Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN STATUS IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TB PARU

PADA BALITA DI TAMBAK GRINGSING WILAYAH PUSKESMAS


PERAK TIMUR SURABAYA

Oleh:
Ita Hernawati, Diyah Arini, S. Kep., Ns.,M. Kes

Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan


Tahun Ajaran 2015

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberkulosis. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk
mencegah penyakit tuberjulosis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hubungan status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada Balita.

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasi analitik dengan


pendekatan Cross Sectional. Pengambilan data dengan teknik Simple random
sampling, dengan jumlah populasi 80 orang dan sampel 67 responden yaitu balita.
Instrumen penelitian dengan wawancara dan observasi. Data dianalisa dengan uji
Chi-squaredengan tingkat kemaknaan p<0.05.

Hasil penelitian status imunisasi BCG yang diimunisasi dan tidak TB sebanyak 14
responden, sedangkan yang diimunisasi dan tidak TB sebanyak 28 responden.
Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan bahwa status imunisasi BCG memiliki
hubungan dengan kejadian TB pada balita dengan nilai p=0.033 (p<0.05).

Implikasi hasil penelitian menunjukan status imunisasi BCG sangat penting bagi
balita untuk menjaga kekebalan tubuh balita. Diharapakan bagi orang tua agar
memberikan imunisasi pada anaknya, agar balita mempunyai kekebalan tubuh
yang kuat supaya tidak mudah terserang penyakit atau infeksi tuberkulosis.

Kata kunci : Status Imunisasi, kejadian TB, balita.

1
ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium


tuberculosis. Immunization is a attempt to confer immunity in infants and children
by incorporating a vaccine into the body to make antibodies to prevent certain
diseases . The research aimed to analysize the relation of BCG immunization
status with TB genesis towards children below 5 years old.
The research design used analytic observation with Cross sectional
rapprochment. The data were taken by simple random sampling tehnic with 80
population of people which 67 respondent are children. The research instruments
were equipped with interview and observation. The data was analysized through
Chi-square test with p<0.05.
The research result of BCG immunization status which immuned and TB
was not as many as 14 respondents, meanwhile respondents were immuned and
not TB as many as 28 respondents. The Chi-square statistic test pointed that BCG
immunization status has corelation with TB genesis to children below 5 years old
with score p=0.033 (p<0.05).
The implication of research result pointed BCG immunization status was
important for the children to keep children’s body immunity. We expected to each
children’s parents give the immunization to their children, with purpore the
children have strong self immunity to prevent disease or infection.

Keywords : Immunization status, TB Genesis, children.

2
1. PENDAHULUAN puskesmas perak timur,
berdasarkan hasil wawancara
Tuberkulosis (TB) adalah dengan orang tua anak didapatkan
penyakit infeksi yang disebabkan ada anak yang telah diimunisasi
oleh Mycobacterium Tuberculosis. BCG, namun masih terjangkit
Menurut Hidayat (2009), imunisasi infekti TB.
merupakan usaha memberikan Tuberkulosis paru merupakan
kekebalan pada bayi dan anak salah satu penyakit menular kronis
dengan memasukan vaksin yang menjadi isu global yang
kedalam tubuh agar membuat menjadi sasaran di dalam MDGs dan
antibodi untuk mencegah penyakit juga tercantum di dalam SPM
tertentu. Berdasarkan pada angka kesehatan. Di Indonesia penyakit ini
kejadian TB yang tinggi di negara termasuk salah satu prioritas nasional
kita, dengan kemungkinan untuk program pengendalian
penyakit beratnya TB bila penyakit karena berdampak luas
mengenai bayi dan anak, dan terhadap kualitas hidup dan ekonomi,
proses penularannya sulit dicegah, serta sering mengakibatkan
maka pencegahan paling efektif kematian. Meski demikian upaya
adalah melalui vaksinasi BCG operasionalisasi indikator penyakit
(IDAI, 2011). Meskipun belum tuberkulosis yang berdasarkan
membuktikan efikasi imunisasi MDGs sekaligus SPM kesehatan
BCG secara konsisten, hingga saat tidak dilakukan, indikator SPM
sekarang imunisasi ini masih penyakit tuberkulosis hanya
efektif dan aman diberikan. BCG 'penemuan kasus baru', yang
merupakan salah satu upaya dari indikator ini belum secara penuh
berbagai upaya penanggulangan menggambarkan upaya penanganan
TB (Rahajoe, 2005 dalam penyakit tuberkulosis yang dilakukan
Welldany siregar 2008). Dari hasil (Laksono, 2012). Delapan tujuan
penelitian, terbukti bahwa anak MDGs yang harus di laksanakan oleh
yang telah mendapatkan imunisasi setiap negara yang
BCG lebih kebal terhadap mendeklarasikannya yaitu; 1)
penularan bakteri TBC. Jika menanggulangi kemiskinan dan
seorang anak yang sudah kelaparan, 2) mencapai pendidikan
diimunisasi BCG terinfeksi bakteri dasar untuk semua, 3) mendorong
TBC, umumnya tidak berkembang kesetaraan gender dan pemberdayaan
menjadi penyakit TBC (Mufidah, perempuan, 4) menurunkan angka
2012). Tapi tidak semua penyakit kematian anak, 5) meningkatkan
dapat dicegah dengan vaksinasi, kesehatan ibu, 6) memerangi
termasuk vaksinasi BCG untuk HIV/AIDS, malaria dan penyakit
mencegah infeksi tuberkulosis. menular lainnya, 7) memastikan
Berkurangnya perlindungan oleh kelestarian lingkungan hidup, dan 8)
BCG dimungkinkan terjadi karena mengembangkan kemitraan global
banyak faktor misalnya prosedur untuk pembangunan. Indonesia
pemberian BCG yang tidak efektif sebagai salah satu negara yang ikut
dan efisien (Islamiati, 2009 dalam dalam mendeglarasikan tujuan
Miswan efendi 2012). Dari MDGs memiliki kewajiban untuk
fenomena ditempat penelitian di melaksanakan upaya untuk mencapai
tambak gringsing wilayah target MDGs dan memonitor

