Anda di halaman 1dari 34

KONTRIBUSI WISATA PANTAI WIDODO TERHADAP PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BOMBANA

SEMINAR PROPOSAL

OLEH :
ONGKI ARDIAN
A1A1 18 019

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah di periksa dan di setujui oleh Pembimbing I dan II untuk di pertahankan

di hadapan Panitia Seminar Proposal pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Halu Oleo

Kendari, Desember 2021

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muliha Halim, M.Si Dr. Murni Nia, SE., M.Si


NIP. 19651230 199403 1 003 NIP. 19761010 200812 2 003
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................8
2.1. Deskripsi Teori.......................................................................................................8
2.1.1. Konsep Kontribusi.........................................................................................8
2.1.2. Konsep Pariwisata........................................................................................10
2.1.3. Konsep Pendapatan Asli Daerah.................................................................16
2.2. Penelitian Yang Relevan......................................................................................21
2.3. Kerangka Pikir.....................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................25
3.1. Jenis Penelitian.....................................................................................................25
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................................26
3.3. Pendekatan Penelitian..........................................................................................26
3.4. Informan Penelitian.............................................................................................27
3.5. Sumber Data.........................................................................................................28
3.6. Tekhnik Pengumpulan Data...............................................................................29
\3.7. Metode Analisis Data...........................................................................................29
3.8. Pengujian Keabsahan Data.................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan

menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam pengembangan

daerah sudah barang tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan, potensi daerah

secara optimal. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia.

Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945,

pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan

dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab

kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab

akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional
1
yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam mengurus

dan mengatur rumah tangga sendiri, sudah barang tentu daerah memerlukan biaya

yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali

sumbersumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal

157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah, yang

terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri dari:

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Dan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

b. Dana Perimbangan

c. Pendapatan daerah yang sah ( Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004)

PAD yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya

mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan

asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya

alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata

bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi

berpotensi dalam meningkatkan PAD. Untunglah di Indonesia ini masih mempunyai


potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu

kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang

pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah

satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu

menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk

mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai

kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut

adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang

ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu

sebagai penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan

pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal budaya bangsa.

Seperti yang telah diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

tahun 1999, bahwa mengembangkan pariwisata, melalui pendekatan sistem yang utuh

dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria

ekonomi, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak

merusak lingkungan. (TAP MPR No.IV/MPR/1999).


Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian

bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan

dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya

serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar

saling menunjang.

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki banyak daya tarik wisata alam

khususnya di Kabupaten Bombana merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama

yang memiliki potensi tidak kalah dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia.

Objek wisata dan daya tarik wisata yang ada tersebar hampir seluruh kecamatan di

Kabupaten Bombana. Namun potensi tersebut belum dapat di manfaatkan secara

optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya.

Memasuki era otonomi dan globalisasi pemerintah Kabupaten Bombana berupaya

membenahi kepariwisataan Bombana.

Dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai daerah tujuan wisata

utama. Potensi utama dari Wisata Widodo dalam bidang Pariwisata adalah letak

geografisnya. Kabupaten Bombana menawarkan pesona wisata bahari, wisata alam

dan wisata budaya yang menakjubkan. Wisata Widodo yang memiliki panjang pantai

kurang lebih 5-6 Km ini, merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan

menjadi objek wisata bahari.


Hal ini ditandai dengan akan disetujuinya pengembangan objek wisata bahari

di lokasi itu oleh investor. Hal ini diharapkan dapat menambah pemasukan PAD dari

sektor Pariwisata. Kondisi ini menjadikan Bombana memiliki beberapa obyek wisata

pemandian alam yang telah dikelola sebagai tempat wisata.

Berdasarkan uraian tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Kontribusi Wisata Widodo Terhadap pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Bombana.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisata di Pantai

Widodo Kabupaten bombana?

2. Bagaimana Kontribusi Wisata Widodo terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

Kabupaten Bombana?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini

memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1 Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kunjungan wisata

di pantai Widodo Kecamatan Mata Oleo Kabupaten bombana.


