PENDAHULUAN
2.2.8 Diagnosis
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2
hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.
c. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan
dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan fototoraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khaspada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya
kaku kudukpada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura
(Pleuritis), pembesarankelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulangbelakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
b. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan
tubuh yang terkena (Kemenkes RI, 2011).
2.2.9 Pengobatan Tuberkulosis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis (TB Paru) bertujuan untuk
menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktifitas serta kualitas
hidup, mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak
buruk selanjutnya, mencegah terjadinya kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah resitensi M. Tuberkulosis terhadap
obat anti tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014: 20). 2.1.10.2 Prinsip
pengobatan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting
dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu
upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari
kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
(Kemenkes RI, 2014: 20)
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk oaduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi.
b. Diberikan dalam dosis yang tepat.
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
sampai selesai pengobatan.
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
2. Tahapan Pengobatan Tb
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan. Pada tahap intensif (awal) menderita mendapat obat
setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat. Jikapengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada
tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister (dortmant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan (Kemenkes RI, 2014).
2.2.10 Hasil Pengobatan Pasien Tuberkulosis
a. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan apusan dahak ulang (Follow-up) hasilnya negatif pada
AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya (Kemenkes RI, 2011).
b. Pengobatan lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada
AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya (Kemenkes RI, 2011).
c. Meninggal
Pasien yang meninggal dari masa pengobatan karena sebab
apapun (Kemenkes RI, 2011).
d. Pindah (Transfer out)
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan
(register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui (Kemenkes
RI, 2011).
e. Putus berobat(Defaulted)
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai (Kemenkes RI, 2011).
f. Gagal
Pasien yang pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan (Kemenkes RI, 2011).
g. Keberhasilan pengobatan (Treatment success)
Jumlah yang sembuh dan pengobatan lengkap. Digunakan
pada pasien dengan BTA+ atau biakan positif (Kemenkes RI, 2011)