dilakukan pencegahan.

b. Komplikasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan

mental, neuritis optica dan ensefalitis.

c. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.

Angka kejadian encephalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan

encephalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000

dosis.

d. SSPE (Subacute Scleroting Panencephalitis)

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai

oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,

kejang, dan koma. Perjalanan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan

sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan

masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia

2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi

morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
19

bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita

penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bias timbul sampai 7 tahun

kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun

kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1

tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.

e. Immunosupresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak yang dengan morbili yang sedang menderita defisiensi

imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

10. Prognosis

Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis

buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila

ada komplikasi.

Morbiditas campak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:

a. Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.

b. Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita.

c. Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.

II.4 B Malnutisi

1. Pengertian Malnutrisi

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi,

kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di
20

bawah rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun.

Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD.

Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar.

2. Pengukuran Gizi Buruk

Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:

1. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut

gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan-perubahan

yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti kulit, rambut,atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit

akan menjadi keriput sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-

bercak putih atau merah muda (crazy pavement dermatosis).

2. Pengukuran antropometrik : pada metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran

antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas.Beberapa

pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan

usia yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.Di dalam ilmu gizi, status gizi

tidak hanya diketahui denganmengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara

sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakankombinasi

dari ketiganya.

Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori :

a. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.

c. Tergolong gizi baikjika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.


21

d. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan

(bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :

a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b. Pendek jika hasil ukur –3 SD sampai dengan <-2 SD.

c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang

Badan:3

a. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b. Kurus jika hasil ukur –3 SD sampai dengan < -2 SD.

c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.

Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita

dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.

3. Klasifikasi Gizi Buruk

Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 :

1. Marasmus

Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan

pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala

marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput yang

disebabkan karena lemak dibawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut),

balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.
22

Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot serta

menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan proses fisiologis.Tubuh membutuhkan

energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk kelangsungan hidup jaringan.

Untuk memenuhi kebutuhan energi cadangan protein juga digunakan. Penghancuran

jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga

untuk sistesis glukosa.

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh

asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat.Hal ini

seperti marasmus,kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi

buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan

mental,pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan maupun berat,

gejala gastrointestinal,rambut kepala mudah dicabut,kulit penderita biasanya kering

dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan

hiperpigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati

ditemukan perlemakan.

Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan hati dan

oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme jaringan yang

sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan jumlah kalori yang

cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan

kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang

terdapatcukup karbohidrat menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam

amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot.
23

Kurangnya pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam amino

dalam serum yang kemudian menimbulkan oedema.

3. Marasmiks-Kwashiorkor

Marasmic-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa

gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut umur

(U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.

4. Faktor risiko

Faktor risiko gizi buruk antara lain :

1. Asupan makanan

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak

tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat makanan

bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita

adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein

menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam

makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan

50% dari karbohidrat. Kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori

menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.

Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan misalnya pada

golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak perlu

disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila sudah berumur

2-2,5 tahun. Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan sendiri

sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin. Memilih makanan yang

tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan
24

jenis bahan makanan yang dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah

sesuai dengan hidangan yang dikehendaki.

Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang

beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut

mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang.

Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi

gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat

pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan

buah. Menurut penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Magelang, konsumsi

protein(OR 2,364) dan energi (OR 1,351) balita merupakan faktor risiko status gizi balita.

2. Status sosial ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah

segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.

Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi

keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan

berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.Selain itu rendahnya

kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan

gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah

kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi

berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan

makanan yang kurang bergizi.

Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang

bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi yang mencari

penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara reguler di luar
25

rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan

pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan

anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak dilakukan dengan

sebagaimana mestinya.

Masyarakat tumbuh dengan kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih

dihargai secara sosial ekonomi di masyarakat.Pekerjaan dapat dibagi menjadi pekerjaan

yang berstatus tinggi yaitu antara laintenaga administrasi tata usaha, tenaga ahli teknik

dan ahli jenis, pemimpin,dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah

maupun swasta dan pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan operator alat

angkut. Menurut penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kampar Kepulauan Riau

terdapat hubungan bermakna status ekonomi dengan kejadian gizi buruk p=0,0001.

3. Pendidikan Ibu

Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan

persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.

Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang

rendah. Adanya pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan seseorang kurang

mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya

pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya

mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab

langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.

Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat

kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak.


