Oleh:
Nopember 2015
i
ii
iii
iv
RINGKASAN
Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi penyu.
Ekowisata sesuai disinergikan dengan konservasi penyu karena dalam kegiatan ekowisata
terdapat: (1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak
merusak sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah
lingkungan, (2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah
perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya, (3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi
pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu
pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin
kesinambungan usaha; dan (4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun
hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal untuk pengembangan ekowisata, dan (5) .
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah “Penguatan Atraksi
Wisata menjadi Kawasan Ekowisata” melalui kegiatan: (1) Konservasi lahan, tatanilai dan
produk wisata, (2) Penciptaan suasana kawasan ekowisata yang dapat dirasakan oleh semua
masyarakat yang bermukim di kawasan, (3) Berkembangnya kegiatan pariwisata yang
mengusung jati diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal, (4) Mantapnya
citra kegiatan ekowisata di kawasan yang didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders dan
(5) Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan konservasi dan ekowisata dengan
produk wisata pendukung lainnya di Kab. Pacitan. Pembangunan sarana yang telah dilakukan
adalah (1) Penanaman vegetasi pantai, (2) Pembuatan tanggul penahan arus, (3) pembuatan
kolam biota laut, dan (3) Pembangunan flying fox. Rencana tahapan berikutnya adalah (1)
Konservasi vegetasi pantai, (2) Penguatan kawasan ekowisata dan (3) Penyelesaian kolam
biota laut.
Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, vegetasi
pantai, biota laut.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0094/E5.1/PE/2015
tertanggal 16 Januari 2015 ini dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, selaku Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti,
Jakarta beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap jajarannya
yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Ir. Masduki, MM, selaku Wakil Direktur II DPPM UMM yang telah
membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya ekowisata.
Malang, 27 Nopember 2015
vi
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Ekowisata ................................................ 3
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 5
1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan ................................................................. 7
1.5 Wahana Penunjang Ekowisata ................................................................ 9
1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 12
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan ............................................................. 13
2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan .................................................... 15
2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur ................................................................ 18
2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota ………………………….. 20
2.3.2 Rencana tindak pariwisata …………………………………………... 22
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata ......................................................... 23
2.4.1 Ekowisata dan konservasi …………………………………………… 25
2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata …………………… 26
2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat ………………………………………. 29
2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata ……………………….. 30
2.5.2 Pemasaran produk ekowisata ………………………………………... 31
2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat ……………… 31
2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata …………………………………….. 35
2.8 Luaran yang Akan Dihasilkan ………………………………………… 38
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW ......................................................... 41
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 43
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 43
3.4 Metode Kegiatan IbW …………………………………………………. 44
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 49
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 50
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 50
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 51
vii
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
viii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun II IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ……………… 40
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2015 ……… 43
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 43
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 49
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 50
Tabel 5.1 Dimensi atribut dan subdimensi permainan flying fox ……………………... 60
Tabel 5.2 Nama alat dan fungsi dalam permainan flying fox ………………………… 61
Tabel 6.1 Penguatan prinsip dan kriteria ekowisata ………………………………….. 65
ix
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata …………………………………………… 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 4
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 6
Gambar 1.4 Tempat penetasan telur (hatcheries) ………………………………… 9
Gambar 1.5 Kolam pembesaran tukik dan pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan 10
Gambar 1.6 Kolam pembesaran penyu …………………………………………… 10
Gambar 1.7 Gedung sekretariat konservasi ……………………………………….. 11
Gambar 1.8 Kolam renang air tawar ……………………………………………… 11
Gambar 1.9 Flying fox, akses jalan menuju lokasi dan tempat meluncur ………… 11
Gambar 1.10 Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Indonesia ………………. 12
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 13
Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan) ………………………………... 16
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pariwisata Pacitan ……………………………... 21
Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat …………………………….. 28
Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata ……………………………… 31
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman …… 37
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ……………… 39
Gambar 3.1 Model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat ……………… 42
Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo ……………………………… 45
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu …………………………………………. 48
Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangga ………………………… 48
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………….. 52
Gambar 5.1 Tim IbW di formasi pes-capare Pantai Taman ……………………… 53
Gambar 5.2 Penyu hijau bertelur dan formasi Barringtonia di Pantai Taman …… 55
Gambar 5.3 Model penanaman vegetasi hutan di Pantai Taman ………………… 56
Gambar 5.4 Tanggul penahan banjir dan pengarah arus laut …………………….. 57
Gambar 5.5 Pembuatan kolam biota air laut ……………………………………… 59
Gambar 5.6 Fasilitas flying fox untuk pemakai anak-anak ……………………….. 62
Gambar 6.1 Formasi vegetasi (a) dan kondisi pantai peneluran penyu di pantai
Taman ……………………………………………………………….. 63
Gambar 6.2 Pembuatan kolam biota laut ………………………………………….. 68
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Republik Indonesia yang dapat membangun Pariwisata nusantara dalam memupuk persatuan
dan cinta tanah air.
Pembangunan pariwisata memerlukan konsep dan strategi yang jelas. Dalam
Undang-Undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8, perencanaan
pengembangan kepariwisataan dapat diatur melalui rencana induk pembangunan
kepariwisataan.[1] Dalam pasal 8 tersebut dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional (RIPPNAS), rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi (RIPPDA Provinsi), dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota (RIPPDA Kabupaten/Kota). Artinya, ada keterkaitan antara UU no. 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan dengan rencana induk pengembangan kepariwisatan di
tingkatan provinsi ataupun kabupaten/kota.
Saling keterkaitan dokumen pengembangan tersebut adalah jika pada tingkat
nasional pengembangan dan pembangunan kepariwisataan diatur dengan UU no. 10 tahun
2009: Kepariwisataan, RPJP/RPJM dan RIPPNAS. Destinasi provinsi diatur melalui RIPPDA
Provinsi, destinasi kabupaten/kota melalui RIPPDA Kabupaten/Kota. Sedangkan destinasi di
tingkat kawasan diatur melalui rencana induk pengembangan kawasan dan di level daya tarik
wisata diatur melalui rencana tapak kawasan dan desain teknis.
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata di Pantai Taman, Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dengan skema Pengabdian Kepada Masyarakat
(PPM) skim Ipteks bagi Wilayah (IbW) telah memasuki tahun II. Pada tahun I, tim PPM skim
IbW di Kec. Ngadirojo telah melakukan konservasi penyu untuk wisata. Paradigma
konservasi modern tidak hanya menekankan pada fungsi perlindungan (konservasi), namun
juga harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk itu konservasi penyu yang telah
dilaksanakan pada tahun I dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata yang
bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan.
Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Pantai
Taman adalah: (1) Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pembangunan
kawasan ekowisata yang sebagian hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengembangan kawasan
ekowisata bersama masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil
sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan
merasa ikut memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi flora dan fauna
untuk kegiatan ekowisata. Salah satu faktor yang mendukung pengembangan ekowisata
2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan adalah dengan adanya
pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi hingga Yogyakarta) merupakan jalur
wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 1.1). Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, Kec.
Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio kawsan wisata unggulan (KWU) di Kab. Pacitan.
Sungai Lorok
3
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
ombak mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat di pantai. Gerakan ombak di
Pantai Taman pada umumnya kecil dikarenakan adanya sejumlah palung laut. Hal ini ditandai
dengan ukuran partikel pasirnya yang halus.
4
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan
untuk penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya penyu yang bertelur di
daerah ini. Hal ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya mendarat di pantai yang
berpasir halus kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian
didukung oleh kondisi pantai yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang
memudahkan penyu bermigrasi.
5
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata goa (Goa Gong, Goa
Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak
Rinjing), wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan Gunung Limo);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (Pantai Taman dan Pantai Desa Sidomulyo); dan
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman).
6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).
7
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
9
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 1.5 Kolam pembesaran tukik dan pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan
(3) Kolam pembesaran penyu
Kolam pembesaran penyu bertujuan konservasi dan pendidikan bagi pengunjung
(gbr. 1.6) untuk mengetahui model perlindungan habitat peneluran penyu (nesting site)
dari segala macam gangguan agar penyu dapat berkembang biak dengan baik. Konservasi
berarti pemanfaatan keanekaragaman flora dan fauna tidak merusak sumber daya alam itu
sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan. Pendidikan bertujuan
meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat tentang perlunya
upaya konservasi sumber daya alam hayati dan konservasinya.
10
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 1.9 Flying fox, akses jalan menuju lokasi dan tempat meluncur
Flying fox terpanjang di Indonesia untuk menyebarluaskan konservasi penyu di tingkat Nasional & Internasional.
Menggunakan steel wire rope IWRC sepanjang 500 m sebanyak 2 utas dengan kapasitas beban 2 ton.
11
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
12
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
13
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2010 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari.[5]
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar
14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.
15
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai
Sidomulyo Pantai Klayar 3. Gunung Limo Palagan Tumpak Rinjing
2
Pemandian Banyu 2. Monumen
Anget Jenderal Besar
Soedirman
3
7
5
6
4 Goa Gong 1 1. Pantai Taman
7. Sungai Maron Pantai Watu Karung 6. Pantai Teleng Ria 5. Pantai Banyu Tibo
Daya tarik tempat wisata di Pacitan dengan kontur wilayah yang dikelilingi pegunu-
ngan adalah pada wisata alam berupa pantai dan goanya yang menawan. Dari sejumlah objek
wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang menarik dengan
pesona pantainya yang berpasir putih. Sementara objek wisata goa di Kab. Pacitan umumnya
terletak di lereng perbukitan. Dengan jumlah goa yang begitu banyak, Pacitan mendapat
julukan Kota 1001 Goa dengan pesona wisata goanya yang sangat indah. Beberapa objek
daerah tujuan wisata (ODTW) yang terkenal adalah sebagai berikut.
(1) Pantai Klayar, terletak di Desa Kalak, Kec. Donorojo. Pantai Klayar memiliki
hamparan pasir putih. Di sini bias dijumpai batukarang yang menyerupai Sphinx,
karang bolong dan fenomena alam berupa seruling laut dan air mancur setinggi 10 m.
(2) Pantai Teleng Ria, terletak di Kel. Sidoharjo, Kec. Pacitan yang dapat ditempuh
dengan waktu 5 menit dari pusat kota Pacitan. Hamparan pasir yang indah serta ombak
laut yang relatif tenang membuat pantai ini menjadi destinasi favorit keluarga untuk
bermain di tepi pantai, berenang dan aktifitas lainnya.
16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pantai Watu Karung, terletak di desa Watu Karung, Kec. Pringkuku. Pantai Watu
Karung terkenal karena keganasan ombaknya dan merupakan tempat favorit bagi para
wisatawan asing untuk surfing . Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat tempat pelelangan
ikan tempat para nelayan mengumpulkan dan menjual hasil tangkapan lautnya.
(4) Sungai Maron, terletak di Desa Dersono, Kec. Pringkuku. Sungai Maron adalah sebuah
destinasi wisata alam di Kabupaten Pacitan yang menyuguhkan pengalaman menyusuri
sungai yang jernih dengan panorama indah dan unik. Aliran Sungai Maron ini
dikelilingi dengan pepohonan hijau yang lebat dan tanaman kelapa di sepanjang tepian
sungai. Air yang jernih kebiruan, jumlah ikan kakap merah yang banyak, suasana
tenang, serta sepanjang tepian sungai yang menyuguhkan horizon pepohonan hijau
adalah beberapa hal yang dapat ditemukan dalam petualangan di Sungai Maron Pacitan.
(5) Pantai Banyu Tibo, terletak di desa Widoro, Kec. Donorojo merupakan perbatasan
Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Area Pantai Banyu Tibo dengan hamparan pasir putih
yang menawan. Apalagi dihiasi air terjun yang jernih berasal dari pegunungan melewati
bebatuan indah laksana sebuah ukiran di kayu dan airnya langsung menuju ke area
pantai lepas Pantai Banyutibo tersebut.
(6) Pantai Taman, terletak di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Lokasi pantai Taman
sudah ditetapkan sebagai área konservasi penyu laut. Untuk mendukung sebagai
kawasan ekowisata berbasis masyarakat, telah dibangun beberapa fasilitas pendukung,
antara lain: flying fox terpanjang di Indonesia, kolam renang air tawar, kolam biota laut,
dan beberapa fasilitas lainnya. Di sini pengunjung dapat berekreasi sambil belajar.
(7) Monumen Jenderal Sudirman, terletak di Desa Pakis Baru, Kec. Nawangan.
