DISUSUN OLEH :
BOBY SAPUTRA
NIM : IPT201005
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS CORDOVA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Implementasi Keterbukaan Informasi Public Dalam Pengelolaan Dana Desa Di
Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat”.
Dalam proses penyusunan proposal skripsi ini penulis ingin mendapatkan
banyak masukan dan bimbingan dari :
1. Bapak Dr. K.H. Lalu Zulkifli, B.A., S.H., M.M, selaku Rektor Universitas
Cordova;
2. Bapak Drs. H. Mukhlis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Politik dan
Hukum Universitas Cordova;
3. Ibu Silmi Kaffah, S.E., M.H, sebagai ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Politik dan Hukum Universitas Cordova;
4. Ibu Maslia Qomar, S.T., M.PPM selaku Dosen Pembimbing Utama
Fakultas Ilmu Politik dan Hukum Universitas Cordova;
5. Bapak Syaipullah, S.IP., M.Si, selaku dosen pembimbing pendamping
Fakultas Ilmu Politik dan Hukum Universitas Cordova;
6. Istri tercinta yang telah menemani dalam penulisan dan proses
perampungan proposal skripsi ini;
7. Segenap keluarga besar yang telah menemani penulis dalam perampungan
skripsi ini;
8. Semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
membantu penyelesaian proposal skripsi.
Atas arahan dan bimbingannya nanti penulis berharap bisa menghasilkan
karya studi yang sempurna.
Taliwang, 2024
Penulis
Boby Saputra
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1. Landasan Teori..........................................................................................6
2.1.1. Pengertian Analisis..................................................................10
2.1.2. Keterbukaan Informasi Publik.................................................11
2.1.3. Konsep Desa............................................................................14
2.1.4. Pengelolaan Dana Desa...........................................................14
2.2. Penelitian Terdahulu................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26
3.1. Tipe Penelitian.........................................................................................26
3.2. Lokasi penelitian.....................................................................................27
3.3. Waktu Penelitian.....................................................................................27
3.4. Sampel dan Populasi...............................................................................28
3.5. Sumber Data............................................................................................28
3.6. Tehnik pengumpulan data.......................................................................29
3.7. Tehnik analisis data.................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sulistiyowati Fadjarini, dkk. 2017. “Pelembagaan Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya
Implementasi Sistem Informasi Desa”. Jurnal ASPIKOM, 3 (2), 215-224
2. Dampak implementasi keterbukaan informasi public terhadap
penggunaan dana desa di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea
Kabupaten Sumbawa Barat.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung transparansi
Kepala Desa Seminar Salit Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa
Barat dalam pengelolaan dana desa tahun 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Indrawati, S. M., 2017, Buku Pintar Dana Desa, Jakarta: Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
3
Firmanzah. Pembangunan partisipatif melalui UU Desa. Diperoleh tanggal 27 November
2023, dari http://setkab.go.id/artikel-12385-.html.
Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijakan desa
berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). APBDes
merupakan peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun (Yunianti, 2015).
Menurut Adiasmita (2011), istilah pengelolaan sama dengan
manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisasikan, dan mengarahkan
usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas
untuk mencapai suatu tujuan. Pengelolaan bukan hanya melaksariakan suatu
kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-
fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien4.
Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efektivitas adalah
pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil. Dalam hal ini, efektivitas berarti
bahwa penggunaan APBDes untuk kegiatan pemerintahan harus mencapai
target atau tujuan kepentingan publik (Rahum, 2015). Sedangkan definisi
efisiensi menurut Agoes (2000) dalam Cicilia (2015) yaitu sebagai tindakan
yang dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan sumber daya dalam
melaksanakan atau menghasilkan sesuatu. Sehingga, proses kegiatan
operasional dalam APBDes dapat dikatakan efisien apabila produk atau
hasil pekerjaan tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan
dana serendah mungkin.
Salah satu sumber penerimaan desa sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu alokasi
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
dikenal dengan dana desa. Dana desa mulai diberikan kepada pemerintah
desa pada tahun 2015. Pemberian hak otonomi pengelolaan dana desa
memungkinkan keleluasaan dan kewenangan pemerintah desa untuk
4
Adisasmita, R. 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
mengatur penggunaan dana desa sesuai dengan kondisi sosial budaya
setempat.5
Alokasi transfer dana desa seharusnya dikaitkan dengan kemampuan
desa dalam menyusun perencanaan program pembangunan, pelaksanaan,
sampai dengan pertangggungjawaban pelaksanaan kegiatan pembangunan di
desa (Bappenas, 2014 dalam Abıdın, 2015). Penggunaan dana desa juga
harus berorientasi pada efisiensi pelayanan serta produk- produk pemerintah
desa untuk kepentingan publik. Pelayanan publik yang paling efisien
seharusnya diselenggarakan oleh pemerintah desa karena lebih menghayati
dan sangat responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya Pemberian dana
desa seharusnya dikelola dengan baik melalui penyusunan rencana
pembangunan desa yang berdasarkan prinsip perencanaan dari, oleh, dan
untuk masyarakat.