2 Untuk menganalisis Kontribusi Wisata Widodo terhadap pendapatan asli daerah

(PAD) Kabupaten Bombana

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan agar dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Dinas pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai, sebagai bahan pertimbangan

dalam mendukung peningkatan pariwisata di Kabupaten Bombana.

2. Bagi penulis, sebagai sarana mengimplikasikan imu pengetahuan yang diperoleh

selama perkuliahan.

3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi para yang memerlukan serta

sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Konsep Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.

Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat

materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi

kebaikan bersama. Menurut Anne Ahira (2012) “Kontribusi dalam pengertian sebagai

tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian

memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,

seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri

di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk

maupun pendatang.

Departemen Pendidikan Nasional Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia

(2003) dijelaskan bahwa “kontribusi adalah 1) Uang iuran (kepada perkumpulan dan

sebagainya); 2) sumbangan”. Jadi setiap orang dapat dikatakan berkontribusi apabila

terlibat atau melibatkan diri pada suatu kegiatan baik dalam posisinya sebagai tim

kerja maupun karena jabatan yang diembannya selaku individu. Kontribusi tersebut

tidak berhenti pada satu jenis kegiatan atau aktivitas akan tetapi berkelanjutan

meskipun tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut beda dengan aktivitas yang

dilakukan sebelumnya. Pengertian tersebut mengartikan kontribusi kedalam ruang

7
lingkup yang jauh lebih sempit lagi yaitu kontribusi sebagai bentuk bantuan yang

dikeluarkan oleh individu atau kelompok dalam bentuk uang saja atau sokongan

dana” (h.854). Sedangkan menurut Anne Ahira (dikutip dalam Yudi Bakti, 2012)

menjelaskan bahwa dengan “kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha

meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara

menajamkan posisi perannya. Sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar

lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai

bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.

Menurut Dany (2006) “kontribusi dalam pemahamannya, definisi kontribusi

adalah suatu bentuk sumbangan berupa material (uang) yang bisa sokongan atau

sumbangan. Sumbangan ini bisa dilakukan dengan kolektif seperti yang dilakukan

dalam salah satu situs Kita Bisa yang dikumpulkan dalam pembangunan masyarakat”

(para.5). Sementara itu menurut Yandianto (2000) “Makna kontribusi adalah

kumpulan adanya uang iuran yang didapatkan dari anggota atau masyarkat yang

bentuknya sumbangan. Sumbangan ini kemudian dikelola dan diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat itu sendiri”.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2006) mengartikan “kontibusi

sebagai bentuk iuran uang atau dana, bantuan tenaga, bantuan pemikiran, bantuan

materi, dan segala macam bentuk bantuan yang kiranya dapat membantu suksesnya

kegiatan pada suatu forum, perkumpulan dan lain sebagainya’’. Berdasarkan

beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa kontribusi merupakan bentuk bantuan

nyata berupa bantuan uang, bantuan tenaga, bantuan pemikiran, bantuan materi, dan
segala macam bentuk bantuan yang kiranya dapat membantu suksesnya kegiatan yang

telah direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2. Konsep Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata dalam bahasa sansekerta terdiri dari dua suku kata yaitu:

“pari” dan “wisata”. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau

berkeliling-keliling. Sedangkan Wisata berarti berpergian, dari pengertian tersebut

maka dapat diartikan secara garis besar bahwa “pari-wisata” adalah suatu perjalan

yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain.

Robert McIntosh bersama Shashikant Gupta (Kusmayadi dan Edar Sugiarto,

2000:5) mencoba mengungkapkan bahwa parawisata adalah gabungan gejala dan

hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta

masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan- wisatawan

serta para pengunung lainnya. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan

untuk sementara waktu dari suatu tempat ke temapat lain dengan maksud bukan

mencari nafkah dari tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati

perjalanana guna bertamasya atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam

(Wahap : 2006) pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan

Oleh Prof.Hunzuker dan Kraft (Pandit,2003) mengemukakan bahwa pariwisata

adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala atau peristiwa yang timbul dari

adanya perjalanan dan tingkahnya orang asing dimana perjalanan tidak untuk

bertempat tinggal, menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari
nafkah. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009,

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang

terkait dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta intraksi antara wisatawan

dengan masyarakat dengan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,

pemerintah daerah dan pengusaha.Pariwisata memiliki beberapa tujuan yakni :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2. Meningkatkan kesejahtraan rakyat.