Monumen Jenderal Sudirman dibangun pada tahun 1982 oleh keluarga Bapak Roto
Suwarno. Beliau dahulunya merupakan pengawal dari Jenderal Sudirman saat bermakas
di Desa Pakis Baru. Beberapa fasilitas yang dibangun di antaranya adalah lapangan
tenis, sekolah-sekolah formal, penginapanan, dan yang paling tersohor adalah
pembangunan monumen Jenderal Sudirman ini. Pembangunan monumen di desa Pakis
Baru untuk mengenang perjuangan melawan penjajah saat terjadi agresi Belanda tahun
1949. Dari Desa Pakis Baru inilah Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Angkatan
Perang, Pucuk Pimpinan Komando Perang Rakyat Semesta merancang strategi perang
gerilya.
(8) Monumen Palagan Tumpak Rinjing, terletak Desa Pringkuku, Kec. Pringkuku.
Monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran para gerilyawan yang dipimpin
17
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
langsung oleh Jenderal Sudirman bersama Brigjen Ign. Slamet Riyadi di Tumpak
Rinjing melawan pasukan konvoi Kolonial Belanda yang terjadi pada 7 Juni 1948.
Monumen ini juga untuk menandai rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang
di antaranya juga melintasi Pacitan. Patung di monumen ini adalah Jenderal Sudirman
dan Brigjen Ign. Slamet Riyadi.
(9) Padepokan Gunung Limo, terletak di Desa Mantren, Kec. Kebonagung. Gunung Limo
selain menyimpan panorama yang indah juga menawarkan potensi budaya lewat
upacara adat Tetaken. Upacara adat Tetaken dilaksanakan pada tanggal 15
Suro/Muharram yang dimulai dari jam 13.00 sehabis Dzuhur sampai selesai. Kronologi
atau urutan upacara adat Tetaken dimulai dari peserta yang berjalan dari kaki Gunung
menuju pelataran Gunung Limo. Setelah semua peserta terkumpul upacara dimulai
dengan disaksikan oleh pengunjung dan tamu undangan. Setelah upacara selesai,
dilanjutkan acara hiburan berupa seni daerah yaitu karawitan, tari-tarian dan langen
bekso kethek ogleng. Setelah acara tersebut selesai maka prosesi upacara adat Tetaken
telah usai.
(10) Goa Gong, terletak di Desa Bomo Kec. Punung. Goa Gong erat kaitannya dengan salah
satu nama perangkat gamelan Jawa yaitu Gong. Di dalam goa terdapat sebuah batu yang
jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti gong yang ditabuh. Goa Gong merupakan
salah satu destinasi wisata paling terkenal dari sejumlah tempat wisata di Pacitan dan
diyakini merupakan goa terindah se Asia Tenggara.
18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
19
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(5) Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik
(misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan
wisata.
20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Kawasan Wisata Sejarah/Budaya, yang terdiri dari Monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman dan Monumen Palagan Tumpak Rinjing;
(4) Kawasan Wisata Spiritual, yang terdiri dari Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan
Gunung Limo; dan
(5) Kawasan Wisata Rekreasi, yang terdiri dari pemandian air hangat dan wisata Sungai
Maron.
21
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan yang dapat berfungsi sebagai gerbang
dari wilayah di sekitarnya; dan
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan.
22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pelayanan, berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan
wisata, misalnya: akomodasi, camping ground, rumah makan, pertokoan, serta gerai
cenderamata;
(4) Promosi, merupakan sarana pemasaran, berupa: periklanan, pameran pariwisata, artikel
di media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan
pusat informasi wisatawan; dan
(5) Keramahtamahan (hospitality), merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan
keempat komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga
menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata
dan akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu
wilayah kepada kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif dan sinergis
amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak
pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya
harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi
yang baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan pengembangan kepariwisataan di suatu kawasan.
23
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
25
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
dan konservasi merupakan dua kegiatan yang saling mendukung, melengkapi dan saling
tergantung satu sama lain.
Dalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan.
Hasil pemanfaatan tersebut dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai upaya
konservasi, mendukung pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta meningkatkan
daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan jenis;
(2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya;
(3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu pembangunan
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin kesinambungan
usaha. Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
(4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak
proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, menggugah
prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata, memperha-
tikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan
kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat serta menyediakan peluang usaha
dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.
(5) Wisata, yang tak kalah penting dari prinsip pengembangan ekowisata adalah kegiatan
wisata itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan,
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung akan memberikan kesempatan pengunjung
menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi serta
memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.
26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(a) Aspek pencegahan. Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan dampak positif
dan negatif. Selain dampak positif yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya antara lain pemilihan lokasi yang tepat
(menggunakan pendekatan tata ruang yang pada kawasan konservasi sebagai Zona
Pemanfaatan), rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung, serta rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya dukung
kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut perlu sangat diperhatikan terlebih dalam
kawasan konservasi, karena sebuah kawasan konservasi selain pemandangan indah
(benda mati) yang ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga menjadi prioritas
utama dalam pelestarian. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun sarana
prasarana wisata yang kurang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati
harus selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata. Perlu juga merubah sikap dan
perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata (tour
operator) serta ekowisatawan itu sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan segmen pasar yang sesuai juga tak kalah
penting agar tidak terjebak pada mass tourism yang cenderung tidak mendukung
ekowisata;
(b) Aspek penanggulangan. Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menyeleksi
pengunjung termasuk jumlah pengunjung (control of visitor) dan waktu kunjungan serta
minat kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan pengelolaan kawasan (rancangan,
peruntukan dan penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan nilai estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas;
(c) Aspek pemulihan. Perlunya menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata
untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta peningkatan
kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara waktu untuk proses recovery-nya.
Dengan fungsi 3P yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau Pengawetan dan
Pemanfaatan”, sungguh tepatlah bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang paling
sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’. Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing
but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time’ sangat sejalan dengan nilai
nilai dasar konservasi.
Dengan demikian, langkah-langkah pengendalian dalam kegiatan ekowisata dapat
dijabarkan sebagai berikut.
27
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
a) Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
b) Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
aktif ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
c) Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
d) Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi pencemaran
pesisir, serta memelihara dan meningkatkan kualitas air;
e) Melakukan pengkajian lingkungan yang obyektif dan komprehensif untuk perencanaan
pembangunan pesisir dengan melibatkan ahli lingkungan yang independen untuk
mengevaluasi perencanaan pengembangan pesisir;
f) Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
g) Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
h) Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).
28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
29
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(c) Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi
dan edukasi);
(d) Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata selanjutnya
menjadi tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (fee) untuk
ekowisatawan (nilai ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata).
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang sebagai alternatif ekonomi yang
berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ dengan berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap
sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar ekowisata tetap berkelanjutan,
perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk
masa depan. Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah satu program usaha yang
sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya.
30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Homestay di lokasi
ekowisata
Penambahan pagar di
konservasi penyu Kolam biota laut
31
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Timur. Kawasan wisata yang berbasis masyarakat ini menawarkan konsep ekowisata berbasis
pada konservasi penyu yang memiliki daya tarik tersendiri kepada ekowisatawan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi
meliputi beberapa hal sebagai berikut.
(1) Keberlanjutan ekowisata dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi
dan partisipasi masyarakat).
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang
“hijau dan adil” (green and fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan
konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif
ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi
manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan
sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada
konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan
bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.
Kriterianya adalah (1) Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan di mana
tingkat kunjungan dan kegiatan ekowisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata
dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun
sosial-budaya, (2) Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan, misalnya
listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas, dan sebagainya, (3) Mendorong terbentuknya
‘ecotourism conservancies’ atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan
khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten.
(2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (prinsip partisipasi masyarakat).
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga
menjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi
lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang
adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa
ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang
baik antara tour operator dan organisasi masyarakat (misalnya Kelompok Masyarakat
Pelestari Penyu untuk Wisata atau KMP2W di Pantai Taman dengan jasa penyedia biro
perjalanan). Peran kelompok masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat adalah
stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari pengembangan
dan pengelolaan ekowisata. Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan banyak
32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata
merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.
Kriterianya adalah (1) Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan biro perjala-
nan untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata, dan antara lembaga
masyarakat dan dinas pariwisata kabupaten/kota, (2) Adanya pembagian adil dalam pen-
dapatan dari jasa ekowisata di masyarakat, (3) Organisasi masyarakat membuat panduan
bagi ekowisatawan. Selama berada di wilayah masyarakat, ekowisatawan mengacu pada
etika yang tertulis di dalam panduan tersebut, dan (4) Ekowisata memperjuangkan prinsip
perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal,
termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dan sebagainya.
(3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat).
Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai di dalam ekowisata.
Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang
dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga
setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan
modal yang tinggi akan tetapi dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan
secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis dan distribusi manfaat di
masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk
ekowisata di mana seorang ekowisatawan mendapatkan kesempatan untuk belajar
mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak
ekowisatawan dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain dan
dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay
sesuai dengan tradisi keramahan bangsa Indonesia.
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalaman-
nya tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang
diberikan kepada ekowisatawan. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan
langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga
kelestarian alam dan obyek wisata.
Kriterianya adalah (1) Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur
standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (2) Ekowisata
mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (3)
Ekowisata mendorong ketersediaan homestay, (4) Ekowisata dan biro perjalanan turut
33
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku
ekowisata terutama masyarakat.
(4) Prinsip edukasi.
Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada
ekowisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, pusat informasi menjadi hal yang
penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari
pengalaman seorang ekowisatawan untuk bisa memperoleh informasi yang lengkap
tentang lokasi atau kawasan dari segi konservasi, budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan
acara seni, kerajinan serta produk budaya lainnya.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan
mengem-bangkan upaya konservasi, (2) Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan
aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang
perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, (3) Edukasi
tentang budaya setempat dan konservasi untuk para wisatawan menjadi bagian dari paket
ekowisata, dan (4) Mengembangkan skema di mana ekowisatawan secara sukarela
terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama
kunjungannya (stay and volunteer).
(5) Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan lokasi
ekowisata (prinsip konservasi dan wisata).
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu
diperhatikan sebelum perkembangan ekowisata berdampak negatif terhadap alam dan
budaya setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
ekowisatawan/tahun, lama kunjungan ekowisatawan, berapa sering lokasi yang ‘rentan’
secara ekologis dapat dikunjungi, dan sebagainya. Zonasi dan pengaturannya merupakan
salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan
kawasan ekowisata.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat peman-
faatan ruang dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan
sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan, (2) Fasilitas pendukung yang dibangun
tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan, (3) Rancangan
fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam
proses perencanaan dan pembangunan, (4) Ada sistem pengolahan sampah di sekitar
34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
fasilitas umum, (5) Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk mengimbangi
penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah, (6) Mengembangkan paket-paket wisata
yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal, dan (7) Kegiatan sehari-hari
termasuk menanam dan memanen, mencari ikan/melaut dan beternak dan mencari pakan
dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan ekowisatawan pada cara
hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.
35
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
3. Sarang terletak di lokasi yang terlalu terbuka dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
atau tingginya populasi predator (biawak, babi hutan, kepiting dan elang), dan atau lokasi
peneluran terlalu dekat dengan aktifitas atau pemukiman; dan
4. Pesatnya pertumbuhan vegetasi pantai dengan batang dan perakaran yang dapat
menghambat munculnya tukik ke permukaan pasir pantai serta memudahkan pemangsaan
terhadap tukik.
Upaya pemindahan sarang telur yang paling mudah dan cukup efektif adalah di
pantai itu juga tanpa memerlukan transportasi khusus. Cara penetasan telur dalam sarang-
sarang yang demikian dikenal sebagai penetasan semi-alamiah. Prinsip penetasan semi-
alamiah adalah menetaskan telur di dalam sarang yang digali oleh petugas di areal yang
dlindungi atau dipagar sedemikian sehingga aman dari gangguan predator maupun gangguan
fisik di pantai. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berdrainase baik, tidak tertutup
vegetasi lebat dan terlindung dari gangguan predator.
C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman
37
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dijadikan sebagai
tempat penangkaran penyu. Sejumlah penyu dengan jenis berbeda banyak dijumpai di tempat
penangkaran kawasan ini. Tak hanya bisa melihat penyu-penyu secara langsung, ekowisata-
wan juga bisa memperoleh informasi seputar penyu. Teknis pengelolaan ekowisata berbasis
penyu yang dilakuan di pantai Taman adalah adalah sebagai berikut.
