Anda di halaman 1dari 53

ARAHAN PENGEMBANGAN BERBASIS AGROWISATA DI

KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG

Disusun oleh:

Muhammad Syauqi Syamsulhadi


183060046

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan dan Sasaran................................................................................3
1.3.1 Tujuan...............................................................................................4
1.3.2 Sasaran..............................................................................................4
1.4 Ruang Lingkup........................................................................................4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................4
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi...............................................................5
1.5 Kerangka Berpikir..................................................................................1
1.6 Metodologi................................................................................................2
1.6.1 Metode Pendekatan..........................................................................2
1.6.2 Metode Pengumpulan Data.............................................................3
1.6.3 Metode Analisis................................................................................4
1.6.4 Matriks Analisis...............................................................................6
1.6.5 Kerangka Analisis............................................................................7
1.7 Sistematika Pembahasan........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Tinjauan Teori.........................................................................................9
2.1.1 Perencanaan.....................................................................................9
2.1.2 Wilayah.............................................................................................9
2.1.3 Perencanaan Wilayah....................................................................10
2.1.4 Pengembangan Wilayah................................................................10
2.1.5 Pariwisata.......................................................................................11
2.1.6 Potensi Wisata................................................................................12

i
2.1.7 Agrowisata......................................................................................13
2.1.8 Prinsip-prinsip Agrowisata...........................................................14
2.1.9 Pendekatan Pengembangan Agrowisata......................................15
2.2 Tinjauan Kebijakan..............................................................................16
2.2.1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
16
2.2.2 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun
2018 – 2025....................................................................................................17
2.3 Kajian Studi Terdahulu........................................................................17
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH.....................................................21
BAB IV RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki kekayaan alam dan kekayaan hayati yang sangat
beragam dan dapat dijadikan sebagai produk yang mampu menjadi andalan
perekonomian negara (Ernaldi, Edgardi Muhammad; 2010). Saat ini, Pemerintah
Indonesia sedang gencar meningkatkan pembangunan di berbagai sektor, mulai
dari sektor ekonomi hingga sektor pertanian. Pariwisata menjadi sektor unggulan
di Indonesia karena dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk
pariwisata yang berbasis agrowisata.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan pertanian yang sangat luas.
Rangkaian kegiatan pertanian dari budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan
daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata. Dengan menggabungkan kegiatan
agronomi dengan pariwisata, banyak perkebunan-perkebunan besar di Indonesia
dilakukan pengembangan untuk menjadi objek wisata agro. Pada umumnya, objek
agrowisata perkebunan tersebut berupa hamparan suatu area usaha pertanian milik
perusahaan dan milik masyarakat setempat, dengan orientasi objek keindahan
alam dan belum mengunggulkan atraksi keunikan dari aktivitas masyarakat lokat.
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha
dan lahan pertanian sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, serta hubungan usaha dalam bidang pertanian.
Melalui pengembangan agrowisata yang mengunggulkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, pendapatan petani akan meningkat bersamaan dengan upaya
melestarikan sumber daya lahan serta memelihata budaya maupun teknologi lokal
(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan
alaminya.
Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi
ekologis masing-masing lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian
sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan
agrowisata secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan positif kawasan

1
dan akan menjadi penting sebagai upaya pelestarian sumber daya lahan pertanian.
Lestarinya sumber daya lahan akan berdampak positif terhadap pelestarian
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Pengembangan agrowisata dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi
masyarakat disekitarnya, karena membutuhkan sumber daya manusia dalam upaya
pengembangan kawasan agrowisata itu sendiri. Hal tersebut dapat menahan atau
mengurangi arus urbanisasi yang saait ini semakin meningkat. Manfaat yang bisa
diperoleh dari adanya agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam,
melestarikan teknologi lokal, serta meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar
lokasi wisata.
Kecamatan Ciwidey menurut Perda Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun
2019 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-
2025 ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) yang kemudian
termasuk kedalam Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Kabupaten
Bandung. Rencana pembangunan KSPD Agrowisata dan Desa Wisata Ciwidey
meliputi hal berikut:
 Tema pengembangan produk pariwisata yang berupa Agroekowisata
Edukatif Budaya dan Sejarah
 Sasaran pengembangan berupa penerapan konsep pengembangan
kawasan Agroekowisata berbasis atraksi alam budaya dan sejarah dengan
mempertahankan kualitas lingkungan ekologi
Berdasarkan Perda Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016 tentang
RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036, Kecamatan Ciwidey termasuk
kedalam Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-
Rancabali yang ditetapkan sebagai sentra pertanian lahan basah dan holtikultura
dengan pengembangan agrowisata, industri rumah tangga skala UKM, dan
pendidikan. Kecamatan Ciwidey juga ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) yang termasuk dalam cakupan pelayanan pusat kegiatan dalam
Wilayah Pengembangan (WP) Soreang-Kutawaringin-Katapang.
Ditetapkannya Kecamatan Ciwidey dalam KSK Agropolitan Pasirjambu-
Ciwidey-Rancabali, karena ketiga wilayah tersebut saling bergantung satu dengan

2
yang lain. Perlu adanya pengembangan wilayah berbasis agrowisata di Kecamatan
Ciwidey, dikarenakan Kecamatan Ciwidey memiliki banyak lahan pertanian dan
sumber daya manusia, serta kondisi lingkungan yang beragam. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menunjang Kecamatan Ciwidey sebagai bagian dari kawasan
pariwisata untuk dapat mengembangkan wilayahnya dan meningkatkan
perekonomian wilayah itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan Ciwidey memiliki potensi untuk dilakukannya pengembangan
wilayah berbasis agrowisata karena memiliki keunggulan dari segi potensi wisata
alam dan pertanian. Kecamatan Ciwidey termasuk kedalam KSPD menurut Perda
Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-2025 dan juga termasuk kedalam KSK
Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali menurut Perda Kabupaten Bandung
Nomor 27 Tahun 2016 tentang RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036.
Merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021, kondisi eksisting sektor pariwisata
Kabupaten Bandung, termasuk Kecamatan Ciwidey, masih dihadapkan pada
belum optimalnya pengembangan pariwisata. Hal tersebut diakibatkan oleh
beberapa aspek, seperti belum memadainya infrastruktur pendukung, branding
dan pemasaran obyek wisata yang belum berjalan dengan baik, serta belum
adanya kerjasama yang intensif baik dengan masyarakat, dunia usaha, maupun
dengan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Bandung. Sehingga permasalahan
pariwisata, termasuk agrowisata, di Kabupaten Bandung belum termanfaatkan
secara optimal.
Disisi lain, untuk mengembangkan wisata agro di Kabupaten Bandung,
masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pertanian dan pariwisata,
juga pengetahuan tentang wisata agro di daerah lain sehingga dapat menjadi
motivasi untuk menciptakan wisata agro yang menarik bagi wisatawan.
Keberadaan wisata agro, selain bertumpu pada potensi alami yang dimiliki suatu
daerah, juga mengandalkan pada kerativitas masyarakat dan pemerintah setempat

3
untuk menjadikan pertanian di daerahnya menjadi suatu kawasan wisata yang
menarik.
Dengan demikian, berdasarkan permasalahan diatas maka timbulah suatu
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Ciwidey?
2. Apa saja potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata di
Kecamatan Ciwidey?
3. Bagaimana arahan pengembangan wilayah berbasis agrowisata di
Kecamatan Ciwidey?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi
potensi serta permasalahan agrowisata, dan terbentuknya arahan pengembangan
wilayah berbasis agrowisata di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Teridentifikasinya karakteristik wisata Kecamatan Ciwidey.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata
di Kecamatan Ciwidey.
3. Terumuskannya arahan pengembangan berbasis agrowisata di
Kecamatan Ciwidey.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kecamatan Ciwidey termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten
Bandung yang terletak disebelah selatan Kota Bandung. Kecamatan Ciwidey
mempunyai luas total sebesar 4.847 ha dan secara administratif Kecamatan
Ciwidey memiliki batasan administrasi sebagai berikut:
 Sebelah utara : Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat
 Sebelah timur : Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung
 Sebelah selatan : Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung

4
 Sebelah barat : Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat
Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Ciwidey sebanyak 86.760 jiwa yang
tersebar dalam tujuh desa.
Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey Tahun 2019
Nama Desa Jumlah Penduduk
Panundaan 13.900
Ciwidey 17.100
Panyocokan 13.140
Lebakmuncang 15.830
Rawabogo 8.500
Nengkelan 6.690
Sukawening 11.510
Jumlah 86.760
Sumber: Kecamatan Ciwidey Dalam Angka, 2020

