Anda di halaman 1dari 118

LAPORAN AKHIR

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo


Kabupaten Pacitan
Tahun ke-2 dari rencana 3 tahun

Oleh:

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes., NIDN 19126702, Ketua Tim pengusul


Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T., NIDN 0015047002, Anggota Tim pengusul
Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH., MSi., M.Hum, NIDN. 0026036301, Anggota Tim Pengusul
Drs. Amir Syarifuddin, M.Hut., NIDN. 0010045803, Anggota Tim Pengusul
Ir. Tundung Subali Patma, M.T., NIDN 0024045906, Anggota Tim Pengusul

DPPM - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


UPT. P2M - POLITEKNIK NEGERI MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

Nopember 2015

i
ii
iii
iv
RINGKASAN

Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo menjadi wilayah PPM skim IbW ini. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan yang membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pacitan yang Sejahtera” dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4
“Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar pelaksanaan PPM skim IbW dengan judul “IbW
Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan”.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan
dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama kawasan konservasi penyu.
Ekowisata sesuai disinergikan dengan konservasi penyu karena dalam kegiatan ekowisata
terdapat: (1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak
merusak sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah
lingkungan, (2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah
perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya, (3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi
pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu
pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin
kesinambungan usaha; dan (4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun
hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal untuk pengembangan ekowisata, dan (5) .
Berdasarkan permasalahan tersebut “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Pacitan” dilakukan dengan cara (1) Membuat model kegiatan wisata
yang bertumpu pada lingkungan, bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi
masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada kawasan konservasi flora dan fauna, dalam hal ini penyu dan
ekosistemnya, dapat bersinergi dengan kegiatan ekowisata, dan (3) Membuat model kelemba-
gaan pariwisata berbasis masyarakat lokal.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah “Penguatan Atraksi
Wisata menjadi Kawasan Ekowisata” melalui kegiatan: (1) Konservasi lahan, tatanilai dan
produk wisata, (2) Penciptaan suasana kawasan ekowisata yang dapat dirasakan oleh semua
masyarakat yang bermukim di kawasan, (3) Berkembangnya kegiatan pariwisata yang
mengusung jati diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal, (4) Mantapnya
citra kegiatan ekowisata di kawasan yang didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders dan
(5) Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan konservasi dan ekowisata dengan
produk wisata pendukung lainnya di Kab. Pacitan. Pembangunan sarana yang telah dilakukan
adalah (1) Penanaman vegetasi pantai, (2) Pembuatan tanggul penahan arus, (3) pembuatan
kolam biota laut, dan (3) Pembangunan flying fox. Rencana tahapan berikutnya adalah (1)
Konservasi vegetasi pantai, (2) Penguatan kawasan ekowisata dan (3) Penyelesaian kolam
biota laut.

Kata-kata kunci: konservasi penyu, ekowisata, citra kawasan, kelembagaan wisata, vegetasi
pantai, biota laut.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud, Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 0094/E5.1/PE/2015
tertanggal 16 Januari 2015 ini dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, selaku Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti,
Jakarta beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap jajarannya
yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Dr. Ir. Masduki, MM, selaku Wakil Direktur II DPPM UMM yang telah
membantu pelaksanaan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
6. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
7. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan kemajuan PPM skim IbW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya ekowisata.
Malang, 27 Nopember 2015

Tim Pelaksana PPM IbW


Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

vi
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RINGKASAN ……………………………………………………………………….. v
PRAKATA …………………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Ekowisata ................................................ 3
1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan .......................... 5
1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan ................................................................. 7
1.5 Wahana Penunjang Ekowisata ................................................................ 9
1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW ................................................... 12
BAB 2 TARGET DAN LUARAN
2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan ............................................................. 13
2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan .................................................... 15
2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur ................................................................ 18
2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota ………………………….. 20
2.3.2 Rencana tindak pariwisata …………………………………………... 22
2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata ......................................................... 23
2.4.1 Ekowisata dan konservasi …………………………………………… 25
2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata …………………… 26
2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat ………………………………………. 29
2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata ……………………….. 30
2.5.2 Pemasaran produk ekowisata ………………………………………... 31
2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat ……………… 31
2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata …………………………………….. 35
2.8 Luaran yang Akan Dihasilkan ………………………………………… 38
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW ......................................................... 41
3.2 Kegiatan yang Dilakukan ....................................................................... 43
3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo ........... 43
3.4 Metode Kegiatan IbW …………………………………………………. 44
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan ........................ 49
4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra ......................................................... 50
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan .......................................................... 50
4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ................. 51

vii
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI


5.1 Penanaman Vegetasi Pantai .................................................................... 53
5.2 Pembuatan Tanggul Penahan Arus ......................................................... 56
5.3 Pembuatan Kolam Biota Laut …………………………………………. 57
5.4 Pembangunan Flying Fox ……………………………………………... 59
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Konservasi Vegetasi Pantai ……………………………………………. 63
6.2 Penguatan Kawasan Ekowisata ……………………………………….. 64
6.3 Penyelesaian Pembuatan Kolam Biota Laut …………………………... 67
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 69
7.2 Saran …………………………………………………………………... 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 71
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul ................................... 72
LAMPIRAN 2. Peta Lokasi Wilayah ....................................................................... 89
LAMPIRAN 3. Peraturan Desa No. 01 Tahun 2015 tentang Penetapan Kawasan
Konservasi ........................................................................................ 91
LAMPIRAN 4. Jurnal Aplikasi Ipteks …………………………………………….. 97

viii
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun II IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ……………… 40
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2015 ……… 43
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 43
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 49
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014 – 2016 ……… 50
Tabel 5.1 Dimensi atribut dan subdimensi permainan flying fox ……………………... 60
Tabel 5.2 Nama alat dan fungsi dalam permainan flying fox ………………………… 61
Tabel 6.1 Penguatan prinsip dan kriteria ekowisata ………………………………….. 65

ix
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata …………………………………………… 3
Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 4
Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan .. 6
Gambar 1.4 Tempat penetasan telur (hatcheries) ………………………………… 9
Gambar 1.5 Kolam pembesaran tukik dan pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan 10
Gambar 1.6 Kolam pembesaran penyu …………………………………………… 10
Gambar 1.7 Gedung sekretariat konservasi ……………………………………….. 11
Gambar 1.8 Kolam renang air tawar ……………………………………………… 11
Gambar 1.9 Flying fox, akses jalan menuju lokasi dan tempat meluncur ………… 11
Gambar 1.10 Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Indonesia ………………. 12
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 13
Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan) ………………………………... 16
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pariwisata Pacitan ……………………………... 21
Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat …………………………….. 28
Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata ……………………………… 31
Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman …… 37
Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan ……………… 39
Gambar 3.1 Model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat ……………… 42
Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo ……………………………… 45
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu …………………………………………. 48
Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangga ………………………… 48
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………….. 52
Gambar 5.1 Tim IbW di formasi pes-capare Pantai Taman ……………………… 53
Gambar 5.2 Penyu hijau bertelur dan formasi Barringtonia di Pantai Taman …… 55
Gambar 5.3 Model penanaman vegetasi hutan di Pantai Taman ………………… 56
Gambar 5.4 Tanggul penahan banjir dan pengarah arus laut …………………….. 57
Gambar 5.5 Pembuatan kolam biota air laut ……………………………………… 59
Gambar 5.6 Fasilitas flying fox untuk pemakai anak-anak ……………………….. 62
Gambar 6.1 Formasi vegetasi (a) dan kondisi pantai peneluran penyu di pantai
Taman ……………………………………………………………….. 63
Gambar 6.2 Pembuatan kolam biota laut ………………………………………….. 68

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Republik
Indonesia dewasa ini pada hakikatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat baik
fisik maupun non fisik. Salah satu aspek pembangunan yang penting adalah pengembangan
dalam bidang ekonomi, di mana kepariwisataan termasuk salah satu sektor pembangunan
yang diharapkan dapat menunjang laju pemerataan di bidang pengembangan ekonomi
Indonesia, melalui berbagai aspek yang terkandung di dalamnya seperti penerimaan devisa,
pemerataan pendapatan ekonomi rakyat, memperluas kesempatan kerja dan bahkan pariwisata
saat ini dibebani pula satu pendekatan ekonomi dengan turut serta mengentaskan kemiskinan
(pro poor tourism).
Dengan demikian sebagai pendorong laju pembangunan secara berkesinambungan,
kepariwisataan dibebani dua sasaran yaitu sasaran dalam sosio-ekonomi dan sosio-budaya.
Sebagai sasaran sosio-ekonomi, pariwisata berfungsi sebagai penerimaan devisa, pemerataan
pendapatan masyarakat, dan pemerataan lapangan kerja. Sedangkan sasaran sosio-budaya
mendorong terpeliharanya kebudayaan nasional di daerah tujuan wisata baik yang bersifat
material maupun inmaterial, dengan demikian usaha pembangunan kepariwisataan dan
kebudayaan terdapat kaitan yang kuat satu sama lain.
Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan secara berkelanjutan bertujuan untuk
turut mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan masyarakat dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya (IPTEKSB) serta
memperhatikan perkembangan wilayah dan tantangan global. Melalui pembangunan
kepariwisataan yang dilakukan secara komprehensif dan integral dengan memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam, budaya dan kondisi geografis setempat secara arif dan bijaksana,
maka diharapkan akan tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Di samping itu secara implisit pembangunan pariwisata juga diharapkan mampu
mendorong pembangunan daerah yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
di suatu kawasan dengan cara mengurangi kesenjangan antar wilayah serta mendorong
pemanfaatan potensi dan kapasitas masing-masing daerah dalam kerangka Negara Kesatuan

1
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Republik Indonesia yang dapat membangun Pariwisata nusantara dalam memupuk persatuan
dan cinta tanah air.
Pembangunan pariwisata memerlukan konsep dan strategi yang jelas. Dalam
Undang-Undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8, perencanaan
pengembangan kepariwisataan dapat diatur melalui rencana induk pembangunan
kepariwisataan.[1] Dalam pasal 8 tersebut dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional (RIPPNAS), rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi (RIPPDA Provinsi), dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota (RIPPDA Kabupaten/Kota). Artinya, ada keterkaitan antara UU no. 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan dengan rencana induk pengembangan kepariwisatan di
tingkatan provinsi ataupun kabupaten/kota.
Saling keterkaitan dokumen pengembangan tersebut adalah jika pada tingkat
nasional pengembangan dan pembangunan kepariwisataan diatur dengan UU no. 10 tahun
2009: Kepariwisataan, RPJP/RPJM dan RIPPNAS. Destinasi provinsi diatur melalui RIPPDA
Provinsi, destinasi kabupaten/kota melalui RIPPDA Kabupaten/Kota. Sedangkan destinasi di
tingkat kawasan diatur melalui rencana induk pengembangan kawasan dan di level daya tarik
wisata diatur melalui rencana tapak kawasan dan desain teknis.
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata di Pantai Taman, Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dengan skema Pengabdian Kepada Masyarakat
(PPM) skim Ipteks bagi Wilayah (IbW) telah memasuki tahun II. Pada tahun I, tim PPM skim
IbW di Kec. Ngadirojo telah melakukan konservasi penyu untuk wisata. Paradigma
konservasi modern tidak hanya menekankan pada fungsi perlindungan (konservasi), namun
juga harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk itu konservasi penyu yang telah
dilaksanakan pada tahun I dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata yang
bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan.
Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Pantai
Taman adalah: (1) Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2) Pembangunan
kawasan ekowisata yang sebagian hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengembangan kawasan
ekowisata bersama masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil
sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara ekonomi dan sosial, selanjutnya akan
merasa ikut memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap konservasi flora dan fauna
untuk kegiatan ekowisata. Salah satu faktor yang mendukung pengembangan ekowisata

2
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan adalah dengan adanya
pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi hingga Yogyakarta) merupakan jalur
wisatawan Bali ke Yogyakarta (gbr. 1.1). Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, Kec.
Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio kawsan wisata unggulan (KWU) di Kab. Pacitan.

Jalan Lintas Selatan (JLS)

Sungai Lorok

Kawasan Ekowisata Pantai


Taman, Ngadirojo, Pacitan

Gambar 1.1 Lokasi kawasan ekowisata

1.2 Pantai Taman sebagai Lokasi Ekowisata


Secara administratif, Kab. Pacitan terbagi atas 12 Kecamatan dengan Kec.
Ngadirojo adalah salah satunya dengan luas 94,22 km2 (9.430,97 ha), berada pada ketinggian
0 – 700 mdpl. Kec. Ngadirojo secara administrasi terbagi atas 18 desa dengan dua desa
sebagai lokasi PPM skim IbW ini adalah Hadiwarno dan Sidomulyo merupakan desa yang
memiliki pantai, yaitu pantai Sidomulyo, teluk Segoro Anakan, dan pantai Taman. Pantai
Taman sebagai lokasi pengembangan ekowisata terletak di Desa Hadiwarno (gbr. 1.2).
Sifat fisik dari wilayah Pantai Selatan Jawa umumnya memiliki kontur yang curam.
Kondisi topografi berupa kombinasi antara dataran rendah (pantai), bukit dan pegunungan.
Pantai taman yang terletak di Pantai Selatan Jawa sebagai lokasi peneluran penyu dapat
dikatakan termasuk jenis pantai berpasir halus. Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran
sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi
oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan
sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Faktor fisik yang
berperan penting mengatur kehidupan di pantai berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan

3
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

ombak mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat di pantai. Gerakan ombak di
Pantai Taman pada umumnya kecil dikarenakan adanya sejumlah palung laut. Hal ini ditandai
dengan ukuran partikel pasirnya yang halus.

Gambar 1.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan[2]


Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang hidup pada pantai berpasir halus
adalah pada penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang halus mempunyai retensi air
yang mampu menampung lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme untuk
menggali. Gerakan ombak dapat pula mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil
menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk, dan terdeposit
kembali. Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus menerus bergerak, maka
hanya sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara permanen
sehingga inilah yang menyebabkan pantai seperti terlihat tandus.
Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai Taman karena masih seimbangnya
rantai makanan. Mulai dari adanya padang lamun sebagai penyedia makanan kemudian
detritus, sampai penyu hijau sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang lamun di

4
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan
untuk penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya penyu yang bertelur di
daerah ini. Hal ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya mendarat di pantai yang
berpasir halus kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian
didukung oleh kondisi pantai yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang
memudahkan penyu bermigrasi.

1.3 Relevansi Program IbW dan RPJMD Pemkab Pacitan


Berdasarkan RPJMD Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016, ditetapkan Visi
Kabupaten Pacitan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera”[3]. Misi yang
ditetapkan Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk mencapai Visi tersebut adalah:
1. Profesional birokrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan prima dan mewujudkan tata
pemerintahan yang baik;
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat;
4. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi
unggulan; dan
6. Mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya, berkepribadian dan
memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama.
Strategi pembangunan Kabupaten Pacitan yang relevan dengan pelaksanaan Ipteks
bagi Wilayah (IbW) adalah misi ke-4 dan ke-5, melalui arah kebijakan:
1. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh industri berbasis pertanian
(agroindustri), kelautan dan pariwisata meliputi: revitalisasi pertanian, peningkatan daya
saing pariwisata, dan pengembangan potensi sumber daya kelautan;
2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan, meliputi:
peningkatan konservasi di kawasan budidaya, pemantapan kawasan lindung, dan pening-
katan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan; dan
3. Mewujudkan infrastruktur daerah yang berkualitas dalam mewujudkan aktivitas ekonomi
yang stabil, meliputi: pengembangan wilayah, penyelenggaraan penataan ruang, dan
pembangunan sistem informasi dan komunikasi.
Pengembangan sektor pariwisata di Kab. Pacitan (gbr. 1.3) dibagi ke dalam 4
kawasan pengembangan pariwisata (KPP), yaitu:[4]

5
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata goa (Goa Gong, Goa
Tabuhan, Goa Putri, dan Goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak
Rinjing), wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan Gunung Limo);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (Pantai Taman dan Pantai Desa Sidomulyo); dan
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman).

Gambar 1.3 Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan[4]

6
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Dua desa di Kec. Ngadirojo yang menjadi wilayah IbW yaitu Hadiwarno dan Sidomulyo
masuk ke dalam peta rencana KPP C (gbr. 1.3).

1.4 Maksud dan Tujuan Kegiatan


Secara umum kegiatan PPM skim IbW pada tahun II adalah membangun kawasan
ekowisata untuk pembiayaan konservasi penyu dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
kawasan. Adapun maksud dari kegiatan PPM skim IbW ini adalah untuk:
1. Menyatukan pandangan di antara sektor pembangunan lainnya di destinasi wisata terhadap
pentingnya kegiatan pariwisata dalam konteks pembangunan daerah; dan
2. Menyusun perencanaan pengembangan aspek pariwisata yang mampu meningkatkan
kualitas kepariwisataan di kawasan konservasi.
Tujuan dari kegiatan PPM skim IbW pada tahun II ini adalah untuk:
1. Membuat arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi dengan
kebijakan pembangunan kawasan ekowisata;
2. Membuat pedoman dalam perencanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan dengan
meminimalisasi dampak-dampak negatif terhadap alam dan budaya yang dapat merusak
destinasi ekowisata;
3. Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pengembangan potensi kebudayaan
dan pariwisata kawasan ekowisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata,
usaha jasa wisata dan usaha lain pendukung pariwisata; dan
4. Menyusun RIPPDA kawasan yang dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder
pariwisata di kawasan agar dapat bekerjasama secara positif dalam mekanisme kerjasama
untuk pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat.
Manfaat Penyusunan RIPPDA kawasan ekowisata dari kegiatan PPM skim IbW pada
tahun II ini meliputi:
1. Dapat dijadikan sebagai alat pembinaan dan korporasi lintas sektoral yang berdasarkan
kepada asas manfaat dan kepentingan bersama;
2. Dapat dijadikan alat monitoring dan evaluasi terhadap langkah-langkah pengembangan
kepariwisataan di kawasan; dan
3. Dapat dijadikan pedoman bagi pelaku ekonomi untuk mengembangkan kepariwisataan di
kawasan ekowisata dengan mengutamakan pada kepentingan bisnis yang peduli
lingkungan yang bekerjasama dengan pihak terkait dan masyarakat setempat untuk
memenuhi kebutuhan lokal dan mendapatkan keuntungan untuk konservasi.

7
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Sasaran kegiatan PPM skim IbW pada tahun II ini diantaranya:


1. Tersusunnya rencana induk pengembangan pariwisata kawasan ekowisata yang dilandasi
tata ruang kawasan;
2. Tersusunnya rencana induk pengembangan pariwisata kawasan yang didasarkan kepada
pendekatan wilayah pengembangan dengan mempersatukan kekuatan dan karakter potensi
pariwisata dengan masing-masing wilayah penghubungnya;
3. Tersusunnya konsep pengembangan kawasan wisata yang memiliki tema berdasarkan
karakter, tipe dan potensi yang dimiliki masing-masing kawasan;
4. Tersusunnya diversifikasi produk wisata yang didukung oleh terbentuknya infrastruktur di
kawasan;
5. Tersusunnya strategi pemasaran seni budaya dan kepariwisataan kawasan.
Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan PPM skim IbW ini adalah: (1) Informasi
mengenai sumberdaya alam terutama keragaman flora, fauna dan geologi yang terdapat di
kedua desa wilayah IbW dapat diketahui masyarakat luas; (2) Strategi pengelolaan potensi
ekowisata desa bisa berinti pada kolaborasi pengelolaan; (3) Meningkatnya sarana dan
prasarana yang memadai dalam mengembangkan sektor pariwisata, (4) Berkembangnya
pemahaman masyarakat mengenai konservasi flora dan fauna yang berwawasan lingkungan
hidup berkelanjutan; dan (5) Kegiatan wisata dapat diberi sebagai bentuk dan yang bertumpu
pada lingkungan, serta bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal
serta bagi kelestarian sumberdaya alam.
Ke depan, keberadaan pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo bisa
memberi kontribusi nyata bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi lokal. Hal ini
dapat dilakukan melalui: (1) Potensi sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
sektor UMKM sebagai pelaku usaha bisa secara optimal disinergikan dengan pengembangan
wisata; (2) Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat lokal sebagai produsen
dengan wisatawan sebagai konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, bisa
diwujudkan; (3) Tiga pelaku dalam industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan
masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara maksimal dalam industri pariwisata; (4)
Pemanfaatan TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan kesatuan nilai berwisata
bagi wisatawan yang terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya
melestarikannya; dan (5) Adanya sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada kawasan
konservasi yang akan diusulkan pada kawasan Pantai Taman, Desa Hadiwarno.