(1) Membuat atau mendesain tata ruang wilayah atau area yang akan menjadi obyek wisata
berbasis penyu. Beberapa ruang minimal yang harus ada adalah kantor pengelolaan dan
pusat informasi penyu, lokasi peneluran (dapat di wilayah lain, tapi dengan sistem satu
paket wisata), lokasi penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, dan lokasi
pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan
habitat penyu;
(2) Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai dengan desain atau tata ruang yang telah
disusun pada poin 1, termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan habitat
penyu. Bahan-bahan untuk bangunan diupayakan dari bahan-bahan alami dengan tetap
memperhatikan kekuatan bangunan, seperti kayu, batang pohon, jalan berpasir, dan
sebagainya;
(3) Membuat bahan-bahan untuk promosi, seperti: leaflet, poster dan booklet;
(4) Melakukan promosi dan sosialisasi, misalnya melalui media cetak, media elektronik,
presentasi ke lembaga-lembaga pendidikan;
(5) Menggabungkan paket wisata berbasis penyu dengan paket-paket wisata yang ada di
sekitarnya, misal menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, pengelola daerah/pulau
wisata atau biro-biro perjalanan wisata, wisata tradisional atau bentuk-bentuk wisata lain
yang ada di sekitarnya; dan
(6) Pengembangan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan kondisi dan kenyama-
nan bagi penyu untuk bertelur, mengingat sifat penyu yang sangat sensitif terhadap
gangguan cahaya, suara, dan habitat.
38
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan
39
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun II IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
40
BAB III
METODE PELAKSANAAN
41
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam
dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa aspek utama dalam berkembangnya ekowisata
adalah adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, keberadaan dan dukungan masyarakat,
pendidikan dan pengalaman, keberlanjutan, dan kemampuan manajemen dalam pengelolaan
ekowisata. Ekowisata merupakan jawaban terhadap permasalahan bentuk pengelolaan
pariwisata yang sesuai di kawasan konservasi, khususnya di Pantai Taman yang disinergikan
dengan konservasi penyu (sea turtle conservation) pada Tahun I.
Model pelaksanaan pariwisata berupa pembentukan kawasan ekowisata berbasis
masyarakat (gbr. 3.1). Pengertian ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata
yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif
dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat
setempat. Jadi dalam hal ini, masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk
mengendalikan kegiatan ekowisata.
Kawasan peternakan
Ekowisata
Usaha
Ekowisata
Kelompok kuliner
42
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
43
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Review Kebijakan
& Peraturan Terkait
Strategi Pengembangan
Daerah Tujuan Wisata
Reboisasi lahan & pengembangan
aspek fisik, sosial budaya
Focus Group
Discussion (FGD)
Penyusunan Action Plan
Pengelolaan ekosistem pesisir, pe-
manfaatan sumber daya air, & pe-
ngembangan kelembagaan wisata
Pembentukan organisa-
si pelaksana & steering
commitee
Penetapan tujuan & sasaran
pariwisata dan penyusunan
tahapan program kegiatan
Pembangunan Kawasan
Ekowisata
Implementasi & penataan fisik
45
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Inventarisir meliputi: (1) Potensi wisata, yang bertujuan untuk mengetahui potensi
kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan, (2) Daftar aset
pariwisata yang ada di kawasan, meliputi: atraksi/ daya tarik wisata, promosi, infrastruktur,
hospitality dan Pelayanan, serta (3) mengenali kepentingan pariwisata di kawasan. Dari ketiga
aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepen-
tingan kegiatan pariwisata di kawasan.
Dari hasil inventarisir potensi wisata, kemudian menyusun strategi pengembangan
daerah tujuan wisata (DTW). Strategi pengembangan DTW dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Mendorong pengembangan daya tarik wisata pantai yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Pemanfaatan lingkungan pantai untuk perlindungan, berintikan partisipasi
aktif masyarakat, bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif
minimal, memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang
diberlakukan bagi kawasan konservasi.
b) Peningkatan kapasitas stakeholders, dalam hal ini meliputi:
− Masyarakat, dalam bidang kampanye sadar wisata dan lingkungan;
− Pelaku Pariwisata, dalam bidang kualitas pelayanan dan pengembangan produk;
− Pemerintah dan organisasi profesi (cq. Dosen), dalam bidang perencanaan, komunikasi
dan leadership).
c) Meningkatkan kualitas standar pelayanan transportasi (menuju lokasi, selama di lokasi
dan ketika meninggalkan lokasi), fasilitas parkir, data informasi dan hospitality.
d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi pengembangan DTW.
e) Meningkatkan pemasaran promosi pariwisata DTW pantai sesuai segmen pasar penye-
lenggaraan event pariwisata dan budaya dalam bentuk festival baik skala nasional/
internasional, peta wisata, website, brosur, booklet, spanduk serta pameran di pasar wisata
nasional dan/ atau internasional.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan action plan (rencana tindak). Action plan
merupakan dokumen perencanaan pengelolaan ekosistem pesisir, pemanfaatan sumber daya
air dan pengembangan kelembagan wisata yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku/
atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, pelaksana dan waktu
pelaksanaan. Action plan ini berkaitan dengan spesifikasi tugas-tugas yang mencakup
penugasan orang, alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial,
dan jadwal untuk penyelesaian tugas tersebut. Action plan memuat kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan,
46
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan. Action plan pariwisata mencakup siapa,
apa, di mana, kapan dan bagaimana membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi ini
tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja
pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya.
Dokumen action plan membagi strategi-strategi ke dalam bagian-bagian yang dapat
memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana strategis menuju tujuan dan sasaran
ekowisata berbasis masyarakat. Tujuan ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
(1) Semakin berkembangnya akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya alam, skill/
keterampilan, pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan produk dan usaha
kepariwisataan;
(2) Tumbuhnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan bidang kepariwisataan;
(3) Meningkatnya kemampuan berkarya dan berusaha di bidang ekowisata sehingga
meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat; dan
(4) Masyarakat mampu menjadi tuan rumah dan pelaku usaha kepariwisataan yang baik dan
bertanggungjawab terhadap upaya konservasi.
Sedangkan sasaran ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui usaha
kepariwisataan;
2. Membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya usaha kepariwisataan;
3. Meningkatkan akses penguasaan teknologi dan informasi kepada masyarakat dalam
bidang kepariwisataan, pengelolaan atraksi wisata/seni dan budaya, penyediaan
cinderamata, makanan dan minuman, penginapan masyarakat (homestay), agrowisata,
dan sebagainya; dan
4. Mendorong keterlibatan dan kerjasama dalam membangun kemandirian antar pemangku
kepentingan di kawasan ekowisata.
Tahap selanjutnya adalah sosialisasi program melalui penyuluhan, pembuatan brosur,
booklet, maupun sosialisasi melalui media massa. Hal ini dilakukan untuk memberikan
penyadaran kepada masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang mengunjungi kawasan.
Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi
sumber-sumber alam untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.
47
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
A
G
E
D E C
B
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu
(A) Halaman yang ditumbuhi pepohonan, (B) Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun
pemanduan pengunjung, (C) Gudang, (D) Kantor dan tempat arsip dan data, (E) Kolam untuk pemeliharaan anak
penyu yang menetas sebelum dilepaskan, (F) Tempat penetasan telur penyu, dan (G) Kolam Karantina.
Kawasan penyangga
Taman reboisasi
48
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
49
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.
50
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
51
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
52
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Banyak tumbuhan ini yang menjalar dengan geragih (stolon) atau batang yang
panjang dan perakaran yang dalam. Tumbuhan ini bergantung pada ketersediaan air tanah
53
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
berkadar garam rendah namun umumnya tahan terhadap kekeringan yang berulang, suhu
lingkungan yang tinggi, unsur hara tanah yang rendah, semburan garam dan tiupan angin
yang terus menerus. Biji-bijinya berukuran kecil dan disertai kelengkapan khas untuk
mendukung pemencaran oleh air (hidrocory).
Formasi pes-caprae terbentuk pada pantai yang bertumbuh di mana pasir
diendapkan. Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencengkeram ke dalam
pasir, membantu memantapkan ekosistem yang cenderung tidak stabil ini. Jalinan ranting
dan dedaunan di atas pasir menangkap sampah-sampah yang dilemparkan ombak,
termasuk pelbagai buah dan bijian yang diangkut air, sehingga meningkatkan kandungan
hara dan memungkinkan terjadinya suksesi vegetasi. Di bagian belakang formasi ini biasa
didapati semai dari aneka tumbuhan yang buahnya dipencarkan air laut, termasuk
pula kelapa (Cocos nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebagai jenis
pelopor (pioneer) tumbuhan yang akhirnya sering membentuk tegakan murni, namun
anakannya tak mau tumbuh di bawah naungan pohon-pohon induknya.
(b) Formasi Barringtonia, biasanya di sebelah belakang formasi pes-caprae biasa ditemu-
kan formasi semak belukar dan pepohonan yang dinamai formasi Barringtonia. Formasi
ini mendapatkan namanya dari pohon butun (Barringtonia asiatica) yang khas. Pohon ini
biasa membentuk asosiasi bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang
(Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), waru laut (Thespesia populnea), kepuh
(Sterculia foetida), dungun (Heritiera littoralis), malapari (Pongamia pinnata) dan lain-
lain. Di bagian yang lebih terbuka didapati semak-semak bakung laut (Crinum asiati-
cum), gagabusan (Scaevola taccada), lempeni (Ardisia elliptica), pandan duri (Pandanus
tectorius), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora tomentosa), jati
pasir (Guettarda speciosa) dan sejenisnya.
Komposisi floristik formasi ini cenderung seragam di seluruh Pantai Taman yang
mencirikan vegetasi pantai berpasir. Liana dan parasit jarang ada, sementara jenis-
jenis pakis, bambu dan palma (kecuali kelapa) pada dasarnya tidak ada. Pelapisan tajuk
(layering) kurang terlihat dengan tinggi tajuk antara 2 hingga 15 m. Sedangkan lebar
formasi hutan ini ke arah daratan kurang dari 50 m. Pada lahan yang berbatu-batu atau
berkarang bahkan umumnya sangat sempit, kadang-kadang dengan pohon-pohon yang
mengerdil.
Pada pantai-pantai yang tererosi oleh abrasi, formasi Barringtonia sering berhada-
pan langsung dengan garis pasang. Dalam keadaan demikian, pada baris terluar seringkali
54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
didapati pohon-pohon yang miring atau yang dahan-dahannya menjuntai di atas laut,
dengan dahan terbawah rusak oleh gempuran ombak. Di sisi belakang, formasi ini
umumnya menyatu, dan sukar dibedakan dari hutan dataran rendah, atau perlahan-lahan
beralih menjadi hutan payau atau hutan bakau tanpa garis demarkasi yang jelas.
Gambar 5.2 Penyu hijau bertelur dan formasi Barringtonia di Pantai Taman
Banyak jenis-jenis satwa yang hidup di hutan pantai, namun boleh dikatakan
bahwa hampir tak ada fauna yang khas ekosistem ini. Beberapa jenis penyu mendarat ke
Pantai Taman ini untuk bertelur (gbr. 5.2). Oleh karena itu, tim IbW Kec. Ngadirojo pada
2014 telah melakukan kegiatan penangkaran penyu yang dimodifikasi. Tujuannya adalah
untuk membantu dan mendukung upaya konservasi penyu, yaitu dengan meningkatkan
peluang hidup penyu sebelum dilepas ke alam. Oleh karena itu, begitu telur penyu
menetas, maka tukik langsung dilepas ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung
upaya konservasi penyu, kegiatan penangkaran penyu diadakan untuk beberapa
kepentingan pendidikan, penelitian dan wisata. Sehingga sejumlah tukik hasil penetasan
semi alami disisihkan untuk dibesar-kan. Jumlah tukik yang dibesarkan hanya sebagian
kecil dan tergantung fasilitas penangkaran yang menjamin tukik dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.
Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat
peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan
pantai yang luas dan landai serta terletak di bagian atas pantai dengan rata-rata kemiringan
30o di pantai bagian atas. Keberadaan pohon-pohon, baik dari formasi Pes-caprae maupun
Barringtonia, di sepanjang pantai peneluran menjadi penting karena dapat menjadi naluri
peneluran penyu. Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2015 telah melakukan kegiatan
55
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
“rehabilitasi habitat bertelur penyu” dengan cara membuat model penanaman vegetasi pantai
(gbr. 5.3).
56
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
menjadi stabil dan tidak terjadi banjir. Hal ini dilakukan karena beberapa sebab sebagai
berikut.
• Kawasan konservasi penyu berdekatan dengan lokasi yang tidak stabil sehingga dapat
membahayakan keberadaan lokasi konservasi penyu;
• Telah terjadi kerusakan mangrove di sepanjang muara Sungai Lorok yang dapat
mempengaruhi lokasi bertelur penyu dan bisa berakibat peningkatan sedimentasi, di mana
sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan migrasi penyu bertelur; dan
• Perlunya kawasan penyangga konservasi penyu dengan mengembangkan kawasan
konservasi dan ekowisata mangrove.
