Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CAMPAK

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN


TAHUN 2012

Wulan Marniasih 1, Dessy Hermawan 2, Zaenal Abidin 2

ABSTRAK

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit campak di
Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang harus ditangani
karena kasus campak masih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Natar prevalensi kasus campak di tahun 2010 sebesar 2 kasus meningkat pada tahun
2011 menjadi 44 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian campak di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan case
control. Populasi kasus adalah seluruh anak usia <15 tahun yang terkena campak pada
tahun 2011. Populasi kontrol adalah anak <15 tahun yang tidak terkena campak. Besar
sampel seluruhnya yaitu 60 orang yang terdiri dari 30 orang kasus dan 30 orang
kontrol.Analisa data menggunakan chi square.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara status imunisasi campak
dengan kejadian campak (p-value=0,020 OR=4,030), ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian campak (p-value=0,004 OR=5,5) dan ada hubungan antara kondisi
ventilasi dengan kejadian campak (p-value=0,016 OR=4,571). Faktor yang tidak
berhubungan dengan kejadian campak antara lain ASI Eksklusif, status sosial ekonomi
dan kepadatan hunian rumah.
Untuk mencegah penyakit campak diharapkan bagi masyarakat terutama para ibu
untuk mengimunisasi anak mereka dengan imunisasi campak, memperhatikan gizi anak
dengan asupan makanan bergizi dan memenuhi kriteria rumah sehat. Bagi petugas
kesehatan Puskesmas Natar agar lebih meningkatkan pelayanan imunisasi dan program
sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas.

Kata kunci : Status imunisasi campak, ASI eksklusif, status gizi, status sosial ekonomi,
kepadatan hunian, ventilasi, kejadian campak

P ENDAHULUAN diharapkan khususnya program reduksi


Penyakit campak di Indonesia penyakit campak.
sampai saat ini masih merupakan Di antara penyakit pada balita yang
masalah kesehatan yang harus ditangani dapat dicegah dengan imunisasi campak
karena kasus campak masih tinggi dan adalah penyebab utama kematian pada
hampir di semua daerah masih terdapat balita oleh karena itu pencegahan
kejadian luar biasa. Salah satu faktor campak merupakan faktor penting dalam
yang berhubungan dengan kejadian mengurangi angka kematian balita
campak adalah sumber daya manusia (Depkes RI, 2010).
yang secara umum masih rendah Sebelum program imunisasi
sehingga keberhasilan program dilakukan secara luas, penyakit campak
kesehatan belum seperti apa yang menyerang sebagian besar anak-anak,