8
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

1.5 Wahana Penunjang Ekowisata


Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan
meningkatkan kegiatan pembangunan, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan
kerja dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah
apabila dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pantai Taman yang terletak di Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo berjarak ± 25 km dari pusat kota Pacitan dengan jalan yang sudah
beraspal halus. Akses menuju lokasi dipermudah dengan adanya jalan transportasi JLS
sehingga memudahkan pengunjung untuk berkunjung ke objek wisata ini. Pantai Taman
memiliki daya tarik sendiri yaitu adanya lokasi konservasi penyu, pemandangan alam yang
mempesona, gugusan tebing dan deburan ombak. Di sepanjang Pantai Taman dapat dilakukan
kegiatan pemancingan ikan karena jumlahnya yang berlimpah karena adanya sungai Lorok
yang bermuara ke Pantai Taman.
Untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi selain makna perlidungan, maka
telah dibangun beberapa wahana wisata di kawasan konservasi. Wahana yang sudah dibangun
untuk menunjang kegiatan konservasi adalah sebagai berikut.
(1) Tempat penetasan telur (hatcheries)
Tempat penetasan telur (hatcheries) dibangun di lokasi supratidal (gbr. 1.4). Hal ini
dilakukan untuk menghindari sapuan (flushing) air laut pada siklus hari-hari bulan mati
atau bulan purnama agar suhu sarang buatan tetap stabil. Di sini pengunjung dapat belajar
faktor penentu keberhasilan penetasan telur penyu.

Gambar 1.4 Tempat penetasan telur (hatcheries)

9
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(2) Kolam pembesaran tukik


Kolam pembesaran tukik digunakan untuk tukik yang masih lemah karena pada
saat di laut tukik akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus laut sehingga dapat
dengan mudah dimangsa oleh predator. Di sini pengunjung dapat mengetahui model
penyelamatan tukik melalui kegiatan budidaya dalam kolam pembesaran tukik (gbr. 1.5).

Gambar 1.5 Kolam pembesaran tukik dan pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan
(3) Kolam pembesaran penyu
Kolam pembesaran penyu bertujuan konservasi dan pendidikan bagi pengunjung
(gbr. 1.6) untuk mengetahui model perlindungan habitat peneluran penyu (nesting site)
dari segala macam gangguan agar penyu dapat berkembang biak dengan baik. Konservasi
berarti pemanfaatan keanekaragaman flora dan fauna tidak merusak sumber daya alam itu
sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan. Pendidikan bertujuan
meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat tentang perlunya
upaya konservasi sumber daya alam hayati dan konservasinya.

Gambar 1.6 Kolam pembesaran penyu

10
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(4) Fasilitas penunjang wisata


Untuk keberlanjutan program konservasi sehingga bermanfaat secara sosial dan
ekonomi, maka telah dibangun beberapa wahana menuju terciptanya kawasan ekowisata.
Wahana wisata penunjang konservasi tersebut meliputi: (1) Fasilitas kantor konservasi,
(2) Kolam renang air tawar, (3) Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Indonesia, (4)
Flying fox terpanjang nasional 467 meter, dan (5) Akses jalan ke lokasi.

Gambar 1.7 Gedung sekretariat konservasi


Gedung berfungsi sebagai pusat informasi kawasan wisata terpadu dan kegiatan outbond.

Gambar 1.8 Kolam renang air tawar


Kolam air tawar, air dari Sendang Ayu sejauh 500 m dari lokasi yang berfungsi sebagai lokasi wisata dan
sekaligus berfungsi untuk penyedia air untuk mengairi tanaman kawasan.

Gambar 1.9 Flying fox, akses jalan menuju lokasi dan tempat meluncur
Flying fox terpanjang di Indonesia untuk menyebarluaskan konservasi penyu di tingkat Nasional & Internasional.
Menggunakan steel wire rope IWRC sepanjang 500 m sebanyak 2 utas dengan kapasitas beban 2 ton.

11
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 1.10 Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Indonesia


• Zonasi jenis-jenis tanaman yang terdiri dari Hibiscus tiliaceus, Gynura procumbens
• Zonasi jenis-jenis tanaman seperti Hernandia peltata, Terminalia catappa, Cycas rumphii
• Zonasi terdalam dari formasi hutan pantai Callophyllum inophyllum, Canavalia ensifor-mis, Cynodon dactylon

1.6 Perencanaan Kegiatan PPM skim IbW


Perencanaan kegiatan PPM skim IbW yang dilakukan adalah melakukan kegiatan-
kegiatan yang menjadi pendukung terbentuknya kawasan wisata yang berwawasan
lingkungan (ekowisata). Adapun tahapan perencanaan dibagi menjadi beberapa tahapan
sebagai berikut.
1. Memberi ruang terhadap keberadaan Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk
Wisata (KMKPW) “Taman Ria” untuk secara bersama-sama dalam mewujudkan suatu
destinasi pariwisata yang bertanggung jawab, serta berkomitmen untuk menyediakan
pelayanan yang mendukung konservasi alam;
2. Membentuk kelembagaan ekowisata untuk dijadikan pilar utama pengelolaan lingkungan
dan pengembangan wisata minat khusus yang menawarkan keanekaragaman hayati,
keindahan alam dan keragaman budaya yang sehat dan berdaya dalam meningkatkan jiwa
kemandirian dan kewirausahaan masyarakat;
3. Membuat konsep pengembangan kawasan konservasi yang terintegratif dan holistik untuk
mewujudkan ekowisata dengan melibatkan kesatuan visi dari seluruh stakeholder-nya; dan
4. Aspek sumber daya manusia lebih diarahkan pada peningkatan akses dan perluasan
kesempatan memperoleh pelatihan, pemerataan pemanfaatan berbagai fasilitas pelatihan
yang sudah ada dan peningkatan standar pelayanan yang diberikan.

12
BAB II
TARGET DAN LUARAN

2.1 Karakteristik Kabupaten Pacitan


Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat
daya. Kab. Pacitan terletak di antara 07o55’ – 08o17’ LS dan 110o55’– 111o25’ BT, dengan
luas wilayah 1.389,87 km2 atau 138.987,16 ha yang sebagian besar berupa bukit, gunung, dan
jurang terjal. Wilayahnya berbatasan dengan Kab. Ponorogo di utara, Kab. Trenggalek di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kab. Wonogiri (Jawa Tengah) di barat (gbr. 2.1).

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan[6]


(insert: Lokasi Pacitan di Provinsi Jawa Timur)

Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
13
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Gugusan karang yang ada di sekitar pesisir Pacitan berguna sebagai tempat tinggal
ikan, tempat berlindung, berkembang biak, tempat mencari makan hewan laut. Ini menjadikan
perairan Pacitan menjadi fishing ground yang baik. Daerah penangkapan merupakan area
yang mempunyai stok ikan yang melimpah. Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain suhu dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah
berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa
dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang
tahun bergerak menuju arah barat. Akan tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju
ke timur dengan pola rambatan berupa jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim
barat arah arus berlawanan dengan Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java
Coastal Current). Musim paceklik atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan
Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2010 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari.[5]
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar

14
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.

2.2 Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan


Sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mempunyai peluang yang cukup prospektif
untuk dikembangkan menjadi industri pariwisata yang mampu bersaing dengan daerah yang
lain bahkan manca negara. Hal ini cukup beralasan karena obyek wisata yang ada cukup
beragam dan mempunyai ciri khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya.
Pengembangan kepariwisataan tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan asli daerah
semata, hal yang lebih penting adalah kepariwisataan di Kab. Pacitan mampu memberdayakan
masyarakatnya sendiri sehingga mereka merasa memiliki, melaksanakan, melestarikan, dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara memberikan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha.
Dari segi pendapatan, obyek wisata telah mampu menyumbangkan pendapatan
daerah yang cukup besar bagi Pemkab Pacitan. Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab. Pacitan, pada 2011 PAD dari sektor pariwisata mencapai Rp 752.642.000,-. Di banding
kontribusi ke kas daerah selama lima tahun terakhir rata-rata mengalami kenaikan sebesar
150,53%. Sedang jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kab. Pacitan pada 2011 mencapai
302.134 orang dengan 306 orang di antaranya merupakan wisatawan mancanegara. Dibanding
tahun 2010 di mana jumlah wisatawan mencapai 253.717 orang, maka terjadi kenaikan yang
cukup signifikan. Sedangkan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 15,87%.[4] Hal ini disebabkan adanya
upaya pengembangan obyek-obyek wisata andalan, pembangunan Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPP) baru, dan promosi yang efektif.
Potensi Pariwisata di Kabupaten Pacitan meliputi 5 KWU, yaitu: (1) Wisata Pantai,
(2) Wisata Goa, (3) Wisata Sejarah atau Budaya, (4) Wisata Rekreasi, dan (5) Wisata
Spiritual. Potensi obyek wisata dikembangkan melalui program pembangunan kepariwisataan
yang mencakup kegiatan peningkatan dan rehabilitasi obyek wisata yang ada, peningkatan
sarana dan prasarana ke lokasi obyek wisata, pengelolaan obyek wisata berupa menggalang
kerja sama dengan biro perjalanan dan perhotelan, penataan manajerial perhotelan dan rumah
makan serta kegiatan promosi.

15
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai
Sidomulyo Pantai Klayar 3. Gunung Limo Palagan Tumpak Rinjing

2
Pemandian Banyu 2. Monumen
Anget Jenderal Besar
Soedirman
3

3. Padepokan Gunung Limo 4

7
5
6
4 Goa Gong 1 1. Pantai Taman

7. Sungai Maron Pantai Watu Karung 6. Pantai Teleng Ria 5. Pantai Banyu Tibo

Gambar 2.2 Beberapa objek wisata Kab. Pacitan

Daya tarik tempat wisata di Pacitan dengan kontur wilayah yang dikelilingi pegunu-
ngan adalah pada wisata alam berupa pantai dan goanya yang menawan. Dari sejumlah objek
wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang menarik dengan
pesona pantainya yang berpasir putih. Sementara objek wisata goa di Kab. Pacitan umumnya
terletak di lereng perbukitan. Dengan jumlah goa yang begitu banyak, Pacitan mendapat
julukan Kota 1001 Goa dengan pesona wisata goanya yang sangat indah. Beberapa objek
daerah tujuan wisata (ODTW) yang terkenal adalah sebagai berikut.
(1) Pantai Klayar, terletak di Desa Kalak, Kec. Donorojo. Pantai Klayar memiliki
hamparan pasir putih. Di sini bias dijumpai batukarang yang menyerupai Sphinx,
karang bolong dan fenomena alam berupa seruling laut dan air mancur setinggi 10 m.
(2) Pantai Teleng Ria, terletak di Kel. Sidoharjo, Kec. Pacitan yang dapat ditempuh
dengan waktu 5 menit dari pusat kota Pacitan. Hamparan pasir yang indah serta ombak
laut yang relatif tenang membuat pantai ini menjadi destinasi favorit keluarga untuk
bermain di tepi pantai, berenang dan aktifitas lainnya.

16
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Pantai Watu Karung, terletak di desa Watu Karung, Kec. Pringkuku. Pantai Watu
Karung terkenal karena keganasan ombaknya dan merupakan tempat favorit bagi para
wisatawan asing untuk surfing . Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat tempat pelelangan
ikan tempat para nelayan mengumpulkan dan menjual hasil tangkapan lautnya.
(4) Sungai Maron, terletak di Desa Dersono, Kec. Pringkuku. Sungai Maron adalah sebuah
destinasi wisata alam di Kabupaten Pacitan yang menyuguhkan pengalaman menyusuri
sungai yang jernih dengan panorama indah dan unik. Aliran Sungai Maron ini
dikelilingi dengan pepohonan hijau yang lebat dan tanaman kelapa di sepanjang tepian
sungai. Air yang jernih kebiruan, jumlah ikan kakap merah yang banyak, suasana
tenang, serta sepanjang tepian sungai yang menyuguhkan horizon pepohonan hijau
adalah beberapa hal yang dapat ditemukan dalam petualangan di Sungai Maron Pacitan.
(5) Pantai Banyu Tibo, terletak di desa Widoro, Kec. Donorojo merupakan perbatasan
Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Area Pantai Banyu Tibo dengan hamparan pasir putih
yang menawan. Apalagi dihiasi air terjun yang jernih berasal dari pegunungan melewati
bebatuan indah laksana sebuah ukiran di kayu dan airnya langsung menuju ke area
pantai lepas Pantai Banyutibo tersebut.
(6) Pantai Taman, terletak di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Lokasi pantai Taman
sudah ditetapkan sebagai área konservasi penyu laut. Untuk mendukung sebagai
kawasan ekowisata berbasis masyarakat, telah dibangun beberapa fasilitas pendukung,
antara lain: flying fox terpanjang di Indonesia, kolam renang air tawar, kolam biota laut,
dan beberapa fasilitas lainnya. Di sini pengunjung dapat berekreasi sambil belajar.
(7) Monumen Jenderal Sudirman, terletak di Desa Pakis Baru, Kec. Nawangan.
Monumen Jenderal Sudirman dibangun pada tahun 1982 oleh keluarga Bapak Roto
Suwarno. Beliau dahulunya merupakan pengawal dari Jenderal Sudirman saat bermakas
di Desa Pakis Baru. Beberapa fasilitas yang dibangun di antaranya adalah lapangan
tenis, sekolah-sekolah formal, penginapanan, dan yang paling tersohor adalah
pembangunan monumen Jenderal Sudirman ini. Pembangunan monumen di desa Pakis
Baru untuk mengenang perjuangan melawan penjajah saat terjadi agresi Belanda tahun
1949. Dari Desa Pakis Baru inilah Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Angkatan
Perang, Pucuk Pimpinan Komando Perang Rakyat Semesta merancang strategi perang
gerilya.
(8) Monumen Palagan Tumpak Rinjing, terletak Desa Pringkuku, Kec. Pringkuku.
Monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran para gerilyawan yang dipimpin

17
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

langsung oleh Jenderal Sudirman bersama Brigjen Ign. Slamet Riyadi di Tumpak
Rinjing melawan pasukan konvoi Kolonial Belanda yang terjadi pada 7 Juni 1948.
Monumen ini juga untuk menandai rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang
di antaranya juga melintasi Pacitan. Patung di monumen ini adalah Jenderal Sudirman
dan Brigjen Ign. Slamet Riyadi.
(9) Padepokan Gunung Limo, terletak di Desa Mantren, Kec. Kebonagung. Gunung Limo
selain menyimpan panorama yang indah juga menawarkan potensi budaya lewat
upacara adat Tetaken. Upacara adat Tetaken dilaksanakan pada tanggal 15
Suro/Muharram yang dimulai dari jam 13.00 sehabis Dzuhur sampai selesai. Kronologi
atau urutan upacara adat Tetaken dimulai dari peserta yang berjalan dari kaki Gunung
menuju pelataran Gunung Limo. Setelah semua peserta terkumpul upacara dimulai
dengan disaksikan oleh pengunjung dan tamu undangan. Setelah upacara selesai,
dilanjutkan acara hiburan berupa seni daerah yaitu karawitan, tari-tarian dan langen
bekso kethek ogleng. Setelah acara tersebut selesai maka prosesi upacara adat Tetaken
telah usai.
(10) Goa Gong, terletak di Desa Bomo Kec. Punung. Goa Gong erat kaitannya dengan salah
satu nama perangkat gamelan Jawa yaitu Gong. Di dalam goa terdapat sebuah batu yang
jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti gong yang ditabuh. Goa Gong merupakan
salah satu destinasi wisata paling terkenal dari sejumlah tempat wisata di Pacitan dan
diyakini merupakan goa terindah se Asia Tenggara.

2.3 RIPPDA Provinsi Jawa Timur


Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Timur
merupakan pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Timur, termasuk di
dalamnya Pemerintah Kabupaten Pacitan. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu strategis dan
perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinerjis yang dimaksudkan untuk mengarahkan
perkembangan kepariwisataan Jawa Timur dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan.
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa Timur berisi: (1) Konsep pengem-
bangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu‐
isu strategis pengembangan kepariwisataan Jawa Timur, (2) Identifikasi Kawasan Wisata
Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Timur dan kawasan wisata unggulan kabupaten/kota, serta
(3) Arahan kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur dan

18
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

tahapan indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di setiap kawasan wisata unggulan


provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.[7]
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Timur menjadi kerangka dalam
menyusun visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi pengem-
bangan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur, baik secara umum maupun khusus di kawasan
wisata unggulan kabupaten/kota. Visi pengembangan pariwisata Jawa Timur adalah “Terwu-
judnya pariwisata Jawa Timur yang mengangkat harkat dan martabat, serta meningkatkan
kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan”.
Adapun misi pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Timur adalah:
(1) Menyebarluaskan implementasi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui
konservasi, preservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup Jawa Timur;
(2) Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Timur di tingkat nasional dan internasional
melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran pariwisata
yang tepat sasaran oleh sumber daya manusia Jawa Timur yang berkualitas tinggi;
(3) Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata yang
mencakup daerah-daerah yang belum maju di Jawa Timur;
(4) Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang berazaskan kerja sama yang saling
menguntungkan antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat; dan
(5) Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Dalam RIPPDA Provisi Jawa Timur, definisi kawasan wisata adalah kawasan yang
secara teknis digunakan untuk kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dengan batasan-
batasan sebagai berikut.
(1) Kawasan wisata adalah area unggulan untuk pengembangan pariwisata provinsi atau
daerah (kabupaten/kota);
(2) Kawasan wisata akan/ atau sudah berfungsi sebagai identitas daerah, misalnya kawasan
sejarah/budaya, spiritual, gunung, pantai, goa, rekreasi dan sebagainya;
(3) Kawasan wisata dapat tumpang tindih (overlap) dengan kawasan lain, baik kawasan
budidaya (misalnya kawasan pertanian, perdagangan) maupun kawasan lindung;
(4) Memiliki keragaman daya tarik wisata, baik yang belum maupun yang sudah berkembang
atau dikunjungi wisatawan; dan

19
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(5) Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik
(misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan
wisata.

2.3.1 Kawasan wisata unggulan kabupaten/kota


Kawasan wisata unggulan (KWU) kabupaten/kota merupakan kawasan wisata yang
diunggulkan di tingkat kabupaten/kota yang berperan dalam menjawab isu-isu pokok pemba-
ngunan kepariwisataan kabupaten/kota. KWU kabupaten/kota berperan strategis karena
keunikan lokasi maupun tingginya intensitas kunjungan wisatawan. KWU kabupaten/kota
dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang berbeda (lintas
kecamatan/desa), yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat
regional, nasional (dan bahkan internasional), dengan target segmentasi pasar wisatawan
nasional/internasional. Pemerintah kabupaten/kota menjadi pemain utama dalam hal
pembinaan dan pengembangan KWU serta ikut bertanggung jawab dalam merencanakan dan
mendukung pengembangannya.
KWU kabupaten/kota dapat memiliki cakupan wilayah yang berbeda luasannya
dengan batas ‘imajiner’ kabupaten/kota yang berada dalam cakupannya. Dengan demikian,
suatu KWU memiliki faktor pengikat kawasan yang dapat bersifat fisik (geomorfologis),
seperti jalur jalan dan jalur pantai, maupun nonfisik yang bersifat pengaruh suatu budaya.
Selain itu, setiap KWU memiliki sumber daya wisata utama/kegiatan yang telah berkembang
atau sumber daya wisata lain maupun kegiatan wisata lain yang diusulkan untuk
dikembangkan, serta potensi pasar wisatawan eksisting dan yang akan menjadi sasaran pasar,
baik dilihat dari daerah asal wisatawan, maupun karakteristik wisatawannya. Sumber daya
wisata utama suatu KWU nantinya menjadi tema produk wisata utama yang akan diunggulkan
dari KWU tersebut, dan akan terkait dengan segmen pasar wisatawan yang menjadi sasaran.
Berdasarkan hasil diskusi terfokus (focus group discussion, FGD) yang
mempertimbangkan aksesibilitas jalur jalan utama dan daya tarik wisata unggulan yang
membentuk tema produk kawasan, maka RIPPDA Kab. Pacitan telah menetapkan KWU yang
dinyatakan dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) yang terdiri dari lima kawasan
(gbr. 2.3) sebagai berikut.
(1) Kawasan Wisata Pantai, yang terdiri dari Pantai Klayar, Srau, Watu Karung, Teleng
Ria, Sidomulyo, Taman, dan lain-lain;
(2) Kawasan Wisata Goa, yang terdiri dari Goa Gong, Tabuhan, Putri, Luweng Jaran, dan
lain-lain;

20
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Kawasan Wisata Sejarah/Budaya, yang terdiri dari Monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman dan Monumen Palagan Tumpak Rinjing;
(4) Kawasan Wisata Spiritual, yang terdiri dari Makam Kanjeng Jimat dan Padepokan
Gunung Limo; dan
(5) Kawasan Wisata Rekreasi, yang terdiri dari pemandian air hangat dan wisata Sungai
Maron.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pariwisata Pacitan

Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) Kab. Pacitan memiliki karakter spesifik


yang merupakan perpaduan antara unsur kesamaan tema, kemudahan pencapaian/ rute,
kedekatan jarak, serta kedekatan terhadap pusat pelayanan. Pembagian KPP di Kab. Pacitan
secara spesifik didasarkan pada beberapa kondisi yaitu:
(1) Kedudukan dan sebaran objek wisata;
(2) Sebaran aksesibilitas pendukung yang merata antara kecamatan;
(3) Sebaran fasilitas pelayanan yang bervariasi antar wilayah kecamatan;

21
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan yang dapat berfungsi sebagai gerbang
dari wilayah di sekitarnya; dan
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan.