57
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
daya alam pesisir. Secara ekologis, ekosistem laut dan pesisir yang menyediakan sumber daya
alam ini saling terkait satu sama lain, bahkan dengan perilaku dan aktivitas manusia di
dalamnya. Laut dan pesisir memiliki kawasan hutan mangrove, padang lamun dan terumbu
karang. Ketiga ekosistem ini terkait satu sama lain dan memiliki potensi ekologis serta potensi
ekonomi terutama sebagai penyangga perikanan. Mangrove dan padang lamun menjadi
tempat pemijahan dan berlindung bagi anakan ikan serta hewan lunak lainnya. Sementara
ekosistem terumbu karang menjadi habitat dan pembesaran bagi ikan-ikan. Kawasan terumbu
karang juga menjadi penghalang bagi gelombang dan arus, sementara mangrove dan padang
lamun berfungsi sebagai pencegah abrasi pantai dan pelumpuran perairan laut. Karena itu,
kegiatan yang berakibat kerusakan atau perubahan atas salah satu ekosistem tersebut dapat
memberi dampak terhadap ekosistem lainnya, atau komponen yang membentuk ekosistem.
Pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya, tidak hanya menuntut
perluasan lahan untuk pemukimannya tetapi juga meningkatkan laju pemanfaatan sumber
daya alam lainnya guna memenuhi kebutuhan pangan serta aktivitas sosialnya. Sedangkan
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam ekosistemnya dalam
menunjang kehidupan manusia dan pembangunan. Karena itu, dalam upaya pemanfaatan
sumber daya laut dan pesisir hendaknya dapat dihindari kegiatan-kegiatan, seperti:
penebangan hutan mangrove yang tidak terkendali untuk pembukaan lahan tambak dan
pemukiman, reklamasi pantai untuk pembangunan kawasan permukiman dan pariwisata,
penangkapan ikan yang tidak memperhatikan kapasitas reproduksinya serta pencemaran
perairan oleh limbah industri dan rumah tangga. Hal ini jelas, karena keberlanjutan
(sustainability) sumber daya alam (keberadaan dan pemanfaatannya) berhubungan erat
dengan adanya keseimbangan ekosistem. Sementara dalam konsep pembangunan
berkelanjutan itu sendiri terkandung unsur alam dan unsur manusia di mana keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Tujuan pembuatan kolam biota laut adalah sebagai berikut.
• Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, konservasi sumber daya laut dan pesisir
dan menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia dengan alam secara arif dan
bijaksana bagi segenap ekowisatawan;
• Membuat model konservasi ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya kepada
masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka memiliki kemampuan dalam memanfaatkan
sumber daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara keseimbangan ekosistem serta
melindungi ekosistem pesisir dari kerusakan;
58
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
• Memberikan fasilitas rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai termasuk interaksi
ekowisatawan dengan habitat wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi;
• Menambah pengetahuan mengenai kehidupan bawah laut secara langsung bagi ekowi-
satawan yang datang berkunjung ke Pantai Taman berupa underwater observatorium;
• Melestarikan flora fauna laut iklim tropis dalam bentuk kolam penangkaran biota laut yang
nanti pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat;
• Melestarikan ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di sepanjang pantai yang
ada di Kab. Pacitan di mana tidak banyak orang mengetahuinya; dan
• Menyediakan wahana yang memenuhi keperluan pendidikan dan penelitian mengenai
kehidupan bawah laut.
59
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
berbeda-beda tergantung pada tingkat tantangan masing-masing yang dirasakan oleh setiap
individu. Aktivitas ini dapat dilakukan paralel dan bertahap diselaraskan dengan pengalaman
hidup nyata yang mengajarkan individu dalam menghadapi tantangan baru dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana mengatasi dan menang atas keragaman
dan kesulitan (Tabel 5.1).
Atribut Sub-dimensi
Learning through - Memfasilitasi sebuah pengalaman unik, relevan, saling
experience berkaitan yang memberikan pembelajaran mengenai sebuah
keterampilan (fisik, mental, emosional maupun spiritual),
kemampuan, berdasarkan refleksi diri maupun kelompok
(flying fox tandem);
- Belajar dari keberhasilan maupun dari kegagalan.
Challenge and adventure - Menggunakan kondisi ekstrem atau tidak lazim untuk
mengasah keterampilan fisik, emosi, mental dan spiritual
peserta;
- Memanfaatkan dan mengelola risiko dengan tepat.
Supportive environment - Merancang sebuah pengalaman yang mendukung kesela-
matan fisik dan emosional;
- Mengembangkan budaya kelompok yang saling peduli dan
memberikan nilai positif.
Character development - Menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dan aktualisasi
diri;
- Menunjukkan rasa tenggang rasa dan empati terhadap orang
lain dan lingkungan serta mampu menerapkan hidup sehat
dan seimbang.
Leadership Menunjukkan kemampuan untuk menetapkan tujuan, mengins-
pirasi dan mengarahkan orang lain.
Sarana Pendukung Flying fox equipment, security
Lokasi Tempat yang menunjang untuk aktivitas flying fox seperti di alam
terbuka (misalnya fasilitas flying fox di Pantai Taman).
Permainan dengan aksi meluncur di atas ketinggian dan dengan posisi kemiringan
tertentu, tetapi biasanya posisi kemiringan berada pada 60º. Flying fox banyak dilakukan oleh
mereka yang biasa tegang karena memang tujuan awal diadakannya permainan ini adalah
untuk mengatasi ketegangan berlebih. Dengan melakukan permainan ini seseorang bisa
merasa lebih segar dan bisa dengan mudah melepas ketegangannya. Fying fox sebagai salah
satu media bermain di alam terbuka merupakan simulasi permainan di ketinggian (high rope
activity). Jenis permainan ini dapat membantu dalam mendidik keberanian dan melatih
percaya diri penikmat jenis permainan ini. Dalam permainan ini menggunakan beberapa alat
(Tabel 5.2) sebagai standar keamanan pemakainya.
60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 5.2 Nama alat dan fungsi dalam permainan flying fox
Alat bantu tambahan, terdiri dari (1) Sling dan Pegangan, conector antara harness/tubuh
dan catrol sekaligus alat pegangan tangan untuk keseimbangan, merupakan alat utama untuk
melakukan kegiatan high rope; (2) Kunci-kunci untuk setting fix and maintainance, dan (3)
Sarung Tangan sebagai alat bantu belayer.
61
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pada dasarnya setiap proses pembelajaran dan aktivitas selalu terkait dengan tiga
area pengembangan yaitu area kognitif, afektif dan psikomotorik. Idealnya ketiga area
tersebut dapat dicapai dalam setiap aktivitas belajar. Kegiatan meluncur melalui permainan
flying fox merupakan pendekatan yang sesuai untuk menggabungkan ketiga area tersebut
sehingga mampu menjawab tentang pengembangan potensi sumber daya manusia karena
dapat dikaitkan langsung dengan tingkat kecerdasan individu yaitu bagaimana peserta dapat
memecahkan masalahnya dan bagaimana keaktifan peserta untuk membuat ide dan inovasi
yang bernilai budaya. Tim IbW Kec. Ngadirojo Tahun II (2015) telah membangun wahana
permainan flying fox (gbr. 5.6) untuk melengkapi dengan fasilitas ekowisata yang lain.
62
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Gambar 6.1 Formasi vegetasi dan kondisi pantai peneluran penyu di Pantai Taman
63
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
dilakukan juga meliputi kegiatan perlindungan terhadap sistem kehidupan, preservasi sumber
daya genetik serta pemanfaatan flora dan fauna secara berkelanjutan.
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dengan satu
atau lebih ekosistem beserta sumber daya alamnya. Wilayah pesisir Pantai Taman terdiri dari
tiga ekosistem, yaitu: sungai, mangrove, pantai. Formasi hutan mangrove terdapat di pesisir
pantai di daerah dekat atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
mangrove merupakan ekosistem akuatik yang kaya dengan jenis plankton dan komunitas
bentik, sehingga menjadi daerah pengasuhan bagi anakan ikan dan daerah mencari makan.
Sehingga rencana tahapan berikutnya adalah (1) Konservasi vegetasi hutan mangrove berbasis
komunitas berdasarkan kondisi spesifik ekosistem dan (2) Penanaman jenis tanaman atau
formasi vegetasi pantai yang biasanya terdapat di sepanjang daerah peneluran penyu di Pantai
Taman, Kec. Ngadirojo.
Penanaman jenis tanaman vegetasi pantai yang akan dilakukan meliputi: Pohon
bakau (Rhizopora mucronata), Ketepeng (Terminasa cotapa), Waru (Hibiscus tiliaceus),
pandan (Pandanus tectorius), Keben (Baringtonia sp). Dimulai sejak Pebruari 2015, tim IbW
Kec. Ngadirojo sudah melakukan pembibitan jenis tanaman yang dimaksud (gbr. 5.3) dan
dalam beberapa bulan ke depan sudah akan siap ditanam.
64
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pantai yang sesuai dengan habitat penyu. Pemilihan lokasi konservasi dan ekowisata di Pantai
Taman didasarkan pada potensi lokasi yang dekat dengan jalan raya dan memiliki akses
pencapaian yang mudah. Sedangkan pendekatan desain yang digunakan adalah RTRW
berwawasan lingkungan dengan konsep makro natural, konsep mikro lahan kejelasan
pemanfaatannya, konsep mikro bentuk rekreatif, dan konsep mikro ruang adaptif bentuk.
Dalam perencanaan dan perancangan kawasan ekowisata ini, diharapkan dapat memberikan
suasana yang sesuai dan menyatu dengan kondisi alam sekitar.
Konsep pengembangan bentuk rekreatif ekowisata merupakan salah satu kegiatan
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspek konservasi
alam, aspek pemberdayaan sosial budaya masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo terkait
penembangan ekowisata di Pantai Taman ditunjukkan pada Tabel 6.1.
65
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-
Kab. Pacitan adalah penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi dengan ciri khas
66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
(a) Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi kepada individu-individu (pelaku,
ekowisatawan dan masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan, pengertian dan
pemahaman sesuai dengan yang diharapkan;
(b) Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan diharapkan dapat dipahami,
diketahui, diyakini dan dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal;
(c) Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai upaya peningkatan agar mempunyai
kualitas yang diharapkan;
(d) Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan berbeda dengan sebelumnya untuk
menjadi lebih baik dan meningkat sesuai dengan standart yang diinginkan;
(e) Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM terhadap upaya konservasi terhadap
ekosistem kawasan; dan
(f) Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan yang dapat
timbul akibat adanya kegiatan ekowisata.
Sampai dengan akhir Juli 2015, tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan telah
menyelesaikan 50% pekerjaan pembangunan kolam biota laut. Pemasangan terpal plastik
berbahan dasar HDPE (high density poliester ethylene) berdimensi 23m x 47m telah
dilakukan. Penguatan tanggul dengan pengecoran telah dilakukan pada ketiga sisi (baru 80%
pekerjaan) sedangkan sisi sebelah barat akan segera dibangun (gbr. 6.2). Langkah selanjutnya
yang akan dilakukan adalah membuat ekosistem biota laut
68
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan habitat dan populasi penyu serta
masyarakat akan saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain pengetahuan
mengenai penyu itu sendiri. Informasi mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku,
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam mengembangkan strategi pengelo-
laan konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan.
Kegiatan ini merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan pengelolaan
konservasi penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur.
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan kawasan
konservasi penyu diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara seluas 10 ha untuk pe-
ngembangan kawasan (Perdes No.7 Tahun 2012). Salah satu alasan penyerahan lahan menjadi
kawasan konservasi penyu yaitu karena Pantai Taman memiliki organisme spesifik atau
endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni penyu sehingga dalam keberlanjutannya
sangat perlu untuk dikonservasi.
Kawasan konservasi penyu mempunyai peranan yang sangat penting baik secara
ekologis, ekonomis dan sosial budaya, sehingga pengelolaannya bisa menjadi prioritas utama.
Tujuan dibentuknya kawasan konservasi penyu adalah untuk melindungi seluruh sistem
sosial-ekologi, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal dan mengembangkan
ekowisata dengan mendorong pelestarian keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan
konservasi penyu yang efektif tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati tetapi juga
akan mendukung pengelolaan pesisir berkelanjutan dan peningkatan ekonomi melalui
aktivitas ekowisata.