3
perkembangan kemajuan pencapaian penduduk dan angka kematian TB
(Dr. Afrina Sari). 64.000 atau 27 per 100.000
Tuberkulosis ( TB ) penduduk atau 175 orang per hari
merupakan masalah yang serius (Laporan Situasi Terkini
bagi dunia, karena menjadi Perkembangan Tuberkulosis di
penyebab kematian terbanyak Indonesia Januari – Juni 2011).
dibanding dengan penyakit infeksi Adapun angka penjaringan-
lain. Diperkirakan sekitar sepertiga penjaringan suspek TB (per
penduduk dunia telah terinfeksi 100.000) per Provinsi tahun 2011,
oleh Mycobacterium Tuberkulosis. menunjukkan capaian 330 sampai
Diperkirakan 95% kasus TB Paru dengan 2.018 per 100.000
dan 98% kematian akibat TB Paru penduduk, dan angka tertinggi di
didunia, terjadi pada negara-negara Sulawesi Utara dan terendah di
berkembang (Depkes RI 2007). Kepulauan Riau, sedangkan
Secara global, terdapat 8.800.000 Bengkulu menempati posisi Lima
kasus baru TB di dunia pada tahun tertinggi dengan jumlah kasus
2010 dengan People Living with 1.300 per 100.000 penduduk
TB 12.000.000 kasus, New TB (Laporan Situasi Terkini
Cases per 100.000 Population 128 Perkembangan Tuberkulosis di
kasus, TB Deaths 1,100,000 kasus, Indonesia Januari – Juni 2011).
TB Deaths per 100,000 population Studi pendahuluan yang dilakukan
15 kasus (Hendry J, WHO, Global peneliti pada tanggal 4 Februari
Tuberculosis Control 2011). 2015, yang diambil dari data 5
Sampai saat ini TB merupakan orang anak di Puskesmas Perak
masalah kesehatan masyarakat Timur Surabaya didapatkan hasil
yang penting. Estimasi incidence 40% TB, 20% suspek, dan 40%
rate pada tahun 2003, TB di tidak TB.
Indonesia berdasarkan Penyakit tuberkulosis (TB)
pemeriksaan sputum BTA (+) disebabkan oleh bakteri
adalah 128 per 100.000 penduduk. mycobacterium tuberculosis. Sumber
Sedangkan untuk tahun yang penularan bakteri tersebut berasal
sama, estimasi TB semua kasus dari dahak penderita dewasa yang
(prevalencerate) adalah 675 per mengandung kuman. Bila penderita
100.000 penduduk. Di Indonesia batuk, bersin, dan berbicara, percikan
setiap tahun ada 1,3 juta anak dahak yang mengandung kuman
berumur kurang dari 15 tahun tuberkulosis akan desebarkan ke
terinfeksi kuman TB dan setiap udara sehingga terhirup oleh anak
tahun ada 450.000 kematian anak atau dewasa lain di sekitarnya. Pada
akibat penyakit ini. Menurut bayi dan anak, bila penyebaran
Samallo dalam FKUI. Di kumannya lewat slauran nafas dan
Indonesia, penyakit TB Paru masih aliran darah, akan menimbulkan
menjadi momok karena negara ini radang paru dan radang selaput otak
termasuk daerah endemis TBC. (meningitis) berat, yang dapat
Pada tahun 2010, angka insidensi mengakibatkan kematian atau cacat.
semua tipe TB 450.000 kasus atau Tuberkulosis ( TB ) merupakan
189 per 100.000 penduduk, dengan masalah yang serius bagi dunia,
angka prevalensi semua tipe TB karena menjadi penyebab kematian
690.000 atau 289 per 100.000 terbanyak dibanding dengan penyakit

