Anda di halaman 1dari 63

PENELITIAN

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI LAWAR


TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI DESA SEKONGKANG BAWAH KECAMATAN SEKONGKANG
KABUPATEN SUMBAWA BARAT

HAPID, S.E.,M.Ak.
NIP : 19740721 200901 1 008

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini
dengan tepat waktu. Proposal Penelitian ini ditulis agar menambah ilmu dan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang “Dampak Pengembangan
Pariwisata Pantai Lawar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di
Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa
Barat”
Penulis berharap proposal ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis, menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
proposal penelitian ini. Oleh karena itu penulis menghargai saran dan kritik dari
para pembaca. Mengingat setiap karya tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal peneltian ini
tidak selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini peneliti sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. H.W.Musyafirin, M.M., Selaku Bupati Sumbawa Barat yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta berpartisipasi
dalam Lomba Penelitian Umum.
2. Bapak Fud Syaifuddin, S.T., Selaku Wakil Bupati Sumbawa Barat yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta berpartisipasi dalam
Lomba Penelitian Umum.
3. Bapak Amar Nurmansyah,S.T.,M.Si., Selaku Sekretaris Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta berpartisipasi dalam Lomba Penelitian Umum.
4. Bapak drh.Hairul,M.M., Selaku Kepala Bappeda dam Litbang Kabupaten
Sumbawa Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta berpartisipasi dalam Lomba Penelitian Umum.
5. Bapak Ikramawansyah, ST.,M.T., Selaku Kepala Bidang Litbang di Bappeda
dan Litbang Kabupaten Sumbawa Barat yang telah memberikan kesempatan

ii
kepada penulis untuk ikut serta berpartisipasi dalam Lomba Penelitian
Umum.
6. Bapak H. Badaruddin, S.Pd., Selaku Camat Sekongkang di Kantor
Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat yang telah memberikan
kesediaan dan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta berpartisipasi
dalam Lomba Penelitian Umum.
7. Kepada Bapak Kepala Desa Sekongkang Bawah dan jajarannya yang telah
bersedia membantu dalam memberikan data yang saya butuhkan untuk
keberlanjutan proposal penelitian saya serta segenap masyarakat di Desa
Sekongkang Bawah yang sangat terbuka dalam memberikan informasi yang
saya butuhkan.
8. Kepada Ibunda saya Ibu Janariah yang telah memberikan do’a, nasihat,
motivasi, bimbingan dan selalu mensupport dalam segala hal sehingga
proposal penelitian saya dapat terselesaikan dengan baik.
9. Kepada istri dan anak – anak saya Baiq Nurul Hikmah,A.Md.Keb. dan
Athirah Keysha Maulida serta Muhammad Hafidzurrizky yang selalu
memotivasi penulis dan membantu penulis ketika dalam keadaan penat.
10. Terima kasih kepada rekan – rekan karyawan Kantor Kecamatan Sekongkang
yang telah membantu saya dan selalu memberikan semangat dan dukungan
lainnya.
Peneliti menyadari proposal penelitian ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Peneliti mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya proposal penelitian ini dapat memberikan
manfaat sesuai dengan tema Penelitian Umum yaitu “Optimalisasi Potensi Daerah
Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi dan Mendukung Pembangunan
Berkelanjutan” serta dapat dikembangkan secara lebih lanjut.
Sekongkang, Mei 2022
Penulis

Hapid

iii
ABSTRAK

Hapid, 2022. Dampak Pengembangan Pariwisata Pantai Lawar Terhadap Kondisi


Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang
Kabupaten Sumbawa Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Pengembangan Pariwisata


Pantai Lawar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sekongkang
Bawah Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif, metode pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi langsung di objek wisata Pantai
Lawar. Adapun informan dalam penelitian ini adalah pengelola objek wisata dan
masyarakat yang ada di Desa Sekongkang Bawah. Hasil penelitian dapat diketahui
bahwa pengembangan pariwisata memberikan dampak terhadap masyarakat
khususnya pada dampak positif keadaan sosial ekonomi dan dampak negatif
keadaan sosial ekonomi. Dampak positifnya yaitu pendidikan keluarga responden
mengalami peningkatan, solidaritas sosial antar masyarakat tinggi, pengembangan
pariwisata mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, kepemilikan aset
bergerak dan tidak bergerak menjadi bertambah serta kepemilikan tempat tinggal
dan kepemilikan rumah menjadi lebih banyak. Adapun dampak negatifnya yaitu
terjadinya perubahan sosial dimana adanya pengaruh budaya luar, pencemaran
lingkungan dan kurangnya tingkat keamanan.

Kata Kunci : Pengembangan Pariwisata, Sosial Ekonomi, Masyarakat

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 9
2.1 Penelitian Relevan............................................................................... 9
2.2 Kajian Teoritis..................................................................................... 12
2.2.1 Teori Struktural Fungsional....................................................... 12
2.3 Definisi Konseptual............................................................................. 17
2.3.1 Pengertian Pariwisata................................................................ 17
2.3.2 Pengembangan Pariwisata......................................................... 18
2.3.3 Dampak Pariwisata.................................................................... 20
2.3.4 Landasan Pembangunan Kepariwisataan.................................. 21
2.3.5 Kondisi Sosial Ekonomi............................................................ 22
2.3.6 Peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan........................ 27
2.4 Definisi Operasional............................................................................ 28
2.5 Kerangka Berfikir................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 33
3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 33
3.3 Unit Analisis........................................................................................ 33
3.4 Populasi dan Sampel............................................................................ 33
3.5 Variabel dan Cara Pengukuran............................................................ 36
3.6 Sumber Data........................................................................................ 37

v
3.7 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 37
3.8 Teknik Pengeolahan Data.................................................................... 38
3.9 Analisis Data........................................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 40
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................... 40
4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................
4.3 Pembahasan .......................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi wisata yang cukup tinggi, didukung dengan
identitasnya sebagai Negara maritim dengan kekayaan alam dan budaya yang
beraneka ragam, baik flora, fauna maupun karya cipta manusia yang bernilai
jual. Di Indonesia telah banyak objek pariwisata yang terkenal sampai
mancanegara, menyajikan keindahan yang luar biasa sehingga mampu
menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang ke Indonesia
menikmatinya. Indonesia menjadi salah satu Negara tujuan para wisatawan
luar maupun lokal untuk menikmati liburan baik dengan pasangan, keluarga,
maupun teman-teman. Berbagai objek pariwisata di Indonesia yang dapat di
nikmati yaitu pantai, danau, air terjun, gunung, taman nasional dan lain-lain
dan tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Marauke.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kelayakan untuk
dikelola dan dikembangkan.Melalui sektor ini Indonesia mampu mengatasi
permasalahan seperti kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan dan
pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat sekitar seperti terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan usaha,
meningkatkan penerimaan Negara dan lain sebagainya. Tujuan pembangunan
pariwisata di Indonesia tertuang dalam instruksi presiden republik Indonesia
no. 9 tahun 1969, khususnya Bab II pasal 3 yang menyebutkan :
‘’Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu
pengembangan serta kesejahteraan masyarakat dan negara’’. Berdasarkan
instruksi presiden republik Indonesia No. 9 Tahun 1969, dapat dikatakan
bahwa tujuan pembangunan pariwisata di Indonesia adalah untuk
meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara dan
masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan
mendorong kegiatan industri-industri sampingan lainnya. Memperkenalkan
dan mendayagunakan keindahan dan kebudayaan Indonesia.Meningkatkan
persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional.

1
Pembangunan pariwisata memunculkan berbagai kegiatan ekonomi
seperti hotel, penginapan, biro perjalanan, industry kerajinan dan lain-
lain.semakin majunya sektor pariwista maka akan semakin besar kontribusi
yang akan diberikan dari sektor pariwisata pada Pemerintah Daerah tersebut
dan sebaliknya.
Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan
bahwa ‘’segala urusan kepentingan Daerah secara mutlak telah menjadi
wewenang pemerintah daerah, termasuk urusan kepariwisataan.oleh sebab itu,
setiap daerah berhak mengatur rumah tangganya secara efektif dan efisien
sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang ada di Daerahnya. Selo
soemardjan menyatakan bahwa pengembangan pariwisata merupakan
pengembangan yang berencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh
manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, fisik dan
sosial suatu Negara.
Berdasarkan undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu
yang menjadi sasaran wisata terdiri atas:
1. Objek dan daya tarik wisata adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa, yang
berwujud keindahan alam, flora dan fauna;
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata argo,
wisata baru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek
hiburan. Waluya,2010)
Adanya potensi pariwisata di Indonesia dapat menjadi sektor
pendorong kemajuan ekonomi, perlu adanya dukungan dan sinergi dari
pemerintah dan masyarakat untuk dilakukannya pembangunan pariwisata di
daerah-daerah yang berpotensi.
Dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 pariwisata menjadi salah satu sektor yang sekarang ini
menjadi program yang di prioritaskan oleh Pemerintah ada 5 (lima) sektor
yaitu pangan, energi, maritim, kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus.
dalam hal ini pariwisata memiliki peran penting dalam penerimaan devisa,

2
pendapatan daerah, pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan
investasi dan tenaga kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. pembangunan pariwisata dijadikan leading sector
pemerintah saat ini. Dikembangkan melalui berbagai macam strategi dimulai
dari pengembangan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata,
pengembangan industri dan kelembagaan, dan dukungan menejemen
(www.kemenpar.go.id). Melalui berbagai macam strategi Kemenpar dalam
pembangunan pariwisata di Indonesia, dapat dilihat dari capaian-capaian
sektor pariwisata nasional di Indonesia antara lain.
Tabel 1.1 Capaian-Capaian Sektor Pariwisata Nasional di Indonesia

2015 2016 2017 2018


Indikator
Target Terealisasi Target Terealisasi Target Terealisasi Target Terealisasi

Kontribusi 4,23% 4,25% 4,50 4,13% 5% 5% 5,25 5,25%


pada PDB % %
Nasional
Devisa 144 175,71 172 176,23 200 202,13 223 224
(Triliun Rp)
Jumlah 11,4 10,36 11,8 12,28 12,0 12,60 12,6 12,7
Tenaga
Kerja
(Juta Orang)
Indeks Daya n50 n50 n.a n.a n40 n42 n.a n.a
Saing
(WEF)
Wisatawan 10 10,41 12 12,02 15 14,04 17 15,81
Mancanegara
(Juta
Kunjungan)
Wisatawan 225 256,42 260 264,33 265 270,82 270 303,5
Nusantara
(Juta
Perjalanan)

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang mulai diperhitungkan atau


diperhatikan di berbagai negara baik negara maju ataupun di negara sedang
berkembang tidak terkecuali Indonesia. Indonesia yang memiliki wilayah
yang sangat luas dan didukung oleh sumber daya alam dan budaya yang
beragam sangat potensial untuk diolah dan dimanfaatkan. Dari sumber daya
alam yang ada, pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi
yang sangat layak untuk dikelola dan dikembangkan secara maksimal.melalui