26

Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi

dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana

dan sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi diri dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri,

masyarakat, bangsa,dan negara.

Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang bisa saling

melengkapi. Tingkat pendidikan formal merupakan pendidikan dasar,pendidikan

menengah,dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan yang

melandasi tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah Pertama atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan

menengah adalah lanjutan dari pendidikan dasar yaitu Sekolah Menengah Atas atau

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan setelah

pendidikan menengah yang terdiri dari program diploma, sarjana, magister, spesialis,

dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Tingkat pendidikan

berhubungan dengan status gizi balita karena pendidikan yang meningkat kemungkinan

akan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya beli makanan. Pendidikan

diperlukan untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup

seseorang.

4. Penyakit Penyerta

Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap

penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah

rendahnya status gizi anak.Penyakit-penyakit tersebut adalah:


27

a. Diare persisten : sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih

yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini

sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.

Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit

sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop.

b. Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di

paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial

oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu

penularannya terjadipada malam hari. Tuberkulosis inidapat terjadi pada semua

kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.

c. HIV AIDS : HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiencyvirus’.

HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh

manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen

utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.

Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang

terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem

kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan

fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Penyakit tersebut di atas

dapat memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan

meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Terdapat hubungan timbal

balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk. Anak yang

menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan,
28

sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan

cenderung menderita gizi buruk. Menurut penelitian yang dilakukan di Jogjakarta

terdapat perbedaan penyakit yang bermakna antara balita KEP dengan balita

yang tidak KEP(p=0,034)CI 95%.

d. Pengetahuan ibu

Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi

makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki

ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya

pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang

berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh

kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan

karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat

bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak

terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur

kehamilan kurang dari minggu ini pada umumnya disebabkan oleh tidak

mempunyai uterus yang dapat menahan janin, gangguan selama kehamilan,dan

lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai

organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar

rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin
29

kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR

sering mendapatkan komplikasi akibat kurangmatangnya organ karena prematur.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir kecil

untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan saat

berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu

yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia

kehamilan saat dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas

neonatus, bayi,dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh BBLR.

Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti

kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama

penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga

asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat

menyebabkan gizi buruk. Menurut penelitian yang dilakukan di Kabupaten

Lombok Timur BBLR terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi

buruk (95%CI) p=0.02.

f. Kelengkapan imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi

terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit

tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut

tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang

lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah dengan imunisasi. Imunisasi

merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang

dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah
30

pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk

merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi pasif

adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh

meningkat.16Imunisasi juga dapat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian, menghilangkan kecemasan dan

psikologi pengobatan bila anak sakit, memperbaiki tingkat kesehatan,dan

menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

negara. Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi

dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem

kekebalan tubuh balita masih belum sebaik dengan orang dewasa.

Sistem kekebalan tersebut yang menyebabkan balita menjadi tidak

terjangkit sakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh

balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai

dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya

dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap

berbagai penyakit untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi

terhadap paparan bibit penyakit.16 Macam-macam imunisasi antara lain:

1. BCG : vaksin untuk mencegah TBC yang dianjurkan diberikan saat berumur 2

bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun dan

0,1 ml pada anak disuntikkan secara intrakutan.

2. Hepatitis B : salah satu imunisasi yang diwajibkan dengan diberikan sebanyak

3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua kemudian 5
31

bulan antara suntikan kedua dan ketiga.Usia pemberian dianjurkan sekurang-

kurangnya 12 jam setelah lahir.

3. Polio : imunisasi ini terdapat 2 macam yaitu vaksi oral polio dan inactivated

polio vaccine.Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah diberikan dan murah

sehingga banyak digunakan.

4. DPT : vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan

serta bakteri pertusis yang diinaktivasi.

5. Campak : imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Pemberian yang

dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitu pada usia 9 bulan dan pada usia 6

tahun.

6. MMR : diberikan untuk penyakit measles, mumps,dan rubella sebaiknya

diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11 bulan yang

dilakukan pengulangan pada usia 15bulan-18 bulan.

7. Typhus abdominal: terdapat 3 jenis vaksin yang terdapat di Indonesia yaitu

kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan, dan antigen capsular Vi

polysaccharida.

8. Varicella : pemberian vaksin diberikan suntikan tunggal pada usia diatas 12

tahun dan usia 13 tahun diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8mg.