1. Pusktesmas Natar Lampung Selatan


2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 1


hampir 90 % orang yang mencapai usia Indonesia adalah negara ke-4 di
20 tahun pernah menderita campak. dunia yang memiliki angka kesakitan
Pada populasi padat, kejadian luar biasa dan kematian terbesar akibat campak.
campak cenderung menyebar lebih luas Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat
dan kasus campak cenderung lebih sekitar 1 juta orang sakit dan 30 ribu
berat. Walaupun program di atas sudah anak Indonesia meninggal tiap tahun
dilaksanakan namun masih banyak akibat penyakit ini atau setiap 20 menit,
terjadi kejadian luar biasa tersangka satu anak Indonesia meninggal akibat
atau klinis campak seperti di Ciawi, penyakit campak dan komplikasi
Garut, Parung, Serang, Majalengka, penyakit ikutan lainnya seperti radang
Padalarang (Jawa Barat ) dan daerah paru-paru, diare, kebutaan, gangguan
lain di Jawa maupun di luar Jawa pendengaran, dan encephalitis yang
(Lampung) (Cermin Dunia Kedokteran, merusak otak (Tempo, 2012).
2002). Berdasarkan Evaluasi Kegiatan
Penyakit campak yang dikenal juga Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
sebagai Morbili atau Measles, merupakan (PMK) Dinas Kesehatan Lampung
penyakit yang sangat menular Selatan Tahun 2010, dari tahun 2008
(infeksius) yang disebabkan oleh virus sampai dengan tahun 2010 cakupan
Paramyxoviridae (RNA), 90% anak yang kumulatif imunisasi campak Kabupaten
tidak kebal akan terserang penyakit ini. Lampung Selatan sebesar 98,2%,
Campak biasanya ditularkan sewaktu dengan efikasi campak sebesar 85%
seseorang menyedot virus campak yang berarti 15% dari jumlah bayi yang di
telah dibatukkan atau dibersinkan ke vaksin campak masih rentan terhadap
dalam udara oleh orang yang dapat penyakit campak, jumlah sasaran yang
menularkan penyakit. Penderita campak kebal sebanyak 43.275 bayi dengan
biasanya dapat menularkan penyakit sasaran rentan 11.153 bayi. Dari hasil
dari saat sebelum gejala timbul sampai mapping per puskesmas juga diketahui
empat hari setelah ruam timbul populasi rentan campak yang tinggi yaitu
(NSWHealth, 2008). terdapat di wilayah Puskesmas Kalianda,
Hasil dari paparan World Health Sidomulyo, dan Puskesmas Natar
Organization (WHO) menyebutkan, pada (Dinkes Lampung Selatan, 2011).
periode Januari hingga Juli 2011, Insiden rate (IR) kasus campak
tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 Provinsi Lampung tahun 2010 sebesar
negara di benua Eropa. Jumlah kasus 19,99 per 10.000 dengan CFR 0%.
yang berhasil terekam WHO itu, Evaluasi Kegiatan Bidang Pengendalian
menunjukkan kasus campak di benua Masalah Kesehatan (PMK) Dinas
Eropa meningkat 276 % dibandingkan Kesehatan Lampung Selatan Tahun 2010
periode yang sama pada tahun 2007 menunjukkan kasus campak Tahun 2009
(radarlampung,2011). Angka kejadian sebanyak 328 kasus dan pada tahun
campak di dunia masih cukup tinggi, 2010 146 kasus.
yaitu 30.000.000 orang setiap tahun. Hasil Rekapitulasi hasil laporan C-1
Pada tahun 2002 dilaporkan 777.000 Surveilans Campak Puskesmas Se
orang meninggal akibat campak di Kabupaten Lampung Selatan Tahun
seluruh dunia. Di negara ASEAN terdapat 2009 di Wilayah Puskesmas Natar
202.000 orang meninggal akibat terdapat 4 kasus campak, tahun 2010
campak, dan 15% (30.300) orang hanya terdapat 2 kasus dan dari hasil
diantaranya dari Indonesia. Laporan Bulanan Data Kesakitan
Pada tahun 2005 dilaporkan terjadi Puskesmas Natar periode Januari-
345.000 kematian di seluruh dunia Desember 2011 kasusnya meningkat
akibat campak, dan berdasarkan laporan menjadi 44 kasus
rutin dan kejadian luar biasa (KLB) kasus Tujuan penelitian ini diketahui
campak di faktor-faktor yang berhubungan dengan
Indonesia antara tahun 2002-2005 kejadian campak di Wilayah kerja
terdapat 30.000 anak meninggal akibat Puskesmas Natar Kabupaten Lampung
campak (Jurnal Penelitian Kesehatan Selatan 2012.
Suara Forikes,2010).

2 Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012


METODOLOGI PENELITIAN ke Puskesmas Natar tahun 2012, sampel
Jenis penelitian ini kuantitatif, yaitu yang diambil sebanyak 60 sampel.
penelitian yang menjelaskan adanya Variabel bebas dalam penelitian ini
hubungan antara variabel melaui adalah Status imunisasi campak, ASI
pengujian hipotesa. yang digunakan Eksklusif, status gizi, status sosial
adalah Analitik bertujuan mencari ekonomi, kepadatan hunian dan
hubungan. (Notoatmodjo, 2005). ventilasi.
Rancangan penelitian yang digunakan Analisis yang digunakan dalam
yaitu Kasus Kontrol (Case Control). penelitian ini adalah Analisis univariat
Populasi dalam penelitian ini adalah dan Analisis bivariat dengan chi square.
anak usia <15 tahun yang berkunjung
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Status Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak

Status Imunisasi Kejadian Campak Total OR p-value


campak Campak Tidak
campak
n % n % n %
Tidak Imunisasi 19 63,3 9 30 28 46,7 4,03 0,020
Imunisasi (1,372-11,839)
11 36,7 21 70 32 53,3