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi


Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya karakteristik wisata Kecamatan Ciwidey dengan
menggunakan teknik analisis skoring untuk mengetahui jenis wisata agro
yang lebih dominan di Kecamatan Ciwidey. Jenis wisata agro yang akan
dianalisis berdasarkan pada empat komponen pariwisata yaitu atraksi
atau daya tarik wisata, aksesibilitas yang merupakan akses wisatawan
menuju lokasi objek wisata, amenitas yang berupa prasarana pariwisata,
serta ancilliary atau pelayanan tambahan penunjang kegiatan wisata agro.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata
di Kecamatan Ciwidey yang berdasarkan pada persepsi wisatawan yang
berkunjung dan pengamatan langsung dengan menggunakan teknik
analisis berupa analisis deskriptif kualitatif.
3. Terumuskannya arahan pengembangan berbasis agrowisata di
Kecamatan Ciwidey.
Untuk merumuskan arahan pengembangan, maka dilakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threats) untuk melihat terlebih dahulu potensi
dan permasalahan serta isu strategis yang terdapat di lokasi kajian. Dilakukan
analisis SWOT dengan membagi potensi dan masalah ke dalam SWOT, yang

5
dimana potensi dapat masuk kedalam Kekuatan (Strength) dan Peluang
(Opportunities), sedangkan masalah dapat masuk kedalam Kelemahan
(Weaknesses) dan Ancaman (Threats). Hasil analisis SWOT kemudian akan
diolah dan dianalisis untuk mengeluarkan arahan pengembangan yang sesuai
dengan data yang telah didapatkan.
Potensi dan permasalahan juga dapat dilihat melalui penilaian komponen
pariwisata. Komponen pariwisata tersebut berupa Attraction, Amenities,
Accesibilitiy, dan Accomodation. Dengan dilakukannya penilaian berdasarkan
komponen pariwisata tersebut, maka akan dapat lebih terlihat potensi dan
permasalahan yang ada di kawasan agrowisata lokasi kajian.

6
1.5 Kerangka Berpikir

Kecamatan Ciwidey dalam Perda Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016 tentang RTRW
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali dan juga ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) dalam Wilayah Pengembangan (WP) Soreang-Kutawaringin-Katapang.

Masyarakat belum sadar akan potensi yang dimiliki wilayahnya sehingga masih kurang optimal dalam
pengembangan wilayah tersebut.

Permasalahan
1. Kecamatan Ciwidey memiliki potensi untuk dilakukannya pengembangan wilayah berbasis
agrowisata karena memiliki keunggulan dari segi potensi wisata alam dan pertanian.
2. Potensi yang ada di Kecamatan Ciwidey menjadi kurang dimanfaatkan secara optimal apabila
masalah terkait wisata tidak ditemukan solusi penanganannya meskipun sudah ditetapkan dalam
peraturan daerah.
3. Pemerintah perlu memberikan dukungan dalam pengembangan, pengelolaan, pemasaran wisata, dan
hal lainnya yang terkait dengan wisata berbasis agrowisata.

Bagaimana arahan pengembangan wilayah berbasis


agrowisata di Kecamatan Ciwidey?

Kajian Teori
1. Perencanaan
2. Wilayah
3. Perencanaan Wilayah
Dasar Kebijakan 4. Pengembangan Wilayah
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 5. Pariwisata
tentang Kepariwisataan 6. Potensi Wisata
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung 7. Agrowisata
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana
Data
Induk Pembangunan Kepariwisataan
1. Aspek fisik dasar wilayah
Daerah Tahun 2018 – 2025
2. Jenis wisata agro
3. Luas wilayah pertanian
4. Jenis tanaman pertanian
5. Sebaran fasilitas sarana dan prasarana
6. Jumlah wisatawan

Perumusan arahan pengembangan wilayah berbasis agrowisata di Kecamatan Ciwidey

Analisis Karakteristik Analisis Potensi dan Masalah Analisis Isu


Wisata Pengembangan Agrowisata Strategis

Arahan pengembangan berbasis agrowisata di Kecamatan Ciwidey

1
1.6 Metodologi
1.6.1 Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods.
Mixed Methods (metode campuran) merupakan suatu prosedur dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan “mencampur” metode kuantitatif dan kualitatif
dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk memahami
permasalahan dalam penelitian (Creswell & Plano Clark). Pendekatan ini
dilakukan secara gabungan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang permasalahan dan pertanyaan penelitian daripada jika dilakukan
secara terpisah atau sendiri-sendiri. Selanjutnya Sugiyono (2014, hlm. 404)
menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) merupakan
suatu metode penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara
metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-
sama dalam suatu penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif,
valid, reliabel, dan obyektif.
Dalam upaya mencapai tujuan dari penelitian ini, maka dirumuskan
berbagai teori dan teknik analisis yang akan digunakan untuk mencari isu
pengembangan Kecamatan Ciwidey. Metode kuantitatif dalam penelitian ini
dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh dan hubungan antara karakteristik
kondisi fisik wilayah, kependudukan, ekonomi, serta sarana dan prasarana untuk
perencanaan Kecamatan Ciwidey. Sedangkan metode kualitatif dalam penelitian
ini dilakukan untuk analisis arahan pengembangan wilayah.
1. Pendekatan Teoritis
Pendekatan teoritis dilakukan guna memperoleh data-data yang
berupa jurnal, undang-undang, laporan, buku teks, dan lain sebagainya. Hal
ini bertujuan untuk mendukung penulis dalam penelitian yang berkaitan
dengan penelitian yang dikerjakan.
2. Pendekatan Lapangan
Pendekatan lapangan biasanya dilakukan oleh peneliti di lokasi
penelitian yang telah ditentukan, disini penulis melakukan pengamatan/

2
observasi untuk menghimpun keterangan-keterangan mengenai keadaan
yang sebenarnya di lapangan.
3. Pendekatan Stakeholders
Pendekatan yang dilakukan penulis dalam menghimpun
informasi/data dari masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait melalui
media kuesioner dan juga wawancara.
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, dimana penelitian yang
dilakukan dibuat berdasarkan fakta, sifat hubungan fenomena yang diselidiki di
lapangan dan kemudian dijabarkan secara sistematis. Penelitian deskriptif pada
umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara,
ataupun observasi hal ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang lengkap dan
akurat dari suatu situasi (Boyd, et al, 1989).
1.6.2 Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer
a) Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengamati keadaan
wilayah yang dikaji, permasalahan pada wilayah studi, potensi yang ada
dalam wilayah studi, dan lainnya. Observasi lapangan adalah penelitian
yang dilakukan secara langsung dengan mengamati kondisi eksisting
wilayah yang dikaji.
Tabel 1. 2 Observasi Lapangan
Poin Penjelasan Poin Metode Bentuk
Alat
Observasi Observasi Observasi Dokumentasi
Atraksi  Daya Tarik Alami: Teknik  Kamera  Foto
Anugerah keindahan dan Visualisasi  Telepon  Video
keunikan yang disediaan genggam
alam, seperti lansekap  Alat tulis
pemandangan,
pegunungan, hamparan
sawah, udara sejuk, air,
sungai, hutan, dll.
 Daya Tarik Budaya:
Kebudayaan masyarakat
setempat, seperti
upacara/ritual, adat
istiadat, seni

3
Poin Penjelasan Poin Metode Bentuk
Alat
Observasi Observasi Observasi Dokumentasi
pertunjukan, kerajinan
tangan, sanggar seni, dll.
 Daya Tarik Khusus:
Daya tarik yang
ditawarkan oleh objek
wisata, seperti museum
pertanian (yang
didalamnya berisi
peralatan pertanian), area
outbound, wahana
olahraga, wahana
bermain, jogging track,
wahana permainan
keluarga, dll.
 Prasarana umum:
Ketersediaan
pembangkit tenaga
listrik, penyediaan air
bersih, jaringan jalan,
jaringan telekomunikasi,
sistem pembuangan, dll.
 Prasarana kebutuhan
masyarakat: Rumah
sakit, apotek, pom
bensin, perbankan, dll.
 Sarana pokok
kepariwisataan:
Amenitas ketersediaan biro
perjalanan wisata,
penginapan, agen
perjalanan, dll.
 Sarana pelengkap
pariwisata: ketersediaan
sarana olahraga,
ketersediaan sarana
rekreasi, dll.
 Sarana penunjang
kepariwisataan:
Ketersediaan toko
cinderamata, gedung
pertunjukan, dll.
Aksesibilitas Aksesibilitas menuju dan
di lokasi suatu objek
wisata: seperti ketersediaan
jalan, jarak dari pusat kota,