3
sektor ini beberapa permasalahan seperti pengentasan kemiskinan dan
pengurangan jumlah pengangguran bisa diatasi. pembangunan dan
pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat disekitar Daerah Tujuan
Wisata (DTW) pada khususnya. pengembangan pariwisata ikut berperan
dalam pergerakan perekonomian dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti semakin terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan
berusaha bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan baik masyarakat itu
sendirimaupun Negara khususnya Pemerintah Daerah.
Memasuki zaman milenial ini, sektor pariwisata merupakan salah satu
kegiatan atau hal yang mempunyai peranan penting dalam menunjang
perekonomian nasional. Pariwisata berperan penting dalam perekonomian
nasional, maka suatu kawasan pariwisata yang mempunyai lokasi sangat perlu
untuk dikembangkan. Adanya pengembangan pariwisata di Indonesia
diharapkan perekonomian nasional akan menjadi lebih baik. Perkembangan
pariwisata di suatu
Daerah wisata tentu memiliki dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Perkembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat
menimbulkan dampak positif maupun negatif dan yang terkena dampak
tersebut adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi, maupun sosial dan sampai
saat ini pariwisata sudah hampir menyentuh semua masyarakat dunia sampai
kepada masyarakat-masyarakat terpencil.
Bukan hanya pariwisata yang menyajikan keindahan alam, melainkan
pariwisata yang menyajikan kebudayaan asri masyarakat di NTB seperti Desa
Sade, Kampung Sasak Ende, Bayan, Istana Dalam Loka di Sumbawa, Uma
Lengge di Bima, dan lain-lain yang tentu tidak kalah menarik dari wisata
dengan keindahan alam, semua itu hanya sebagian yang dapat disebutkan dari
banyaknya destinasi wisata yang ada di NTB. Berdasarkan peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang rencana induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) ditetapkan ada lima
kawasan strategis di NTB yaitu 3 kawasan di pulau Lombok dan dua kawasan

4
di pulau Sumbawa, adapun detail kawasan strategis pariwisata Nasional di
NTB antara lain :
Tabel 1.2 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di NTB
Destinasi Wisata Kawasan Strategis Kawasan
Nasional (DPN) Pariwisata Nasional Pengembangan
(KSPN) Pariwisata Nasional
(KPPN)
1) Lombok-Gili 1. Rinjani,dsk 1. Rinjani dsk
Teramena 2. Pantai Selatan 2. Gili Tramena, dsk
(Terawangan- Lombok, dsk 3. Mataram kota, dsk
Meno-Air) dsk 3. Gili Tramena 4. Pantai Selatan
(Trawangan, Meno, Lombok, dsk
Air) dsk 5. Praya-Sade, dsk
6. Sumbawa Barat, dsk
2) Moyo-Tambora, 1. Moyo, dsk 1. Moyo dsk
dsk 2. Tambora dsk 2. Tambora, dsk
3. Bima, dsk
Sumber: www.disbudpar.ntbprov.go.id
Berdasarkan tabel diatas, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki sangat banyak sekali tempat-
tempat pariwisata yang bagus yang tidak kalah menarik jika dibandingkan
dengan provinsi yang lain.
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu Daerah dari Sembilan
Kabupaten atau Kota yang berada pada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang terletak di ujung barat pulau Sumbawa pada posisi 11642 ‫ﹾ‬ꞌ dengan
11705 ‫ﹾ‬ꞌ Bujur Timur dan 0808 ‫ﹾ‬ꞌ sampai dengan 0907 ‫ﹾ‬ꞌ Lintang Selatan,
dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Timur wilayah Kabupaten
Sumbawa, sebelah Barat Selat Alas, sebelah Utara wilayah Kabupaten
Sumbawa dan selatan Samudra Indonesia. Kabupaten Sumbawa Barat sendiri
adalah hasil pemekaran dari kabupaten Sumbawa pada tanggal 18 Desember
2003 berdasarkan undang-undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 8 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 57
Desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya mencapai 148.606 jiwa dengan
luas wilayah 1.849,02 km² dan sebaran penduduk 73 jiwa/km².

5
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu Daerah di Provinsi
NTB yang memiliki potensi-potensi wisata yang cukup banyak yang dapat
dikembangkan lebih serius, salah satu objek wisata yang sedang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat adalah
kawasan strategis Wisata Pantai Lawar di Desa Sekongkang Bawah ini
termasuk ke dalam Wilayah Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa
Barat.
Desa Sekongkang Bawah secara administrasi merupakan salah satu dari
7 (tujuh) desa yang ada di wilayah Kecamatan Sekongkang. Desa Sekongkang
Bawah adalah salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sekongkang,
Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa
ini terletak di Barat Sumbawa . Adapun batas wilayah Desa Sekongkang
Bawah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2017 sebagai berikut:
1. Sebelah Utara Desa Kemuning Kecamatan Sekongkang
2. Sebelah Selatan Desa Tongo Kecamatan Sekongkang
3. SebelahTimur Desa Sekongkang Atas Kecamatan Sekongkang
4. Sebelah Barat Samudera Hinda
Desa Sekongkang Bawah merupakan salah satu Desa yang memiliki
potensi wisata Pantai yang terdapat di Kecamatan Sekongkang. Hal ini yang
menjadi salah satu tujuan peneliti untuk mengkaji bagaimana potensi tersebut
dapat dikembangkan oleh Pemerintah Daerah kemudian menjadi sesuatu yang
membawa manfaat bagi Masyarakat di Daerah atau Lingkungan tersebut.
Pantai Lawar merupakan salah satu Pantai yang cukup terkenal
dikalangan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terutama di
Kecamatan Sekongkang dan Daerah sekitarnya, Dahulu Pantai Lawar
merupakan Teluk yang teduh bagi orang-orang pendatang dari Lombok yang
singgah untuk berdagang dan mencari ikan di sekitar Pantai Lawar.
Pada awalnya Pantai Lawar masih menjadi Pantai yang biasa saja dan
tidak terlalu terkenal sampai ke luar Daerah KSB, dimana para pemukim di
Pantai Lawar berprofesi sebagai nelayan dan pencari sarang burung walet,
penghasilan rata-rata orang disana hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Kemudian atas perhatian dari Pemerintah Daerah serta

6
adanya Koordinasi dengan pihak Dinas terkait yakni Dinas Pariwisata
kemudian pariwisata Pantai Lawar ini dikembangkan menjadi lebih baik,
Pantainya mulai di renovasi dan ditata menjadi lebih estetik agar orang yang
berkunjung lebih terpesona melihat keindahan Pantai Lawar serta orang-orang
yang tidak mempunyain pekerjaan bisa memanfaatkan lokasi sekitar pantai
untuk dikelola, bekerja dan berdagang dengan tujuan untuk meningkatkan
penghasilan mereka , kemudian di pertengahan Tahun 2019 Pantai Lawar
mulai di renovasi, wisatanya mulai dikembangkan dan dibangun berbagai
sarana dan prasarana untuk menarik para pengunjung untuk datang kesana.
Dengan begitu semenjak pengembangan dan peresmian Pariwisata Pantai
Lawar kini masyarakat yang awalnya tidak bekerja atau hanya menjadi
nelayan dan pencari sarang burung walet dan lainnya kini mereka sudah bisa
bekerja seperti berjualan dan membuka usaha rumah makan dan lainnya
sehingga tidak lama perekonomian masyarakat disana yang dulunya tidak
mampu berkembang kini lebih meningkat dikarnakan sudah adanya
perkembangan pariwisatanya. Pengembangan pariwisata ini juga tidak terlepas
dari perubahan-perubahan pendapatan masyarakat, dari masyarakat yang
hanya memiliki penghasilan dibawah rata-rata, kini masyarakat bisa
memperbaiki perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adapun rumusan masalah
yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana Program Pengembangan Pariwisata Pantai Lawar yang telah
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat?
2. Bagaimana Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi masyarakat di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan
Sekongkang?

1.3 Tujuan Penelitian


Sejalan dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:

7
1. Untuk mengetahui bagaimana Program Pengembangan Pariwisata Pantai
Lawar yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat?
2. Untuk mengetahui Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi masyarakat Desa Sekongkang Bawah Kecamatan
Sekongkang?

1.4 Manfaat penelitian


Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga dan bermanfaat dalam memperkaya hazanah kajian sosiologis
terkait Program pengembangan Pariwisata oleh Pemerintah serta
dampaknya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat , khususnya
pariwisata yang ada di daerah KSB.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan adalah untuk memperoleh
gelar serta menambah referensi bagi peneliti selanjutnya.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Relevan


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian
penulis.Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang di lakukanpenulis.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wawan Kurniawan tahun
2015 tentang ‘’Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul
Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang’’. Penelitian ini
membahas bagaimana dampak sosial ekonomi masyarakat dari adanya
pengembangan pariwisata dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis dampak perekonomian
masyarakat dari adanya pengembangan pariwisata umbul.Dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa peluang usaha disekitar umbul sidomukti
termasuk dalam kategori tinggi.Warga disekitar memanfaatkan peluang ini
untuk berdagang, Jasa tourleader hingga jasa karyawan objek wisata umbul
sidomukti. Peningkatan pengunjung pasca renovasi benar-benar berdampak
pada pendapatan masyarakat, Peningkatan pengunjung juga berdampak
positif pada pendapatan daerah pada sektor pariwisata.pembangunan Umbul
sidomukti berhasil menyerap banyak tenaga kerja, mengingat banyak wahana
baru yang disediakan. Secara umum terdapat perubahan sosial ekonomi pada
masyarakat sekitar umbul sidomukti pasca direnovasi. Persamaan dari
penelitian ini adalah sama-sama mengukur seberapa besar dampak
pembangunan pariwisata untuk masyarakat sekitar. Perbedaannya yaitu
penelitian ini dilakukan di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang
Kabupaten Sumbawa Barat sedangkan penelitian terdahulu berlokasi di

9
Kabupaten Semarang.
Kedua, Penelitian yang dilakukan olehTeti Ika W tahun 2016 tentang
‘’pengaruh pendapatan sector pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kota Makasar’’ dengan metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari hasil uji hipotesis variabel pendapatan sektor
pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Implikasi dari penelitian ini diharapkan Pemerintah kota Makasar
agar meningkatkan kebijakan terkait dengan peningkatan investor dibidang
pariwisata dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga distribusi
pendapatan merata dan menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga distribusi
pendapatan merata dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh
sektor pariwisata terhadap pendapatan ekonomi atau kondisi ekonomi
masyarakat. Sedangkan perbedaannya yakni pada penelitian ini hanya
melihat dampak ekonominya saja sedangkan pada penelitian ini juga melihat
dampak sosialnya dan penelitian sebelumnya menggunakan sumber data
primer dan sekunder sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan data
sekunder.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Rini Setiyoningsih tahun 2019
tentang ‘’Pengaruh Pariwisata Syariah dan Produk Kepariwisataan
terhadap Pendapatan ekonomi masyarakat (studi kasus di Desa Keseneng
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang)’’ dengan metode penelitian
kuantitatif, hasil dari penelitian ini berdasarkan uji reabilitas terbukti reliable,
dibuktikan dengan semua koefisien lebih besar dari 0,60 maka semua
pernyataan dinyatakan reliable. kemudian berdasarkan uji R (koefisien
pendapatan ekonomi masyarakat di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang ini dapat diketahui nilai R Square sebesar 0,159, hal ini
mengandung arti bahwa pengaruh XI dan X2 secara simultan terhadap Y
adalah sebesar 15,9%. sedangkan 84,1% lainnya ditentukan oleh faktor lain.
Hasil analisis Uji F (uji signifikan simultan) diketahui bahwa ada pengaruh
yang simultan antara variabel XI,X2 terhadap Y dengan nilai signifikan
0,041< 0,05 dan nilai F hitung 3,500 > F tabel 3,24. Berdasarkan kesimpulan

10
dari penelitian ini adalah H1 ditolak dengan asumsi ada faktor lain yang
mempengaruhi wisata, sedangkan H2 diterima. Persamaan dari penelitian ini
adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh sektor wisata terhadap
perkembangan/pendapatan ekonomi masyarakat.
Sedangkan perbedannya yakni pada penelitian terdahulu berbasis
syariah dan terdapat produk kepariwisataan sedangkan pada penelitian ini
tidak berbasis syariah.
Keempat penelitian yang dilakukan oleh Rima Handayani tahun 2021
tentang ‘’Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Partisipasi
Dalam Pembangunan (studi pada Keluarga pengrajin perak di Desa Ungga
kecamatan Praya Barat Daya) ‘’ dengan metode penelitian kuantitatif
inferensial. Hasil dari penelitianya adalah terdapat pengaruh yang signifikan
antara status sosial ekonomi keluarga (variabel X) terhadap partisipasi dalam
pembangunan (variabel Y). Dimana hal tersebut ditunjukkan oleh adanya
pengaruh dari variabel-variabel yang menjadi konstruk atau faktor
pembentuk status sosial ekonomi seperti usia, tingkat pendidikan, pendapatan
dan pengeluaran akan berdampak pada tingkat partisipasi pengrajin perak
dalam setiap kegiatan pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
baik Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten.
Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah pada
lokasi penelitiannya serta penelitian sebelumnya mengkaji tentang
‘’Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Partisipasi Dalam
Pembangunan (studi pada Keluarga pengrajin perak di Desa Ungga
Kecamatan Praya Barat Daya) sedangkan pada penelitian ini mengkaji
Dampak Pengembagan Pariwisata Pantai Lawar terhadap kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang
Kabupaten Sumbawa Barat
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Miftahus Salamuddin tahun
2020 tentang “ Analisis Potensi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lawar
Di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat” dengan metode
penelitian Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan

11
bahwa obyek wisata Pantai Lawar adalah salah satu objek wisata yang sangat
potensial yang patut dikembangkan di Kecamatan Sekongkang atau jika
dikembangkan lebih baik maka akan memiliki dampak yang lebih baik.
Persamaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
peneliti sebelumnya mengkaji tentang analisis potensi wisatanya dan
menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif sedangkan pada
penelitian ini mengkaji tentang dampak pengembangan pariwista terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sekongkang Bawah, dan juga pada
penelitian ini menggunakan kuantitatif inferensial.

