ABSTRAK
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit campak di
Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang harus ditangani
karena kasus campak masih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Natar prevalensi kasus campak di tahun 2010 sebesar 2 kasus meningkat pada tahun
2011 menjadi 44 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian campak di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan case
control. Populasi kasus adalah seluruh anak usia <15 tahun yang terkena campak pada
tahun 2011. Populasi kontrol adalah anak <15 tahun yang tidak terkena campak. Besar
sampel seluruhnya yaitu 60 orang yang terdiri dari 30 orang kasus dan 30 orang
kontrol.Analisa data menggunakan chi square.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara status imunisasi campak
dengan kejadian campak (p-value=0,020 OR=4,030), ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian campak (p-value=0,004 OR=5,5) dan ada hubungan antara kondisi
ventilasi dengan kejadian campak (p-value=0,016 OR=4,571). Faktor yang tidak
berhubungan dengan kejadian campak antara lain ASI Eksklusif, status sosial ekonomi
dan kepadatan hunian rumah.
Untuk mencegah penyakit campak diharapkan bagi masyarakat terutama para ibu
untuk mengimunisasi anak mereka dengan imunisasi campak, memperhatikan gizi anak
dengan asupan makanan bergizi dan memenuhi kriteria rumah sehat. Bagi petugas
kesehatan Puskesmas Natar agar lebih meningkatkan pelayanan imunisasi dan program
sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas.
Kata kunci : Status imunisasi campak, ASI eksklusif, status gizi, status sosial ekonomi,
kepadatan hunian, ventilasi, kejadian campak
n % n % n %
Tidak ASI Eksklusif 9 30 8 26,7 17 28,3 1,000
ASI Eksklusif
21 70 22 73,3 43 71,7
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= yang sangat dibutuhkan bayi juga sangat
1,000 artinya tidak ada hubungan yang mendukung agar daya tahan tubuh anak
bermakna antara ASI Eksklusif dengan optimal nantinya.
kejadian campak. Hasil penelitian ini Anak yang telah mendapat ASI
tidak sesuai dengan penelitian Hasan Eksklusif tetapi masih terkena campak
Alfaruk (2002) yang menunjukkan dapat pula disebabkan apabila ASI yang
bahwa ada hubungan ASI Eksklusif diberikan dengan cara memerah ASI ibu
dengan kejadian campak dengan OR= kemudian dimasukkan ke dalam botol
9,018 nilai p=0,000. Penelitian Hasan untuk diberikan pada bayi mereka, hal
menyebutkan anak yang tidak diberi ASI ini biasa dilakukan oleh ibu yang sibuk
eksklusif mempunyai peluang 9,018 kali bekerja tetapi tetap ingin memberikan
lebih besar untuk terkena campak ASI bagi anak mereka, namun ASI yang
daripada anak yang diberi ASI eksklusif. diberikan dapat tercampur dengan air,
Hasan menyebutkan anak yang tidak terkontaminasi dengan bakteri karena
diberi ASI eksklusif akan lebih rentan waktu pemberian, tempat penyimpanan
terkena penyakit campak daripada anak dan suhu yang tidak tepat sehingga nilai
yang diberi ASI eksklusif. gizi yang terkandung dalam ASI
Berdasarkan penelitian yang berkurang dan asupan gizi bagi anak
dilakukan 70% responden yang telah juga berkurang, Maka Imunisasi campak
mendapatkan ASI eksklusif ternyata harus diberikan pada anak pada usia 9-
masih menderita campak dapat 11 bulan karena mempunyai peran
dikarenakan usia responden yang sangat penting dalam usaha pencegahan
diambil sebagai sampel berkisar usia 4- dan penanggulangan penyakit campak.
14 tahun sehingga pemberian ASI Gizi anak yang kurang juga dapat
eksklusif kurang memberikan pengaruh menyebabkan daya tahan tubuh anak
yang signifikan dengan penyakit kurang sehingga anak rentan terkena
campak. Hal ini dapat disebabkan penyakit diantaranya campak. Namun
apabila ibu tidak langsung dapat perlu ditekankan dan diingat oleh
menyusui bayi mereka setelah masyarakat terutama para ibu bahwa
persalinan dan cairan ASI pertama yang memberikan ASI Eksklusif bagi bayi
dikeluarkan pada 4 hari pertama sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan
persalinan yang mengandung kolostrum sangat penting agar bayi mempunyai
tidak dapat diberikan pada bayi, padahal kesehatan dan daya tahan tubuh yang
kolostrum sangat penting bagi bayi optimal.
karena banyak mengandung protein
Hasil uji statistik diperoleh p-value tubuh anak menjadi baik dan tidak
0,770 yang berarti tidak ada hubungan mudah terinfeksi virus. Teori Depkes
yang bermakna antara status sosial (2007) menyatakan bahwa asupan
ekonomi dengan kejadian campak. Hasil makanan yang kurang bergizi
penelitian ini bertolak belakang dengan merupakan penyebab langsung
hasil penelitian Yanitasari (2010) yang terjadinya gizi kurang pada anak.