9. Hepatitis A: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A

yang diberikan pada usia diatas 2 tahun.

10. HiB : Haemophilus influenzae tipe b yang digunakan untuk mencegah

terjadinya influenza tipe b dan diberikan sebanyak 3 kali suntikan.


32

g. ASI

Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)

eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya

menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia periode 1997-2003 yang cukup

memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.

Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat,

atau campuran antara ASI dan susu formula.

Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan

makanan terbaik bagi bayi sampaienam bulan, dan disempurnakan sampai umur

dua tahun. Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat

antara lain oleh karena praktis, mudah, murah, sedikit kemungkinan untuk terjadi

kontaminasi, dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu

yang penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada

ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang

diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung

nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi.

Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung

antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini

yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan

dapat berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan

dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan

susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu
33

formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.

Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare.

BAB III

RENCANA PROGRAM
34

EFEKTIFITAS EFISIENSI HASIL

MxIxV

No MASALAH M I V C P=

1 Penanganan dan 4 3 3 2 18

pencegahan campak

2 Pencegahan terjadinya 3 3 3 3 9

malnutrisi

3 Penyediaan tenaga medis 3 4 3 3 12

yang kompeten

4 Mengadakan penyuluhan 2 2 2 1 8
tentang pentingnya gizi
yang cukup kepada
masyarakat

4 3 2 4 6
Melakukan deteksi dini
5 pada masyarakat yang
mengalami gizi buruk

Tabel III.1 PrioritasPenyelesaianMasalah

Keterangan :
35

M :Magnitude, besarnya masalah yang bias diatasi apabila solusi/kegiatan ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah

V : Viability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yang diperlukan

P : Prioritas, Jalan keluar

Jadi dapat disimpulkan urutan prioritas, yaitu :

 Melakukan penanganan dan pencegahan campak

 Penyediaan tenaga medis yang kompeten

 Melakukan pencegahan terjadinya malnutrisi

 Mengadakan penyuluhan tentang pentingnya gizi yang cukup kepada masyarakat

 Melakukan deteksi dini pada masyarakat yang mengalami gizi buruk


36

A. Uraian Kegiatan

N Kegiatan Sasaran Target Vol Rincian Kegiatan Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan

o. ume Pelaks Pelaksan Pelaksanaan

Keg anaan a

iata

1. Pencegah Seluruh Dapat 1x - Mengumpulkan puskes Dokter 1 kali - Kursi

an warga mencegah seb data pada warga mas dan sebula - Meja

primer: berisiko campak ulan setempat tenaga n - Timbang

terkena sedini - Melakukan kesehata an


Identifika
campak mungkin pemeriksaan n dari
si
lanjutan untuk Puskesm
masalah
mengetahui as
campak
resiko penyakit

- Mendata seluruh

warga yang

beresiko terkena

campak

- Memberikan

edukasi kepada

seluruh warga

kabupaten
37

bintang

2 Pembent Petugas Terbentuk 2x - Memilih/ Balai Semua Senin- - Konsums

ukan kesehata TIM sem menyeleksi kota para jumat i

TIM n ing kandidat TIM petugas


- Ruangan
penyuluh gu - Mebentuk medis
- Lcd
an stuktural
- MIC

- Laptop

- Kursi

3 Mengada Warga Semua 1x - Mengadakan puskes Semua Senin - Konsums

kan acara berumur warga sem acara penyuluhan mas warga sampai i

penyuluh 20-49 dapat ing pencegahan berumur rabu


- Ruangan
an tahun berpartisipa gu campak 20-45
- Lcd
pencegah si - Mengadakan tahun
- MIC
an kegiatan vaksin
- Laptop
campak campak

- Kursi

4 Mengada Warga Semua 1x - mengadakan Balai Warga Sabtu - Konsums

kan acara berumur warga yang sem pemantauan gizi kota berumur i
Senin
penyuluh diatas berumur ing pada anak 20-45
rabu - Ruangan
an 20-45 diatas 20 gu - mengajar para tahun
- Lcd
penangan tahun tahun dapat orang tua nutrisi
38

yang cukup pada - MIC


an berpartisipa
anak - Laptop
malnutris si

i - Kursi

5 Memberi Pasien Mencegah Ses - Memberikan Puskes Dokter Sesuai - kursi

kan campak dan uai fasilitas mas dan jadwal - meja

pengobat dan para mengobati jad konsultasi kepada pemba petugas - lcd

an orang komplikasi wal dokter dan tu medis - laptop

kepada tua akibat pengobatan setempat - MIC

pasien campak terhadap pasien

campak anak yang

menderita

campak

6 Mengada Seluruh Memberika 1x - mengadakan Puskes Dokter Sesuai - Konsums

kan warga n wawasan seb penyuluhan mas dan para jadwal i

penyuluh kabupat kepada ulan tentang vaksin petugas


- Ruangan
an en masyarakat - evaluasi medis
- Lcd
tentang bintang pemberian vaksin setempat
- MIC
vaksin
- Laptop
campak

