Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PELAKSANAAN

PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

“PEMANFAATAN PEKARANGAN dalam MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN dan


GIZI SEHAT KELUARGA dengan BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN SECARA
VERTIKULTUR”
(Lokasi: di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu
Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara)

Oleh
Ketua Tim Pengusul:
Wahyunita Sitinjak, S.P., M.P/ 0108068802

Anggota Tim Pengusul:


Ir. Rosmadelina Purba, M.P/ 0112086001
Dr. Arvita Sihaloho/ 0109046903

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS SIMALUNGUN
TAHUN 2020
LAPORAN PELAKSANAAN

PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS SIMALUNGUN
DI DANAI APB YAYASAN USI-LPM : 51040302

“PEMANFAATAN PEKARANGAN dalam MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN dan


GIZI SEHAT KELUARGA dengan BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN SECARA
VERTIKULTUR”
(Lokasi: di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu
Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara)

Oleh
Ketua Tim Pengusul:
Wahyunita Sitinjak, S.P., M.P/ 0108068802

Anggota Tim Pengusul:


Ir. Rosmadelina Purba, M.P/ 0112086001
Dr. Arvita Sihaloho/ 0109046903

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS SIMALUNGUN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Rhidonya maka usulan penelitian dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi oleh Dosen dapat diselesaikan dengan baik. Hasil pengabdian
ini berjudul “Pemanfaatan Pekarangan dalam Mendukung Ketahanan
Pangan dan Gizi Sehat Keluarga dengan Budidaya Tanaman Sayuran
Secara Vertikultur” (Lokasi: di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran,
Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara).
Pada kesempatan ini kami Tim Pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat
menyampaikan terima kasih banyak kepada Rektor Universitas Simalungun,
Ketua Lembaga Pengabdian Universitas Simalungun, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun, dan Ketua Prodi Agribisnis atas persetujuan dan
rekomendasinya sehingga dapat kami ajukan usulan pengabdian kepada
masyarakat ini hingga selesai.

Pematangsiantar, 19 Desember 2020

Tim Pelaksana PkM

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................... ............ iv

RINGKASAN ............................................................................................ v

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Permasalahan Mitra ...................................................................... 5

II. SOLUSI dan TARGET LUARAN ................................................... 7


2.1. Solusi yang di Tawarkan ............................................................... 7
2.2. Hasil Luaran .................................................................................. 9

III. METODE PELAKSANAAN ............................................................ 10

IV. STUDI KELAYAKAN PROGRAM STUDI ................................... 13


4.1. Gambaran Umum Perguruan Tinggi Tim Pelaksana .................... 13
4.2. Sasaran Pelaksanaan…………………………….......................... 13
4.3. Rencana Kegiatan…………………………………………........... 14
4.4. Partisipasi Mitra ............................................................................ 15

V. BIAYA dan JADWAL ....................................................................... 16


5.1. Rancangan Anggaran Biaya .......................................................... 16
5.2. Jadwal Kegiatan ............................................................................ 16

VI. HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................. 17

VII.PENUTUP ........................................................................................... 24
7.1. Kesimpulan ................................................................................... 24
7.2. Saran ............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25

BIODATA TIM ......................................................................................... 27

LAMPIRAN ............................................................................................... 30

ii
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Rincian Biaya Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat............... 16

2. Jadwal Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat hingga selesai

Tahun 2020 .......................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Peta Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun ........................................10

2. Kantor Pangulu Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar,

Kab. Simalungun ............................................................................................10

3. Jarak dan Waktu Perjalanan dari Universitas Simalungun ke Nagori Dolok

Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun ..................................11

4. Contoh Vertikultur menggunakan botol bekas ...............................................20

5. Persiapan Wadah Vertikultur .........................................................................22

6. Media Tanam ..................................................................................................22

7. Benih Sayur yang Siap di Pindahkan ke Media Tanam .................................23

8. Produksi Hingga Pemanenan Sayuran di Masing-masing Rumah

Penduduk ........................................................................................................23

iv
RINGKASAN

Perkarangan rumah merupakan sebidang tanah disekitar rumah, baik itu


berada di depan, di samping, maupun di belakang rumah. Pemanfaatan
perkarangan rumah sangat penting, karena manfaat yang dapat diambil sangat
banyak. Pemanfaatan pekarangan yang baik dapat mendatangkan berbagai
manfaat antara lain yaitu sebagai warung, apotek, lumbung hidup dan bank hidup.
Perkarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan bagi keluarga,
sehingga pengeluaran rumah tangga untuk membeli bahan pangan dapat dikurangi
dan meningkatkan pendapatan rumah tangga jika produksi bahan pangan
berlimpah terutama sayur-sayuran yang higienis dan sehat bagi keluarga.
Penanaman tanaman secara vertikultur dapat menjadi solusi dalam mengatasi
lahan sempit. Sistem tanam vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-
lahan sempit atau pada pemukiman yang padat penduduk.
Teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan
memanfaatkan tempat secara efisien. Salah satu solusi untuk masyarakat dapat
mengembangkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan menanan
tanaman secara vertikultur. Secara estetika, tanaman vertikultur berguna sebagai
latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai
warna. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah agar masyarakat dapat
memanfaatan lahan pekarangan yang sempit sebagai penghasil sayur-sayuran
yang sehat untuk keluarga dengan budidaya tanaman teknik vertikultur. Kegiatan
dilaksanakan di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu
Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara.
Metode kegiatan ini dengan cara sosialisasi dengan pelatihan dan pamplet
serta workshop budidaya tanaman sayuran secara vertikultur dengan peserta ibu-
ibu rumah tangga. Tujuan akhir masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sayur-
sayuran untuk kebutuhan rumah tangganya, sehingga mengurangi biaya belanja
sayur mayur untuk keluarga. Mengingat harga sayur mayur di kota Simalungun
tergolong mahal. Hasil kegiatan ini bagi masyarakat yaitu ibu-ibu rumah tangga
dan anggota keluarganya dapat menguasai teknik budidaya tanaman sayur secara

v
vertikultur, yang meliputi, persiapan media tanam, persemaian, penanaman,
pemeliharaan hama dan penyakit serta panen serta pasca panen.

Kata Kunci: Pengabdian, Pekarangan, Budidaya Sayuran, Vertikultur

vi
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketahanan pangan merupakan isuglobal. Bertambahnya jumlah penduduk memiliki
konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Thomas Malthus pada tahun 1798
mengatakan penduduk bertambah seperti deret ukur sedangkan laju pertumbuhan penduduk
seperti deret hitung, artinya jumlah penduduk meningkat jauh lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan ketersediaan pangan.
Pentingnya pangan sebagai kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia menjadikan
pemenuhan kebutuhan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan. Ketahanan
pangan mencakup faktor ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Ketersediaan berarti
tercukupinya pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Faktor distribusi adalah
mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin masyarakat agar dapat
memperoleh pangan dalam jumlah, kualitas dan dengan harga yang terjangkau. Sedangkan
konsumsi berrati mengarahkan pola pemanfaatan pangan agar memenuhi kaidah mutu,
keragaman, kandungan gizi dan kehalalannya (Prabowo, 2010).
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan mendapatkan banyak tantangan dan rintangan
akibat perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan semakin
semakin banyaknya kasus serangan hama dan penyakit tanaman yang menyebabkan
terjadinya penurunan hasil panen. Oleh karena itu perlu dikembangan strategi baru dalam
mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk meningkatkan kecukupan, ketahanan, dan
kemandirian pangan masyarakat.
Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mening-katkan kecukupan, ketahanan, dan
kemandirian pangan tersebut adalah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pekarangan
dinilai memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi setiap rumah tangga, oleh karena itu
Kemen-trian Pertanian pada tahun 2011 mengembangkan Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL), yaitu sebuah konsep pengelolaan lahan pekarangan dengan menerapkan
prinsip ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal konservasi tanaman dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Andrianyta &
Mardiharini, 2015).
Indonesia merupakan negara agraris di bidang pertanian yang menjadi prioritas utama
karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata

1
pencaharian petani. Walaupun Indonesia negara agraris, sebagian besar petaninya masih
termasuk petani kecil yang memiliki lahan pertanian terbatas dan modal tidak cukup besar
sehingga hasil pertanian yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
Bidang pertanian khususnya kontribusi pemanfaatan lahan pekarangan diperlukan
pola pikir dan budaya yang kreatif. Jika kita telisik hampir semua tempat di Indonesia dapat
dijumpai adanya pekarangan, dan pekarangan merupakan agroekosistem yang sangat baik
serta mempunyai potensi yang tidak kecil dalam mencukupi kebutuhan hidup masyarakat
atau pemiliknya, bahkan kalau dikembangkan secara baik akan dapat hasil yang lebih jauh
lagi, seperti pendapatan ekonomi, kesejahteraan masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan
pasar bahkan memenuhi kebutuhan nasional (Marhalim, 2015).
Perkarangan rumah merupakan sebidang tanah disekitar rumah, baik itu berada di
depan, di samping, maupun di belakang rumah. Pemanfaatan perkarangan rumah sangat
penting, karena manfaat yang dapat diambil sangat banyak. Pemanfaatan pekarangan yang
baik dapat mendatangkan berbagai manfaat antara lain yaitu sebagai warung, apotek,
lumbung hidup dan bank hidup (Ashari, dkk, 2012). Di katakan lumbung hidup karena
sewaktu-waktu kebutuhan pangan pokok seperti jagung, umbi-umbian dan sebagainya
tersedia di pekarangan. Selain pekarangan difungsikan untuk pemenuhan bahan pangan
(Arifin, dkk., 2007), pekarangan untuk konsevasi keanekaragaman hayati pertanian dapt juga
mendukung agroekologi dan pertanian yang berkelanjutan (Marshall dan Moonen, 2002).
Suasana hijau di halaman rumah sudah menjadi kebutuhan masyarakat kota besar
maupun kecil. Pemanfatan halaman rumah untuk bertanam sayuran mulai menjadi trend.
Sebagai penyaluran hobi, kegiatan ini amatlah mengasikkan . Merupakan kebanggaan yang
besar bagi pelakunya saat memanen sayuran dan mengkonsumsi hasil tanaman yang
dibesarkan dan dirawatnya sendiri. Hobi berkebun kini makin digemari masyarakat, dan
banyak yang melakukan di pekarangan rumah masing-masing. Kegemaran ini telah
merambah ke sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai dengan memanfaatkan lahan tidur
untuk pertanian kota.
Umumnya untuk menanam tanaman yang kita inginkan di perkotaan kadang-kadang
terkendala oleh luas lahan yang tersedia. Penanaman tanaman secara vertikultur dapat
menjadi solusi dalam mengatasi lahan sempit. Sistem tanam vertikultur adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok
diterapkan di lahan-lahan sempit atau pada pemukiman yang padat penduduk (Mariyam et
al., 2014). Penanaman secara vertikultur sesuai dengan konsep Urban Farming yang saat ini
tengah banyak diperbincangkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, konsep Urban
2
Farming adalah metode bercocok tanam di wilayah perkotaan yang ukuran lahannya relatif
sempit dengan teknik bertanam khusus seperti vertikultur, hidroponik dan aquaponik.
Penanaman dengan teknik vertikultur, hidroponik maupun aquaponik juga memiliki
keunggulan lain, yaitu tanaman dapat dipanen dalam keadaan segar. Pembeli ataupun
konsumen bisa langsung memanen sendiri tanaman ataupun melalui pemesanan sehingga
kualitasnya akan lebih terjamin, dengan kata lain pemanenan dapat dilakukan saat
dibutuhkan.
Pemanfaatan perkarangan rumah yang paling cocok dilakukan adalah dengan
ditanami oleh tanaman sayuran. Menurut Sismihardjo (2008), lahan perkarangan dapat
dimanfaatkan untuk budidaya berbagai jenis tanaman, termasuk budidaya tanaman buah dan
sayuran serta sebagai salah satu bentuk praktek agroforestri. Iklim Indonesia, yang tropis
sangat cocok untuk pembudidayaan tanaman sayuran yang merupakan salah satu dari
tanaman kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia yang baik untuk kesehatan. Tanaman
hortikultura adalah tanaman yang paling sering dibudidayakan secara vertikultur. Menurut
Desiliyarni et al. (2003) jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim bukan pohon
khususnya tanaman sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Secara
estetika, tanaman sayuran yang dibudidayakan secara vertikultur berguna untuk menutup
pemandangan yang tidak menyenangkan atau dapat menyuguhkan pemandangan yang indah
dengan berbagai warna dan model yang menarik.
Kelebihan lainnya cara bertanam ini memungkinkan kita memperoleh sayuran yang
bersih dan bermutu yang dapat diyakini seratus persen. Dengan melakukan penanaman dan
pemeliharaan sendiri biasanya kitapun mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan
pestisida. Sayuran yang diperoleh pun akan sedikit atau bahkan bebas residu pestisida yang
berbahaya bagi kesehatan. Untuk tanaman sayuran pada umumnya penanaman di pekarangan
hanya dimasudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan memanfaatkan halaman
yang tersisa, dan banyak berkembang di pedesaan. Namun, saat ini budidaya bertanam sayur
di pekarangan ternyata juga digandrungi kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan
melalui teknologi vertikultur. Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat
dipindahkan ke dalarn rumah, dan menghasilkan karya seni yang indah. Selain itu, juga untuk
mengisi waktu kosong bagi ibu-ibu rumah tangga maupun para pensiunan dan juga kaum
remaja. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang
mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain
tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias.
3
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna, yaitu untuk
menghasilkan bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya, sayur dan buah-
buahan, unggas, ternak kecil dan ikan, rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian, bahan
kerajinan tangan, serta uang tunai (Sajogyo, 1994). Kelebihan pekarangan dalam kehidupan
petani adalah secara berkesinambungan dapat menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga
petani (Salikin, 2005). Pendapat ini dipertegas oleh Arifin, (2010) bahwa tanaman dan ternak
di pekarangan memberi kontribusi pendapatan keluarga. Sedangkan kajian yang dilakukan
oleh Rahayu (2010) bahwa dengan memanfaatkan pekarangan pendapatan yang diperoleh di
Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung kidul tiap bulannya berkisar antara
Rp. 335.000 - Rp. 2.246.428 Namun demikian, dengan penataan pekarangan yang lebih baik
dapat memberikan pendapatan hingga Rp 3.236.821 per bulan atau Rp 38.841.848 per tahun
(Mardiyanto, 2009). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pekarangan dapat
dijadikan lahan usaha tani yang efektif untuk mendukung program ketahanan pangan
keluarga di perkotaan maupun di perdesaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat yang sering disebut dengan Program Pengembangan desa Mitra PkM. PkM ini
dosen dan mahasiswa saling interaksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dalam
PkM ini pembangunan masyarakat semakin kuat oleh adanya agen perubahan (Agent of
Change). Agent of Change melakukan perubahan inovasi yang terencana yaitu dengan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah proses, cara ataupun perbuatan
membuat budaya yakni kemampuan bertindak yang berupaya upaya. Konteks pemberdayaan
masyarakat ini sangat sesuai diterapkan dalam situasi dimana masyarakat memerlukan
pendampingan untuk memberdayakan dirinya sendiri. Kondisi ini menjadi salah satu
pertimbangan dilaksanakannya kerjasama pemitraan dengan melakukan pengabdian di Desa
Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun,
Sumatera Utara.
Pemanfaatkan lahan pekarangan rumah masyarakat di Desa Negeri Lawan, Nagori
Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara, masih belum
efektif. Hal ini dapat dilihat dari masih luasnya lahan pekarangan yang tidak termanfaatkan
atau kosong. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki mind set (pola pikir) bahwa lahan
untuk bertani atau bercocok tanam hanya di ladang atau sawah saja. Sehingga sumber
pendapatan bagi keluarga hanya ladang dan sawah saja. Mereka beranggapan bahwa lahan
pekarangan tidak memberikan manfaat selain sebagai halaman rumah, untuk melepas lelah
setelah seharian bekerja di ladang ataupun sawah.
4
Disamping hal tersebut, masyarakat Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec.
Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun masih belum memanfaatkan lahan pekarangan adalah
kurangnya pengetahuan dan pelatihan mengenai penyiapan media tanah, penyediaan pupuk
organik dari bahan sekitar dan pemanfaataan limbah dan bahan yang ada disekitar sebagai
wadah tanaman.

