Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENELITIAN

Strategi Pembangunan Desa Wisata Cibanten Melalui Pemberdayaan


Masyarakat Di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten
Pangandaran

Diajukan sebagai tugas mata kuliah ……………..

oleh,
……………….
…………………………

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul : “Strategi Pembangunan Desa
Wisata Cibanten Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Cibanten
Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran”. Laporan penelitian ini
merupakan salah satu syarat mengikuti Ujian Proposal pada Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh
Ciamis.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang selalu setia
membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan selanjutnya, semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Ciamis, Juni 2021
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Indikator Permasalahan.......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

D. Tujuan Masalah...................................................................................... 5

E. Daftar Pertanyaan................................................................................... 5

F. Kajian Teori........................................................................................... 5

G. Teori yang Dijadikan Alat Ukur............................................................ 10

H. Metode Penelitian.................................................................................. 11

a. Metode Penelitian yang Digunakan................................................. 11

b. Teknik Analisis Data........................................................................ 11

I. Informan dan Karakteristik Informan.................................................... 12

J. Pembahasan............................................................................................ 14

a. Profil Desa Cibanten........................................................................ 14

b. Struktur Organisasi Desa Cibanten.................................................. 14

c. Hasil Penelitian................................................................................ 16

K. Simpulan................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 32

ii
A. Latar Belakang

Pariwisata sering dipandang sebagai sektor yang sangat terkemuka dalam

ekonomi dunia. Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru yang mampu

menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,

pendapatan, taraf hidup dan mengaktifkan sektor produksi lain dari negara wisata

(Wahab, 1989 : 5). Seperti halnya pariwisata di Indonesia merupakan salah satu

sektor ekonomi yang penting dalam meningkatkan pendapatan negara. Dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan dijelaskan pula bahwa kepariwisataan merupakan integral dari

pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana terpadu,

berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan

terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan

mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan

diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh

manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional

dan global.

Selain itu Indonesia juga dikenal dengan berbagai ragam budaya yang masih

sangat kental yang menjadi warisan leluhur terdahulu secara turun temurun. Hal

tersebut menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia dalam mengembangkan

industri pariwisata dengan memanfaatkan potensi budaya yang dimiliki sebagai

ciri khas yang tidak dimiliki oleh negara manapun.

Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarakan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa dalam

1
2

menghadapi perkembangan keadaan, baik didalam maupun di luar negeri, serta

tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan otonomi daerah

dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada

daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan

pemanfaatan sumber daya nasional, serta pertimbangan keuangan Pusat Daerah,

sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya pemerintah

memberikan wewenang secara penuh kepada daerah/kabupaten untuk mengelola

daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi dan kekayaan yang dimiliki oleh

daerah tersebut. Jadi dalam hal ini, pemerintah daerah mempunyai kewenangan

atas kemakmuran masyarakat di daerahnya. Dengan ini, diharapkan dapat

memecahkan permasalahan-permasalahan yang sifatnya kedaerahan seperti

kurangnya lapagan pekerjaan, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah artinya pemerintah telah memberikan keleluasaan kepada desa

untuk mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan kondisi adat dan budaya

setempat. Hal ini dipertegas dengan dikeluarkanya Undang – undang Nomor 6

Tahun 2014 yang disebutkan dalam salah satu pasalnya : “Dalam pasal 78 ayat 1-

3 dikatakan bahwa pembangunan desa bertujuan selain meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup dan penanggulangan kemiskinan melalui

pemenuhan kebutuham dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan

potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan


3

secara berkelanjutan.”. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara

mandiri, termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya

kemandirian, desa diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan sosial dan politik. Meskipun demikian, otonomi yang

dimiliki desa berdasarkan pada asal-usul adat istiadatnya, bukan berdasarkan

penyerahan wewenang dari pemerintah. Karena pada dasarnya otonomi desa

merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang

mengikuti perkembangan desa tersebut.

Dalam hal ini mengacu pada Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 19

Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa (RPJM Desa) Dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu dalam upaya mewujudkan

pembangunan desa wisata di Kabupaten Pangandaran merujuk kepada Peraturan

Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Kepariwisataan Pasal 1 ayat 14 bahwa Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus

(DTWK) adalah Kawasan Strategis yang berada dalam geografis satu atau lebih

wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik


4

wisata, aksebilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas

pariwisata secara terbatas serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling

mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat

dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan

hidup.

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip

pengembangan adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2009 Tentang Kepariwisataan tentang Pembangunan Kepariwisataan (Pasal 6 :

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan kekhasan budaya dan alam,

serta kebutuhan manusia berwisata, Pasal 8 : 1). Bentuk kepedulian dan

komitmen, serta peran pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat di

bidang kepariwisataan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang

menyebutkan bahwa dampak yang diakibatkan dari pengembangan

kepariwisataan berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan angka

kemiskinan dan pengangguran, serta pelestarian lingkungan.

Salah satu potensi wisata di Pangandaran adalah Desa wisata Cibanten,

Desa Wisata Cibanten diresmikan pada tahun 2012 oleh Camat H.M. Iwan

Djuanda. Desa Cibanten adalah salah satu desa yang terletak di wilayah

administratif Kecamatan Cijulang. Desa Cibanten terletak di sebelah barat

Kecamatan Cijulang yang berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten

Tasikmalaya. Potensi wisata yang dimiliki desa cibanten adalah Body Rafting

Muara Jaya Cibodas dan Body Rafting Curug Taringgul. Jika dilihat pada tabel
5

diatas pada tahun 2018 dapat dilihat jumlah pengunjung mencapai 4.044.204

pengunjung terdiri dari 7.521 wisatawan asing dan 4.044.204 wisatawan

domestik.