2.2. Kajian Teoritis


2.2.1 Teori Fungsionalisme Struktural Robert King Merton
Dalam ilmu sosiologi dikenal tiga paradigma yaitu fakta sosial,
definisi sosial, dan perilaku sosial (Ritzer, 2003:34). Salah satu
paradigma yang relevan dengan fenomena status sosial ekonomi yakni
fakta sosial dengan teori Fungsionalisme Struktural Robert King
Merton (Robert K. Merton).
Robert K. Merton lahir pada 4 juli 1910 di pemukiman kumuh
di Philandelphia Selatan.Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan
sopir truk.Keluarganya adalah imigran Yahudi.Merton dibesarkan
dalam semangat belajar yang tinggi.Sebagai seorang anak, Merton
selalu ditemukan membaca buku di Carnegie Library. Karena
kepandaian yang dimiliki membuat Merton mendapatkan beasiswa di
Universitas Temple. Dari Universitas tersebut ia mendapat gelar B.A
dan menjadi tertarik dengan sosilogi, sementara mengambil rangkaian
pelajaran sosilogi yang diajar oleh George E. Simpson. Dengan
bantuan beasiswa pula, Merton mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari
Universitas Harvard (Susilo, 2016:197-198).
Dalam konteks sosiologi klasik, pengaruh fungsionalisme
banyak ditemukan pada pemikiran Emile Durkheim yang
mengisyaratkan bahwa sosiologi harus memiliki sifat sebagai empiris,
metodelogi yang sangat ketat dan disiplin dengan data-data (Susilo,

12
2016:200).Kekuatan fungsionalisme struktural sesungguhnya terletak
pada Triple alliance, yaitu teori, metode, dan data (Susilo, 2016:211).
Dalam kaitannya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya
sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional seperti yang
dikembangkan oleh antropolog Malinowsi dan Radcliffe Brown,
yaitu: Pertama, postulat kesatuan fungsional masyarakat.
Suatu keadaan dimana dari sistem sosial bekerja sama postulat
ini berpendirian bahwa “semua keyakinan dan praktek kultural dan
sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai
satu-kesatuan mandalam satu tingkat keselarasan atau konsistensi
internal yang menandai, tanpa menghasilkan konflik yang
berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau di atur”. Robert K.
Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari
suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini
disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi fungsional bagi
individu dalam masyarakat tertentu, akan tetapi terjadi disfungsi bagi
individu dalam masyarakat lain. Robert K. Merton menegaskan bahwa
disfungsi (elemen disintegratif) tidak boleh diabaikan hanya karena
orang begitu terpesona oleh fungsi-fungsi positif.Ia juga menegaskan
apa yang fungsional bagi suatu kelompok dapat tidak fungsional bagi
keseluruhan, oleh karena itu batas-batas kelompok yang dianalisa
harus terperinci.
Kedua, postulat fungsionalisme universal, berkaitan dengan
postulat pertama.Fungsionalisme universal menganggap bahwa
“seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki
fungsi-fungsi positif”.Sebagaimana sudah kita ketahui, Robert K.
Merton memperkenalkan konsep difungsi maupun fungsi
positif.Beberapa perilaku sosial bersifat disfungsional.Robert K.
Merton menganjurkan elemen-elemen cultural seharusnya
dipertimbangkan menurut kriteria keseimbangan konsekuensi-
konsekuensi fungsional (bet balance of functionalconsequences), yang
menimbang fungsi positif terhadap fungsi negatif.

13
Ketiga, adalah postulat indispensability, menyatakan bahwa
“dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, obyek materil, dan
kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah
tugas yang harus dijalankan, dan merupakan bagian penting yang
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai
keseluruhan”.Menurut Robert K. Merton postulat ini masih kabur.
Belum jelas apakah fungsi (suatu kebutuhan sosial, seperti reproduksi
anggota-anggota baru) atau item (seperti norma, seperti keluarga
batih) merupakan suatu keharusan (Susilo, 2016:213).
Model struktur fungsional dari sudut pandang Robert K. Merton
menjelaskan bahwa analisis struktural memusatkan perhatian pada
kelompok sosial, organisasi, masyarakat dan kebudayaan.
Objek apapun yang dapat dianalisis secara struktural fungsional
harus mempersentasikan unsur-unsur standar yaitu yang terpola dan
berulang. Merton menyebut hal tersebut sebagai peran sosial, pola-
pola institutional, proses sosial, pola-pola kultural, emosi yang terpola
secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, alat
kontrol sosial dan lain sebagainya. Teori fungsionalisme struktural
Robert K. Merton adalah menekankan kepada keteraturan (order) dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi
manifest, dan keseimbangan (equiliberium) (Ritzer, 2003: 21-22).
Revisi Merton terhadap teori Fungsionalisme, ialah: Bagi
Merton tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang
sama. Tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional, sebab terdapat
disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat,
tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain. Disfungsi
menunjuk kepada those observed social consequences which hinder or
lessen the integration and adaptation of social system (William M.
Dobriner dalam Susilo, 2016:215). Selanjutnya Merton mengukapkan
bahwa hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling
mempengaruhi.Misalnya, dalam masyarakat, keluarga merupakan

14
unsur yang fungsional.Termasuk kencan dan pacaran ada pada sisi
fungsional tertentu, tetapi juga mengandung unsur
disfungsi.Menariknya secara fisik, hal itu cenderung menginginkan
sebatas hal yang romantis saja sehingga tidak masuk kepada esensi
pernikahan yang bersifat langgeng.Hal itu justru menuntut pengguna
topeng dan menyembunyikan jati diri sesungguhnya.
Pada konteks ini, pacaran (courtship) dan kencan bersifat
disfungsi. Mungkin postulat-postulat fungsi tersebut berlaku dan
banyak ditemukan pada masyarakat yang masih buta huruf.Tetapi
ketika masyarakat semakin maju tidak semuanya fungsional (Susilo,
2016: 215-216).
Marton mendefinisikan sejumlah syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi oleh suatu analisis fungsional yang memadai.Pertama,
Merton menetapkan bahwa yang layak menjadi objek analisis
fungsional hanyalah unit-unit sosial standar. Kedua, analisis tersebut
harus membedakan anatara penjelasan tentang disposisi dan akibat-
akibat objek yang tak direncanakan.
Ketiga, akibat-akibat yang tak disengaja atau tidak direncanakan
itu harus digambarkan sebagai suatu jaringan keseimbangan antara
beragam akibat positif dan negatif, manifest maupun laten. Keempat,
akibat-akibat fungsional harus dikaitkan dengan unit-unit struktur
tertentu yang syarat-syaratnya harus dijadikan objek dari suatu analisis
tersendiri. Kelima, analisis harus memberikan pembahasan yang
memuaskan tentang mekanisme-mekanisme melalui syarat-syarat itu
dipenuhi tentang alternatif-alternatif fungsional yang mungkin
tindakan-tindakn atau proses-proses yang bisa memebrikan hasil yang
sama dengan cara yang berbeda dan hambatan-hambatan struktural
(Soerjono, 2011).
Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau
perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai
suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan
satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada

15
hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian perubahan yang terjadi
pada salah satu bagian akan menyebabkna ketidakseimbangan dan
pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain
(Soerjono, 2011).
Masyarakat terdiri dari berbagai elemen atau institusi, elemen-
elemen tersebut antara lain adalah ekonomi, politik, hukum, agama,
pendidikan, keluarga, kebudayaan, adat-istiadat, dan lainnya.
Masyarakat luas akan berjalan normal jika masing-masing elemen
atau institusi menjalankan fungsinya dengan baik. Kemacetan pada
salah satu institusi akan menyebabkan kemacetan pada institusi lain
dan pada gilirannya akan menciptakan kemacetan pada masyarakat
secara keseluruhan. Kerena segala sesuatu di dalam masyarakat pada
fungsinya, termasuk hal-hal seperti kemiskinan, peperangan, atau
kematian.Kemiskinan misalnya, pasti berfungsi untuk orang kaya,
tetapi tidak berfungsi untuk orang yang miskin (Soerjono, 2011).
Dalam penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi
keluarga terhadap partisipasi dalam pembangunan.Penelitian ini
mengacu pada teori fungsionalisme struktural Robert K. Merton yang
berkaitan dengan sistem kelembagaan dan stratifikasi pada masyarakat
melalui pendekatan sosiologi.
Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifes dan fungsi
laten. Kedua istilah ini memberikan tambahan penting bagi analisis
fungsional.
Menurut pengertian sederhana, fungsi manifes adalah fungsi
yang diharapkan (intended), dalam hal ini fungsi manifest dari
keluarga adalah fungsi afektif yang berkaitan dengan kasih sayang dan
berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Keluarga merupakan fungsi sosialisasi dan tempat
bersosialisasi bagi seorang individu, keluarga memiliki fungsi
reproduksi dan fungsi ekonomi serta fungsi perawatan/ pemeliharaan

16
kesehatan. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak
diharapkan (non-intended) (Rachmat, 2016:216-217).
Keluarga dalam hal ini juga memiliki fungsi yang tidak
diharapkan namun terjadi atau disebut fungsi laten yaitu keluarga
sebagai anggota masyarakat diharapkan mampu ikut serta
berpartisipasi dalam pembangunan serta di dalam keluarga,
pembentukan status sosial ekonomi bagi setiap individu ditentukan
oleh keluarga berdasarkan pendidikan, pendapatan, jenis tempat
tinggan, motivasi, dan kepemilikan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan konsep Robert K. Merton yaitu fungsi lain dari suatu keluarga.
Keluarga merupakan anggota dari masyarakat dimana masyarakat
merupakan bagian dari suatu lembaga atau oraganisasi yang
terstruktur dan memiliki fungsi. Namun, apabila salah satu dari
struktur dan fungsi tersebut maka suatu pembangunan tidak dapat
berjalan dengan baik sesuai tujuan yang hendak dicapai (Khaeruddin,
1997).

2.3. Definisi Konseptual


2.3.1. Pengertian Pariwisata
Menurut Toeti (2010:11) pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta, pariwisata berasal dari dua kata yaitu pari yang berarti
banyak, berkali-kali dan berkeliling.sedangkan pengertian wisata
berarti perjalanan atau bepergian. pariwisata secara singkat dapat
dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan
dengan wisatawan (Ismayanti, 2011).
Mathieson dan Wall mengatakan bahwa pariwisata mencangkup
3 elemen utama, yaitu: 1) a dynamic element, yaitu travel ke suatu
destinasi wisata, 2) a static element yakni singgah di daerah tujuan,
dan 3) a qonsequential element, atau akibat dari dua hal diatas
(khususnya terhadapmasyarakat lokal), yang meliputi dampak
ekonomi, sosial, dan fisik dari adanya kontak dengan wisatawan.