Namun, pencapaian dana desa selama ini masih memerlukan
penyempurnaan. Keberadaan dana desa yang telah diberlakukan sejak tahun
2015 masih belum dirasakan manfaatnya secara optimal. Penggunaan dana
desa dinilai belum efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kasus-kasus yang terjadi, banyak kepala desa yang tersangkut
kasus penyalahgunaan dana desa Pelaporan penggunaan dana desa yang
tidak sesuai, pemotongan dana desa untuk keperluan pribadi, dan terjadinya
tumpang tindih penggunaan dana desa (Aziz, 2016).6
Sektor publik memang sering dinilai sebagai sarang inefisiensi,
sumber kebocoran dana, dan ristitusi yang selalu rugi (Manopo, Debby, dan
Sri, 2015). Kecenderungan yang tidak efisien pada dasarnya adalah suatu
pemborosan, dimana dalam memperhitungkan alokasi keuangan yang
digunakan untuk membiayai pembangunan dan aktivitas pemerintah desa
tidak cermat dalam mengkalkulası kapasitas keuangan desa serta tingkat
prioritas pendanaan, sehingga mencapai sasaran yang tidak optimal.
5
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa. 2014. Jakarta.
6
Aziz. 2016. Otonomi Desa dan Efektivitas Dana Desa. Jurnal Penelitian Politik | 13 (2), 193–211
Agar Desa berdaya dalam menjalankan kewenangannya, maka
masyarakat butuh keterbukaan atau transparansi informasi public dalam
penggunaan dana desa. Informasi Publik Desa adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh Pemerintah
Desa yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Sebagaimana dicantumkan Mandat
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah mengatur
Keterbukaan Informasi Publik Desa, yaitu:
1. Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa
asas penyelenggaraan pemerintah desa salah satunya adalah keterbukaan.
Selanjutnya, dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud
dengan keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintah desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
2. Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan
tugas kepala desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata
pemerintahan desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan
efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme. Masih
dalam pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur bahwa kepala desa
juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada
masyarakat desa.
3. Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak,
tugas, kewenangan, dan kewajiban kepala desa wajib memberikan
dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada masyarakat desa setiap akhir tahun anggaran.
4. Keempat pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa
berhak meminta dan mendapatkan informasi dalam pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
5. Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi publik
desa yaitu pasal 86 ayat (1) dan (5) yang menyatakan bahwa desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi desa yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan sistem
informasi tersebut dikelola oleh pemerintah desa dan dapat diakses oleh
masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaannya, pada pasal 127 ayat (2) huruf (e)
peraturan pemerintah tentang pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa
dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan
mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintah desa dan pembangunan desa.
8
Suryana, Yana (2015). Metode Penelitian Managemen Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia.
9
Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
undangan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Karena
implementasi merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses
perencanaan kebijakan. Adapun pengertian implementasi tersebut dapat
dilihat dalam beberapa pendapat di bawah ini.
Menurut Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu pada tindakan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.
Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut
menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-
perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.
Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman apa yang
seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.
Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan
keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:
1. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.
2. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.
3. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.
4. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.
5. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.
6. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal
penting yakni:
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
2. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan.
3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.
Implementasi menurut teori Jones (Mulyadi, 2015:45): “Those
Activities directed toward putting a program into effect” (proses mewujudkan
program hingga memperlihatkan hasilnya), sedangkan menurut Horn dan
Meter: “Those actions by public and private individual (or group) that are
achievement or objectives set forth in prior policy” (tindakan yang
dilakukan pemerintah). Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan
setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.10
Selanjutnya menurut Lister (Taufik dan Isril, 2013:136), “sebagai
sebuah hasil, maka implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah
yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan”.
Grindle (Mulyadi, 2015:47), “menyatakan implementasi merupakan
proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program
tertentu”.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas tersebut dapat diketahui bahwa
pengertian implementasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan
kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi
atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan
menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program-program
yang akan dijalankan tersebut.