1.2. Permasalahan Mitra


Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Negeri
Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun adalah:
a. Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan dalam
ketahanan pangan guna peningkatan pendapatan keluarga di Desa Negeri Lawan, Nagori
Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penyiapan media tanah, pupuk organik dan
sebagai wadah tanaman di pekarangan rumah.
Maksud dan tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk menciptakan ketahanan
pangan bagi masyarakat Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu
Nanggar, Kab. Simalungun, serta dapat meningkatkan pendapatan keluarga serta memberikan
pelatihan bagaimana menyiapkan media, pupuk organik dan memanfaatkan limbah disekitar
lingkungan sebagai wadah tanaman secara baik dan benar. Solusi yang akan diberikan dalam
menjawab permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat Desa Negeri Lawan, Nagori
Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun adalah memberikan pemahaman
bahwa ketahanan pangan dapat dilakukan yaitu dengan pemanfaatan lahan pekarangan
dengan budi daya tanaman yang dapat memberikan sumber pendapatan bagi keluarga. Serta
memberikan ketrampilan bagaimana pengolahan media tanam dengan pemanfaatan limbah
yang ada disekitar lingkungan, dan cara budi daya yang baik dan benar. Oleh karena itu
pekarangan harus dicirikan oleh adanya rumah tinggal yang tetap, sehingga tidak berlaku
untuk pemukiman yang berpindah-pindah (nomaden settelment) atau usaha pertanian yang
tidak menetap. Di sisi lain, aktivitas produksi tersebut akan menumbuhkan beragam usaha
pengolahan pangan, usaha rumah tangga kecil, menengah, dan usaha besar. Selain itu,
aktivitas ekonomi pangan diharapkan dapat meminimalkan risiko usaha pola monokultur,
meredam gejolak harga, mengurangi gangguan biota dalam suatu lingkungan, meningkatkan
pendapatan pelaku utama serta pelaku usaha, dan menunjang kelestarian sumber daya alam.
Penganeka ragaman konsumsi pangan juga dapat mengurangi ketergantungan konsumen
terhadap satu jenis pangan. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa pemanfaatan lahan
5
pekarangan dapat dijadikan sebagai basis keragaman tanaman dalam rangka memberdayakan
sumber daya keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi yang akan
memiliki dimensi sosial, ekonomi, politik, dan kelestarian lingkungan (Ernofia, 2013).

6
BAB II.
SOLUSI dan TARGET LUARAN

2.1. Solusi yang di Tawarkan

Daerah Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar , Kab.
Simalungun, Sumatera Utara sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai Petani.
Selain itu sebagian besar warga desa mempunyai pekarangan yang relatif luas . Lahan
pekarangan di wilayah Desa Negeri Lawan merupakan salah satu lahan yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai usaha tani. Namun, kenyataannya, hasil pengamatan di
lapangan menunjukkan masih banyaknya masyarakat Desa Negeri Lawan yang belum melirik
potensi lahan pekarangan sebagai sumber bahan pangan keluarga. Salah satu alternatif untuk
mengatasi kelangkaan sumber daya lahan pertanian adalah dengan memanfaatkan lahan
pekarangan. Lahan pekarangan merupakan salah satu tempat kegiatan usaha tani yang
mempunyai peran besar dalam usaha pemenuhan kebutuhan pangan dan obat-obatan keluarga
(Suwono, 2012).
Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Hariyadi (2013) bahwa pemanfaatan
lahan pekarangan merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan
dalam rumah tangga. Menurut Sailan (2013), pengelolaan sumber daya lahan pekarangan
yang dilakukan secara optimal dan dengan memanfaatkan sumber daya alam serta jasa-jasa
lingkungan lainnya akan dapat memberikan dorongan dan insentif penyediaan pangan yang
lebih beragam. Di sisi lain, aktivitas produksi tersebut akan menumbuhkan beragam usaha
pengolahan pangan. Media tanam merupakan salah satu komponen pokok tanaman agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal, salah satu alternatif yang dapat digunakan
sebagai pot hidup tanaman untuk dijadikan sebagai media vertikultur. Vertikultur berasal
dari bahas inggris yaitu verti (bertingkat) dan culture (budidaya). Dari istilah tersebut,
vertikultur merupakan kegiatan bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam
dalam suatu wadah dan disusun secara vertikal. Menurut Temmy (2003), vertikultur
merupakan salah satu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang
vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat. Selain itu,
Marsema Kaka Mone (2006) sebagai ahli pertanian mengungkapkan bahwa vertikultur adalah
cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah yang
tersudun secara vertikal dalam rangka melakukan pemanfaatan ruang ke arah vertikal.