3. Mengapus kemiskinan.

4. Mengatasi pengangguran.

5. Melastarikan alam, lingkungan dan sumber daya.

6. Memajukan kebudayaan.

7. Mengangkat citra bangsa.

8. Memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa.

9. Menumpuk rasa cinta tanah air, mempererat persahabatan antara bangsa.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari pada wisatawan yang dilakukan secara

sukarela, untuk mencapai ketenangan dan kesenanganyang bersifat sementara untuk

menikmati obyek dan daya tarik.


b. Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut Rahardjo dalam bukunya pembangunan kawasan dan tata ruang

Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang

dilakukan bermacam-macam, yaitu :

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism) Yaitu merupakan kegiatan pariwisata yang

ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan

olahraga air lainnya, Termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan

minum.

2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)Yaitu merupakan perjalanan untuk mengamati

perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang di anggap menarik.

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)Yaitu perjalanan untuk meresapi suatu gaya

hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism)Yaitu kegiata wisata yang pada

olahraga, menghilangkan ketegangan, dan melakukan kontak sosial dalam

suasana yang santai.

5. Pariwisata Alam (Ecotourism)Yaitu perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih

asli (belum tercemari), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati

pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwjudan budaya yang

ada ( Pernah ada ) di tempat tersebut.

6. Pariwisata Kota (City Tourism)Yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk melihat

atau mempelajari/ menikmati objek, sejarah dan daya tarik yang terdapat dikota

tersebut.
7. Pariwisata Agro (Agro Tourism = Rural Tourisme = Farm Tourism)Yaitu

merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian,

perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak

wisatawanuntuk ikut memikirkan sumber daya alam dan kelestariannya.

Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut

merasakan kehidupan dan kegiatannya.

8. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)Bentuk pariwisata yang umum terjadi di

kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting

namun bukan merupakan kegiatan utama dari kota tersebut.

9. Pariwisata Sosial (Social Tourism)yaitu merupakan pendekatan untuk

menyelenggarakan liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah

serta orang-orang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan serta

orang-orang yang belum mengerti bagaimana cara mengatur suatu perjalanan

wisata.

10. Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)Yaitu merupakan suatu bentuk

pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian

lingkungan dan segi-segi sosial.

c. Potensi Wisata

Menurut Spillane (1989) Potensi wisata adalah segala tempat atau lokasi

wisata yang mengandung berbagai unsur yang saling bergantung yang dapat menarik

wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata tersebut.


Menurut Cholil (dalam Yoety 2006) potensi wisata adalah obyek atau atraksi

wisata yang dapat dipublikasikan, dipasarkan, dikelolah serta dikembangkan menjadi

tempat peristerahatan atau bersenang-senang dalam sementara waktu dan dapat

diambil manfaatnya dari obyek wisata tersebut. Potensi wisata terdiri dari dua faktor,

yaitu :

1. Faktor fisik Yang dimaksud dengan faktor fisik adalah faktor yang menunjang

sebagai obyek wisata yang merupakan elemen alam. Yang termasuk ke dalamnya

adalah air, pepohonan, udara, pegunungan, pantai, bentang alam, vegetasi dan

sebagainya yang bergunan bagi para wisatawan.

2. Faktor non fisik Yang dimaksud dengan faktor non fisik adalah sebagai

pendukung untuk pengembangan obyek wisata . yang dimaksudkan dalam faktor

fisik adalah sarana dan prasarana, peran pemerintah serta pengelolah sapta

pesona.

