Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK WISATA

BERBASIS KEARIFAN LOKAL DESA MATANURUNG KABUPATEN SIMEULUE

IRFAN
NIM: 2021100109

PROGRAM PASCASARJANA (S2) MAGISTER TERAPAN PERENCANAAN DAN


PENGEMBANGAN PARIWISATA
POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN
2023

DAFTAR ISI

i
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.4 Kerangka Konseptual ............................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................ 8
2.2 Konsep Strategi ........................................................................ 9
2.3 Produk Wisata ......................................................................... 10
2.4 Kearifan Lokal .......................................................................... 11
2.5 Konsep Strategi Perencanaan .................................................. 11
2.6 Konsep wisata berbasis kearifan lokal ...................................... 13
2.7 Model Analisis .......................................................................... 17

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 20


3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 21
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22
3.5 Analisis Data ............................................................................. 23
3.6 Kerangka Berpikir ..................................................................... 24

REFRENSI ................................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya

dan keindahan alamnya. Hal ini menjadikan Simeulue sebagai salah satu destinasi wisata

yang populer di dunia dan sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara khususnya dari

negara Prancis, Autralia, Jepang, Jerman, Slandia Baru, Amerika serikat, Irlandia, Spanyol

dan Malaysia dengan motifasi berkunjung untuk melakukan wisata minat khusus yaitu

Surfing. Namun perkembangan pariwisata Indonesia pada umumnya masih belum optimal,

khususnya di kabupaten Simeulue terutama dalam hal pengembangan produk wisata yang

berbasis kearifan lokal. Padahal, kearifan lokal merupakan salah satu aset penting yang

dimiliki Indonesia secara umum dan khususnya di Kabupaten Simeulue, dalam

membangun pariwisata yang berkelanjutan dan menghasilkan manfaat ekonomi bagi

masyarakat lokal.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan strategi kehidupan

masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan mereka (Fajarini, 2014; Saputra, 2011;

Cheng, 2002; Triyanto, 2017). Produk wisata berbasis kearifan lokal merupakan produk

wisata yang dikembangkan berdasarkan pada nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal

yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Produk wisata ini menawarkan pengalaman wisata

yang unik dan autentik, serta memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi

masyarakat lokal. Selain itu, produk wisata berbasis kearifan lokal juga dapat membantu

melestarikan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. namun,

pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal masih menghadapi beberapa

1
tantangan. Salah satu tantangan tersebut adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran

masyarakat lokal akan potensi wisata yang dimilikinya. Selain itu, kurangnya dukungan dari

pemerintah dan stakeholder terkait dalam pengembangan produk wisata berbasis kearifan

lokal juga menjadi hambatan dalam pengembangan produk wisata tersebut. oleh karena

itu, diperlukan strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal yang tepat

guna untuk memperkuat pengembangan pariwisata di Kabupaten Simeulue. Strategi

tersebut harus mampu memperkuat kearifan lokal sebagai aset penting dalam

pengembangan pariwisata, sekaligus memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi

masyarakat lokal. Selain itu, strategi tersebut juga harus dapat mengatasi berbagai

tantangan yang dihadapi dalam pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal.

Penelitian mengenai strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal

sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan kunjungan ke Kabupaten Simeulue,

karna Simeulue memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, terutama dalam hal

keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya. Namun, pengembangan pariwisata di

Kabupaten Simeulue masih belum optimal. Dengan pengembangan produk wisata berbasis

kearifan lokal yang tepat, potensi pariwisata Simeulue dapat ditingkatkan sehingga dapat

memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat lokal.

Melestarikan kearifan local, Kearifan lokal merupakan aset penting yang dimiliki oleh

Simeulue. Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, kearifan lokal

dapat dilestarikan dan dijadikan sebagai daya tarik wisata. Hal ini dapat membantu

melestarikan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Memberikan pengalaman wisata yang unik dan autentik. Produk wisata berbasis

kearifan lokal menawarkan pengalaman wisata yang unik dan autentik. Hal ini dapat

2
menarik wisatawan untuk berkunjung ke Simeulue dan mengalami langsung kearifan lokal

yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata.

Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, masyarakat lokal dapat

terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata dan memberikan manfaat

ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat lokal.

Menjadi strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan

produk wisata berbasis kearifan lokal dapat menjadi strategi pengembangan pariwisata

yang berkelanjutan. Dengan mengembangkan produk wisata yang berbasis kearifan lokal,

pariwisata dapat dikembangkan dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, sehingga

dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat lokal dan lingkungan.

Penelitian mengenai strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal

harus segera dilakukan karena Potensi pariwisata Simeulue yang besar. Simeulue memiliki

potensi pariwisata yang sangat besar, terutama dalam hal keanekaragaman budaya dan

keindahan alamnya. Namun, pengembangan pariwisata Simeulue masih belum optimal.

Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal yang tepat, potensi

pariwisata Simeulue dapat ditingkatkan sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi

yang lebih besar bagi masyarakat lokal.

Tantangan dalam pengembangan produk wisata berbasis kearifan local masih

menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya pemahaman dan kesadaran

masyarakat lokal akan potensi wisata yang dimiliki oleh kearifan lokal, serta kurangnya

dukungan dari pemerintah dan stakeholder terkait dalam pengembangan produk wisata

3
berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengatasi tantangan

tersebut dan mengembangkan strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan

lokal yang tepat.

Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, masyarakat lokal

dapat terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata dan memberikan manfaat

ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat lokal.

Melestarikan kearifan local. Kearifan lokal merupakan aset penting yang dimiliki oleh

Simeulue. Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, kearifan lokal

dapat dilestarikan dan dijadikan sebagai daya tarik wisata. Hal ini dapat membantu

melestarikan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Sehingga

pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal dapat menjadi strategi

pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan mengembangkan produk wisata

yang berbasis kearifan lokal, pariwisata dapat dikembangkan dengan memperhatikan

aspek keberlanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi

masyarakat lokal dan lingkungan.

Peneliti akhirnya menyimpulkanbahwa strategi pengembangan produk wisata

berbasis kearifan lokal menarik untuk diteliti karena masi sedikit sekali peneliti yang

membahas tentang strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan local

khususnya yang berlokus di Kabupaten Simeulue dan juga produk wisata berbasis kearifan

lokal menawarkan pengalaman wisata yang unik dan autentik. Hal ini dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung ke Simeulue dan mengalami langsung kearifan lokal yang

dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

lokal dalam pengembangan pariwisata.

4
Melestarikan kearifan local, Kearifan lokal merupakan aset penting yang dimiliki oleh

Simeulue. Dengan pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, kearifan lokal

dapat dilestarikan dan dijadikan sebagai daya tarik wisata. Hal ini dapat membantu

melestarikan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Dengan demikian, penelitian mengenai strategi pengembangan produk wisata

berbasis kearifan lokal sangat penting dilakukan dan menarik untuk diteliti. Penelitian

tersebut dapat membantu meningkatkan potensi pariwisata Indonesia pada umumnya dan

di Kabupaten Simeulue secara khusus, melestarikan kearifan lokal, memberikan

pengalaman wisata yang unik dan autentik, meningkatkan partisipasi masyarakat lokal

dalam pengembangan pariwisata, serta menjadi strategi pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk menggali dan mendalami suatu permaslahan yang telah diungkapkan diatas. Bertitik

tolak pada kenyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Strategi Pengembangan Produc wisata Berbasis kearifan local Desa Matanurung

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue”.

1. 2. Rumusan Masalah Penelitian

Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang ada pada

objek penelitian yang akan diteliti. Seperti yang telah disinggung di dalam latar belakang

masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, Peneliti menyimpulkan ada beberapa

masalah dalam Strategi Pengembangan Produk wisata Berbasis kearifan lokal Desa

Matanurung Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue? Maka dirumuskan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

5
a. Bagaimana mengidentifikasi produk wisata berbasis kearifan local masyarakat Desa

Matanurung Kabupaten Simeulue?

b. Bagaimana mengemas produk wisata berbasis kearifan local masyarakat Desa

Matanurung Barat Kabupaten Simeulue?

1. 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. 3. 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana memetakan potensi kearifan

local budaya masyarakat simeulue sehingga dapat dikemas menjadi produk wisata di

Desa Matanurung kabupaten simeulue, yang secara rinci dirumuskan sebagai berikut:

a. Teridentifikasinya produk wisata berbasis kearifan lokal masyarakat Desa

Matanurung Barat Kabupaten Simeulue?

b. Adanya rekomendasi pengemasan produk wisata berbasis kearifan lokal Desa

Matanurung Kabupaten Simeulue?

1. 3. 1. Kegunaan Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan baik secara teoretis

maupun secara praktis, meliputi:

a. Manfaat teoretis

Diharapkan menghasilkan temuan substantif maupun formal dalam membawa

wacana baru dalam teori pariwisata khususnya bidang ilmu penerapan pariwisata

sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan pariwisata maupun output atau

lulusan dari perguruan tinggi pariwisata terapan.

6
b. Manfaat praktis

Sebagai bahan informasi dan koreksi demi peningkatan kualitas penyelenggaraan

Pendidikan vokasi pariwisata, dan memberikan kontribusi bagi perguruan tinggi

untuk melaksanakan pendidikan berkualitas dalam rangka menghasilkan lulusan

yang memiliki kompetensi hard skill di bidang pariwisata.