10
Mulyadi, 2015, Implementasi Organisasi, Yogyakarta, Gadjah Mada Univercity Press.
transparan atau terbuka, pelaksanaan kebijakan yang terbuka dan akuntabel
serta dapat diakses dengan efektif, cepat, tepat waktu, dengan biaya rendah
dan dengan cara yang sederhana.11
Menurut Fudin dan Rahayu (2019), ketersediaan informasi publik
dapat dimanfaatkan dalam bentuk kerjasama pemerintah dengan
masyarakat, atau pemangku kepentingan lainnya. Tanpa akses keterbukaan
informasi, masyarakat akan lebih cenderung menentang segala kebijakan
pemerintah. Akibatnya, peran pemerintah dalam mendorong pelaksanaan
keterbukaan informasi publik menjadi sangat penting.12
Menurut Krina (dalam Hanifah dan Praptoyo, 2015:7) Prinsip-prinsip
keterbukaan dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut :
a. Mekanisme sistem keterbukaan informasi
b. Mekanisme informasi sektor publik
c. Penyebaran Informasi publik
UU 14 Tahun 2008 berlaku di seluruh wilayah Indonesia, sehingga
segala hak dan kewajiban masyarakat terhadap informasi publik atau
pemohon dan pengguna informasi publik serta badan publik di tingkat pusat,
provinsi, dan kota/kabupaten diatur dalam undang-undang tentang informasi
publik. Keterbukaan berlaku secara nasional di seluruh Indonesia. Namun,
sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan kota/kabupaten sesuai
dengan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan diberi
kesempatan untuk menjamin keterbukaan informasi publik di daerah untuk
diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah dengan undang-undang .
Keterbukaan informasi publik adalah suatu sarana menwujudkan
pemerintahan yang baik dan demokratis sekaligus sebagai sarana
11
Mujiburrahman, M., Suryadi, B., & Budhi, S. (2019). Public Information Disclosure Policy
Implementation in Department Of Information and Communication Coding In North Barito
District, Central Kalimantan Province, Indonesia. European Journal of Political Science Studies
12
Fudin, M. R., & Rahayu, A. M. (2019). Public participation and the disclosure of public
information to achieve good governance. In Conference paper. EAI.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/22450-Full_Text.pdf
pengamatan masyarakat terhadap kebijakan publik, masyarakat dijamin
haknya untuk mendapatkan informasi publik sepanjang informasi publik
yang di dapat tersebut bukan informasi yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan untuk diumumkan atau diberikan akan membahayakan
kepada kepentingan publik atau mengganggu kehidupan masyarakat.
Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik. Tujuan keterbukaan informasi publik dalam pasal 2 yaitu:
a. Semua Informasi Publik terbuka dan dapat diakses oleh semua Pengguna
Informasi Publik.
b. Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
c. Setiap Pemohon Informasi Publik harus dapat memperoleh informasi
secara cepat dan efisien, dengan biaya yang murah, dan secara lugas.
d. Informasi publik yang digolongkan sebagai rahasia menurut undang-
undang, kesusilaan, dan kepentingan publik didasarkan pada penelaahan
atas akibat yang timbul ketika informasi dibuka untuk umum dan setelah
pertimbangan matang bahwa menutup informasi publik dapat melindungi
kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.
Tujuan keterbukaan informasi publik dalam pasal 3 bertujuan untuk
a. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan
publik, serta alasan pengambilan keputusan publik.
b. Mempromosikan partisipasi publik dalam proses pembuatan
kebijakan.
c. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam perumusan
kebijakan publik yang sehat.
d. Menyelenggarakan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang
transparan, efektif, dan efisien, serta akuntabel dan akuntabel.
e. Memahami motivasi dibalik kebijakan publik yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak.
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan generasi muda
bangsa.
g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan
badan publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Keberadaan UU KIP telah memperjelas perlindungan konstitusional
pemerintah dan hak rakyat atas kebebasan informasi, yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pemerintahan. Salah satu syarat terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang transparan, baik, efektif, dan akuntabel adalah
pengaturan keterbukaan informasi publik mengenai rencana kebijakan,
proses, dan justifikasi pengambilan keputusan publik.
13
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014.
1.5.5. Pengelolaan Dana Desa
Menurut Balderton (dalam Adisasmita, 2011:21), istilah pengelolaan
sama dengan manajemen yaitu menggerakan, mengorganisasikan, dan
mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material
dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. 14
Selanjutnya Adisasmita (2011:22) mengemukakan bahwa,
Pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen,
seperti perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Kemudian menurut Shuha (2018:7) berdasarkan Permendagri No. 113
Tahun 2014 tentang Keuangan Desa, Dana Desa adalah dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana Desa dikelola secara
tertib, taat pada ketentuan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.