Menurut Rumaini (1992) Umumnya yang menjadi daya tarik obyek wisata

berdasarkan pada:

1. Adanya ciri khusus atau spesifik yang bersifat langka.

2. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, bersih.

3. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat di kunjungi.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan

yang hadir.
d. Dampak Pariwisata

Manfaat lain dari pengembangan pariwisata dapat langsung diperoleh oleh

pemerintah daerah melalui pajak daerah maupun pajak lainnya. Sektor pariwisata

memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik

Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah

pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi

berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman

beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah. Pengembangan pariwisata pada

dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah diantaranya

adalah : Pendapatan dari pengunjung dalam negeri maupun asing, Pendapatan dari

usaha atau bisnis pariwisata, Penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan

dari pengembangan pariwisata adalah untuk menciptakan multipler effect, yakni :

1. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahtraandan

kemakmuran rakyat.

3. Mendorong pendaya gunaan produksi nasional.

2.1.3. Konsep Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pengertian pendapatan (revenues) berbeda dengan income. Revenues

merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh


pendapatan tersebut, sedangkan Income adalah pendapatan yang telah dikurangi

dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan-pendapatan itu. Income lebih

tepat diterjemahkan sebagai penghasilan.

Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber pendapatan

asli daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah

a) Hasil pajak daerah

b) Hasil retribusi daerah

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Dari ketentuan pasal tersebut di atas, maka pendapatan daerah dapat

dibedakan dalam dua jenis yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Pendapatan Non Asli Daerah

Sampai saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan

yang berasal dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi daerah,

BUMD, dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

b. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah termasuk sumber keuangan pokok bagi daerah di samping

retribusi daerah. Pajak adalah iuran masyarakat kepada pemerintah berdasarkan


undang-undang yang berlaku, guna membiayai pengeluaran pemerintah yang

prestasinya kembali, tidak dapat ditunjuk secara langsung tetapi pelaksanaannya

dapat dipaksakan. (Ibnu Syamsi, 1994: 201) Sedangkan pajak daerah itu sendiri

menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan.

Selanjutnya pada pasal 2 ayat (2) UU No 34 Tahun 2000, jenis pajak

kabupaten atau kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

7. Pajak Parkir

Dari jenis pajak, Kabupaten atau Kota dapat tidak memungut salah satu dari

beberapa jenis pajak yang telah ditentukan apabila potensi pajak di daerah Kabupaten

atau Kota tersebut dipandang kurang memadai.

Menurut Nick Devas (1989:61), tolak ukur untuk menilai pajak daerah

sebagai berikut :
1. Hasil (yield): memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai

layanan yang dibiayainya;stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar

hasil itu;dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi; pertumbuhan penduduk; dan

sebagainya; juga perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut

2. Keadilan (equity): dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak

sewenang-wenang; pajak bersangkutan harus adil secara horisontal, artinya

beban pajak haruslah sama benar antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi

dengan kedudukan ekonomi yang sama; harus adil secara vertikal, artinya

kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan

sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak memiliki

sumberdaya ekonomi; dan pajak itu haruslah adil dari tempat ketempat, dalam

arti hendaknya tidak ada perbedaan-perbedaan besar dan sewenang-wenang

dalam beban pajak dari satu daerah kedaerah yang lain, kecuali jika perbedaan

ini mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan masyarakat.

3. Daya guna ekonomi (economic efficiency) : pajak hendaknya mendorong atau

setidak- tidaknya tidak menghambat penggunaan sumberdaya secara berdaya

guna dalam kehidupan ekonomi; mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan

pilihan produsen menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau

menabung; dan memperkecil “beban lebih” .

4. Kemampuan melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak haruslah dapat

dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan kemauan tata usaha.