17
Menurut DSN Majelis Ulama Indonesia, Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung dengan berbagai
macam fasilitas serta layanan yang di sediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. objek pariwisata
adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke
tempat tersebut. sedangkan menurut SK MENPARPOSTEL: KM
98/PW. 102/MPPT-87, obyek wisata adalah semua tempat atau
keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan
sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata
merupakan sebuah perjalanan , dimana sekelompok orang yang
mengeluarkan uang untuk mendapatkan suatu hiburan berupa
perjalanan yang menyenangkan dan memuaskan sehingga dapat
menyebarkan otak kembali setelah berkutat dengan berbagai rutinitas
pekerjaan.
2.3.2. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata erat kaitannya dengan pengelolaan
ataupengusahaan yang dilaksanakan untuk mengadakan evaluasi
terhadap kondisiperkembangan suatu obyek wisata, maka terlebih
dahulu diperlukan suatukajian tentang acuan yang dijadikan dasar
dalam pengembangan suatu objekatau kawasan. Objek dan daya tarik
suatu objek wisata merupakan landasandalam kepariwisataan
sebagaimana dikemukakan Marpaung (2000:41) yangmenyebutkan
bahwaTanpa adanya suatu daya tarik disuatu daerah areal atau
daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.
Pariwisata biasanya akan lebihberkembangatau dikembangkan,
jika disuatu daerah terdapat lebih darisatujenis objek dan daya
tarikwisata.Menurut Joyosuharto (1995:46) bahwa pengembangan
pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu:

18
1. Menggalakkan ekonomi;
2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu
lingkungan hidup;
3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.
Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan
pengembangan obyek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan
mengembangan promosi dan pemasaran, serta meningkatkan
pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. Dalam pengembangan
pariwisata ini, letak geografis adalah salah satu faktor yang
berpengaruh, karena dengan memperhatikan letak geografis
pengembangan pariwisata tidak akan sia-sia. Selain itu juga,
pengembangan pariwisata juga memperhatikan potensi yang
dimilik.Misalnya di suatu daerah memiliki sebuah peninggalan
sejarah, kerajinan tangan dan sebagainya, itu bisa dikembangkan
menjadi suatu pariwisata yang besar.
Hal yang perlu diperhatikan menurut Marpaung (2000:41)
adalah: “hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam
pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus
dilakukan penelitian, inventarisasi, dan evaluasi sebelum fasilitas
wisata dikembangkan disuatu daerah tertentu . hal ini penting
agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai
dengan keinginan pasar yang potensial dan menentukan
pengembangan yang tepat dan sesuai.’
Di dalam menyelenggarakan kegiatan pariwisata yang baik,
tentunya harus dapat membuat para wisatawan betah untuk tinggal
lebih lama dan membelanjakan uangnya dalam jumlah yang banyak,
dengan kata lain keperluan wisatawan dalam suatu perjalanan harus
dapat terpenuhi. Menurut Maryani (1997:11) syarat-syarat daya tarik
objek wisata adalah :
Something to see (sesuatu untuk dilihat), artinya di tempat
tersebut harus ada obejek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki
daerah lain. Dengan kata lain daerah itu harus mempunyai daya

19
tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan
“entertainment” bagi wisatawan.
Something to do (sesuatu untuk dilakukan) artinya ditempat
tersebut selain banyak yang bisa dilihat dan disaksikan,haruspula
disediakan berbagai fasilitas rekreasi yang dapat wisatawan betah
tinggal lebih lama ditempat tersebut.
Something to buy (sesuatu untuk dibeli) artinya di tempat
tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama
barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk
dibawa pulang ke tempat asal.
How to arrive (bagaimana untuk mengunjungi), termasuk di
dalamnya aksesibilitas yaitu bagaimana wisatawan mengunjungi
objek wisata tersebut, kendaraan apayang akan digunakan dan waktu
yang diperlukan untuk tiba di tempat wisatatersebut.
How to stay (bagaimana akan tinggal) artinya bagaimana
wisatawanakan tinggal untuk sementara waktu selama ia berlibur
di objek wisata itu untuk itu diperlukan penginapan-penginapan baik
hotel, losmen dan sebagainya.
Pengembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa
yang dimiliki kawasan tersebut untuk di tawarkan kepada wisatawan.
Hal ini tidak dapat di pisahkan dari peranan para pengelola kawasan
wisata. Oka A. Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu
tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung
pada tiga A (3A) yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai
(accesbility), dan fasilitas (amenities).
2.3.3. Dampak Pariwisata
Menurut Fairuz (2009) dampak pariwisata adalah perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam
lingkungan hidup sebelum ada kegiatan pariwisata dan sesudah ada
kegiatan pariwisata.menurut cohen 1984, dampak pariwisata terhadap
kondisi sosial ekonomimasyarakat lokal ada 8 kelompok besar yaitu :

20
1. Penerimaan devisa;
2. Pendapatan masyarakat;
3. Kesempatan kerja;
4. Harga;
5. Distribusi manfaat;
6. Kepemilikan dan control;
7. Pembangunan umum;
8. Pendapatan pemerintah.
Menurut Kusudianto (1996) bahwa suatu tempat wisata yang
direncanakan dengan baik, memberikan keuntungan ekonomi yang
memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi
juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.
2.3.4. Landasan pembangunan kepariwisataan
Pembangunan kepariwisataan Indonesia merupakan rangkaian
upaya pembangunan sector kepariwisataan secara nasional yang
berkesinambungan meliputi seluruh kegiatan masyarakat, bangsa dan
Negara untuk terwujudnya tujuan pembangunan nasional, yaitu
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Untuk itu system kepariwisataan Indonesia dilandasi konsep
kehidupan bangsa Indonesia yang berkelanjutan dan didasarkan
kepada keseimbangan dan keselarasan hubungan antara manusia
dengan tuhan Yang Maha Esa, sesame manusia dan lingkungan.
Konsep tersebut diatas, jelas sejalan dengan pancasila sebagai
landasan idiil, UU dasar 1945 sebagai landasan konstitusional dan
undang-undang lainnya, serta dalam operasionalnya adalah
menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan maupun sebagai
objek pembangunan. sedangkan kekuatan ini untuk menggerakkan
pembangunan kepariwisataan nasional adalah perpaduan kekuatan
yang terdiri dari unsure dunia usaha, masyarakat dan pemerintah.

21
2.3.5. Kondisi sosial ekonomi
Menurut Dalyono (2005) dalam basrowi dan juariyah (2010)
kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita. kondisi sosial yang mempengaruhi individu
melalui dua cara yaitu lansung dan tidak lansung. secara lansung yaitu
seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga, teman dan
pekerjaan. secara tidak lansung melalui media masa baik cetak, audio
maupun audio visual. selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial
yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah
teman bergaul, lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat.
Linton (2000) dalam Basrowi dan Juwariyah (2010) mengatakan
kondisi sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu: umur dan
jenis kelamin, pekerjaan, prestos, family atau kelompok rumah tangga,
dan keanggotaan dalam kelompok perserikatan. dari kelima indicator
tersebut, hanya indikator umur dan kelamin yang tidak berpengaruh
oleh proses pendidikan. Sehingga hanya empat indikator yang perlu
diukur tingkat pendidikannya, guna mengetahui tingginya manfaat
sosial bagi masyarakat.
2.3.6. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata status
memiliki arti keadaan atau kedudukan (orang atau badan) dalam
hubungan dengan masyarakat disekelilingnya (kamus besar bahasa
Indonesia, 1988).
Status sosial disebut juga sebagai kedudukan sosial. Kedudukan
diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Status sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarkatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya (Soerjono, 2015:208).
Menurut Soerjono Soekanto (2015:208-209), masyarakat pada
umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu: Ascribed
Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarkat tanpa

22
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.Pada umumnya,
ascribed status dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem
lapisan yang tertutup, seperti masyarakat feodal, atau masyarakat
dengan sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial.Namun
demikian, ascribed status tidak hanya dijumpai pada masyarakat
dengan sistem lapisan tertutup, pada sistem lapisan terbuka mungkin
juga ada, seperti kedudukan atau status laki-laki dalam suatu keluarga,
kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya.
Sedangkan status sosial menurut Mayor Polak (dalam Abdul
Syani, 2012:91-92) adalah status dimaksudkan sebagai kedudukan
sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status
memiliki dua aspek, pertama aspeknya yang agak stabil, dan kedua
aspeknya yang lebih dinamis.Polak mengatakan bahwa status
mempunyai aspek struktural dan aspek fungsional. Pada aspek ruang
pertama sifatnya hirarki, artinya mengandung perbandingan tinggi
atau rendahnya secara relatif terhadap status-status lain. Sedangkan
aspek yang kedua dimaksudkan sebagai peranan sosial (social role)
yang berkaitan dengan status tertentu, yang dimiliki oleh seseorang.
Kemudian menurut Spencer (dalam Bahrein, 1997:139) status
seseorang atau sekelompok orang dapat ditentukan oleh suatu indeks.
Indeks seperti ini dapat diperoleh dari jumlah rata-rata skor,
misalnya yang dicapai seseorang dalam masing-masing bidang seperti
pendidikan, pendapatan tahunan keluarga, dan pekerjaan dari kepala
rumah tangga (breadwinner).Status merupakan kedudukan seseorang
yang dapat ditinjau terlepas dari individunya.Status merupakan
kedudukan obyektif yang memberi hak dan kewajiaban kepada orang
yang mempunyai kedudukan (Susanto, 1983:75).
Kedudukan (status) dengan kedudukan sosial (social status),
memiliki arti yang berbeda. Kedudukan (status) merupakan suatu
tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat

23
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di
dalam kelompok yang lebih besar lagi. Sedangkan kedudukan sosial
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan
dengan orang lain, dalam arti kewajibannya. Adapaun status dalam
stratifikasi sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial dalam masyarakat, sehubungan dengan orang-orang
lain dalam kelompok tersebut atau masyarakat (Leibo, 1995:61,57).
Terdapat dua sifat dari sistem pelapisan dalam masyarakat, yaitu
bersifat tertutup (closed social stratifiction), dan bersifat terbuka
(opened social stratification). Sistem pelapisan masyarakat yang
bersifat tertutup membatasi kemungkinan berpindahnya seseorang dari
lapisan satu ke lapisan yang lain, baik ke lapisan atas ataupun ke
lapisan yang lebih rendah. Dalam sistem tertutup, satu-satunya cara
menjadi anggota suatu lapisan tertentu dalam masyarakat adalah
karena kelahiran, seperti kasta. Sedangkan dalam sistem terbuka,
setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha
dengan kemampuan sendiri (Narwoko, 2004:162-163).
Secara umum, kehidupan ekonomi seseorang atau keluarga
diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Selain
itu, Koetjaraningrat (dalam Sumardi, 1999:160) menyatakan bahwa
selain perkerjaan, pendapatan dan pendidikan, ada beberapa faktor
lain yang diikutsertakan oleh beberapa ahli lainnya adalah pola
pemukiman atau perumahan dan kesehatan.
Sedangkan, FS. Chapin (Kaare, 1989:26) mengungkapkan status
sosial ekonomi merupakan posisi yang ditempati individu atau
keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku
tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, kepemilikan barang
dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitansnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi adalah
tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan
kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan
pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang

24
menggambarakan posisi atau kedudukan suatu keluarga masyarakat
berdasarkan kpemelikan materi.
Selain ditentukan oleh kepemilikan materi, status sosial
ekonomi seseorang dapat didasarkan pada beberapa unsur kepentingan
manusia dalam kehidupannya, status dalam kehidupan masyarakat,
yaitu status pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan,
dan status agama yang dianut. Dengan memiliki status, seseorang
dapat berinteraksi dengan baik terhadap individu lain (baik itu dengan
status yang sama maupun dengan status yang berbeda), bahkan
banyak pergaulan sehari-hari seseorang tidak mengenal seseorang
secara individu, namun hanya mengenal status individu tersebut.
Status sosial ekonomi orang tua berkaitan dengan kedudukan dan
prestise seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta usaha untuk
menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan jasmani
maupun rohani.
Status sosial merupakan keadaan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan melaui proses sosial. Bentuk umum proses
sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-peroranagan, antar kelompok-kelompok manusia,
maupun antar orang peroranagan dengan kelompok manusia (Gillin
dan Gillin dalam Soekanto, 2015: 55).
Sedangkan kondisi ekonomi adalah keadaan atau kenyataan
yang terlihat atau terasakan oleh indera manusia tentang keadaan
keluarga dan kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhannya.Kebutuhan yang diperlukan berupa kebutahan jasmani
(material) dan kebutuhan rohani (spiritual).
Kondisi sosial ekonomi keluarga dalam kehidupan sehari-hari
dihadapkan pada dua hal yang saling berhubungan yaitu adanya
sumber-sumber penghasilan (pendapatan) yang dimiliki keluarga yang

25
sifatnya terbatas yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga yang tidak terbatas kuantitas dan kualitasnya.
Dari pemaparan terkait dengan status sosial ekonomi di atas,
dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi adalah tinggi
rendahnya prestise yang dimiliki seseorang bedasarkan kedudukan
yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang
menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga dalam
masyarakat berdasarkan kepemilikan materi, dan lainnya yang dapat
menunjukan status sosial ekonomi yang dimiliki individu tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi
keluarga, sebagai berikut:
1. Motivasi Bekerja
Motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak atau suatu
keinginan yang muncul dalam diri seseorang yang menimbulkan
semangat untuk bekerja secara optimal guna mencapai suatu
tujuan.
2. Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusi, pendidikan
dapat bermanfaat seumur hidup bagi manusia.
3. Pendapatan
Christoper dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan
berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh
seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba, dan lain
sebagainya.
4. Kepemilikan
Kepemilikan barang-barang yang berhargapun dapat digunakan
untuk ukuran tersebut.
5. Jenis tempat tinggal
Menurut Kaare Svalastoga dalam sumardi (2004) dalam Ika
Farida, 2016:vol.2:no.2. untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari: status rumah yang

26
ditempati, kondisi fisik bangunan, dan besarnya rumah yang
ditempati.
2.3.7. Peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan
Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan
daerah merupakan pemerintah yang mempunyai kewenangan yang
sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini berkaitan dengan
fungsinya selaku “pelayanan publik” guna meningkatkan
kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, keadilan dan ketenteraman
bagi masyarakat. Sebab perencanaan pembangunan daerahadalah
suatu kegiatan untuk dilakasanakan dimasa depan dalam hal ini
berawal dari tahapan-tahapan proses penyusunan program dan
aktivitas yang melibatkan berbagai elemen didalamnya, demi
pemanfaatan dan pengalokasian sumber-daya-sumber daya yang ada
dengan tujuannya untukmenigkatkan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dalam suatu lingkungan atau wilayah yang direncanakan
dalam jangka waktu tertentu. (Riyadi &Bratakusamah : 2004: 8).
Dalam pengertian ini pemerintah daerah sebagai peran
perencana untuk mendesain dan membentuk intreaksi dalam suatu
proses menuju sasaran yang ingin dicapai. Dengan ini pemerintah
harus berperan utama dengan tugas pokok dan fungsinya pemerintah
daerah dan menyesuaikan dengan fungsi visi, misi, sasaran dan tujuan
yang terapkan. Sedangkan berkaitan dengan pengertian ini maka,
Soemendar (1985:1) dalam (Sayafiie 2011:8) bahwa, pemerintah
sebagai badan yang penting dalam rangka pemerintahannya,
pemerintah mesti memperhatikan ketenteraman dan ketertiban umum,
tuntutan dan harapan serta pendapat rakyat, kebutuhan dan
kepentingan masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan-
pengaturan, komonikasi peran serta seluruh lapisan masyarakat dan
legitimasi. sebagian dari fungsi utama pemerintahan daerah yang
terutama adalah memperbaiki dan menyelesaikan tuntutan/aspirasi
masyarakat.

27
Ndraha (1987 : 110) menyatakan bahwa peranan pemerintah
dalam pembangunan masyarakat amat luas, berawal dari hal yang
bersifat pelayanan operasional sampai pada hal yang bersifat ideologi
dan spiritual dengan ini peran pemerintah akan mempunyai wewenang
dan kemampuan seseorang tersendiri untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya seorang pemimpin, karena tuntutan dari tugas
pokok dan fungsinya sendiri bisa menyelesaikan persoalan-persoalan
di lingkungan masyarakat maupun pemerintah.
Rasyid (2000 : 48) menyampaikan bahwa pelaksanaan
pemerintahan yang baik selalu berpatokan pada tugas pokok dan
fungsi yang diatur oleh peraturan yang ditentukan dan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsinya tergantung pihak pemimpinnya sendiri.
Dalam hal ini kegiatan yang harus dilaksanakan / dijalankan terdapat
tiga fungsi yang hakiki yaitu : pelayanan (service), pemberdayaan
(empowerment), dan pembangunan (development).” dalam hubungan
tersebut menegaskan bahwa, pelayanan yang baik akan membuahkan
keadilan bagi masyarakat bangsa dan negara, sedangkan
pemberdayaan adalah mendorong kemandirian masyarakat dan
pembangunan akan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
dalam masyarakat.

2.4. Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada sifat dan
hal yang didefinisikan dan dapat diamati.Agar suatu variable dapat diukur
secara empirik, Konsep yang sudah ada kemudian perlu diubah dalam bentuk
yang lebih operasional.Penelitian ini mengangkat judul Dampak
Pengembangan Pariwisata Pantai Lawar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang Kabupaten
Sumbawa Barat.

28
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalkan
sebagai berikut:
1. Pengembangan Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini
sedang digalakkan oleh Pemerintah. Tujuan pengembanganan pariwisata
di Indonesia terlihat dengan jelas dalam intruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II pasal 3, yang
menyebutkan ‘’Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia
bersifat suatu pengembangan ‘’Indistri pariwisata dan merupakan bagian
dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan
masyarakat dan Negara’’. (Yoeti,1996:151).
Berdasarkan intruksi Presiden tersebut, dikatakan bahwa tujuan
pengembangan pariwisata di Indonesia adalah untuk meningkatkan
pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara dan
masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja
dan mendorong kegiatan industri penunjang dan industri penunjang
lainnya.
Program pengembangan pariwisata Pantai Lawar ini menjadi salah
satu tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat untuk
membangun perekonomian masyarakat yang sebelumnya rendah dan
menoton menjadi lebih baik kedepannya, dimana pembangunan tersebut
juga akan memberikan manfaat untuk masyarakat yang ada di Desa
Sekongkang Bawah itu sendiri kedepannya.
Pengembangan pariwisata ini diharapkan akan membawa manfaat
lebih baik lagi kedepannya untuk memajukan perekonomian masyarakat
yang sebelumnya menganggur dan kini dapat memanfaatkan tempat di
Daerah Pantai untuk berdagang. Yang tujuannya memulai usaha untuk
kemajuan ekonomi keluarganya. Dari adanya program Pemerintah ini
maka diharapakan kehidupan masyarakat akan lebih baik sampai
kedepannya, yang intinya masyarakat harus pandai mengelola
kesempatan tersebut demi menunjang kehidupan yang lebih baik
kedepannya. Masyarakat dihimbau untuk dapat bekerjasama dengan

29
Pemerintah untuk sama-sama menajaga dan mengelola lingkungan
dengan baik untuk keberlansungan pembangunan yang berkelanjutan.
Adapun indikator dari pembangunan pariwisata yakni :
a. Lokasi usaha;
b. Fasilitas usaha;
c. Fasilitas penunjang keamanan untuk pengunjung;
d. Fasilitas parkir untuk pengunjung;
e. Lokasi beristirahat.
2. Kondisi Sosial Ekonomi.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara
sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat.Pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat dengan
hak dan kewajiban yang harus di mainkan oleh si pembawa status
(Sumardi, 2001:21). Pengertian ini merujuk kepada defenisi yang
disampaikan oleh Zunaidi.kondisi sosial ekonomi merupakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. (Zunaidi,
2013).
Dari definisi tersebut penelitian ini menekankan pada melihat
pendapatan masyarakat sebelum dan Ketika dikembangkannya
pariwisata, status sosial setelah adanya pengembangan pariwisata
tersebut, kepemilikan asset sebelum dan sesudah pengembangan
pariwisata, kesempatan orang mendapatkan pekerjaan, serta tingkat
pengeluaran sebelum dan sesudah perkembangan pariwisata apakah hal
tersebut memeiliki dampak yang baik terhadap perekonomian masyarakat
ataukah tidak.
Setiap masyarakat memiliki kondisi perekonomian yang berbeda
dengan jumlah pendapatan yang berbeda pula, dan sebagaimana yang
dapat diamati secara kasat mata sebelum adanya pengembangan wisata
Pantai Lawar ini masyarakat rata-rata memiliki pendpatan yang lumayan
rendah, dan ketika adanya perkembangan dari segi wisata ini rata-rata
masyarakat sudah mulai memiliki sedikit perubaha dalam segi ekonomi
maupun sosialnya.

30
Dilihat dari segi ekonomi adanya masyarakat yang mulai dapat
bekerja yang sebelumnya menganggur dan yang sebelumnya hanya
berdiam diri di rumah sekarang solidaritas untuk menciptakan lingkungan
terjaga semakin meningkat.Hal ini dilihat dari kebiasaan masyarakat yang
mengharuskan setiap individu yang memiliki tempat jualan atau lapaknya
untuk selalu menjaga kebersihan di pantai dan menjaga kebersihan di
lingkungan msing-masing untuk menjaga keasrian lingkungan Pantai
Lawar demi menjaga kenyamanan diri dan pengunjung yang datang ke
Pantai Lawar.
3. Indikator dari sosial ekonomi adalah:
a. Tingkat pendidikan
b. Solidaritas sosial
c. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
d. Kepemilikan asset bergerak dan tidak bergerak (Ternak dan
Kendaraan)
e. Kelayakan tempat tinggal
f. Kepemilikan rumah

31
2.5. Kerangka Berfikir
Pengembangan pariwisata Pantai Lawar ini merupakan suatu hal
yang baik bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut,
Oleh karna itu kita ingin melihat bagaimana dampak dari adanya
pengembangan atau pembangunan pariwisata Pantai Lawar. Apakah hal
tersebut berdampak tehadap kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut. hal
inilah yang menentukan keberhasilan dan kelancaran suatu program
pembangunan.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

PROGRAM MASYARAKAT DAMPAK


PEMBANGUNAN DESA TERHADAP
PEMDA SEKONGKANG KONDISI SOSIAL
KABUPATEN BAWAH EKONOMI
SUMBAWA BARAT MASYARAKAT

TEORI FUNGSIONALISME
STRUKTURAL ROBERT KING
MERTON

32
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah diskriptif
kualitatif dengan tujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,
menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti
dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian
Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode
penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis
kejadian, fenomena, atau keadaan secara sosial.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah di wilayah
Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa
Barat. Dimana wilayah Desa Sekongkang Bawah ini merupakan salah satu
Daerah pesisir yang ada di Kecamatan Sekongkang yang sekarang ini telah
menjadi Daerah Wisata yang sudah dikembangkan sejak Bulan Agustus 2019.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan 5 hari.