4
Poin Penjelasan Poin Metode Bentuk
Alat
Observasi Observasi Observasi Dokumentasi
sarana transportasi umum,
dll.
 Pemasaran pembangunan
fisik: Pemasaran jalan
raya, rel kereta api, air
minum, kelistrikan,
telekomunikasi, dll.
Ancilliary
 Tourist information
(Pelayanan
centre: ketersediaan
Tambahan)
pelayanan informasi
untuk wisatawan terkait
objek wisata yang berupa
brosur, pamflet, poster,
dll.
Bangunan penunjang
kegiatan selama berada di
lokasi objek wisata, seperti
sistem pengairan, terminal
Infrastruktur
pengangkutan, sumber
listrik dan energi, sistem
pembuangan limbah, jalan
raya, dll.
Keramahtamahan
masyarakat dalam
Hospitality
menyambut dan melayani
(Keramahan)
wisatawan yang
berkunjung.
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

b) Wawancara
Wawancara kualitatif terjadi ketika peneliti menanyakan berbagai
pertanyaan terbuka (open-ended questions) umum kepada seseorang
partisipan atau lebih (Creswell, 2015). Narasumber dalam penelitian ini
merupakan key informan berdasarkan pengetahuannya terkait dengan
pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey yang dilakukan kepada
pemerintah kabupaten (Disparbud Kabupaten Bandung), perangkat
pemerintah Kecamatan Ciwidey, ketua kelompok pertanian, serta wisatawan
yang berkunjung di Kecamatan Ciwidey.
Teknik pemilihan narasumber dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling  adalah teknik mengambil

5
sampel tidak secara acak, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas
adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006).
Dalam pengertian lain, purposive sampling merupakan teknik pengambilan
informan kunci yang dianggap mengetahui informasi yang berkaitan dengan
penelitian dan dapat merepresentasikan pihak yang dianggap mengetahui
informasi mengenai penelitian (Widyastuti, 2016). Proses pengambilan
sampel dilakukan secara tidak acak dengan teknik kuota sampling, yaitu
cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai
jumlah kuota yang telah ditentukan. Dalam pemilihan narasumber penelitian
ini menggunakkan purposive sampling dimana berdasarkan kriteria –
kriteria tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Kemudian ada beberapa kriteria narasumber yang ditetapkan oleh peneliti
yaitu:
1. Termasuk kedalam pelaku kegiatan wisata pertanian yang terlibat
dalam pengembangan agrowisata.
2. Mengetahui potensi pengembangan agrowisata yang ada di
Kecamatan Ciwidey.
3. Mengetahui dan memahami pengembangan agrowisata yang ada di
Kecamatan Ciwidey.
Berdasarkan kriteria narasumber yang telah ditetapkan, narasumber
yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah delapan (8) orang, yakni Kepala
Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Kepala Kecamatan Ciwidey,
Ketua Kelompok Pertanian, Akademisi yang terlibat dalam pengembangan
agrowisata, masyarakat yang bekerja sebagai petani, serta wisatawan yang
berkunjung sebanyak tiga orang.
Tabel 1. 3 Topik dan Kriteria Narasumber
Metode Narasumber Topik Kriteria
Wawancara  Kepala Bidang  Komponen 1. Termasuk kedalam
Pengembangan Pariwisata pelaku kegiatan
Destinasi Pariwisata  Jumlah wisata pertanian
 Kepala Kecamatan wisatawan yang yang terlibat dalam
Ciwidey berkunjung pengembangan
dalam kurun agrowisata.
waktu tertentu 2. Mengetahui

6
Metode Narasumber Topik Kriteria
 Kepala Kecamatan potensi
 Jenis-jenis wisata
Ciwidey pengembangan
agro
 Ketua Kelompok agrowisata yang
 Jenis-jenis
Pertanian ada di Kecamatan
tanaman
 Akademisi yang terlibat Ciwidey.
 Ketersediaan
dalam pengembangan 3. Mengetahui dan
sarana dan
agrowisata memahami
prasarana wisata
 Masyarakat yang bekerja pengembangan
agro
sebagai petani agrowisata yang
 Pengembangan
 Wisatawan yang ada di Kecamatan
agrowisata
berkunjung Ciwidey.
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

c) Dokumentasi
Merupakan salah satu untuk merekam data-data eksisting.
Dokumentasi ini bertujuan sebagai bukti otentik bagaimana suasana atau
kondisi pada wilayah yang dikaji. Dokumentasi dapat diambil dalam bentuk
foto dan/atau video di wilayah penelitian.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan metode pengumpulan data dari
literatur yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain) dengan mencari data dari instansi pemerintahan.
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
informasi terkait komponen wisata agro yang diperoleh dari dokumen masterplan
pariwisata kecamatan, profil kecamatan, jenis-jenis wisata agro, RPJM Kecamatan
Ciwidey Kabupaten Bandung, SHP Administrasi Kecamatan dan Album Peta, dan
dokumen lainya terkait pengembangan agrowisata.. Untuk memudahkan
pencarian data sekunder dalam penelitian sebagai input data yang kemudian akan
menjadi bahan analisis akan dijabarkan dibawah ini.
Tabel 1. 4 Data Sekunder
Data Yang
No. Instansi Bentuk Data Tahun Lokasi
Dibutuhkan
1 Masterplan dan Dinas  Dokumen Terbaru Komplek Pemda,
dokumen Kebudayaan dan  SHP dan Jalan Raya
lainnya terkait Pariwisata Album Peta Soreang Km. 17,
pariwisata Kabupaten Pamekaran,
kecamatan Bandung Soreang,
Kabupaten

7
Data Yang
No. Instansi Bentuk Data Tahun Lokasi
Dibutuhkan
Bandung, Jawa
Barat 40912
 SHP
Jalan Raya
Administrasi Dinas Pekerjaan
Soreang-Banjaran
Kecamatan Umum dan Tata
Km. 3, Soreang,
2  SHP Ruang
Kabupaten
Penggunaan Kabupaten
Bandung, Jawa
Lahan Bandung
Barat 40911
Pertanian
 Profil
Kecamatan
 RPJM Kecamatan
Kecamatan Pemerintah Ciwidey,
3 Ciwidey Kecamatan Kabupaten
 Jenis-jenis Ciwidey Bandung, Jawa
wisata agro di Barat
Kecamatan
Ciwidey
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

1.6.3 Metode Analisis


1) Identifikasi Karakteristik Wisata Kecamatan Ciwidey
Metode yang digunakan berupa teknik analisis skoring dalam
menentukan skor pada tingkat kepuasan wisatawan terhadap wisata agro di
Kecamatan Ciwidey. Karakteristik wisata yang dilihat merupakan jenis-
jenis wisata agro yang ada di Kecamatan Ciwidey.
2) Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengembangan Agrowisata di
Kecamatan Ciwidey
Metode yang digunakan berupa teknik analisis deskriptif kualitatif
yang dilihat berdasarkan pengamatan langsung dan menurut wisatawan
yang berkunjung. Teknik analisis ini untuk mengetahui potensi dan
permasalahan pengembangan agrowisata berdasarkan persepsi wisatawan.
3) Arahan Pengembangan Berbasis Agrowisata di Kecamatan Ciwidey
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif, dimana
penelitian yang dilakukan dibuat berdasarkan fakta, sifat hubungan
fenomena yang diselidiki di lapangan dan kemudian dijabarkan secara
sistematis. Penelitian ini juga didukung dengan data primer dan data

8
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara,
dokumentasi, dan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
survei permintaan data kepada instansi-instansi terkait.
Analisis yang dilakukan merupakan analisis untuk mendukung
tercapainya arahan pengembangan. Analisis karakteristik wisata, serta
potensi dan permasalahan untuk menghasilkan arahan pengembangan
berbasis agrowisata di Kecamatan Ciwidey.

