“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembagunan Wilayah Perkotaan Dan
Perdesaan”
Oleh :
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan ramhat, karunia, dan kasih sayangnya, kami dapat menyelesaikan usulan
terima kasih kepada Bapak Regan Vaughan S.I.kom M.AP. selaku Dosen mata
kuliah pembangunan wilayah perkotaan dan pedesaan yang telah memberikan tugas
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada saya yang telah semangat dan
penelitian laporan tugas ini jauh dari kata sempurna, maka kami sangat terbuka
untuk menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan penulisan
ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi suatu Negara.Tujuan
proses agar mampu tercapai keadaan masyarakat yang semakin baik. Pembangunan
pedesaan merupakan bagian yang penting dari pembangunan Nasional. Selama ini
daerah Provinsi yang terdiri dari beberapa Kabupaten/ Kota, sedangkan daerah
Kabupaten/ Kota terbagi atas Desa dan Kelurahan yang merupakan satuan
91).
hidup manusia dan untuk penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pasal
78 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Oleh karena itu,
4
salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan Desa sesuai yang diamanatkan
masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunannya harus dapat dimanfaatkan oleh
menjunjung tinggi prinsip norma agama dan nilai budaya. Menurut Goeldner dan
5
pembangunan pariwisata di suatu destinasi. . Nilai budaya terdapat dalam adat
istiadat yang diusung oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, adat istiadat menjadi
Tasikmalaya?”
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian
1. Secara praktis, yakni memberikan informasi dan data yang berguna bagi
konstribusi baik secara langsung atau tidak bagi kepustakaan jurusan ilmu
Administrai Publik dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk
6
mengeskporasi kembali kajian tentang model partisipasi publik dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia penelitian
dan akademik untuk merujuk pada tinjauan atau penelaahan terhadap berbagai
pustaka, termasuk buku, jurnal ilmiah, artikel, laporan penelitian, dan sumber-
sumber lainnya yang relevan dengan topik atau masalah yang ingin diteliti.
terpercaya tentang topik yang akan diteliti. Tujuan dari kajian pustaka adalah untuk
inggris yaitu administrastion yang berasal dari dua kata, yaitu “ad” (intensive) dan
“Ministrate” (to serve). Maka dari itu pengertian dari administrasi ialah melayani
(2016 : 5) bahwa :
7
keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Administrasi
dalam arti sempit lebih tepat disebut tata usaha (clerical work,
office work).”
Merujuk dalam definisi menurut menurut administrasi secara sempit dapat
disimpulkan bahwa dalam arti sempit sebagai kegiatan catat mencatat yang
Silalahi (2016) sebagai kegiatan kerja sama yang dilakukan manusia atau
sekelompok orang sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Definisi yang senada
kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
Merujuk pada beberapa definisi para ahli terkait administrasi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa administrasi dalam arti luas adalah kegiatan kerja sama yang
dari aktivitas pemerintah artinya tujuan dan sasaran yang telah ditenntukan oleh
8
pemerintah dapat terealisasikan. Administrasi juga sebagai wilayah kajian yang
kebijakan sebagaimana pendapat Nigro dan Nigro dalam Bachtiar (2011 : 26) yaitu
‘Public administration has and important role formulating of public policy and thus
Berdasarkan definisi dari para ahli yang telah dipaparkan di atas mengenai
administrasi publik adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yaitu kepentingan publik yang
2.1.3.Kajian Organisasi
diantara orang berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem
administrasi. Hal senada dikemukakan oleh Herbert G. Hicks (1972) bahwa ‘an
organization is structured process which persons iteract for objetives’ atau yang
9
diartikan bahwa organisasi adalah proses terstruktur dimana orang berinteraksi
untuk suatu tujuan. Masih senafas dengan kedua definisi di atas, Siagian dalam
telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa organisasi
itu merupakan suatu tempat atau wadah berkumpulnya sekelompok orang secara
yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain
yang dinilai lebih tinggi (Katz, 2001 dalam Sangian, dkk 2018). Pembangunan
adalah upaya untuk mengubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju
10
perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu
melaksanakan pembangunan itu (Riyadi dan Deddy 2003, dalam Sangian dkk,
2018).
desa adalah merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik dengan
menggunakan metode dan rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
prinsip tersebut antara lain: (1) transparansi (keterbukaan), partisipatif (2) dapat
yang mendefinisikan pembangunan sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk
11
Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesepakatan yang sama,
mandiri (sustainability).