3.3. Unit Analisis


Menurut Zulganef (2008) unit analisis adalah sumber informasi
mengenai variabel yang akan diolah dalam penelitian. Adapun pada penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti, unit analisisnya adalah keluarga di Desa
Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang.

3.4. Populasi dan Sampel


3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017:117).

33
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau
disebut juga universe (Ali dalam Tukiran dan Hidayati Mustafidah,
2012: 33).Menurut Nawawi (dalam Tukiran dan Hidayati Mustafidah,
2012: 33), populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi sebagai sumber.Populasi juga merupakan
keseluruhan sebyek penelitian (Arikunto dalam Tukiran dan Hidayati
Mustafidah, 2012: 33).
Populasi dirumuskan sebagai semua anggota sekelompok orang,
kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas, atau
kelompok lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi (Furchan
Tukiran dan Hidayati Mustafidah, 2012: 33).
Dilihat dari jumlahnya, populasi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
a. Populasi yang jumlahnya terhingga/terbatas, yakni populasi yang
memiliki sumber-sumber data yang jelas batas-batasnya secara
kuantitatif.
b. Populasi yang jumlahnya tidak terhingga, yakni populasi yang
memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya
secara kuatitatif.
Dilihat dari kompleksitas obyek populasi, populasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Populasi homogen, yaitu keseluruhan yang menjadi populasi,
memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu dengan yang lainnya.
b. Populasi heterogen, yakni keseluruhan individu anggota populasi
relatif memiliki safat-sifat individual, dimana sifat-sifat tersebut
membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang
lainnya.
(Bugin dalam Tukiran dan Hidayati Mustafidah, 2012: 34).
Populasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah Keluarga di Desa Sekongkang Bawah. Namun yang menjadi
fokus peneliti saat ini adalah masyarakat yang ada di Desa

34
Sekongkang Bawah saja Karena di Desa Sekongkang Bawah sendiri
adalah tempat diadakannya pengembangan pariwisata tersebut yakni
dengan jumlah KK 350 orang.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:118). Sampel dapat
diartikan sebagai wakil populasi yang diteliti (Arikonto, 1998:117).
(Ali dalam Tukiran dan Hidayati Mustafidah, 2012: 34), menyebutkan
bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap
seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Menurut Bugin (dalam Tukiran dan Hidayati Mustafidah,
2012:34) ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan sampel dalam suatu penelitian, agar sampel penelitian
memiliki bobot yang refresentatif yang diharapkan, yaitu:
a. Derajat keseragaman (degreebof homogenety) populasi. Semalik
kompleks populasinya semakin besar sampelnya.
b. Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi.
c. Presisi (kesaksamaan) yang dikehendaki penelitian.Penggunaan
teknik sampling yang tepat.
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam suatu penelitian.
Penarikan sampel dilakukan dengan dua teknik yang sering digunakan
yaitu probability sampling dan nonprobabiliti sampling. Probablity
sampling merupakan salah satu teknik yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
sampel secara random atau acak, adapun jenisnya antara lain: simple
random sampling, stratified random sampling, sistematik random
sampling, cluster sampling, proportionet stratified random sampling,
dan lain-lain.
Sementara Non Probablity sampling merupakan teknik
penentuan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan

35
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. ada beberapa jenis dari Nonprobablity sampling ini yaitu
sampling sistematis, sampling kouta, sampling accidental, sampling
purposive, sampling jenuh, snowball sampling dan lain-lain.
Terkait dengan teknik pengambilan sampel, maka pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh, dimana
mengambil semua anggota populasi menjadi anggota sampel.

3.5. Variabel dan Cara Pengukuran


3.5.1. Variabel
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan
Farhadi, 1981 dalam Sugiyono, 2017:60).
Kerliger (1973) dalam Sugiyono (2017:61) menyatakan bahwa
variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Dalam penelitian eksperimen, variabel dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat
(dependent variabel). Variabel bebas (independent variabel),
variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependent (Sugiyono, 2017:61). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas (X) atau Independent varibel adalah
pengembangan pariwisata.
2. Variabel terikat (dependent variabel), sering disebut juga sebagai
variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017:61).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) atau
Dependent Variabel adalah kondisi sosial ekonomi.

36
3.6. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder :
3.6.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2005).
Adapun data primer dalam penelitian ini diperoleh dari tanggapan
responden, dalam hal ini ialah pedagang yang bekerja di sektor
pariwisata setelah pembangunan/pengembangan pariwisata Pantai
Lawar di Desa Sekongkang Bawah Kecamatan Sekongkang
Kabupaten Sumbawa Barat.
3.6.2. Data Sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber data dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2005). Data sekunder
dalam penelitian ini dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi
sebelumnya yang relevan, internet dan sebagainya.

3.7. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan
peneliti untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari
responden sesuai lingkup penelitiannya. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini ialah :
1. Survey
Survey adalah teknik pengumpulan data atau informasi pada
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relative lebih
kecil. Metode ini juga digunakan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap suatu proses yang tengah berjalan atau berlangsung.
2. Angket
Metode ini juga disebut sebagai kuisioner atau dalam bahasa
inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket atau
kuisioner berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun
secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan.
Kemudian dikirim kepada responden untuk diisi, angket dikirim kembali
atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.

37
3.8. Teknik Pengolahan Data
3.8.1 Tahap Editing
Pada tahap ini data yang dapat diperiksa kembali apakah ada
kesalahan dalam melakukan pengisian yang tidak lengkap atau tidak
jelas. Dalam tahap ini penulis melakukan pengecekan terhadap
kuesioner yang telah diisi oleh para responden untuk menyeleksi
apakah kuesioner tersebut diisi dengan benar atau tidak oleh responden
secara asal-asalan, sehingga kuesioner yang tidak sesuai tersebut tidak
digunakan dalam hasil penelitian (Purwanto dan Sulistyastuti, 2017).
3.8.2 Tahap Koding
Tahap ini mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan
oleh responden menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan
memberikan kode tertentu pada setiap jawaban. Setelah penulisan
melakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian penulisan
memberikan kode untuk masing-masing pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner tersebut (Purwanto dan Sulistyastuti, 2017).
3.8.3 Tahap Tabulating
Pada tahap ini hasil kuesioner dimasukkan kedalam tabel dan
kemudian diinterpretasikan. Dalam tahap ini setelah kuesioner selesai
diberikan kode maka kuesioner tersebut disajikan di dalam bentuk tabel
dengan menggunakan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya.
Kemudian isi dari tabel tersebut diinterpretasikan atau dijelaskan dalam
bentuk kalimat agar lebih mudah untuk dipahami oleh para pembaca.

3.9. Analisis Data


Analisis dari penelitian ini menggunaan analisis dari data (Miles dan
Hiberman, 1992 : 16) yaitu :
1. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat.

38
3. Conclusion drawing/verivication (penarikan kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dengan didukung bukti-bukti valid dan konsisten
sehingga menghasilkan kesimpulan yang kredibel.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Desa Sekongkang Bawah adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Desa ini terletak di bagian selatan Sumbawa. Desa yang
terkenal dengan keindahan pantainya dan kekayaanalam yang sangat
melimpah. Sesuai Dengan dengan Visi dan Misi Pemerintah Desa Dasan
Sekongkang Bawah Tahun 2018-2024 maka pemerintah desa mendorong
terwujudnya masyarakat sekongkang bawah yang damai, aman, maju dan
sejahtera yang berkeseimbangan melalui kerja keras, cerdas dan ikhlas dengan
mengedepankan sikap parsi tipatif yang dilandasi semangat pariri lema bariri.
Dusun di Desa Sekongkang Bawah terdiri dari :
1. Batu Belawang
2. Batu Berkong
3. Kuang Belo
Sebagian besar pengusaha 55,5 persen mengandalkan modal sendiri dan
sebanyak 88,8 persen tidak menggunakan modal dari pihak perbankan.
Sumber permodalan banyak diperoleh dengan sistem kerjasama personal.
Sebanyak 44 persen pengusaha memiliki kerjasama bisnis dan manajemen
dengan pihak lain. Serupa dengan desa lainnya, bahwa akses permodalan
dengan perbankan dirasa sulit karena pengalaman mereka bahwa berurusan
dengan bank terkesan rumit khususnya agunan yang tidak mudah dipenuhi
sedangkan kebutuhan pembiayaan proyek harus sangat cepat untuk mengejar
target pekerjaan.

40
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Pengembangan Objek Wisata Pantai Lawar
Pantai lawar merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa
Sekongkang Bawah, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pantai lawar juga dikenal dengan
pantainya yang indah dan eksotis dengan hamparan pasir putihnya
yang bersih dan lembut. Pantai Lawar memiliki pesona yang indah dan
sepi, pantai lawar juga memiliki ombak yang cukup besar sehingga
sangat bagi yang memiliki hobi berselancar.
Di pantai ini terdapat hamparan pasir putih bersih berkilau
dengan air lautnya yang jernih dan tenang sehingga sangat cocok bagi
yang memiliki hobby menyelam menikmati pemandangan bawah laut.
Selain itu jajaran batu karang terjal yang mengapit pantai dan pohon-
pohon hijau yang tumbuh disekitar garis pantai sangat cocok buat yang
memiliki hobi fotografer.
Selain memiliki pesona yang sangat menakjubkan, pantai
lawar juga sudah di fasilitasi dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti hotel, bungalow, bar dan juga restoran.
Pesona pantai lawar yang eksotis ini semakin cantik dan
memikat hati saat matahari tenggelam (sunset) menyapa Pantai Lawar.
Panorama pantai yang indah yang dipadu dengan warna lembayung
senja akan membawa suasana romantis yang akan memanjakan mata.
Untuk menuju Pantai Lawar, kita bisa melaluinya dari
Sekongkang dengan menggunakan kendaraan darat melewati kebun-
kebun penduduk. Pantai ini berpasir halus, sepi dan diapit oleh dua
tebing yang lumayan cukup tinggi. Selain itu, untuk menuju Pantai
Lawar kita juga bisa melaluinya dari Kota Mataram dengan
menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum Bis Damri
jurusan Mandalika-Sekongkang dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Pemuda
dan Olahraga menunjukkan bahwa pada tahun 2021 jumlah Wisatawan
Domestik yang berkunjung ke Kecamatan Sekongkang mencapai

41
1.494 orang dan wisatawan mancaranegara mencapai 53 orang dengan
total keseluruhan pengunjung sebanyak 1.547 orang. Kemudian, secara
spesifik untuk daerah wisata pantai lawar pada tahun 2020, jumlah
pengunjung lokal mencapai 300 orang dan mencanegara sebanyak 40
orang dengan total pengunjung sebanyak 340 orang, sedangkan pada
tahun 2021, jumlah pengunjung lokal mencapai 216 orang dan
mencanegara sebanyak 48 orang dengan total pengunjung sebanyak
264 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah
pengunjung ke Pantai Lawar dari tahun 2020 s/d tahun 2021
mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jumlah
pengunjung wisatawan baik domestik maupun mancara negara, maka
perlu dilakukan pembenahan dalam pengembangan objek wisata yang
ada di Pantai Lawar baik dari sarana maupun prasarananya seperti :
lokasi usaha, fasilitas usaha, fasilitas penunjang keamanan untuk
pengunjung, fasilitas parkir untuk pengunjung dan lokasi tempat
beristirahat. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik
diharapkan dapat menjadi nilai tambah serta dapat meningkatkan
keindahan suatu objek wisata. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pengelola Objek
wisata Pantai Lawar sudah beberapa kali melakukan renovasi dan
perbaikan sarana dan prasarana guna lebih menarik minat wisatawan
untuk berkunjung.
Beberapa faktor pendukung yang dapat menunjung
pengembangan pengembangan pariwisata yaitu masyarakat dimana
sebagian besar masyarakat yang ada di sekitar wilayah Pantai Lawar
sudah sadar akan potensi wisata di daerahnya. Namun, ada juga faktor
yang menghambat yaitu adanya sebagian kecil masyarakat yang masih
acuh dengan keberadaan objek wisata. Dengan adanya bentuk
partisipasi masyarakat maka pengembangan pariwisata dapat berjalan
sesuai yang diinginkan karena masyarakat iku berperan serta dalam hal
pengelolaan dan pelestarian objek wisata.