Kawasan konservasi dan ekowisata merupakan satu kesatuan yang saling mendukung
di mana konsep dari pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan kawasan
konservasi penyu. Ekowisata yang dijalankan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi penyu
berbasis masyarakat, di mana keduanya merupakan simbiosis mutualisme. Ekowisata
memerlukan kawasan konservasi penyu dan sebaliknya kawasan konservasi memerlukan
ekowisata.
69
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
7.2 Saran
Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan
usia puluhan tahun untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun). Oleh karena itu
tindak konservasi penyu di lokasi penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat untuk
dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan di stasiun penangkaran penyu untuk
kebutuhan pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu diperhatikan kebersihan air
laut pada kolam (tukik, karantina dan pembesaran) dan dilakukan upaya penanggulangan
penyakit dan parasit yang biasa hinggap di penyu.
Upaya konservasi oleh Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
(KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan perlindungan
semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan
berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan
meliputi: (1) Monitoring kepada setiap penyu yang mendarat di lokasi-lokasi peneluran yang
berada pada wilayah pemantauannya, antara lain: jenis dan jumlah penyu yang mendarat,
jumlah penyu yang bertelur, jumlah telur setiap penyu, dimensi telur penyu, panjang dan
bobot, dan sebagainya. Hasil monitoring harus terdokumentasikan dan dicatat dalam form
monitoring dan (2) Melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan
konservasi penyu secara berkesinambungan untuk bisa mengukur kecenderungan populasi
penyu yang mendarat dan bertelur dan populasi penyu di penangkaran dari tahun ke tahun.
Pantai Taman di Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan KWU baru yang
ditetapkan sebagai kawasan ekowisata. Keindahan alam sebagai modal utama atraksi wisata
belum diimbangi dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan dengan terlihatnya sampah
yang berserakan. Pengelola ekowisata hendaknya menyediakan fasilitas tempah sampah di
beberapa lokasi favorit ekowisatawan berada. Di samping itu, pengelola ekowisata juga bisa
memberikan pengertian agar ekowisatawan juga bisa ikut menjaga kebersihan.
Pada masa-masa liburan di mana terlihat ekowisatawan banyak berkunjung ke lokasi,
belum ada pengelolaan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan ODTW. Beberapa
fasilitas yang perlu diperbaiki adalah (1) Luas lahan parkir yang cukup, (2) Jumlah gazebo
untuk istirahat wisatawan ditambah, dan (3) Penataan lahan bagi usaha jasa makanan dan
minuman. Di masing-masing tempat harusnya dilengkapi dengan papan interpretasi tentang
konservasi penyu, ekologi hutan mangrove, papan himbauan, papan larangan, dan sebagainya.
Ekowisatawan terlihat kurang interaksi dengan atraksi wisata karena ketiadaan pemandu.
70
DAFTAR PUSTAKA
71
LAMPIRAN
72
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
73
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
75
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Institut Teknologi
Tinggi Sepuluh Nopember
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1989 – 1994 2005 – 2010
Judul Skripsi/Tesis/ Perencanaan Provision Simulasi Karakteristik
Disertasi Refrigeration Plant Perpindahan Panas dan
pada Kapal Caraka Massa pada Pengeri-
Jaya Niaga III 3650 ngan Paper Web di
DWT Dryer Section
Nama Pembimbing/ Ir. I Made Gunadiarta Dr. Eng. Ir. Prabowo,
Promotor Ir. Djoko Sutikno, M.Eng.
M.Eng
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
76
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
77
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan UGM, Yogyakarta UMM, Malang UNAIR, Surabaya
Tinggi
Bidang Ilmu Hukum Sosiologi Hukum
Tahun Masuk-Lulus 1982 - 1988 1994 -1998 2007-2010
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Inpres No. 4 Peranan Kehadiran Kepailitan Badan
Disertasi Th. 1988 terhadap Ke- Pihak Ketiga (PIL/ Usaha Milik Negara
lancaran Lalulintas WIL) terhadap Perce- (BUMN) Persero
Barang Ekspor di Pela- raian (Studi Kasus)
buhan Tanjung Priok Perceraian di Penga-
dilan Agama Malang
Nama Pembimbing/ 1. Wiwoho Sujono, 1.Prof. Dr. H. M. Zaini Promotor :
Promotor S.H., Hasan, M.Sc., Prof. Dr. H. M.
2. Sri Anggraini 2. Drs. H. Ahmad Zaidun, S.H., M.S.
Hijrahningsih, S.H. Habib, MA. Ko-promotor :
1. Prof. Dr. H. Basuki
Rekso Wibowo,
SH., M.S.,
2. Dr. M. Hadi
Subhan, S.H., CN.,
M.H.
79
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
6509, No 2003
3 Aspek Hukum Keperdataan E-Commerce Jurnal Ilmiah Vol 11, Nomor
Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,
81
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Andalas UGM
Tinggi
Bidang Ilmu Biologi Kehutanan
Tahun Masuk-Lulus 1982 – 1988 2000 – 2003
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Dosis Bach- Pengaruh Dosis Pupuk
Disertasi terium Japonicum ter- Urea & Jarak Tanam
hadap Pertumbuhan & terhadap Pertumbuhan
Produksi Kacang dan Fenologi Tanaman
Hijau Gamal (Gliricidea
sepium)
Nama Pembimbing/ Drs. Judahar Harun Prof.DR. Soehardi,
Promotor M.Sc.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
83
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
85
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas ITB
Tinggi Brawijaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 1980 – 1986 1995 – 1998
Judul Skripsi/Tesis/ Apilkasi Rangkaian Analisis Harmonisa-si
Disertasi Terpadu 7441 sebagai pada Penyearah
Pengendali Papan Data Terkendali Satu Fasa
Nama Pembimbing/ Ir. Moh. Anwar Prof. M. Soelaiman,
Promotor Ir. M. Julius, MS. M.Sc.
Dr. Ir. Pekik
Argodarmo
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
86
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
87
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
88
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi Wilayah
89
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
LAMPIRAN 3
90
PERATURAN DESA
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
Sekretariat : Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan
Menimbang :
a. Bahwa kawasan konservasi penyu Pantai Taman Desa Hadiwarno merupakan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan bagian dari sumber daya alam yang menjadi
kekayaan alam Indonesia, di mana untuk menjaga, melestarikan dan menjamin
kelangsungan hidup kehidupan sumber daya alam dan masyarakat sekitar batasan kawasan
konservasi perlu pemahaman dan partisipasi semua pihak secara individu, keluarga,
masyarakat dan negara;
b. Bahwa sumber daya alam kawasan konservasi penyu Pantai Taman Desa Hadiwarno
merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Desa Hadiwarno dan sekitarnya secara selaras,
seimbang dan berkelanjutan;
c. Bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan ekosistem akibat fungsi kawasan perlu
dilakukan pengembangan kawasan ekowisata pantai Taman Desa Hadiwarno untuk
menjaga keseimbangan ekosistem pesisir;
d. Bahwa untuk memenuhi maksud sebagaimana pada huruf a, b dan c di atas perlu
ditetapkan Peraturan Desa tentang Kawasan ekowisata Pantai Taman Desa Hadiwarno.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11, tambahan Lembaran Negara Nomor 4966);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingku-
ngan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
91
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Wisata Alam (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3550);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Nomor 33 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pacitan;
8. Peraturan Desa Hadiwarno Nomor Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penyerahan Lahan
Negara Seluas 10 Ha Untuk Pengembangan Kawasan Konservasi Penyu.
8. Hasil musyawarah masyarakat Desa Hadiwarno tentang Kawasan Ekowisata pantai
Taman.
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA HADIWARNO
dan
KEPALA DESA HADIWARNO
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Hadiwarno.
2. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa Hadiwarno.
3. Kepala Desa adalah Kepala Desa Hadiwarno.
4. Daerah adalah Kabupaten Pacitan
4. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Hadiwarno.
5. KMKPW adalah Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata “Taman Ria”
Desa Hadiwarno.
6. Warga masyarakat adalah warga masyarakat Desa Hadiwarno.
7. Kawasan konservasi adalah kawasan konservasi penyu di Pantai Taman Desa Hadiwarno
meliputi habitat pantai peneluran dengan berbagai fasilitas yang dibangun untuk kegiatan
ekowisata dengan tujuan menjaga kelestarian ekosistem pesisir Pantai Taman.
8. Kawasan ekowisata adalah kawasan di Pantai Taman Desa Hadiwarno yang meliputi
pantai, mangrove, sungai dengan segala keragaman hayati yang terkandung di dalamnya
untuk kegiatan ekowisata yang memberdayakan warga masyarakat.
9. Ekowisata adalah bentuk wisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil
terhadap kerusakan alam dan budaya namun mampu menciptakan peluang kerja dan
pendapatan.
10. Ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung
dan/ atau memungkinkan keterlibatan penuh oleh warga masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.
92
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB II
LETAK DAN LUAS KAWASAN
Pasal 2
1. Kawasan Ekowisata Pantai Taman terletak di wilayah Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadi-
rojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
2. Objek Kawasan Ekowisata Pantai Taman terletak pada koodinat 8o15’27,0” LS dan
111o17’51,1” BT dengan luas 10 ha.
BAB III
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN
Pasal 3
1. Perlindungan kawasan ekowisata dilakukan oleh warga masyarakat dan/ atau setiap orang
yang berada di dalam wilayah hukum Desa Hadiwarno.
2. Perlindungan kawasan konservasi dilakukan oleh KMKPW bersama-sama dengan warga
masyarakat dan pihak Perguruan Tinggi.
3. KMKPW bersama-sama dengan warga masyarakat dapat melakukan upaya perlindungan
keberadaan penyu terhadap predator alam dan penyakit serta gangguan akibat ulah
manusia dengan pihak-pihak yang peduli dengan konservasi penyu.
Pasal 4
1. KMKPW dan warga masyarakat dapat melaporkan setiap tindakan yang dapat berakibat
kerusakan dan/ atau perubahan atas salah satu ekosistem kawasan ekowisata atau
komponen pembentuk ekosistem kepada pihak berwenang atau lembaga yang peduli
dengan upaya perlindungan penyu.
2. Pengamanan kawasan ekowisata dilakukan bersama-sama oleh KMKPW dan warga
masyarakat dengan pihak berwenang.
BAB IV
PENGELOLAAN EKOWISATA
Pasal 5
Kawasan ekowisata Pantai Taman dikelola menurut azas dan prinsip kebersamaan,
keterbukaan, kekeluargaan dan kemitraan dengan mengedepankan kepentingan bersama
menurut aturan dan mekanisme sesuai dengann peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
1. Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata “Taman Ria” disingkat KMKPW
Taman Ria adalah kelompok yang mengelola kawasan konservasi dan ekowisata Desa
Hadiwarno.
2. KMKPW dibentuk pada tanggal dua puluh bulan April tahun dua ribu tiga belas.
3. Pengelolaan kawasan ekowisata dilaksanakan secara bersama-sama antara KMKPW,
warga masyarakat, desa dan daerah.
4. Dalam upaya pengelolaan kawasan ekowisata, KMKPW dapat melakukan kerjasama
dengan pihak-pihak lain melalui kesepakatan bersama yang diatur melalui mekanisme dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
93
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB V
PENGEMBANGAN KAWASAN
Pasal 7
Untuk menjamin azas keadilan, pemerataan dan lestari, maka usaha pemanfaatan kawasan
ekowisata dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kelestarian semua ekosistem
pembentuk kawasan ekowisata sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8
Pembatasan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 diatur dengan ketentuan zonasi sebagai
berikut.
1. Zonasi pemanfaatan, yaitu bagian kawasan ekowisata yang dapat dilakukan kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dan potensinya dalam bentuk kegiatan penelitian,
pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan ekowisata serta fungsi-fungsi lain yang dapat
dikembangkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Zona Pengembangan, yaitu bagian kawasan ekowisata di mana pengembangannya harus
sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi penyu dan ekosistem pendukungnya.
3. Zona penyangga, yaitu lokasi di kawasan ekowisata yang berfungsi sebagai penyangga
zona inti di mana tidak dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan yang
dapat merusak bentang alam.
4. Zona inti, yaitu bagian kawasan ekowisata yang terdiri dari lokasi peneluran alami penyu,
lokasi peneluran semi alami, kolam tukik, kolam karantina dan kolam pembesaran penyu.
Zona inti dapat menerima kunjungan ekowisatawan tapi dengan jumlah terbatas.
Pasal 9
Pengembangan yang dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 adalah sebagai berikut.
1. Zona pemanfaatan adalah kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan ekowisata-
wan dengan tingkat kegiatan terbatas untuk menjaga kelestariaan keanekaragaman hayati.