1. 4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual tentang strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan

lokal:

1. Identifikasi kearifan lokal yang dapat menjadi daya tarik wisata. Langkah pertama

dalam pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal adalah mengidentifikasi

kearifan lokal yang dapat menjadi daya tarik wisata. Hal ini dapat dilakukan dengan

melakukan Fokus Group Diskusi (FGD).

2. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengemasan produk wisata. Pengemasan

produk wisata berbasis kearifan lokal harus melibatkan masyarakat setempat dalam

proses pengemasan dan pengelolaannya. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan wisata, serta memberikan manfaat ekonomi yang

lebih besar bagi masyarakat lokal.

3. Adanya rekomendasi pengemasan produk wisata berbasis kearifan local dengan

menggunakan metode Berck marcking analisis

Dengan kerangka konseptual ini, diharapkan pengembangan produk wisata berbasis

kearifan lokal dapat dilakukan secara terstruktur dan efektif, sehingga dapat meningkatkan

nilai

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan strategi produk wisata

berbasis kearifan lokal. Salah satu penelitian yang relevan adalah penelitian oleh Sukmadi

dkk. (2020) mengenai optimalisasi ekowisata berbasis kearifan lokal sebagai strategi

pengembangan desa wisata Sepakung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi optimalisasi ekowisata, kearifan lokal, hambatan dan pendukung, serta

kesejahteraan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kearifan lokal dan

pengembangan desa wisata. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Desa Wisata

Sepakung.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian oleh Hastuti dkk. (2013) mengenai model

pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal sebagai strategi pengentasan kemiskinan

dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi model pengembangan desa wisata, kearifan lokal, kemiskinan, dan

pengembangan wilayah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kearifan lokal

dan pengembangan wilayah. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Desa Wisata

Nglanggeran.

Kesamaan variabel dalam kedua penelitian ini adalah kearifan lokal, pengembangan

desa wisata, dan kesejahteraan. Kesamaan metode adalah metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Secara keseluruhan, kedua penelitian tersebut memiliki fokus yang

sama, yaitu mengkaji strategi pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal sebagai

8
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah yang

berkelanjutan Kesamaan teori adalah teori kearifan lokal dan pengembangan desa wisata.

Jenis objek penelitiannya adalah desa wisata.

2. 2. Konsep Strategi

Sejarah perkembangan konsep strategi perencanaan pariwisata dimulai pada abad ke-

17 ketika terjadi revolusi industri di Inggris. Mekanisasi dan kemajuan transportasi saat itu

telah menyebabkan produktivitas kerja meningkat, pekerjaan menjadi lebih efisien,

pendapatan meningkat, dan perjalanan menjadi lebih mudah dilakukan. Ini memicu minat

masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat baru.

Konsep strategi merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang digunakan untuk

mencapai tujuan tertentu dalam situasi yang kompleks. Konsep ini melibatkan pemilihan

tujuan, identifikasi sumber daya yang tersedia, dan pengembangan rencana tindakan untuk

mencapai tujuan tersebut. Strategi juga melibatkan analisis lingkungan internal dan eksternal

organisasi untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dapat

mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Selain itu, strategi juga melibatkan pemilihan

jenis tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, seperti pengembangan produk,

ekspansi pasar, atau diversifikasi bisnis. Dengan menerapkan konsep strategi dengan baik,

suatu organisasi dapat mencapai tujuannya dengan lebih efektif dan efisien, serta dapat

menghadapi situasi yang kompleks dengan lebih baik.

Dalam keseluruhan, konsep strategi melibatkan pemilihan tujuan, identifikasi sumber

daya yang tersedia, analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, pemilihan jenis

tindakan yang harus dilakukan, dan evaluasi kinerja organisasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

9
2. 3. Produk Wisata

Produk wisata merupakan segala hal yang menarik minat wisatawan untuk melakukan

perjalanan ke suatu tempat. Produk wisata dapat berupa objek wisata, daya tarik wisata, atau

kegiatan wisata yang menarik minat wisatawan. Sejarah produk wisata dapat ditelusuri

kembali ke zaman dahulu, di mana manusia telah melakukan perjalanan jauh untuk

berdagang, berziarah, atau mengeksplorasi tempat-tempat baru. Pada zaman modern, produk

wisata mulai berkembang pesat seiring dengan semakin banyaknya orang yang memiliki

waktu dan uang untuk melakukan perjalanan.