4
infeksi lain. Penyebab penyakit Salah satu usaha untuk
tuberkulosis adalah bakteri mencegah terjadinya penyakit TB
mycobacterium tuberculosis dan paru perlu dilakukan imunisasi,
mycobacterium bovis. Bakteri ini imunisasi ialah tindakan untuk
mempunyai sifat istimewa, yaitu memberikan perlindungan
dapat bertahan terhadap pencucian (kekebalan) di dalam tubuh bayi
warna dengan asma dan alkohol, dan anak. Tubuh mempunyai cara
sehingga sering disebut basil tahan dan alat untuk mengatasi penyakit
asam (BTA), serta tahan terhadap zat sampai batas tertentu. itulah
kimia dan fisik. Banyaknya TBC sebabnya, pada beberapa jenis
pada anak di Indonesia menunjukkan penyakit yang dianggap
bahwa persoalan ini tidak hanya berbahaya, dilakukan tindakan
menyangkut masalah kesehatan, imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
tetapi juga sosial. Masalah ini perlu dimaksudkan sebagai tindakan
penanganan menyeluruh serta pencegahan agar tubuh tidak
kepedulian petugas kesehatan, terjangkit penyakit tersebut, atau
pemerintah serta masyarakat secara seandainya terkena pun, tidak akan
keseluruhan (Wahyu, 2008). menimbulkan akibat yang fatal.
Berdasarkan hasil teori beberapa Tapi tidak semua penyakit dapat
faktor yang berhubungan dengan dicegah dengan vaksinasi,
terjadinya TB paru pada anak antara termasuk vaksinasi BCG untuk
lain: sistem imunitas yang belum mencegah infeksi tuberkulosis.
sempurna, kontak erat dengan orang Menurunnya perlindungan BCG
dewasa penderita TBC disekitarnya serta meningkatnya kerentanan
(orang tua, kerabat dekat, dan akan daya tahan tubuh yang
pengasuh), kurangnya kesadaran rendah. Hal ini disebabkan oleh
orang tua untuk segera melakukan keadaan gizi yang buruk
vaksinasi BCG pada bayi baru lahir lingkungan yang tidak bersih,
(Wahyu, 2008 dalam Miswan Efendi keadaan sosial ekonomi yang
2012). Sistem imunitas yang belum rendah dan pola hidup yang tidak
sempurna ditambah adanya kontak sehat. Berkurangnya perlindungan
erat dengan penderita dewasa oleh BCG dimungkinkan terjadi
menjadi salah satu penyebab balita karena banyak faktor misalnya
menderita TB paru, balita yang prosedur pemberian BCG yang
menderita TB paru kebanyakan tidak efektif dan efisien (Islamiati,
karena penularan dari penderita 2009 dalam Miswan Efendi 2012).
dewasa. Penularan penyakit Permasalahan penyakit TB
tuberkulosis dari udara yang paru yang masih tinggi saat ini,
tercemar oleh micobakterium masih sangat membutuhkan peran
tuberculosa yang dilepaskan atau keluarga yang langsung
dikeluarkan oleh penderita saat batuk menangani penderita untuk
dalam bentuk droplet (percikan mengurangi penyakit TB paru
dahak), balita dapat terinfeksi kalau diantaranya dengan menerapkan
droplet tersebut terhirup kedalam perilaku hidup sehat, membuang
saluran penafasan lalu menyebar dari sputum di tempat yang sudah
paru – paru kebagian tubuh vital disediakan, meningkatkan
lainnya (Depkes RI, 2005). pengetahuan keluarga. Diharapkan
keluarga datang ke puskesmas

5
untuk melakukan imunisasi BCG b. Orang tua yang memiliki
dengan prosedur pemberian BCG balita0-5 tahun.
yang efesien dapat mengurangi 2. Kriteria eksklusi
terjadinya penyakit TB. a. Orang tua anak tidak bersedia
menjadi responden.
b. Pindah alamat
2. METODE PENELITIAN
1.3.3 Besar Sampel
1.1 Desain Penelitian Besar sampel pada penelitian
Penelitian ini menggunakan ini adalah 67 pasien berdasarkan
desain Observasi analitik dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
pendekatan Cross Sectional. Di mana
peneliti ingin mendiskripsikan 1.3.4 Teknik Sampling
Hubungan Status Imunisasi BCG Teknik sampling dalam
dengan Kejadian TB Paru pada penelitian ini adalah Probability
Balita di Tambak Gringsing Wilayah sampling dengan teknik simple
Puskesmas Perak Timur Surabaya. random sampling karena cara yang
cukup mudah untuk digunakan dan
1.2 Waktu dan Tempat sesuai dengan penelitian.
Penelitian
Penelitian dilakukan sejak 2.4 Identifikasi Variabel
dibuatnya proposal sampai penelitian 2.4.1 Variabel Bebas
dilaksanakan pada bulan april di (independent)
tambak gringsing wilayah Puskesmas Variabel independen adalah
Perak Timur Surabaya, karena status imunisasi BCG di tambak
fenomena ini banyak terjadi di gringsing wilayah Puskesmas Perak
wilayah Puskesmas Perak Timur Timur Surabaya.
Surabaya. 2.4.2 Variabel Terikat (dependent)
Variabel dependen adalah
1.3 Populasi, Sampel, dan Kejadian TB Paru pada Balita di
Sampling Desain tambak gringsing wilayah Puskesmas
1.3.1 Populasi Penelitian Perak Timur Surabaya.
Pada penelitian ini populasi
adalah semua pasien balita dibawah 2.5 Pengumpulan, Pengolahan
5 tahun di tambak gringsing di dan Analisis Data
wilayah Puskesmas Perak Timur 2.5.1 Pengumpulan Data
Surabaya, berjumlah 80 orang. 1. Instrumen Penelitian
1.3.2 Sampel Penelitian Instrumen penelitian yang
Sampel Sampel pada digunakan dalam penelitian ini
penelitian ini adalah balita di tambak adalah dengan cara observasi dan
gringsing wilayah Puskesmas Perak wawancara.
Timur Surabaya yang berjumlah 67 a. Status Imunisasi BCG
responden dengan kriteria sebagai Instrumen ysng gunakan pada
berikut : status imunisasi BCG pada data
1. Kriteria inklusi dalam penelitian khusus. Penilaian yang digunakan
ini : untuk mengetahuai status imunisasi
a. Ibu yang masih memiliki KMS. BCG menggunakan lembar
Observasidan wawancara yaitu