Berdasarkan permasalahan diatas selanjutnya peneliti bermaksud melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul : Strategi Pembangunan Desa Wisata

Cibanten Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Cibanten Kecamatan

Cijulang Kabupaten Pangandaran.

B. Indikator Permasalahan

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa strategi

pembangunan Desa Wisata Cibanten melalui pemberdayaan masyarakat di Desa

Cibanten masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari indikator permasalahan

sebagai berikut :

1) Akses jalan ke Desa Cibanten belum sesuai dengan standar ketentuan

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018

Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik

Bidang Pariwisata, yakni jalan masih tergolong rusak berat.

2) Potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Cibanten belum terinpentarisir secara

keseluruhan (komprehensif) dan tidak melibatkan elemen masayarakat dan

Komunikasi Penggerak Pariwisata (Kompepar).

3) Pembangunan fasilitas penunjang obyek wisata di Desa Cibanten yang belum

maksimal. Seperti halnya warung, home stay, kuliner yang reverenstatif.

C. Rumusan Masalah
6

Berdasarkan latar belakang dan indikator permasalahan maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana strategi pembangunan Desa

Wisata Cibanten melalui Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cibanten Kecamatan

Cijulang Kabupaten Pangandaran?

D. Tujuan masalah

berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan masalah penelitian ini

adalah “ Untuk mengetahui strategi pembangunan Desa Wisata Cibanten melalui

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten

Pangandaran”.

E. Daftar Pertanyaan

1) Trilogi pembangunan

a) Bagaimana pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya di Desa

Cibanten

b) Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Desa Cibanten

c) Bagaimana stabilitas yang sehat dan dinamis di Desa Cibanten?

2) Prinsip pembangunan berkelanjutan.

a) Bagaimana Pemanaatan SDM secara luas oleh Pemerintahan Desa

Cibanten?

b) Bagaimana pemanfaatan peralatan seefisien mungkin?

3) Kebijaksanaan dalam meningkatkan efisiensi masyarakat.

a) Bagaimana Kebijaksanaan deregulasi dalam meningkatkan efisiensi

masyarakat di Desa Cibanten?


7

b) Bagaimana Kebijaksanaan debirokratisasi dalam meningkatkan efisiensi

masyarakat di Desa Cibanten?

F. Kajian Teori

a. Pengertian Desa Wisata

Desa wisata dilihat sebagai bentuk industri pariwisata yang berupa kegiatan

mengaktualisasikan perjalanan wisata identik meliputi sejumlah kegiatan yang

bersifat menghimbau, merayu, mendorong wisatawan sebagai konsumen agar

menggunakan produk dari desa wisata tersebut. Menurut Priasukmana &

Mulyadin (2001:73) menyatakan bahwa :

Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan


keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,
akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya

Menurut Pitana (2005: 101) menyatakan bahwa :

Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan


oleh wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan
merasa nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas
transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan
hiburan), pelayanan makanan, dan barangbarang cinderamata

Menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2011: 1) menyatakan :

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu
desa wisata memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik
lingkungan alam perdesaan, maupun kehidupan sosial budaya
8

masyarakatnya) yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik
perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa tersebut

Berdasarkan atas beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dijelaskan

bahwa desa wisata merupakan suatu wilayah yang menjadi obyek wisata dimana

area tersebut memiliki ciri khas contohnya seperti keasrian dan keindahan

alamnya, seni budaya dan kebiasaan masyarakat sehari-hari yang mana para

wisatawan dapat ikut terjun langsung merasakan kehidupan masyarakat di desa

tersebut.

b. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Mas’oed, (1990:64) menyatakan bahwa “Pemberdayaan diartikan sebagai

upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening)

kepada masyarakat”.

Menurut Adisasmita (2006:35) menyatakan bahwa:

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan


sumber daya masyarakat pedesaan yang lebih efektif dan efesien, seperti:
1. Aspek masukan atau input (Sumber Daya Manusia (SDM), dana, peralatan
atau sarana, data, rencana, teknologi)
2. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring dan pengawasan)
3. Aspek keluaran dan out put (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi)

Menurut Fahrudin (2012:96-97) menyatakan bahwa:

Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan


memandirikan masyarakat yang dilakukan dengan upaya, seperti:
1. Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang.
2. Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki oleh masyarakat.
3. Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem
perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan.
9

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat kita lihat bahwa pemberdayaan

dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin,

marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya,

pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola

kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi

perbaikan kehidupannya.

c. Pengertian Strategi

Secara Etimologi, Strategi berawal dari turunan kata dalam Bahasa Yunani

yaitu Strategis, yang berarti ‘Komandan Militer’ pada zaman demokrasi Athena.

Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi

kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis,

olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran,

perdagangan, manajemen strategi, dan lain - lain. Secara umum strategi

merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus

menerus, yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang tujuan yang

diharapkan. Menurut Jones et.all, (dalam Winardi 2003 : 108) “Strategi

merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan

diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan

bagaimana cara memanfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan-tujuan

tersebut”.