9
1.6.4 Matriks Analisis
Tabel 1. 5 Matriks Analisis
Metode Teknik Data Sumber Data
No. Sasaran Variabel Indikator Output
Analisis Analisis Terbaru Primer Sekunder
Atraksi
Amenitas
Teridentifikasinya Aksesibilitas
karakteristik Ancilliary
1 wisata di (Pelayanan
Kecamatan tambahan)
Ciwidey Infrastruktur
Hospitality
(Keramahan)
Teridentifikasinya
potensi dan
permasalahan
2 pengembangan
agrowisata di
Kecamatan
Ciwidey
Terumuskannya
arahan
pengembangan
3 berbasis
agrowisata di
Kecamatan
Ciwidey
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

1
1.6.5 Matriks Variabel Penelitian dan Sumber Acuan
Tabel 1. 6 Matriks Variabel Penelitian dan Sumber Acuan
Sumber Acuan Teori dan
No Dimensi Variabel Penelitian Parameter Penelitian Penjelasan
Kebijakan
1 Komponen Atraksi merupakan suatu
Destinasi Wisata komponen untuk menarik
 Lansekap
4A wisatawan berkunjung ke
 Cagar budaya
Attraction (Atraksi) suatu objek wisata. Atraksi
 Kesenian
yang dikembangkan dapat
 Adat istiadat
menjadi modal atau
sumber daya pariwisata.
Sarana yang memberikan
kemudahan bagi
wisatawan untuk menuju
ke suatu objek wisata.
 Kondisi jalan menuju
Tidak hanya kemudahan
Accesibility (Aksesibilitas) objek wisata
transportasi, melainkan
 Moda transportasi
waktu yang dibutuhkan
serta tanda petunjuk arah
menuju lokasi objek
wisata.
Merupakan segala macam
sarana dan prasarana
 Tempat menginap
pendukung yang
Amenity (Amenitas)  Lahan parkir
diperlukan oleh wisatawan
 Rumah makan
selama berada di daerah
tujuan wisata.
Anciliary (Pelayanan  Jaringan telekomunikasi Sarana dan prasarana
Tambahan) penunjang untuk

1
Sumber Acuan Teori dan
No Dimensi Variabel Penelitian Parameter Penelitian Penjelasan
Kebijakan
memberikan kenyamanan
 Jaringan jalan kepada wisatawan selama
 Informasi wisata berada di lokasi objek
wisata.
2 Kriteria Kawasan Atraksi merupakan suatu
Pengembangan komponen untuk menarik
 Pemandangan
Agrowisata wisatawan berkunjung ke
 Keindahan alam
Attraction (Atraksi) suatu objek wisata. Atraksi
 Keindahan taman
yang dikembangkan dapat
 Aktivitas pertanian
menjadi modal atau
sumber daya pariwisata.
Merupakan sarana yang
 Sarana umum
disediakan untuk
 Jaringan telekomunikasi
Facilities (Fasilitas) memudahkan wisatawan
 Rumah makan
selama berada di lokasi
 Pasar
objek wisata.
 Sistem pengairan Merupakan prasarana
 Terminal pengangkutan penunjang yang dibangun
 Sumber listrik dan energi untuk memperlancar
Infrastructure (Infrastruktur)
 Sistem pembuangan kebutuhan wisatawan
limbah selama di lokasi objek
 Jalan raya wisata.
Transportation (Transportasi)  Moda transportasi umum Sarana dan prasarana yang
 Terminal bus memberikan kemudahan
 Sistem keamanan bagi wisatawan untuk
penumpang menuju ke suatu objek
 Sistem informasi wisata.

2
Sumber Acuan Teori dan
No Dimensi Variabel Penelitian Parameter Penelitian Penjelasan
Kebijakan
perjalanan
 Peta objek wisata
Keramahtamahan
 Keramahan masyarakat penduduk dalam
Hospitality (Keramahan)
terhadap wisatawan menyambut dan melayani
wisatawan.
3 Komponen  Pemandangan pertanian
Pengembangan  Udara sejuk
Daya tarik alami
Agrowisata  Komoditas pertanian yang
dikembangkan
Merupakan suatu
 Kegiatan pertanian berupa
Daya komponen yang
proses budidaya
Tarik Daya tarik budaya ditawarkan oleh objek
 Penanganan pasca panen
wisata kepada wisatawan.
 Hasil pengolahan
 Museum pertanian
Daya tarik khusus  Wahana permainan
 Wahana olahraga
 Sarana dan prasarana Merupakan segala macam
wisata sarana dan prasarana yang
Sarana dan Prasarana  Sarana dan prasarana diperlukan oleh wisatawan
khusus agrowisata sesuai selama berada di daerah
dengan jenis wisata tujuan wisata.
Aksesibilitas dan Transportasi  Jarak dengan ibukota
provinsi
 Berada di jalur wisata
objek wisata unggulan

3
Sumber Acuan Teori dan
No Dimensi Variabel Penelitian Parameter Penelitian Penjelasan
Kebijakan
 Ketersediaan angkutan
umum
Sarana dan prasarana yang
 Ketertarikan terhadap jenis
memberikan kemudahan
Ketertarikan wisatawan pertanian
bagi wisatawan untuk
terhadap wisata pertanian  Ketertarikan terhadap
menuju ke suatu objek
budidaya pertanian
wisata.
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

4
1.6.6 Kerangka Analisis

1
1.7 Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan, maka sistematika
pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan mengenai tinjauan teori-teori yang berkaitan dengan isi
daripada laporan yang diambil dari beberapa ahli dan bersumber pada
kepustakaan formal, seperti buku, jurnal akademis, laporan ilmiah, dan
sebagainya.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini membahas mengenai gambaran umum karakteristik wilayah kajian,
baik eksternal maupun internal di lokasi kajian.
BAB IV RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
Bab ini berisikan gambaran mengenai pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam beberapa bulan mendatang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Perencanaan
Secara utuh, perencanaan berasal dari kata “rencana”, yang berarti
rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana
tersebut, dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan (apa yang
ingin dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan), serta
waktu (kapan kegiatan tersebut akan dilakukan). Apapun yang direncanakan tentu
merupakan tindakan-tindakan untuk masa depan. Dengan demikian, suatu
perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe,
2005: 27). Definisi perencanaan dapat diartikan sebagai hubungan antara apa saja
yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang bertalian dengan
kebutuhan penentuan tujuan, prioritas program, dan alokasi sumber (Uno, 2006:
1).
Menurut Tjokroamidjojo (dalam Syafalevi, 2011: 28) perencanaan dalam
arti seluas-luasnya merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan
sumber-sumber yang ada supaya menjadi lebih efektif dan efisien.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diuraikan bahwa perencanaan
merupakan serangkaian keputusan dalam melaksanakan sebuah kegiatan yang
menjadi suatu pedoman untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sebuah perencanaan
tergantung pada perencanaan apa yang akan dilakukan, yaitu perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
2.1.2 Wilayah
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

2
administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Pamudji (2001: 16), wilayah
adalah suatu lingkungan geografis-sosiologis tertentu yang lebih merupakan
bagian dari suatu lingkungan yang lebih besar.
Sedangkan menurut Rustiadi (2006), wilayah didefinisikan sebagai unit
geografis dengan batas-batas spesifik tertentu, dimana komponen-komponen
wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Komponen-
komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumber daya buatan
(infrastruktur), manusia, serta bentuk-bentuk kelembagaan. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa istilah wilayah menekankan pada
interaksi antar manusia dengan sumber daya-sumber daya lainnya yang ada di
dalam suatu batasan unit geografis tertentu.
2.1.3 Perencanaan Wilayah
Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang
dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih
baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam
wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber
daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap,
tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).
Perencanaan wilayah juga merupakan penetapan langkah-langkah yang
digunakan untuk wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah tersebut antara lain mengetahui dan menetapkan tujuan,
meramalkan suatu yang akan terjadi di masa mendatang, memperkirakan berbagai
masalah yang muncul, serta menetapkan lokasi atau wilayah yang akan dijadikan
tempat melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan
perencanaan aktivitas pada ruang wilayah. Perencanaan ruang wilayah pada
umumnya dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan
perencanaan aktivitas dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah. Tujuan
dari adanya perencanaan wilayah adalah menciptakan suatu kehidupan yang
aman, nyaman, efisien, dan lestari. Dengan adanya perencanaan wilayah pula
diharapkan kesejahteraan manusia dapat lebih terwujud.