6
dengan cara melihat kartu KMS untuk dimintai persetujuan menjadi
responden dan melihat tanda responden penelitian dengan
ditangan kanan untuk mengetahui memberikan informed consent.
sudah diimunisasi apa belum. Setelah responden setuju, peneliti
b. Kejadian TB paru melakukan observasi dan
Instrumen pada kejadian TB wawancara. Peneliti meminta
paru menggunakan lembar responden untuk mengisi lembar
dokumentasi medikal record untuk biodata, dan informed consent. Dari
mengetahui kejadian TB paru pada hasil observasi dan wawancara
balita menggunakan, dengan cara tersebut peneliti dapat mengetahui
melihat kriteria dari TB, suspekTB hasil imunisasi BCG terhadap
dan tidak TB yaitu seperti batuk kejadian TB paru di tambak
berdahak lebih dari 3 minggu, batuk gringsing wilayah Puskesmas Perak
berdarah, sesak napas, nyeri dada Timur Surabaya.
dan tes tuberkulin.
2. Prosedur Pengumpulan Data 2.5.2 Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan Data dikumpulkan dengan
setelah peneliti mendapat izin dan menggunakan kuisioner untuk data
persetujuan dari institusi program demografi. Variabel data yang
studi Stikes HangTuah Surabaya terkumpul dengan metode observasi
Kemudian peneliti membuat surat dan wawancara dan dokumentasi
ijin penelitian yang ditujukan kepada medikal record kemudian diolah
Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tahapan sebagai berikut:
Surabaya. Setelah mengurus surat a. Editing (memeriksa data)
ijin penelitian di Dinas Kesehatan Memeriksa lembar observasi yang
Kota Surabaya maka peneliti dapat telah diisi kemudian memastikan
memberikan surat ijin penelitian kelengkapan jawaban.
kepada Kepala Puskesmas Perak b. Coding (memeriksa tanda kode)
Timur Surabaya untuk mengadakan Pada tahap pengolahan ini,
penelitian. Setelah mendapat ijin peneliti memeriksa lembar
pengumpulan data, peneliti observasi yag telah diisi.
mengadakan pendekatan dan c. Processing (pengolahan data)
memilih responden sesuai dengan Data observasidan wawancara
kriteria inklusi untuk mendapatkan mengenai status imunisasi BCG
persetujuan sebagai responden yang telah terisi penuh dan benar,
penelitian. Dari populasi sebanyak serta sudah melewati proses
80 anak dengan Suspek TB Paru dan pengkodean dimasukkan ke
dengan TB paru di dan yang tidak program komputer dan data diolah
TB paru dapatkan sampel sebanyak diprogram komputer tersebut.
67 anak, caranya dengan d. Cleaning(Pembersihan data)
menggunakan metode secara acak. Jawaban-jawaban yang sudah
Langkah awal penelitian, peneliti diberikan kode kategori kemudian
mengambil sampel dengan dimasukan dalam tabel dengan
berpedoman pada kriteria inklusi cara menghitung frekuensi data.
yang telah ditentukan, kemudian Memasukkan data, boleh dengan
peneliti melakukan observasi dan cara manual atau melalui
wawancara yang telah disetujui oleh pengolahan komputer.
pembimbing terhadap responden

7
2.5.3 Analisa Data 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik analisis data
dilakukan dengan uji statistik 3.1 Hasil Penelitian
dengan analisa Chi Square, 3.1.1 Data Umum
dengan nilai kemaknaan 0,05 1. Karateristik responden
artinya p<α 0,05 maka hipotesis berdasarkan usia orang tua
diterima yang berarti ada Karakteristik Frekuensi Persentase
hubungan status imunisasi BCG (usia orang (%)
dengan kejadian TB paru pada tua )
Balita di tambak gingsing wilayah
Puskesmas Perak Timur <25 tahun 5 7.5
Surabaya. Jika p>α 0,05 berarti 25-30 tahun 30 44.8
hipotesis ditolak yang artinya tida >30 tahun 32 47.8
ada hubungan status imunisasi Jumlah 67 100
BCG dengan kejadian TB paru
pada Balita ditambak Berdasarkan tabel 5.1
gingsingwilayah Puskesmas Perak didapatkan data bahwa distribusi
Timur Surabaya. responden berdasarkan usia orang tua
menunjukkan responden yang
2.6 Etika Penelitian berusia >30 tahun sebanyak 47.8%
1. Lembar persetujuan (32 responden), berusia 25-30 tahun
penelitian (Informed Consent) sebanyak 44.8% (30 responden), dan
Subjek harus mendapatkan yang berusia <25 tahun sebanyak
informasi secara lengkap tentang 7.5% (5 responden).
tujuan penelitian yang akan 2. Karateristik responden
dilaksanakan, mempunyai hak berdasarkan jenis kelamin orang tua
untuk bebas berpartisipasi atau Karakteristik Frekuensi Persentase
menolak menjadi responden. Pada (jenis (%)
informed consent juga perlu kelamin)
dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan digunakan
Perempuan 45 67.2
untuk pengembangan ilmu.
Laki-laki 22 32.8
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Jumlah 67 100
Kerahasiaan informasi yang
telah dikumpulkan dari subjek
dijamin kerahasiannya dengan Berdasarkan tabel 5.2
tidak menyebarkan kepada orang didapatkan data bahwa distribusi
lain yang tidak berhak. Hanya responden berdasarkan jenis kelamin
kelompok data tertentu saja yang menunjukkan responden perempuan
akan disajikan pada hasil riset dan sebanyak 67.2% (45 responden), dan
selanjutnya data akan dirumuskan. laki-laki 32.8% (22 responden).
3. Tanpa Nama (Anonymity) 3. Karateristik responden
Peneliti tidak mencantumkan berdasarkan pendidikan orang tua
nama subjek pada lembar Karakteristi Frekuens Persentas
pengumpulan data (observasi) k i e (%)
yang diisi. (pendidikan)
Tidak 0 0
sekolah

8
SD 14 20.9 <2.700.000 53 79.1
SMP 25 37.3 2.700.000 12 17.9
SMA 25 37.3 >2.700.000 2 3
Perguruan 3 4.5 Jumlah 67 100
Tinggi
Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel 5.5
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data bahwa distribusi
didapatkan data bahwa distribusi responden berdasarkan penghasilan
responden berdasarkan pendidikan keluarga menunjukkan responden
menunjukkan responden dengan dengan <2.700.000 79.1% (53
pendidikan SMA 37.3%% (25 responden), 2.700.000 17.9% (12
responden), SMP 37.3% (25 responden), dan >2.700.000 3% (2
responden), SD 20.9% (14 responden).
responden), dan pergutuan tinggi 6. Karateristik responden
4.5% 93 responden). berdasarkan usia balita saat ini
4. Karateristik responden Karakteristik Frekuensi Persentase
berdasarkan pekerjaan orang (usia balita (%)
tua. saat ini)
Karakteristi Frekuens Persentas
k i e (%) 1-2 tahun 13 19.4
(pekerjaan) 2-4 tahun 36 53.7
PNS 2 3 5 tahun 18 26.9
Pegawai 11 16.4 Jumlah 67 100
swasta
Wiraswasta 14 20.9
Berdasarkan tabel 5.6
Ibu rumah 37 55.2
didapatkan data bahwa distribusi
tangga
responden berdasarkan usia balita
Tidak 3 4.5
saat ini menunjukkan responden
bekerja
dengan usia 2-4 tahun 53.7% (36
Jumlah 67 100
responden), usia 5 tahun 26.9% (18
responden), dan usia 1-2 tahun
Berdasarkan tabel 5.4
19.4% (13 responden).
didapatkan data bahwa distribusi
7. Karateristik responden
responden berdasarkan pekerjaan
berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan responden dengan
balita
pekerjaan PNS 3% (2 responden),
Karakteristi Frekuens Persentas
pegawai swasta 16.4% (11
k i e (%)
responden), wiraswasta 20.9% (14
(jenis
responden), ibu rumah tangga 55.2%
kelamin
(37 responden), dan yang tidak
balita)
bekerja 4.5% (3 responden).
Perempuan 35 52.2
5. Karateristik responden
Laki-laki 32 47.8
berdasarkan penghasilan
keluarga Jumlah 67 100
Karakteristi Frekuens Persentas
k i e (%) Berdasarkan tabel 5.7
(penghasilan didapatkan data bahwa distribusi
keluarga ) responden berdasarkan jenis kelamin

9
balita responden perempuan BCG
sebanyak 52.2% (35 responden), Imunisasi 43 64.2
laki-laki sebanyak 47.8% (32 BCG
responden). Jumlah 67 100
8. Karateristik responden
berdasarkanusia balita Tabel 5.9 menunjukkan
mendapat imunisasi BCG bahwa responden yang berdasarkan
Karakteristi Frekuens Persentas status imunisai yang menyatakan
k i e (%) tidak imunisasi BCG sebanyak
(usia 35.8% (24 responden), dan yang
imunisasi imunisasi BCG sebanyak 64.2% (43
BCG) responden).
Tidak 24 35.8 2. Kejadian TB pada Balita
imunisasi
1-5 bulan 39 58.2 Kejadian Frekuensi Persentase
6-10 bulan 3 4.5 TB pada (%)
11-15 bulan 1 1.5 balita
Jumlah 67 100 Tidak TB 42 62.7
Suspek 15 22.4
Berdasarkan tabel 5.8 TB 10 14.9
didapatkan data bahwa distribusi TB
responden berdasarkan usia Jumlah 67 100
imunisasi BCG menunjukkan
responden yang berusia 1-5 bulan Tabel 5.10 menunjukkan
58.2% (39 responden), yang tidak bahwa responden yang tidak TB
imunisasi 35.8% (24 responden), usia sebanyak 62,7% (42 responden),
6-10 bulan 4.5% (3 responden), dan yang suspek TB sebanyak 22,4% (15
yang usia 11-15 bulan 1.5% (1 responden), dan yang TB sebanyak
responden). 14,9% (10 responden).
3. Hubungan status imunisasi
3.1.2 Data Khusus BCG dengan kejadian TB
Data khusus yang disajikan pada Balita di Tambak
tabel data tentang hubungan status Gringsing Wilayah
imunisasi BCG dengan kejadian TB Puskesmas Perak Timur
paru pada baliti di tambak gringring Surabaya.
wilayah puskesmas perak timur
surabaya. Dari hasil tersebut dapat
diketahui ada atau tidaknya
hubungan yang kuat antara dua
variabel tersebut dengan analisis uji
statistik Chi Square.

1. Karakteristik responden
berdasarkan status imunisasi
Status Frekuensi Persentase Tabel 5.11 menunjukkan
Imunisasi (%) hubungan status imunisasi dengan
Tidak 24 35.8 kejadian TB pada anak yang
imunisasi menunjukkan responden dalam

10
penelitian ini berjumlah 67 merupakan vaksin yang mengandung
responden, dari 67 responden kuman TBC yang telah dilemahkan.
(100%) tersebut, responden dengan Frekuensi pemberian
status imunisasisebanyak 24 imunisasi BCG adalah umur 0-11
responden (100%) dimana 14 bulan, akan tetapi pada umumnya
responden (58.3%) tidak menderita diberikan pada bayi umur 2 atau 3
TB, 9 responden (37.5%) dengan bulan (Hidayat, 2009).
suspek, dan 1 responden (4.2%)
yang menderita TB. Responden 1.2.2 Kejadian TB paru pada
yang imunisasi sebanyak 43 balita di Tambak Gringsing
responden (100%) dimana 28 Wilayah Puskesmas Perak
responden (65.1%) tidak menderita Timur Surabaya.
TB, 6 responden (14.0%) dengan Hasil penelitian pada tabel
suspek, dan 9 responden (20.9%) 5.10 menunjukkan bahwa responden
yang menderita TB.Berdasarkan kejadian TB paru pada balita
hasil uji Chi-Square didapatkan sebanyak 42 responden (62.7%)
nilai ρ = 0.033 < α = 0.05, yang tidak menderita TB dengan
artinya secara statistik terdapat responden yang divaksin umur 1-5
hubungan yang signifikan antara bulan sebanyak 25 (64.1%)
status imunisasi dengan kejadian responden, yang berumur 6-10 bulan
TB paru pada balita. 2 (66.7%) responden, dan yang
berumur 11-15 bulan sebanyak 1
1.2 Pembahasan (100%) responden, sedangkan yang
1.2.1 Status imunisasi BCG di tidak divaksin sebanyak 14 (58.3%)
Tambak Gringsing Wilayah responden.
Puskesmas Perak Timur Karena imunisasi BCG
Surabaya. adalah imunisasi yang diberikan
Hasil penelitian pada tabel kepada bayi yang berusia 0-2 bulan
5.9 menunjukkan bahwa responden yang bertujuan untuk mencegah
sebanyak 24 responden (35.8%) yang penyakit tuberkulosis. Karena sistem
tidak di imunisasi dan 43 responden imunitas yang belum sempurna,
(64.2%) yang di imunisasi. kontak erat dengan orang dewasa
Menurut Maryanti, dkk penderita TBC disekitarnya (orang
(2011) imunisasi BCG merupakan tua, kerabat dekat, dan
upaya pencegahan untuk jenis infeksi pengasuh)(Wahyu, 2008).
tuberkulosis (TBC) pada anak. Menurut Herry (2011),
Merupakan imunisasi yang terdapat tiga faktor resiko TB paru,
digunakan untuk mencegah yaitu kepadatan, Kepadatan tempat
terjadinya penyakit TBC yang berat tinggal mempengaruhi penyebab
sebab terjadinya penyakit TBC yang penularan penyakit. Semakin padat
primer atau yang ringan dapat terjadi tempat tinggal, penyakit semakin
walaupun sudah dilakukan imunisasi cepat menular melalui udara, suhu
BCG, pencegahan imunisasi BCG didalam ruangan erat kaitannya
untuk TBC yang berat seperti TBC dengan kepadatan tempat hunian dan
pada selaput otak, TBC Milier (pada ventilasi rumah. Kuman TB paru
seluruh lapang paru) atau TBC akan menjadi inaktif oleh cahay
tulang imunisasi BCG ini matahari yang dapat mematikan
fungsi vital organisme. Kepadatan

11
tempat tinggal yang ditetapkan Berdasarkan hasil penelitian
Depkes (2008). yang di imunisasi sebanyak 43 orang
Riwayat kontak, kontak yang (64.2%) dengan yang tidak TB 28
erat dan berlangsung lama dengan orang (65.1%), yang TB 9 orang
penderita TB dewasa yang tinggal (20.9%), dan yang suspek 6 orang
serumah, juga memudahkan (14.0%). Menurut Rahajoe, 2005
terjadinya penularan TB. Kontak dalam Welldany siregar 2008
serumah dengan penderita TB Meskipun belum membuktikan
merupakan salah satu faktor resiko efikasi imunisasi BCG secara
terjadinya TB. konsisten, sehingga saat sekarang
imunisasi ini masih efektif dan aman
1.2.3 Hubungan status imunisasi diberikan. BCG merupakan salah
BCG dengan kejadian TB satu upaya dari berbagai upaya
paru pada balita di penanggulangan TB. Terjadinya
Tambak Gringsing Wilayah tuberkulosis paru pada anak bisa
Puskesmas Perak Timur disebabkan oleh beberapa hal selain
Surabaya. karena kontak dengan penderita
Keterkaitan antara hubungan dewasa dan imunisasi BCG.
status imunisasi dengan kejadian TB Faktor-faktor lain diantaranya
paru pada balita seperti yang tampak adalah karena anak menempati
pada tabel 5.11 sesuai hasil uji Chi- rumah yang padat, rumah anak dalam
Square didapatkan nilai ρ = 0.033 < keadaan lembab, luas ventilasi rumah
α = 0.05, artinya secara statistik dan suhu rungan anak yang tidak
terdapat hubungan status imunisasi memenuhi syarat kesehatan,
BCG dengan kejadian TB paru pada pencahayaan rumah yang tidak
balita di Tambak Gringsing Wilayah cukup, keterpaparan dengan asap
Puskesmas Perak Timur Surabaya. rokok, status ekonomi, status gizi
Berdasarkan data penelitian dan balita yang tidak mendapat ASI
menunjukkan 67 (100%) yang tidak eklusif.
di imunisasi BCG sebanyak 24 orang
(62.7%) dengan yang tidak TB 14 5.2 Keterbatansan
orang (58.3%) lebih dominan dari Dalam penelitian ini
yang tidak imunisasi dengan suspek kelemahan, hambatan dan
sebanyak 9 orang (37.5%), dan yang keterbatasan yang dihadapi oleh
tidak imunisasi dengan TB sebanyak peneliti adalah :
1 (4.2%). Imunisasi BCG adalah 1. Dalam penelitian ini adanya
imunisasi yang diberikan kepada keterbatasan saat melakukan
bayi yang berusia 0-2 bulan yang observasi melihat apakah
bertujuan untuk mencegah penyakit balita tersebut sudah di
tuberkulosis (TBC). Menurut imunisasi apa belum dengan
Maryanti, dkk (2011) vaksin BCG menggunakan KMS atau
diberikan pada bayi umur 0-12 bulan melihat tanda imunisasi di
secara suntikan intrakutan dengan tangan sebelah kanan balita.
dosis 0,05 ml. Vaksin BCG 2. Alasan balita tidak
dinyatakan berhasil apabila terjadi diimunisasi karena orang tua
tuberkulinkonversi pada tempat responden takut akan
suntikan. anaknya sakit panas dan lain-
lain jika diimunisasi.