Menurut Peter Wright, et.all (dalam Mulyadi dan Jhoni Setyawan 2001 :

398) , strategi adalah:


10

Pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui
misi. Lebih jauh dijelaskan , bahwa ada berbagai tipe strategi yang dapat
dirumuskan : (1). Grand strategy yaitu usaha secara terus menerus dan
terkoordinasi untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi, (2). Generic
strategy yaitu usaha untuk mewujudkan biaya total terendah (low cost) atau
diferensiasi luas (broad differentiation) dengan fokus pasar luas atau sempit,
dan (3). Value based strategy yaitu usaha untuk mengarahkan manajer agar
bertanggung jawab atas : (1). Memberikan value terbaik untuk pemenuhan
kebutuhan customer, dan (2). Penciptaan sistem strategic untuk secara
berkelanjutan melakukan improvement terhadap value tersebut dan untuk
menunaikan kewajiban organisasi.

G. Teori yang Dijadikan Alat Ukur

Strategi pembangunan perdesaan. Menurut Adisasmita (2018 : 99)

menyatakan bahwa 3 (tiga) prinsip pokok pembangunan desa yaitu.

1) Trilogi pembangunan

2) Prinsip pembangunan berkelanjutan

3) Kebijaksanaan dalam meningkatkan efisiensi masyarakat.

H. Metode Penelitian

a. Metode Penelitian yang Digunakan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.

Sugiyono (2014:9) mengemukakan bahwa

Metode penelitian kualitataif adalah metode penelitian yang berlandaskan


pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasinya.

b. Teknik Pengumpulan Data


11

Dalam memperoleh data peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan

data yang mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu :

1) Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204) “observasi merupakan kegiatan pemuatan

penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan”.

2) Wawancara

Menurut Sugiyono (2016:317) “wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”.

I. Informan dan Karakteristik Informan

Dalam melakukan penelitian ini penulis melibatkan beberapa informan

untuk mendapatkan informasi terkait kualitas pelayanan publik bidang

administrasi kependudukan di Desa Cijulang Kecamatan Cijulang Kabupaten

Pangandaran, yang terdiri dari :

1. Kepala Desa Cibantrn 1 orang

2. Ketua LPM Desa Cibanten 1 orang

3. Masyarakat Desa Cibanten 1 orang

Jadi Jumlah informan yang dilibatkan sebanyak 3 Orang.

Berikut karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 1
Karakteristik Informan
12

Berdasarkan Jenis Kelamin

No
Jenis Kelamin Jumlah
.
1. Laki-laki 3
2. Perempuan 0
Jumlah 3
Sumber : Data Penelitian, 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa informan jenis kelamin laki-laki adalah 3

orang. Dalam penelitian ini tidak membeda-bedakan gender, yang terpenting

untuk memberikan keterangan yang akurat Strategi Pembangunan Desa Wisata

Cibanten Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Cibanten Kecamatan

Cijulang Kabupaten Pangandaran.

Tabel 2
Karakteristik Informan
Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah
1 21-30 -
2 31-40 1
3 41-50 1
4 51-59 1
Jumlah 3
Sumber : Data Penelitian Tahun 2020.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa informan berkisar dari usia 21 – 59

tahun. Usia informan dari 31-40 tahun sebanyak 1 orang, usia informan dari 41-50

tahun sebanyak 3 orang dan usia informan dari 51-59 tahun sebanyak 1 orang.

Untuk selanjutnya peneliti akan menyajikan data informan berdasarkan

tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh informan. Lebih rinci akan

disajikan dalam tabel karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan

formal yang telah di tempuh adalah sebagai berikut :


13

Tabel 3
Karakteristik Informan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 SMP 1
2 SMA 1
3 Sarjana 1
Jumlah 4
Sumber : Data Penelitian Tahun 2020.

Berdasarkan hasil penelitian menyangkut tingkat pendidikan formal adalah,

banyak informan yang telah menempuh pendidikan Sarjana sebanyak 1 orang, dan

informan dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 1 orang, dan tingat SMP

sebanyak 1 orang.

J. Pembahasan

a. Profil Desa Cibanten

Desa Cibanten masuk wilayah Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran

dengan luas wilayah Desa 1.641.468 hektar. Kepadatan penduduk sudah mencapai

2.842 jiwa penduduk tetap, jumlah pemilih terdaftar 2.323 orang pada tahun 2015.

Namun dari keluasan wilayah yang begitu potensial saat ini masih banyak sumber

daya alam yang berpotensi belum digali saat ini. Letak Geografis Desa Cibanten

berada di wilayah Kabupaten Pangandaran.

Keseharian masyarakat Desa Cibanten adalah bercocok tanam, bertani,

buruh tani, dan berternak (sapi, kambing, ayam, itik), Perikanan, bangunan, buruh

bangunan serta berdagang dan lainnya. Mengingat keadaan wilayah desa Cibanten

persawahan.

Masyarakat umumnya sudah aktif mengolah lahan pertanian dan dengan

menanam Padi dengan menggunakan cara yang sederhana dan konvensional dan
14

hasil panen belum seutuhnya menemukan harga yang sebanding dengan pekerjaan

tersebut. Kendalanya yang utama adalah naik turunnya harga perdagangan

tanaman Padi dan serangan hama wereng, ingser, sundep, tikus, banjir, dan lain-

lain dan juga pada saat panen raya, sering turun drastis sementara harga tingga

kadang-kadang tidak mampu bertahan lama sehingga banyak yang belum sempat

menjual sudah turun harga lagi.