5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a local revenues

source): ini berarti, haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus

dibayarkan, dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat

akhir beban pajak; tidak mudah dihindari; dengan cara memindahkan objek pajak

dari suatu daerah kedaerah lain; pajak daerah jangan hendaknya mempertajam

perbedaan-perbedaan antara daerah, dari segi potensi ekonomi masing-masing

dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari

kemampuan tata usaha pajak daerah.

c. Hasil Retribusi Daerah

Di samping pajak daerah, sumber pendapatan daerah dapat diperoleh

melalui retribusi. Ibnu Syamsi (1994:201) mendefinisikan retribusi sebagai berikut :

Retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (orang-orang tertentu) berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang prestasinya dikembalikan ditunjuk secara

langsung, tetapi pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan meskipun tidak mutlak.

Sedangkan menurut UU No. 34 Tahun 2000 retribusi dibagi tiga golongan, yaitu :

1 Retribusi Jasa Umum. Jasa yang dimaksud merupakan kewenangan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

2 Retribusi Jasa Usaha Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat

komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum

memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki atau dikuasai Daerah yang

belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah


3 Retribusi Perijinan tertentu Perijinan tersebut termasuk kewenangan

pemerintah yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi

(Pasal 18 ayat (2) UU No. 34 Tahun 2000).

Penetapan jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Perijinan tertentu

dimaksudkan untuk tercipta ketertiban dalam penerapannya, sehingga dapat

memberikan kepastian bagi masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan nyata

daerah yang bersangkutan.

d. Lain-Lain Usaha Daerah Yang Sah

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak dan retribusi maka

daerah berhak mendapatkan sumber daerah itu sendiri. Lain-lain usaha daerah yang

sah merupakan usaha daerah (bukan usaha perusahaan daerah) dapat dilakukan oleh

suatu aparat Pemerintah Daerah (dinas) yang dalam kegiatannya menghasilkan suatu

barang atau jasa yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan ganti rugi.

Usaha daerah sebagai sumber pendapatan daerah harus disetorkan kepada kas

daerah dan diatur dalam peraturan daerah. Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah ,

Kabupaten/ kota melakukan berbagai upaya terobosan dalam peningkatan perolehan

Pendapatan Asli Daerah, sebab faktor dana sangat menentukan lancar tidaknya suatu

pemerintah daerah. Pelayanan kepada masyarakat akan terlambat akibat terbatasnya

kemampuan dalam bidang pendanaan. Dengan terbatasnya sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) tidak banyak yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan

maupun kemudahan bagi masyarakat.


2.2. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang di lakukan Nining Yuningsih (2005) yang berjudul

“Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Melalui Pengembangan Potensi Obyek

Wisata Pantai Pangandaran Di Kabupaten Ciamis Jawa Barat”. Hasil penelitin Nining

Yuningsih menunjukkan bahwa adalah bahwa upaya yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis dalam mengembangkan obyek wisata

pantai Pangandaran adalah dengan membangun berbagai fasilitas wisata, promosi

lewat media massa, maupun pameran wisata. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa faktor yang mendorong pengembangan obyek wisata pantai

Pangandaran adalah adanya daya tarik yang dimiliki oleh pantai Pangandaran, yang

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor yang

penghambatnya adalah adanya faktor internal, seperti sarana dan prasarana yang

belum memadai, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia masih kurang,

kurangnya kesadaran dari para pengusaha usaha jasa pariwisata dan

masyarakat,terdapatnya lahan tidur, abrasi pesisir pantai, kurang tertibnya pedagang

kaki lima dan masih terbatasnya dana. Sedangkan faktor eksternal seperti adanya

persaingan yang semakin ketat, krisis moneter, adanya pengaruh luar, kultur

masyarakat yang kurang mendukung, kurangnya kesadaran wisatawan dan kurang

sadarnya lembaga-lembaga swasta terhadap sarana dan prasarana kepariwisataan.

Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2017) yang berjudul

“Analisis Potensi Objek Wisata Pantai Romantis Dalam Pendapatan Asli Daerah

(Pad) Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Penelitian ini


dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Berdasarkan

hasil penelitian Potensi pantai dalam pendapatan asli daerah bahwa jumlah kunjungan

2.237 dapat dipengaruhi oleh pendapatan sebesar Rp 502.285.000 selama lima tahun

dan fasilitas yang memadai dengang tingkat kepuasan pengunjung sebesar 0,218 %.