3
2.1.4 Pengembangan Wilayah
Secara harfiah, pengembangan wilayah berasal dari dua kata, yaitu
pengembangan dan wilayah. Pengembangan merupakan kemampuan yang
bersumber dari apa yang dapat dilakukan berdasarkan sumber daya yang dimiliki
dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengembangan adalah adanya keinginan untuk memperbaiki keadaan dan
kemampuan yang dimiliki untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik (Alkadri,
2001). Sedangkan wilayah memiliki arti satuan geografis yang memiliki
penajaman tertentu, dimana didalamnya terdapat interaksi antar komponen
wilayah secara fungsional, sehingga batasan wilayah dapat bersifat dinamis tidak
mesti bersifat fisik dan pasti atau statis (Rustiadi et al, 2011). Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan wilayah sebagai
unit geografis dengan komponen-komponen terikat dengan batas dan sistem
dengan dasar penentuannya adalah aspek administratif dan fungsional. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan wilayah merupakan proses untuk
meningkatkan kualitas wilayah dengan cara meningkatkan potensi yang dimiliki
serta memunculkan potensi baru.
Pengembangan wilayah merupakan suatu proses untuk mengarahkan segala
potensi wilayah yang bersangkutan untuk didayagunakan secara terpadu dalam
usaha mewujudkan kesejahteraan rakyat. Proses pendayagunaan tersebut biasanya
berupa kombinasi dari pengerahan beberapa faktor yang saling menunjang satu
sama lain sehingga dapat diperoleh suatu hasil tertentu. Pengembangan wilayah
adalah kombinasi antara pendayagunaan potensi manusia untuk mengolah sumber
daya alam yang terdapat dalam wilayahnya (Taliziduhu Ndaraha, 2002:126).
2.1.5 Pariwisata
Menurut Kodhyat dalam Kurniansah (2014:28) pariwisata adalah perjalanan
dari satu tempat ketempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan atau
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan
dengan lingkungan dalam dimensi social budaya, alam dan ilmu. Sedangkan
menurut Hunziker dan Krapf dalam Octavia (2015:30) pariwisata dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan

4
dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak
tinggal di tempat tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang
memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.
Kegiatan pariwisata memerlukan ruang untuk beraktivitas bagi para
pelakunya. Dari sudut pandang geografi, pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
hubungan gejala yang timbul dari adanya perjalanan dan tinggalnya satu atau
sekelompok orang karena perjalanan dengan tujuan untuk berekreasi. Perjalanan
tersebut akan menyangkut gejala keruangan yang dapat terjadi pada tingkat
regional, nasional, maupun internasional.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu
dari tempat asal ke tempat tujuan dengan maksud tidak untuk mencari pemasukan,
melainkan semata-mata hanya untuk menikmati perjalanan dan daya tarik wisata
guna menyejukkan jiwa, raga, dan pikiran.
2.1.6 Potensi Wisata
Menurut Pendit (2002:32) menerangkan bahwa potensi wisata adalah
berbagai sumber daya yang terdapat disebuah daerah tertentu yang bisa
dikembangkan menjadi atraksi wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan
ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya. Sedangkan menurut
pendapat Yoeti (2002:30) daya tarik atau atraksi wisata adalah segala sesuatu
yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata,
seperti: atraksi alam (landscape, pemandangan laut, pantai, iklim dan fitur
geografis lain dari tujuan), daya tarik budaya (sejarah dan cerita rakyat, agama,
seni dan acara khusus, festival), atraksi sosial (cara hidup, populasi penduduk,
bahasa, peluang untuk pertemuan sosial), dan daya tarik bangunan (bangunan,
arsitektur bersejarah dan modern, monumen, taman, kebun, marina).
Yoeti (2008:116) juga berpendapat bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri maupun diluar negeri,
meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dari apa yang dialaminya, dimana ia

5
memperoleh pekerjaan tetap. Karakter yang bagus dalam kepariwisataan yaitu
yang mampu memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang. Untuk mencapai
karakter kepariwisataan yang kuat, modal utama yang harus dimiliki yaitu potensi
wisata yang disukai wisatawan. Potensi wisata di suatu wilayah ada yang datang
secara alami, ada pula karena buatan manusia. Menurut Nugroho (2011:86),
mengatakan bahwa potensi wisata sebagai kemampuan dalam suatu wilayah yang
mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, seperti alam, manusia, serta
hasil karya manusia itu sendiri.
Potensi wisata dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu potensi wisata
alam, potensi wisata budaya, dan potensi wisata manusia. Potensi wisata alam
adalah keadaan jenis floran dan fauna, serta bentang alam di suatu daerah.
Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan
memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya akan menarik wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tersebut. Potensi wisata budaya adalah semua hasil cipta,
rasa, dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian,
peninggalan bersejarah berupa bangunan, monumen, dan lain-lain. Dan potensi
wisata manusia merupakan potensi manusia yang dapat digunakan sebagai daya
tarik wisata, seperti pementasan atau pertunjukan tarian, pementasan seni budaya
dari suatu daerah, dan pementasan lainnya.
2.1.7 Agrowisata
Agrowisata berasal dari kata “agrotourism”, dimana agro artinya pertanian
dan tourism berarti pariwisata. Jadi Agrowisata berarti berwisata ke daerah
pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005:11). Agrowisata merupakan rangkaian
kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik
potensi berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan
keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya
masyarakat petaninya (World Tourism Organization (WTO): 1998). Agrowisata
merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif di sektor pertanian yang dapat
memberikan nilai tambah bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan
kesejahteraan petani.

6
Agrowisata merupakan salah satu wahana yang efektif dalam rangka
promosi produk-produk pertanian, proses produksi yang baik dan benar serta
kekayaan budaya nusantara, dan pemasaran yang langsung dari petani ke
konsumen. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan
pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian.
Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata
yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan
alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas didalamnya seperti
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen
sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli
produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan
wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Nurisjah
(2001), agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan
penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian.
Damardjati (1995:11) menyatakan bahwa agrowisata adalah wisata
pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang
sifatnya khas yang telah dikembangkan sedemikian rupa, sehingga berbagai aspek
yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan
motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek-aspek
tersebut antara lain jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan teknologi, aspek
kesejarahannya, lingkungan alam, dan sosial budaya di sekitarnya.
2.1.8 Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
I Gusti Bagus Rai Utama (2012), berpendapat bahwa potensi pertanian yang
dapat dijadikan agrowisata meliputi:
1. Tanaman Pangan dan Holtikultura
Daya tarik tanaman pangan dan holtikultura sebagai objek agrowisata
antara lain dapat berupa kebun bunga, kebun buah-buahan, kebun sayur-
sayuran, serta kebun tanaman obat-obatan.
2. Perkebunan
Suatu kawasan perkebunan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang

7
kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai
dengan pengolahan hasilnya. Setiap kegiatan dan proses pengusahaan
perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi
wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun
pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai objek agrowisata terdiri
dari perkebunan sawit, karet, teh, kopi, kakao, tebu, dan lainnya.
Pada dasarnya luas pekerbunan ada batasnya, namun pekerbunan yang
dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi, dengan kata lain
luasnya sesuai dengan izin atau persyarakat objek agrowisata yang
diberikan. Untuk menunjukan kepada wisatawan suatu perkebunan yang
baik dan benar semestinya dalam objek dilengkapi dengan unit pengolahan,
laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan prasarana.
3. Peternakan
Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara
tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek keunikan pengelolaan,
produksi ternak, atraksi peternakan, dan peternakan khusus, seperti berkisar
dan burung puyuh.
4. Perikanan
Kegiatan perikanan yang dapat dijadikan objek pariwisata ialah
kegiatan penangkapan serta kegiatan budidaya seperti budidaya ikan air
tawar, budidaya tambak, budidaya laut misal kerang, rumput laut, kakap
merah, dan mutiara.
2.1.9 Kriteria Kawasan Pengembangan Agrowisata
Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata,
termasuk didalamnya agrowisata, menurut I Gusti Bagus Rai Utama (2012)
terdapat lima unsur yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Attractions
Atraksi yang dimaksud dalam pengembangan agrowisata adalah
hamparan kebun atau lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman,
budaya petani dan bentuk lain yang berhubungan dengan aktivitas pertanian.
2. Facilities

8
Fasilitas yang dimaksud tentu fasilitas yang memang diperlukan pada
kawasan agrowista seperti sarana umum, telekomunikasi, hotel, restoran dan
pasar.
3. Infrastructure
Infrastruktur menjadi unsur dalam pengembangan agrowisata seperti
sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal
pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan limbah, jalan
raya, dan sistem keamanan.
4. Transportation
Transportasi yang mendukung pengembangan kawasan agrowisata
seperti transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang,
sistem informasi perjalanan, tenaga kerja dan kepastian tarif, serta peta
objek wisata.
5. Hospitality
Unsur terakhir dalam pengembangan kawasan agrowisata ialah
keramahan penduduk lokal, hal ini akan menjadi cerminan keberhasilan
sebuah sistem pariwisata yang baik.
Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro, baik pertanian,
holtikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a) Sub sistem usaha pertanian primer (on farm), yang antara lain terdiri
dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan.
b) Sub sistem industri pertanian, yang antara lain terdiri dari industri
pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal
maupun ekspor.
c) Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya
dukung kawasan, baik terhadap industri dan layanan wisata maupun
sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan

9
pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan
infrastruktur.
2. Adanya kegiatan masayrakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan
wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi.
3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan.
2.1.10 Prinsip-prinsip Agrowisata
Menurut Pitana (2002), terdapat sembilan prinsip-prinsip agrowisata, yakni:
1. Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan
kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.
2. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu
pelestarian.
3. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggungjawab dan bekerjasama
dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.
4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan
pelestarian, manajemen sumber daya alam dan kawasan yang dilindungi.
5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan
penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di
kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
6. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan
lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang untuk
mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata
terhadap lingkungan.
7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara dan
masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar
kawasan yang dilindungi.
8. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak
melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima, seperti
yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk
lokal.