42
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pihak
pengelola pantai lawar perlu mengembangkan objek wisata agar
menambah daya tarik, sehingga jumlah pengunjung yang datang
meningkat. Dengan banyaknya jumlah pengunjung maka akan
memberikan dampak baik kepada pemerintah daerah maupun kepada
masyarakat yang berada disekitar objek wisata.
4.2.2 Dampak Positif Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat yang ada di Desa Sekongkang Bawah
Perubahan yang terjadi pada manusia maupun masyarakat yang
diakibatkan karena adanya pembangunan dibidang pariwisata
memberikan dampak sosial terhadap perekonomian masyarakat.
Adapun dampak sosial yang muncul disebabkan oleh adanya aktifitas
seperti: program, proyek ataupun kebijaksanaan yang di terapkan pada
masyarakat. Hal ini tentu dapat memberikan pengaruh pada
keseimbangan sistem masyarakat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Dampak ekonomi yang timbul akibat adanya pariwisata, terdiri
dari efek langsung, efek tidak langsung dan efek induksi. Dimana efek
tidak langsung dan efek induksi termasuk efek sekunder, sedangkan
efek tidak langsung merupakan efek primer. Dampak total ekonomi
pariwisata adalah keseluruhan jumlah dari pengaruh yang terjadi
secara langsung atau tidak, dan dapat di ukur sebagai pengeluaran
bruto atau penjualan, penghasilan, penempatan tenaga kerja dan nilai
tambah.
Selain itu, masyarakat lokal yang ada di sekitar wilayah Pantai
Lawar dapat memperoleh keuntungan jika pengeluaran dari non-lokal
warga dimasukkan sebagai tambahan ke dalam ekonomi lokal. Dalam
hal ini terdapat hubungan yang positif antara pariwisata dengan
pertumbuhan perekonomian di suatu daerah baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.

43
Ada beberapa dampak positif dari pengembangan pariwisata
yang ditimbulkan secara langsung terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat yaitu :
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan masyarakat yang ada di sekitar objek wisata
pantai lawar masih banyak tidak mengutamakan pendidikan,
padahal pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat pendidikan yang
ditempuh oleh para responan, dimana rata-rata masih di jenjang
sekolah dasar (SD). Pendidikan merupakan upaya dalam dalam
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Namun jika dibandingkan dengan saat ini sudah terjadi
peningkatan pendidikan seiring berkembangnya objek wisata. Para
responden sudah peduli dengan pendidikan anaknya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para
responden yang ada di Desa Sekongkang Bawah, pendidikan
keluarga responden telah mengalami perubahan dan peningkatan.
Hal tersebut terjadi karena para responden memikirkan pendidikan
anaknya, sudah banyak anakanak yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi bahkan sampai ke perguruan tinggi serta
sudah jarang ditemukan anak-anak yang putus sekolah. Selain itu
di dukung oleh pendapatan responden yang mengalami
peningkatan setelah dilakukan pengembangan objek wisata.
Dengan berbagai jenis usaha yang dimiliki oleh para responden
bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga bisa
menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi.
2. Solidaritas sosial
Solidaritas sosial merupakan wujud kepedulian sesama
kelompok atau individu yang menunjukkan pada suatu hubungan
antara individu dan kelompok berdasarkan kesamaan moral,
kolektif, kepercayaan yang dianut dan diperkuat oleh pengalaman
emosional. Solidaritas sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat di

44
Desa Sekongkang Bawah cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari
kepedulian masyarakat terhadap sesama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah
peneliti lakukan terhadap responden yang ada di Desa Sekongkang
Bawah menunjukkan bahwa semenjak adanya pariwisata di daerah
pantia lawar terjadi perubahan interaksi sosial sebelum dan sesudah
adanya pengembangan objek wisata Pantai Lawar tetap baik antar
masyarakatnya. Hal ini disebabkan oleh semua warga masyarakat
yang berada disekitar Desa Sekongkang Bawah mampu
bekerjasama dengan baik. Salah satu bentuk kerjasama yang
terlihat adalah masyarakat bersamasama menjadi pelaku usaha
disekitar objek wisata. Maka dengan adanya bentuk usaha yang
dibangun masyarakat, bekerja di tempat yang sama, mereka
memiliki tujuan yang sama, serta mereka mempunyai kepentingan
yang sama yaitu mempertahankan, melestarikan dan
mengembangkan objek wisata Pantai Lawar.
Selain itu bentuk persaingan yang terjadi antar masyarakat
yaitu persaingan dalam aspek ekonomi. Namun, persaingan yang
terlihat cenderung mengarah kearah yang positif. persaingan yang
terjadi yaitu ketika ada satu masyarakat yang membangun warung
disekitar objek wisata Pantai Lawar, masyarakat lainpun ikut
mendirikan warung. Hal tersebut dapat dikatakan positif karena
dengan mendirikan warung tentu mereka memikirkan jangka
panjang untuk memenuhi kebutuhan keluarga guna mencapai
kesejahteraan hidup.
Selain itu dengan adanya pengembangaan pariwisata
solidaritas sosial yang ditunjukkan antara masyarakat dan
pengunjung terjalin baik dimana masyarakat selalu bersikap ramah
dan terbuka serta sudah menerapkan sapta wisata dengan
memberikan sikap yang baik kepada pengunjung yang datang.
Interaksi yang berlangsung di kawasan objek wisata membuktikan
bahwa antara individu satu dengan lainnya saling membutuhkan.

45
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain, oleh karena itu manusia perlu saling
berinteraksi.
3. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari
pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan
sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
dividen, royalti dan sewa. Pendapatan merupakan hal yang penting
karena pendapatan adalah objek atas aktivitas yang dilakukan.
Setelah adanya pembangunan pariwisata di Pantai Lawar
pendapatan responden mengalami peningkatan yang cukup
signifikan karena jumlah kunjungan wisata yang semakin
meningkat. Pengunjung objek wisata Pantai Lawar mengalami
peningkatan disebabkan objek wisata Pantai Lawar memiliki daya
tarik tersendiri yaitu pesona alam yang sangat indah dengan
hamparan pasir putih di pesisir pantai, adanya pengembangan
sarana dan prasarana yang telah dilakukan oleh pihak pengelola.
Selain itu disebabkan oleh adanya promosi melalui sosial media,
cara ini ampuh karena sekarang ini mayoritas orang memiliki
sosial media, seperti facebook, instagram maupun sosial media
lainnya. Karena melihat foto seseorang akan membuat hasrat
berwisata semakin mengalami peningkatan.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu responden yang
ada di Pantai Lawar mengatakan bahwa : “Dampak positif yang
ditimbulkan setelah adanya pembangunan pariwisata di Pantai
Lawar yaitu meningkatkan kesejahteraan warga seperti pedagang
kaki lima di Pantai Lawar setelah berjualan ada tambahan
penghasilan”.
Berdasarkan hasil wawacara tersebut di atas menunjukkan
bahwa keberadaan objek wisata pantai lawar mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang peneliti peroleh

46
dari hasil wawancara bahwa pendapatan yang diperoleh pelaku
usaha setiap bulan di Pantai Lawar dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Pendapatan Masyarakat yang ada di sekitar
Objek Wisata Pantai Lawar Sebelum dan Sesudah
Adanya Pengembangan Pariwisata
Jumlah Pendapatan
No Nama
Sebelum Sesudah
1 Darudin Rp. 1.200.000 Rp. 2.500.000
2 Miskiah Rp. 1.150.000 Rp. 2.250.000
3 Miftah Rp. 1.000.000 Rp. 2.700.000
4 Fadil Rp. 950.000 Rp. 2.450.000
5 Asrori Rp. 1.250.000 Rp. 2.150.000
6 Mulizan Rp. 1.500.000 Rp. 2.250.000
7 Dhani Rp. 1.100.000 Rp. 2.350.000
8 Ibnu Rp. 1.000.000 Rp. 2.750.000
9 Rusmiati Rp. 970.000 Rp. 2.150.000
10 Salahudin Rp. 1.350.000 Rp. 2.650.000
11 Ramidah Rp. 1.150.000 Rp. 3.000.000
12 Faridah Rp. 1.000.000 Rp. 2.900.000
13 Amanah Rp. 650.000 Rp. 2.850.000
14 Sofi Rp. 870.000 Rp. 2.550.000
15 Suryadi Rp. 1.350.000 Rp. 2.810.000
Sumber : Hasil Wawancara, 2022.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap pelaku
usaha memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Hal ini dibuktikan
oleh kisaran pendapatan bidang penjual makanan dan minuman
lebih besar dibanding dengan usaha lainnya. Sebelum dilakukan
pengembangan objek wisata kisaran pendapatan pelaku usaha
berkisar antara Rp. 650.000 s/d Rp. 1.500.000/bulan. Namun,
setelah adanya pengembangan objek wisata kisaran pendapatan
yang diperoleh pelaku usaha berkisar Rp. 2.150.000 s/d Rp.
3.000.000.
Pendapatan pemilik usaha diperoleh dari pengeluaran
wisatawan. Dengan kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan
membuka peluang kepada masyarakat untuk menjadi penyedia
kebutuhan dan jasa. Peluang usaha tersebut akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang berada disekitar objek wisata

47
untuk berwiusaha sekaligus menambah pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
responden, pada hari-hari libur misalnya sabtu-minggu, hari raya
dan hari libur nasional lainnya terjadi peningkatan pengunjung.
Dengan banyaknya jumlah pengunjung maka pendapatan yang
diperoleh para responden meningkat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengembangan pariwisata memberikan dampak positif
terhadap pendapatan masyarakat.
4. Kepemilikan asset bergerak dan tidak bergerak (Ternak dan
Kendaraan)
Aset merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk
menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan. Setelah adanya
pembangunan di bidang pariwisata di pantai lawar kepemilikan
aset masyarakat yang ada di sekitar pantai lawar mengalami
peningkatan. Banyak masyarakat yang membeli ternak seperti :
kambing, sapi dan lain, kemudian ada juga yang membeli
kendaraan dari hasil yang diperoleh selama berjualan di Pantai
Lawar. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan aset yang dimiliki
oleh masyarakat baik aset yang bergerak maupun tidak bergerak
semakin bertambah setelah adanya pembangunan pariwisata.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
responden yang ada di sekitar pantai lawar mengatakan bahwa :
pembangunan pariwisata di pantai lawar memberikan dampak
positif yang cukup signifikan, dimana kami bisa membeli beberapa
hewan ternak dan kendaraan dari hasil berjualan di Pantai Lawar”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sekongkang Bawah
sangat mensyukuri adanya pembangunan pariwisata di Pantai
Lawar. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat untuk
berjualan di sekitar pesisir Pantai Lawar.