15

Jarak tempuh ke Ibu kota Kecamatan sejauh 12 Km dengan lama tempuh

sekitar 40 menit. Jalan raya sebagian sudah bagus karena telah diperbaiki di tahun

2014 sedangkan jalan lingkungan desa kebanyakan masih rusak dan jalan tanah

walaupun di beberapa tempat sudah ada yang telah dibangun rabat beton namun

belum mampu untuk menjangkau dari seluruh wilayah desa sehingga masyarakat

tidak kesulitan lagi dalam mengangkut hasil pertanian. Jarak tempuh ke ibu kota

Kabupaten Pangandaran sejauh 17Km dengan lama tempuh sekitar 60 Menit.

b. Struktur Organisasi Desa Cibanten

Gambar 1
Struktur Organisasi Desa Cibanten

1) PERANGKAT DESA

a. Kepala Desa : Drs. AHMAD NURYANA


b. Sekretaris Desa : SAEPUDIN
c. Kaur Keuangan : NURJANAH, S.P
d. Kaur Umum : SRI YENI NURBAYANI, S.S
e. Kaur Perencanaan Program : DANI HAMDANI
16

f. Kasi Pemerintahan : SUPENDI


g. Kasi Kesejahteraan : ANWAR NASIHIN
h. Kasi Pelayanan Masyarakat : AHMAD SURYANA
i. Staf/ Operator : SUHERMAN
j. Staf /Operator : APIPUDIN

2) UNSUR KEWILAYAHAN :
a. Kepala Dusun Cibanten : JAHIDIN
b. Kepala Dusun Cibodas : NURHOLIS
c. Kepala Dusun Cicurug : SAMSUDIN
d. Kepala Dusun Cilubang : RAHMAT HIDAYAT
e. Kepala Dusun Cisagu : DEDE NURJAMAN

3) BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)


a. Ketua : H. EDDY JULIAWANTO
b. Wakil Ketua : SAEPUDIN, S. Ag
c. Sekretaris : JUHANDI
d. Anggota : 1) TONI SUANTO, S. Pd
2) CUCUN HASANAH, S. Pd.
AUD

4) LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)


a. Ketua : H. ADENG SURATMAN, S.P.
b. Sekretaris : RUKMAN ABDURACHMAN
c. Bendahara : H. ADE SURYADI
d. Anggota : 1) ABDUL WAHID
2) APIPUDIN
3) H. USIN M.
17

c. Hasil Penelitian

Untuk lebih jelasnya penulis uraikan hasil penelitian terkait dengan strategi

pembangunan desa wisata melalui pemberdayaan masyarakat di Desa Cibanten

Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran yang diperoleh dari hasil

wawancara sebagai berikut :

1) Trilogi Pembangunan

Kebijaksanaan dan langkah – langkah pembangunan di setiap Desa

mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi

Pembangunan. Trilogi Pembangunan adalah pedoman bagi pembangunan

nasional. Trilogi pembangunan ini terdiri atas tiga aspek berikut ; 1) Pemerataan

pembangunan dan hasil – hasilnya, 2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,

dan 3) Stabilitas yang sehat dan dinamis.

Strategi pembangunan Desa Wisata diharapkan akan terlaksana dengan baik

apabila mengacu pada butir – butir trilogi pembangunan. Pada dasarnya Desa

Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan

suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial

ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan

dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan

menarik. Desa Wisata adalah tujuan wisata yang tidak hanya menyajikan

keindahan alam semata, akan tetapi Desa Wisata merupakan tujuan wisata yang

mampu menyajikan kawasan pedesaan yang menawarkan suasana asli pedesaan

yang unik dan menarik secara keseluruhan baik dari kehidupan sosial budaya, adat
18

istiadat, dan sosial ekonomi khas pedesaan. Hal tersebut sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Priasukmana & Mulyadin (2001:73) menyatakan bahwa :

Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan


keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,
akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya

a) Bagaimana Pemerataan Pembangunan dan Hasil – hasilnya?

Perkembangan perekonomian masyarakat pedesaan sangat penting dalam

menunjang pembangunan nasional, karena sebagian besar penduduk Indonesia

berada di daerah pedesaan. Wilayah pedesaan menyimpan banyak potensi yang

dapat menunjang pertumbuhan dan kelancaran pembangunan nasional.

Berhasilnya pembangunan pedesaan yang menyentuh segala lapisan masyarakat

memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan

taraf hidup masyarakat

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tanggal 29 Juli 2020 dalam

pelaksanaan pemerataan pembangunan di Desa Cibanten belum terlaksana dengan

baik, terlihat beberapa akses jalan masih belum mengalami perbaikan diantaranya

akses jalan menuju obyek wisata Muarajaya Cibodas dan Curug Taringgul yang

ada di Desa Cibanten. Akses jalan merupakan sarana yang sangat vital dalam

proses pemerataan pembangunan terutama di pedesaan. Untuk mengetahui

informasi lebih lanjut peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan

berkaitan dengan pemerataan pembangunan di Desa Cibanten.