Konsep produk wisata melibatkan identifikasi dan pengembangan produk wisata yang

menarik minat wisatawan. Asumsi dari konsep produk wisata adalah bahwa produk wisata

yang menarik minat wisatawan akan membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi daerah yang

dikunjungi. Dalam pengembangan produk wisata, perlu dilakukan analisis pasar untuk

mengetahui preferensi dan kebutuhan wisatawan, serta analisis lingkungan untuk mengetahui

potensi dan keunikan daerah yang dikunjungi.

Produk pariwisata merupakan bauran dari berbagai elemen, seperti atraksi, aksesibilitas,

amenitis, kelembagaan, dan networking. Atraksi merupakan daya tarik wisata yang terdiri dari

alam, budaya, dan acara budaya. Aksesibilitas mencakup infrastruktur, sarana, dan prasarana

transportasi agar wisatawan dapat dengan mudah mengakses destinasi pariwisata. Amenitis

meliputi fasilitas utama dan pendukung di destinasi pariwisata untuk memperoleh kesenangan,

seperti akomodasi, restoran, dan pusat oleh-oleh. Kelembagaan meliputi lembaga

penyelenggara perjalanan wisatawan seperti pemandu wisata, biro perjalanan, dan

pemesanan tiket. Networking meliputi jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang

ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional. Dalam pengembangan produk

pariwisata, perlu memperhatikan semua elemen tersebut agar produk pariwisata dapat

10
menarik minat wisatawan dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi daerah yang

dikunjungi

2. 4. Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah kemampuan suatu budaya tertentu untuk menjaga pengaruh

budaya asing ketika mereka saling berhubungan. Teori kearifan lokal pertama kali

diperkenalkan oleh Quaritch Wales pada tahun 1948-19491. Konsep kearifan lokal kemudian

berkembang dalam perencanaan pariwisata dunia sebagai suatu upaya untuk membangun

pariwisata yang berkelanjutan dan memperhatikan kearifan lokal suatu daerah. Asumsi dalam

perencanaan pariwisata berbasis kearifan lokal adalah bahwa pariwisata akan lebih sukses

jika didasarkan pada kearifan lokal dan melibatkan masyarakat setempat dalam

pengembangan dan pengelolaannya, teori ini dapat dijadikan dasar dalam pengembangan

pariwisata berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan pengetahuan dan kearifan yang

dimiliki oleh masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sekitar

Dalam pengembangan pariwisata, kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata

yang unik dan berbeda dengan daerah lain. Pemanfaatan kearifan lokal dalam pengembangan

pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, serta melestarikan

budaya dan lingkungan setempat.

2. 5. Konsep Strategi Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata

Perencanaan pariwisata merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam

pengembangan pariwisata di suatu daerah. Proses perencanaan tersebut didasari oleh

penelitian dan evaluasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan kontribusi pariwisata terhadap

kesejahteraan manusia dan kualitas lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh Getz dalam

Pearce (1989), perencanaan pariwisata haruslah dilakukan secara matang dan terencana

11
agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat setempat dan lingkungan

sekitar. proses perencanaan pariwisata dimulai dengan penelitian dan evaluasi terhadap

potensi pariwisata yang ada di suatu daerah. Hal ini meliputi identifikasi atraksi wisata,

infrastruktur, fasilitas, dan sumber daya manusia yang tersedia. Setelah itu, perlu dilakukan

analisis pasar untuk mengetahui preferensi dan kebutuhan wisatawan yang menjadi target

pasar. Dari hasil analisis tersebut, dapat dikembangkan produk pariwisata yang sesuai dengan

kebutuhan dan minat wisatawan. pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki

potensi besar dalam meningkatkan perekonomian suatu daerah. Oleh karena itu,

pengembangan pariwisata menjadi salah satu prioritas bagi pemerintah dan masyarakat

setempat. Namun, pengembangan pariwisata tidak dapat dilakukan secara sembarangan.

Diperlukan strategi pengembangan pariwisata yang matang dan terencana agar dapat

memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Strategi pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu rencana atau

tindakan yang dilakukan untuk mengembangkan potensi pariwisata suatu daerah dengan

tujuan meningkatkan perekonomian, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat

setempat. Strategi ini meliputi berbagai aspek, seperti pengembangan produk wisata,

pengembangan pasar, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur,

dan pengembangan promosi.

Pengembangan produk wisata merupakan salah satu aspek penting dalam strategi

pengembangan pariwisata. Produk wisata merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan produk wisata

yang menarik dan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pengembangan produk wisata

dapat dilakukan dengan memperhatikan keunikan dan kekhasan suatu daerah, seperti

budaya, kuliner, alam, sejarah, dan lain sebagainya.