15
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. 2014. Jakarta.
Pengelolaan Desa Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Pengelolaan keuangan Desa, oleh karena itu pengelelolaan dana desa
sejalan dengan pengelolaan keuangan desa. Menurut Permendagri Nomor
20 tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, terdapat 5 (lima)
tahap dalam melakukan Pengelolaan keuangan desa yang baik, diantaranya
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan keuangan Terlebih dahulu sekretaris menyusun
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa
tahun berkenaan, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Desa agar
dibahas dan disepakati secara bersama Badan Permusyawaratan Desa
jangka Waktu Paling lambat bulan oktober tahun berjalan.
Setelah rancangan tersebut dibahas dan disepakati oleh kepala
desa dan Badan Permusyawaratan Desa secara bersama, maka
rancangan tersebut disampaikan oleh kepala desa kepada
Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak
disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan hasil
evaluasi Rancangan APBDesa. Setelah rancangan tersebut disepakati
oleh Bupati/Walikota selanjutnya ia mendeglasikan hasil evaluasi
tersebut kepada kepala desa melalui camat untuk ditetapkan sebagai
APB Desa.
Jika hasil evaluasi tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka
kepala desa harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak diterimannya hasil evaluasi. Apabila kepala
desa tidak menindak lanjuti hasil evaluasi tersebut, dan akan
ditetapkan Rancangan peraturan desa tentang APBDesa menjadi
Peraturan Desa oleh kepala desa, maka Bupati/Walikota dapat
membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota,
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggran
sebelumnya.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan
sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa.
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanan
kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika desa
yang belum memiliki pelayanan diwilayahnya maka pengaturannya
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Semua penerimaan dan
pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
Beberapa aturan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa:
a. Pemerintah desa dilarang melakuan pungutan sebagai penerimaan
desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.
b. Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional
pemerintah desa.
c. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam peraturan
Bupati/Walikota Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban pada
APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa
tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.
d. Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang
bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan
dalam peraturan kepala desa.
e. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat rincian
anggaran biaya yang telah disahkan oleh kepala desa.
f. Pelaksanaan kegiatan yang mengajukan pendanaan untuk
melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain
rencana anggaran biaya.
g. Rencana anggaran biaya diverifikasi oleh sekretaris desa dan
disahkan oleh kepala desa.
h. Pelaksana kegiatan bertanggung jawap terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan
sebagai pertanggung jawapan pelaksanaan kegiatan di desa.
i. Pelaksanaan kegiatan mengajuakan surat permintaan pembayaran
kepada kepala desa. Surat permintaan pembayaran tidak boleh
dilakukan sebelum barang atau jasa diterima.
j. Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi sekretaris desa kemudian
kepala desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara
melakukan pembayaran.
k. Pembayaran yang telah dilakukan akan dicatat bendahara.
l. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan dan pajak
lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan
pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan
ketentuan.
3. Penatausahaan
Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa
harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus
dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa.
Menurut Ardi Hanzah (2015) dalam buku V. Wiratna Sujarweni
Mengatakan:
“Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala
desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,
membayar, dan mempertangggungjawapakan keuangan desa dalam
rangka pelaksanaan APBDesa”
Bendahara desa wajib:
1. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan dengan
menggunakan: Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan
Buku Bank
2. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggung
jawaban.
16
Hasan Tamani & Alfiyah Agussalim (2019). “Transparansi Kepala Desa Dalam Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa (Add) Di Desa Inosota Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongodow
Selatan” IV (2).
sebagai penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan
dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-informasi yang
akurat dan memadai. Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa transparansi
tidak hanya sekedar menyediakan informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi masyarakat
untuk memperoleh informasi tersebut.
Siti Humaeroh, Ipah Ema Jumiati, Delly Maulana (2022). Hasil
penelitian yaitu Guna mengukur transparansi termasuk pada lembaga
pemerintahan, seperti yang dikemukakan Kristianten (2006:73) bahwa
untuk mengukur suatu transparansi dapat ditelisik adanya kesediaan atau
aksebilitas dokumen yang dapat diakses. Kondisi tersebut mengisyaratkan
adanya keterbukaan dan kemudahan bagi pihak-pihak berkepentingan dalam
mengakses berbagai macam bentuk informasi yang dibutuhkan terkait
dengan desa sebagai ujung tombak pemerintahan terdekat dengan
masyarakat.