19

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “Akses jalan menuju objek wisata di Desa Cibanten

masih belum cukup baik, dikarenakan alokasi anggaran Desa masih minim”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat – LPM (Informan ke – 2), menyatakan bahwa :“Akses jalan menuju

Objek Wisata di Desa Cibanten masih buruk”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Warga Desa Cibanten (Informan ke –

3), menyatakan bahwa : Akses jalan menuju Objek Wisata di Desa Cibanten

masih belum diperbaiki”

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemerataan pembangunan di

Desa Cibanten belum terlaksana dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari

pernyataan informan bahwa akses jalan menuju objek wisata masih sangat buruk

dan belum mengalami perbaikan. Hal tersebut disebabkan oleh anggaran yang

dibutuhkan untuk pembangunan sarana dan prasarana obyek wisata di Desa

Cibanten realisasinya belum sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan penjelasan

dari informan dapat diketahui realisasi anggaran yang dialokasikan untuk

pembangunan sarana dan prasarana obyek wisata di Desa Cibanten belum sesuai

dengan pengajuannya, sehingga pembangunan sarana dan prasarana obyek wisata

di Desa Cibanten belum dapat dilaksanakan secara optimal. Pembangunan sarana,

prasarana serta fasilitas pendukung lainya dalam sebuah obyek wisata adalah hal

yang sangat penting yang perlu diprioritaskan dalam suatu destinasi wisata.

Menurut Pitana (2005: 101) menyatakan bahwa :

Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan


oleh wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan
20

merasa nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas


transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan
hiburan), pelayanan makanan, dan barangbarang cinderamata

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa desa wisata harus memiliki

berbagai fasilitas yang diperlukan oleh pengunjung, artinya keberhasilan desa

wisata hasruslah didukung dengan sarana dan prasarana yang baik. Untuk

menunjang kebutuhan pembangunan desa wisata diperlukan prioritas

pengmbangan dan pembangunan sarana dan prasarananyta serta fasilitas – fasilitas

pendukung lainnya. Pembangunan Desa oleh pemerintah Desa Cibaten

Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran masih belum terlaksana dengan

baik. Perencanaan pembangunan di Desa Cibanten dimulai dari tingkat RT, yang

kemudian diajukan ke pemerintahan Desa, minimnya anggaran juga sangat

berpengaruh terhadap pembangunan di Desa Cibanten, alokasi anggaran yang

diberikan oleh pemerintah masih terbatas, yang berakibat terbatasnya operasional

program/kegiatan. Masalah pemerataan pembangunan sangat kompleks dan

berdimensi luas. Agar pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan

berjalan lebih efektif dan efisien, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan

hasil yang telah dicapai dan pengalaman yang diperoleh.

b) Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi di Desa Cibanten?

Pembangunan perdesaan diupayakan melalui peningkatan keberdayaan dan

kemandirian masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan dalam seluruh aspek

kehidupan masyarakat meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan

lingkungan. Keberdayaan dan kemandirian tercermin pada terpenuhinya sarana

dan prasarana sosial dan ekonomi perdesaan, serta meningkatnya kegiatan


21

ekonomi produktif masyarakat dan berperannya lembaga sosial ekonomi

masyarakat dalam penyediaan permodalan yang ditujukan untuk mendukung

peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat dan kelembagaan sosial ekonomi

masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 29 Juli 2020 yang

berkaitan dengan strategi pembangunan desa wisata melalui pertumbuhan

ekonomi di Desa Cibanten masih belum terlaksana dengan baik. Hasil pertanian

dan peternakan yang menjadi mata pencaharian sebagian warga Desa Cibanten

hasilnya belum optimal, sehingga belum bisa menjadi komoditi utama yang

menjadi ciri khas Desa Cibanten. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “pertumbuhan ekonomi di Desa Cibanten tergolong

masih rendah, sebagian besar warga masih mengandalkan hasil pertanian untuk

mencukupi kebutuhan sehari-harinya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat – LPM (Informan ke – 2), menyatakan bahwa : “pertumbuhan

ekonomi di Desa Cibanten belum cukup baik”

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “ sebagian besar warga masih mengandalkan hasil

pertnian seadanya saja, belum bisa menunjang pertumbuhan ekonomi di Desa”


22

Berdasarkan penjelasan informan dapat diketahui bahwa pertumbuhan

ekonomi di Desa Cibanten belum cukup baik. Pertumbuhan ekonomi di Desa

dapat dilihat dari hasil pertanian di Desa Cibanten hanya mecukupi kebutuhan

sehari-hari saja. Kehidupan sosial masyarakat Desa Cibanten tergolong kurang

baik, dapat dilihat bahwa kepedulian masyarakat akan potensi Desa Wisata masih

sangat rendah. Kehidupan masyarakat desa yang berasaskan Adat istiadat yang

menjadi cri khas suatu Desa Wisata belum terlihat cukup baik, dapat diketahui

tradisi menjadi ciri khas Desa Cibanten hanya ada satu kesenian tradisional yang

tersisa yaitu kesenian “Badud”. Kesenian “Badud” merupakan kesenian tari

topeng turun temurun dari leluhur masyarakat Desa Cibanten yang ditampilkan

sebagai kesenian tari penyambutan tamu maupun pengunjung. Akan tetapi hanya

ada segelintir orang yang peduli akan kelestarian kesenian tersebut sehingga

keberadaan kesenian tersebut hampir hilang. Hal tersebut menunjukan kepedulian

masyarakat kepedulian masyarakat akan Desa Wisata Cibanten dari segi soial,

ekonomi dan adat istiadat tergolong masih rendah. Desa wisata merupakan objek

wisata yang tidak hanya menyajikan potensi keindahan alam saja, tetapi desa

wisata merupakan objek wisata desa yang menyajikan keaslian perdesaan baik

dari segi sosial, ekonomi dan adat istiadat. Berdasarkan uraian diatas,

pertumbuhan ekonomi yang tinggi suatu desa dapat mendukung potensi desa

wisata yang mumpuni dari berbagai aspek. Potensi desa wisata yang baik memliki

pertumbuhan ekonomi yang baik pula.

c) Bagaimana Stabilitas yang Sehat dan Dinamis di Desa Cibanten?