7
Diantara manfaat dari sistem vertikultur adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah perawatan
2. Mempercepat pertumbuhan
3. Mempermudah pemanenan dan tidak membutuhkan banyak energi
4. Menghemat pemupukan
Menurut Nitisapto (1993), beberapa rancangan wadah media tanam yang sudah cukup
banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi salah satunya adalah
sebagai berikut:
1. Kolom wadah media tanaman disusun secara vertikal. Dalam posisi tegak/vertikal dan
diberi lubang pada permukaannya sebagai tempat terbuka atau sebagai lubang tanam
tanaman yang akan dibudidayakan.
2. Pot susun.wadah media sebaiknya dipilh dari bahan cukup kokoh dan dapat tegak berdiri
dengan bentuk menyerupai pot.
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan rumah, ibu rumah tangga memiliki
peran yang sangat besar untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karenanya, dalam program
pembuatan vertikultur ini target atau sasaran yang kami gunakan adalah ibu rumah tangga di
lingkungan Desa Negeri Lawan. Dalam hal ini kami sangat berharap ibu rumah tangga dapat
berpengaruh untuk mendukung Indonesia bebas sampah dan mewujudkan ketahanan pangan
keluarga.
Pemilihan tipe, bahan, ukuran, serta wadah yang akan digunakan untuk budidaya
vertikultur sangat bervariasi dan banyak macamnya. Pembudidaya hanya menyesuaikan
dengan kondisi dan keinginan, dapat berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk
mirip anak tangga, dengan beberapa tingkatan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu
atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras yang dipasang pada dinding.
Persyaratan aplikasi teknologi vertikultur yang harus dipenuhi dalam budidaya sayuran di
lahan pekarangan yang sempit adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan, sehingga
selain dapat menghasilkan sayuran sehat dan bergizi untuk dikonsumsi, juga dapat
memperindah halaman rumah. Selain itu persyaratan lainnya adalah bahan harus kuat dan
mudah untuk di pindahkan.
Agar hasil panen nantinya dapat dikonsumsi untuk berbagai kalangan baik balita
maupun orang yang sedang sakit, penggunaan teknologi vertikultur sebaiknya tidak disertai
dengan penerapan budidaya bebas pestisida kimia atau sebaiknya menggunakan biopestisida.
Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur ini juga mudah diterapkan di pekarangan rumah
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga sehari-hari sehingga dapat menghemat.
8
Tanaman sayuran pencegah stunting juga diharapkan dapat dibudidayakan menggunakan
sistem budidaya vertikultur ini karena cara membuatnya yang mudah dan efisien.
Keuntungan budidaya sayuran terutama pada tanaman dengan sistim vertikultur
antara lain : 1). Efisien dalam penggunaan lahan, (2) Mudah dalam pemeliharaan, 3)
Penghematan pemakaian pupuk dan biopestisida, (4) Praktis serta mudah dalam upaya
mengontrol pertumbuhan rumput dan gulma, (5) Mudah dipindahkan, (6). Tanaman sayuran
yang dipanen lebih bersih dan sehat. Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam
budidaya tanaman secara vertikultur dan akan diulas secara jelas, yaitu :
(1) Pembuatan tempat vertikultur
(2) Penyiapan dan penggunaan pupuk organik
(3) Penanaman dan pemeliharaan

2.2. Hasil Luaran


Kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Respon masyarakat yang datang
sangatlah baik, karena vertikultur sangat cocok diaplikasikan pada rumah mereka, yang mana
lahan rumah warga sudah sangat sempit. Kegiatan ini berlangsung di Desa Negeri Lawan,
Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar , Kab. Simalungun, Sumatera Utara dengan
dibantu oleh tim Pelaksana PkM.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat di Desa Negeri Lawan, Nagori
Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar , Kab. Simalungun, Sumatera Utara Siren dapat
melakukan budidaya dengan teknik vertikultur. Selain dapat menghemat biaya pengeluaran
membeli sayur mayur kebutuhan rumah tangga, warga juga dapat menjadikan budidaya
dengan teknik veritikutur ini sebagai bisnis sayur mayur apabila dilakukan secara
berkelanjutan.

9
BAB III.
METODE PELAKSANAAN

• Peta Lokasi PkM

Gambar 1: Peta Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun, SUMUT

Gambar 2: Kantor Pangulu Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab.
Simalungun, SUMUT

10
Gambar 3: Jarak dan Waktu Perjalanan dari Universitas Simalungun ke Nagori Dolok
Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun, SUMUT

• Waktu
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Desa Negeri Lawan,
Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar , Kab. Simalungun, Sumatera Utara dari
bulan Oktober 2020 sampai Desember 2020.

• Sasaran Kegiatan
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang
tergabung dalam kelompok PKK serta remaja setempat di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok
Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara, dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan tanaman sayuran dengan teknik
vertikultur, sehingga mereka dapat mempraktekannya di rumah masing-masing dan juga
menularkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki kepada warga di sekitar
tempat tinggal mereka. Penjelasannya dengan ceramah dan visualnya dengan power point

11
serta memperagakannya, dan peserta kegiatan diberikan pamflet budidaya vertikultur
sebagai panduan yang dapat dibaca dan dipraktekkan di rumah masing-masing.
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mitra
yang diperlukan untuk menangani berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan dalam
rangka mendukung peningkatan keterampilan budidaya tanaman sayuran dengan teknik
vertikultur.

12
BAB IV.
STUDI KELAYAKAN PROGRAM STUDI

4.1. Gambaran Umum Perguruan Tinggi Tim Pelaksana

Perguruan Tinggi yang mengusulkan program ini adalah Universitas Simalungun


(USI). Program pengabdian masyarakat di Universitas Simalungun (USI) di bawah Lembaga
Pengabdian Masyarakat (LPM). Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan kegiatan
rutin yang dilakukan oleh LPM Universitas Simalungun (USI). Pengabdian masyarakat
merupakan salah satu bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai sebuah lembaga yang
menaungi seluruh kegiatan pengabdian masyarakat, LPM Universitas Simalungun (USI) telah
melakukan berberapa cara (seperti pelatihan penulisan proposal pengabdian) untuk
meningkatkan partisipasi dosen untuk mengajukan proposal pengabdian masyarakat baik
yang didanai oleh DIKTI maupun lembaga lainnya. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
perolehan proposal pengabdian masyarakat yang didanai.
Selain Dosen, mahasiswa juga terlibat dalam kegiatan ini yang berasal dari berbagai
fakultas di Universitas Simalungun (USI) dengan fokus minat kewirausahaan. Keterlibatan
mahasiswa selain untuk membantu pelaksanaan program juga meningkatkan kemampuan
mahasiswa untuk mentransfer dan mempraktekan keilmuannya secara langsung dimasyarakat
dan memberikan gambaran real tentang wirausaha sehingga kedepannya mereka dapat
membentuk usaha sendiri. Mahasiswa membantu selama proses pelatihan, pendampingan,
dan evaluasi hasil kegiatan. Untuk melaksanakan kegiatan secara baik dan terencana maka
pada usul Program Iptek Bagi Masyarakat ini disusun jadwal kegiatan sebagaimana tampak
pada jadwal kegiatan.

4.2. Sasaran Pelaksanaan

Sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada dasarnya adalah


masyarakat di luar kampus yang : (a) memerlukan bantuan perguruan tinggi dalam rangka
memecahkan masalah yang mereka hadapi, dengan menggunakan IPTEKS yang telah
berkembang dan dikembangkan oleh perguruan tinggi; dan/atau (b) diperlukan oleh
perguruan tinggi sebagai mitra kerja aplikasi IPTEKS yang diciptakan dalam rangka
memperoleh masukan nyata untuk pengembangannya lebih lanjut.

13
Dalam pelaksanaannya di lapangan, yang menjadi sasaran kegiatan pengab-dian
kepada masyarakat tersebut dapat dipilah dalam (a) sasaran perorangan; (b) sasaran
kelompok; (c) khalayak sasaran komunitas; dan (d) khalayak sasaran lembaga. Sedangkan
cakupannya meliputi : (a) masyarakat perkotaan atau pedesaan; (b) masyarakat industri atau
agraris; dan (c) pemerintah atau swasta. Pemilihan sasaran tersebut tentunya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan perguruan tinggi, serta sesuai dengan
permasalahan yang relevan dengan bidang keahlian yang dimiliki dan dikembangkan oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan.