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil penelitian hubungan status maternal dan kematangan imunogenitas


imunisasi dengan kejadian campak yaitu anak, serta kualitas program imunisasi
36,7% penderita penyakit campak telah (Cermin Dunia Kedokteran,2002).
mendapatkan imunisasi, sedangkan Strategi operasional yang perlu
responden yang belum mendapatkan dilakukan untuk mencapai target dalam
imunisasi campak sebanyak 63,3% upaya pengendalian campak antara lain
menderita campak. Hasil uji statistik dengan imunisasi secara rutin dengan
diperoleh nilai p= 0,020 maka dapat cakupan diatas 80% atau lebih merata di
disimpulkan ada hubungan yang seluruh desa dan imunisasi tambahan
bermakna antara status imunisasi berupa pemberian imunisasi campak
dengan kejadian campak. Hasil analisis satu kali kepada anak SD kelas 1 s/d 6
diperoleh pula nilai OR= 4,030, artinya tanpa memandang status imunisasi,
responden yang tidak diimunisasi selanjutnya untuk tahun berikutnya
campak berpeluang untuk mengalami diberikan imunisasi campak pada murid
campak sebesar 4,03 kali lebih besar kelas 1 (bersama dengan pemberian DT)
dibandingkan dengan responden yang yang lebih dikenal dengan BIAS (Bulan
sudah diimunisasi campak. Imunisasi Anak Sekolah).
Hasil yang sama juga diperoleh Pada penelitian juga diperoleh
Heraida (2005) yang menyatakan bahwa beberapa ibu responden yang
resiko anak yang tidak diimunisasi untuk diwawancarai mengaku tidak
terkena campak sebesar 5,4 kali mengimunisasi anaknya disebabkan oleh
dibandingkan dengan anak yang telah sikap ibu yang tahu bahwa imunisasi itu
diimunisasi campak. Menurut Heraida penting, rumah dekat dengan tempat
dengan imunisasi maka tubuh akan pelayanan kesehatan tetapi tetap tidak
diberikan kekebalan aktif terhadap mau membawa anak mereka untuk
penyakit campak sehingga anak dapat diimunisasi karena melihat anak
terhindar dari penyakit campak. tetangga atau tokoh masyarakat yang
Beberapa faktor yang tidak diimunisasi pun tetap sehat,
mempengaruhi keberhasilan imunisasi disinilah peran tokoh masyarakat untuk
campak selain usia diantaranya cold menunjukkan prilaku hidup sehat juga
chain mulai dari saat dikeluarkan dari memberikan contoh dan saran-saran
pabrik sampai diberikan pada anak di kepada warga agar mau mengimunisasi
lapangan, status gizi anak, antibodi anak mereka. 36,7% responden yang

Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 3


telah diimunisasi campak tetapi masih diberikan imunisasi campak lagi sebagai
menderita penyakit campak dapat penguat melalui program BIAS.
disebabkan oleh status gizi anak yang Sebaiknya anak yang telah diimunisasi
kurang. Menurut Kajian Penelitian dan tetapi masih menderita campak harus
Pengembangan Depkes, imunisasi diberikan imunisasi campak tambahan
campak yang hanya diberikan satu kali dan bagi anak-anak yang belum
pada usia 9 bulan ternyata juga kurang diimunisasi campak harus segera
memberikan perlindungan jangka diberikan imunisasi campak agar anak
panjang sehingga anak seharusnya tidak terkena penyakit campak.

Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Campak

ASI Eksklusif Kejadian Campak Total p-value


Campak Tidak campak

n % n % n %
Tidak ASI Eksklusif 9 30 8 26,7 17 28,3 1,000
ASI Eksklusif
21 70 22 73,3 43 71,7