2.3.2 Rencana tindak pariwisata


Karakteristik pariwisata Kab. Pacitan karena obyek wisata yang ada cukup beragam
dan memiliki ciri-ciri yang berupa perpaduan antara destinasi pariwisata di tiap kecamatan/
desa di dalamnya, menyebabkan kompleksitas pengelolaan yang tinggi dan mempunyai ciri
khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah lainnya. Oleh karena itu dalam melakukan
perencanaannya harus secara cermat mengetahui kondisi lingkungan strategis kepariwisataan
secara efektif dan efisien dan juga berorientasi kepada permintaan pasar. Hal ini bertujuan
agar kegiatan pembangunan kepariwisataan yang dilakukan dapat dimengerti, disepakati,
ditindaklanjuti dan dirasakan manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat kecamatan/ desa
yang menjadi sasaran pembangunan yang dilakukan.
Rencana tindak pengembangan pariwisata Kab. Pacitan berupa rencana detil program
dan kegiatan yang bersifat aplikatif dan taktis sebagai bagian atau sub-sistem dari kerangka
kebijakan makro dan strategi kawasan pengembangan pariwisata (KPP). Strategi taktis yang
dirumuskan dalam rencana tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat
fokus, terukur, menjawab kebutuhan dan dapat memecahkan persoalan pembangunan
kepariwisataan yang terjadi. Lebih lanjut, rencana yang disusun haruslah juga dapat
mengendalikan proses berjalan dan pengendalian sumber daya pariwisata secara proporsional.
Penjabaran strategi menjadi rencana tindak terhadap KPP unggulan secara fungsional, terpadu
antarwilayah dan saling menguntungkan. Rencana tindak pengembangan pariwisata ini
diharapkan akan mampu mendorong terwujudnya kedekatan visi dan persepsi,
menumbuhkembangkan perilaku koordinasi, kerjasama, dan self correction dari semua
stakeholder dan para pelaku terkait.
Rencana tindak pariwisata Kab. Pacitan mencakup 5 (lima) komponen, yaitu:
(1) Atraksi Wisata, berupa daya tarik wisata, baik alam maupun buatan yang berada di
dalam suatu wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan. Daya
tarik wisata misalnya pantai, sungai, pegunungan, situs budaya dan lain sebagainya;
(2) Infrastruktur, berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata,
misalnya: jalan, jaringan listrik, lokasi parkir, tempat pembuangan sampah, pelayanan air
bersih, serta area terbuka yang dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan pariwisata;

22
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(3) Pelayanan, berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan
wisata, misalnya: akomodasi, camping ground, rumah makan, pertokoan, serta gerai
cenderamata;
(4) Promosi, merupakan sarana pemasaran, berupa: periklanan, pameran pariwisata, artikel
di media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan
pusat informasi wisatawan; dan
(5) Keramahtamahan (hospitality), merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan
keempat komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga
menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata
dan akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu
wilayah kepada kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif dan sinergis
amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak
pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya
harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi
yang baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan pengembangan kepariwisataan di suatu kawasan.

2.4 Konsep Pengembangan Ekowisata


Saat ini terlihat adanya perubahan minat berwisata dari wisata massal (mass tourism)
yang mengandalkan 5S (sun, sea, sand, scenery dan sex) mengarah pada wisata berwawasan
lingkungan (environmentally sound tourism) dan wisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism). Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya pangsa pasar wisata yang mengarah pada
kegiatan wisata berwawasan lingkungan yang masih alami, bersih dan jauh dari kebisingan
serta pencemaran. Perubahan tersebut sebagai akibat overvisitation pada kawasan wisata yang
telah dikenal sebelumnya dan munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan
wisata buatan (artificial tourism zone) yang mengubah lansekap alam dan merusak
lingkungan alamiah. Isu lingkungan mulai berkembang termasuk dalam hal ini gerakan
kesadaran berwisata yang dikenal dengan ekowisata. Wisatawan mulai sadar akan isu
lingkungan sehingga selalu mengkaitkan berbagai tema-tema kegiatan wisata, baik dai sisi
penyediaan maupun sisi permintaan dengan lingkungan.

23
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Perubahan kecenderungan minat berwisata tersebut melahirkan konsep baru yang


dikenal dengan ekowisata. Ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang
wisatawan ke suatau kawasan dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam,
sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat
lokal dan mendukung pelestarian alam. Ekowisata merupakan alternatif kampanye lingkungan
yang cukup efektif digunakan dalam sektor pariwisata untuk membuat kesadaran terhadap
lingkungan menjadi tanggungjawab bersama.
Ekowisata merupakan ciri kegiatan berwisata yang berbasis keinginan untuk tahu
(scientific), serta menghayati nilai dan makna (philosophical). Sehingga jenis pariwisata ini
menjadi daya tarik wisatawan yang berasal dari kota-kota besar untuk menikmati suasana
alam bebas. Wisatawan diharapkan akan mampu menghargai, menikmati dan belajar tentang
lingkungan baru dan budaya lokal (local wishdom) yang berbeda dengan daerah asalnya.
Ekowisata merupakan bagian konsep kawasan pengembangan pariwisata (KPP) yang akan
dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Tahapan pengembangan
kawasan menjadi landasan bagi perumusan/ formulasi rencana kebijakan kawasan lebih lanjut
secara spasial. Regionalisasi atau perwilayahan menjadi salah satu metode yang ditujukan
untuk menentukan batas-batas homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan baik atraksi, amenitas (kenyamanan dan kepuasan wisatawan) dan aksebilitas.
Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya
setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai-
nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:
(1) Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan
dan sosial-budaya masyarakat;
(2) Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi);
(3) Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata);
(4) Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi); dan
(5) Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat
dan ekonomi).
Ekowisata yang merupakan kunjungan ke lingkungan alam yang relatif masih asli
dan dilakukan secara bertanggungjawab bertujuan untuk (1) Menikmati dan menghargai alam
dan segala bentuk budaya yang menyertainya, (2) Mendukung upaya konservasi, (3) Memiliki
dampak yang rendah dan (4) Keterlibatan sosioekonomi masyarakat setempat yang

24
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

bermanfaat. Adanya unsur-unsur yaitu kepedulian, tanggungjawab dan komitmen terhadap


kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:
(1) Kekhawatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat
eksploitatif terhadap sumber daya alam;
(2) Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat;
(3) Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat;
(4) Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat
ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari; dan
(5) Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu
memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif
dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata
(ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal baik
secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.

2.4.1 Ekowisata dan konservasi


Pada saat ini ekowisata Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab.
Pacitan telah mulai berkembang. Wisata di Pantai Taman ini tidak hanya sekedar untuk
melakukan pengamatan penyu laut (PPM skim IbW Tahun I), tetapi telah terkait dengan
konsep pelestarian ekosistem pesisir (PPM skim IbW Tahun II) dan nantinya akan dilakukan
upaya peningkatan kesejahteraan penduduk lokal melalui program pemberdayaan masyarakat
(PPM skim IbW Tahun III). Destinasi untuk ekowisata dapat dimungkinkan mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat,
pengelola dan pemerintah. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai
minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata
tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk
perjalanan wisata bertanggungjawab.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi
konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam
mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami terutama
kawasan konservasi. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan
kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Dengan kata lain, ekowisata

25
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

dan konservasi merupakan dua kegiatan yang saling mendukung, melengkapi dan saling
tergantung satu sama lain.
Dalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Konservasi, dalam hal ini berarti pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak
sumber daya alam itu sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan ramah lingkungan.
Hasil pemanfaatan tersebut dapat dijadikan sumber dana untuk membiayai upaya
konservasi, mendukung pemanfaatan sumber daya lokal secara lestari serta meningkatkan
daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program
konservasi dan mendukung upaya pengawetan jenis;
(2) Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
konservasinya;
(3) Ekonomi, karena ekowisata dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat, memacu pembangunan
wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin kesinambungan
usaha. Dalam skala besar dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
(4) Peran aktif masyarakat, dilakukan dengan membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak
proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, menggugah
prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata, memperha-
tikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan
kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat serta menyediakan peluang usaha
dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.
(5) Wisata, yang tak kalah penting dari prinsip pengembangan ekowisata adalah kegiatan
wisata itu sendiri. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan,
kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung akan memberikan kesempatan pengunjung
menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi serta
memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

2.4.2 Langkah pengendalian pada kegiatan Ekowisata


Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa
aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut.

26
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(a) Aspek pencegahan. Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan dampak positif
dan negatif. Selain dampak positif yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya antara lain pemilihan lokasi yang tepat
(menggunakan pendekatan tata ruang yang pada kawasan konservasi sebagai Zona
Pemanfaatan), rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung, serta rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya dukung
kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut perlu sangat diperhatikan terlebih dalam
kawasan konservasi, karena sebuah kawasan konservasi selain pemandangan indah
(benda mati) yang ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga menjadi prioritas
utama dalam pelestarian. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun sarana
prasarana wisata yang kurang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati
harus selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata. Perlu juga merubah sikap dan
perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata (tour
operator) serta ekowisatawan itu sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan segmen pasar yang sesuai juga tak kalah
penting agar tidak terjebak pada mass tourism yang cenderung tidak mendukung
ekowisata;
(b) Aspek penanggulangan. Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menyeleksi
pengunjung termasuk jumlah pengunjung (control of visitor) dan waktu kunjungan serta
minat kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan pengelolaan kawasan (rancangan,
peruntukan dan penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan nilai estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas;
(c) Aspek pemulihan. Perlunya menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata
untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta peningkatan
kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara waktu untuk proses recovery-nya.
Dengan fungsi 3P yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau Pengawetan dan
Pemanfaatan”, sungguh tepatlah bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang paling
sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’. Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing
but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time’ sangat sejalan dengan nilai
nilai dasar konservasi.
Dengan demikian, langkah-langkah pengendalian dalam kegiatan ekowisata dapat
dijabarkan sebagai berikut.

27
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

a) Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
b) Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
aktif ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
c) Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
d) Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi pencemaran
pesisir, serta memelihara dan meningkatkan kualitas air;
e) Melakukan pengkajian lingkungan yang obyektif dan komprehensif untuk perencanaan
pembangunan pesisir dengan melibatkan ahli lingkungan yang independen untuk
mengevaluasi perencanaan pengembangan pesisir;
f) Mengelola perikanan tepat dengan ketat seperti membatasi tangkapan, mencegah penang-
kapan ikan di tempat dilindungi atau pada saat ikan bertelur, dan mencegah penggunaan
metode yang tidak tepat seperti pengeboman ikan, trawl, dan penggunaan jaring dengan
tingkat selektifitas buruk;
g) Meminimalkan pencemaran perairan pesisir secara ketat dengan mengendalikan pelepasan
limbah ke lingkungan, termasuk pestisida, obat-obatan dan bahan kimia baru lainnya.
Kemudian dengan teknologi injeksi limbah ke dalam sumur dalam bisa menjadi solusi
untuk pembuangan limbah di daerah pesisir; dan
h) Membangun kesadaran publik di masyarakat pesisir tentang nilai ekonomi dan non-
ekonomi jangka panjang dari lingkungan pesisir yang dikelola secara lestari (gbr. 2.4).

Gambar 2.4 Sosialisasi program dengan masyarakat

28
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2.5 Ekowisata Berbasis Masyarakat


Pola ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism) adalah pola
pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh
masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan
segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha
ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada
kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi
potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi
mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola
kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan. Penghasilan ekowisata adalah dari jasa-
jasa wisata untuk ekowisatawan, misalnya: fee pemandu, ongkos transportasi, biaya
penginapan homestay, menjual kerajinan, dan sebagainya. Ekowisata membawa dampak
positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya
diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat
yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat
akan menjalankan usaha ekowisata itu sendirian. Tataran implementasi ekowisata perlu
dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu
daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha, akademisi dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun
suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang sinergis sesuai peran dan keahlian
masing-masing. Beberapa aspek kunci dalam pembangunan ekowisata berbasis masyarakat
adalah sebagai berikut.[8]
(a) Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di
daerahnya, dengan dukungan dari akademisi, pemerintah dan organisasi masyarakat (nilai
partisipasi masyarakat dan edukasi);
(b) Prinsip local ownership (adanya pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat)
diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan
ekowisata, dan pemandu memanfaatkan masyarakat lokal. Hal ini merupakan penerapan
nilai partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata;

29
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(c) Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi
dan edukasi);
(d) Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata selanjutnya
menjadi tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (fee) untuk
ekowisatawan (nilai ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata).
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang sebagai alternatif ekonomi yang
berbasis konservasi karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ dengan berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga dianggap
sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar ekowisata tetap berkelanjutan,
perlu tercipta kondisi yang memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk
masa depan. Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah satu program usaha yang
sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual isinya.

2.5.1 Sarana pendukung pengembangan ekowisata


Industri parawisata adalah industri yang diperkirakan akan terus berkembang dan
nuansa alam dalam industri ini akan semakin jauh meningkat. Ekowisata dapat menciptakan
nilai ekonomis sehingga dapat membiayai kawasan-kawasan konservasi. Agar bisnis
ekowisata dapat menguntungkan sebagaimana yang diharapkan, beberapa kondisi harus
diciptakan, antara lain sebagai berikut.
• Meningkatkan dan menambah sarana prasarana pendukung serta mendorong terbuka dan
terhubungnya akses ke atau/ dari dan antar daerah tujuan ekowisata tanpa merusak aset
utama ekowisata yaitu kawasan konservasi atau/ alam yang asli melalui peningkatan dan
optimalisasi jalur transportasi darat, laut dan kalau memungkinkan jalur udara;
• Mendorong kebijakan pemerintah (cq. Pemkab Pacitan) di bidang pengembangan objek
dan daya tarik wisata (ODTW) di kawasan wisata unggulan (KWU) khususnya ekowisata;
• Mengembangkan struktur jaringan simpul antar kawasan pengembangan pariwisata (KPP)
agar distribusi kunjungan ekowisatawan serta pengembangannya dapat dilakukan secara
terpadu. Sehingga antar KPP terjadi saling keterkaitan dalam kerangka pengembangan
tematik dan pemasaran.

30
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Homestay di lokasi
ekowisata

Penambahan pagar di
konservasi penyu Kolam biota laut

Kondisi jalan di lokasi Sarana flying fox utk anak-anak

Gambar 2.5 Beberapa sarana pendukung ekowisata

2.5.2 Pemasaran produk ekowisata


Ada beberapa aspek yang sangat terkait dan perlu dilakukan secara bersamaan jika
ingin mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat sebagai satu unit usaha yang berhasil.
Beberapa aspek tersebut antara lain adalah usaha harus layak secara ekonomi, menghasilkan
pendapatan yang signifikan untuk masyarakat setempat dan dikelola secara profesional.
Kemudian, usaha tersebut perlu adil, bermanfaat buat masyarakat lokal sebagai mitra utama,
dan mendukung konservasi secara nyata.
Dalam mengembangkan pemasaran produk ekowisata, strategi pencitraan (branding)
dan kegiatan promosi menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut.
• Mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran berskala nasional dan atau/ internasional;
• Melakukan survei pasar secara berkala untuk mengetahui dinamika dan permintaan pasar
wisatawan ekowisata;
• Mengidentifikasi target pasar untuk produk ekowisata yang akan dikembangkan;
• Menyelenggarakan promosi secara khusus (fam trip, media trip, dan lain-lain); dan
• Membuka dan menjalin hubungan terbuka dengan pihak swasta dan mendorong adanya
kesepakatan antara organisasi masyarakat dengan tour operator.

2.6 Prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat


Kemajuan teknologi informasi telah mampu membuka kawasan-kawasan marginal
seperti kawasan pesisir di Kab. Pacitan. Hal ini juga didukung akibat adanya pergeseran
makna kepariwisataan di mana ekowisatawan mengharapkan perjalanannya lebih berkesan,
berkualitas dan memperoleh pengetahuan mengenai lokasi yang baru. Dalam hal ini peran
kawasan ekowisata khususnya di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab.
Pacitan di waktu mendatang menjadi lokasi yang penting dalam peta kepariwisataan di Jawa

31
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Timur. Kawasan wisata yang berbasis masyarakat ini menawarkan konsep ekowisata berbasis
pada konservasi penyu yang memiliki daya tarik tersendiri kepada ekowisatawan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi
meliputi beberapa hal sebagai berikut.
(1) Keberlanjutan ekowisata dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi
dan partisipasi masyarakat).
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang
“hijau dan adil” (green and fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan
konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif
ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi
manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan
sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada
konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan
bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.
Kriterianya adalah (1) Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan di mana
tingkat kunjungan dan kegiatan ekowisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata
dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun
sosial-budaya, (2) Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan, misalnya
listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas, dan sebagainya, (3) Mendorong terbentuknya
‘ecotourism conservancies’ atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan
khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten.
(2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (prinsip partisipasi masyarakat).
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga
menjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi
lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang
adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa
ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang
baik antara tour operator dan organisasi masyarakat (misalnya Kelompok Masyarakat
Pelestari Penyu untuk Wisata atau KMP2W di Pantai Taman dengan jasa penyedia biro
perjalanan). Peran kelompok masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat adalah
stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari pengembangan
dan pengelolaan ekowisata. Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan banyak

32
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata
merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.
Kriterianya adalah (1) Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan biro perjala-
nan untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata, dan antara lembaga
masyarakat dan dinas pariwisata kabupaten/kota, (2) Adanya pembagian adil dalam pen-
dapatan dari jasa ekowisata di masyarakat, (3) Organisasi masyarakat membuat panduan
bagi ekowisatawan. Selama berada di wilayah masyarakat, ekowisatawan mengacu pada
etika yang tertulis di dalam panduan tersebut, dan (4) Ekowisata memperjuangkan prinsip
perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal,
termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dan sebagainya.
(3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat).
Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai di dalam ekowisata.
Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang
dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga
setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan
modal yang tinggi akan tetapi dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan
secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis dan distribusi manfaat di
masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk
ekowisata di mana seorang ekowisatawan mendapatkan kesempatan untuk belajar
mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak
ekowisatawan dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain dan
dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay
sesuai dengan tradisi keramahan bangsa Indonesia.
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalaman-
nya tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang
diberikan kepada ekowisatawan. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan
langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga
kelestarian alam dan obyek wisata.
Kriterianya adalah (1) Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur
standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (2) Ekowisata
mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata, (3)
Ekowisata mendorong ketersediaan homestay, (4) Ekowisata dan biro perjalanan turut

33
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku
ekowisata terutama masyarakat.
(4) Prinsip edukasi.
Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada
ekowisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, pusat informasi menjadi hal yang
penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari
pengalaman seorang ekowisatawan untuk bisa memperoleh informasi yang lengkap
tentang lokasi atau kawasan dari segi konservasi, budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan
acara seni, kerajinan serta produk budaya lainnya.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan
mengem-bangkan upaya konservasi, (2) Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan
aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang
perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, (3) Edukasi
tentang budaya setempat dan konservasi untuk para wisatawan menjadi bagian dari paket
ekowisata, dan (4) Mengembangkan skema di mana ekowisatawan secara sukarela
terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama
kunjungannya (stay and volunteer).
(5) Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan lokasi
ekowisata (prinsip konservasi dan wisata).
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu
diperhatikan sebelum perkembangan ekowisata berdampak negatif terhadap alam dan
budaya setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
ekowisatawan/tahun, lama kunjungan ekowisatawan, berapa sering lokasi yang ‘rentan’
secara ekologis dapat dikunjungi, dan sebagainya. Zonasi dan pengaturannya merupakan
salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan
kawasan ekowisata.
Kriterianya adalah (1) Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat peman-
faatan ruang dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan
sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan, (2) Fasilitas pendukung yang dibangun
tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan, (3) Rancangan
fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam
proses perencanaan dan pembangunan, (4) Ada sistem pengolahan sampah di sekitar

34
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

fasilitas umum, (5) Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk mengimbangi
penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah, (6) Mengembangkan paket-paket wisata
yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal, dan (7) Kegiatan sehari-hari
termasuk menanam dan memanen, mencari ikan/melaut dan beternak dan mencari pakan
dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan ekowisatawan pada cara
hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.