2. Fasilitas di zona pemanfaatan adalah dua buah flying fox, kolam renang air tawar, kolam
biota laut, kantor konservasi, fasilitas kamar mandi dan toilet, tanggul pengarah arus serta
kawasan budidaya hutan mangrove.
3. Kegiatan di zona pemanfaatan adalah ekowisata, outbond, berenang dan menaiki flying fox.
BAB VI
KEBUDAYAAN DAN ADAT ISTIADAT
Pasal 10
Dalam pelaksanaan kegiatan rekreatif di kawasan ekowisata perlu diselenggarakan upaya
penguatan dan pelestarian seni dan kebudayaan lokal, antara lain fasilitas hunian homestay,
kesenian tradisional, dan perayaan adat.
Pasal 11
Setiap ekowisatawan dan/ atau tamu yang datang untuk singgah wajib menghormati tata cara
dan adat istiadat yang berlaku di kawasan ekowisata
94
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB VII
LARANGAN KEGIATAN
Pasal 12
Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di kawasan ekowisata merupakan karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan melalui
kegiatan ekowisata. Seluruh warga masyarakat dan ekowisatawan wajib menjaga dan melesta-
rikan sumber daya alam di kawasan ekowisata. Untuk itu setiap orang dilarang:
1. Melakukan penebangan pohon di kawasan ekowisata tanpa izin tertulis dari KMKPW,
desa dan daerah.
2. Melakukan kegiatan yang berpotensi menyebabkan kebakaran di kawasan ekowisata.
3. Melakukan perburuan dan perdagangan satwa yang dilindungi di kawasan ekowisata.
4. Merusak ekosistem sungai, mangrove dan pantai di kawasan ekowisata.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan merusak pada pasal 12 ayat 4 adalah kegiatan yang dilakukan dengan
cara-cara:
1. Menggunakan racun, tuba dan bahan kimia sejenisnya.
2. Menggunakan alat listrik setrum.
3. Menggunakan alat dan/ atau bahan peledak.
4. Menggunakan jaring tarik dengan kerapatan yang sangat kecil.
5. Melakukan penambangan pasir dan bebatuan sungai untuk diperdagangkan.
6. Membuang limbah beracun dan/ atau sampah tanpa mengalami perlakuan sebelumnya.
BAB VIII
SANGSI PELANGGARAN
Pasal 14
1. Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 12, akan diberlakukan
sangsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Diselesaikan melalui musyawarah secara kekeluargaan oleh KMKPW, warga masya-
rakat, desa dan/ atau daerah.
b. Diberikan peringatan tertulis bagi kegiatan yang berdampak berbahaya selama masa
yang lama. Pelaku wajib menandatangani pernyataan tertulis di atas surat bermaterai
seharga Rp 13.000 (tiga belas ribu rupiah) untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.
c. Dikenakan denda untuk kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan/ atau tanpa
mengindahkan mengindahkan peringatan tertulis. Denda berupa uang sebesar maksimal
Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang diserahkan ke kas desa.
d. Dilakukan penyitaan untuk kemudian dimusnahkan atas segala alat dan sarana yang
digunakan.
e. Apabila tidak diindahkan, maka segala permasalah tersebut akan dilimpahkan kepada
pihak berwajib untuk diselesaikan menurut ketentuan hukum perundang-undangan yang
berlaku.
95
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan desa ini akan diselesaikan menurut ketentuan yang
lebih tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
Peraturan desa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Disetujui Oleh:
Badan Permusyawaratan Desa Kepala Desa Hadiwarno
Desa Hadiwarno
ttd
ttd
Samuji Sugianto
96
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
Abstrak
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk merancang strategi
pembentukan kawasan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan ekonomi melalui pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Permasalahan
yang dijumpai dalam upaya pembentukan kawasan ekonomi adalah ketiadaan rencana induk pengembangan
pariwisata kawasan ekowisata yang dilandasi tata ruang kawasan, kelembagaan ekowisata yang tidak kondusif dan
kondisi budaya masyarakat yang cenderung subsistem. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
melalui diskusi kelompok fokus, analisis faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan daya tarik wisata
di Pantai Taman. Hal yang sudah dilakukan adalah (1) Penguatan daya tarik wisata yang sudah ada dan (2)
Pembangunan objek wisata baru. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa (1) Para pelaku ekowisata sangat
terbantukan, (2) Kegiatan telah mencapai sasaran yang diinginkan, (2) Pelaku ekowisata memiliki keterampilan
pemasaran produk-produk ekowisata.
Abstract
The objective of this community services is to design strategy development of economic area in order to
stakeholder economic revenue enhancement at Taman beach, Ngadirojo's district, Pacitan's regency. To achieve the
objective, there are several problems that faced by implementation of ecotourism strategy, that are unavailable
development planning ecoutourism, the weakness of ecotourism institutions and condition of society culture at
tending urban subsystem. The methodology used in this activity are focus group discussion (FGD), investigate the
supporting factors and the resisting factors of ecotourism development in Pacitan. Some actitivities that already
being done (1) Empowerment affinity support existing and (2) Development the new tourism object. The result of
these activities indicate that the ecotourism stakeholders are very interest. The conclusion of these activities are (1)
The activities have succeeded agree with the purpose, (2) The participans have hard skills product marketing skill
in ecotourism.
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 97
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
teknologi, seni dan budaya (IPTEKSB) serta kaitan antara UU no. 10 tahun 2009 tentang kepariwi-
memperhatikan perkembangan wilayah dan tantangan sataan dengan rencana induk pengembangan kepariwi-
global. Melalui pembangunan kepariwisataan yang satan di tingkatan provinsi ataupun kabupaten/kota.
dilakukan secara komprehensif dan integral dengan
A. Pantai Taman sebagai Lokasi Ekowisata
memanfaatkan kekayaan sumber daya alam, budaya
dan kondisi geografis setempat secara arif dan Pantai Taman sebagai lokasi pengembangan
bijaksana, maka diharapkan akan tercipta kehidupan ekowisata terletak di Desa Hadiwarno. Sifat fisik dari
masyarakat yang sejahtera. wilayah Pantai Selatan Jawa umumnya dan khususnya
Pantai Taman memiliki kontur yang curam. Kondisi
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata
topografi berupa kombinasi antara dataran rendah
dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
(pantai), bukit dan pegunungan. Pantai taman yang
Ngadirojo, Kab. Pacitan. Atraksi wisata yang telah
terletak di Pantai Selatan Jawa sebagai lokasi peneluran
dilakukan adalah konservasi penyu untuk wisata.
penyu dapat dikatakan termasuk jenis pantai berpasir
Paradigma konservasi modern tidak hanya menekankan
halus. Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran
pada fungsi perlindungan (konservasi), namun juga
sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang
harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk
tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut
itu konservasi penyu yang telah dilaksanakan
yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi
dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata
organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pereko-nomian
perairan sangat tinggi di lingkungannya. Faktor fisik
warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan.
yang berperan penting mengatur kehidupan di pantai
Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata
berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan ombak
berbasis masyarakat di Pantai Taman adalah: (1)
mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat
Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2)
di pantai. Gerakan ombak di Pantai Taman pada
Pembangunan kawasan ekowisata yang sebagian
umumnya kecil dikarenakan adanya sejumlah palung
hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengembangan
laut. Hal ini ditandai dengan ukuran partikel pasirnya
kawasan ekowisata bersama masyarakat baik
perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil yang halus.
sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang
ekonomi dan sosial, selanjutnya akan merasa ikut hidup pada pantai berpasir halus adalah pada
memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang
konservasi flora dan fauna untuk kegiatan ekowisata. halus mempunyai retensi air yang mampu menampung
Salah satu faktor yang mendukung pengembangan lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme
ekowisata Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula
Ngadirojo, Kab. Pacitan adalah dengan adanya mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil
pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat
hingga Yogyakarta) merupakan jalur wisatawan Bali ke akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. Karena
Yogyakarta. Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus
Kec. Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme yang
kawsan wisata unggulan (KWU) baru di Kab. Pacitan. mempunyai kemampuan untuk menetap secara
permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai
II. SUMBER INSPIRASI seperti terlihat tandus.
Pembangunan pariwisata diharapkan akan mampu Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai
mendorong pembangunan daerah yang diarahkan pada Taman karena masih seimbangnya rantai makanan.
peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu kawasan Mulai dari adanya padang lamun sebagai penyedia
dengan cara mengurangi kesenjangan antar wilayah makanan kemudian detritus, sampai penyu hijau
serta mendorong pemanfaatan potensi dan kapasitas sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang
masing-masing daerah dalam kerangka Negara lamun di Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan
Kesatuan Republik Indonesia yang dapat membangun kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan untuk
Pariwisata nusantara dalam memupuk persatuan dan penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan masih
cinta tanah air. Pembangunan pariwisata memerlukan adanya penyu yang bertelur di daerah ini. Hal ini
konsep dan strategi yang jelas. Dalam Undang-Undang didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya mendarat
no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8, di pantai yang berpasir halus kaya akan nutrient untuk
perencanaan pengembangan kepariwisataan dapat tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian
diatur melalui rencana induk pembangunan kepariwi- didukung oleh kondisi pantai yang berhubungan
sataan.[2] Dalam pasal 8 tersebut dijelaskan bahwa langsung dengan Samudera Hindia yang memudahkan
pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan penyu bermigrasi.
rencana induk pembangunan kepariwisataan yang Ke depan, keberadaan pantai Taman di Desa
terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan Hadiwarno, Kec. Ngadirojo bisa memberi kontribusi
nasional (RIPPNAS), rencana induk pembangunan nyata bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi
kepariwisataan provinsi (RIPPDA Provinsi), dan lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui: (1) Potensi
rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/ sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan,
kota (RIPPDA Kabupaten/Kota). Artinya, ada keter- dan sektor UMKM sebagai pelaku usaha bisa secara
98 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
optimal disinergikan dengan pengembangan wisata; (2) penyu (nesting site) dari segala macam gangguan
Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat agar penyu dapat berkembang biak dengan baik.
lokal sebagai produsen dengan wisatawan sebagai Konservasi berarti pemanfaatan keanekaragaman
konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, flora dan fauna tidak merusak sumber daya alam itu
bisa diwujudkan; (3) Tiga pelaku dalam industri sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan
pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan ramah lingkungan. Pendidikan bertujuan
masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah
maksimal dalam industri pariwisata; (4) Pemanfaatan perilaku masyarakat tentang perlunya upaya
TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan konservasi sumber daya alam hayati dan
kesatuan nilai berwisata bagi wisatawan yang konservasinya.
terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan
alam dan upaya melestarikannya; dan (5) Adanya
sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada
kawasan konservasi yang akan diusulkan pada kawasan
Pantai Taman, Desa Hadiwarno.
B. Wahana Penunjang Ekowisata
Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor
yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan
pembangunan, membuka lapangan usaha baru, mem-
buka lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapa-
tan masyarakat serta pendapatan asli daerah apabila
dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pantai
Taman yang terletak di Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo berjarak ± 25 km dari pusat kota Pacitan Gambar 1. Tempat penetasan telur (hatcheries)
dengan jalan yang sudah beraspal halus. Akses menuju
lokasi dipermudah dengan adanya jalan transportasi JLS
sehingga memudahkan wisatawan berkunjung ke lokasi
objek wisata ini. Pantai Taman memiliki daya tarik
sendiri yaitu adanya lokasi konservasi penyu,
pemandangan alam yang mempesona, gugusan tebing
dan deburan ombak. Di sepanjang Pantai Taman dapat
dilakukan kegiatan pemancingan ikan karena jumlahnya
yang berlimpah karena adanya sungai Lorok yang
bermuara ke Pantai Taman. Gambar 2. Kolam pembesaran tukik dan
Untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan
selain makna perlidungan, maka telah dibangun
beberapa wahana wisata di kawasan konservasi.
Wahana yang sudah dibangun untuk menunjang
kegiatan konservasi adalah sebagai berikut.
o Tempat penetasan telur (hatcheries)
Tempat penetasan telur (hatcheries) dibangun di
lokasi supratidal (gbr. 1). Hal ini dilakukan untuk
menghindari sapuan (flushing) air laut pada siklus
hari-hari bulan mati atau bulan purnama agar suhu
sarang buatan tetap stabil. Di sini pengunjung dapat
belajar faktor penentu keberhasilan penetasan telur
penyu.
o Kolam pembesaran tukik.