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= yang sangat dibutuhkan bayi juga sangat
1,000 artinya tidak ada hubungan yang mendukung agar daya tahan tubuh anak
bermakna antara ASI Eksklusif dengan optimal nantinya.
kejadian campak. Hasil penelitian ini Anak yang telah mendapat ASI
tidak sesuai dengan penelitian Hasan Eksklusif tetapi masih terkena campak
Alfaruk (2002) yang menunjukkan dapat pula disebabkan apabila ASI yang
bahwa ada hubungan ASI Eksklusif diberikan dengan cara memerah ASI ibu
dengan kejadian campak dengan OR= kemudian dimasukkan ke dalam botol
9,018 nilai p=0,000. Penelitian Hasan untuk diberikan pada bayi mereka, hal
menyebutkan anak yang tidak diberi ASI ini biasa dilakukan oleh ibu yang sibuk
eksklusif mempunyai peluang 9,018 kali bekerja tetapi tetap ingin memberikan
lebih besar untuk terkena campak ASI bagi anak mereka, namun ASI yang
daripada anak yang diberi ASI eksklusif. diberikan dapat tercampur dengan air,
Hasan menyebutkan anak yang tidak terkontaminasi dengan bakteri karena
diberi ASI eksklusif akan lebih rentan waktu pemberian, tempat penyimpanan
terkena penyakit campak daripada anak dan suhu yang tidak tepat sehingga nilai
yang diberi ASI eksklusif. gizi yang terkandung dalam ASI
Berdasarkan penelitian yang berkurang dan asupan gizi bagi anak
dilakukan 70% responden yang telah juga berkurang, Maka Imunisasi campak
mendapatkan ASI eksklusif ternyata harus diberikan pada anak pada usia 9-
masih menderita campak dapat 11 bulan karena mempunyai peran
dikarenakan usia responden yang sangat penting dalam usaha pencegahan
diambil sebagai sampel berkisar usia 4- dan penanggulangan penyakit campak.
14 tahun sehingga pemberian ASI Gizi anak yang kurang juga dapat
eksklusif kurang memberikan pengaruh menyebabkan daya tahan tubuh anak
yang signifikan dengan penyakit kurang sehingga anak rentan terkena
campak. Hal ini dapat disebabkan penyakit diantaranya campak. Namun
apabila ibu tidak langsung dapat perlu ditekankan dan diingat oleh
menyusui bayi mereka setelah masyarakat terutama para ibu bahwa
persalinan dan cairan ASI pertama yang memberikan ASI Eksklusif bagi bayi
dikeluarkan pada 4 hari pertama sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan
persalinan yang mengandung kolostrum sangat penting agar bayi mempunyai
tidak dapat diberikan pada bayi, padahal kesehatan dan daya tahan tubuh yang
kolostrum sangat penting bagi bayi optimal.
karena banyak mengandung protein

4 Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012


Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Campak
Status Gizi Kejadian Campak Total OR p-value
Campak Tidak
campak
n % n % n %
Gizi Kurang 22 73,3 10 33,3 32 53,3 5,5 0,004
Gizi Baik (1,13-
8 26,7 20 66,7 28 46,7 16,681)

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil uji statistik diperoleh nilai Gizi kurang dapat disebabkan