23

Pembangunan Daerah, Desa dan Kota adalah satu kesatuan dengan

Pembangunan Nasional. Desa merupakan tempat tinggal sebagian besar

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pembangunan desa mempunyai peranan

yang penting dalam pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan trilogi

pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada

terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi, dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Dalam strategi

pembangunan Desa Wisata stabilitas yang sehat dan dinamis di Desa itu sendiri

sangatlah penting. Stabilitas yang sehat dan dinamis adalah kestabilan atau situasi

yang kondusif baik di bidang sosial budaya, politik, pemerintahan, keamanan,

perekonomian, perdagangan, dan bidang-bidang lainnya, sehingga pemerintahan

bisa berjalan dengan baik, rakyat bisa melakukan aktivitasnya dengan baik, dan

program-program serta kebijakan pemerintah bisa dilaksanakan secara optimal.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 29 Juli 2020,

stabilitas yang sehat dan dinamis di Desa Cibanten terlihat belum baik. Dapat

dilihat dari kesadaran masyarakat akan pentingnya berpartispasi dalam kegiatan

pembangunan di Desa Cibanten sangat rendah. Untuk mengetahui informasi lebih

lanjut peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan

stabilitas yang sehat dan dinamis di Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “kesadaran masyarakat di Desa Cibanten tentang potensi

Desa Wisata masih sangat rendah”


24

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat (informan ke – 2), menyatakan bahwa :

Akhir – akhir ini masyarakat sini, jika dimitai kesadarannya untuk bergotong
royong dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di objek wisata kurang
mendapatkan respon dari masyarakat. Alasannya mereka sibuk dengan
pekerjaannya masing – masing

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “kesadaran masyarakat di Desa Cibanten tentang potensi

Desa Wisata masih sangat rendah”

Berdasarkan penjelasan informan diatas diketahui bahwa kesadaran

masyarakat akan potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Cibanten masih sangat

rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa stabilitas warga Desa Cibanten yang

sehat dan dinamis sangat rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan

informan yang menyatakan stabilitas yang sehat dan dinamis di Desa Cibanten

tergolong masih rendah, hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesadaran

masyarakat Desa Cibanten terhadap potensi wisata yang dimiliki masih sangat

rendah.

2) Prinsip pembangunan berkelanjutan.

Penbangunan Desa dilaksanakan dengan prinsip – prinsip pembangunan

yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan

setiap Desa mengandalkan sumber daya yang ada. Menurut Menurut Adisasmita

(2018 : 100) menyatakan bahwa “Prinsip pembangunan berkelanjutan terdiri dari ;

1) Memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) secara luas, 2) Memanfaatkan

modal fisik, 3) Memanfaatkan prasarana mesin – mesin, 4) Memanfaatkan

peralatan seefisien mungkin.


25

a) Bagaimana Pemanaatan SDM secara luas oleh Pemerintahan Desa

Cibanten?

Sumber daya di Desa sesungguhnya cukup banyak. Berkisar dari yang

sifatnya tidak kelihatan, sampai dengan yang tampak secara kasat mata. Semangat

gotong royong, nilai-nilai tradisional, lokasi geografis yang strategis sampai

dengan kekayaan tanah yang dimiliki oleh desa menjadi sumber daya desa

tersebut. Hal tersebut akan menjadi pekerjaan rumah bagi desa adalah bagaimana

memberdayaan dari sumber daya yang ada. Disini diperlukan perencanaan yang

baik demi pemantapan masa depan sebuah organisasi. Sumber daya manusia tidak

hanya dijadikan objek dalam pembangunan di suatu Desa. Akan tetapi peran serta

dan pemanfaatan sumber daya manusia sangat berperan penting dalam

perencanaan pembangunan. Pemanfaatan sumber daya manusia dalam strategi

pembangunan Desa Wisata merupakan faktor utama yang menjadi tolak ukur

dalam kesuksesan pembangunan dan pengembangan Desa Wisata.

Berdasarkan hasil observasi dan waancara pada tanggal 29 Juli 2020, secara

keseluruhan pemanfaatan sumber daya manusia di Desa Cibanten belum

dilakukan secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari anggota pengelola objek

wisata yang masih minim. Jika dilihat potensi Desa Cibanten yang memiliki

jumlah angkatan kerja (Penduduk usia 15-55 tahun) sebanyak 1.728 jiwa. Hal

tersebut sanagat bertolak belakang dengan keadaan anggota pengelola objek

wisata yang sanagat minim. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut peneliti
26

melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan

memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) secara luas di Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “Pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) di Objek

Wisata Desa Cibanten belum cukup baik”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat (informan ke – 2), menyatakan bahwa : “Pemanfaatan sumber daya

manusia (SDM) di Objek Wisata Desa Cibanten belum cukup baik”

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “Kesadaran masyarakat di Desa Cibanten tentang potensi

Desa Wisata masih sangat rendah”

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pemanfaatan sumber

daya manusia di Desa Cibanten belum dilakukan secara optimal. Hal tersebut

dapat diketahui dari pernyataan informan bahwa pemanfaatan seumber daya

manusia (SDM) di Objek Wisata Desa Cibanten masih sangat rendah.