2.7 Konservasi Penyu dan Ekowisata


Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang
jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara.
Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia
yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan habitat
pantai dan ruaya pakan, kematian akibat interaksi dengan aktivitas perikanan, pengelolaan
teknik-teknik konservasi yang tak memadai, perubahan iklim, penyakit serta pengambilan
penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan faktor-faktor penyebab penurunan
populasi penyu.
Hewan berpunggung keras ini tergolong hewan yang dilindungi dengan kategori
sangat terancam, sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat
perhatian secara serius. Selain itu karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang dan unik,
sehingga untuk mencapai kondisi “stabil” (kondisi di mana kelimpahan populasi relatif
konstan selama 5 tahun terakhir) memerlukan waktu cukup lama. Kondisi inilah yang
menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara
sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang “Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa”. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan
atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan
tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif,
sistematis dan terukur.
Upaya penyelamatan dan konservasi penyu, khususnya di Indonesia, dirasakan masih
perlu ditingkatkan lagi. Penyelamatan terhadap satwa ini tentu membutuhkan suatu bentuk
pengelolaan yang tepat dan integral, di mana selain didukung dengan peraturan perundangan,
juga perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian sumberdaya alam. Bentuk-bentuk upaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

35
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

A. Perlindungan pantai dan sarang


Bentuk upaya perlindungan pantai peneluran tergantung pada jenis predasi dan
gangguan lain yang khas di lokasi bersangkutan. Perlindungan terhadap sarang-sarang penyu
merupakan hal yang penting, mengingat bahwa dari sarang inilah yang akan menghasilkan
peningkatan populasi penyu di alam. Untuk itu, pengambilan telur-telur penyu secara liar oleh
penduduk harus dicegah melalui pengawasan yang ketat. Untuk itu dilakukan pemantauan
sarang dan penetasan telur-telur penyu sehingga bisa diambil tindakan penyelamatan yang
tepat sesuai dengan intensitas gangguan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah (1) Penga-
wasan terhadap ancaman manusia, (2) Pengawasan hewan liar yang menjadi predator telur-
telur penyu, (3) Perlindungan terhadap erosi pantai, dan (4) Pengawasan pertumbuhan
vegetasi pantai.

B. Penanganan dan pemindahan sarang


Telur-teur penyu karena kondisi tertentu dapat dipindahkan ke tempat aman atau
terlindungi untuk menjamin keberhasilan penetasannya dan keamanannya dari predator atau
pihak yang tidak bertanggungjawab. Pemindahan sarang telur penyu merupakan upaya
konservasi yang paling mudah dan cukup efektif hasilnya dalam rangka mengembalikan
tingkat populasi yang diharapkan. Alasan pemindahan sarang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Perburuan telur yang semakin meningkat pada musim peneluran untuk dimanfaatkan
sebagai sumber protein. Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur penyu
karena adanya anggapan bahawa telur penyu bisa meningkatkan syamina. Sebenarnya,
komposisi telur penyu sedikit lebih tinggi (kadar gizinya selisih 1,24%) dari telur ayam.
Kandungan gizi telur penyu mentah, protein 13,4%; air 58,87%; lemak 23,88%; dan kan-
dungan gizi telur penyu matang, protein 14,05%; air 56,65%; lemak 24,45%. Sedangkan
komposisi gizi telur ayam utuh adalah protein 11,8%; air 65,5%; lemak 11,0%;
2. Sarang telur terlalu dekat dengan permukaan laut. Dalam kegiatannya bertelur di
sepanjang pantai, meskipun sebagian besar sarang telur di bagian atas batas air pasang
(supratidal), namun seringkali ditemukan sarang-sarang yang dibuat di daerah antar
pasang-surut (intertidal), di mana air pasang-surut setiap saat menyapu dan mengikis pasir
pantai. Akbitanya sarang-sarang tersebut menjadi rusak dan telur-telurnya hanyut terbawa
ombak atau membusuk karena kondisi sarang yang telah rusak dan basah;

36
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

3. Sarang terletak di lokasi yang terlalu terbuka dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
atau tingginya populasi predator (biawak, babi hutan, kepiting dan elang), dan atau lokasi
peneluran terlalu dekat dengan aktifitas atau pemukiman; dan
4. Pesatnya pertumbuhan vegetasi pantai dengan batang dan perakaran yang dapat
menghambat munculnya tukik ke permukaan pasir pantai serta memudahkan pemangsaan
terhadap tukik.
Upaya pemindahan sarang telur yang paling mudah dan cukup efektif adalah di
pantai itu juga tanpa memerlukan transportasi khusus. Cara penetasan telur dalam sarang-
sarang yang demikian dikenal sebagai penetasan semi-alamiah. Prinsip penetasan semi-
alamiah adalah menetaskan telur di dalam sarang yang digali oleh petugas di areal yang
dlindungi atau dipagar sedemikian sehingga aman dari gangguan predator maupun gangguan
fisik di pantai. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang berdrainase baik, tidak tertutup
vegetasi lebat dan terlindung dari gangguan predator.
C. Pelepasan tukik
Upaya selanjutnya adalah memantau setiap hari atas kemungkinan-kemungkinan
munculnya tukik dari dalam sarang penetasan. Munculnya tukik-tukik tersebut umumnya
pada malam hari hingga menjelang fajar. Tukik-tukik yang baru muncul perlu segera dikum-
pulkan agar terhindar dari predator atau membiarkan mereka menuju ke laut dengan sambil
diawasi. Namun cara yang kedua kurang memberikan hasil yang diharapkan untuk mening-
katkan jumlah populasi penyu karena hanya 1% saja tukik yang menjadi penyu dewasa.
Dengan demikian cara yang paling baik adalah memelihara tukik-tukik hingga mencapai
ukuran yang cukup kuat untuk menghadapi predator. Upaya inilah yang dilakukan oleh tim
IbW untuk memperoleh teknik-teknik terbaik dalam membesarkan tukik sehingga upaya
restocking penyu laut di alam dapat tercapai.

Gambar 2.6 Pemindahan telur penyu dan pelepasan penyu di Pantai Taman

37
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan dijadikan sebagai
tempat penangkaran penyu. Sejumlah penyu dengan jenis berbeda banyak dijumpai di tempat
penangkaran kawasan ini. Tak hanya bisa melihat penyu-penyu secara langsung, ekowisata-
wan juga bisa memperoleh informasi seputar penyu. Teknis pengelolaan ekowisata berbasis
penyu yang dilakuan di pantai Taman adalah adalah sebagai berikut.
(1) Membuat atau mendesain tata ruang wilayah atau area yang akan menjadi obyek wisata
berbasis penyu. Beberapa ruang minimal yang harus ada adalah kantor pengelolaan dan
pusat informasi penyu, lokasi peneluran (dapat di wilayah lain, tapi dengan sistem satu
paket wisata), lokasi penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, dan lokasi
pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan
habitat penyu;
(2) Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai dengan desain atau tata ruang yang telah
disusun pada poin 1, termasuk penanaman vegetasi-vegetasi yang sesuai dengan habitat
penyu. Bahan-bahan untuk bangunan diupayakan dari bahan-bahan alami dengan tetap
memperhatikan kekuatan bangunan, seperti kayu, batang pohon, jalan berpasir, dan
sebagainya;
(3) Membuat bahan-bahan untuk promosi, seperti: leaflet, poster dan booklet;
(4) Melakukan promosi dan sosialisasi, misalnya melalui media cetak, media elektronik,
presentasi ke lembaga-lembaga pendidikan;
(5) Menggabungkan paket wisata berbasis penyu dengan paket-paket wisata yang ada di
sekitarnya, misal menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, pengelola daerah/pulau
wisata atau biro-biro perjalanan wisata, wisata tradisional atau bentuk-bentuk wisata lain
yang ada di sekitarnya; dan
(6) Pengembangan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan kondisi dan kenyama-
nan bagi penyu untuk bertelur, mengingat sifat penyu yang sangat sensitif terhadap
gangguan cahaya, suara, dan habitat.

2.8 Luaran yang Akan Dihasilkan


Berdasarkan program prioritas yang disepakati untuk diimplementasikan pada
wilayah IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan, ditunjukkan peta jalan kegiatan konservasi,
ekowisata dan pemberdayaan masyarakat (gbr. 2.7). Jenis luaran tahun kedua yang akan
dihasilkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 tahun ini ditunjukkan pada Tabel
2.1.

38
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Gambar 2.7 Peta jalan kegiatan IbW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan

Ancaman terbesar terhadap populasi penyu di alam adalah adanya perdagangan


daging dan telur penyu, ditambah dengan munculnya permintaan plastron untuk pasar
Internasional. Ancaman dari luar kawasan, seperti perdagangan plastron internasional, tidak
bisa ditangani hanya kegiatan penegakan hukum setempat, tetapi harus melalui berbagai
inisiatif regional dan/ atau Internasional. Kegiatan konservasi tidak cukup dilakukan
seadanya, diperlukan adaptasi strategi. Konservasi adalah tindakan budaya, karena itu harus
bisa diterima bila setiap lokasi melakukan upaya konservasi secara berbeda-beda.
Di banyak tempat, khususnya di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan NTB mulai
mengembangkan inisiatif pariwisata berbasis penyu. Ada peluang konservasi di sana, tapi
diperlukan suatu kebijakan, petunjuk teknis dan pelaksanaan yang relevan dengan kebutuhan
biologi penyu agar pelaksanaan ekowisata berbasis penyu dapat memberi lebih banyak
manfaat ketimbang kerugian.

39
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun II IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

No. PROGRAM TAHUN 2015

II Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata


Sosialisasi program ‘Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa
1. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan”. Hal ini dilakukan dengan memberikan
ceramah-ceramah pendidikan (educational campaigns) kepada masyarakat.
Pemetaan masalah dan potensi wilayah Pantai Taman menjadi kawasan ekowisata
2.
(analisis ekonomi, sosial dan budaya).
2.1 Perbaikan jalan masuk ke lokasi kawasan ekowisata.
2.2 Pembuatan pondok ekowisata.
3. Konservasi vegetasi pantai berbasis komunitas sebagai pendukung konservasi penyu
3.1. Pemetaan vegetasi pantai sebagai kawasan ekowisata.
Pembuatan persemaian vegetasi pantai (Pandanus tectorius, Barringtonia sp,
3.2.
Terminalia catapa).
4. Pengembangan potensi fisik, ekonomi, dan aspek sosial sebagai daya tarik wisata.
4.1. Pembangunan gazebo dan fasilitas KM & Toilet.
4.2. Pembuatan tembok pagar pengaman di titik atraksi wisata.
5. Konsep ekowisata pengembangan kawasan.
Pemetaan optimalisasi potensi daya tarik dan mini-malisasi kendala pengembangan
5.1.
kawasan ekowisata.
5.2. Manfaat kawasan ekowisata (fungsi fisik, biologis, dan ekonomis) bagi masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat yang bersinggungan dengan keberadaan kawasan
5.3
ekowisata.
Penguatan kelembagaan “Kelompok Masyarakat Pelestari Penyu untuk Wisata
6.
(KMP2W)” sebagai operator ekowisata.
6.1. Pembuatan ruang pelatihan ‘Konservasi Penyu’
6.2. Pembuatan gedung “Pondok Konservasi Penyu untuk Wisata”
Pembuatan laporan kemajuan, laporan akhir kegiatan tahunan dan Jurnal Aplikasi
7.
Ipteks pada tahun II.

40
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Konsep Ekowisata di Wilayah IbW


Pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan bertujuan untuk mengembangkan
produk wisata yang unik dan memunculkan kekhasan Pacitan. Penetapan 4 KPP (KPP A, B, C
dan D) diharapkan dapat mengarahkan kepariwisataan Kab. Pacitan menjadi lebih fokus
namun tetap memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk berkembangnya potensi-potensi lain
sehingga tetap mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya serta saling melengkapi dan
meningkatkan daya tarik wisata Kab. Pacitan secara keseluruhan.
a) KPP A, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Donorojo, Pringkuku (bagian barat) dengan
pusat pelayanannya Kec. Punung;
b) KPP B, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Pacitan, Punung (bagian timur), Pringkukuk
(bagian timur), Arjosari (bagian barat), Kebonagung (sebagian ekcil wilayah barat) dengan
pusat pelayanannya Kec. Pacitan;
c) KPP C, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (bagian
selatan), Arjosari (bagian selatan dan timur), Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (sebagian kecil
wilayah timur) dengan pusat pelayanannya Kec. Ngadirojo;
d) KPP D, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Nawangan, Tegalombo (bagian utara), Bandar,
Arjosari (bagian utara) dengan pusat pelayanannya Kec. Nawangan.
Tema kegiatan PPM skim IbW pada tahun kedua ini (2015) adalah “Penguatan
Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”. Lokasi kegiatan dipusatkan di pantai Taman,
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo. Dalam pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan,
Pantai Taman termasuk di dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata C (KPP C). Lokasinya
yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), menempatkan kawasan ini secara strategis dalam
peta kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun Nasional. Pantai Taman merupakan
kawasan wisata (KWU) baru yang dimulai dengan kegiatan konservasi penyu untuk wisata
(IbW Tahun I, 2014) yang memberdayakan masyarakat pesisir sekitar lokasi.
Konsep ekowisata dipilih karena telah menjadi trend dan dikembangkan di berbagai
kawasan hutan dan pantai yang saling menguatkan dengan kegiatan konservasi. Ekowisata
merupakan pergeseran dari pola wisata mass tourism ke individual atau small group tourism,
sebagai bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara

41
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam
dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa aspek utama dalam berkembangnya ekowisata
adalah adanya keaslian lingkungan alam dan budaya, keberadaan dan dukungan masyarakat,
pendidikan dan pengalaman, keberlanjutan, dan kemampuan manajemen dalam pengelolaan
ekowisata. Ekowisata merupakan jawaban terhadap permasalahan bentuk pengelolaan
pariwisata yang sesuai di kawasan konservasi, khususnya di Pantai Taman yang disinergikan
dengan konservasi penyu (sea turtle conservation) pada Tahun I.
Model pelaksanaan pariwisata berupa pembentukan kawasan ekowisata berbasis
masyarakat (gbr. 3.1). Pengertian ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata
yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif
dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat
setempat. Jadi dalam hal ini, masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk
mengendalikan kegiatan ekowisata.

Model Pengembangan Ekowisata di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan


Program pemberdayaan masyarakat melalui upaya peningkatan kapasitas, usaha ekowisata dan partisipasi aktif
masyarakat. Ekowisata memiliki keterkaitan lintas sektor dan mampu membangkitkan dampak ekonomi multi
ganda (multiplayer effect) melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Konservasi penyu utk wisata


Desa Hadiwarno
Usaha pramuwisata, usaha
Pengembangan sarana dan akomodasi, kerajinan dan seni
prasarana daya tarik wisata
Atraksi, amenitas dan aksebilitas
DTW

Penguatan Kemitraan usaha ekowisata


Atraksi
Wisata Desa Sidomulyo
menjadi Pemasok produk pendukung,
Atraksi kelompok kesenian
Nelayan 1, 2 …n Supplier 2

basis pertanian, perikanan dan


Petani 1, 2 …n Supplier 1

Kawasan peternakan
Ekowisata

Usaha
Ekowisata

Kelompok kuliner

Gambar 3.1. Model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat

42
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

3.2 Kegiatan yang Dilakukan


Mengacu kondisi dan potensi wilayah, RPJMD Kab. Pacitan 2011-2016, dan solusi
permasalahan yang disepakati bersama, maka disusun rencana kegiatan pada tahun pertama
yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2015

Nama Kegitan Aspek yang Dilaksanakan


Penguatan Atraksi • Konservasi lahan, tatanilai dan produk wisata. Isu kon-
Wisata menjadi servasi lahan dan produk wisata berhubungan dengan nilai-
Kawasan Ekowisata nilai otentik yang memperlihatkan identitas kawasan. Hal
ini membutuhkan perkuatan nilai-nilai budaya khas yang
memperlihatkan lokal genius suatu kawasan agar tetap
berkelanjutan;
• Berkembangnya kegiatan pariwisata yang mengusung jati
diri keunggulan aspek fisik, ekonomi, sosial-budaya lokal;
• Penciptaan suasana kawasan wisata yang dapat dirasakan
oleh semua masyarakat yang bermukim di kawasan
(wisata) terpilih. Hal ini berkaitan dengan identitas, citra
atau image kawasan ekowisata yang hendak diangkat
dalam pengembangan kawasan wisata unggulan;
• Mantapnya citra kegiatan ekowisata di kawasan, yang
didukung oleh kesiapan seluruh stakeholders;
• Pembagian peran antardesa, maupun koordinasi antar
anggota tim yang terlibat dalam program IbW. Hal ini
dilakukan melalui pembagian tugas dan fungsi semua
pihak yang terlibat dalam program; dan
• Terintegrasinya tema konservasi penyu sebagai kawasan
konservasi dan ekowisata dengan produk wisata pendu-
kung lainnya di Kab. Pacitan.

3.3 Kontribusi Pemkab Pacitan pada Program IbW Kec. Ngadirojo


Keberhasilan program IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan akan sangat bergantung
kerjasama dengan semua institusi/lembaga terkait di Pemkab Pacitan. Beberapa bentuk
kontribusi Pemkab Pacitan dalam program kegiatan IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW

No. Institusi Pemkab Kontribusi


1. Bupati Pacitan • Memberikan persetujuan sharing pendanaan dalam
kegiatan IbW,
• Memberikan persetujuan terhadap kegiatan IbW,
dan
• Menyampaikan nota dinas kepada pihak-pihak

43
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

terkait berupa dukungan terhadap kegiatan IbW.


2. Badan Perencanaan • Memberikan informasi kebijakan dinas/ badan/
Pembangunan Daerah lembaga dan satuan organisasi lain dalam
(BAPPEDA) Kabupaten lingkungan pemerintah kabupaten serta instansi
Pacitan Provinsi atau pusat di Kab. Pacitan,
• Memberikan data rencana tata ruang dalam lingkup
makro di suatu wilayah, dan
• Memberikan pelayanan informasi, data kebijakan
perencanaan dan pembangunan daerah.
3. Badan Penelitian, Pengem- • Memberikan informasi Epoleksosbud di suatu
bangan dan Statistik wilayah,
(BALITBANGTIK) • Memberikan data karya UMKM,
Kabupaten Pacitan • Memberikan data kelayakan dan studi teknis lokasi
pengembangan wilayah yang sudah dilaksanakan,
dan
• Memberikan data pengelolaan benda cagar budaya
berskala kabupaten yang sudah dilaksanakan.
4. Dinas Kehutanan dan • Dukungan SDM dalam pelaksanaan pengelolaan
Perkebunan (HUTBUN) ekosistem hutan dan sumber daya air, dan
Kabupaten Pacitan • Dukungan SDM dalam penyusunan konsep
program pemberdayaan masyarakat pesisir.
5. Camat Ngadirojo • Memberikan pelayanan informasi terkait pengem-
bangan kawasan Kec. Ngadirojo, dan
• Memberikan kemudahan aksesibilitas para pengab-
di di wilayah Kec. Ngadirojo.
6. Kepala Desa Hadiwarno dan • Menyediakan lahan desa terkait dengan kegiatan
Sudimulyo “Revitalisasi Objek Wisata terintegrasi dengan
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masya-
rakat Pesisir”, dan
• Memberikan kemudahan dan bentuk bantuan tena-
ga dan keamanan bagi semua tim IbW di dalam
melaksanakan semua aktifitasnya selama masa
program.

3.4 Metode Kegiatan IbW


Tema kegiatan program IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan pada tahun II “Penguatan Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”.
Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo (gbr. 3.2), meliputi: (1) Inventarisir potensi wisata, (2)
dengan memperhatikan kebijakan dan peraturan terkait, Menyusun strategi pengembangan
DTW, (3) bersama-sama dengan FGD, Menyusun action plan, yang diikuti dengan
pembentukan organisasi pelaksanan dan steering commitee, (4) Menyusun tujuan dan sasaran
pariwisata, (5) Sosialisasi program kegiatan, (6) Pembangunan kawasan ekowisata, dan (7)
Monitoring, evaluasi dan pendampingan semua kegiatan program.