p=0,004 maka dapat disimpulkan ada karena konsumsi gizi yang tidak
hubungan yang bermakna antara status mencukupi kebutuhan anak dalam waktu
gizi dengan kejadian campak. tertentu, hal ini dapat disebabkan karena
Berdasarkan hasil analisis diperoleh pula anak usia prasekolah dan anak usia
nilai OR=5,5, artinya responden yang sekolah sangat aktif bermain dan banyak
status gizi kurang berpeluang untuk kegiatan baik di sekolah maupun di
mengalami campak sebesar 5,5 kali lebih lingkungan rumahnya. Di pihak lain anak
besar dibandingkan dengan responden kelompok ini terkadang nafsu makannya
dengan status gizi baik. menurun, sehingga konsumsi makanan
Hasil penelitian ini sesuai dengan tidak seimbang dengan kalori yang
penelitian yang dilakukan Umar (2004) diperlukan. Bila orangtua terutama ibu
yang menyatakan bahwa resiko anak kurang memperhatikan asupan makanan
yang berstatus gizi kurang/buruk untuk untuk anak mereka maka anak dapat
terkena campak sebesar 3,2 kali lebih mengalami malnutrisi/ gizi kurang
besar dibandingkan dengan anak yang sehingga anak mudah terkena penyakit,
memiliki status gizi baik. Umar juga diantaranya campak.
menyebutkan bahwa kekurangan gizi Berdasarkan penelitian, 26,7%
mengakibatkan berkurangnya sistem responden yang mempunyai gizi baik
respon imun tubuh sehingga anak rentan ternyata menderita campak hal itu dapat
terhadap infeksi. Penelitian Casaeri disebabkan karena anak belum
(2002) tentang faktor resiko kejadian diimunisasi campak. Hasil penelitian juga
penyakit campak di Kabupaten Kendal menunjukkan 53,3% dari 60 responden
diperoleh bahwa ada hubungan memiliki status gizi kurang, peneliti
bermakna antara status gizi dengan berpendapat penting bagi para orangtua
kejadian campak dengan OR=4,9, untuk selalu memperhatikan kesehatan
artinya anak yang status gizinya kurang anak termasuk gizi anak dengan
akan berpeluang untuk mengalami menyiapkan makanan yang bergizi untuk
campak 4,9 kali lebih besar mereka sehingga kebutuhan gizi anak
dibandingkan dengan anak dengan tercukupi yang ditandai dengan tinggi
status gizi baik. badan dan berat badan anak yang
Menurut Almatsier (2003) status optimal sesuai usia.
gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat Anak dengan status gizi kurang juga
konsumsi makanan dan penggunaan zat- seharusnya diperhatikan oleh orangtua
zat gizi. Status gizi ditentukan oleh juga petugas kesehatan diantaranya
tersedianya zat gizi yang dibutuhkan dapat melalui cara memberikan
baik yang esensial maupun non esensial makanan tambahan bagi anak terutama
dalam jumlah cukup, dalam kombinasi anak sekolah dengan melakukan
dan waktu yang tepat. Apabila tubuh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di
berada dalam tingkat kesehatan gizi sekolah-sekolah seperti di Sekolah
optimum dimana jaringan penuh oleh Dasar atau sederajat misalnya
semua zat gizi, maka disebut status gizi pemberian susu, bubur kacang ijo, telur,
optimum. Dalam kondisi demikian tubuh dan lainnya yang bekerjasama dengan
terbebas dari penyakit dan mempunyai sekolah bersangkutan, Puskesmas,
daya tahan yang setinggi-tingginya Kader posyandu, Dinas Pendidikan dan
(Notoadmodjo,2003). Kebudayaan, Dinas Pertanian atau

Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 5


swasta secara bergilir dan dipantau diminimalisir dan kesehatan mereka pun
jalannya program ini sehingga anak usia optimal sehingga tidak mudah terserang
Sekolah Dasar dengan gizi kurang dapat penyakit misalnya campak.

Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Campak

Status sosial Ekonomi Kejadian Campak Total p-value


Campak Tidak
campak
n % n % n %
Sosial Ekonomi rendah 9 30 7 23,3 16 26,7 0,770

Sosial ekonomi tinggi 21 70 23 76,7 44 73,3

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil uji statistik diperoleh p-value tubuh anak menjadi baik dan tidak
0,770 yang berarti tidak ada hubungan mudah terinfeksi virus. Teori Depkes
yang bermakna antara status sosial (2007) menyatakan bahwa asupan
ekonomi dengan kejadian campak. Hasil makanan yang kurang bergizi
penelitian ini bertolak belakang dengan merupakan penyebab langsung
hasil penelitian Yanitasari (2010) yang terjadinya gizi kurang pada anak.
menunjukkan bahwa ada hubungan Keadaan gizi kurang pada anak
status ekonomi responden dengan menyebabkan anak rentan terinfeksi
kejadian campak, nilai OR=14,316 yang penyakit.
berarti responden dengan status Dari hasil analisis sebanyak 75%
ekonomi rendah memiliki peluang anak ibu tidak bekerja/ Ibu Rumah Tangga
terkena campak sebesar 14,316 kali dan hanya 25% ibu yang bekerja. Dalam
dibandingkan responden dengan status hal ini ibu yang tidak bekerja seharusnya
sosial ekonomi tinggi. Yanita sari dapat lebih memperhatikan kebutuhan
menyebutkan bahwa rendahnya status keluarga dan memperhatikan semua
ekonomi dengan indikator rendahnya anggota keluarga terutama kesehatan
pendapatan mempengaruhi daya beli mereka. 70% responden yang memiliki
terhadap makanan yang mengandung pendapatan yang tinggi tetapi masih
nilai gizi yang baik sehingga pemenuhan terkena campak dapat disebabkan
gizi balita rendah dan berdampak pada karena faktor ibu yang masih
menurunnya daya tahan tubuh anak mengabaikan imunisasi campak pada
sehingga mudah terinfeksi virus campak. anak mereka juga karena pendapatan
Pendapat HL Blum dalam Bambang yang ada lebih dialokasikan kepada
Murwanto (2005) yang menyatakan keperluan yang lain seperti kebutuhan
faktor dominan yang paling sekolah, biaya hidup tetapi kurang
mempengaruhi derajat kesehatan memperhatikan faktor gizi anak.
masyarakat adalah faktor lingkungan Sebaiknya dengan sosial ekonomi yang
fisik yaitu konsep tatanan rumah tangga tinggi masyarakat harus lebih
sehat. memperhatikan gizi dan kesehatan
Keluarga dengan status ekonomi keluarga terutama bagi anak-anak
atau pendapatan tinggi juga dapat mereka sehingga anak tidak mudah
mengalokasikan pendapatan untuk terkena penyakit antara lain penyakit
membeli makanan yang mengandung campak.
nilai gizi bagi anak sehingga daya tahan