menunjukkan bahwa ada hubungan Keadaan gizi kurang pada anak
status ekonomi responden dengan menyebabkan anak rentan terinfeksi
kejadian campak, nilai OR=14,316 yang penyakit.
berarti responden dengan status Dari hasil analisis sebanyak 75%
ekonomi rendah memiliki peluang anak ibu tidak bekerja/ Ibu Rumah Tangga
terkena campak sebesar 14,316 kali dan hanya 25% ibu yang bekerja. Dalam
dibandingkan responden dengan status hal ini ibu yang tidak bekerja seharusnya
sosial ekonomi tinggi. Yanita sari dapat lebih memperhatikan kebutuhan
menyebutkan bahwa rendahnya status keluarga dan memperhatikan semua
ekonomi dengan indikator rendahnya anggota keluarga terutama kesehatan
pendapatan mempengaruhi daya beli mereka. 70% responden yang memiliki
terhadap makanan yang mengandung pendapatan yang tinggi tetapi masih
nilai gizi yang baik sehingga pemenuhan terkena campak dapat disebabkan
gizi balita rendah dan berdampak pada karena faktor ibu yang masih
menurunnya daya tahan tubuh anak mengabaikan imunisasi campak pada
sehingga mudah terinfeksi virus campak. anak mereka juga karena pendapatan
Pendapat HL Blum dalam Bambang yang ada lebih dialokasikan kepada
Murwanto (2005) yang menyatakan keperluan yang lain seperti kebutuhan
faktor dominan yang paling sekolah, biaya hidup tetapi kurang
mempengaruhi derajat kesehatan memperhatikan faktor gizi anak.
masyarakat adalah faktor lingkungan Sebaiknya dengan sosial ekonomi yang
fisik yaitu konsep tatanan rumah tangga tinggi masyarakat harus lebih
sehat. memperhatikan gizi dan kesehatan
Keluarga dengan status ekonomi keluarga terutama bagi anak-anak
atau pendapatan tinggi juga dapat mereka sehingga anak tidak mudah
mengalokasikan pendapatan untuk terkena penyakit antara lain penyakit
membeli makanan yang mengandung campak.
nilai gizi bagi anak sehingga daya tahan
MS 18 60 21 70 39 65
Hasil uji statistik diperoleh nilai p- rumah pada saat bermain dan kontak
value sebesar 0,588 (lebih besar dari langsung dengan penderita campak.
nilai alpha 0,05) yang berarti Ho Untuk menurunkan dan mencegah
diterima sehingga disimpulkan tidak ada penyakit campak maka upaya yang perlu
hubungan yang bermakna antara kondisi dilakukan yaitu meningkatkan
kepadatan hunian rumah dengan pengetahuan ibu pada khususnya dan
kejadian. Hasil penelitian ini tidak sesuai masyarakat pada umumnya tentang
dengan penelitian yang dilakukan oleh rumah sehat dan meningkatkan kualitas
Megawati (2006) yang menunjukkan ada program sanitasi yang berkaitan dengan
hubungan antara kepadatan hunian rumah sehat. Sebagian besar anak yang
dengan kejadian campak dengan tinggal di rumah dengan kepadatan
OR=6,397 berarti anak yang tinggal di hunian yang memenuhi syarat tetapi
rumah dengan kepadatan hunian yang masih terkena campak juga harus
tidak memenuhi berpeluang untuk mendapat perhatian bagi petugas
menderita campak 6,379 kali lebih besar surveilans di Puskesmas, perlu dilakukan
dibandingkan dengan anak yang tinggal pemantauan/ pengamatan terhadap
di rumah yang kepadatan huniannya kondisi rumah atau lingkungan yang
tidak memenuhi syarat. kepadatan huniannya baik dengan
Sebanyak 60% anak yang tinggal di langsung mendatangi rumah-rumah
rumah dengan kepadatan hunian yang tersebut (door to door) juga diberikan
memenuhi syarat tetapi masih terkena penyuluhan langsung tentang kesehatan
penyakit campak dapat disebabkan rumah, gizi, dan pentingnya imunisasi
karena anak tertular penyakit itu di luar campak.
Hasil uji statistik diperoleh p-value 4,571 lebih besar dibandingkan dengan
sebesar 0,016 (lebih kecil dari nilai responden yang kondisi ventilasi
alpha) berarti Ho ditolak sehingga rumahnya memenuhi syarat. Hal ini
disimpulkan ada hubungan yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bermakna antara ventilasi rumah dengan oleh Megawati (2006) yang
kejadian campak di wilayah Kerja menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Puskesmas Natar tahun 2012. Dari hasil yang bermakna antara ventilasi dengan
analisis juga diperoleh nilai OR= 4,571 kejadian campak dengan OR=7,091.
artinya responden yang kondisi ventilasi Megawati menyatakan ventilasi yang
rumahnya tidak memenuhi syarat baik dan memenuhi syarat sangat
mempunyai resiko menderita campak penting untuk sirkulasi udara yang baik