2.3. Kerangka Pikir

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dan lain-lain pendapatam asli daerah yang sah. Pendapatan Asli

Daerah (PAD) merupakan gambaran potensi keuangan daerah yang pada umumnya

mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah . Berkaitan dengan pendapatan

asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya

alam yang berupa obyek wisata.

Pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam

pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah

(PAD). Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu

kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis untuk menunjang

pembangunan perekonomian nasional. Untuk itulah maka ditempuh salah satu

kebijakan, yaitu menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek

wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Suatu daerah dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara

mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Salah satu cara

untuk meningkatkan PAD itu, salah satunya dengan mengembangkan potensi obyek
wisata. Pengembangan disini yakni suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan

atau pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus kepada sasaran yang

dikehendaki. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan

mengembangkan obyek wisata yang dimiliki oleh daerah dalam rangka meningkatkan

Pendapatn Asli Derah. Proses peningkatan Pendapatan Asli Daerah sangat berkaitan

dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat, sehingga

dengan adanya upaya-upaya tersebut maka diharapkan Pendapatan Asli Daerah akan

meningkat.Untuk lebih jelas kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam bagan dibawah ini


BAGAN 2.1. KERANGKA BERFIKIR

Faktor Pendorong
- Daya tarik
- Sarana perhubungan
- pengelolaan
- Akomodasi
- Sarana dan prasarana

Upaya-upaya yang
dilakukan Pemda
1. Pengembangan obyek
Proses wisata PAD
Peningkatan 2. Sarana dan prasarana Meningkat
Pendapatan Asli 3. Pendidikan dan
Daerah pelatihan
4. Promosi
5. Pendanaan
6. Program perancangan
pengembangan

Faktor penghambat
- Faktor internal
- Faktor eksternal
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Merupakan penelitian yang memiliki

sasaran penelitian yang terbatas tetapi dengan keterbatasannya itu dapat digali

sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian. Metode ini dipilih oleh penulis

agar mendapatkan data yang akurat dari sumber data.

Penelitian yang digunakan ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian

yang menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga mudah untuk

dipahami dan disimpulkan. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan

kontribusi wisatata pantai Widodo terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten

Bombana.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2021 bertempat di

Kabupaten Bombana.

3.3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.

Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah dan

menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi,

doktrin dan norma. Adapun pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan penelitian

lapangan yang ditujukan pada penerapan hukum.

24
1. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan

bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas

hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian

ini. pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan

mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.

2. Pendekatan yuridis empiris yakni dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada

dalam praktek dilapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan secara

sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan.

3.4. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono,“teknik purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”

(Sugiyono, 2010:300).

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi

mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari

wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Dalam penelitian ini

menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive, yaitu dipilih dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu, yang benar-benar menguasai suatu objek yang

peneliti teliti.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

(Sugiyono, 2012:54).

Peneliti beralasan menggunakan purposive sampling yaitu untuk

mengumpulkan suatu data yang benar-benar real atau nyata dengan mewawancarai

seorang informan yang dianggap mengetahui atau menguasai suatu keahlian atau

pekerjaan tertentu dibidangnya. Sehingga dari purposive sampling tersebut yang

peneliti gunakan untuk penelitian itu guna mempermudah pengolahan data untuk

keperluan penelitian itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari beberapa

informan masyarakat disekitar wisata pantai Widodo Kabupaten Bombana. Masing-

masing informan menurut peneliti telah mewakili terhadap fokus penelitian.

No Nama Informan Usia Jenis Kelamin Pekerjaan

1 Zaari Laki-laki
2 Huju Laki-laki
3 Baharudin Laki-laki
4 Alirman Laki-laki
5 Widodo Laki-laki
6 Laki-laki
7
3.5. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang yang diperoleh dari sumber pertama melalui

prosedur dan tekhnik pengambilan data yang berupa interview, observasi, maupun

penggunaan instrumen yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Perolehan data

primer pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan narasumber, yaitu

tokoh agama, tokoh masyarakat dan pelaku nikah beda agama.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan, literatur, dan

dokumentasi dari pihak narasumber yang terkait.