6 Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012


Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian campak

Kepadatan Kejadian Campak Total p-value


Hunian Campak Tidak
campak
n % n % n %
TMS 12 40 9 30 21 35 0,588

MS 18 60 21 70 39 65

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil uji statistik diperoleh nilai p- rumah pada saat bermain dan kontak
value sebesar 0,588 (lebih besar dari langsung dengan penderita campak.
nilai alpha 0,05) yang berarti Ho Untuk menurunkan dan mencegah
diterima sehingga disimpulkan tidak ada penyakit campak maka upaya yang perlu
hubungan yang bermakna antara kondisi dilakukan yaitu meningkatkan
kepadatan hunian rumah dengan pengetahuan ibu pada khususnya dan
kejadian. Hasil penelitian ini tidak sesuai masyarakat pada umumnya tentang
dengan penelitian yang dilakukan oleh rumah sehat dan meningkatkan kualitas
Megawati (2006) yang menunjukkan ada program sanitasi yang berkaitan dengan
hubungan antara kepadatan hunian rumah sehat. Sebagian besar anak yang
dengan kejadian campak dengan tinggal di rumah dengan kepadatan
OR=6,397 berarti anak yang tinggal di hunian yang memenuhi syarat tetapi
rumah dengan kepadatan hunian yang masih terkena campak juga harus
tidak memenuhi berpeluang untuk mendapat perhatian bagi petugas
menderita campak 6,379 kali lebih besar surveilans di Puskesmas, perlu dilakukan
dibandingkan dengan anak yang tinggal pemantauan/ pengamatan terhadap
di rumah yang kepadatan huniannya kondisi rumah atau lingkungan yang
tidak memenuhi syarat. kepadatan huniannya baik dengan
Sebanyak 60% anak yang tinggal di langsung mendatangi rumah-rumah
rumah dengan kepadatan hunian yang tersebut (door to door) juga diberikan
memenuhi syarat tetapi masih terkena penyuluhan langsung tentang kesehatan
penyakit campak dapat disebabkan rumah, gizi, dan pentingnya imunisasi
karena anak tertular penyakit itu di luar campak.

Hubungan Ventilasi dengan Kejadian Campak

Ventilasi Kejadian Campak Total OR p-value


Campak Tidak
campak
n % n % N %
TMS 16 53,3 6 20 22 36,7 4,571 0,016
(1,452-14,389)
MS 14 46,7 24 80 38 63,3

Total 30 100 30 100 60 100

Hasil uji statistik diperoleh p-value 4,571 lebih besar dibandingkan dengan
sebesar 0,016 (lebih kecil dari nilai responden yang kondisi ventilasi
alpha) berarti Ho ditolak sehingga rumahnya memenuhi syarat. Hal ini
disimpulkan ada hubungan yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bermakna antara ventilasi rumah dengan oleh Megawati (2006) yang
kejadian campak di wilayah Kerja menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Puskesmas Natar tahun 2012. Dari hasil yang bermakna antara ventilasi dengan
analisis juga diperoleh nilai OR= 4,571 kejadian campak dengan OR=7,091.
artinya responden yang kondisi ventilasi Megawati menyatakan ventilasi yang
rumahnya tidak memenuhi syarat baik dan memenuhi syarat sangat
mempunyai resiko menderita campak penting untuk sirkulasi udara yang baik

Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 7


di dalam rumah. Sirkulasi yang baik penyakit terutama yang disebabkan oleh
berpengaruh terhadap kesehatan kuman/ virus yang ada karena
anggota keluarga di dalam rumah. lingkungan yang tidak sehat.
Sesuai pula dengan penyataan
Depkes RI bahwa ventilasi < 10% dari KESIMPULAN
luas lantai meningkatkan kelembaban Berdasarkan hasil dan pembahasan
udara di dalam ruangan sehingga penelitian faktor-faktor yang
menjadi media perkembangbiakan virus berhubungan dengan kejadian campak di
atau bakteri dan berkurangnya oksigen wilayah kerja Puskesmas Natar
menyebabkan bertambahnya konsentrasi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012
karbondioksida yang bersifat racun bagi dapat disimpulkan :
penghuninya. Selain itu, tidak cukupnya 1. Ada hubungan status imunisasi
ventilasi akan menyebabkan dengan kejadian campak di wilayah
peningkatan kelembaban ruangan Kerja Puskesmas Natar Kabupaten
karena terjadi penguapan cairan.
Lampung Selatan tahun 2012 (p-
Kelembaban udara yang tinggi akan
menjadi media yang baik untuk tumbuh value= 0,020 OR= 4,030).
den berkembangnya virus ataupun 2. Tidak ada hubungan ASI Eksklusif
bakteri termasuk juga virus campak. dengan kejadian campak di wilayah
Sebanyak 46,7% responden yang Kerja Puskesmas Natar Kabupaten
memiliki ventilasi rumah yang baik tetapi Lampung Selatan tahun 2012 (p-
masih terkena penyakit campak dapat value =1,000).
disebabkan karena fakor yang lain
3. Ada hubungan status gizi dengan
seperti kepadatan hunian rumah yang
tidak memenuhi syarat, faktor imunisasi kejadian campak di wilayah Kerja
dan status gizi anak. Pada penelitian ini Puskesmas Natar Kabupaten
juga dapat diketahui bahwa sebagian Lampung Selatan tahun 2012 (p-
besar responden jarang membuka value= 0,004 OR= 5,5).
jendela rumah sehingga udara dan 4. Tidak ada hubungan status sosial
cahaya yang masuk ke dalam ruangan ekonomi dengan kejadian campak di
rumah kurang optimal juga banyaknya
wilayah Kerja Puskesmas Natar
debu dan kotoran yang menempel pada
lubang kasa di ventilasi mengakibatkan Kabupaten Lampung Selatan tahun
kurang maksimalnya sirkulasi udara 2012 (p-value 0,770).
yang masuk dan keluar ventilasi. 5. Tidak ada hubungan kepadatan
Kebersihan lingkungan rumah hunian dengan kejadian campak di
merupakan salah satu indikator yang wilayah Kerja Puskesmas Natar
penting bagi kesehatan rumah, apabila
Kabupaten Lampung Selatan tahun
tidak diperhatikan maka dapat menjadi
sumber penyakit bagi anggota keluarga 2012 (p-value 0,588).
yang tinggal di rumah tersebut. 6. Ada hubungan ventilasi dengan
Penyuluhan dalam rangka kejadian campak di wilayah Kerja
meningkatkan pengetahuan dan Puskesmas Natar Kabupaten
kesadaran masyarakat untuk memahami Lampung Selatan tahun 2012 (p-
tentang rumah sehat dan sanitasi value 0,016 OR= 4,571).
lingkungan sangat penting dilakukan
sehingga masyarakat dapat membangun
SARAN
rumah sesuai persyaratan rumah sehat.
1. Masyarakat
Hal itu sangat diperlukan agar penularan
Diharapkan agar membawa anak
penyakit misalnya penyakit campak
mereka yang berusia 9 bulan-11
dapat dicegah, Prilaku Hidup Sehat dan
bulan untuk diimunisasi campak,
Bersih (PHBS) juga harus dipahami dan
memberikan anak makanan yang
diterapkan oleh masyarakar dalam
bergizi, memenuhi persyaratan rumah
kehidupan sehari-hari sehingga tercipta
sehat, dan melakukan PHBS.
kesehatan yang optimal baik kesehatan
2. Puskesmas
badan maupun lingkungan rumah agar
a. Peningkatan program imunisasi
masyarakat terbebas dari serangan
campak,antara lain crash