4.3. Rencana Kegiatan

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat


oleh perguruan tinggi harus selalu diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dampak dan
manfaatnya dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat pengguna. Hal ini harus
dipahami, karena tujuan pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi adalah :
(a) Mempercepat upaya peningkatkan kemampuan sumber daya manusia sesuai dengan
tuntutan dinamika pembangunan.
(b) Mempercepat upaya pengembangan masyarakat ke arah terbinanya masyarakat dinamis
yang siap menempuh perubahan-perubahan menuju perbaikan dan kemajuan sesuai
dengan nilainilai sosial yang berlaku.
(c) Mempercepat upaya pembinaan institusi dan profesi masyarakat sesuai dengan
perkembangannya dalam proses modernisasi. (Pembinaan masyarakat ke arah
masyarakat maju dan modern jelas memerlukan adanya usaha institusionalisasi dan
profesionalisasi untuk mengubah potesi menjadi kekuatan nyata).
Secara khusus, kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi
juga bertujuan untuk memperoleh masukan nyata bagi pengembangan kurikulum di
perguruan tinggi yang bersangkutan, agar kurikulum yang diterapkan lebih relevan dengan
kebutuhan pembangunan. Dengan pengabdian kepada masyarakat, juga diharapkan
dapat meningkatkan kepekaan sivitas akademika terhadap masalah-masalah yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing perguruan tinggi dapat
menjabarkan dan memprioritaskan tujuan-tujuan pengabdian kepada masyarakat tersebut
di atas secara lebih spesifik, dengan memperhatikan : (a) pola ilmiah pokok perguruan
tinggi; (b) statuta, rencana induk pengembangan dan tingkat perkembangan perguruan
tinggi; (c) lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat setempat; (d) tuntutan

14
pembangunan regional maupun nasional; atau (e) pertimbangan dan kriteria lain yang
relevan.

4.4. Partisipasi Mitra

Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang menimbulkan hubungan


“mitra kerja” yang saling menguntungkan, antara perguruan tinggi dan masyarakat
sasaran, dalam rangka menjalankan misi dan mencapai tujuan masing-masing. Harus
memiliki Asas kesinambungan dimana kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan
sangat baik bila dilakukan secara sinambung, dalam arti bahwa selesainya suatu kegiatan
akan diikuti oleh kegiatan lain, meskipun pelaksananya berbeda.
Program pengabdian yang baik adalah program yang berjalan terus menerus
dengan metode yang mengikuti perkembangan kegiatan yang dilakukan dan kebutuhan
masyarakat sasarannya. Dengan asas edukatif dan pengembangan, pengabdian kepada
masyarakat, merupakan kegiatan pelayanan dan pendidikan kepada masyarakat, juga
merupakan kegiatan penerapan dan pengembangan produk perguruan tinggi dari dua darma
lainnya.
Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang berbagai kegiatan pihak lain, dengan
tujuan mempercepat dan meningkatkan kualitas jalannya proses pembangunan serta
keberhasilan pencapaian tujuan-tujuannya. Dalam pelaksanaan kegiatan penunjang perlu
dihindari adanya kesan bahwa perguruan tinggi hanyalah mengisi kekurangan tenaga
kerja di lapangan. Peran yang harus dikembangkan adalah menambah tenaga kerja yang
bermutu atau meningkatkan mutu tenaga kerja yang sudah ada. Kegiatan penunjang ini ada
dua jenis, yaitu : (a) Komplementer, merupakan kegiatan pengabdian yang hasilnya
menunjang keberhasilan kegiatan yang dilakukan bersama-sama pihak lain, dan (b)
Suplementer, merupakan kegiatan pengabdian yang di dalam prosesnya memperkuat atau
meningkatkan kualitas jalannya proses yang dilakukan pihak lain, meskipun dalam
pelaksanaannya berjalan sendiri-sendiri.

15
BAB V.
BIAYA dan JADWAL

5.1. Rancangan Anggaran Biaya

Jumlah biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengabdian sebesar Rp.5.000.000,-


(lima juta rupiah) dengan perincian seperti terlihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Rincian Biaya Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat.


No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Pra Pelaksanaan, Survei, Pembuatan Modul, Spanduk dan
Undangan 800.000,-
2. Pembelihan bahan dan Pelaksanaan Pelatihan 3.000.000,-
3. Transportasi dan Konsumsi 800.000,-
4. Pencetakan Laporan 400.000,-
Total 5.000.000,-

5.2. Jadwal Kegiatan

Pengabdian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020
dengan rincian jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat hingga selesai.


Bulan Ke-
No Kegiatan
1 2 3
1. Pra Pelaksanaan
Survei Kampung Sasaran
Survei Penyediaan Alat dan Bahan
Pengajuan Proposal
Pembuatan Modul Pelatihan, Undangan Peserta dan
Susunan Acara
2. Pelaksanaan
Pelatihan Pembuatan
3. Pengawasan
4. Evaluasi dan Penyusunan laporan

16
BAB VI.
HASIL dan PEMBAHASAN

Usaha budidaya pertanian telah berkembang sejak dilaksanakannya pola pertanian


menetap sekitar 10.000 tahun yang lalu, yang dibarengi dengan semakin mantapnya
pemukiman menetap. Pada saat itu, manusia juga mulai melakukan pengumpulan dan
penyimpanan bahan makanan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Di Indonesia,
perkembangan pertanian telah berlangsung sejak lama, yang terutama didasarkan pada
budidaya padi sawah. Namun , sitem pertanian yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
merupakan sistem pertanian yang dilakukan secara horizontal. Mengingat salah satu
tantangan atau permasalahan pertanian yang saat ini mulai dirasakan yaitu semakin
terbatasnya lahan, maka perlu dikembangkan adanya alternatif cara bertani yang hemat lahan,
dengan teknologi dan metode sederhana, dan secara ekonomi layak serta dapat diterima oleh
masyarakat. Dalam hal ini, perlu dikembangkan pola bertani secara vertikal atau vertikultur.
Kegiatan pelatihan diawali dengan ceramah di kelas mengenai budidaya tanaman
sayuran dengan teknik vertikultur. Materi yang diberikan adalah mengenai: 1) Gambaran
umum teknik vertikultur; 2) Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat wadah tanaman
dalam teknik vertikultur; 3) Persiapan media tanam; 4) Pembibitan tanaman sayuran; 5)
Pemeliharaan tanaman sayuran dalam teknik vertikultur. Setelah kegiatan ceramah di kelas,
pelatihan dilanjutkan dengan kegiatan praktek budidaya tanaman sayuran dengan teknik
vertikultur. Dalam kegiatan ini peserta diajak untuk mempraktekan langsung kegiatan : 1)
menyiapkan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kompos dan arang sekam;
2) menyemai beberapa jenis tanaman sayuran seperti kangkung, bayam, selada dan pakcoi; 3)
penyapihan tanaman; 4) pemindahan tanaman sayuran dari tempat persemaian ke dalam
wadah.
Peserta pelatihan partisipatif mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan
terlibat aktif dalam praktek budidaya tanaman sayuran dengan sistem vertikultur. Secara
umum seluruh peserta dapat mempraktekkan teori yang sudah didapatkan di dalam kelas.
Selain pengetahuan dan keterampilan peserta, ketersediaan bahan baku untuk budidaya
tanaman sayuran merupakan aspek penting untuk menjamin keberlanjutan kegiatan ini. Dari
hasil analisis dan wawancara dengan beberapa orang peserta kegiatan diketahui bahwa bahan