3.6. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah maka peneliti

menggunakan beberapa metode diantaranya sebagai berikut :

1. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah pengumpulan data dalam bentuk wawancara atau

tanya jawab dengan pihak yang bersangkutan. Sistematika wawancara berlandaskan

pada tujuan peneliti. Wawancara dilakukan dengan masyarakat sekitar wisata pantai

Widodo Kabupaten Bombana guna untuk mencari data atau informasi yang

diinginkan sesuai dengan judul pada penelitian ini.

2. Metode Observasi
Yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan atau

pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data langsung dari lapangan dan mengedintifikasi

tempat yang hendak diteliti. Observasi yang akan peneliti lakukan yaitu observasi

partisipan. Peneliti mengamati langsung dari narasumber yang terkait.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dimana yang menjadi

data adalah dokumen, yakni berupa data desa, jurnal, website, dan buku-buku yang

berkaitan dengan obyek yang diteliti.

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis yang peneliti gunakan dalam menganalisi data adalah bersifat

deskriptif kualitatif yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa

adanya sesuai data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dilakukan

analisis. Analisis data yang dilakukan biasanya bersifat manual. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan analisa data deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif

yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai

dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data yaitu, data yang dikumpulkan berasal dari hasil observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.


2. Mengklarifikasi materi data, langkah ini digunakan untuk memilih data yang

dapat dijadiakan acuan untuk penelitian selanjutnya. Mengklarifikasi materi data

dapat dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari hasil

observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

3. Pengeditan yaitu melakukan penelaah terhadap data yang terkumpul melalui

tekhnik-tekhnik yang digunakan kemudian dilakukan penelitian dan pemeriksaan

kebenaran serta perbaikan apabila terdapat kesalahan sehingga mempermudah

proses penelitian lebih lanjut.

4. Menyajikan data yaitu, data yang telah ada dideskripsikan secara verbal

kemudian diberikan penjelasan dan uraian berdasarkan pemikiran yang logis,

serta memberikan argumentasi dan dapat ditarik kesimpulan.

3.8. Pengujian Keabsahan Data

Penelitian kualitatif ditetapkan keabsahan data untuk menghindari data yang

biasa tidak valid sebagai usaha meningkatkan derajat kepercayaan data. Kriteria

kredibilitas data (validitas) yang dimaksud untuk membuktikan bahwa apa yang

berhasil dikumpul mengandung kebenaran baik bagi pembaca maupun subyek yang

diteliti. Adapun pengecekan keabsahan data dilakukan melalui perpanjangan

pengamatan, meningkatkan ketentuan, dan triangulasi. Ada tiga bentuk Triangulasi

yaitu :

a. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.


b. Triangulasi tekhnik yaitu menguji kredibilitas data dengan cara yang berbeda

yaitu, dengan melakukan wawancara, studi dokumen dan pengamatan

c. Triangulasi waktu, waktu yang juga terkadang mempengaruhi kredibilitas data

yang dikumpulkan oleh penulis. Informasi yang diberikan informan kepada

peneliti pada waktu pagi terkadang berbeda dengan informasi yang diberikan

diwaktu siang atau sore. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yuli (2017) peran badan usaha milik desa (BUMDES) terhadap

kesejateraan masyrakat pujekerto kecamatan trimurjo kabupaten lampung

tengah prespektif ekonomi islam

Haris Hardiansyah, (2010); Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba


Humanika, 2010) h. 48.Ibid, h. 334

Sugiono, (2007); Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,


dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2007) h. 3.

Saifuddin Azwar, Metedo Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 36.Ibid,


h. 91.

Sugiono, (2008)Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Al-Fabeta, 2008) h. 92

pillane, James J. 1987. Pariwisata Sejarah dan

Prospeknya.Yogyakarta:Kanisius

Anda mungkin juga menyukai