Menurut Notodiserjo (Rosidi dan Fajriani. 2013, h. 20), Transparansi
adalah “keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyedian informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang
menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen-
instrumen yang pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi
dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah”. Berdasarkan prinsip
yang telah dijelaskan diatas oleh Notodiserjo, indicator transparansi dalam
penelitian ini adalah Keterbukan proses pengelolaan serta Kesediaan dan
aksebilitas dokumen.
Menurut hasil penelitian Aan Anugrah, Abdul Mahsyar, Burhanuddin
(2020). Ketersediaan informasi pelayanan public yang selalu terbaru dan
transparan merupakan kebutuhan mutlak diperlukan. Pelayanan kepada
masyarakat berupa informasi mengenai data dan dokumen yang diperlukan
secara lengkap17. Fungsi sesungguhnya informasi adalah untuk mengurangi
ketidakpastian dalam system komunikasi disuatu lembaga atau organisasi.
Pada bagian asas yang pertama diajukan 3 pertanyaan terkait ketersediaan
informasi yang memadai, diantaranya terkait: (1) Ketersediaan Informasi
pengelolaan dana desa, (2) Informasi Pengelolaan dana desa mudah
diperoleh, (3) Bentuk Informasi pengelolaan dana desa. Warga Negara
mempunyai hak untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan program pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan keputusan publik tersebut, begitupun juga dengan
pengelolaan dana desa maka pemerintah desa perlu memberikan informasi
pelayanan yang bebas kepada semua masyarakat desa. Informasi yang
berkualitas membutuhkan data yang tepat waktu. Tepat waktu merujuk pada
ketersediaan data pada waktu yang diperlukan untuk dapat digunakan dalam
kebutuhan tertentu. Informasi yang berkualitas berasal dari data yang dapat
diolah dan dihasilkan secara cepat dan tepat agar pemanfaatannya tepat
guna.
Hillaliatun Febryani (2016) dengan judul Analisis Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Pada Prinsip Habluminallah,
habluminannas dan Hablumminal’alam dalam pencapaian good Governance
(studi kasus di desa mamben daya Kecamatan wanasaba kabupaten lombok
timur). Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan di Desa
Mamben Daya terbilang sudah bagus, sesuai dengan prinsip good
governance. Pengelolaan keuangan desa sudah menerapkan prinsip
partisipasi. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran masyarakat dalam forum
musrenbangdes. Selain itu dalam proses musyawarah, pemerintah desa
terbuka untuk menerima usulan masyarakat untuk pembangunan di desa.
Dan pada tahap pertanggungjawaban yaitu adanya pertanggungjawaban
langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan adanya pelaporan
dalam bentuk bener informasi realisasi APBDes.
17
Aan Anugrah, Abdul Mahsyar, Burhanuddin (2020). Keterbukaan Informasi Publik Dalam
Pengelolaan Dana Desa Di Kabupaten Gowa 2020. P-ISSN 2723-663
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Menurut (Sanafia 1999): tujuan penelitian kualitatif untuk membuat
pencandraan secara sistematis , faktual dan akurat mengenai fakta fakta dan
sifat sifat populasi atau daerah tertentu.
Menurut Nasution (2002) dalam penelitian kualitatif, data dituangkan
secara deskriptif dalam bentuk laporan dan uraian. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas
dan teliti (Sugiyono,2009). 19
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan
menjelaskan secara mendetail dan terperinci mengenai fenomena sosial
tertentu yang terdapat pada sekitarnya. Melalui penelitian deskriptif dapat
dijelaskan secara mendalam tentang fenomena sosial yang sedang terjadi.
Penelitian dilakukan untuk mengungkapkan data-data yang telah dihimpun
dari fenomena lapangan yang bersifat empiris untuk menggambarkan hasil
penelitian. Studi deskriptif kualitatif adalah sautu metode untuk
menggambarkan gejala-gejala sosial atau berusaha mendeskripsikan
fenomena sosial tertentu.
Jenis penelitian ini menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai
dengan apa yang terjadi di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan implementasi keterbukaan informasi publik dalam pengelolaan
dana desa. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kulaitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang
ada terkait dengan transparansi pengelolaan dana desa, sehingga data dan
fakta yang telah didapatkan peneliti mengarah pada data yag telah
didapatkan dan peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif.
19
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung, 2002.
1.9. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seminar Salit Kecamatan Brang
Rea Kabupaten Sumbawa Barat mulai Januari sampai bulan Agustus 2024.
Adapun gambaran alokasi waktu disajikan pada tabel berikut:
Bulan
No Uraian
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus
1. Penyusunan
Proposal
2 Seminar
. Proposal
3 Perizinan
.
4 Pengumpulan
. Data
5. Pengolahan
dan Analisa
Data
6. Ujian Skripsi