17
baku yang tersedia di lokasi kegiatan ini dilaksanakan cukup melimpah, baik bahan baku
maupun sumber daya manusia.
Upaya pengembangan dan pemasyarakatan vertikultur di daerah perkotaan, antara lain
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1. Menciptakan keasrian, keserasian, dan keindahan lingkungan kota yang dipenuhi dengan
berbagai sarana dan prasarana perkotaan dan pemukiman padat penduduk
2. Konservasi sumber daya tanah, yaitu dengan mengelola dan memanfaatkannya secara
bijaksana agar ketersediaanya dapat terus berlanjut.
3. Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air berarti
ketersediaan air dapat terjamin pada masa-masa yang akan datang.
4. Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi perkotaan
menjadi lebih sejuk dan nyaman.
5. Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan yang dimanfaatkan sebagai kompos atau
pupuk kandang.
6. Sebagai upaya pemenuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga keberlanjutannya.
Penerapan pola tanam vertikultur, mempunyai beberapa keunggulan, antara lain
sebagai berikut :
1. Menghemat lahan.
2. Menghemat air.
3. Mendukung Pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan pupuk alami dan
sedikit mungkin menggunakan pestisida anorganik.
4. Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat disesuaikan dengan
kondisi setempat atau ketersediaan bahan yang ada.
5. Umur tanaman relatif pendek.
6. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana
Tahapannya yaitu: menjelaskan teknik budidaya vertikultur (mulai persiapan rak,
media tanam, persemaian atau langsung untuk penanaman, pemeliharaan dan pasca
panen), keuntungan vertikultur, jenis tanaman apa saja yang dapat dibudidayakan secara
vertikultur. Penjelasannya dengan ceramah dan visualnya dengan power point serta
memperagakannya, dan peserta kegiatan diberikan pamflet budidaya vertikultur sebagai
panduan yang dapat dibaca dan dipraktekkan di rumah masing-masing.

• Bahan dan Alat Pengabdian

18
1. Bahan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian Vertikultur menggunakan pipa
paralon adalah sebagai berikut :
❖ Gergaji besi
❖ Meteran
❖ Pemanas, kamu bisa menggunakan hair dryer atau lampu teplok
❖ Pipa paralon berukuran besar
❖ Kayu berbentuk tabung atau bisa juga menggunakan botol minuman ringan
❖ Tanah
❖ Pupuk kompos atau pupuk kandang

Cara Membuat mengunakan media pipa paralon:


▪ Setelah semua alat dan bahan sudah siap, buat wadah media tanam yang terbuat dari
pipa paralon.
▪ Buat gambar pada pipa paralon yang nantinya akan dibuat menjadi luabang.
▪ Gergaji gambar yang sudah dibuat tadi.
▪ Setelah digergaji, panaskan salah satu sisinya lalu kemudian tekan ke bagian dalam
menggunakan botol saat pipa paralon masih lunak.
▪ Buat dudukan dari semen agar media bisa dipindah-pindahkan.
▪ Tanam pipa paralon di atas tanah secara langsung.
▪ Masukkan media tanam yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk.
▪ Media tanam vertikultur siap digunakan untuk menanam

2. Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pengabdian Vertikultur menggunakan
botol bekas adalah sebagai berikut :
❖ Botol plastik bekas yang berukuran 1,5 liter
❖ Tali tambang
❖ Gunting atau cutter

Cara membuat mengunakan media dari bahan botol bekas:


▪ Siapkan botol yang akan kita gunakan sebagai pot untuk tanaman.
▪ Buat lubang berbentuk persegi panjang dengan lebah sekitar 3 cm.
▪ Buat lubang kecil di bagian bawah dengan diameter sekiar 0,5 cm.
▪ Setelah itu buat lubang untuk menempatkan tali gantungan. Lubang berukuran sekitar
1 cm, lalu masukkan tali dan buat simpul pada ujung tali.

19
▪ Masukkan media tanam ke dalam botol plastik yang sudah disulap menjadi pot.
▪ Gantung pot pada tembok yang sudah kamu pilih untuk menanam berbagai tanaman

Gambar 4. Contoh Vertikultur menggunakan botol bekas

Dalam aspek psikomotorik, kegiatan pelatihan ini juga dinilai cukup berhasil dalam
menambah keterampilan peserta. Pada kegiatan praktek budidaya tanaman sayuran, para
peserta juga sangat antusias untuk berpartisipasi aktif. Peserta bersama-sama dengan pemateri
ikut mempraktekkan langsung untuk menyiapkan media tanam, melakukan pembibitan dalam
baki dan juga menyapih tanaman yang sudah berumur kurang lebih 2 minggu, sehingga
berdasarkan indikator keberhasilan, peserta dinilai sudah cukup terampil untuk
membudidayakan tanaman sayuran dengan teknik vertikultur.
Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi
masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Dengan budidaya tanaman
sayuran di pekarangan, setidaknya dapat mem-permudah akses masyarakat untuk
mengkonsumsi bahan pangan yang sehat. Hasil kajian Andrianyta & Mardiharini (2015)
menyebutkan, di perkotaan dengan luas lahan yang terbatas mengakibatkan volume panen
juga tidak banyak, oleh karena itu hasil panen dari lahan pekarangan biasanya hanya untuk
konsumsi sendiri, dan bagi masyarakat dengan pendapatan tinggi, pemaanfaatan lahan
pekarangan merupakan salah satu upaya untuk mewariskan lingkungan sehat ke generasi
selanjutnya.
Terkait dengan isu lingkungan, upaya pemanfaatan lahan pekarangan dinilai sebagai
upaya mempertahankan keanekaragaman hayati dan memperbaiki kondisi ekologis (Rauf et
al., 2013). Kedepannya, apabila hendak dijadikan kegiatan komersil, pemanfaatan lahan
pekarangan dapat dikembangkan berdasarkan pendekatan konsep nanosociopreneur, yang
berangkat dari hal-hal kecil dan diharapkan berdampak pada manfaat besar dalam ruang
20
lingkup yang lebih luas (Muttaqin & Sari, 2017). Kegiatan budidaya tanaman sayuran di
pekarangan dapat dilakukan secara kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan warga sehingga
dapat menunjang ketahanan pangan nasional.
Manajemen pemasaran dalam pengabdian ini masih sederhana. Manajemen
pemasaran yang diajarkan dalam pengabdian ini yaitu meliputi berapa ikat jumlah sayuran
yang dipasarkan, kemana saja sayurannya harus dipasarkan, jenis sayuran apa yang
dipasarkan, berapa harga sayuran per ikatnya, dan juga di angkut dengan apa sayurannya,
dikemas dengan apa sayurannya, serta berapa besarnya biaya pemasaran. Apabila dilakukan
manajemen pemasaran, harapannya produksi bisa terjual dengan baik dan dengan harga yang
baik, sehingga bisa diperoleh keuntungan yang optimal.
Dalam manajemen pemasaran ini juga diajarkan tentang cara administrasinya.
Meliputi jumlah sayuran yang dijual, tempat penjualan A misalnya permintaannya sekian
ikat, jenis sayuran yang diminta yang dipesan, harga sayuran per ikat, jumlah ikat sayuran
yang tidak terjual, dan sebagainya. Di dalam manajemen pemasaran ini mereka sangat
memperhatikan, tetapi sayangnya mereka belum mempraktekkan menjual, karena
produksinya baru sedikit, dan untuk masih untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Baik
untuk usaha produksi tanaman sayuran vertikultur secara kelompok maupun secara individual
belum ada yang menerapkan.
Namun demikian mereka sudah bisa mencatat hasil panen mereka berapa ikat,
kemudian jika dijual hasilnya berapa rupian, sehingga jika dijual nilainya berapa. Sehingga
keluarganya karena mengkonsumsi produksi sendiri, maka tidak mengeluarkan uang berapa
rupiah karena tidak membeli sayuran dari luar.
Manajemen keuangan dalam pengabdian disni meliputi pengelolaan besarnya
keuangan untuk memproduksi sayuran dan untuk memasarkan sayuran. Pada prinsipnya
besarnya uang yang dikeluarkan untuk produksi dan untuk memasarkan sayuran tidak
melebihi besarnya nilai hasil penjualan sayuran (penerimaan). Hal ini supaya memperoleh
keuntungan. Hasil keuntungan sebagaian bisa diguanakan untuk memperbesar usaha.
Di dalam manajemen keuangan ini mereka belum melakukan. Manajemen keuangan
yang mereka terapkan baru sekedar mencatat administrasi keuangan berupa biaya biaya untuk
produksi tanaman. Penerimaan belum ada yang dicatat karena mereka belum menjual
produksi.