8 Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012


program, catch up campaign dan Heraida, Hubungan Status Imunisasi
Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan Kejadian Campak di
(BIAS). Kecamatan Cibadak Kabupaten
b. Pemberian Makanan Tambahan Sukabumi Tahun 2005, Skripsi, FKM
(PMT) bagi balita dan anak UI, Depok, 2005
sekolah untuk meningkatkan gizi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pedoman
anak. Imunisasi Di Indonesia, FKUI,
c. Surveilans aktif ke rumah-rumah Jakarta, 2008
yang kepadatan hunian baik Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
tetapi terdapat penderita campak. Forikes, Resiko terjadinya gejala
d. Penyuluhan pentingnya imunisasi klinis campak pada anak usia 1-14
campak, gizi, PHBS, dan rumah tahun dengan status gizi kurang dan
sehat sering terjadi infeksi di kota Kediri
Volume 1 No.2, 2010
DAFTAR PUSTAKA Marsaulina, Faktor-faktor yang
Aditya, Campak, dalam www.tempo.co, berhubungan dengan kejadian
2012, diakses tanggal 23 Februari campak di Desa Hargo Mulyo
2012 Kecamatan Rawa Jitu Selatan
Al-Faruk,Hasan, Hubungan Pemberian Kabupaten Tulang Bawang Tahun
ASI Eksklusif, Vit. A Dosis Tinggi 2006, FKM Malahayati, Bandar
Dan Imunisasi Campak Terhadap Lampung, 2006
Kejadian Pneumonia Pada Anak Usia Megawati, Endang Titik,. Beberapa
12-59 Bulan Yang Dilayani Sarana Faktor yang Berhubungan Dengan
Pelayanan Kesehatan Dasar Kejadian Campak di Wilayah kerja
Puskesmas Di Kota Tasikmalaya Puskesmas Mlonggo I Kabupaten
Propinsi Jawa Barat Tahun 2002, Jepara, FKM Undip, Semarang, 2006
Skripsi, Universitas Indonesia, Notoadmodjo, Soekidjo, Prinsip-Prinsip
Jakarta,2002 Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Casaeri, Faktor-faktor Resiko Kejadian Rineka Cipta, Jakarta, 2003
Campak di Kabupaten Kendal Tahun NSWHealth, Lembar Fakta Penyakit
2002 dalam Menular, 2008 dalam
http://digilib.litbang.depkes.go.id, http://www.mhcs.health.nsw.gov.au
2003 diakses tanggal 12 Januari diakses tanggal 12 Desember 2011
2012 Radar Lampung, Kemenkes Cemas WNI
Cermin Dunia Kedokteran, Efikasi Vaksin terjangkit Campak, 2011 dalam
Campak Pada Balita di Kabupaten http://www.radarlampung.co.id
Serang, Depkes RI, Jakarta, 2002 diakses tanggal 12 November 2011
Depkes RI, Pedoman Imunisasi, Jakarta, Sutaryana, Hubungan Karakteristik
2002 Lingkungan Fisik Rumah Dengan
Depkes RI, Campak, 2010 dalam Kejadian Campak di Kabupaten
www.depkes.go.id diakses tanggal Garut Tahun 2001. dalam
12 November 2011 http://digilib.litbang.depkes.go.id
Depkes RI,Pentingnya Asi Ekslusif Bagi 2002 diakses tanggal 12 Januari
Anak, 2010, dalam 2012
http//depkes.go.id diakses tanggal 9 Umar, N, Faktor-faktor Yang
Desember 2011 Mempengaruhi Kejadian Campak di
Dinas kesehatan kabupaten Lampung Puskesmas Rantau Tijang
Selatan, Evaluasi Kegiatan Bidang Kecamatan Pugung Tahun 2004,
Pengendalian Masalah Kesehatan Skripsi, FKM Urindo, 2002
(PMK) Tahun 2010, Lampung, 2011 Yanitasari, Fitri, Faktor yang
Fajar, Ibnu, Statistika untuk Praktisi Berhubungan dengan Kejadian
Kesehatan, Graha Ilmu, Jakarta, Campak di Wilayah Kerja Puskesmas
2010 Kemiling Bandar Lampung Tahun
FKM UI, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010, Skripsi, FKM Malahayati,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, Lampung, 2011
2010

Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 9


10 Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012

Anda mungkin juga menyukai