10
9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-
tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan
alam dan budaya.
Pada hakikatnya, kehidupan masyarakat pedesaan masih menjunjung tinggi
sifat gotong royong yang mendalam, yang membuktikan bahwa kehidupan selalu
dibarengi dengan berbagai upaya yang dapat menghasilkan bekal bagi
kelangsungan hidup. Pertanian adalah salah satu usaha yang sejak dan turun-
temurun menjadi bagian dari mata pencaharian masyarakat pedesaan. Usaha
pertanian telah membentuk pola hidup masyarakat tidak hanya sekedar mengolah
ladang, kebun, persawahan, dan hutan, tetapi apa yang mereka kerjakan dengan
tanpa disadari telah membentuk satu daya tarik bagi orang lain yang melihatnya.
2.1.11 Pendekatan Pengembangan Agrowisata
Gumelar Sastrayuda (2010), pendekatan pengembangan agrowisata meliputi
beberapa hal, diantaranya:
a. Pengembangan berbasis konservasi, berkonsentrasi pada pola pembinaan
yang tetap mempertahankan keaslian agro-ekosistem dengan
mengupayakan kelestarian sumber daya alam lingkungan hidup, sejarah,
budaya, dan rekreasi.
b. Pengembangan berbasis masyarakat, berkonsentrasi pada pola pembinaan
masyarakat yang menempatkan agrowisata sebagai pemberdayaan
masyarakat petani untuk dapat memperoleh nilai tambah baik dari sisi
hasil pertanian maupun kunjungan wisatawan dan efek ganda dari
penyerapan hasil pertanian oleh usaha pariwisata dan pengembang.
c. Penetapan wilayah atau daerah agrowisata sebagai wilayah pembinaan.
d. Inventarisasi kekuatan agrowisata.
e. Peranan lembaga pariwisata dan lembaga pertanian dalam pembinaan
agrowisata.
2.1.12 Komponen Pengembangan Agrowisata
Puspitasari (2010), mengatakan bahwa komponen dalam pengembangan
agrowisata terbagi menjadi dua, yaitu komponen sediaan (supply) dan komponen
permintaan (demand).

11
1. Komponen Sediaan (supply) Wisata Agro
Komponen ini merupakan sesuatu yang ditawarkan oleh objek wisata
agro yang meliputi daya tarik, sarana dan prasarana, transportasi dan
aksesibilitas.
A. Daya Tarik Wisata Agro
 Daya Tarik Alami
Dalam wisata agro yang menjadi daya tarik alami adalah
pemandangan pertanian, udara yang sejuk, dan komoditas pertanian
yang dikembangkan. Komoditas yang dikembangkan berdasar pada
jenis pertanian wisata agro yaitu pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, misalnya padi, buah-buahan, sayuran, perkebunan,
misalnya teh, kopi, karet dan kina, peternakan, misalnya sapi perah,
sapi potong, kuda, kambing, domba, kelinci dan unggas.
 Daya Tarik Budaya Masyarakat
Budaya masyarakat yang berbeda di tiap daerah menjadi
keunikan dan daya tarik yang menarik bagi wisatawan. Petani
memiliki budaya masing-masing dalam kegiatan menanam, budidaya
bahkan dalam pengolahan produk pertanian. Budaya pertanian lain
misalnya dalam penanam buah-buahan yang mungkin berbeda antara
komoditas satu dengan lainnya atau antara daerah satu dengan daerah
lain yang membuat wisatawan ingin tahu dan ingin mempelanjari
budaya-budaya tersebut. Beberapa teknologi dan proses budidaya
yang dapat dilakukan pada wisata agro antara lain proses pra produksi,
produksi dan pasca produksi. Budidaya dan teknologi yang
dikembangkan tergantung pada jenis komoditas yang ada, misalnya
penanaman stroberi, pemetikan hingga pengolahannya menjadi bahan
makanan, akan berbeda dengan teknik penanaman, pemetikan dan
pengolahan teh.
 Daya Tarik Khusus atau Buatan
Daya tarik khusus yang dapat ditawarkan oleh suatu objek
wisata, khususnya wisata agro antara lain musem pertanian yang di

12
dalamnya terdapat beberapa peralatan pertanian seperti cangkul,
traktor dan lain-lain yang biasanya digunakan oleh petani baik secara
tradisional maupun modern. Selain musem pertanian, di area wisata
agro juga dapat dikembangkan suatu wisata buatan sebagai daya tarik
khusus, misalnya dengan membangun area outbound, wahana
permainan keluarga dan wahana olahraga seperti track sepeda,
jogging di sekitar lahan persawahan. Wahana yang sifatnya area
permainan ini tentunya menjadi daya tarik tambahan di wisata agro.
Wisata agro yang lebih bersufat wisata pengetahuan atau pendidikan
perlu juga dilengkapi dengan wahana permainan keluarga yang
bersifat menyenangkan. Namun wisata buatan di area wisata agro
diusahakan tetap bersifat kepedulian terhadap alam sehingga
mendukung wisata agro yang ada.
B. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di wisata agro sama dengan
sarana prasarana yang dibutuhkan di jenis wisata lain. Namun, terdapat
sarana dan prasarana khusus wisata agro yang disesuaikan dengan jenis
wisata agro yang terdiri dari wisata agro scientific, wisata agro bisnis, wisata
agro rekreasi, dan wisata agro budaya. Merujuk pada jenis wisata agro,
maka sarana prasarana khusus yang dibutuhkan di wisata agro antara lain:
a) Wisata agro scientific, meliputi laboratorium, tempat penelitian,
sarana literatur, dan tenaga peneliti.
b) Wisata agro bisnis, meliputi ruang pameran atau promosi, dan
informasi khusus tentang bisnis.
c) Wisata agro rekreasi, terdapat fasilitas atau wahana rekreasi sebagai
penunjang disamping daya tarik pertanian, dapat berupa wahana
permainan keluarga (outbound dan perkemahan).
d) Wisata agro budaya, meliputi museum pertanian, museum budaya,
tempat pegelaran budaya masyarakat, tempat penjualan hasil
kerajianan masyarakat.
C. Transportasi dan Aksesibilitas

13
Menurut Koeswara (1993), aksesibilitas adalah kemudahan
pencapaian suatu tempat dari tempat lain. Aksesibilitas yang baik akan
memudahkan wisatawan untuk mencapai lokasi objek wisata bahkan dapat
menjadi daya tarik suatu lokasi objek wisata. Tingkat kemudahan akses
suatu lokasi objek wisata agro dapat dilihat berdasarkan:
a) Jarak lokasi objek wisata agro dengan ibukota kabupaten atau ibukota
provinsi. Semakin dekat suatu objek wisata dengan ibukota kabupaten
bahkan dengan ibukota provinsi maka tingkat potensi kunjungannya
akan semakin tinggi. Ditambah lagi apabila lokasi objek wisata agro
tersebut dekat dan berada di jalur wisata objek wisata unggulan, maka
potensi menjadi tempat persinggahan pun semakin besar.
b) Ketersediaan angkutan umum turut mempengaruhi potensi suatu objek
wisata agro untuk dikunjungi, terutama jika dikaitkan dengan
karakteristik masyarakat Indonesia yang sering menggunakan
angkutan umum.
2. Komponen Permintaan (demand) Wisata Agro
Wisatawan dalam wisata agro adalah pengunjung yang memiliki
ketertarikan terhadap pertanian. Ketertarikan tersebut dapat berupa
ketertarikan terhadap jenis pertaniannya, budidaya pertanian ataupun
budidaya para petaninya. Wisatawan agro dapat digolongkan menjadi empat
kelompok sesuai dengan jenis wisata agro, antara lain:
a) Wisatawan agro scientific, yaitu yang memiliki ketertarikan pada
pengetahuan di bidang pertanian, terutama proses budidaya pertanian.
b) Wisatawan agro bisnis, yaitu wisatawan yang memiliki tujuan dan
motivasi utama bisnis namun juga mendapat kesenangan dengan
melihat jenis dan komoditas pertanian.
c) Wisatawan agro rekreasi, yaitu wisatawan yang selain memiliki
ketertarikan dengan bidang pertanian, juga memiliki minat untuk
menikmati atraksi lain di objek wisata agro yang bersifat rekreasi atau
bersenang-senang.