Pemanfaatan sumber daya manusia juga tidak hanya berkaitan dengan kuantitas

pengurus objek wisata saja, dari hasil observasi diketahui bahwa pemanfaatan

Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pendukung objek wisata seperti

pembuatan cindramata, makanan khas dan hasil pertanian dan peternakan yang

menjadi ciri khas objek wisata belum terlihat baik. Pemanfaatan sumber daya

manusia di Desa wisata Cibanten masih belum terlaksana secara optimal, hal ini

dapat dilihat dari guide tour, penyedia alat – alat renang dan pengelola

KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata) di Desa Cibanten masih sedikit.


27

b) Bagaimana pemanfaatan peralatan seefisien mungkin?

Kebutuhan wisatawan dalam melaksanakan aktivitas wisata haruslah

terpenuhi, diantaranya terpenuhinya kebutuhan dasar seperti tersedianya alat – alat

dan listrik yang memadai di obyek wisata tersebut. Berbagai macam kebutuhan air

di obyek wisata digunakan diantaranya untuk keperluan toilet/WC dan atau

kebutuhan lain untuk mencuci dan fasilitas wisata lain yang menggunakan air.

Bukan hanya ketersediaan aliran listrik di obyek wisata sangat penting bagi

aktivitas pariwisata yang memerlukan tenaga listrik dan untuk keperluan

penerangan di area obyek wisata.

Bedasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 29 Juli 2020 dapat

diketahui bahwa pemanfaatan peralatan yang ada di objek wisata Desa Cibanten

belum optimal. Dapat dilihat dari penggunaan mobil untuk akomodasi yang

disediakan hanya satu. Peralata lainnya juga yang menunjang dalam kegiatan

wisata masih sangat sedikit. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan

memanfaatkan peralatan seefisien mungkin di Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “Pemanfaatan peralatan di Objek Wisata Desa Cibanten

masih sangat rendah. Dapat dilihat di Objek Wisata hanya beberapa peralatan

yang dapat digunakan”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat (informan ke – 2), menyatakan bahwa : “Pemanfaatan peralatan di


28

Objek Wisata Desa Cibanten masih sangat rendah. Dapat dilihat di Objek Wisata

hanya beberapa peralatan yang dapat digunakan”

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “Pemanfaatan peralatan di Objek Wisata Desa Cibanten

masih sangat rendah. Dapat dilihat di Objek Wisata hanya beberapa peralatan

yang dapat digunakan”

Berdasarkan penejelasan informan diketahui bahwa penggunaan peralatan di

objek wisata Desa Cibanten belum efisen. Dapat dilihat dari ketersediaan

peralatan sekunder bagi wisatawan masih sedikit. Selain itu juga aliran listrik

belum sampai ke objek wisata yang ada di Cibanten. Penggunaan peralatan yang

memerlukan aliran listrik belum bisa dimanfaatkan. Hal tersebut menyebabkan

penggunaan peralatan di objek wisata belum bisa digunakan secara optimal.

3) Kebijaksanaan dalam meningkatkan efisiensi masyarakat.

Kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka

mengefisienkan ruang lingkup dan tata kerja masyarakat. Kebikjaksanaan yang

dikeluarkan hendaklah tidak berbelit – belit, sehingga birokrasi yang ditempuh

oleh masyarakat diranah pelayanan publik tidak sulit. Pelayanan publik yang

bersifat administrasi adalah semua jenis layanan kepada warga negara berupa

surat-menyurat, perijinan, dan pencatatan kependudukan. Atau, biasanya

dibedakan menjadi pelayanan perijinan dan non-perijinan. Seiring dengan era

otonomi daerah, pelayanan jenis itu banyak diserahkan kepada daerah. Ada 3

(Tiga) butir kebijaksanaan yang dapat dilakukan dalam rangka pengurangan tata

ruang dan tata kerja yang dapat mengefisienkan kinerja masyarakat dalam
29

pelaksanaan strategi pembangunan Desa Wisata yaitu 1) Kebijaksanaan

Deregulasi, 2) Kebijaksanaan Debirokratisasi.

a) Bagaimana Kebijaksanaan deregulasi dalam meningkatkan efisiensi

masyarakat di Desa Cibanten?