44
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Inventarisir Potensi Wisata


Aset dan pasar wisatawan

Review Kebijakan
& Peraturan Terkait

Strategi Pengembangan
Daerah Tujuan Wisata
Reboisasi lahan & pengembangan
aspek fisik, sosial budaya

Focus Group
Discussion (FGD)
Penyusunan Action Plan
Pengelolaan ekosistem pesisir, pe-
manfaatan sumber daya air, & pe-
ngembangan kelembagaan wisata
Pembentukan organisa-
si pelaksana & steering
commitee
Penetapan tujuan & sasaran
pariwisata dan penyusunan
tahapan program kegiatan

Sosialisasi Program Kegiatan


Pemanfaatan lingkungan untuk
konservasi, pembentukan kawasan
ekowisata berbasis masyarakat

Pembangunan Kawasan
Ekowisata
Implementasi & penataan fisik

Monitoring & Evaluasi


Pendampingan, Pengembangan
kapasitas, kelembagaan & koordina-
si, peningkatan kapasitas stakehoder

Gambar 3.2 Metode kegiatan IbW Kec. Ngadirojo

45
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Inventarisir meliputi: (1) Potensi wisata, yang bertujuan untuk mengetahui potensi
kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan, (2) Daftar aset
pariwisata yang ada di kawasan, meliputi: atraksi/ daya tarik wisata, promosi, infrastruktur,
hospitality dan Pelayanan, serta (3) mengenali kepentingan pariwisata di kawasan. Dari ketiga
aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepen-
tingan kegiatan pariwisata di kawasan.
Dari hasil inventarisir potensi wisata, kemudian menyusun strategi pengembangan
daerah tujuan wisata (DTW). Strategi pengembangan DTW dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Mendorong pengembangan daya tarik wisata pantai yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Pemanfaatan lingkungan pantai untuk perlindungan, berintikan partisipasi
aktif masyarakat, bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif
minimal, memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang
diberlakukan bagi kawasan konservasi.
b) Peningkatan kapasitas stakeholders, dalam hal ini meliputi:
− Masyarakat, dalam bidang kampanye sadar wisata dan lingkungan;
− Pelaku Pariwisata, dalam bidang kualitas pelayanan dan pengembangan produk;
− Pemerintah dan organisasi profesi (cq. Dosen), dalam bidang perencanaan, komunikasi
dan leadership).
c) Meningkatkan kualitas standar pelayanan transportasi (menuju lokasi, selama di lokasi
dan ketika meninggalkan lokasi), fasilitas parkir, data informasi dan hospitality.
d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi pengembangan DTW.
e) Meningkatkan pemasaran promosi pariwisata DTW pantai sesuai segmen pasar penye-
lenggaraan event pariwisata dan budaya dalam bentuk festival baik skala nasional/
internasional, peta wisata, website, brosur, booklet, spanduk serta pameran di pasar wisata
nasional dan/ atau internasional.
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan action plan (rencana tindak). Action plan
merupakan dokumen perencanaan pengelolaan ekosistem pesisir, pemanfaatan sumber daya
air dan pengembangan kelembagan wisata yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku/
atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, pelaksana dan waktu
pelaksanaan. Action plan ini berkaitan dengan spesifikasi tugas-tugas yang mencakup
penugasan orang, alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial,
dan jadwal untuk penyelesaian tugas tersebut. Action plan memuat kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan,

46
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan. Action plan pariwisata mencakup siapa,
apa, di mana, kapan dan bagaimana membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi ini
tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja
pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya.
Dokumen action plan membagi strategi-strategi ke dalam bagian-bagian yang dapat
memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana strategis menuju tujuan dan sasaran
ekowisata berbasis masyarakat. Tujuan ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
(1) Semakin berkembangnya akses masyarakat terhadap berbagai sumberdaya alam, skill/
keterampilan, pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan produk dan usaha
kepariwisataan;
(2) Tumbuhnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan bidang kepariwisataan;
(3) Meningkatnya kemampuan berkarya dan berusaha di bidang ekowisata sehingga
meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat; dan
(4) Masyarakat mampu menjadi tuan rumah dan pelaku usaha kepariwisataan yang baik dan
bertanggungjawab terhadap upaya konservasi.
Sedangkan sasaran ekowisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui usaha
kepariwisataan;
2. Membangun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif bagi berkembangnya usaha kepariwisataan;
3. Meningkatkan akses penguasaan teknologi dan informasi kepada masyarakat dalam
bidang kepariwisataan, pengelolaan atraksi wisata/seni dan budaya, penyediaan
cinderamata, makanan dan minuman, penginapan masyarakat (homestay), agrowisata,
dan sebagainya; dan
4. Mendorong keterlibatan dan kerjasama dalam membangun kemandirian antar pemangku
kepentingan di kawasan ekowisata.
Tahap selanjutnya adalah sosialisasi program melalui penyuluhan, pembuatan brosur,
booklet, maupun sosialisasi melalui media massa. Hal ini dilakukan untuk memberikan
penyadaran kepada masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang mengunjungi kawasan.
Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi
sumber-sumber alam untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.

47
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Tahap selanjutnya adalah pembangunan kawasan ekowisata. Kawasan ekowisata


meliputi kawasan konservasi penyu (gbr. 3.3), kawasan penyangga, lokasi kolam biota laut,
lahan reboisasi, akses jalan (gbr. 3.4) dan sebagainya. Selama kegiatan berlangsung, tim IbW
akan selalu mengadakan monitoring dan evaluasi agar arah kegiatan sesuai dengan action plan
yang sudah disepakati.

A
G
E

D E C
B
Gambar 3.3 Kawasan konservasi penyu
(A) Halaman yang ditumbuhi pepohonan, (B) Ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun
pemanduan pengunjung, (C) Gudang, (D) Kantor dan tempat arsip dan data, (E) Kolam untuk pemeliharaan anak
penyu yang menetas sebelum dilepaskan, (F) Tempat penetasan telur penyu, dan (G) Kolam Karantina.
Kawasan penyangga

Lokasi konser- Kolam biota laut


vasi penyu

Taman reboisasi

Gambar 3.4 Kawasan konservasi penyu dan penyangga

48
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja DPPM UMM dalam Kegiatan Kemasyarakatan


Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Malang (DPPM UMM) didirikan berdasarkan Peraturan Universitas
Muhammadiyah Malang No. 1a Tanggal 23 Februari 2009. DPPM UMM merupakan
penggabungan dari Lembaga Penelitian (SK Rektor UMM No. E.1/97/UM/1977) dan
Lembaga Pengabdian Masyarakat (SK Rektor No. E.1/087/UM/1977). DPPM UMM adalah
unsur pelaksana tugas dan fungsi di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat yang
berada di bawah rektor dengan fungsi koordinasi melalui Pembantu Rektor I, Pembantu
Rektor II, dan Pembantu Rektor III. DPPM UMM dibentuk dengan tujuan “Mewujudkan
perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi kegiatan penelitian, penerapan dan pengembangan
Ipteks di lingkungan UMM, baik dalam bentuk penelitian maupun pengabdian kepada
masyarakat untuk kemakmuran bangsa”. Visi DPPM UMM adalah “Menjadi pusat penelitian,
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang terkemuka dalam
rangka menegakkan nilai-nilai keislaman dan keilmuan bagi kepentingan masyarakat”.
Kegiatan kemasyarakatan di DPPM UMM dilaksanakan melalui sumber pendanaan
internal dan eksternal. Dana eksternal kegiatan kemasyarakatan, misalnya berasal dari CSR
perusahaan swasta (PT. IPMOMI – Probolinggo, Yayasan Damandiri Jakarta), instansi
pemerintah (Bappeda Kab. Nganjuk, Bappeda Kab. Malang, Diknas Provinsi Jatim, Dinas
Pertanian Bondowos), KKMB dengan BI (BI Jember, BI Kediri), dan kegiatan
kemasyarakatan yang berasal dari dana Dit. Litabmas, Ditjen Dikti. Khusus kinerja kegiatan
kemasyarakatan di DPPM UMM menunjukkan kecenderungan ke arah peningkatan sebagai-
mana ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas
Skim Kegiatan Tahun
Kemasyarakatan 2011 2012 2013 2014
IbM 5 3 6 20
IbIKK 3 5 6 4
IbK 2 1 1 1
IbW 1 1 – 2
Hi-LINK – – 1 1

49
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4.2 Pemilihan Perguruan Tinggi Mitra


Tema permasalahan yang ingin ditangani bersama adalah konservasi dan pariwisata
melalui kegiatan “Revitalisasi objek wisata, Penguatan atraksi wisata menjadi kawasan
ekowisata dan Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Model PPM yang akan dilaksanakan
adalah (1) Penguatan sumberdaya alam untuk pengembangan dan konservasi kawasan secara
lestari, (2) Pengembangan citra kawasan ekowisata yang mendukung konservasi bersama
masyarakat lokal, (3) Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui sinergisme tiga pelaku dalam
industri pariwisata, yaitu destinasi wisata, wisatawan, dan masyarakat lokal, dalam
pengembangan usaha dan ekonomi pariwisata yang mengusung konservasi dan ekowisata.
Berdasarkan model PPM yang akan dilaksanakan, maka dipilihlah Politeknik Negeri
Malang sebagai Perguruan Tinggi Mitra. Universitas Muhammadiyah Malang bertugas dalam
merumuskan kebijakan “Revitalisasi Objek Wisata, Penguatan Atraksi Wisata menjadi
Kawasan Ekowisata dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir” sedangkan Politeknik Negeri
Malang berperan sebagai penyedia TTG yang mendukung program PPM di wilayah IbW.

4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan


Kegiatan IbW ini mendukung misi ke-4 Pemkab Pacitan, “Meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan”, melalui
lingkup kegiatan (1) Revitalisasi objek wisata, (2) Penguatan Atraksi Wisata menjadi
Kawasan Ekowisata, dan (3) Pemberdayaan masyarakat pesisir”. Dalam upaya menjalankan
program IbW di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan, perlu dilakukan inventarisir potensi wilayah,
perumusan kebijakan publik dan upaya edukasi dalam pengembangan kawasan konservasi
menjadi kawasan ekowisata. Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW
ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2014
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Drs. Wahyu Biologi, Ketua Tim − Penyusunan konsep “revi-
Prihanta, M.Kes. Patibologi talisasi objek wisata, revi-
talisasi hutan mangrove,
dan pemberdayaan masya-
rakat pesisir”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering co-
mmitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.

50
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

2 Ach. Muhib Teknik Mesin, Anggota Tim − Desain konsep pemberda-


Zainuri, ST., Konversi yaan masyarakat pesisir
M.T. Energi. melalui pemanfaatan TTG;
− Desain konsep revitalisasi
objek wisata.
3 Prof. Dr. Rahayu Hukum, Anggota Tim − Review kebijakan dan pe-
Hartini, SH., Sosiologi raturan terkait pengemba-
M.Si., M.Hum. bangan kepariwisataan;
− Review perundang-unda-
ngan terkait konservasi
sumberdaya alam hayati
sebagai lahan konservasi;
− Model pengembangan eko-
wisata berbasis kearifan
lokal
4. Drs. Amir Biologi, Anggota Tim − Model pengembangan ins-
Syarifuddin, Kehutanan titusi ekowisata;
M.Hut. − Desain konsep pengelola-
an kawasan ekowisata se-
bagai objek wisata.
5 Ir. Tundung Teknik Anggota Tim − Identifikasi potensi kepari-
Subali Patma, Elektro, wisataan di wilayah IbW;
M.T. Teknik Listrik − Bimbingan teknologi pe-
ningkatan mutu produksi,
pengawasan mutu, verifi-
kasi produk dan inovasi
teknologi produk.

4.4 Struktur Organisasi Tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan


Struktur organisasi tim “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan” dibuat sebagai implementasi program PPM dari Dit. Litabmas-Ditjen
Dikti dan kebijakan pengembangan kawasan, pengembangan pariwisata, SDM, dan
kelembagaan oleh Pemkab Pacitan. Kebijakan tersebut, bersama focus group discussion
(FGD) kemudian dijabarkan ke dalam action plan bersama seluruh organisasi pelaksana PPM
di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Dalam melaksanakan kegiatannya, tim akan selalu berkoor-
dinasi dengan Steering Commitee (gbr. 4.1).
Organisasi tim “IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Pacitan” selanjutnya akan melaksanakan kegiatan, meliputi hal sebagai berikut.
(a) Pengembangan kawasan konservasi berbasis ekowisata, dengan cara (1) Memberikan
akses kegiatan pariwisata bagi ekowisatawan, (2) Menyediakan fasilitas pendukung
kegiatan ekowisata, (3) Menjaga keberlangsungan lingkungan/ kawasan konservasi, dan
(4) Menjaga kelestarian alam dan budaya;

51
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(b) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan ekowisata,


melalui program (1) Peningkatan kapasitas masyarakat, (2) Pengadaan sarana dan
prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, dan (3) Peningkatan apresiasi seni budaya
kepariwisataan; dan
(c) Peningkatan kapasitas stakeholders (masyarakat, pelaku wisata, organisasi profesi dan
pemerintah) sesuai dengan perannya.

Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan

52
BAB V
HASIL YANG DICAPAI

5.1 Penanaman Vegetasi Pantai


Vegetasi pantai (beach vegetation), seringkali disebut hutan pantai berpasir adalah
tutupan vegetasi yang tumbuh dan berkembang di pantai berpasir di atas garis pasang tertinggi
di wilayah tropika. Tipe ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering tepi pantai
dengan kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang tertinggi. Di
daerah seperti itu pada umumnya jarang tergenang oleh air laut, namun sering terjadi atau
terkena angin kencang dengan embusan garam.
Pada ekosistem hutan pantai berpasir di Pantai Taman Desa Hadiwarno, terdapat dua
formasi vegetasi yang dapat dibedakan berdasarkan struktur dan fisiognomi vegetasi, serta
komposisi floristiknya, yaitu: (1) formasi pes-caprae dan (2) formasi Barringtonia.[9]
(a) Formasi Pes-caprae, formasi ini terutama terbentuk oleh tumbuhan menjalar yang
tumbuh rapat atau renggang menutupi pasir pantai di atas garis pasang tertinggi.
Namanya diambil dari nama ilmiah katang-katang (Ipomoea pes-caprae) yang memiliki
daun berbentuk serupa teracak kambing (pes = kaki; caprae = kambing), yang merupakan
tumbuhan tipikal di area Pantai Taman, Pacitan. Jenis tumbuhan menjalar lain yang juga
sering dijumpai di antaranya kekara laut (Canavalia maritima), kacang laut (Vigna
marina), rumput lari-lari (Spinifex littoreus), grinting segara (Thuarea involuta), rumput
kerupet (Ischaemum muticum), serta sejenis patikan (Euphorbia atoto). Juga jenis-jenis
teki seperti Cyperus pedunculatus, Cyperus stoloniferus dan Fimbristylis sericea.

Gambar 5.1 Tim IbW di formasi pes-capare Pantai Taman

Banyak tumbuhan ini yang menjalar dengan geragih (stolon) atau batang yang
panjang dan perakaran yang dalam. Tumbuhan ini bergantung pada ketersediaan air tanah
53
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

berkadar garam rendah namun umumnya tahan terhadap kekeringan yang berulang, suhu
lingkungan yang tinggi, unsur hara tanah yang rendah, semburan garam dan tiupan angin
yang terus menerus. Biji-bijinya berukuran kecil dan disertai kelengkapan khas untuk
mendukung pemencaran oleh air (hidrocory).
Formasi pes-caprae terbentuk pada pantai yang bertumbuh di mana pasir
diendapkan. Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencengkeram ke dalam
pasir, membantu memantapkan ekosistem yang cenderung tidak stabil ini. Jalinan ranting
dan dedaunan di atas pasir menangkap sampah-sampah yang dilemparkan ombak,
termasuk pelbagai buah dan bijian yang diangkut air, sehingga meningkatkan kandungan
hara dan memungkinkan terjadinya suksesi vegetasi. Di bagian belakang formasi ini biasa
didapati semai dari aneka tumbuhan yang buahnya dipencarkan air laut, termasuk
pula kelapa (Cocos nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebagai jenis
pelopor (pioneer) tumbuhan yang akhirnya sering membentuk tegakan murni, namun
anakannya tak mau tumbuh di bawah naungan pohon-pohon induknya.
(b) Formasi Barringtonia, biasanya di sebelah belakang formasi pes-caprae biasa ditemu-
kan formasi semak belukar dan pepohonan yang dinamai formasi Barringtonia. Formasi
ini mendapatkan namanya dari pohon butun (Barringtonia asiatica) yang khas. Pohon ini
biasa membentuk asosiasi bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang
(Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), waru laut (Thespesia populnea), kepuh
(Sterculia foetida), dungun (Heritiera littoralis), malapari (Pongamia pinnata) dan lain-
lain. Di bagian yang lebih terbuka didapati semak-semak bakung laut (Crinum asiati-
cum), gagabusan (Scaevola taccada), lempeni (Ardisia elliptica), pandan duri (Pandanus
tectorius), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora tomentosa), jati
pasir (Guettarda speciosa) dan sejenisnya.
Komposisi floristik formasi ini cenderung seragam di seluruh Pantai Taman yang
mencirikan vegetasi pantai berpasir. Liana dan parasit jarang ada, sementara jenis-
jenis pakis, bambu dan palma (kecuali kelapa) pada dasarnya tidak ada. Pelapisan tajuk
(layering) kurang terlihat dengan tinggi tajuk antara 2 hingga 15 m. Sedangkan lebar
formasi hutan ini ke arah daratan kurang dari 50 m. Pada lahan yang berbatu-batu atau
berkarang bahkan umumnya sangat sempit, kadang-kadang dengan pohon-pohon yang
mengerdil.
Pada pantai-pantai yang tererosi oleh abrasi, formasi Barringtonia sering berhada-
pan langsung dengan garis pasang. Dalam keadaan demikian, pada baris terluar seringkali

54
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

didapati pohon-pohon yang miring atau yang dahan-dahannya menjuntai di atas laut,
dengan dahan terbawah rusak oleh gempuran ombak. Di sisi belakang, formasi ini
umumnya menyatu, dan sukar dibedakan dari hutan dataran rendah, atau perlahan-lahan
beralih menjadi hutan payau atau hutan bakau tanpa garis demarkasi yang jelas.

Gambar 5.2 Penyu hijau bertelur dan formasi Barringtonia di Pantai Taman

Banyak jenis-jenis satwa yang hidup di hutan pantai, namun boleh dikatakan
bahwa hampir tak ada fauna yang khas ekosistem ini. Beberapa jenis penyu mendarat ke
Pantai Taman ini untuk bertelur (gbr. 5.2). Oleh karena itu, tim IbW Kec. Ngadirojo pada
2014 telah melakukan kegiatan penangkaran penyu yang dimodifikasi. Tujuannya adalah
untuk membantu dan mendukung upaya konservasi penyu, yaitu dengan meningkatkan
peluang hidup penyu sebelum dilepas ke alam. Oleh karena itu, begitu telur penyu
menetas, maka tukik langsung dilepas ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung
upaya konservasi penyu, kegiatan penangkaran penyu diadakan untuk beberapa
kepentingan pendidikan, penelitian dan wisata. Sehingga sejumlah tukik hasil penetasan
semi alami disisihkan untuk dibesar-kan. Jumlah tukik yang dibesarkan hanya sebagian
kecil dan tergantung fasilitas penangkaran yang menjamin tukik dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal.

Pasir merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat
peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan
pantai yang luas dan landai serta terletak di bagian atas pantai dengan rata-rata kemiringan
30o di pantai bagian atas. Keberadaan pohon-pohon, baik dari formasi Pes-caprae maupun
Barringtonia, di sepanjang pantai peneluran menjadi penting karena dapat menjadi naluri
peneluran penyu. Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2015 telah melakukan kegiatan

55
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

“rehabilitasi habitat bertelur penyu” dengan cara membuat model penanaman vegetasi pantai
(gbr. 5.3).

Gambar 5.3 Model penanaman vegetasi hutan di Pantai Taman

5.2 Pembuatan Tanggul Penahan Arus


Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai yang biasanya terdiri
atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pesisir pantai sangat bervariasi tergan-
tung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin dan arus laut. Pengendapan di area konservasi
penyu Pantai Taman setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu sebagai berikut.
(1) Pengendapan oleh air sungai. Material hasil pengendapan oleh air disebut sedimen
akuatis. Apabila terjadi hujan lebat, volume air sungai meningkat secara cepat. Akibatnya
terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai yang seringkali mendekati kawasan
konservasi. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan
terendapkan dan akan terbentuk suatu dataran di tepi sungai.
(2) Pengendapan oleh air laut. Material hasil pengendapan air laut (marine sediment)
dikarenakan adanya gelombang dan arus laut. Ukuran dan komposisi sedimentasi pasir di
pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin dan arus
laut. Arus pantai mengangkut material sedimentasi yang ada di sepanjang pantai. Jika
arah angin menuju pesisir, arus laut akan mengangkut material ke pesisir sehingga terjadi
pengendapan. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material (spit) di pesisir Pantai
Taman. Jika terjadi perubahan arah angin, maka arus pantai akan kembali mengangkut
material ke laut dalam. Demikian hal ini akan terjadi berulang sehingga akan terbentuk
lokasi yang tidak stabil.
Tim IbW Kec. Ngadirojo pada tahun kedua (2015) telah membuat tanggul penahan
(gbr. 5.4) untuk tujuan empoldering, yaitu membentuk batasan perlindungan untuk suatu area
yang tergenang serta mengarahkan arus laut yang masuk sehingga daerah sekitarnya akan

56
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

menjadi stabil dan tidak terjadi banjir. Hal ini dilakukan karena beberapa sebab sebagai
berikut.
• Kawasan konservasi penyu berdekatan dengan lokasi yang tidak stabil sehingga dapat
membahayakan keberadaan lokasi konservasi penyu;
• Telah terjadi kerusakan mangrove di sepanjang muara Sungai Lorok yang dapat
mempengaruhi lokasi bertelur penyu dan bisa berakibat peningkatan sedimentasi, di mana
sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan migrasi penyu bertelur; dan
• Perlunya kawasan penyangga konservasi penyu dengan mengembangkan kawasan
konservasi dan ekowisata mangrove.