14
d) Wisatawan agro budaya yaitu wisatawan yang menyukai budaya yang
terdapat dalam suatu masyarakat, khususnya budaya dalam bertani,
selain itu juga budaya, kesenian dan kearifan lokal yang ada pada
suatu masyarakat.
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup
(seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara
keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat
pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah
penggunaan lahan maupun proses pengolahan pertanian. Agrowisata ruang
terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapanilitas dan
tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan
berkelanjutan. Komponen utama usahatani yang efektif dan berkelanjutan.
Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora
dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pasca-panen
komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian
setempat dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan
yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua
versi atau pola, yaitu alami dan buatan (Anshar, 2014).
2.1.13 Metode Pendekatan Campuran (Mixed Methods)
Creswell dan Plano Clark (2011) menyatakan bahwa metode pendekatan
campuran merupakan suatu prosedur dalam mengumpulkan, menganalisis, dan
“mencampur” metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau
serangkaian penelitian untuk memahami permasalahan dalam penelitian.
Pendekatan ini dilakukan secara gabungan dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan dan pertanyaan penelitian
daripada jika dilakukan secara terpisah atau sendiri-sendiri. Selanjutnya Sugiyono
(2014, hlm. 404) menyatakan bahwa metode pendekatan campuran merupakan
suatu metode penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara
metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-
sama dalam suatu penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif,
valid, reliabel, dan obyektif.

15
Menurut Creswell, strategi-strategi dalam metode pendekatan campuran
terbagi dalam tiga bagian, yaitu:

1. Strategi Metode Campuran Sekuensial/bertahap (Sequential Mixed


Methods), merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang
ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat
dilakukan dengan wawancara terlebih dahulu untuk mendapatkan data
kualitatif, kemudian diikuti dengan data kuantitatif (survei).
2. Strategi Metode Campuran Konkuren/sewaktu-waktu (Concurren Mixed
Methods), merupakan penelitian yang menggabungkan antara data
kuantitatif dengan data kualitatif dalam satu waktu.
3. Prosedur Metode Campuran Transformatif (Transformative Mixed
Methods), merupakan prosedur penelitian yang dimana peneliti
menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif overaching, yang
didalamnya terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Perspektif inilah
yang nantinya akan memberikan kerangka kerja untuk topik penelitian,
teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari penelitian.
2.1.14 Metode Analisis Skoring
Skoring/pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu
proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara
memberi bobot pada masing-masing faktor tersebut. Pembobotan dapat dilakukan
secara objektif dengan perhitungan statistik maupun secara subjektif dengan
menetapkan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pembobotan secara subjektif
harus dilandasi pemahaman yang kuat mengenai proses tersebut. Skoring adalah
pemberian skor pada masing-masing kode/variabel. Skoring memudahkan
hitungan, maka setiap alternatif pertanyaan responden diberikan skor, seperti skor
(1) untuk kelas rendah, skor (2) untuk kelas sedang, dan skor (3) untuk kelas
tinggi (Risanty, 2015).
Metode skoring adalah suatu metode pemberian skor atau nilai terhadap
masing-masing variabel parameter untuk menentukan tingkat kemampuannya.
Penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan metode
pembobotan atau disebut juga weighting adalah suatu metode yang digunakan

16
apabila setiap karakter memiliki peranan berbeda atau jika memiliki beberapa
parameter untuk menentukan kemampuan lahan atau sejenisnya (Sholahuddin,
2010).
2.1.15 Metode Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) yakni
mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dapat menggambarkan kemampuan untuk mengoptimalkan dan
mengalokasikan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya
serta situasi yang dihadapi dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Fredi Rangkuti
(2004: 19-20) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian,
perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness).

2.2 Tinjauan Kebijakan


2.2.1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan yang
dimaksud dengan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.

17
Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dan penjelasan daerah tujuan
pariwisata atau destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
2.2.2 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018 – 2025
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018 – 2025,
yang dimaksud dengan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) adalah
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan Pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam 1 (satu) atau
lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan
sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
Rencana Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)
Agrowisata dan Desa Wisata Ciwidey meliputi:
 Tema pengembangan produk pariwisata adalah Agroekowisata Edukatif
Budaya dan Sejarah
 Sasaran pengembangan berupa penerapan konsep pengembangan kawasan
Agroekowisata berbasis atraksi alam budaya dan sejarah dengan
mempertahankan kualitas lingkungan ekologi.

18
2.3 Kajian Studi Terdahulu
Berikut ini beberapa tinjauan studi terdahulu yang berkaitan dengan topik arahan pengembangan wilayah.
Tabel 2. 1 Hasil Review Studi Terhadulu

Judul Penelitian Penulis Tujuan Metode yang Digunakan Output

Arahan Pengembangan Adanya hasil potensi sumber daya lokal


Menentukan arahan
Agrowisata Berdasarkan Potensi Metode yang digunakan sesuai dengan desa yang ada di
pengembangan agrowisata
Sumber Daya Lokal di untuk mencapai sasaran Kecamatan Sukapura, serta adanya hasil
berdasarkan sumber daya
Kecamatan Sukapura Kabupaten berupa metode analisis kriteria pengembangan kawasan
Suryadi lokal dan menentukan
Probolinggo, Jawa Timur deskriptif kualitatif- agrowisata di Kecamatan Sukapura.
Muchlis kriteria pengembangan
(Program Studi Perencanaan kuantitatif, content Arahan yang dihasilkan berasal dari
agrowisata di Kecamatan
Wilayah dan Kota, Institut analysis,dan order analysis potensi sumber daya lokal tiap desa dan
Sukapura Kabupaten
Teknologi Sepuluh November (skala Guttman). mempertimbangkan kriteria
Probolinggo, Jawa Timur
Surabaya) pengembangan agrowisata.
Arahan Zonasi Pada Junaidi, Mendukung pengembangan Metode yang digunakan Kawasan Desa Renah Alai merupakan
Pengembangan Agrowisata Amril, Jaya agrowisata sebagai salah untuk mencapai sasaran desa yang potensial dalam
Berbasis Community Based Kusuma Edi; satu alternatif dan cara berupa tahap perencanaan, pengembangan agrowisata yang cukup
Tourism Desa Renah Alai Muhammad membina masyarakat dalam tahap pendekatan, tahap menjanjikan karena keindahan alam dan
(Program Studi Ekonomi Ridwansyah; mewujudkan sinergitas kegiatan pengabdian, dan produksi sektor pertanian yang
Pembangunan, Universitas Dwi Hastuti; pariwisata dengan pertanian tahap review. beragam. Arahan zonasi bertujuan
Jambi) dan Siti yang dapat menghasilkan untuk melindungi kawasan hutan agar
Aminah pertumbuhan sosial, terjaga, terawasi dengan cara
ekonomi, dan organisasi memproteksinya menjadi zona-zona
masyarakat. tersebut. Arahan zonasi dikaji kembali
dan dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan pemerintah
daerah dalam membangun sarana dan
prasarana pengembangan berbasis