(interdependensi).
yaitu proses perubahan, upaya yang terencana, tujuan yang lebih baik, dengan nilai
menerus yang dilakukan untuk menuju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya
23). Tujuan-tujuan yang hendak dicapai itu dilakukan secara terus menerus agar
peran pemerintah saja namun perlu adanya kerjasama dengan masyarakat. Sebisa
12
2.1.5 Pedesaan
berbagai pengertian yang merujuk pada istilah pedesaan yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh. Pengertian pedesaan menurut Balai Pustaka (2003) yang dikutip
dalam Asnudin (2009: 293) yaitu wilayah permukiman yang dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu kondisi tanah dan air sebagai syarat penting untuk terwujudnya
Salah satunya adalah Wisadirana (2004: 21) yang menyebutkan pedesaan yaitu
Desa sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu deshi yang berarti tanah
kelahiran atau tanah tumpah darah. (Mahardhani, 2015: 40). Kedudukan Desa
Desa yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang
13
Menurut Dirjen Pengembangan Desa, Kementrian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia yang dikutip oleh Mahardhani (2014: 41) menyebutkan ciri-ciri
a. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar (lahan desa lebih luasdari
(self governing community) dengan pemerintahan lokal (local self government). Hal
atau model dalam mengkaji potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitik
beratkan pada partisipasi atau peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses
pembangunan. Konsep ini dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong royong
14
yang telah mengakar dan budaya masyarakat Indonesia. Gotong royong bertumpu
pada keyakinan bahwa setiap warga masyarakat memiliki hak untuk memutuskan
dan merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan serta cara terbaik
atau kelompok masyarakat dalam suatu kegiatan secara sadar (Irene, 2015). Oleh
pelayanan pemerintah. Partisipasi itu memiliki arti yang penting dalam kegiatan
atau usulan program pembangunan desa secara partisipatif dilakukan dalam upaya
sendiri, masyarakat yang lebih berdaya dalam menata dan membangun desa, dan
15
masyarakat yang lebih memahami keadaan wilayahnya sendiri (RPP Desa
Panjangrejo, 2010).
Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk
16
dikelompokan kedalam empat empat jenjang yaitu: (1) partisipasi dalam pembuatan
(3) partisipasi dalam pemanfaatan hasil, dan (4) partisipasi dalam kegiatan evaluasi.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
ini yang didasarkan pada data, sehingga ia juga menyajikan, menganalisis, dan
sintesis dari berbagai hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta yang disajikan
sisntesis, teknik melakukan integrasi data untuk mendapatkan teori maupun konsep
baru atau tingkatan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh (Perry &
Hammond, 2002).
18
Studi literature review dipakai untuk menghimpun data atau sebuah sintesa
baik jurnal, buku, dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah
Kampung Naga termasuk kedalam wilayah Dusun Naga, Desa Neglasari, Kecamatan
19
BAB IV
Provinsi Jawa Barat. Luas seluruh areal Kampung Naga sekitar 10 ha, sedangkan
areal pemukimannya hanya sekitar 1,5 ha. Kesepuluh hektar itu terdiri atas tiga
wilayah, yaitu: (1) Leuweung Karamat, yaitu tempat nenek moyang mereka
dimakamkan yang berada di bagian barat; (2) Perkampungan tempat mereka hidup
dan bercocok tanam, di bagian tengah; (3) Leuweung Larangan yang konon
(Suganda, 2006).