12
Perencanaan dan pengembangan adalah konsep yang saling terkait dan penting dalam

pengembangan suatu bidang, termasuk dalam bidang pariwisata. Menurut para ahli,

perencanaan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana untuk mencapai tujuan

tertentu dalam pengembangan suatu bidang, dengan mempertimbangkan sumber daya yang

tersedia dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut

Konsep perencanaan dan pengembangan adalah dua konsep yang saling terkait dan

penting dalam pengembangan suatu bidang, termasuk dalam bidang pariwisata. Perencanaan

adalah suatu proses sistematis dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu, sementara

pengembangan adalah suatu proses untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu bidang

dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Kedua konsep ini perlu

dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam pengembangan pariwisata agar dapat

memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat setempat dan lingkungan sekitar.

2.6. Konsep wisata berbasis kearifan lokal

Wisata berbasis kearifan lokal adalah suatu jenis wisata yang berfokus pada

pengembangan kearifan lokal sebagai daya tarik wisata. Strategi produk wisata berbasis

kearifan lokal bertujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan produk wisata yang

berasal dari kearifan lokal suatu daerah. Produk wisata tersebut dapat berupa produk

kerajinan, makanan khas, tarian tradisional, dan sebagainya. Strategi produk wisata berbasis

kearifan lokal dapat meningkatkan nilai tambah produk wisata dan memperkuat identitas suatu

daerah.

Salah satu teori yang mendukung strategi produk wisata berbasis kearifan lokal adalah

konsep pariwisata berkelanjutan. Konsep ini menekankan pentingnya pengembangan

pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta sosial-budaya. Dalam

13
pengembangan pariwisata berkelanjutan, kearifan lokal dapat menjadi salah satu daya tarik

wisata yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

Dalam konsep pariwisata berkelanjutan, pengembangan pariwisata harus

memperhatikan dampak lingkungan dan sosial-budaya yang ditimbulkan. Hal ini dilakukan

untuk menjaga keberlanjutan pariwisata dan mencegah dampak negatif yang dapat merusak

lingkungan dan budaya lokal. Dalam hal ini, pengembangan produk wisata berbasis kearifan

lokal dapat menjadi salah satu solusi untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan.

Dengan mengembangkan produk wisata berbasis kearifan lokal, dapat meningkatkan

keberlanjutan lingkungan dan sosial-budaya serta memberikan nilai tambah bagi produk

wisata.

Selain itu, strategi produk wisata berbasis kearifan lokal juga didukung oleh konsep

pariwisata budaya. Konsep ini menekankan pentingnya pelestarian dan pengembangan

budaya lokal dalam pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata budaya,

kearifan lokal dapat menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik minat wisatawan

untuk mengunjungi suatu daerah.

Pariwisata budaya dapat diartikan sebagai suatu bentuk pariwisata yang berfokus pada

pengembangan dan pelestarian budaya lokal. Pariwisata budaya dapat mencakup berbagai

jenis wisata seperti wisata sejarah, wisata kuliner, wisata seni, dan sebagainya. Dalam

pengembangan pariwisata budaya, kearifan lokal dapat menjadi salah satu daya tarik wisata

yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah. Dengan

mengembangkan produk wisata berbasis kearifan lokal, dapat memperkuat identitas budaya

suatu daerah serta memberikan nilai tambah bagi produk wisata. di samping itu, strategi

produk wisata berbasis kearifan lokal juga dapat didukung oleh konsep pariwisata kreatif.

Konsep ini menekankan pentingnya pengembangan produk wisata yang kreatif dan inovatif

dalam pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata kreatif, kearifan lokal

14
dapat menjadi salah satu sumber inspirasi untuk mengembangkan produk wisata yang unik

dan menarik.

Pariwisata kreatif dapat diartikan sebagai suatu bentuk pariwisata yang berfokus pada

pengembangan produk wisata yang kreatif dan inovatif. Pariwisata kreatif dapat mencakup

berbagai jenis wisata seperti wisata seni dan budaya, wisata kuliner, wisata mode, dan

sebagainya. Dalam pengembangan pariwisata kreatif, kearifan lokal dapat menjadi salah satu

sumber inspirasi untuk mengembangkan produk wisata yang unik dan menarik. Dengan

mengembangkan produk wisata berbasis kearifan lokal, dapat meningkatkan nilai tambah

produk wisata serta memberikan pengalaman wisata yang berbeda dan menarik bagi

wisatawan. Selain itu, strategi produk wisata berbasis kearifan lokal juga dapat didukung oleh

konsep pariwisata partisipatif. Konsep ini menekankan pentingnya partisipasi masyarakat

dalam pengembangan pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata partisipatif, kearifan lokal

dapat menjadi salah satu sumber inspirasi untuk melibatkan masyarakat dalam

pengembangan produk wisata.