19
Judul Penelitian Penulis Tujuan Metode yang Digunakan Output

agrowisata.
Karakteristik wilayah kawasan
agrowisata untuk mendukung
pengembangan kawasan agrowisata
dapat terlihat sebagian sarana dan
Mengidentifikasi
Pengembangan Kawasan Andrew S. Metode yang digunakan prasarana yang telah tersedia, namun
karakteristik kawasan
Agrowisata di Kecamatan Tompodung; untuk mencapai sasaran masih memerlukan perbaikan. Hasil
agrowisata dan menetapkan
Tomohon Timur (Program Studi Ir. R.J Poluan; berupa metode analisis analisis SWOT untuk pengembangan
strategi pengembangan
Perencanaan Wilayah dan Kota, dan Ir. deskriptif kualitatif- agrowisata menghasilkan rekomendasi
kawasan agrowisata di
Universitas Sam Ratulangi Johanes Van kuantitatif dan analisis strategi yang digunakan, seperti
Kecamatan Tomohon
Manado) Rate, MT SWOT. membuat master plan kawasan
Timur, Kota Tomohon.
agrowisata, memanfaatkan investasi
guna pengadaan sarana dan prasarana,
serta peningkatan pemberdayaan
masyarakat.
Konsep Pengembangan Andi Giofani Mengetahui seberapa besar Metode yang digunakan Potensi yang dapat menunjang
Agrowisata Pada Kawasan Tanralili potensi Kecamatan untuk mencapai sasaran pengembangan agrowisata pada
Agropolitan di Kecamatan Gantarang pada kawasan berupa metode analisis kawasan agropolitan yaitu potensi
Gantarang (Program Studi agropolitan dan mengetahui komoditas unggulan (analisis sumber daya alam, sumber daya
Perencanaan Wilayah dan Kota, konsep pengembangan location quotient dan analisis manusia, dan sumber daya buatan.
Universitas Islam Negeri agrowisata pada kawasan shift share), analisis Penetapan kawasan agrowisata
Alauddin Makassar) agropolitan di Kecamatan kesesuaian lahan, dan analisis dilakukan berdasarkan studi kelayakan
Gantarang, Kabupaten SWOT. yang secara mendasar
Bulukumba. mempertimbangkan kelayakan, seperti
kesesuaian lahan. Peningkatan jasa
pemasaran agrowisata, peningkatan
sarana dan prasarana penunjang

20
Judul Penelitian Penulis Tujuan Metode yang Digunakan Output

agrowisata, dan peningkatan sumber


daya masyarakat.
Memperoleh gambaran Desa Wisata Tingkir memiliki potensi
potensi Desa Wisata Tingkir alam dan sosial budaya yang dapat
sebagai lokasi dikembangkan sebagai objek wisata
pengembangan agrowisata dengan daya tarik wisata agro
berwawasan lingkungan, berwawasan lingkungan. Kebijakan
mengkaji kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam upaya
Pengembangan Agrowisata
Pemerintah Kota Salatiga Metode yang digunakan mengembangkan Desa Wisata Tingkir
Berwawasan Lingkungan (Studi
dalam upaya pengembangan untuk mencapai sasaran belum nampak keseriusannya, hal itu
Kasus Desa Wisata Tingkir,
Bambang agrowisata berwawasan berupa metode analisis dapat dilihat dari studi kelayakan yang
Salatiga), (Program Studi
Pamulardi lingkungan, deskriptif kualitatif, metode dilakukan pada tahun 2003 hingga kini
Magister Ilmu Lingkungan,
mendeskripsikan pendapat kuantitatif, dan analisis belum menunjukkan adanya upaya
Universitas Diponegoro
stakeholders terhadap SWOT. untuk membangun dan
Semarang)
agrowisata berwawasan mengembangkan Desa Wisata Tingkir.
lingkungan, dan
merumuskan model
pembangunan agrowisata
berwawasan lingkungan di
Desa Wisata Tingkir
Sumber: Hasil Peneliti, 2022

21
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

Kecamatan Ciwidey termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten


Bandung yang terletak disebelah selatan Kota Bandung. Kecamatan Ciwidey
mempunyai luas total sebesar 4.847 ha dan secara administratif Kecamatan
Ciwidey memiliki batasan administrasi sebagai berikut:
 Sebelah utara : Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat
 Sebelah timur : Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung
 Sebelah selatan : Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung
 Sebelah barat : Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat
Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Ciwidey sebanyak 86.760 jiwa yang
tersebar dalam tujuh desa.
Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey Tahun 2019
Nama Desa Jumlah Penduduk
Panundaan 13.900
Ciwidey 17.100
Panyocokan 13.140
Lebakmuncang 15.830
Rawabogo 8.500
Nengkelan 6.690
Sukawening 11.510
Jumlah 86.760
Sumber: Kecamatan Ciwidey Dalam Angka, 2020

22
No Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal Usulan Tugas Akhir

2 Bimbingan dan Revisi Proposal Usulan Tugas


Akhir

3 Pengajuan Proposal Usulan Tugas Akhir

4 Penyusunan dan Revisi Laporan BAB 1

5 Penyusunan dan Revisi Laporan BAB 2

6 Survei

7 Penyusunan dan Revisi Laporan BAB 3

8 Penyusunan dan Revisi Laporan BAB 4

9 Penyusunan dan Revisi Laporan BAB 5

10 Pengecekan Seluruh Laporan

11 Sidang Pembahasan

12 Revisi/Perbaikan Sidang Pembahasan

13 Sidang Akhir

14 Revisi dan Pembukuan

23
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

Untuk memudahkan pelaksanaan penyusunan laporan tugas akhir hingga tahap pembukuan, maka disusunlah rencana
pelaksanaan tugas akhir. Berikut merupakan tabel garis waktu (timeline) rencana pelaksanaan tugas akhir yang telah disusun:
Tabel 4. 1 Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir

24
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku dan Jurnal

Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta. Pustaka


Jogja Mandiri.

Alkadri. 2001. Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah. Jakarta.


Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah.

Anshar, M. 2014. Perencanaan Kawasan Perdesaan Berbasis Agropolitan. Gowa:


Jurusan Teknik Perencaan Wilayah dan Kota Uin Alauddin Makassar

Arifin, HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan


Cagar Budaya Betawi di Conde, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata
Agro. IPB. Bogor.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT.


Rineka Cipta.

A.Yoeti. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta. Cetakan


Pertama PT Pradnya Paramita.

A.Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta. Cetakan


Kedua PT Pradnya Paramita.

Bintoro, Tjokromidjojo. 2003. Administrai Pembangunan. Jakarta. Bumi Aksara.

Boyd. H. W., Jr., Westfall. R., dan Stasch.S.F, “Marketing Reaserch: Text and
Cases”, Irwin, Boston, 1989

Creswell, J.W., & Plano Clark, V.L. (2011), Designing and Conducting Mixed
Methods Research (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications,
Inc.

Freddy Rangkuti. 20014. Analisis Swot: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

25
Ernaldi, Edgardi Muhammad. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata
Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Gumelar S. Sastrayuda. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure,
Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure

Hornby, Prof. Hunziker dan Kraft. 1942. Pengertian Wisata. Jakarta. PT Gramedi.

Ndraha, Taliziduhu. 2002. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta.


Rineka Cipta

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.

Nurisjah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin


Taman dan Lanskap Indonesia 2001;4(2):20-23.

Pamudji, S. 2001. Kerjasama Pembangunan Antar Wilayah. Jakarta. Bumi


Aksara.

Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta. PT


Pradnya Paramita

Pitana, I Gede. 2002. Pariwisata, Ilmu pariwisata dan Kebudayaan. Bali.


Universitas Udayana

Puspitasari, Silvia. 2010. Kajian Potensi Wisata Agro di Kabupaten Badung


Berdasarkan Aspek Permintaan dan Sediaan. Bandung. Institut Teknologi
Bandung

Rai Utama, I Gusti Bagus. 2012. Agrowisata sebagai Pariwisata Alternatif di


Indonesia. Denpasar.

Risanty, 2015, Kerentanan Banjir Di Kecamatan Martapura barat Kabupaten


Banjar. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 5, September
2015 Universitas Lambung Mangkurat.

26
Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah. 2003. Perencanaan Pembangunan
Daerah; Strategi Menggali Potensi dan Mewujudkan Otonomi Daerah.
Bandung. Gramedia

Rustiadi, et. al. 2004. Studi Pengembangan Model dan Tipologi Kawasan
Agropolitan. Jakarta. Departemen Kimpraswil..

Rustiadi, E., S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju (2011) Perencanaan dan


Pengembangan Wilayah. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sholahuddi, M. 2014. SIG untuk Memetakan Daerah banjir dengan Metode


Skoring dan Pembobotan.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Edisi ke- 5.


Bandung. Alfabeta

Uno, Hamzah B. 2006, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. PT Bumi Aksara,


Jakarta.

Dokumen Kebijakan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey Dalam Angka


2020.

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana


Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-2025

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

27

Anda mungkin juga menyukai