- Kursi
39

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

1. Kesimpulan

a. Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular, penyakit tersebut

disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus.

b. Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung

atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi.

c. Status gizi yang kurang dapat memengaruhi kekebalan tubuh, sehingga pada orang

dengan status gizi yang buruk akan mudah terkena berbagai macam penyakit infeksi,

termasuk campak.
40

d. Peningkatan status gizi sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka mortalitas dan

morbiditas, sehingga penting dilakukan perbaikan status gizi sejak dini.

e. Perlu adanya evaluasi program dari puskesmas untuk meningkatkan program peningkatan

gizi masyarakat dan program imunisasi wajib dari pemerintah, serta pemantauan secara

berkala terhadap program tersebut.

f. Prevalensi kematian yang diakibatkan karena penyakit campak yang di sertai dengan

malnutrisi semakin meningkat terutama pada daerah dengan geografis terpencil yang

membutuhkan waktu yang ekstra untuk mencapai sarana kesehatan lanjut seperti rumah

sakit. Penatalaksanaan keadaan ini meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier.

g. Program yang dapat dilakukan oleh puskesmas dalam mengatasi penularan campak

antara lain adalah melakukan usaha penanganan dan pencegahan campak.

2. Saran

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk menangani campak antara lain:

a. Melakukan screening atau deteksi dini pada masyarakat wilayah puskesmas secara cepat

dan tepat.

b. Mengadakan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan status gizi pada makanan,

pencegahan penularan dan pengobatan campak pada masyarakat

c. Mengadakan evaluasi dan pengawasan secara berkala dengan mendata hasil dari

wawasan masyarakat dengan di adakannya kunjungan rutin puskesmas


41

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC (2013) Measles in Indonesia, USA: Centers for Disease Control and Prevention
2. NURANI, DIAN SARI (2012) GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS CAMPAK DI
KOTA CIREBON TAHUN 2004-2011 (STUDI KASUS DATA SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI CAMPAK DI DINAS KESEHATAN KOTA CIREBON). Undergraduate
thesis, Diponegoro University.
3. Pudjiadi AH, dkk. Campak. Dalam Pudjiadi AH. Pedoman pelayananmedis ikatan dokter
anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat IkatanDokter Anak Indonesia; 2010: 33-5
4. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Campak. DalamSoedarmo SSP,
Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi kedua.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010: 109-18
5. Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
42

6. Cahyono, J.B Suharjo B, dkk. 2010.Vaksinasi; Cara Ampuh Cegah Infeksi.


Yogyakarta:Kanisius
7. WHO, 2017. Status Campak dan Rubella saat ini di Indonesia. [Online] Available
at:http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_s tatus.pdf?
ua=1. [Accessed 10 januari 2019].
8. WHO,2015. Measles Vaccination Has Saved an Estimated 17.1Million Lives Since
2000.World Health Organization.
9. Nugrahaeni, DK. 2012. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC.
10. Mujiati, E. 2015. Faktor Risiko Kejadian Campak Pada Anak Usia 1-14 Tahun Di
Kecamatan Metro Pusat Provinsi Lampung Tahun2013-2014.[Skripsi]. Sriwijaya:
Universitas Sriwijaya.
11. Giarsawan N, I Wayan S A, Anysiah EY, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Campak Di Wilayah Puskesmas Tejakula I Kecamatan Tejakula Kecamatan
Buleleng. Jurnal Kesehatan Lingkungan 4 (2): 140-145
12. Widagdo.2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
Sagung Seto.
13. Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam kerangka sustainable development goals
(SDGs). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2015.
14. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 , Hubungan status gizi
dengan berat ringannya campak pada anak ,1Teressa S. Liwu 2Novie H. Rampengan
2Suryadi N. N. Tatura, di akses pada 09-01-2019
file:///C:/Users/asus/Downloads/Documents/10961-21873-2-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai