ABSTRAK
Latar Belakang : Dari studi kasus yang dilakukan di uptd Puskesmas Jatibening ditemukan kasus pada Tahun
2016 sebanyak 50 orang yang terkena Tuberkulosis pada Tumbuh Kembang pada Balita dan pada Tahun 2017
ditemukan 62 orang mengalami Tuberkulosis terhadap Tumbuh Kembang pada Balita pada Tahun 2018
ditemukan 75 orang yang mengalami Tuberkulosis terhadap Kumbuh Kembang pada Balita pada Tahun 2019
ditemukan 93 orang yang mengalami Tuberkulosis terhadap Tumbuh kembang pada Balita . Dari penomena
diatas penelitan tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kejadian Tuberkulosis (TBC) terhadap Tumbuh
Kembang pada Balita Tahun 2019. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui distribusi frekuensi Kejadian
Tubercolusis (TBC) terhadap Tumbuh Kembang pada Balita di UPTD Puskesmas Jatibening Tahun 2019.
Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah total sampling dengan
pengumpulan data sekunder dan primer atau data yang diperoleh secara tidak langsung. Hasil Penelitian : Hasil
uji statistik pearson chi – square diperoleh nilai ρ 0,01 atau ρ < α (0,05) kesimpulannya Ho ditolak dan Ha
diterima, yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengaruh kejadian Tuberkulosis (TBC) Terhadap
Tumbuh Kembang Pada Balita. Kesimpulan : Dari hasil perhitungan terhadap kedua variable yang di peroleh
dari uji statistik pearson chi – square diperoleh nilai ρ 0,01 maka diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengaruh kejadian Tuberkulosis (TBC) Terhadap Tumbuh Kembang pada balita. Saran :.
Disarankan untuk tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada keluarga dalam memerhatikan asupan
gizi maupun nutrisi guna untuk pertumbuhan balita.
ABSTRACT
Background: From a case study conducted at the Jatibening Community Health Center, 50 cases were found in
2016 that were affected by Tuberculosis in Growth and Development in Toddlers and in 2017 found 62 people
experiencing Tuberculosis in Growth and Development in Toddlers in 2018 found 75 people who experienced
Tuberculosis against growth and development in infants. From the phenomenon above, the research is interested
in examining the effect of tuberculosis (TB) on growth and development in infants in 2019. Goals : To find out
the frequency distribution of the Tuberculosis Event (TB) against Growth and Development in Toddlers in
UPTD Puskesmas Jatibening in 2019. Method : The research design used in this study is total sampling by
collecting secondary and primary data or data obtained indirectly. Research Results : Pearson chi-square
statistical test results obtained ρ 0.01 or ρ <α (0.05) the conclusion is Ho is rejected and Ha is accepted, which
means that there is a significant relationship between the effect of tuberculosis (TB) on growth and development
in infants. Summary : It is recommended for health workers to provide education to families in paying attention
to nutrition and nutrition for the growth of infants.
1
PENDAHULUAN kemungkinan
Menurut World Health
Organization (WHO) dalam Annual report
on global TB control 2013 menyatakan
terdapat 22 negara dikatagorikan sebagai
hight-burden countrien terhadap TBC
(WHO dalam Nisa,2013). WHO juga
memperkirakan terjadinya kasus TBC
sebanyak 9 juta per Tahun di seluruh dunia
pada Tahun 2013, dengan jumlah kematian
sebanyak 3 juta orang per Tahun. Dari
seluruh kematian tersebut, 25% terjadi di
negara berkembang salah satunya termasuk
Indonesia (Depkes RI, 2013).
Infeksi Tuberkulosis (TBC)
merupakan masalah kesehatan utama di
dunia. Sepertiga penduduk dunia terinfeksi
kuman Tuberkulosis. Indonesia menduduki
peringkat kelima negara dengan kasus TB
tertinggi di dunia. Prevalensi seluruh kasus
TB di Indonesia sebesar 244 per 100.000
penduduk dan insiden sebesar 228 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2016
triwulan 1 proporsi pasien TB Anak
sebesar 9,9%. Permasalahan infeksi
Tuberkulosis anak lebih komplek
dibandingkan dengan penderita dewasa.
Sumber penularan TB anak adalah
penderita TB dewasa yang mempunyai
kontak erat dengan balita, yaitu salah
satunya adalah anggota keluarga. Pasien
TB dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB dengan BTA negatif.
Faktor yang mempengaruhi
2
seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya
malnutrisi. Adanya infeksi TB dan
malnutrisi pada balita dapat menggangu
pertumbuhannya.
Pemerintahan Provinsi Jawa Barat
menghujutkan kometmen untuk
memberantas penyakit Tuberkulosis
(TCB) dengan menerbitkan Peraturan
Gubenur Nomor 12 Tahun 2019
mengenai rencana aksi daerah untuk
pencegahan dan pengendalian TBC, yang
untuk pertama kalinya disosialisasikan ke
publik pada acara peringatan. Hari
Tuberkulosis sedunia tingkat Provinsi
Jawa Barat di Gedung Sate, Kota
Bandung, Senin. Pemerintahan daerah
mengumumkan bahwa Dinas Kesehatan
Jawa Barat telah memeriksa 8,369 warga
di sembilan Kabupaten /Kota dan
menemukan 873 orang menunjukan gejala
TBC dan 41 lainya dinyatakan positif
terinfeksi kuman TBC.
Meskipun jumlah pederita
Tuberkulosis (TBC) di Kota Bekasi
mengalami penurunan, namun jumlah
penyakit menular ini masih tinggi. Pada
Tahun 2015 lalu jumlah penderita
Tuberkulosis (TBC) mencapai 12.831
orang, sedangkan tahun 2016 mencapai
11.960 orang Kepala Dinas Kesehatan
Kota Bekasi Kusnanto Saidi mengatakan
penyakit dari kuman mycobacterium
Tuberkulosis ini patut diwaspadai. Selain
bisa mengakibatkan kematian, prosis
3
pengobatan terhadap penyakit ini juga dan membran yang menutupi organ
membutuhkan waktu yang cukup lamah pencernaan (Peritoneum).
hingga setahun lebih. Kusnanto Menurut Ahmad (2016) faktor
mengatakan, progress penyembuhan risiko yang berperan terhadap timbulya
pederita TBC mengalami progres yang kejadian penyakit Tuberkolusis paru
cukup baik. Di Tahun 2015, penyembuhan dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu
pasien terhadap penyakit TBC mencapai faktor risiko kependudukan (jenis kelamin,
74% dari target 85%. Sedangkan pada umur, pendidikan, pekerjaan ,status gizi,)
2016, penyembuhan penyakit TBC dan faktor risiko lingkungan ( kepadatan
sebanyak 84% dari target penyembuhan hunian, ventilasialamiah, suhu dan
85%, Meski suspect kasus TBC cukup kelembapan).
banyak namun progress penyembuhan pun Diperkirakan lebih dari 200 juta
cukup baik karena petugas rutin anak balita dinegara berkembang gagal
mengigatkan pasien untuk minum obat. mencapai potensi dan perkembangan
Angka penderita penyakit optimalnya karena masalah kemiskinan,
Tuberkolusis (TBC) di kabupaten bekasi malnutrisi, atau lingkungan tidak
sebanyak 4.804 jiwa. Angka itu mendukung,sehinga mempengaruhi
berdasarkan data dari dinas kesehatan perkembangan kognitif, motoric, emosi,
sepanjang tahun 2017. Penyakit ini dan social anak.
seringkali diderita anak balita sampai Menurut Soetjiningsih (2015 ),
remaja usia 5-15 Tahun. Sedangkan TBC perkembangan (Development) adalah
juga diderita oleh perempuan usia 22 tahun pertambahnya kemampuan (Skill) dalam
dan laki-laki 19 Tahun yang terkena struktur dan fungsi tubuh yang komplek
penyakit TBC. dalam pola teratur yang dapat diramalkan,
Adapun dampak Tuberkolusis sebagai hasil dari proses pematangan.
biasanya menyerang paru-paru, namun Menurut Strathearn et al. (2016)
hingga sepertiga banyak balita juga pertumbuhan (Growth) secara umum erat
terinfeksi, HIV/AIDS dari orang tuanya kaitnya dengan masalahnya dengan
sendiri, maka penyakit pada balita akan perubahannya dalam besar, jumlah ukuran,
cepat berkembang dalam tubuh. Tetapi biasa di ukur dalam ukuran berat,panjang,
juga bisa berdampak pada bagian tubuh umur tulang dan keseimbangan metabolik.
lainnya seperti penyakit TBC kelenjar geta Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran
bening, selaput yang menunutupi otak, dan jumlah sel serta jaringan intersesluler
sendi, ginjal bertambah ukuran fisik dan struktur
tumbuh
4
dalam arti sebagian atau keseluruhan Populasi dan sampel
( Depkes,2017). Populasi
Dari stadi kasus yang dilakukan di Populasi merupakan keseluruhan
UPTD Puskesmas Jatibening ditemukan objek/subyek yang di teliti. Populasi tidak
kasus pada tahun 2016 sebanyak 50 orang hanya menyangkut orang atau makhluk
yang terkena Tuberkulosis pada Tumbuh hidup, populasi dapat berupa orang, benda
Kembang pada Balita dan pada Tahun atau suatu subyek/obyek apapun yang
2017 ditemukan 62 orang mengalami didalamnya dapat di peroleh dan atau dapat
Tuberkulosis terhadap tumbuh kembang memberikan informasi (data) terkaittopik
pada balita, pada Tahun 2018 ditemukan penelitian (Omega Tahun, 2017).
75 orang yang mengalami Tuberkulosis Populasi pada penelitian ini adalah
terhadap Tumbuh kembang pada Balita, seluruh balita yang mengalami
pada tahun 2019 ditemukan 93 orang yang Tuberkulosis terhadap tumbuh kembang
terkena Tuberkulosis terhadap Tumbuh pada balita sebanyak 50 responden di
Kembang pada Balita. Dari penomena UPTD Puskesmas Kelurahan Jatibening
diatas penelitan tertarik untuk meneliti Pondek Gede Bekasi.
tentang pengaruh kejadian Tuberkulosis Sampel
(TBC) terhadap Tumbuh Kembang pada Sampel adalah sebagian kecil dari
Balita Tahun 2019. jumlah dan karakteristik yang ada pada
METODOLOGI PENELITIAN populasi yang di anggal dapat
Desain Penelitian merepresentasikan populasi (Omega
Desain penelitian yang digunakan Tahun, 2017). Sampel dalam penelitian
penulisan. adalah analitik dengan ini adalah sebagian yang mengalami
rancangan cross sectional dimana data penyakit Tuberkulosis dan tumbuh
yang menyangkut variabel independen dan kembang pada balita sebanyak 50
dependen yang diukur secara bersamaan Responden balita di UPTD Puskesmas
dalam waktu yang sama. Dengan Kelurahan Jatibening Pondek Gede
mengambil data primer dan sekunder Bekasi.
melalui denver mengenai Tuberkulosis Dalam penelitian ini digunakan
(TBC) dan Tumbuh Kembang pada Balita. tekhnik pengambilan sampel yaitu total
Tempat dan Waktu Penelitian sampling, dimana jumlah sampel sama
Penelitian ini dilaksanakan di dengan populasi (Sugiyono, 2017).
UPTD Puskesmas jatibening di ruang anak Alasan mengambil total sampling karena
pada 2 minggu bulan juli tahun 2019. menurut Sugiyono (2017) jumlah
5
populasi yang kurang dari 100 seluruh variabel dengan mengunakan bentuan
populasi di jadikan sampel penelitian. computer program SPSS.
Analisis Data Dianalisis dengan uji stastitik chi-
Untuk mengetahui keeratan Square dan mengunakan dan mengunakan
hubungan antara variabel bebas dan komputerisasi dengan tingkat kemaknaan
variabel terkait guna menguji hipotisis α
analisanya di bagi menjadi 2 tahap yaitu: = 0,05. Analisis ini dilakukan untuk
Analisis Univariat melihat hubungan (kolerasi) antara
Analisa univariat adalah analisis variabel independen dengan variabel
yang di lakukan terhadap tiap variabel dari dependen.
hasil penelitian. Pada umumnya dalam Keputusan dari pengujian Chi-Square:
analisis ini hanya menghasilkan distribusi Jika р value < a (0,05), Ho ditolak dan Ha
dan presentase dari tiap variabel. diterima yang yang berarti ada hubungan
P = F X 100 %
(Notoadmodjo,2013) pengolahan dan antara variabel independen dan dependen.
analisis data variabel dapat dilakukan Jika р value > a (0,05), Ho diterima dan
dengan rumus sebagai berikut Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
HASIL PENELITIAN
TABEL 4 1
Distribusi Frekuensi Tumbuh Kembang Pada Balita di UPTD Puskesmas Jatibening
tahun 2019
No Tumbuh kembang Frekuensi Persentase
1 Tidak sesuai 35 70,0%
2 Sesuai 15 30,0%
6
Total 50 100,0 %
7
Berdasarkan tabel 5.1.1 tentang kembang sesuai sebanyak 15 orang ( 30,0
distribusi frekuensi tumbuh kembang pada %) dan yang mengalami tidak sesuai
balita di UPTD Puskesmas Jatibening Tumbuh Kembang pada Balita sebanyak
Tahun 2019 menunjukan bahwa, dari 50 35 orang ( 70,0 %).
responden yang mengalami tumbuh
TABEL 4 2
Distribusi Frekuensi Tuberkulosis Pada Balita di UPTD Puskesmas Jatibening
tahun 2019.
No. Tuberkulosis Frekuensi Persentase
1. Ya 30 60,0%
2. Tidak 20 40.0 %
Total 50 100,0 %
TABEL 4 3
Pengaruh Tuberkulosis terhadap tumbuh kembang balita di
UPTD Puskesmas Jatibening
Tahun 2019
Tumbuh Kembang
TBC Tidak Sesuai Sesuai Total P value
30 0
Iya 100,0% 0,0% 30 100,0%
Tidak 15 75,0% 5 25,0% 20 100,0% 0,001
15
Total 30,0% 35 70,0% 50 100,0%
8
Kembang Balita di UPTD Puskemas pertumbuhan pada anak dapat terjadi
Jatibening tahun 2019. perubahan tentang besar, jumlah, ukuran
PEMBAHASAN dalam tingkat sel, organ, maupun individu,
Hasil analisa dari data yang di sedangkan peristiwa perkembangan pada
peroleh selamah dua minggu di UPDT anak dapat terjadi pada perubahan bentuk
puskesmas jatibening menunjukan bahwa dan fungsi pematangan organ mulai dari
kenyataan tidak terdapat pengaruh yang aspek sosial, emosional, dan intelektual.
singifikat kejadian Tuberkulosis terhadap Pertumbuhan dan perkembangan otak tidak
tumbuh kembang pada balita. Hal ini bisa diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi
dibuktikan melalui perhitungan yang pada masa balita. Oleh karena itu masa
dilakukan oleh dengan SPSS, dimana nilai balita sering disebut sebagai ”masa emas”.
Chi squarre lebih besar dari 0,05. Dari Bila pada masa ini mengalami kekurangan
hasil penelitian ini di peroleh kejadian gizi dapat menyebabkan pertumbuhan fisik
Tuberkulosis terdapat menunjukan bahwa, dan intelektual terganggu (Wiryo,20014).
dari 50 responden yang mengalami Pada masa balita perkembangan sistem
Tuberkulosis sebanyak 30 orang ( 60,0%) saraf tumbuh dengan cepat. Sel-sel otak
dan yang tidak mengalami Tuberkulosis tumbuh dan matang secara kimiawi
sebanyak 20 orang ( 40.0 %) sedangkan menjadi lebih aktif. Oleh karena itu perlu
pada tumbuh kembang terdapat 50 diperhatikan segala aspek yang berkaitan
responden yang mengalami tumbuh dengan proses Tumbuh Kembangnya.
kembang tidak sesuai sebanyak 35 orang ( Menurut Thoha (2014), salah satu
70 ,0 %) dan yang mengalami tumbuh aspek yang penting dalam masa tumbuh
kembang sesuai sebanya 15 orang ( 30,0 kembang anak adalah aspek gizi. Lebih
%). Tetapi peneliti dalam penelitianya lanjut Hidayat (2014) menyebutkan bahwa
mendapatkan bahwa balita terkena manfaat gizi dalam tubuh adalah dapat
penyakit Tuberkulosis sehinga tumbuh membantu proses pertumbuhan dan
kembangya terhmbat. Tentunya selain itu perkembangan anak, serta mencegah
banyak faktor- faktor yang penting berbagai penyakit akibat kekurangan gizi
mempengaruhi terjadinya Tuberkulosis dalam tubuh seperti kekurangan energi dan
terhadap tumbuh kembang pada balita. protein, anemia, defisiensi yodium,
Menurut Hidayat (20015), peristiwa defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A,
yang dialami dalam pertumbuhan dan serta defisiensi zat gizi lainnya yang dapat
perkembangan anak adalah masa mempengaruhi tumbuh kembang anak.
percepatan dan perlambatan. Peristiwa
9
Dari hasil penelitian dapat Menurut Andisa Shabrina tahun
diketahui bahwa Pengaruh kejadian 2019 Pengaruh Tuberkulosis terhadap
Tuberkulosis terhadap Tumbuh Kembang balita adalah merupakan salah satu
pada balita, dari 30 responden yang penyakit infeksi kronis yang paling banyak
mengalami Tuberkulosis paling banyak terjadi di Indonesia.TBC yang pertama kali
yang mengalami Tumbuh Kembang pada di lihat pengaruhya adalah pertumbuhan
balita sebanyak 35 responden (75,0%) dan anak yang terhambat,sehinga tubuhya jadi
dari 15 responden yang tidak mengalami lebih kecil dari anak sebayaya. Anak
Tuberkulosis paling banyak yang tidak terlihat kurus dan nafsu makan berkurang.
mengalami Tumbuh Kembang pada balita Akan tetapi, tidak semua gejalah yang
sebanyak 15 responden ( 100,0%). terlihat seperti itu. TB pada anak juga tetap
Hasil uji statistik pearson chi – bisa terjadi jika anak tetap mau makan
square diperoleh nilai ρ 0,001 atau ρ < α seperti biasanya, tapi tumbuh kembang
(0,05) kesimpulannya Ho ditolak dan Ha balita bisa mengalami kenaikan atau
diterima, yang artinya ada hubungan yang menurun. Kondisi ini memang jarang
bermakna antara pengaruh kejadian terjadi, namun orang tua tetap harus
Tuberkulosis (TBC) Terhadap Tumbuh waspada. Mengenali gejalah TB pada anak
Kembang pada balita UPTD Puskemas dapat membantu untuk mengatasi penyakit
Jatibening Tahun 2019. ini lebih cepat sebagai berikut
1
1