48
5. Kelayakan tempat tinggal
Kelayakan tempat tinggal diukur dari kualitas fisik rumah
dan kualitas fasilitas rumah. Dimana setelah adanya pembangunan
pariwisata di wilayah Pantai Lawar, banyak masyarakat Desa
Sekongkang Bawah yang bertempat tinggal di sekitar Pantai Lawar
memiliki tempat tinggal yang layak. Sebelum adanya
pembangunan pariwisata tempat tinggal masyarakat banyak yang
tidak layak huni, karena terbuat dari kayu dan dinding seadanya.
Akan tetapi, setelah adanya aktivitas pembangunan objek wisata di
pesisir Pantai Lawar, masyarakat sudah mulai memiliki
penghidupan dan pendapatan yang cukup sehingga mampu
memperbaiki tempat tinggal agar menjadi lebih layak sebagai
tempat tinggal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
responden yang ada di sekitar pantai lawar mengatakan bahwa :
Sebelum adanya pembangunan pariwisata di pantai lawar, tempat
tinggal kami tidak layak huni karena kami tidak memiliki cukup
uang untuk membangun tempat tinggal yang layak sebagai tempat
tinggal, namun perlahan tapi pasti kami mampu membangun
tempat tinggal yang layak setelah adanya pembangunan objek
wisata pantai lawar”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sekongkang Bawah
sangat mendukung pembangunan pariwisata di pantai lawar agar
memiliki penghasilan yang cukup dan kehidupan yang baik serta
tempat tinggal yang layak.
6. Kepemilikan rumah
Kepemilikan rumah merupakan rumah dengan status
penguasaan bangunan milik sendiri. Sebelum adanya
pembangunan pariwisata di Pantai Lawar banyak masyarakat yang
tidak memiliki rumah baik rumah yang layak huni maupun rumah
yang tidak layak huni. Akan tetapi, setelah adanya pembangunan

49
pariwisata, kehidupan masyarakat Desa Sekongkang Bawah di
sekitar Pantai Lawar mulai mengalami perubahan, dimana banyak
masyarakat yang sudah memiliki rumah sendiri. Masyarakat
merasa bersyukur dengan adanya pembangunan pariwisata karena
memberikan dampak yang positif bagi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
responden yang ada di sekitar pantai lawar mengatakan bahwa :
dulu sebelum adanya pembangunan pariwisata di Pantai Lawar,
banyak masyarakat yang tinggal di Desa Sekongkang Bawah tidak
memiliki rumah karena tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sekongkang Bawah
merasa sangat terbantu dengan adanya pembangunan pariwisata di
pantai lawar.
4.2.3 Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat yang ada di Desa Sekongkang Bawah
Dampak negatif merupakan dampak yang ditimbulkan dari
perbuatan yang memberikan pengaruh tidak baik atau buruk kepada
masyarakat maupun lingkungan. Adapun dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat, antara lain :
1. Perubahan Sosial
Pengembangan pariwisata memberikan dampak yang negatif
terhadap perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yaitu
berubahnya cara masyarakat dalam berperilaku. Perubahan sosial
dapat terjadi karena adanya faktor imitasi yaitu meniru gaya dari
luar.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap
responden yang bertempat tinggal di Desa Sekongkang Bawah
mengatakan bahwa : “Dampak negatifnya banyak budaya yang
datang dari luar yang tidak sesuai dengan adat istiadat”.

50
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya objek wisata pantai lawar memberikan dampak negatif
yaitu adanya pengaruh budaya yang datang dari luar yang
bertentangan dengan budaya masyarakat setempat.
2. Pencemaran Lingkungan
Selain itu, terjadinya pencemaran lingkungan kebersihan
disekitar lingkungan objek pariwisata menjadi hal yang paling
penting. Kondisi lingkungan yang tidak terjaga membuat
kenyamanan menjadi terganggu. Dalam hal tersebut diperlukan
partisipasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.
Berdasarkan hasil observasi disekitar objek wisata Pantai
Lawar, masih ada beberapa pengunjung yang membuang sampah
disembarangan tempat. Meskipun pihak pengelola sudah
menyediakan tempat sampah dibeberapa titik tetapi masih ada
pengunjung yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan.
Kurangnya pemahaman tentang arti kebersihan jika dipandang dari
kesehatan lingkungan membuang sampah dapat menyebabkan
penyakit dan dapat merusak ekosistem yang berada diobjek wisata.
3. Keamanan
Keamanan adalah suatu keadaan dimana terbebas dari bahaya
serta merasa aman dari gangguan. Dalam suatu objek wisata
persoalan keamanan menjadi tanggung jawab masyarakat
khususnya pihak pengelola dan para pengunjung. Keadaan objek
wisata tidak aman jika terjadi hal yang merugikan para pengunjung
seperti terjadi pencurian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola
“masih ada masyarakat yang tidak memiliki sadar wisata dengan
tidak menjaga keamanan”.

51
4.3 Pembahasan
Pengembangan objek wisata Pantai Lawar terus mengalami kemajuan
dan pembaruan berkelanjutan. Kemajuan dibuktikan dengan banyaknya
jumlah pengunjung yang datang ke Pantai Lawar. Pengembangan pariwisata
adalah salah satu bentuk pengelolaan objek wisata yang bertujuan untuk
memberikan manfaat, pelestarian serta pemanfaatan potensi wisata.
Masyarakat dapat merasakan secara langsung dampak pengembangan
pariwisata melalui munculnya kesempatan kerja baru serta dapat
meningkatkan pendapatan bagi masyarakat.
Pengembangan pariwisata memberikan dampak positif bagi pihak
pengelola maupun masyarakat sekitar ditinjau dari sosial ekonomi. Indikator
pertama, pendidikan keluarga responden mengalami peningkatan. Hal tersebut
terjadi karena para responden memikirkan pendidikan anaknya, sudah banyak
anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bahkan
sampai ke perguruan tinggi serta sudah jarang ditemukan anak-anak yang
putus sekolah. Dari hal tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa para
responden telah sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan, dengan
pendidikan yang tinggi maka kemampuan serta keterampilan yang dimiliki
pun semakin tinggi. Indikator kedua yaitu interaksi sosial, Interaksi sosial
antara masyarakat terjalin dengan baik karena masyarakat mampu
bekerjasama.
Salah satu bentuk kerjasama yang terlihat adalah masyarakat bersama-
sama menjadi pelaku usaha disekitar objek wisata. Selain itu adanya bentuk
persaingan, persaingan yang terlihat cenderung mengarah kearah yang positif.
persaingan yang terjadi yaitu ketika ada satu masyarakat yang membangun
warung disekitar objek wisata Pantai Lawar, masyarakat lainpun ikut
mendirikan warung. Indikator ketiga yaitu kesempatan kerja, Pengembangan
pariwisata mampu membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dengan
menjadi pelaku usaha. Pengembangan pariwisata mendorong masyarakat
untuk berwirausaha. adanya objek wisata juga dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat untuk berjualan disekitar objek wisata, membuka sewa

52
ban/pelampung, membuka jasa sewa toilet, membuka jasa sewa gasebo serta
membuka lahan parkir dengan memanfaatkan kolong dan pekarangan rumah.
Aktivitas ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan peluang kerja
yang ada maka dari segi pendapatan akan meningkatkan sehingga dapat
mencapai kesejahteraan hidup. Indikator keempat yaitu pendapatan,
Pengembangan pariwisata juga memberikan dampak bagi pendapatan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pendapatan yang
diperoleh yaitu sebelum dilakukan pengembangan objek wisata kisaran
pendapatan pelaku usaha berkisar antara Rp. 650.000 s/d Rp. 1.500.000/bulan.
Namun, setelah adanya pengembangan objek wisata kisaran pendapatan yang
diperoleh pelaku usaha berkisar Rp. 1.150.000 s/d Rp. 3.000.000.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
pengembangan objek wisata mampu meningkatkan pendapatan masyarakat,
sehingga masyarakat dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didukung oleh hasil
penelitian Hary Hermawan (2016) dengan judul penelitian Dampak
Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran Terhadap Ekonomi Masyarakat
Lokal, dimana hasil penelitian diketahui bahwa meningkatkan peluang kerja
dan berusaha serta penghasilan masyarakat bertambah. Dan didukung oleh
hasil penelitian Rizki Hari Nur Cahyaningsih (2016) dengan judul dampak
pengembangan objek wisata pantai suwuk terhadap kondisi sosial ekonomi
penduduk desa tambakmulyo kecamatan puring kabupaten kebumen, dimana
hasil penelitian diketahui bahwa dampak kondisi sosial seperti pola pergaulan
bertambah baik, sedangkan dampak kondisi ekonomi diantaranya jenis
pekerjaan semakin bervariasi, pendapatan meningkat, pembangunan sarana
dan prasarana.
Disamping dampak positif pariwisata terhadap sosial ekonomi yang
telah diuraikan di atas, juga terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari
adanya pengembangan pariwisata. Pertama, perubahan sosial dimana
terjadinya perubahan sikap masyarakat. dari hasil penelitian perubahan sosial
yang terjadi yaitu adanya pengaruh budaya dari luar yang bertentangan dengan
budaya masyarakat setempat. Kedua, kurangnya kesadaran masyarakat

53
khususnya pengunjung tentang kebersihan lingkungan dimana masih ada
beberapa pengunjung yang membuang sampah di sembarangan tempat.
Lingkungan yang kurang bersih menjadikan pemandangan kurang elok
terlihat, serta dapat merusak ekosistem. Selanjutnya kurangnya tingkat
keamanan dikawasan objek wisata, hal tersebut dapat membuat tingkat
kenyamanan pengunjung menjadi terganggu.

54
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dampak positif terhadap sosial ekonomi yaitu : pengembangan pariwisata
memberikan dampak terhadap sosial ekonomi masyarakat yaitu pertama
pendidikan keluarga responden mengalami peningkatan, kedua solitas
sosial antara masyarakat cukup tinggi karena masyarakat mampu
bekerjasama, ketiga pengembangan pariwisata mampu meningkatkan
pendapatan bagi masyarakat dengan menjadi pelaku usaha, dan keempat
pengembangan pariwisata meningkatkan kepemilikan aset, kepemilikan
tempat tinggal dan kepemilikan rumah.
2. Dampak negatif terhadap sosial ekonomi yaitu : terjadinya perubahan
sosial karena adanya pengaruh budaya luar, pencemaran lingkungan dan
kurangnya tingkat keamanan.

5.2 Saran
1. Kepada pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku
pengelola agar lebih mengembangkan dan mendukung penyediaan
fasilitas sebagai daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara
sehingga kawasan wisata selalu ramai baik pada hari biasa maupun hari
libur.
2. Kepada masyarakat diharapkan dapat menjaga kelestarian objek wisata
agar kelestarian alami lingkungan tetap terjaga. Serta menjaga sarana dan
prasarana yang sudah ada.
3. Kepada peneliti lain diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam
penelitian selanjutnya agar lebih menggali potensi-potensi objek wisata
lainnya.

55
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bungin, Prof, Dr. H.M. Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif


Komunikasi, ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial
Lainnya. Penadamedia Group.

Damsar, Dr, Prof. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta:: Prenadamedia


Group.,

Damsar,Indrayani. 2018. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Martono, nanang. 2015. Statistik Sosial Teori dan Apliksi Program SPSS.
Yogyakarta: Gava Media

Ritzer, George. 2014.Teori Sosial Modern Edisi Ketujuh. Jakarta: Prenamedia


Group.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Edisi Kedelapan. Yogyakarta : Pustaka


Belajar.

Sugiyono, Dr, Prof. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wirawan, I.B.,Dr Prof. 2012. Teori Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta:
Prenadamedia Group

JURNAL DAN SKRIPSI

Rini Setiyoningsih. 2019.‘’Pengaruh Pariwisata syariah dan


produkkepariwisataan terhadap pendapatan ekonomi masyarakat’’ diakses
pada 24 Februari 2022 jam 17.48 WIB

Lalu Muhammad Ikhlas Ridho. 2019. ‘’Analisis dampak pengembangan


pariwisata terhadap perekonomian masyarakat Dusun Sade Desa Sembitan
Lombok Tengah’’diakses pada 25 Februari 2022 jam 09.31

Dini Yulianti. 2020. ‘’Dampak pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan


masyarakat’’diakses pada tanggal 25 Februari 2022 jam 09.45

56
LAINNYA

www.google.com/amp/s/www.web.hestanto.web.id/defenisi-pariwisata-indikator-
perkembangan-objek-dan-daya-tarik/amp/

bazthoenk.worpress.com/2015/06/14/perkembangan-pariwisata-di-indonesia/
pariwisataindonesia2015.blogspot.com/2015/11/konsep-pengembangan
pariwisata.html?m=1

www.google.com/amp/s/www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-
penelitian.html.

57

Anda mungkin juga menyukai