21
PROSES BUDIDAYA VERTIKULTUR

Gambar 5: Persiapan Wadah Vertikultur

Gambar 6: Media Tanam

22
Gambar 7: Benih Sayur yang Siap di Pindahkan ke Media Tanam

Gambar 8: Produksi Hingga Pemanenan Sayuran di Masing-masing Rumah Penduduk

23
BAB VII.
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka
vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat,
baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini
merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
Dengan sistem vertikultur pemanfaatan Iahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh optimal
di daerah perkotaan.dengan berbagai keunggulan. Jenis tanaman yang dapat di tanam pun
beragam kaktus dan lain-lain.
1. Vertikultur merupakan cara bertanam secara vertikal
2. Banyak model yang digunakan untuk menanam secara vertikultur, namun yang paling
umum digunakan yaitu model rak, gantung dan tegak.
3. Perawatan tanaman menggunakan model bangunan vertikultur dan unsur hara
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada
sistem vertikultur.
4. Dengan penerapan sistem bertanam secara vertikultur maka permasalahan lahan
sempit dapat teratasi.

7.2. Saran
1. Pelaksana atau masyarakat harus lebih fokus dalam hal perawatan tanaman agar
pertumbuhan tanaman tersebut dapat berlangsung dengan baik sehingga hasil yang
didapatkan pada akhir pemanenan juga lebih baik .
2. Masyarakat dapat menerapkan sistem penanaman Vertikultur tanaman hias maupun
tanaman sayur-sayuran dilahan kosong yang belum ditanami walaupun lahan tersebut
sangat sempit,namun penanaman dengan sistem penanaman veltikurtur sangat efisien
sehingga dapat tercipta lingkungan asri dan indah. Kita juga dapat mengasah
kreativitas dengan membuat berbagai macam model tinggal disesuaikan dengan
kondisi dan keinginan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andrianyta, H., & Mardiharini, M. 2015. Sosial Ekonomi Pekarangan Berbasis Kawasan di
Perdesaan dan Perkotaan Tiga Provinsi di Indonesia. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 18(3), 225–236.

Arifin, HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, Budiarti T, Arifin NHS, Pramukanto P. 2007.
“Homestead Plot Survey on Java”. Research Report. Department of Landscape
Architecture & Rural Development Institute (RDI) Seattle-USA.

Arifin, H. S. 2010. “Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan


Pangan Rumah Tangga”. Makalah Disajikan pada Diskusi Tematik Memperkuat
Basis Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Dramaga, Bogor.

Ashari, Saptana dan Purwanti, TB. 2012. “Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan
Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan”. Forum Penelitian Agro
Ekonomi. Volum 30 No. 1 hal 13-30.

Ernofia. 2013. “Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan”.


http://epetani.deptan.go.id/budidaya/optimalisasi-pemanfaatanlahanpekarangan-8408.

Mardiyanto, A. 2009. “Perencanaan Lanskap Pekarangan dengan Sistem Pertanian


Terpadu”. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. 145 hal.

Marhalim, “Kontribusi Nilai Ekonomis Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi Rumah


Tangga Petani di Desa Rambah Samo, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan
Hulu”. Artikel Ilmiah, Universitas Pasir Pengaraian Rokan Hulu, 2015, 1.

Mariyam, S., T. Rahayu dan Budiwati. 2014. “Implementasi ECO-Education di Sekolah


Perkotaan Melalui Budidaya Vertikultur Tanaman Hortikultura Organik”. Jurnal
Inotek. 18(1) : 28-38.

Marshall EJP, Moonen AC. 2002. “Field Margins In Northern Europe: Their Functions And
Interactions With Agriculture”. Agric Ecosyst Environ 89:5-21.

Muttaqin, Z., 1, Sari, dan D. S.,2017. Nanosociopreneur Cengek: Design Thinking Bisnis
Hijau Berkelanjutan di Desa Sayang Kecamatan Jatinangor. Dharmakarya: Jurnal
Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6(3), 254–257.

Prabowo, R. 2010. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia


Mediagro, 6(2), 62–73.

25
Rahayu, E. S. 2010. “Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Program Pekarangan
Terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul”. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 186 hal.

Rauf, A., Rahmawaty, & Budiati, D. 2013. Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Pekarangan
Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Jurnal
Online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU, 1(1), 1–8.

Sailan. 2013. “Pengelolaan Kawasan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Berbasis


Masyarakat (Pkopp-Cm)”. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah Badan Pelaksana
Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K).

Sajogyo, Purdjiwati. 1994. “Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota”. Gajah
Mada Press. Yogyakarta.

Salikin, Karwan. 2005. “Sistem Pertanian Berkelanjutan". Kanisius. Yogyakarta.

Sismihardjo 2008. “Kajian Agronomis Tanaman Buah dan Sayuran pada Stuktur
Agroforestri Pekarangan di Wilayah Bogor, Puncak dan Cianjur (Studi Kasus di DAS
Ciliwung dan DAS Cianjur)”. Tesis. Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.

Suwono. 2012. “Rumah Pangan Lestari (RPL)”. Kementrian Pertanian dan SIKIB
Kabupaten Bantul”.

Temmy. 2003. “Vertikultur: Teknik Bertanam di Lahan Sempit”. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta.

26
BIODATA TIM PELAKSANA PkM

Ketua Pengabdian:
a. Nama Lengkap : Wahyunita Sitinjak, M.P
b. NIP/NIDN : 0108068802
c. Pangkat/Golongan : Penata, III/c
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Jurusan : Agribisnis
f. Telp Rumah/HP : 081285220734
g. E-mail : lucy88sitinjak@gmail.com
h. Riwayat Pendidikan : S1: Agribisnis - USU
: S2: Magister Agribisnis - USU
i. Riwayat Penelitian :
JUDUL TAHUN
PENELITI
PENELITIAN PENELITIAN
Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan Terhadap Produktivitas Jagung (Studi kasus
2012
Kelurahan Tigabinanga, Kecamatan Tigabinagan,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
2015
dan Penawaran Jagung di Provinsi Sumatera Utara
The Solution for Narrow Land Agriculture to Obtain Profit
2018
in Deli Tua, Indonesia
Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Sawah
2019
Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan
The Handling of Non-Cash Food Assistance (BNPT) and
Its Effects on Food Resitance to Beneficiary Families 2019
Wahyunita (KPM) 2018-2019- Case Study Siantar Sitalasari District
Sitinjak Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani
Cabai Merah (Studi Kasus di Nagori Negeri Malela, 2019
Kecamatan Gunung Malela)
Factor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bumbu
2019
Giling di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar
Faktoor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging
Sapi di Kota Pematangsiantar (Studi Kasus Pasar Horas di 2020
Pematangsiantar)
Perkembangan Kawasan Wisata Pemandian Huta Lama
2020
dengan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar
Various Impact of Dosage and Time of Bio-Organic
Fertilizer Application to The Growth and Production of 2020
Shallot (Allium ascalonicum L.)