12
3. Beberapa responden tidak anak kepada para ibu atau
berada di rumah sehingga warga, agar para ibu-
dibutuhkan waktu untuk ibu tidak perlu merasa takut
mendatangi rumah responden jika anaknya di imunisasi
kembali. karena takut anaknya
nantinya panas dan lainnya.
4. PENUTUP Dan konseling untuk
4.1 Simpulan meningkatkan pengetahuan
orang tua balita tentang
Berdasarkan hasil penelitian penyakit tuberkulosis paru.
yang telah dilakukan di Tambak
Gringsing Wilayah Puskesmas Perak DAFTAR PUSTAKA
Timur Surabaya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut : Aru W, Bambang S. Dkk. (2006).
1. Status imunisasi BCG pada Buku Ajar Ilmu Penyakit
balita di Tambak Gringrisng Dalam. Jakarta:Pusat
Wilayah Puskesmas Perak Penerbit Departemen.
Timur Surabaya sebagian
besar di imunisasi BCG. Artikelkesehatananak.com/imunisasi
2. Balita di Tambak Gringrisng -bcg-gagal.html. Tanggal
Wilayah Puskesmas Perak 10/03/2015. jam 16.30.
Timur Surabaya sebagian
besar tidak menderita TB. Behrman, Richard E, Kligman,
3. Ada hubungan antara status robert M.. Dkk. (2012). Ilmu
imunisasi BCG dengan Kesehatan Anak Nelson.
kejadian TB paru pada balita Jakarta : EGC.
Di Tambak Gringsing
Wilayah Puskesmas Perak Depkes RI. (2007). Pedoman
Timur Surabaya. Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta:
4.2 Saran Depkes RI
Berdasarkan hasil penelitian,
beberapa saran yang disampaikan (2007). Pedoman
pada pihak terkait adalah sebagai Nasional Penanggulangan
berikut : Tuberkulosis. Jakarta.
1. Bagi Peneliti
Peneliti mampu mengetahui Depkes, RI. (2002). Pedoman
adanya hubungan status Nasional Penanggulangan
imunisasi BCG dengan Tuberkulosis. Jakarta.
kejadian TB paru pada balita.
Peneliti berharap adanya dr. Genis Ginanjur W. (2008).
pengembangan penelitian Panduan Parktis Mencegah
selanjutnya. Dan Menangkal TBC Pada
Anak. Jakarta: Dian Rakyat.
2. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya Efendi, miswan. (2012). Dalam
dapat memberikan health Skripsi : Hubungan Kontak
education mengenai Dengan Penderita Dewasa
pentingnya imunisasi bagi

13
Dan Imunisasi Bcg Dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru Maryanti, Dwi, Dkk. (2011). Buku
Balita Di Poli Anak Rsud Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita.
Dr. M. Yunus Bengkulu Jakarta: TIM.
Tahun 2012.
Bengkulu.http/stikesdehasen Maryunani, Anik. (2010). Ilmu
.ac.id/downlot.php?File=Skr Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.
ipsi%20Tuk%20 Jakarta: TIM.
kaset.pdf.Tanggal
02/03/2015. Jam 16.00 Mufidah, Fatchul. (2012). Cermati
Penyakit-Penyakit yang
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Rentan Di Derita Anak Usia
Pengantar Ilmu Sekolah. Jogjakarta:
Keperawatan Anak 1. Flashbooks.
Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Sakit. Jakarta. EGC.
Pengantar Ilmu Anak 2.
Jakarta: Salemba medika. Putra, Sitiatava Rizema. (2012).
Asuhan Neonatus Bayi Dan
IDAI. (2011). Pedoman Imunisasi Di Balita Untuk Keperawatan
Indonesia Edisi Keempat. Dan Kebidanan. Jogjakarta:
Jakarta: Badan Penerbit D-Medika.
Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Rudolph, Abraham M. Dkk. (2006).
Buku Ajar Pediatri Rudolph.
IDAI. (2011). Panduan Imunisasi Ed.20. vol.1. Jakarta: EGC.
Anak (Mencegah Lebih Baik
Dari Pada Mengobati). Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik
Jakarta: Badan Penerbit Penulisan Kiset
Ikatan Dokter Anak keperawatan. Ed 2.
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laksono, AgungDwidkk. (2012). Septiari, Bety Bea. (2012). Mencetak


KajianStandarPelayanan Balita Cerdas Dan Pola
Minimal Asuh Orang Tua.
PenyakitTuberkulosisTerkaitI Yogyakarta: Nuha Medika.
ndikator Millennium
Development Soegeng soegijanto. (2007).
Goals.http://ejournal.litbang.d Kumpulan Makalah
epkes.go.id/index.php/hsr/arti Penyakit Tropis Ian infeksi
cle/view/3000, diunduh pada Di Indonesia. Surabaya:
tanggal 26 Maret 2015 pada Airlangga University Press.
jam 07.00 WIB.
Sunyoto Danang, Setiawan Ari.
Mandal, B. K.. Dkk. (2008). (2013). Buku Ajar Statistik
Penyakit Infeksi. Ed ke-6. Jakarta: Kesehatan Paramatrik, Non
Erlangga. Paramatik, Validitas, Dan

14
Reliabilitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Triton. (2006). Mengasuh Dan


Perkembangan Balita.
Yogyakarta: Oryza.

Usu intutional Respository : Open


acces Respitory-perbedaan
hasil uji montoux pada anak
umur 3 bulan- 16 bulan
yang kontak serumah
dengan penderita
tuberkulosis BTA (+) yang
telah diimunisasi dan belum
imunisasi BCG. Tanggal
11/03/2015. 14.00.

Wahyuni, Sri. (2011). Asuhan


Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta:
EGC.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis


(Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan Dan
Pemberantasannya). Ed ke-
2. Jakarta: Erlangga.

Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan.


(2011). SPSS Complete
Teknik Analisis Statistik
Terlengkap dengan Software
SPSS. Jakarta : Salemba
Infotek

15

Anda mungkin juga menyukai