Pembuatan tanggul Pembuatan tanggul


pada Maret 2015 pada Juli 2015

Gambar 5.4 Tanggul penahan banjir dan pengarah arus laut

5.3 Pembuatan Kolam Biota Laut


Kolam biota laut yang dimaksudkan di sini merupakan wadah yang dibuat untuk
menampung air laut dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk memamerkan dan
mempertunjukkan keindahan bentuk, warna dan keunikan serta tingkah laku berbagai macam
biota laut. Keanekaragaman jenis biota laut dengan berbagai karakter seperti warna, sifat,
habitat dan perilakunya dapat dinikmati sebagai sarana rekreasi sekaligus menambah
pengetahuan tentang dunia bawah laut. Biota laut adalah semua makhluk hidup yang ada di
laut baik hewan, tumbuhan maupun karang.
Sepertinya tidak ada ekosistem yang sedemikian menakjubkan dan semenarik lingku-
ngan dasar laut, baik dalam hal kombinasi warna, bentuk, kehidupan, tingkah laku dan keuni-
kan variasi adaptasi pada masing-masing organisme. Pemandangan yang indah ini hanya
dapat dilihat secara langsung oleh para penyelam dan sebagian dapat dilihat melalui layar
kaca, buku, majalah dan media cetak yang lain.
Keragaman hayati (biodiversity) yang cukup tinggi, seperti: hutan mangrove,
terumbu karang, padang lamun, rumput laut dan hasil perikanan, merupakan kekayaan sumber

57
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

daya alam pesisir. Secara ekologis, ekosistem laut dan pesisir yang menyediakan sumber daya
alam ini saling terkait satu sama lain, bahkan dengan perilaku dan aktivitas manusia di
dalamnya. Laut dan pesisir memiliki kawasan hutan mangrove, padang lamun dan terumbu
karang. Ketiga ekosistem ini terkait satu sama lain dan memiliki potensi ekologis serta potensi
ekonomi terutama sebagai penyangga perikanan. Mangrove dan padang lamun menjadi
tempat pemijahan dan berlindung bagi anakan ikan serta hewan lunak lainnya. Sementara
ekosistem terumbu karang menjadi habitat dan pembesaran bagi ikan-ikan. Kawasan terumbu
karang juga menjadi penghalang bagi gelombang dan arus, sementara mangrove dan padang
lamun berfungsi sebagai pencegah abrasi pantai dan pelumpuran perairan laut. Karena itu,
kegiatan yang berakibat kerusakan atau perubahan atas salah satu ekosistem tersebut dapat
memberi dampak terhadap ekosistem lainnya, atau komponen yang membentuk ekosistem.
Pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya, tidak hanya menuntut
perluasan lahan untuk pemukimannya tetapi juga meningkatkan laju pemanfaatan sumber
daya alam lainnya guna memenuhi kebutuhan pangan serta aktivitas sosialnya. Sedangkan
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam ekosistemnya dalam
menunjang kehidupan manusia dan pembangunan. Karena itu, dalam upaya pemanfaatan
sumber daya laut dan pesisir hendaknya dapat dihindari kegiatan-kegiatan, seperti:
penebangan hutan mangrove yang tidak terkendali untuk pembukaan lahan tambak dan
pemukiman, reklamasi pantai untuk pembangunan kawasan permukiman dan pariwisata,
penangkapan ikan yang tidak memperhatikan kapasitas reproduksinya serta pencemaran
perairan oleh limbah industri dan rumah tangga. Hal ini jelas, karena keberlanjutan
(sustainability) sumber daya alam (keberadaan dan pemanfaatannya) berhubungan erat
dengan adanya keseimbangan ekosistem. Sementara dalam konsep pembangunan
berkelanjutan itu sendiri terkandung unsur alam dan unsur manusia di mana keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Tujuan pembuatan kolam biota laut adalah sebagai berikut.
• Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, konservasi sumber daya laut dan pesisir
dan menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia dengan alam secara arif dan
bijaksana bagi segenap ekowisatawan;
• Membuat model konservasi ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya kepada
masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka memiliki kemampuan dalam memanfaatkan
sumber daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara keseimbangan ekosistem serta
melindungi ekosistem pesisir dari kerusakan;

58
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

• Memberikan fasilitas rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai termasuk interaksi
ekowisatawan dengan habitat wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi;
• Menambah pengetahuan mengenai kehidupan bawah laut secara langsung bagi ekowi-
satawan yang datang berkunjung ke Pantai Taman berupa underwater observatorium;
• Melestarikan flora fauna laut iklim tropis dalam bentuk kolam penangkaran biota laut yang
nanti pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat;
• Melestarikan ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di sepanjang pantai yang
ada di Kab. Pacitan di mana tidak banyak orang mengetahuinya; dan
• Menyediakan wahana yang memenuhi keperluan pendidikan dan penelitian mengenai
kehidupan bawah laut.

Pembuatan kolam biota


laut pada April 2015

Kondisi kolam biota


laut pada Juli 2015

Gambar 5.5 Pembuatan kolam biota air laut

5.4 Pembuatan Flying Fox


Flying fox adalah sebuah permainan yang terdiri dari satu atau lebih kerekan yang
ditempatkan di atas tali kawat baja (steel wire rope), biasanya terbuat dari bahan tahan karat
dengan mengandalkan beban pemakai dan didorong oleh gravitasi dari suatu lokasi ketinggian
tertentu menuju suatu landasan yang lebih rendah. Ada banyak bentuk/variasi permainan
flying fox, namun sebagian besar kegiatan digunakan sebagai bagian dari hiburan petualangan.
Unsur utama yang hadir dalam permainan flying fox adalah tantangan berada pada ketinggian
dan meluncur dengan kecepatan tertentu.
Unsur berada pada ketinggian selain menantang kemampuan fisik, akan serta merta
menghasilkan sebuah memori dan motivasi pemikiran yang mendalam serta emosi yang kuat.
Aktivitas kegiatan di ketinggian mengajarkan keseimbangan, koordinasi dan konsen-
trasi bersamaan dengan efek rasa percaya diri, pandangan positif diri dan keberanian untuk
melakukan lompatan melampaui hambatan batas yang dirasakan peserta. Tingkat kesulitan
(mental, fisik dan emosi) yang ditemukan dalam bermacam-macam elemen tentunya akan

59
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

berbeda-beda tergantung pada tingkat tantangan masing-masing yang dirasakan oleh setiap
individu. Aktivitas ini dapat dilakukan paralel dan bertahap diselaraskan dengan pengalaman
hidup nyata yang mengajarkan individu dalam menghadapi tantangan baru dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana mengatasi dan menang atas keragaman
dan kesulitan (Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Dimensi atribut dan subdimensi permainan flying fox

Atribut Sub-dimensi
Learning through - Memfasilitasi sebuah pengalaman unik, relevan, saling
experience berkaitan yang memberikan pembelajaran mengenai sebuah
keterampilan (fisik, mental, emosional maupun spiritual),
kemampuan, berdasarkan refleksi diri maupun kelompok
(flying fox tandem);
- Belajar dari keberhasilan maupun dari kegagalan.
Challenge and adventure - Menggunakan kondisi ekstrem atau tidak lazim untuk
mengasah keterampilan fisik, emosi, mental dan spiritual
peserta;
- Memanfaatkan dan mengelola risiko dengan tepat.
Supportive environment - Merancang sebuah pengalaman yang mendukung kesela-
matan fisik dan emosional;
- Mengembangkan budaya kelompok yang saling peduli dan
memberikan nilai positif.
Character development - Menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dan aktualisasi
diri;
- Menunjukkan rasa tenggang rasa dan empati terhadap orang
lain dan lingkungan serta mampu menerapkan hidup sehat
dan seimbang.
Leadership Menunjukkan kemampuan untuk menetapkan tujuan, mengins-
pirasi dan mengarahkan orang lain.
Sarana Pendukung Flying fox equipment, security
Lokasi Tempat yang menunjang untuk aktivitas flying fox seperti di alam
terbuka (misalnya fasilitas flying fox di Pantai Taman).

Permainan dengan aksi meluncur di atas ketinggian dan dengan posisi kemiringan
tertentu, tetapi biasanya posisi kemiringan berada pada 60º. Flying fox banyak dilakukan oleh
mereka yang biasa tegang karena memang tujuan awal diadakannya permainan ini adalah
untuk mengatasi ketegangan berlebih. Dengan melakukan permainan ini seseorang bisa
merasa lebih segar dan bisa dengan mudah melepas ketegangannya. Fying fox sebagai salah
satu media bermain di alam terbuka merupakan simulasi permainan di ketinggian (high rope
activity). Jenis permainan ini dapat membantu dalam mendidik keberanian dan melatih
percaya diri penikmat jenis permainan ini. Dalam permainan ini menggunakan beberapa alat
(Tabel 5.2) sebagai standar keamanan pemakainya.

60
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Tabel 5.2 Nama alat dan fungsi dalam permainan flying fox

Nama Alat Fungsi

Steel wire rope (tali kawat baja): Berfungsi sebagai


jalur lintasan sepanjang lintasan peserta meluncur pada
permainan flying fox.

Carmantel (ropes) Dynamic & Static: Adalah tali yang


memiliki daya kelenturan sampai 30% dan memiliki
kekuatan beban ningga 2 ton. Sangat cocok dipakai
untuk repeling, tali pengaman, maupun tasli utama.

(a) Figure Eight: Alat safety and belayer, sangat diper-


lukan terutama untuk melakukan pengereman.
(b) Carabiner : Kunci pengaman dan conector sling
(a) (b) dengan katrol.
(a) (b)
(a) Fullbody Harness: Alat pengaman (pegangan) tubuh
bagian atas dari ikatan tali
(b) Seat Harness: Alat pengaman (pegangan) tubuh
bagian bawah pada ikatan tali.

Helm : Alat pelindung kepala

Pulley baik Pulley Fix maupun Pulley Tandem Cable:


Katrol untuk alat bantu meluncur beban di atas cable
jalur. Sebagai pulley pengaman, digunakan untuk
meluncurkan peserta flying fox menggunakan sling baja.

Alat bantu tambahan, terdiri dari (1) Sling dan Pegangan, conector antara harness/tubuh
dan catrol sekaligus alat pegangan tangan untuk keseimbangan, merupakan alat utama untuk
melakukan kegiatan high rope; (2) Kunci-kunci untuk setting fix and maintainance, dan (3)
Sarung Tangan sebagai alat bantu belayer.

61
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Pada dasarnya setiap proses pembelajaran dan aktivitas selalu terkait dengan tiga
area pengembangan yaitu area kognitif, afektif dan psikomotorik. Idealnya ketiga area
tersebut dapat dicapai dalam setiap aktivitas belajar. Kegiatan meluncur melalui permainan
flying fox merupakan pendekatan yang sesuai untuk menggabungkan ketiga area tersebut
sehingga mampu menjawab tentang pengembangan potensi sumber daya manusia karena
dapat dikaitkan langsung dengan tingkat kecerdasan individu yaitu bagaimana peserta dapat
memecahkan masalahnya dan bagaimana keaktifan peserta untuk membuat ide dan inovasi
yang bernilai budaya. Tim IbW Kec. Ngadirojo Tahun II (2015) telah membangun wahana
permainan flying fox (gbr. 5.6) untuk melengkapi dengan fasilitas ekowisata yang lain.

Gambar 5.6 Fasilitas flying fox untuk pemakai anak-anak

62
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Konservasi Vegetasi Pantai


Pantai taman di Kec. Ngadirojo - Kab. Pacitan, dapat dikatakan termasuk jenis pantai
berpasir halus (gbr. 6.1). Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran sedimen halus dan
memiliki tingkat bahan organik yang tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut
yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh
evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Beberapa jenis penyu, misalnya: penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik (Eretmochelys
imbricate) dan penyu abu-abu (Lepidochelys olivaceae) diketahui membangun sarang
penetasan di pasir Pantai Taman di sekitar formasi pes-caprae. Walaupun permukaan
pasirnya dapat mencapai suhu lebih 50oC, namun beberapa sentimeter di bawah permukaan
suhu pasirnya konstan pada kisaran sekitar 36oC. Telur-telur yang hendak ditetaskan biasanya
diletakkan pada lubang dengan suhu antara 32 − 38oC.

Gambar 6.1 Formasi vegetasi dan kondisi pantai peneluran penyu di Pantai Taman

Konservasi yang dimaksudkan di sini merupakan upaya pelestarian lingkungan,


rehabilitasi dan/ atau rekonstruksi sebagai bagian dari upaya pemanfaatan lahan untuk
mempertahankan kondisi fisik sumber daya alam. Tujuan konservasi sumber daya alam yang
akan dilakukan adalah (1) Mempertahankan adanya kualitas lingkungan dengan memperha-
tikan estetika dan kebutuhan ekowisata maupun hasilnya dan (2) Mempertahankan adanya
kelanjutan dari pemanfaatan hasil tanaman, hewan dan bahan yang bermanfaat lainnya,
dengan menciptakan siklus yang seimbang antara masa tanam atau pembiakan dengan
pertumbuhan individu baru atau pembaharuan material. Oleh karena itu konservasi yang akan

63
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

dilakukan juga meliputi kegiatan perlindungan terhadap sistem kehidupan, preservasi sumber
daya genetik serta pemanfaatan flora dan fauna secara berkelanjutan.
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dengan satu
atau lebih ekosistem beserta sumber daya alamnya. Wilayah pesisir Pantai Taman terdiri dari
tiga ekosistem, yaitu: sungai, mangrove, pantai. Formasi hutan mangrove terdapat di pesisir
pantai di daerah dekat atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
mangrove merupakan ekosistem akuatik yang kaya dengan jenis plankton dan komunitas
bentik, sehingga menjadi daerah pengasuhan bagi anakan ikan dan daerah mencari makan.
Sehingga rencana tahapan berikutnya adalah (1) Konservasi vegetasi hutan mangrove berbasis
komunitas berdasarkan kondisi spesifik ekosistem dan (2) Penanaman jenis tanaman atau
formasi vegetasi pantai yang biasanya terdapat di sepanjang daerah peneluran penyu di Pantai
Taman, Kec. Ngadirojo.
Penanaman jenis tanaman vegetasi pantai yang akan dilakukan meliputi: Pohon
bakau (Rhizopora mucronata), Ketepeng (Terminasa cotapa), Waru (Hibiscus tiliaceus),
pandan (Pandanus tectorius), Keben (Baringtonia sp). Dimulai sejak Pebruari 2015, tim IbW
Kec. Ngadirojo sudah melakukan pembibitan jenis tanaman yang dimaksud (gbr. 5.3) dan
dalam beberapa bulan ke depan sudah akan siap ditanam.

6.2 Penguatan Kawasan Ekowisata


Kawasan pesisir dengan sumber daya alamnya telah menjadi tumpuan bagi
pengembangan ekonomi bangsa. Ekosistem pantai dan mangrove di kawasan pesisir memiliki
fungsi ekologis dan ekonomi. Pengelolaan sumber daya pesisir pada prinsipnya adalah proses
pengelolaan terhadap seluruh komponen dari ekosistem mangrove dan pantai termasuk
manusia dengan berbagai aspek sosial dan ekonominya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengelolaan sumber daya alam pesisir harus dilakukan dengan pendekatan terpadu. Pengelo-
laan sumberdaya pesisir termasuk upaya konservasinya haruslah dipandang sebagai satuan
sistem yang utuh, sementara keberadaan dan keberlanjutan sumber daya alam pesisir
sangatlah ditentukan oleh komponen manusia dan keputusan dari para pengambil kebijakan.
Konservasi penyu merupakan upaya yang sangat penting untuk menjamin keberlan-
jutan program ODTW berbasis penyu. Tim IbW telah membuat tata ruang wilayah atau area
yang akan menjadi obyek ekowisata berbasis konservasi penyu. Beberapa ruang yang sudah
dibangun adalah kantor pengelolaan dan pusat informasi penyu, lokasi peneluran penyu,
lokasi penetasan semi alami, kolam pemeliharaan tukik, kolam pembesaran penyu, kolam
karantina penyu dan lokasi pelepasan tukik. Termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi

64
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

pantai yang sesuai dengan habitat penyu. Pemilihan lokasi konservasi dan ekowisata di Pantai
Taman didasarkan pada potensi lokasi yang dekat dengan jalan raya dan memiliki akses
pencapaian yang mudah. Sedangkan pendekatan desain yang digunakan adalah RTRW
berwawasan lingkungan dengan konsep makro natural, konsep mikro lahan kejelasan
pemanfaatannya, konsep mikro bentuk rekreatif, dan konsep mikro ruang adaptif bentuk.
Dalam perencanaan dan perancangan kawasan ekowisata ini, diharapkan dapat memberikan
suasana yang sesuai dan menyatu dengan kondisi alam sekitar.
Konsep pengembangan bentuk rekreatif ekowisata merupakan salah satu kegiatan
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspek konservasi
alam, aspek pemberdayaan sosial budaya masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo terkait
penembangan ekowisata di Pantai Taman ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Penguatan prinsip dan kriteria ekowisata


Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata
1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan − Memperhatikan kualitas daya dukung ling
komitmen terhadap pelestarian lingkungan kungan kawasan ODTW melalui pelaksanaan
alam dan budaya, melaksanakan kaidah- sistem zonasi;
kaidah usaha yang bertanggungjawab dan − Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fa-
ekonomi berkelanjutan. silitas sesuai dengan daya dukung lingkungan
daerah ODTW;
− Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para
pelaku terhadap lingkungan alam;
− Memanfaatkan sumber daya lokal secara lesta-
ri dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata;
− Meminimumkan dampak negatif yang ditim-
bulkan dan bersifat ramah lingkungan;
− Mengelola usaha secara sehat; dan
− Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
kegiatan ekowisata yang sehat.
2. Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah − Membuat action plan yang terpadu dalam pe-
ekologis dan atas dasar musyawarah dan pe- ngembangan kawasan ekowisata;
mufakatan dengan masyarakat lokal. − Membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat lokal dalam proses perencanaan
dan pengelolaan ekowisata;
− Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat
lokal untuk pengembangan ekowisata;
− Menginformasikan secara jelas dan benar
konsep dan tujuan pengembangan kawasan
tersebut kepada masyarakat lokal; dan
− Membuka kesempatan untuk melakukan
dialog dengan seluruh pihak yang terlibat
(multi-stakeholders) dalam proses perenca-
naan dan pengelolaan ekowisata.

65
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Sambungan Tabel 6.1…


3. Memberikan manfaat kepada masyarakat lokal. − Membuka kesempatan keapda masyarakat
lokal untuk membuka usaha ekowisata dan
menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan baik
secara aktif maupun pasif;
− Memberdayakan masyarakat lokal dalam
upaya peningkatan usaha ekowisata untuk
meningkatkan kesejahtraan mereka; dan
− Meningkatkan ketrampilan masyarakat lokal
dalam bidang-bidang yang berkaitan dan
menunjang pengembangan ekowisata.
4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya − Menetapkan kode etik ekowisata bagi ekowi-
dan tradisi keagamaan masyarakat lokal. satawan, pengelola dan pelaku usaha ekowi-
sata;
− Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-
pihak lainya (multi-stakeholders) dalam
penyusunan kode etik wisatawan, pengelola
dan pelaku usaha ekowisata;
− Melakukan pendekatan, meminta saran-saran
dan mencari masukan dari tokoh/pemuka
masyarakat lokal pada tingkat paling awal
sebelum memulai langkah-langkah dalam
proses pengembangan ekowisata; dan
− Melakukan pemetaan dan pengenalan aspek-
aspek sosial budaya masyarakat lokal sebagai
bagian terpadu dalam proses perencanaan dan
pengelolaan ekowisata.
5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perun- − Memperhatikan dan melaksanakan secara
dang-undangan baik di tingkat nasional mau- konsisten: Dokumen-dokumen Internasional
pun internasional. yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda,
Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.).
GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-
undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
− Menyusun peraturan-peraturan baru yang
diperlukan dan memperbaiki dan menyempur-
nakan peraturan-peraturan lainnya yang telah
ada sehingga secara keseluruhan membentuk
sistem per-UU-an dan sistem hukum yang
konsisten;
− Memberlakukan peraturan yang berlaku dan
memberikan sangsi atas pelanggarannya
secara konsekuen sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (law enforcement); dan
− Membentuk kerja sama dengan masyarakat
setempat untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan
yang berlaku.

Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-
Kab. Pacitan adalah penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi dengan ciri khas

66
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
(a) Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi kepada individu-individu (pelaku,
ekowisatawan dan masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan, pengertian dan
pemahaman sesuai dengan yang diharapkan;
(b) Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan diharapkan dapat dipahami,
diketahui, diyakini dan dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal;
(c) Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai upaya peningkatan agar mempunyai
kualitas yang diharapkan;
(d) Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan berbeda dengan sebelumnya untuk
menjadi lebih baik dan meningkat sesuai dengan standart yang diinginkan;
(e) Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM terhadap upaya konservasi terhadap
ekosistem kawasan; dan
(f) Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan yang dapat
timbul akibat adanya kegiatan ekowisata.

6.3 Penyelesaian Pembuatan Kolam Biota Laut


Kurang lebih 71% luas permukaan bumi merupakan lautan. Mengingat dalam
volume air sebanyak itu terdapat kehidupan, maka lautan merupakan satu-satunya tempat
kehidupan organisme yang paling besar di planet bumi. Akan tetapi, kehidupan organisme
yang misterius di lautan dalam tidak banyak diketahui oleh manusia. Sepertinya tidak ada
tempat yang sedemikian menakjubkan dan semenarik lingkungan dasar laut, baik dalam hal
jumlah, kombinasi warna, bentuk kehidupan, tingkah laku dan keunikan variasi adaptasi pada
masing-masing organisme.
Kolam biota laut yang dibuat oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan
suatu kolam berukuran 40m x 14m x 1m (± 560m3) yang dapat memamerkan dan memper-
tunjukan keindahan bentuk, warna dan keunikan serta tingkah laku berbagai macam biota
laut. Kolam biota laut merupakan suatu potongan ekosistem kecil yang diadaptasi dari
lingkungan alam yang sebenarnya dengan suatu pendekatan tertentu yang memungkinkan
organisme dapat hidup. Kolam biota laut didesain semirip mungkin dengan suasana laut lepas
sebenarnya yang menampilkan keanekaragaman kehidupan biota laut. Keanekaragaman jenis
biota laut, misalnya: terumbu karang, berbagai jenis ikan dan udang, dengan berbagai karakter
seperti warna, sifat, habitat dan perilakunya dapat dinikmati ekowisatawan sebagai sarana
rekreasi sekaligus menambah pengetahuan tentang dunia bawah laut.
67
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Sampai dengan akhir Juli 2015, tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan telah
menyelesaikan 50% pekerjaan pembangunan kolam biota laut. Pemasangan terpal plastik
berbahan dasar HDPE (high density poliester ethylene) berdimensi 23m x 47m telah
dilakukan. Penguatan tanggul dengan pengecoran telah dilakukan pada ketiga sisi (baru 80%
pekerjaan) sedangkan sisi sebelah barat akan segera dibangun (gbr. 6.2). Langkah selanjutnya
yang akan dilakukan adalah membuat ekosistem biota laut

Gambar 6.2 Pembuatan kolam biota laut

68
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan habitat dan populasi penyu serta
masyarakat akan saling berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain pengetahuan
mengenai penyu itu sendiri. Informasi mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku,
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting dalam mengembangkan strategi pengelo-
laan konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan.
Kegiatan ini merupakan tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan pengelolaan
konservasi penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur.
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan kawasan
konservasi penyu diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara seluas 10 ha untuk pe-
ngembangan kawasan (Perdes No.7 Tahun 2012). Salah satu alasan penyerahan lahan menjadi
kawasan konservasi penyu yaitu karena Pantai Taman memiliki organisme spesifik atau
endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni penyu sehingga dalam keberlanjutannya
sangat perlu untuk dikonservasi.
Kawasan konservasi penyu mempunyai peranan yang sangat penting baik secara
ekologis, ekonomis dan sosial budaya, sehingga pengelolaannya bisa menjadi prioritas utama.
Tujuan dibentuknya kawasan konservasi penyu adalah untuk melindungi seluruh sistem
sosial-ekologi, meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat lokal dan mengembangkan
ekowisata dengan mendorong pelestarian keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan
konservasi penyu yang efektif tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati tetapi juga
akan mendukung pengelolaan pesisir berkelanjutan dan peningkatan ekonomi melalui
aktivitas ekowisata.
Kawasan konservasi dan ekowisata merupakan satu kesatuan yang saling mendukung
di mana konsep dari pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan kawasan
konservasi penyu. Ekowisata yang dijalankan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan strategi dalam pengembangan kawasan konservasi penyu
berbasis masyarakat, di mana keduanya merupakan simbiosis mutualisme. Ekowisata
memerlukan kawasan konservasi penyu dan sebaliknya kawasan konservasi memerlukan
ekowisata.

69
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

7.2 Saran
Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan
usia puluhan tahun untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun). Oleh karena itu
tindak konservasi penyu di lokasi penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat untuk
dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan di stasiun penangkaran penyu untuk
kebutuhan pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu diperhatikan kebersihan air
laut pada kolam (tukik, karantina dan pembesaran) dan dilakukan upaya penanggulangan
penyakit dan parasit yang biasa hinggap di penyu.
Upaya konservasi oleh Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata
(KMKPW) “Taman Ria” hendaknya tidak dimaknai konservasi sumberdaya dan perlindungan
semata, namun secara seimbang melaksanakan upaya pelestarian dan pemanfaatan
berkelanjutan terhadap sumberdaya penyu. Untuk itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan
meliputi: (1) Monitoring kepada setiap penyu yang mendarat di lokasi-lokasi peneluran yang
berada pada wilayah pemantauannya, antara lain: jenis dan jumlah penyu yang mendarat,
jumlah penyu yang bertelur, jumlah telur setiap penyu, dimensi telur penyu, panjang dan
bobot, dan sebagainya. Hasil monitoring harus terdokumentasikan dan dicatat dalam form
monitoring dan (2) Melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan
konservasi penyu secara berkesinambungan untuk bisa mengukur kecenderungan populasi
penyu yang mendarat dan bertelur dan populasi penyu di penangkaran dari tahun ke tahun.
Pantai Taman di Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan merupakan KWU baru yang
ditetapkan sebagai kawasan ekowisata. Keindahan alam sebagai modal utama atraksi wisata
belum diimbangi dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan dengan terlihatnya sampah
yang berserakan. Pengelola ekowisata hendaknya menyediakan fasilitas tempah sampah di
beberapa lokasi favorit ekowisatawan berada. Di samping itu, pengelola ekowisata juga bisa
memberikan pengertian agar ekowisatawan juga bisa ikut menjaga kebersihan.
Pada masa-masa liburan di mana terlihat ekowisatawan banyak berkunjung ke lokasi,
belum ada pengelolaan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan ODTW. Beberapa
fasilitas yang perlu diperbaiki adalah (1) Luas lahan parkir yang cukup, (2) Jumlah gazebo
untuk istirahat wisatawan ditambah, dan (3) Penataan lahan bagi usaha jasa makanan dan
minuman. Di masing-masing tempat harusnya dilengkapi dengan papan interpretasi tentang
konservasi penyu, ekologi hutan mangrove, papan himbauan, papan larangan, dan sebagainya.
Ekowisatawan terlihat kurang interaksi dengan atraksi wisata karena ketiadaan pemandu.

70
DAFTAR PUSTAKA

1. Lembaran Negara Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia No.


9 tentang Kepariwisataan.
2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Kecamatan Ngadirojo dalam Angka
2012, Nomor Katalog: 1102001.3501110
3. Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 11 Tahun 2011;
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan.
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2011, Profil Potensi Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pacitan.
6. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, Pacitan dalam Angka 2012, ISSN:
0215.5710, Katalog BPS : 1102001.3501.
7. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Timur.
8. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009, Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Berbasis Masyarakat. Didownload dari http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/
wwf.indonesia.pdf.
9. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K. Moosa, 1997, The Ecology of the
Indonesian Seas I di dalam The Ecology of Indonesian Series Vol. VII, Periplus
Edition (HK) Ltd.: xiv + 1-642.

71
LAMPIRAN

Lampiran I Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul


Lampiran II Peta Lokasi Wilayah
Lampiran III Peraturan Desa Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Kawasan
Ekowisata Pantai Taman

72
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19671219 199103 1 003
5 NIDN 19126702
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 19 Desember 1967
7 e-mail wisatakampuspslkumm@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0811360190
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Botani Tumbuhan Tinggi
2. Kewirausahaan Dasar
3. Ekologi Hewan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
2012 Identifikasi Pteridophyta sebagai Database Mandiri 10
1
Tumbuhan Jawa
2011 Inovasi Pengajaran Matakuliah Tumbuhan Program 7
2
merubah Paradigma Konsep menjadi Aplikasi Diabermutu
3 2010 Identifikasi Sumber Air Database di Kota Batu UMM 5
4 2009 Distribusi Produk dari Penyu di Pasar-Pasar di UMM 7
Banyuwangi sebagai Basis Penetapan Strategi
Konservasi
5 2008 Identifikasi Penyu sebagai Penetapan Program UMM 7
Konservasi Habitatnya di Pantai Selatan Jawa
Timur
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

73
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Pengembangan Ekowisata Pantai Ngadirojo PSLK & 50
Kabupaten Pacitan Masyarakat
3 2011 Konservasi Penyu Pada Masyarakat Desa PSLK & 50
Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kabupaten Pacitan Masyarakat
4 2010 Pendidikan Lingkungan di Sekolah Melalui PSLK & 35
Wisata Kampus UMM Sekolah
5 2009 Pendampingan Pendidikan Lingkungan Hidup Di 5
UMM
SDN Dinoyo 2 Malang
6 2008 Pendampingan SMA Negeri 9 Malang dalam 5
UMM
program Adiwiyata
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Mitigasi Global Warming Adapatasi dan Mitigasi Climate Change, 2010, UMM
KLH - UMM 2010, kerjasama KLH dengan PSLK UMM
2 Go Green FISIP UMM Pola Hidup Ramah Lingkungan, sebagai 2010, UMM
Antisipasi Climate Change, 2010, FISIP
UMM
3 Seminar Nasional di UM Pengembangan Kampus Universitas 2009, UMM
Malang, 2009 Muhammadiyah Malang sebagai Kawasan
Wisata Pendidikan Lingkungan, Seminar
Nasional di UM Malang, 2009
4 Seminar Nasional BKPSL Mitigasi Global Warming melalui 2007, Bali
dalam rangka Paralel Event Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan
UNFCCC di Bali Berkelanjutan, Seminar Nasional BKPSL
dalam rangka Paralel Event UNFCCC di
Bali, 2007
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
74
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 Perumusan Perda Lingkungan Kota Batu 2011 Kota Batu
2 Pembuatan Wisata Kampus UMM 2012 UMM Bagus
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 3 Agustus 2015


Ketua Tim Pengusul,

Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes

75
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota I Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19700415 200212 1 002
5 NIDN 0015047002
6 Tempat dan Tanggal Lahir Bangkalan, 15 April 1970
7 e-mail muhibzain@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 08123317612
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 45 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang; S3= –
orang.
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Peralatan Pemindah Bahan
2. Kekuatan Bahan
3. Elemen Mesin
4. Teknologi Bahan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Institut Teknologi
Tinggi Sepuluh Nopember
Bidang Ilmu Teknik Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1989 – 1994 2005 – 2010
Judul Skripsi/Tesis/ Perencanaan Provision Simulasi Karakteristik
Disertasi Refrigeration Plant Perpindahan Panas dan
pada Kapal Caraka Massa pada Pengeri-
Jaya Niaga III 3650 ngan Paper Web di
DWT Dryer Section
Nama Pembimbing/ Ir. I Made Gunadiarta Dr. Eng. Ir. Prabowo,
Promotor Ir. Djoko Sutikno, M.Eng.
M.Eng
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Analisis Kekuatan Bahan dan Termal pada PHB 45
s/d Kerusakan Furnace Water Walls Boiler dan
2011 Kegagalan Proses Pembakaran di Circofluidized
Bed Boiler melalui pemodelan Numerik Berbasis
Computational Fluid Dynamic
2 2010 Analisis Termal Konsumsi Bahan Bakar pada Polinema 3
Circulating Fluidized Bed Boiler Menggunakan
Batubara Tingkat Rendah sebagai Alternatif
Konservasi Energi
3 2009 Perencanaan Rekayasa Permesinan – Teori dan Kompetensi 100
Aplikasi Berbasis Komputer dengan Pendekatan Dikti
Struktur (Structured Approach)

76
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

4 2008 Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan PDM 10


Perpindahan Massa pada Pengeringan Kertas di
Dryer Section dari Mesin Kertas
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1 2013 IbW Kecamatan Banyuputih Kabupaten DIKTI 100
Situbondo
1 2012 Bimbingan dan Pembuatan Sarana Penerangan DIPA 3
Jalan di Kel. Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Polinema
Malang
2 2011 Pelatihan Metode Pembelajaran Berbantuan DIPA 3
Komputer bagi Para Guru Taman Pendidikan Al- Polinema
Qur’an dan Pondok Pesantren di Merjosari Kota
Malang
3 2010 Pembuatan Dapur Pemanas dan Penyuluhan DIPA 3
tentang Teknik Produksi Guna Meningkatkan Polinema
Kualitas Produk pada Pengrajin Pande Besi
4 2009 Pelatihan Siswa SMK dalam Bidang Refrigerasi DIPA 3
(AC) di Bengkel Otomotif Jurusan Teknik Mesin Polinema
Polinema
5 2008 Pelatihan Penggunaan Carman Scan dan Service DIPA 3
AC pada Mobil bagi Siswa CC Glagah Bwi Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Analisis Kesetimbangan kalor pada CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Menggunakan beberapa Jenis Batubara 2012
ISSN: 2003-
3126
2 Pengaruh Suhu Bahan Bakar terhadap Hasil Uji Emisi PROPOLTEK Vol. 1, Des.
Gas Buang pada Motor Bensin 2012
ISSN: 2089-
2144
3 Analisis Kerusakan Furnace Water Walls di CFB Boiler PROPOLTEK Vol. 1, Des.
dengan Pemodelan Numerik Berbasis CFD 2011
ISSN: 2089-
2122
4. Pemodelan Dinamik Perpindahan Panas dan Massa pada Jurnal Ilmu- Vol. 3, no. 7
Pengeringan Kertas di Dryer Section dari Mesin Kertas Ilmu Teknik Oktober 2008
(Engineering) ISSN 1410-
4121
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 International Seminar of Constructing Shear Forces and Bending 8 Sept 2012,

77
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

‘Sang Guru’ Moments in Beams by Using Mathcad Unesa


th
2 8 Basic Science National Simulasi Karakteristik Perpindahan Panas 21 Peb 2011,
Seminar, dan Massa pada Pengeringan Paper Web di UB
Dryer Section
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Kekuatan Bahan, ISBN: 978-979-29-0438-3 2008 270 ANDI Offset
2 Mesin Pemindah Bahan, ISBN: 978-979-29-1423- 2010 268 ANDI Offset
8
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 3 Agustus 2015


Anggota Tim Pengusul,

Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T.

78
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota II Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Guru Besar
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 19630326 1990022001
5 NIDN 0026036301
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pacitan, 26 Maret 1963
7 e-mail rahayuhartini@yahoo.co.id
8 Nomor Telepon/HP 081233746640
9 Alamat Kantor Prodi Magister Ilmu Hukum DPPs UMM,
Jl. Bandung No 1, Malang 65113
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 551253 / (0341) 562124
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 250 orang ; S-2 = 15 orang; S3=
– orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Hukum Perdata (FH)
2. Hukum Dagang (FH)
3. Hukum Kepailitan (FH)
4.Hukum Pengangkutan (FH)
5. Hukum Surat Berharga dan Pasar Modal (FH)
6. Hukum Asuransi (FH)
7. Hukum Perlindungan Konsumen (FH)
8. Hukum Lembaga Pembiayaan (FH)
9. Hukum Perdata-Dagang (FE)

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan UGM, Yogyakarta UMM, Malang UNAIR, Surabaya
Tinggi
Bidang Ilmu Hukum Sosiologi Hukum
Tahun Masuk-Lulus 1982 - 1988 1994 -1998 2007-2010
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Inpres No. 4 Peranan Kehadiran Kepailitan Badan
Disertasi Th. 1988 terhadap Ke- Pihak Ketiga (PIL/ Usaha Milik Negara
lancaran Lalulintas WIL) terhadap Perce- (BUMN) Persero
Barang Ekspor di Pela- raian (Studi Kasus)
buhan Tanjung Priok Perceraian di Penga-
dilan Agama Malang
Nama Pembimbing/ 1. Wiwoho Sujono, 1.Prof. Dr. H. M. Zaini Promotor :
Promotor S.H., Hasan, M.Sc., Prof. Dr. H. M.
2. Sri Anggraini 2. Drs. H. Ahmad Zaidun, S.H., M.S.
Hijrahningsih, S.H. Habib, MA. Ko-promotor :
1. Prof. Dr. H. Basuki
Rekso Wibowo,
SH., M.S.,
2. Dr. M. Hadi
Subhan, S.H., CN.,
M.H.

79
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1. 2012 Aspek Hukum Kerugian BUMN Persero Dalam PDK,
Pengelolaan Keuangan Negara (Ketua peneliti, DP2M, 10
dalam proses) UMM

2. 2011 Aspek Hukum Kepailitan BUMN Persero Dalam Block


Perspektif Hukum Keuangan Negara (Ketua Grand, FH 3
Peneliti), (Penelitian Block Grand, FH UMM), UMM
2011.
3. 2010 Rekonstruksi Hukum Kepailitan dengan Klausul
Arbitrase Berbasis “Pacta Sunt Servanda” dalam Fundamental 36
Penyelesaian Sengketa Pailit sebagai Upaya Dikti
Pembaharuan Hukum yang Berkeadilan
4 2009 Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi Sya-riah
Menurut UU No. 3 Tahun 2006 melalui Fundamental 36
Pengadilan Agama Berbasis Kemaslahatan se- Dikti
bagai Upaya Menegakkan Sistem Syariah di
Malang Raya
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Memberikan Advokasi Hukum bersama FH UMM 0,5
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum melalui
POSBAKUM di Pengadilan Agama Kabupaten
Malang,
3 2011 Penyuluhan Hukum melalui Obrolan Seputar FH UMM 1,5
Hukum sebagai Bentuk Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat, dengan Tema : Hak Atas
Kekayaan Intelektual”, di Radio Suara
Pendidikan, Jombang.
4 2010 Penyuluhan Hukum di Radio Sentral Lumajang Radio 0,3
dengan Tema: “Perlindungan Hukum Harta Benda Sentral
Wakaf” Lumajang
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Model Penyelesaian Kasus Kepailitan Dengan Klausul Amanna Vol. 16, No. 2,
Arbitrase (Sebuah Resolusi Konflik Dualisme Hukum Gappa, FH Juni 2008
Kepailitan Dan Arbitrase di Indonesia) Unhas, ISSN:
0853-1609,
2 Kajian Kritis Terhadap UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Jurnal Legality, Vol 11, Nomor
Yayasan ISSN: 0854- :1, Maret-Agst

80
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

6509, No 2003
3 Aspek Hukum Keperdataan E-Commerce Jurnal Ilmiah Vol 11, Nomor
Hukum 2, September
Legality, ISSN: 2003-Feb 2003
0854-6509
4 Penguatan Peran Dan Kedudukan Perempuan Dalam Jurnal Ilmiah Vol 13, Nomor
Sektor Publik (Studi Kasus TKW di Malang) Hukum Legali- 2, Sept 2005-
ty, ISSN: 0854- Feb 2006
6509
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Lokakarya Pengayaan Penyelesaian Sengketa Bidang Ekonomi 22-23 Feb
Proposal Penelitian Syariah Menurut UU No. 3 Tahun 2006 2008, Lemlit
Fundamental, Lemlit melalui Pengadilan Agama Berbasis UMM
UMM Kemaslahatan sebagai Upaya Menegakkan
Sistem Syariah di Malang Raya
2 Seminar Nasional Hasil “Peningkatan Peranan Peneliti dalam 19-20 Agustus
Penelitian 2008 Mengatasi Masalah-Masalah Sosial, 2008, LPM
Ekonomi, Teknologi dan Hankam Akibat Universitas
Kenaikan Harga Minyak Dunia” Djuanda
(UNIDA),
Bogor
3 Two Days International Women in Public Sector 16-17 July
Conference on Women in 2008, Center
Public Sector for Women
Studies (PSW)
– UGM,
Yogyakarta,
Indonesia,
4 International Conference Perempuan dan Politik (dalam Perspektif January,24,
“Gender and Politic Hukum Indonesia) 2009, PSW
UGM, Yogya-
karta.
5 International Conference Contemporary Roles And Challenges 1-3 Juni 2009,
On Corporate Law 2009 FH UNAIR ,
(ICCL 2009) UUM,
Malaysia
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 Seri Unsur-unsur Penyusun Bangunan Negara 2012 172 Universitas
Hukum: Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Indonesia (Penegakan Hak Buruh Dalam Pustaka
Kepailitan), ISBN : 978-979-3740-94-7 Larasan
(Kumpulan Penulis BBLR, Bidang Hukum
Perburuhan)
2 Harmonisasi Konsep Keuangan Negara Terhadap 2011 116 Citra Mentari,
Kepailitan BUMN Persero Demi Menjamin Malang
Kepastian Hukum , ISBN: 978979829986
3 Model Teoritik Pengembangan Studi Penyelesaian 2010 160 Citra Mentari,

81
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Konflik Kompetensi (Pengadilan Niaga versus Malang


BANI), ISBN: 978-979-98299-6-2978-2
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Pendafataran hak cipta atas karya buku dengan 2008 Sertifikat 045343
judul : Hukum Pengangkutan: Pengangkutan Pendaftar
Melalui Darat Jalan Umum, Kereta Api, Melalui an Hak
Laut dan Udara, ISBN: 979- 796-038-2 Cipta
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5
Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 Piagam Tanda Kehormatan Presiden Republik Negara – Presiden RI Nasional
Indonesia ”TANDA KEHORMATAN
SATYALANCANA KARYA SATYA XX
TAHUN”, dari Presiden RI, Keppres RI No. 62/TK/
Tahun 2012, Tgl 6 Agustus 2012.
2 Dosen Berprestasi Pemenang 1 (satu) Tingkat KOPERTIS Wil. VII, Regional
Kopertis VII, Mei 2012, Piagam Penghargaan dari Jatim
Kementrian Pendiddikan dan Kebudayaan
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII
Jawa Timur, SK Koordinator Kopertis Wilayah VII
Jawa Timur Nomor: 072/K7/KP/SK/2012, Tanggal
8 Mei 2012
3 Dosen Berprestasi Tingkat Nasional 2012, sebagai Kementrian Pendidikan Nasional
FINALIS, 13-16 Juli 2012, Sertifikat Kementrian RI
Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).
Malang, 3 Agustus 2015
Anggota Tim Pengusul,

Prof. Dr. Rahayu Hartini, S.H., M.Si., M.Hum.