27
Anggota Tim Pengabdian:
a. Nama Lengkap : Ir. Rosmadelina Purba, M.P
b. NIP/NIDN : 0112086001
c. Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Jurusan : Agroteknologi
f. Telp Rumah/HP : 081361345546
g. E-mail :
h. Riwayat Pendidikan : S1: Agronomi USU
: S2: Agronomi USU
i. Riwayat Penelitian :
JUDUL TAHUN
PENELITI
PENELITIAN PENELITIAN
Pengaruh Perlakuan Mekanis dan Konsentrasi Giberelin
Serta Lama Perendaman Terhadap Perkacambahan Biji 2000
Palem Kol (Licuala grandis)
Pengaruh Lama Perendaman Stek dalam Urine Sapi
Terhadap Pertumbuhan Stek Bunga Kertas 2016
Rosmadelina (Bougainvillea) di Polybag
Purba The Effect of Using Green Manure Calopogonium
mucunoides on the Growth and Crop Yields of Sweet 2018
Corn (Zea mays Saccharata Sturt)
The Influence Of Solid Palm Oil Waste And Npk
Fertilizer On The growth and Produce ion of Green 2020
Eggpkabt (Solanum melongeba)

28
Anggota Tim Pengabdian:
Nama Lengkap : Dr. Arvita Netti Sihaloho, S.P., M.P
a. NIP/NIDN : 0109046903
b. Pangkat/Golongan : Penata, III/d
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Jurusan : Agroteknologi
e. Telp Rumah/HP : 081361477964
f. E-mail : netti.halolo@gmail.com
g. Riwayat Pendidikan : S1: Budidaya Pertanian UNHKBP
: S2: Agronomi USU
: S3: Pemuliahan dan Bioteknologi Tanaman IPB
h. Riwayat Penelitian :
JUDUL TAHUN
PENELITI
PENELITIAN PENELITIAN
Kalus dan Embrionegenis Kemiri (Aleurites Moluccana
2008
L. Wild) Dengan Kombinasi Auksin dan Sitokinin
Charactenzantion of Genotype of putative soybean
2012
resistant to drought
Analysis Segregation and Prediction of Gene action
2014
Controlling Soybean Tolerance to Alumunium Toxicity.
Identifikasi aksi gen epistatis pada toleransi kedelai
2015
terhadap cekaman aluminium
Analisis Genetik dan Efisiensi Seleksi Menggunakan
Single Seed Descent pada Kedelai untuk Adaptasi Tanah 2015
Massm
Genetic Diversity Of Character Agronomy Population
2016
Single Seed Descent
Arvita Netti Performance F5 Population Based on Selection Marker by
2016
Br. Sihaloho Bulk Segregant Analysis on Acid Soil
The Handling of Non-Cash Food Assistance (BPNT) and
Its Effects on Food Resistance to Beneficary Families
2019
(KPM) in 2018-2019 Case Study Siantar Sitalasari
District
Interaction the doses of fertilizer organic baglog
mushroom and potassium to the growth and the result of 2019
sweet corn (Zea mays L. Saccharata)
Pengaruh Pemberian Pupuk Tepung Ikan dan
Pengelolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi 2019
Jagung Manis (Zea mays saccharata strut)
Various Impact of Dosage and time of Bio-Ornagic
Fertilezer Application to the Growth and Production of 2020
Shallot (Allium ascalonicum L.)

29
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
2020
PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
KELOMPOK DOSEN dan MAHASISWA
UNIVERSITAS SIMALUNGUN

“PEMANFAATAN PEKARANGAN dAlAM MENdUKUNG KETAHANAN PANGAN dAN GIZI


SEHAT KElUARGA dENGAN BUdIdAYA TANAMAN SAYURAN SECARA VERTIKUlTUR”
(Lokasi: di Desa Negeri Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu
Nanggar, Kab. Simalungun, Sumatera Utara)
(APB YAYASAN USI-LPM : 51040302)

Latar Belakang Prosedur Kerja


Pentingnya pangan sebagai kebutuhan paling mendasar bagi Penjelasannya dengan ceramah dan visualnya dengan power
setiap manusia menjadikan pemenuhan kebutuhan pangan point serta memperagakannya, dan peserta kegiatan
merupakan prioritas utama dalam pembangunan. Ketahanan diberikan pamflet budidaya vertikultur sebagai panduan
pangan mencakup faktor ketersediaan, distribusi dan konsumsi. yang dapat dibaca dan dipraktekkan di rumah masing-masing.
Ketersediaan berarti tercukupinya pasokan pangan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk. Faktor distribusi adalah Hasil dan Pembahasan
mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk Kegiatan budidaya tanaman sayuran di pekarangan dapat
menjamin masyarakat agar dapat memperoleh pangan dalam dilakukan secara kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan warga
jumlah, kualitas dan dengan harga yang terjangkau. Sedangkan sehingga dapat menunjang ketahanan pangan nasional. dalam
konsumsi berrati mengarahkan pola pemanfaatan pangan agar manajemen pemasaran ini mereka sangat memperhatikan, tetapi
memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi dan sayangnya mereka belum mempraktekkan menjual, karena
kehalalannya. produksinya baru sedikit, dan untuk masih untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sendiri. Baik untuk usaha produksi tanaman
Permaslahan Mitra sayuran vertikultur secara kelompok maupun secara individual
1.Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap belum ada yang menerapkan.
pemanfaatan lahan pekarangan dalam ketahanan pangan guna Dalam manajemen keuangan ini mereka belum melakukan.
peningkatan pendapatan keluarga. Manajemen keuangan yang mereka terapkan baru sekedar
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penyiapan media mencatat administrasi keuangan berupa biaya biaya untuk
tanah, pupuk organik dan sebagai wadah tanaman di produksi tanaman. Penerimaan belum ada yang dicatat karena
pekarangan rumah. mereka belum menjual produksi.

Solusi yang di Tawarkan Kesimpulan


Keuntungan budidaya sayuran terutama pada tanaman dengan Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian ang dilakukan
sistim vertikultur antara lain : 1). Efisien dalam penggunaan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor.
lahan, (2) Mudah dalam pemeliharaan, 3) Penghematan Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini
pemakaian pupuk dan biopestisida, (4) Praktis serta mudah merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah
dalam upaya mengontrol pertumbuhan rumput dan gulma, (5) perkotaan dan lahan terbatas. Dengan sistem vertikultur
Mudah dipindahkan, (6). Tanaman sayuran yang dipanen lebih pemanfaatan lahan dapat efisien dan hasil yang diperoleh
bersih dan sehat. optimal di daerah perkotaan dengan berbagai keunggulan.

Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat di Desa Negeri Saran
Lawan, Nagori Dolok Kataran, Kec. Dolok Batu Nanggar, Kab. Pelaksana atau masyarakat harus lebih fokus dalam hal
Simalungun, Sumatera Utara. Pada bulan Oktober hingga bulan perawatan tanaman agar pertumbuhan tanaman tersebut dapat
Desember 2020. berlangsung dengan baik sehingga hasil yang didapatkan pada
akhir pemanenan juga lebih baik.

Oleh:
Wahyunita Sitinjak, S.P., M.P/ 0108068802
Ir. Rosmadelina Purba, M.P/ 0112086001
Dr. Arvita Sihaloho/ 0109046903

30

Anda mungkin juga menyukai