Pariwisata partisipatif dapat diartikan sebagai suatu bentuk pariwisata yang melibatkan

masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Pariwisata partisipatif dapat

mencakup berbagai jenis wisata seperti wisata desa, wisata homestay, dan sebagainya.

Dalam pengembangan pariwisata partisipatif, kearifan lokal dapat menjadi salah satu sumber

inspirasi untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan produk wisata. Dengan

melibatkan masyarakat dalam pengembangan produk wisata, dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan pariwisata serta memberikan nilai tambah bagi produk

wisata.

Dalam pengembangan strategi produk wisata berbasis kearifan lokal, terdapat beberapa

faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal

harus dilakukan dengan memperhatikan kearifan lokal yang ada di suatu daerah. Kedua,

15
pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal harus dilakukan dengan memperhatikan

keberlanjutan lingkungan dan sosial-budaya. Ketiga, pengembangan produk wisata berbasis

kearifan lokal harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat dalam

pengembangan produk wisata. dalam mengembangkan produk wisata berbasis kearifan lokal,

terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan. Pertama, pengembangan produk wisata

berbasis kearifan lokal dapat dilakukan dengan memperkenalkan kearifan lokal yang ada di

suatu daerah melalui promosi dan pemasaran. Kedua, pengembangan produk wisata berbasis

kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengembangkan produk wisata yang berasal dari

kearifan lokal tersebut. Ketiga, pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal dapat

dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam pengembangan produk wisata. dalam

mengembangkan produk wisata berbasis kearifan lokal, terdapat beberapa tantangan yang

perlu dihadapi. Pertama, terdapat tantangan dalam mempertahankan kearifan lokal yang ada

di suatu daerah. Kedua, terdapat tantangan dalam mengembangkan produk wisata yang

sesuai dengan kearifan lokal yang ada di suatu daerah. Ketiga, terdapat tantangan dalam

melibatkan masyarakat dalam pengembangan produk wisata. dalam mengatasi tantangan

tersebut, terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan. Pertama, solusi untuk

mempertahankan kearifan lokal yang ada di suatu daerah adalah dengan meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian kearifan lokal. Kedua, solusi untuk

mengembangkan produk wisata yang sesuai dengan kearifan lokal yang ada di suatu daerah

adalah dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk wisata yang sesuai dengan

kearifan lokal tersebut. Ketiga, solusi untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan

produk wisata adalah dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat

mengenai pengembangan produk wisata. kesimpulannya, strategi produk wisata berbasis

kearifan lokal dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam pengembangan pariwisata.

Strategi ini didukung oleh beberapa konsep pariwisata seperti pariwisata berkelanjutan,

16
pariwisata budaya, pariwisata kreatif, dan pariwisata partisipatif. dalam mengembangkan

produk wisata berbasis kearifan lokal, perlu diperhatikan keberlanjutan lingkungan dan sosial-

budaya serta melibatkan masyarakat dalam pengembangan produk wisata. Terdapat

beberapa tantangan dalam pengembangan produk wisata berbasis kearifan lokal, namun

tantangan tersebut dapat diatasi dengan solusi yang tepat.

2.7. Model Analisis

1. fokus group discussion (FGD)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu solusi yang dapat diberikan yaitu

dengan menerapkan fokus group discussion (FGD). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bisjoe (2018) menyatakan bahwa metode FGD dapat memberikan data yang

lebih mendalam, informati, dan bernilai, kemudian dari segi kepraktisan model ini hemat biaya,

dan dapat mengumpulkan data lebih banyak dengan waktu yang singkat.

2. Benchmarking

Proses pengukuran secara berkesinambungan dan membandingkan satu atau lebih

bisnis proses perusahaan dengan perusahaan yang terbaik di proses bisnis tersebut, untuk

mendapatkan informasi yang dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan

mengiplementasikan peningkatan proses bisnis (Andersen, 1996).

3. Tahapan Benchmarking

Andersen dan Pettersen (1996) juga menjelaskan tahapan proses Benchmarking dalam

lima tahapan, yang biasa disebut juga dengan Benchmarking wheel. Yang terdiri dari:

1) tahapan perencanaan ini, aktivitas - aktivitas yang dilakukan antara lain adalah

melakukan penilaian performa periode yang telah berjalan, dan menetapkan

kinerja perusahaan yang akan dibandingkan dengan perusahaan yang dipilih

17
menjadi acuan kinerja perusahaan. Penilaian performa periode yang telah

berjalan, berguna sebagai dasar untuk menentukan kinerja perusahaan yang

akan di benchmark dengan perusahaan yang dipilih menjadi acuan kinerja

perusahaan.

2) mecari perusahaan yang potensial sebagai partner untuk melakukan benchmark.

Setelah itu, dilakukan pembandingan antara kandidat ±kandidat tersebut,

manakah perusahaan yang paling potensial sebagai mitra untuk melakukan

benchmark. Dan kemudian, dilakukan kontak terhadap perusahaan yang paling

potensial sebagai mitra benchmark untuk memastikan bahwa perusahaan

tersebut menerima untuk dilakukan benchmark.

3) mengumpulkan berbagai informasi mengenai faktor - faktor kunci sukses dari

perusahaan yang mempunyai kinerja superior sebagai acuan kinerja

perusahaan. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

melakukan observasi langsung ke perusahan mitra benchmark, mecari informasi

melalui internet, dan melakukan wawancara langsung dengan manajer

perusahaan mitra benchmark tersebut.

4) melakukan analisa informasi yang telah dikumpulkan dari perusahaan yang

dipilih sebagai acuan kinerja perusahaan untuk melihat perbedaan kinerja

dengan perusahaan tersebut. Dan juga dilakukan analisa informasi mengenai

faktor-faktor kunci sukses yang membuat perusahaan yang dipilih sebagai acuan

kinerja perusahaan mempunyai kinerja superior, sebagai dasar untuk menyusun

program perbaikan kinerja perusahaan.

5) menyusun dan mengimplementasikan program perbaikan kinerja perusahaan,

agar memiliki kinerja superior seperti perusahaan yang dipilih sebagai acuan

kinerja perusahaan. Dan juga dilakukan, evaluasi terhadap program perbaikan

18
kinerja perusahaan yang telah diimplementasikan. menyusun dan

mengimplementasikan program perbaikan kinerja perusahaan, agar memiliki

kinerja superior seperti perusahaan yang dipilih sebagai acuan kinerja

perusahaan. Dan juga dilakukan, evaluasi terhadap program perbaikan kinerja

perusahaan yang telah diimplementasikan.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan riset terapan atau riset aplikasi atau applied research. Riset

terapan adalah riset yang didahului oleh penelitian dasar bertujuan untuk mencari dan

memperluas manfaat dari temuan dari penelitian dasar. Penelitian ini dapat dikategorikan

sebagai riset terapan karena berfokus pada penggunaan model-model yang berbasis pada

penelitian yang valid. Hasil dari penelitian ini juga dapat diaplikasikan untuk memecahkan dan

memberikan solusi konkrit terhadap masalah yang diangkat.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, yang

mengkaji populasi dan sampel khusus. Data diperoleh dengan instrument penelitian, dianalisis

melalui statistic hingga terujilah hipotesis yang sudah ditentukan. Sementara itu pendekatan

kualitatif merupakan metode yang berbasis pada filsafat postpositivisme dimana peneliti

adalah pelaku dan instrument utama, data diperoleh melalui triangulasi dan analisis bersifat

induktif (Sugiyono,2018)

Untuk menjawab rumusan masalah pada bab pendahuluan peneliti menggunakan

metode yang berbeda:

1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara

mendalam dan dokumentasi. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan metode ini

adalah temuan tentang fenomena untuk mengidentifikasi melakukan identifikasi

potensi wisata berbasis kearifan lokal

20
2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua peneliti menggunakan pendekatan

kuantitatif. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil yang diharapkan adalah

memperoleh konsep produk wisata yang dapat dikembangkan dan menjadi atraksi

wisata

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Matanurung Kabupaten Simeulue

Adapun alasan memilih lokasi ini antara lain:

1. Lokasi tersebut merupakan tujuan utama wisatawanmancanegara yang berkunjung

Kabupaten Simeulue

2. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang paling banyak di kunjungi wisatawan

macanegara

3. Lokasi tersebut perlu dikembangkan produk wisatanya untuk menambah atrtaksi

wisata

3,1,2, Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Mei sampai

dengan bulan Agustus 2023. Adapun timeline pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

No Kegiatan Bulan
3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan proposal v v v
penelitian
2 Seminar Proposal v
3 Perbaikan proposal v v
4 Observasi lapangan v v v

21
5 Penelitian dan v v v
analisis data
6 Penyusunan draft v v V
tesis
7 Revisi tesis v v v
8 Perencanaan v
sidang tesis

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Pendekatan Kualitatif

a. Populasi

Untuk menjawab rumusan masalah yang menggunakan pendekatan

kualitatif istilah yang digunakan untuk menjelaskan populasi menurut

Spradley adalah terdiri dari tiga elemen yaitu tempat, actor, dan aktivitas

(Prof. Dr. Sugiyono, 2020).

b. Sampel

Penentuan sampel dilakukan saat peneliti turun ke lapangan dengan cara

memilih orang untuk memberikan data yang dibutuhkan sebagai

narasumber atau informan. Selanjutnya berdasarkan data yang didapatkan

dari informan sebelumnya peneliti menetapkan informan berikutnya dan

terus berlanjut sampai data yang dibutuhkan lengkap. Penentuan sampel

ini juga disebut dengan Teknik snowball

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi.