Kolam pembesaran tukik digunakan untuk tukik
yang masih lemah karena pada saat di laut tukik
akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus
laut sehingga dapat dengan mudah dimangsa oleh Gambar 3. Kolam pembesaran penyu
predator. Di sini pengunjung dapat mengetahui o Fasilitas penunjang wisata.
model penyelamatan tukik melalui kegiatan Untuk keberlanjutan program konservasi sehingga
budidaya dalam kolam pembesaran tukik. bermanfaat secara sosial dan ekonomi, maka telah
o Kolam pembesaran penyu. dibangun beberapa wahana menuju terciptanya
Kolam pembesaran penyu bertujuan konservasi dan
kawasan ekowisata. Wahana wisata penunjang
pendidikan bagi pengunjung (gbr. 3) untuk
mengetahui model perlindungan habitat peneluran konservasi tersebut meliputi: (1) Fasilitas kantor
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 99
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
konservasi, (2) Kolam renang air tawar, (3) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.[7]
Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa
Indonesia, (4) Flying fox terpanjang nasional 467 Timur menjadi kerangka dalam menyusun visi, misi,
meter, dan (5) kemudahan akses jalan ke lokasi. tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan
strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa
Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) Kab. Timur, baik secara umum maupun khusus di kawasan
Pacitan memiliki karakter spesifik yang merupakan wisata unggulan kabupaten/kota. Visi pengembangan
perpaduan antara unsur kesamaan tema, kemudahan pariwisata Jawa Timur adalah “Terwujudnya pariwisata
pencapaian/ rute, kedekatan jarak, serta kedekatan Jawa Timur yang mengangkat harkat dan martabat,
terhadap pusat pelayanan. Pembagian KPP di Kab. serta meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya dan
Pacitan secara spesifik didasarkan pada beberapa ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang
kondisi sebagai berikut.
berkelanjutan”. [3]
(1) Kedudukan dan sebaran objek wisata;
Adapun misi pengembangan pariwisata Provinsi
(2) Sebaran aksesibilitas pendukung yang merata antara
Jawa Timur adalah:
kecamatan; o Menyebarluaskan implementasi pengembangan
(3) Sebaran fasilitas pelayanan yang bervariasi antar pariwisata yang berkelanjutan melalui konservasi,
wilayah kecamatan; preservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan
(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan budaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang dapat berfungsi sebagai gerbang dari wilayah hidup Jawa Timur;
di sekitarnya; dan o Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Timur di
tingkat nasional dan internasional melalui
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan. pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata,
Karakteristik pariwisata Kab. Pacitan karena obyek serta pemasaran pariwisata yang tepat sasaran oleh
wisata yang ada cukup beragam dan memiliki ciri-ciri sumber daya manusia Jawa Timur yang berkualitas
yang berupa perpaduan antara destinasi pariwisata di tinggi;
tiap kecamatan/ desa di dalamnya, menyebabkan o Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui
kompleksitas pengelolaan yang tinggi dan mempunyai penyebaran kegiatan pariwisata yang mencakup
ciri khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah daerah-daerah yang belum maju di Jawa Timur;
lainnya. Oleh karena itu dalam melakukan o Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang
perencanaannya harus secara cermat mengetahui berazaskan kerja sama yang saling menguntungkan
kondisi lingkungan strategis kepariwisataan secara antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat;
efektif dan efisien dan juga berorientasi kepada dan
permintaan pasar. Hal ini bertujuan agar kegiatan o Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
pembangunan kepariwisataan yang dilakukan dapat masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
dimengerti, disepakati, ditindaklanjuti dan dirasakan pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk
manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
kecamatan/ desa yang menjadi sasaran pembangunan
yang dilakukan. III. METODE K EGIATAN
C. RIPPDA Provinsi Jawa Timur Saat ini terlihat adanya perubahan minat berwisata
dari wisata massal (mass tourism) yang mengandalkan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
5S (sun, sea, sand, scenery dan sex) mengarah pada
(RIPPDA) Provinsi Jawa Timur merupakan pedoman
wisata berwawasan lingkungan (environmentally sound
utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa
tourism) dan wisata yang berkelanjutan (sustainable
Timur, termasuk di dalamnya Pemerintah Kabupaten
tourism). Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya
Pacitan. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu strategis
pangsa pasar wisata yang mengarah pada kegiatan
dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan
wisata berwawasan lingkungan yang masih alami,
sinerjis yang dimaksudkan untuk mengarahkan
bersih dan jauh dari kebisingan serta pencemaran.
perkembangan kepariwisataan Jawa Timur dalam upaya
Perubahan tersebut sebagai akibat overvisitation pada
mencapai kesejahteraan masyarakat secara
kawasan wisata yang telah dikenal sebelumnya dan
berkelanjutan.
munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa kawasan wisata buatan (artificial tourism zone) yang
Timur berisi: (1) Konsep pengembangan kepariwi- mengubah lansekap alam dan merusak lingkungan
sataan Provinsi Jawa Timur yang dilandasi pendekatan alamiah. Isu lingkungan mulai berkembang termasuk
perencanaan dan isu‐isu strategis pengembangan kepa- dalam hal ini gerakan kesadaran berwisata yang dikenal
riwisataan Jawa Timur, (2) Identifikasi Kawasan dengan ekowisata. Wisatawan mulai sadar akan isu
Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Timur dan lingkungan sehingga selalu mengkaitkan berbagai
kawasan wisata unggulan kabupaten/kota, serta (3) tema-tema kegiatan wisata, baik dai sisi penyediaan
Arahan kebijakan dan strategi pengembangan maupun sisi permintaan dengan lingkungan.
kepariwisataan Provinsi Jawa Timur dan tahapan Perubahan kecenderungan minat berwisata tersebut
indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di melahirkan konsep baru yang dikenal dengan
setiap kawasan wisata unggulan provinsi dan ekowisata. Ekowisata dapat diartikan sebagai
100 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
perjalanan oleh seorang wisatawan ke suatau kawasan meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal baik
dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.
alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola Dalam rangka pengendalian kerusakan
wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang
mendukung pelestarian alam. Ekowisata merupakan harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
alternatif kampanye lingkungan yang cukup efektif
o Aspek Pencegahan
digunakan dalam sektor pariwisata untuk membuat
Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan
kesadaran terhadap lingkungan menjadi tanggungjawab
dampak positif dan negatif. Selain dampak positif
bersama.
yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
Ekowisata merupakan ciri kegiatan berwisata yang kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya
berbasis keinginan untuk tahu (scientific), serta antara lain pemilihan lokasi yang tepat
menghayati nilai dan makna (philosophical). Sehingga (menggunakan pendekatan tata ruang yang pada
jenis pariwisata ini menjadi daya tarik wisatawan yang kawasan konservasi sebagai Zona Pemanfaatan),
berasal dari kota-kota besar untuk menikmati suasana rancangan pengembangan lokasi yang sesuai
alam bebas. Wisatawan diharapkan akan mampu dengan daya dukung dan daya tampung, serta
menghargai, menikmati dan belajar tentang lingkungan rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya
baru dan budaya lokal (local wishdom) yang berbeda dukung kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut
dengan daerah asalnya. Ekowisata merupakan bagian perlu sangat diperhatikan terlebih dalam kawasan
konsep kawasan pengembangan pariwisata (KPP) yang konservasi, karena sebuah kawasan konservasi
akan dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, selain pemandangan indah (benda mati) yang
Kec. Ngadirojo. Tahapan pengembangan kawasan ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga
menjadi landasan bagi perumusan/ formulasi rencana menjadi prioritas utama dalam pelestarian.
kebijakan kawasan lebih lanjut secara spasial. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun
Regionalisasi atau perwilayahan menjadi salah satu sarana prasarana wisata yang kurang mendukung
metode yang ditujukan untuk menentukan batas-batas upaya konservasi keanekaragaman hayati harus
homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata.
kegiatan kepariwisataan baik atraksi, amenitas Perlu juga merubah sikap dan perilaku stakeholder,
(kenyamanan dan kepuasan wisatawan) dan aksebilitas. mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara
Ekowisata yang merupakan kunjungan ke ekowisata (tour operator) serta ekowisatawan itu
lingkungan alam yang relatif masih asli dan dilakukan sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
secara bertanggungjawab bertujuan untuk (1) profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan
Menikmati dan menghargai alam dan segala bentuk segmen pasar yang sesuai juga tak kalah penting
budaya yang menyertainya, (2) Mendukung upaya agar tidak terjebak pada mass tourism yang
konservasi, (3) Memiliki dampak yang rendah dan (4) cenderung tidak mendukung ekowisata.
Keterlibatan sosioekonomi masyarakat setempat yang o Aspek Penanggulangan
bermanfaat. Adanya unsur-unsur yaitu kepedulian, Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menye-
tanggungjawab dan komitmen terhadap kelestarian leksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (control of visitor) dan waktu kunjungan serta minat
setempat ditimbulkan oleh: kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan
(1) Kekhawatiran akan makin rusaknya lingkungan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan dan
oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengem-
bangan sumber daya manusia, peningkatan nilai
terhadap sumber daya alam;
estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas.
(2) Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan
o Aspek pemulihan
yang baik dan sehat;
Perlunya menjamin mekanisme pengembalian
(3) Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas
partisipasi aktif masyarakat setempat; dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta
(4) Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan
mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
(economical benefit) dari lingkungan yang lestari; area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara
dan waktu untuk proses recovery-nya. Dengan fungsi 3P
yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau
(5) Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke Pengawetan dan Pemanfaatan”, sungguh tepatlah
tempat-tempat yang masih alami itu memberikan bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang
peluang bagi penduduk setempat untuk paling sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’.
mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing but
pemandu wisata, porter, membuka homestay, pictures, leave nothing but footprints, kill nothing
pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha- but time’ sangat sejalan dengan nilai nilai dasar
usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata,
konservasi.
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan atau
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 101
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
102 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
konservasi penyu, kawasan penyangga, lokasi kolam daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat
biota laut, lahan reboisasi, akses jalan (gbr. 3.4) dan menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat
sebagainya. Selama kegiatan berlangsung, tim IbW mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola
akan selalu mengadakan monitoring dan evaluasi agar kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara
arah kegiatan sesuai dengan action plan yang sudah adat ataupun sebagai pengelola.
disepakati.
B. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata
Pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan
bertujuan untuk mengembangkan produk wisata yang
unik dan memunculkan kekhasan Pacitan. Penetapan 4
KPP (KPP A, B, C dan D) diharapkan dapat mengarah-
kan kepariwisataan Kab. Pacitan menjadi lebih fokus
namun tetap memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk
berkembangnya potensi-potensi lain sehingga tetap
mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya serta saling
melengkapi dan meningkatkan daya tarik wisata Kab.
Pacitan secara keseluruhan (gbr. 6).
a) KPP A, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
Donorojo, Pringkuku (bagian barat) dengan pusat
pelayanannya Kec. Punung;
b) KPP B, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Pacitan,
Punung (bagian timur), Pringkukuk (bagian timur),
Arjosari (bagian barat), Kebonagung (sebagian ekcil
wilayah barat) dengan pusat pelayanannya Kec. Gambar 6. Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata
Pacitan; Kabupaten Pacitan[4]
c) KPP C, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan
Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (bagian
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan
selatan), Arjosari (bagian selatan dan timur),
mengurangi kemiskinan. Penghasilan ekowisata adalah
Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (sebagian kecil wilayah
dari jasa-jasa wisata untuk ekowisatawan, misalnya: fee
timur) dengan pusat pelayanannya Kec. Ngadirojo;
pemandu, ongkos transportasi, biaya penginapan
d) KPP D, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
homestay, menjual kerajinan, dan sebagainya.