yang terdiri dari 109 imah (rumah), bumi ageung, masigit, bale patemon, dan leuit
(lumbung padi). Jumlah bangunan tersebut tidak boleh ditambah. Tata letak imah
memanjang dari timur ke barat. Bagian depan setiap imah berhadap-hadapan, untuk
menjaga komunikasi dalam hubungan sosial. Bentuk bangunan dan bahan imah
sama semuanya dan dicat dengan menggunakan kapur berwarna putih. Perbedaan
hanya terletak pada ukurannya. Bangunan imah berbentuk panggung dengan bahan
20
Sementara menurut salah satu pengkisah, Kampung Naga mulai banyak
dikunjungi wisatawan sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1976 pemerintah daerah
tahun 2014 wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga telah berjumlah 91.982
dengan pasti sejak kapan Kampung Naga mulai dikunjungi wisatawan. Sejauh
laporan pemerintah yang terbit pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, tidak
ditemukan informasi tentang Kampung Naga. Dengan demikian, maka patut diduga
bahwa pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Kampung Naga belum menjadi
objek wisata, atau paling tidak, belum menjadi objek wisata yang ditawarkan.
Kampung Naga hanya merupakan kampung biasa dengan jumlah penduduk yang
perhatian Pemerintah Hindia Belanda, sehingga tidak ada catatan pada Pemerintah
Hindia Belanda.
dikunjungi wisatawan sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1976 pemerintah daerah
21
merencanakan untuk membangun penginapan di Kampung Naga, tetapi rencana
tahun 2014 wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga telah berjumlah 91.982
toko cinderamata di dekat Kampung Naga. Tanahnya dibeli dari penduduk setempat
bernama H. Syarif seluas 2.520 m2 pada tahun 1992 (Mudzakkir, 2012). Pemerintah
parkir itu tidak ditentukan besarannya, sehingga dipandang sebagai bentuk saling
untuk menarik retribusi dari wisatawan yang berkunjung ke Kampung Naga. Selain
itu dibangun pula papan petunjuk yang bertulisan “Objek Wisata Kampung Naga”
22
yang dipilih tahun 2001, Ade Suherlin, masyarakat Kampung Naga melakukan
papan petunjuk yang bertuliskan “Objek Wisata Kampung Naga” akibat dari aksi
kabupaten.
lahan parkir. Koperasi tersebut harus menyetorkan uang kontrak lahan parkir
Tasikmalaya dan Rp 3 juta kepada Desa Neglasari (Mudzakkir, 2010) Selain itu,
koperasi tersebut juga berfungsi untuk mengelola sektor pariwisata yang bersinergi
dengan HIPANA (Himpunan Pramuwisata Kampung Naga), yang telah lebih dulu
berdiri. HIPANA didirikan untuk melayani pengunjung, menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan dari kehadiran pengunjung, serta menjaga etika, adat, dan budaya
Tasikmalaya sejak tahun 1970-an sampai dasawarsa pertama abad ke-21 ternyata
tidak direspons positif oleh masyarakat Kampung Naga. Hal tersebut nampak dari
Naga yang muncul ke permukaan pada kurun waktu tersebut (1976, 2002, 2006,
23
dan sesuai dengan persepsi pemerintah kabupaten (Scott, 1998). Masyarakat
Kampung Naga sebagai ”Pemilik” lokasi tidak dilibatkan sejak perencanaan sampai
dan mau berkunjung kembali, maka wisatawan harus diberikan kemudahan dan
uang yang banyak. Melalui uang yang masuk dari wisatawan itu, masyarakat lokal
tuntunan hidup yang diajarkan dan diwariskan oleh leluhurnya, yaitu papagon
hirup, pamali, dan patilasan. Pertama, papagon hirup, yaitu ajaran berupa pegangan
hidup yang harus dijalankan dan bersifat perintah. Papagon hirup yang sangat
dipegang teguh oleh masyarakat Kampung Naga adalah wasiat, amanat, dan akibat.