Menurut, Widoyoko (2014:46) mengemukakan bahwa observasi merupakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang

22
Nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Dalam hal ini peneliti langsung

dating ke lokasi penelitian.

2) Wawancara

Menurut Utama (2012:64) berpendapat “bahwa wawancara merupakan proses

tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan. Teknik wawancara

banyak dilakukan sebab merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap

penelitian. Tanpa wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya

dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden”. Dalam penelitian

ini peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui informasi di Rumah Batik Tulis

Deandra dengan pihak pengelola yang sebagai pemilik industri batik tersebut.

Untuk alat yang digunakan adalah type recorder yang terdapat di Handphone

peneliti.

3) Forum Grup Discussion atau sering disebut dengan FGD merupakan suatu cara

atau Teknik diskusi dengan para pihak yang dianggap mampu memberikan

informasi penting terkait isu – isu penting yang akan didiskusikan.

3.5. Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu dengan

melakukan wawancara dan observasi untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang produk wisata

berbasis kearifan local yang bisa dijadikan atraksi wisata menurut Creswell dalam Utama

(2012:119) pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan

terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Dalam

23
penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif menurut Creswell dalam Utama (2012:119)

pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan

pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada

pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci

dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

3.5. Kerangka Pemikiran

STRATEGI PENGEMBANGAN

IDENTIFIKASI PENGEMASAN
PRODUK PRODUK

FGD Benchmarking

1. Akademisi 1. Plane
2. Pemerintah 2. Search
3. Bisnis 3. Observe
4. Komonitas 4. Analisis
5. Media 5. Adaptasi
6.

KESIMPULAN
PRODUK YANG
DIREKOMENDASIKAN

24
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M., Wibowo, A., (2013) Benchmarking Efisiensi Kontraktor Nasional dengan
Data
Envelopment Analysis, Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil
(KNPTS), 21November, Institut Teknologi Bandung, 389-398.
ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php
Buhalis, D. (2000). Marketing the competitive destination of the future. Tourism
Management, 21(1), 97-116.
Butler, R. W. (1980). The concept of a tourist area cycle of evolution: Implications for
management of resources
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang
Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pitana I. Gede, (1994), Pengantar Ilmu Pariwisata Budaya, Yogyakarta : CV AND
OFFSET(Penerbit Andi).
Putu Dewa Oka Prasiasa, (2013), Destinasi Pariwisata Berbasis Masyarakat, Jakarta
: Salemba Humanika.
Azwar, Saifuddin. (2004). Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaer

Belle R.A, (2000) Benchmarking and Enhancing Best Practices in the engineering and
Construction Sector, Jurnal of Management and Engineering, Januari/ February

Benur, A. & Bramwell, B. (2015). Tourism product development and product


diversification in destinations, Tourism Management, 50, 213–224,
doi:10.1016/j.tourman.2015.02.005.

Dewi, I. G. A. A. Y. (2018). Peran Generasi Milenial dalam Pengelolaan Sampah Plastik


di Desa Penatih Dingin Puri Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar
Public Inspiration, 2 (2), 111-125

Happy Marpaung, Pengetahuan Kepariwisataan, Penerbit Alpeno Raya, 2002

Hidayatullah, S., Waris, A., & Devianti, R. C. (2018). Perilaku Generasi Milenial dalam
Menggunakan Aplikasi Go-Food. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, 6(2).https://doi.org/10.26905/jmdk.v6i2.2560

Kadhyat, H. 1992.Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indonesia.

25
Kotler, Philip. R. , Jhon T. Bowen, James Makens. Marketing for Hospitality and
Tourism Sixth Edition. International Edition. Pearson ., 2009

Lancaster, L. C., & Stillman, D. (2002). When Generations Collide: Who They Are. Why
They Clash. How to Solve the Generational Puzzle at Work. New York:
HarperCollins

Pendit. Nyoman.S. (2001). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana.


Jakarta:Pradnya
Paramita

Soekadijo. R. G, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai Sistematic


Linkage, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Spillane, J. J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:


Kanisius.

Sugiama, A Gima. 2013. Manajemen Aset Pariwisata: Pelayanan Berkualitas Agar


Wisatawan Puas dan Loyal. Bandung: Guardaya Intimarta.

Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan


Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

https://www.kompasiana.com/fatwafadillah/5518f7b2a333110d13b6595c/smong-
budaya-yang-menyelamatkan

26

Anda mungkin juga menyukai