Nawangan, Tegalombo (bagian utara), Bandar,
Ekowisata membawa dampak positif terhadap
Arjosari (bagian utara) dengan pusat pelayanannya
pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang
Kec. Nawangan.
pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan
Tema kegiatan PPM skim IbW adalah “Penguatan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang
Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”. Lokasi tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
kegiatan dipusatkan di pantai Taman, Desa Hadiwarno, Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat
Kec. Ngadirojo. Dalam pembangunan sektor pariwisata bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan
di Kab. Pacitan, Pantai Taman termasuk di dalam usaha ekowisata itu sendirian. Tataran implementasi
Kawasan Pengembangan Pariwisata C (KPP C). ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari
Lokasinya yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di
menempatkan kawasan ini secara strategis dalam peta suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait
kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah,
Nasional. Pantai Taman merupakan kawasan wisata dunia usaha, akademisi dan organisasi non pemerintah
(KWU) baru yang dimulai dengan kegiatan konservasi diharapkan membangun suatu jaringan dan
penyu untuk wisata yang memberdayakan masyarakat
menjalankan suatu kemitraan yang sinergis sesuai peran
pesisir sekitar lokasi.
dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek kunci
C. Ekowisata Berbasis Masyarakat dalam pembangunan ekowisata berbasis masyarakat
Pola ekowisata berbasis masyarakat (community- adalah sebagai berikut.[8]
based ecotourism) adalah pola pengembangan o Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk
ekowisata yang mendukung dan memungkinkan pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya,
keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam dengan dukungan dari akademisi, pemerintah dan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha organisasi masyarakat (nilai partisipasi masyarakat
ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. dan edukasi);
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha o Prinsip local ownership (adanya pengelolaan dan
ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan
Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta ekowisata, kawasan ekowisata, dan pemandu
budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai memanfaatkan masyarakat lokal. Hal ini merupakan
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 103
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
penerapan nilai partisipasi masyarakat dalam Dari sejumlah objek wisata yang selalu ramai
kegiatan ekowisata; dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang
o Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana menarik dengan pesona pantainya yang berpasir putih.
akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi dan Salah satu pantai yang layak dikunjungi adalah Pantai
edukasi); Taman. Untuk menunjang ekowisata, tim IbW telah
o Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan membangun beberapa fasilitas penunjang yang antara
pemeliharaan obyek wisata selanjutnya menjadi lain sebagai berikut.
tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk o Pembibitan dan Penanaman Vegetasi Pantai. Vege-
penentuan biaya (fee) untuk ekowisatawan (nilai tasi pantai, seringkali disebut hutan pantai berpasir
ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata). adalah tutupan vegetasi yang tumbuh dan berkem-
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang bang di pantai berpasir di atas garis pasang tertinggi
sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi di wilayah tropika. Pada ekosistem hutan pantai ber-
karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ pasir di Pantai Taman Desa Hadiwarno, terdapat dua
dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti formasi vegetasi yang dapat dibedakan berdasarkan
penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga struktur dan fisiognomi vegetasi, serta komposisi
dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara floristiknya, yaitu: (1) formasi pes-caprae dan (2)
ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal formasi Barringtonia.[9] Keberadaan pohon-pohon,
di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar baik dari formasi Pes-caprae maupun Barringtonia,
ekowisata tetap berkelanjutan, perlu tercipta kondisi di sepanjang pantai peneluran menjadi penting
yang memungkinkan di mana masyarakat diberi karena dapat menjadi naluri peneluran penyu.
wewenang untuk mengambil keputusan dalam Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2015 telah
pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah melakukan kegiatan “rehabilitasi habitat bertelur
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai penyu” dengan cara membuat model penanaman
visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. vegetasi pantai (gbr. 7).
Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah
satu program usaha yang sekaligus bisa menjadi strategi
konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini,
masyarakat dapat memanfaatkan keindahan alam yang
masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak
atau menjual isinya.
104 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
sifat, habitat dan perilakunya dapat dinikmati pada ketinggian dan meluncur dengan kecepatan
sebagai sarana rekreasi sekaligus menambah tertentu.
pengetahuan tentang dunia bawah laut. Biota
laut adalah semua makhluk hidup yang ada di laut V. ULASAN KARYA
baik hewan, tumbuhan maupun karang. Pantai taman di Kec. Ngadirojo - Kab. Pacitan,
dapat dikatakan termasuk jenis pantai berpasir halus
(gbr. 6.1). Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran
sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang
tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut
yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi
organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi
perairan sangat tinggi di lingkungannya. Beberapa jenis
penyu, misalnya: penyu hijau (Chelonia mydas), penyu
blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik
(Eretmochelys imbricate) dan penyu abu-abu
(Lepidochelys olivaceae) diketahui membangun sarang
penetasan di pasir Pantai Taman di sekitar formasi pes-
caprae. Walaupun permukaan pasirnya dapat mencapai
Gambar 8. Tanggul penahan banjir dan pengarah arus laut suhu lebih 50oC, namun beberapa sentimeter di bawah
permukaan suhu pasirnya konstan pada kisaran sekitar
Tujuan pembuatan kolam biota laut (gbr. 9) adalah 36oC. Telur-telur yang hendak ditetaskan biasanya
(1) Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, diletakkan pada lubang dengan suhu antara 32 − 38oC.
konservasi sumber daya laut dan pesisir dan
menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia Konservasi yang dimaksudkan di sini merupakan
dengan alam secara arif dan bijaksana bagi segenap upaya pelestarian lingkungan, rehabilitasi dan/ atau
ekowisatawan, (2) Membuat model konservasi rekonstruksi sebagai bagian dari upaya pemanfaatan
ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya lahan untuk mempertahankan kondisi fisik sumber daya
kepada masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka alam. Tujuan konservasi sumber daya alam yang akan
memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber dilakukan adalah (1) Mempertahankan adanya kualitas
daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara lingkungan dengan memperhatikan estetika dan
keseimbangan ekosistem serta melindungi ekosistem kebutuhan ekowisata maupun hasilnya dan (2)
pesisir dari kerusakan, dan (3) Memberikan fasilitas Memper-tahankan adanya kelanjutan dari pemanfaatan
rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai hasil tanaman, hewan dan bahan yang bermanfaat
termasuk interaksi ekowisatawan dengan habitat lainnya, dengan menciptakan siklus yang seimbang
wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi. antara masa tanam atau pembiakan dengan
pertumbuhan individu baru atau pembaharuan material.
Oleh karena itu konservasi yang akan dilakukan juga
meliputi kegiatan perlindungan terhadap sistem
kehidupan, preservasi sumber daya genetik serta
pemanfaatan flora dan fauna secara berkelanjutan.
Penanaman jenis tanaman vegetasi pantai yang akan
dilakukan meliputi: Pohon bakau (Rhizopora
mucronata), Ketepeng (Terminasa cotapa), Waru
(Hibiscus tiliaceus), pandan (Pandanus tectorius),
Keben (Baringtonia sp). Dimulai sejak Pebruari 2015,
tim IbW Kec. Ngadirojo sudah melakukan pembibitan
jenis tanaman yang dimaksud dan dalam beberapa
bulan ke depan sudah akan siap ditanam.
Gambar 8. Kolam biota air laut Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan
o Pembuatan Flying Fox. Flying fox adalah sebuah oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan adalah
permainan yang terdiri dari satu atau lebih kerekan penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi
yang ditempatkan di atas tali kawat baja (steel wire dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
rope), biasanya terbuat dari bahan tahan karat pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
dengan mengandalkan beban pemakai dan didorong satwa serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan
oleh gravitasi dari suatu lokasi ketinggian tertentu dilakukan adalah sebagai berikut.
menuju suatu landasan yang lebih rendah. Ada o Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi
banyak bentuk/variasi permainan flying fox, namun kepada individu-individu (pelaku, ekowisatawan dan
sebagian besar kegiatan digunakan sebagai bagian masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan,
dari hiburan petualangan. Unsur utama yang hadir pengertian dan pemahaman sesuai dengan yang
dalam permainan flying fox adalah tantangan berada diharapkan;
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 105
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
o Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan masyarakat, di mana keduanya merupakan simbiosis
diharapkan dapat dipahami, diketahui, diyakini dan mutualisme. Ekowisata memerlukan kawasan
dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal; konservasi penyu dan sebaliknya kawasan konservasi
o Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai memerlukan ekowisata.
upaya peningkatan agar mempunyai kualitas yang
diharapkan; VII. DAMPAK DAN M ANFAAT KEGIATAN
o Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang
berbeda dengan sebelumnya untuk menjadi lebih sangat lambat dan memerlukan usia puluhan tahun
baik dan meningkat sesuai dengan standart yang untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun).
diinginkan; Oleh karena itu tindak konservasi penyu di lokasi
o Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat
terhadap upaya konservasi terhadap ekosistem untuk dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan
kawasan; dan di stasiun penangkaran penyu untuk kebutuhan
o Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu
negatif dari lingkungan yang dapat timbul akibat diperhatikan kebersihan air laut pada kolam (tukik,
adanya kegiatan ekowisata. karantina dan pembesaran) dan dilakukan upaya
penanggulangan penyakit dan parasit yang biasa
VI. KESIMPULAN hinggap di penyu.
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan Dampak yang bisa dirasakan dari kegiatan PPM
habitat dan populasi penyu serta masyarakat akan saling skim IbW bagi pengembangan kawasan dapat dijarakan
berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain sebagai berikut.
pengetahuan mengenai penyu itu sendiri. Informasi o Dampak ekonomi, karena ekowisata dapat
mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku, memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat
dalam mengembangkan strategi pengelo-laan setempat, memacu pembangunan wilayah, baik di
konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin
Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Kegiatan ini merupakan kesinambungan usaha. Dalam skala besar dampak
ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif,
sistematis dan terukur. o Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran
masyarakat dan merubah perilaku masyarakat
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, tentang perlunya upaya konservasi sumber daya
Kab. Pacitan merupakan kawasan konservasi penyu alam hayati dan konservasinya.
diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara seluas o Meningkatnya perhatian terhadap pelestarian
10 ha untuk pe- ngembangan kawasan (Perdes No.7 lingkungan di lokasi kawasan ekowisata yang
Tahun 2012). Salah satu alasan penyerahan lahan berfungsi sebagai tempat informasi dan pendidikan
menjadi kawasan konservasi penyu yaitu karena Pantai lingkungan hidup.
Taman memiliki organisme spesifik atau endemik yang
Manfaat kegiatan yang bisa dirasakan oleh
menjadi daya tarik wisatawan yakni penyu sehingga stakeholder ekowisata di kawasan terpilih adalah
dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk sebagai berikut.
dikonservasi.
o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan
Kawasan konservasi penyu mempunyai peranan masyarakat di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
yang sangat penting baik secara ekologis, ekonomis dan Ngadirojo melalui usaha ekowisata; dan
sosial budaya, sehingga pengelolaannya bisa menjadi o Peran aktif masyarakat dilakukan dengan memba-
prioritas utama. Tujuan dibentuknya kawasan ngun hubungan kemitraan dengan masyarakat
konservasi penyu adalah untuk melindungi seluruh setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat
sistem sosial-ekologi, meningkatkan status sosial- sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga
ekonomi masyarakat lokal dan mengembangkan tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi,
ekowisata dengan mendorong pelestarian menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat
keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan setempat untuk pengembangan ekowisata, memper-
konservasi penyu yang efektif tidak hanya melindungi hatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah
keanekaragaman hayati tetapi juga akan mendukung setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan
pengelolaan pesisir berkelanjutan dan peningkatan dengan kondisi sosial budaya setempat serta
ekonomi melalui aktivitas ekowisata. menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja
Kawasan konservasi dan ekowisata merupakan satu semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar
kesatuan yang saling mendukung di mana konsep dari kawasan.
pengembangan ekowisata sejalan dengan misi VIII. DAFTAR P USTAKA
pengelolaan kawasan konservasi penyu. Ekowisata
yang dijalankan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, [1] Lembaran Negara Republik Indonesia, 2009,
Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan strategi dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9
pengembangan kawasan konservasi penyu berbasis tentang Kepariwisataan.
106 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
[2] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:
Kecamatan Ngadirojo dalam Angka 2012, 0263/E5/2014 ini dapat diselesaikan.
Nomor Katalog: 1102001.3501110. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
[3] Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana kepada:
Pembangunan Jangka Menengah Daerah o Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti, Jakarta beserta
Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten semua jajarannya;
Pacitan No. 11 Tahun 2011. o Dir. DPPM UMM dan Wadir DPPM Bagian PPM
[4] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten beserta semua jajarannya;
Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan Kawasan o Ka. UPT. P2M Politeknik Negeri Malang beserta
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan. segenap jajarannya yang telah membantu
[5] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, kelancaran PPM skim IbW ini;
2011, Profil Potensi Kelautan dan Perikanan o Bappeda dan Balitbangtik Kab. Pacitan atas
Kabupaten Pacitan. kerjasamanya dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
[6] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, dan
Pacitan dalam Angka 2012, ISSN: 0215.5710, o Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami
Katalog BPS : 1102001.3501. sebutkan satu-persatu serta pengertian keluarga
[7] Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun yang telah sangat banyak membantu dan
2006 tentang Rencana Induk Pengembangan memberikan dorongan semangat demi terselesainya
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa jurnal PPM skim IbW ini.
Timur.
[8] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009,
Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis
Masyarakat. Didownload dari http://rudyct.com/
PPS702-ipb/07134/wwf.indone-sia.pdf.
[9] Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K.
Moosa, 1997, The Ecology of the Indonesian
Seas I di dalam The Ecology of Indonesian
Series Vol. VII, Periplus Edition (HK) Ltd.: xiv +
1-642.
IX. P ENGHARGAAN
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim Ipteks
bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud,
Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan Direktur Penelitian
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 107
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat
Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
108