Kebijakan deregulasi merupakan pengurangan aturan yang dapat

menghambat efektivitas kerja. Bedasarkan hasil observasi dan wawancara

peraturan tata kelola objek wisata di Desa Cibanten masih merujuk kepada

Keputusan Bupati Pangandaran Nomor 47 Tahun 2015 tentang Pembentukan

Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) Program Destination Management

Organization (DMO) Pangandaran. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan

kebijakan deregulasi di Objek Wisata Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “Sampai saat ini objek wisata yang ada di Desa Cibanten

belum tersentuh oleh pemerintahan Kabupaten, masih banyak ketentuan dan

persyaratan yang belum kami tempuh.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat (informan ke – 2), menyatakan bahwa : “Belum ada kebijakan

deregulasi yang mengatur tentang tata kelola Objek Wisata Desa Cibanten”
30

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “Belum ada kebijakan deregulasi yang mengatur tentang

tata kelola Objek Wisata Desa Cibanten”

Berdasarkan penjelasan informan diketahui bahwa usaha pemerintahan Desa

Cibanten dalam upaya pembangunan dan pengembangan objek wisata dalam

program tersebut belum optimal. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya

koordinasi antara pengelola, pemerintahan Desa dan dinas terkait lainnya. Jika

merujuk kepada peraturan Forum Tata Kelola Parawisata (FKTP), seharusnya

pembangunan dan pengembangan objek wisata Desa Cibanten mendapatkan

prioritas dari pemerintahan Kabupaten Pangandaran. Belum adanya koordinasi

antara pemerintahan Desa dengan Pemerintahan Kabupaten dan dinas terkait

lainya, sehingga tata kelola objek wisata Desa Cibanten masih belum jelas.

b) Bagaimana Kebijaksanaan debirokratisasi dalam meningkatkan efisiensi

masyarakat di Desa Cibanten?

Debirokratisasi bermakna tindakan atau proses mengurangi tata kerja yang

serba lamban dan rumit agar tercapai hasil dengan lebih cepat. Pengurangan tata

kerja dalam suatu organisasi dapat mengefektifkan dan mengefisienkan kinerja

dalam sebuah organisasi. Pengurangan tata kerja dalam pengelolaan Objek Wisata

dapat membantu proses pembangunan Desa Wisata lebih efektif dan efisien.

Dalam pelaksanaan tata kelola Objek Wisata sering kali terhambat oleh proses

birokrasi yang rumit, sehingga dalam pelaksanaan tata kelola Objek Wisata

terhambat oleh birokrasi yang berbelit – belit. Untuk mengetahui informasi lebih
31

lanjut peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan berkaitan dengan

kebijakan debirokratisasi di Objek Wisata Desa Cibanten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Cibanten (Informan ke –

1), menyatakan bahwa : “Belum ada kebijakan debirokratisasi yang mengatur

tentang tata kelola Objek Wisata Desa Cibanten.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Permusyawaratan

Masyarakat (informan ke – 2), menyatakan bahwa : “Belum ada kebijakan

debirokratisasi yang mengatur tentang tata kelola Objek Wisata Desa Cibanten”

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Cibanten (Informan ke -

3), menyatakan bahwa : “Belum ada kebijakan debirokratisasi yang mengatur

tentang tata kelola Objek Wisata Desa Cibanten”

Berdasarkan penjelasan informan diketahui bahwa tata kelola objek wisata

Cibanten masih belum jelas. Sehingga Desa Cibanten belum mendapatkan

perhatian dari pemerintahan Kabupaten untuk penmbangunan dan pengembangan

objek wisata. Jika melihat kepada petunjuk teknis pemberian bantuan pemerintah

untuk sarana dan prasarana Desa Wisata, yang dirujuk Peraturan Menteri Desa

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463);

bahwa Desa sudah memiliki Surat Keputusan dari Bupati dan direkomendasi oleh

Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota sebagai lokasi pengembangan Desa Wisata.

Akan tetapi pada kenyataanya Desa Cibanten belum memiliki Surat Keputusan

Bupati sebagai lokasi pengembangan Desa Wisata. Masih banyak birokrasi yang
32

harus ditempuh, sehingga pihak pengelola dan Pemerintahan Desa masih kesulitan

menempuh birokrasi yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah.

K. Simpulan

Berdasarkan pembahasan maka simpulan dalam penelitian ini yaitu

Pengembangan desa wisata Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten

Pangandaran belum terlaksana dengan baik, dapat dilihat dari beberapa indikator

yaitu pemerataan pembangunan dan hasil -hasilnya, memanfaatkan sumber daya

manusia secara luas dan kebijakan dala meningkatkan efisiensi masyarakat belum

sesuai dalam pelaksanaannya.


33

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2018. Pembangunan Perdesaan Pendekatan Partisifatif,


Tipologi, Strategi, Konsep Desa Pusat Pertumbuhan.
Yogyakarta: Expert.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Eko, Sutoro. 2015. Regulasi Baru, Desa Baru : Ide, Misi dan Semangat
Undang-Undang Desa. Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesi.

Kementrian Kepariwisataan. (2011). Implementasi dan Implikasi Kelembagaan


Pemasaran Pariwisata yang Bertanggungjawab ( Responsible
Tourism Marketing). Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Indonesia.

Mardikanto, Totok.dan Soebianto, Poerwoko. 2012. Pemberdayaan


Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: CV
Alfabeta.

Mulyadi dan Johny Setiawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian


Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Mochtar, Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan


Metodologi. Jakarta : LP3ES.

Permatasari, Ika Kusuma. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa


Wisata dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan (Desa
Candirejo, Magelang, Jawa Tengah)

Priasukmana, Soetarso & R. Muhamad Mulyadin (2001). Pembangunan Desa


Wisata : Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah. Info
Sosial Ekonomi. Vol.2 No

Rochajat, dkk. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat.


Bandung: PT Refika Aditama.
34

Sugiyono 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

________ 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa


Permendagri Nomor. 33 Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Anda mungkin juga menyukai