Wasiat adalah warisan berupa pesan-pesan yang menjadi rujukan dalam menjalani
tujuan terbentuknya tata kehidupan di masa kini dan masa depan yang selaras
makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan makhluk yang merupakan bagian dari alam
semesta. Amanat mengemukakan tentang pitutur atau wejangan dari karuhun yang
24
kedamaian, serta upacara ritual. Akibat adalah konsekuensi yang akan diterima bila
melanggar dan tidak menjaga wasiat dan amanat. Akibat memiliki nilai spiritual
tinggi yang sama dengan larangan agama, meskipun sangsinya tidak nampak tetapi
dirasakan oleh pelakunya sebagai beban yang menyiksa batin. Kedua, pamali,
yaitu bentuk ajaran untuk meninggalkan sesuatu, baik yang bersifat ucapan maupun
tindakan. Pamali biasa juga disebut tabu. Pamali selalu ditanamkan dalam hati dan
pikiran masyarakat Kampung Naga, sehingga menjadi penjaga dalam bertutur dan
Patilasan adalah ruang suci untuk menunjukkan bukti bahwa karuhun mereka
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
norma yang berlaku di masyarakatnya. Apabila tidak, maka tujuan tersebut tidak
dilakukan di Kampung Naga tidak berdasarkan pada adat istiadat dan norma yang
pariwisata di Kampung Naga dengan pendekatan ekonomi, yaitu sebagai aset untuk
yaitu untuk menjalin persaudaraan dan kekeluargaan, sehingga interaksi sosial yang
26
Pembangunan pariwisata di Kampung Naga seyogyanya menggunakan
dapat tetap menjalankan adat istiadatnya dan dapat meneruskannya pada generasi
penerusnya, tanpa ada gangguan dari pihak luar. Dengan pendekatan itu pula
wisatawan dapat lebih menikmati keunikan Kampung Naga dan dapat mempelajari
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran yang diajukan, yaitu: (1)
27
DAFTAR PUSTAKA
Adongo, Raymond, Ja Young Choe, Hagchin “Toursm in hoi An, Vietnam Impact,
Perceived Benefits, Community Attachment and Support for Tourism
Development dalam International Journal of Tourism Sciences.” March 2017.
Hlm.1-21.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu;
Yogyakarta
Agier, Isabelle, Szafarz, Ariane. 2013. Microfinance and Gender : Is There a Glass
Ceiling on Loan Size? Word Development.
Agusta, I. 2002. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan. Humaniora Utama
Press; Bandung
Anoraga, Pandji. 2002. Koperasi, Kewirausahaan Dan Usaha Kecil. Rineka Cipta;
Jakarta.
Boche, Dirk Michael, Cruz, Luciano Barin. 2013. Gender and Microfinance
Performance : Why Does The Institutional Context Matter? World
Development.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Pemberdayaan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http://www.bappenas.go.id. (2 Januari
2016).
Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2008. Berita
Resmi Statistik UKM BPS 2008. http://www.scribd.com. (2 Januari 2016).
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan IV Koto Dalam Angka 2014; Padang
Baihaqi, Wazin. 2013. Pengembangan Potensi Perempuan Dalam Wilayah
Ekonomi Domestik – Publik. Jurnal ; Banten
Chambers, Robert. 1998. Pengembangan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES
;Jakarta
Daldjoeni dan A. Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan.Artkel
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2008. Penjelasan
Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan (PNPM)
Mandiri Perdesaan ; Jakarta
Dumadia. 2010. Masalah dan Potensi Pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan
Butuh, Purworejo. Blog ; Purworejo
28
Faisal S, 1995. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi.
Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada
Firdausy CM. 1997. Pengembangan Potensi Ekonomi Dari Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat di Biak. Analisis CSIS ; Jakarta
Hamdi, Hartrisari Hardjomidjojo dan Amiruddin Saleh. 2013. Kegiatan Simpan
Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Semparuk, Sambas. Jurnal ; Bogor
Harmet, Hari. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Humaniora Utama Pers;
Bandung
29