82
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota III Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Amir Syarifuddin, M.P.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195810041990031001
5 NIDN 0010045803
6 Tempat dan Tanggal Lahir Cubadak Air, 10 April 1958
7 e-mail amir@umm.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 08125241751
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) (0341) 464318-319, psw. 164-165 / (0341) 460782
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = – orang, S-1= 1071 orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Dendrologi
2. Ekologi Hutan
3. Fisiologi Pohon
4. Agroforestry

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Andalas UGM
Tinggi
Bidang Ilmu Biologi Kehutanan
Tahun Masuk-Lulus 1982 – 1988 2000 – 2003
Judul Skripsi/Tesis/ Pengaruh Dosis Bach- Pengaruh Dosis Pupuk
Disertasi terium Japonicum ter- Urea & Jarak Tanam
hadap Pertumbuhan & terhadap Pertumbuhan
Produksi Kacang dan Fenologi Tanaman
Hijau Gamal (Gliricidea
sepium)
Nama Pembimbing/ Drs. Judahar Harun Prof.DR. Soehardi,
Promotor M.Sc.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2010 Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam P2I DPPM, 10
Resort Trisula Taman Nasional Bromo Tengger UMM
Semeru (TNBTS)
2 2009 Analisa vegetasi hutan alam Taman Nasional P2I DPPM, 6
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Jawa Timur UMM
3 2008 Analisa Hutan Alam Taman Nasional Bali Barat, P2I DPPM, 6
Bali UMM
4 2009 Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Efektif 4 P2I DPPM, 6
(EM4) terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahoni UMM
5 2008 Pemanfaatan Berbagai Konsentrasi Asam Sulfat PBI DPP, 5
(H2SO4) Dan Komposisi Blotong sebagai Media UMM
Tumbuh Tanaman Jati (Tekona grandis Linn. F)
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

83
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100
Ngadirojo Kabupaten Pacitan
2 2012 Pembinaan Siswa SMA Kota Batu melalui Yayasan 10
Progam Posdaya kerjasama Yayasan Damandiri Damandiri
3 2011 Pembinaan Masyarakat Desa melalui Program DPPM
Kewirausahaan Desa di Desa Torongrejo UMM
Kecamatan Bumiaji Kota Batu
4 2010 Pendampingan serta Penyuluhan Beternak Sapi DPPM 10
Perah kerjasama dengan Bank Indonesia Cabang UMM, BI
Malang di Kecamatan Ngantang Kab. Malang. Malang
5 2009 Pendamping Pelaksanaa Pemberantasan Buta DPPM 2,5
Aksara di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kab. UMM
Malang
6 2008 Penyuluhan dan pelatihan Pembuatan Pupuk DPPM 2,5
Organik serta Pembuatan Pupuk Organik Cair di UMM
Kecamatan Pare Kab. Kediri
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 – – –
2 – – –
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Seminar Hasil Program Peserta 2009, UMM
Pemberdayaan Masyarakat
2 Seminar Pengayaan Penuli- Peserta 2009, UMM
san Proposal Pengabdian
DIKTI
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –

84
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5


Tahun terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 – – –
2 – – –

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 3 Agustus 2015


Anggota Tim Pengusul,

Drs. Amir Syarifuddin, MP.

85
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Anggota IV Tim Pengusul


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ir. Tundung Subali Patma, M.T.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Pembina Tk. I/
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 195904241988031002
5 NIDN 0024045906
6 Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 24 April 1959
7 e-mail subalipatma@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 081233943399
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9, PO. Box 04 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) Telp. (0341) 404424 psw. 1019 / (0341) 404420
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 250 orang, S-1= – orang ; S-2 = – orang;
S3= – orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Rangkaian Listrik
2. Instrumen Elekronika

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas ITB
Tinggi Brawijaya
Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 1980 – 1986 1995 – 1998
Judul Skripsi/Tesis/ Apilkasi Rangkaian Analisis Harmonisa-si
Disertasi Terpadu 7441 sebagai pada Penyearah
Pengendali Papan Data Terkendali Satu Fasa
Nama Pembimbing/ Ir. Moh. Anwar Prof. M. Soelaiman,
Promotor Ir. M. Julius, MS. M.Sc.
Dr. Ir. Pekik
Argodarmo
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2011 Pengembangan dan Penerapan Teknologi Lampu DIPA 3
Taman dengan Sumber Daya Solar Cell dan Polinema
Baterai Lingkungan Penerangan Taman Rumah
Tangga
2 2010 Desain dan Rancangan Sistem Kontrol Distribusi DIPA 3
Air pada Sumur Bor di Industri Pengolahan Polinema
Limbah Plastik Harapan Jaya Malang
3 2009 Implementasi RFID pada Kartu Prabayar DIPA 3
Berlangganan Kereta Api Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan


Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2014 IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Dikti 100

86
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Ngadirojo Kabupaten Pacitan


2 2009 Pelatihan Pengoperasian Pengatur Putaran DIPA 3
Generator pada PLTMH Jatiroto Polinema
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Desain Sistem Eksitasi Generator Sinkron Jurnal Eltek 2009
2 Pengaruh Tegangan DC Masukan Inverter terhadap Jurnal Eltek 2010
Rugi-Rugi Elektromagnetik pada Pengontrolan Motor
Induksi
3 Analisis Pengaruh Induktor Resistor dan Kapasitor Jurnal Eltek 2012
Terhubung Seri pada Sisi Luaran Inverter Satu Fasa
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmian/ Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Seminar Tempat
1 Seminar Nasional SENTIA Pemicuan Sudut Fasa untuk Mengatur Daya 2012, Polinema
Heater Berbasis AVR Atmega8
2 Seminar dan Lokakarya Inovasi Pembelajaran Bahasa 2012, Polinema
Nasional
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1 – – – –
2 – – – –
H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 – – – –
2 – – – –
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon


Lainnya yang Telah diterapkan Penerapan Masyarakat
1 – – – –
2 – – – –
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi atau Institusi
Lainnya)
Institusi Pemberi Jenis
No. Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 Satya Lencana Karya Satya Negara – Presiden RI Nasional

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
87
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Ipteks bagi Wilayah (IbW).

Malang, 3 Agustus 2015


Anggota Tim Pengusul,

Ir. Tundung Subali Patma, M.T.

88
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi Wilayah

Peta Kecamatan Ngadirojo

Lokasi Wilayah IbW : Desa Hadiwarno dan Sidomulyo


Lokasi Konservasi : Pantai Taman, Desa Hadiwarno
Lokasi Ekowisata : Semenanjung Sidomulyo, Desa Sidomulyo

89
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

LAMPIRAN 3

PERATURAN DESA No. 1 tahun 2015


tentang
Penetapan Kawasan Ekowisata Pantai Taman

90
PERATURAN DESA
Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
Sekretariat : Ds. Hadiwarno Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan

Nomor 01 Tahun 2015


Tentang :
Penetapan Kawasan Ekowisata Pantai Taman
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Kepala Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Menimbang :
a. Bahwa kawasan konservasi penyu Pantai Taman Desa Hadiwarno merupakan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan bagian dari sumber daya alam yang menjadi
kekayaan alam Indonesia, di mana untuk menjaga, melestarikan dan menjamin
kelangsungan hidup kehidupan sumber daya alam dan masyarakat sekitar batasan kawasan
konservasi perlu pemahaman dan partisipasi semua pihak secara individu, keluarga,
masyarakat dan negara;
b. Bahwa sumber daya alam kawasan konservasi penyu Pantai Taman Desa Hadiwarno
merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Desa Hadiwarno dan sekitarnya secara selaras,
seimbang dan berkelanjutan;
c. Bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan ekosistem akibat fungsi kawasan perlu
dilakukan pengembangan kawasan ekowisata pantai Taman Desa Hadiwarno untuk
menjaga keseimbangan ekosistem pesisir;
d. Bahwa untuk memenuhi maksud sebagaimana pada huruf a, b dan c di atas perlu
ditetapkan Peraturan Desa tentang Kawasan ekowisata Pantai Taman Desa Hadiwarno.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11, tambahan Lembaran Negara Nomor 4966);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingku-
ngan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman

91
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Wisata Alam (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3550);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Nomor 33 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pacitan;
8. Peraturan Desa Hadiwarno Nomor Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penyerahan Lahan
Negara Seluas 10 Ha Untuk Pengembangan Kawasan Konservasi Penyu.
8. Hasil musyawarah masyarakat Desa Hadiwarno tentang Kawasan Ekowisata pantai
Taman.
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA HADIWARNO
dan
KEPALA DESA HADIWARNO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Desa Hadiwarno tentang Kawasan Ekowisata Pantai Taman

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Hadiwarno.
2. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa Hadiwarno.
3. Kepala Desa adalah Kepala Desa Hadiwarno.
4. Daerah adalah Kabupaten Pacitan
4. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Hadiwarno.
5. KMKPW adalah Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata “Taman Ria”
Desa Hadiwarno.
6. Warga masyarakat adalah warga masyarakat Desa Hadiwarno.
7. Kawasan konservasi adalah kawasan konservasi penyu di Pantai Taman Desa Hadiwarno
meliputi habitat pantai peneluran dengan berbagai fasilitas yang dibangun untuk kegiatan
ekowisata dengan tujuan menjaga kelestarian ekosistem pesisir Pantai Taman.
8. Kawasan ekowisata adalah kawasan di Pantai Taman Desa Hadiwarno yang meliputi
pantai, mangrove, sungai dengan segala keragaman hayati yang terkandung di dalamnya
untuk kegiatan ekowisata yang memberdayakan warga masyarakat.
9. Ekowisata adalah bentuk wisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil
terhadap kerusakan alam dan budaya namun mampu menciptakan peluang kerja dan
pendapatan.
10. Ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung
dan/ atau memungkinkan keterlibatan penuh oleh warga masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.

92
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

BAB II
LETAK DAN LUAS KAWASAN
Pasal 2
1. Kawasan Ekowisata Pantai Taman terletak di wilayah Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadi-
rojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
2. Objek Kawasan Ekowisata Pantai Taman terletak pada koodinat 8o15’27,0” LS dan
111o17’51,1” BT dengan luas 10 ha.

BAB III
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN
Pasal 3
1. Perlindungan kawasan ekowisata dilakukan oleh warga masyarakat dan/ atau setiap orang
yang berada di dalam wilayah hukum Desa Hadiwarno.
2. Perlindungan kawasan konservasi dilakukan oleh KMKPW bersama-sama dengan warga
masyarakat dan pihak Perguruan Tinggi.
3. KMKPW bersama-sama dengan warga masyarakat dapat melakukan upaya perlindungan
keberadaan penyu terhadap predator alam dan penyakit serta gangguan akibat ulah
manusia dengan pihak-pihak yang peduli dengan konservasi penyu.

Pasal 4
1. KMKPW dan warga masyarakat dapat melaporkan setiap tindakan yang dapat berakibat
kerusakan dan/ atau perubahan atas salah satu ekosistem kawasan ekowisata atau
komponen pembentuk ekosistem kepada pihak berwenang atau lembaga yang peduli
dengan upaya perlindungan penyu.
2. Pengamanan kawasan ekowisata dilakukan bersama-sama oleh KMKPW dan warga
masyarakat dengan pihak berwenang.

BAB IV
PENGELOLAAN EKOWISATA
Pasal 5
Kawasan ekowisata Pantai Taman dikelola menurut azas dan prinsip kebersamaan,
keterbukaan, kekeluargaan dan kemitraan dengan mengedepankan kepentingan bersama
menurut aturan dan mekanisme sesuai dengann peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6
1. Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata “Taman Ria” disingkat KMKPW
Taman Ria adalah kelompok yang mengelola kawasan konservasi dan ekowisata Desa
Hadiwarno.
2. KMKPW dibentuk pada tanggal dua puluh bulan April tahun dua ribu tiga belas.
3. Pengelolaan kawasan ekowisata dilaksanakan secara bersama-sama antara KMKPW,
warga masyarakat, desa dan daerah.
4. Dalam upaya pengelolaan kawasan ekowisata, KMKPW dapat melakukan kerjasama
dengan pihak-pihak lain melalui kesepakatan bersama yang diatur melalui mekanisme dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

93
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

BAB V
PENGEMBANGAN KAWASAN
Pasal 7
Untuk menjamin azas keadilan, pemerataan dan lestari, maka usaha pemanfaatan kawasan
ekowisata dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kelestarian semua ekosistem
pembentuk kawasan ekowisata sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8
Pembatasan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 diatur dengan ketentuan zonasi sebagai
berikut.
1. Zonasi pemanfaatan, yaitu bagian kawasan ekowisata yang dapat dilakukan kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dan potensinya dalam bentuk kegiatan penelitian,
pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan ekowisata serta fungsi-fungsi lain yang dapat
dikembangkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Zona Pengembangan, yaitu bagian kawasan ekowisata di mana pengembangannya harus
sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi penyu dan ekosistem pendukungnya.
3. Zona penyangga, yaitu lokasi di kawasan ekowisata yang berfungsi sebagai penyangga
zona inti di mana tidak dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan yang
dapat merusak bentang alam.
4. Zona inti, yaitu bagian kawasan ekowisata yang terdiri dari lokasi peneluran alami penyu,
lokasi peneluran semi alami, kolam tukik, kolam karantina dan kolam pembesaran penyu.
Zona inti dapat menerima kunjungan ekowisatawan tapi dengan jumlah terbatas.

Pasal 9
Pengembangan yang dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 adalah sebagai berikut.
1. Zona pemanfaatan adalah kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan ekowisata-
wan dengan tingkat kegiatan terbatas untuk menjaga kelestariaan keanekaragaman hayati.
2. Fasilitas di zona pemanfaatan adalah dua buah flying fox, kolam renang air tawar, kolam
biota laut, kantor konservasi, fasilitas kamar mandi dan toilet, tanggul pengarah arus serta
kawasan budidaya hutan mangrove.
3. Kegiatan di zona pemanfaatan adalah ekowisata, outbond, berenang dan menaiki flying fox.

BAB VI
KEBUDAYAAN DAN ADAT ISTIADAT
Pasal 10
Dalam pelaksanaan kegiatan rekreatif di kawasan ekowisata perlu diselenggarakan upaya
penguatan dan pelestarian seni dan kebudayaan lokal, antara lain fasilitas hunian homestay,
kesenian tradisional, dan perayaan adat.

Pasal 11
Setiap ekowisatawan dan/ atau tamu yang datang untuk singgah wajib menghormati tata cara
dan adat istiadat yang berlaku di kawasan ekowisata

94
IbW Konservasi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

BAB VII
LARANGAN KEGIATAN
Pasal 12
Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di kawasan ekowisata merupakan karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan melalui
kegiatan ekowisata. Seluruh warga masyarakat dan ekowisatawan wajib menjaga dan melesta-
rikan sumber daya alam di kawasan ekowisata. Untuk itu setiap orang dilarang:
1. Melakukan penebangan pohon di kawasan ekowisata tanpa izin tertulis dari KMKPW,
desa dan daerah.
2. Melakukan kegiatan yang berpotensi menyebabkan kebakaran di kawasan ekowisata.
3. Melakukan perburuan dan perdagangan satwa yang dilindungi di kawasan ekowisata.
4. Merusak ekosistem sungai, mangrove dan pantai di kawasan ekowisata.

Pasal 13
Yang dimaksud dengan merusak pada pasal 12 ayat 4 adalah kegiatan yang dilakukan dengan
cara-cara:
1. Menggunakan racun, tuba dan bahan kimia sejenisnya.
2. Menggunakan alat listrik setrum.
3. Menggunakan alat dan/ atau bahan peledak.
4. Menggunakan jaring tarik dengan kerapatan yang sangat kecil.
5. Melakukan penambangan pasir dan bebatuan sungai untuk diperdagangkan.
6. Membuang limbah beracun dan/ atau sampah tanpa mengalami perlakuan sebelumnya.

BAB VIII
SANGSI PELANGGARAN
Pasal 14
1. Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 12, akan diberlakukan
sangsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Apabila terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Diselesaikan melalui musyawarah secara kekeluargaan oleh KMKPW, warga masya-
rakat, desa dan/ atau daerah.
b. Diberikan peringatan tertulis bagi kegiatan yang berdampak berbahaya selama masa
yang lama. Pelaku wajib menandatangani pernyataan tertulis di atas surat bermaterai
seharga Rp 13.000 (tiga belas ribu rupiah) untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.
c. Dikenakan denda untuk kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan/ atau tanpa
mengindahkan mengindahkan peringatan tertulis. Denda berupa uang sebesar maksimal
Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang diserahkan ke kas desa.
d. Dilakukan penyitaan untuk kemudian dimusnahkan atas segala alat dan sarana yang
digunakan.
e. Apabila tidak diindahkan, maka segala permasalah tersebut akan dilimpahkan kepada
pihak berwajib untuk diselesaikan menurut ketentuan hukum perundang-undangan yang
berlaku.

95
IbW Konserv asi dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan desa ini akan diselesaikan menurut ketentuan yang
lebih tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16
Peraturan desa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Desa Hadiwarno


Pada Tanggal 14 Maret 2015

Disetujui Oleh:
Badan Permusyawaratan Desa Kepala Desa Hadiwarno
Desa Hadiwarno

ttd
ttd

Samuji Sugianto

96
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

Pembentukan Kawasan Ekonomi melalui Pengembangan


Ekowisata Berbasis Masyarakat
Wahyu Prihanta1, Amir Syarifuddin 2, Ach. Muhib Zainuri3
1
Pendidikan Biologi, 2Kehutanan, 3 Teknik Mesin
1, 2
Universitas Muhammadiyah Malang, 3Politeknik Negeri Malang
1
wahyuprihanta@gmail.com, 2amir@umm.ac.id, 3muhibzain@gmail.com

Abstrak

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk merancang strategi
pembentukan kawasan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan ekonomi melalui pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Permasalahan
yang dijumpai dalam upaya pembentukan kawasan ekonomi adalah ketiadaan rencana induk pengembangan
pariwisata kawasan ekowisata yang dilandasi tata ruang kawasan, kelembagaan ekowisata yang tidak kondusif dan
kondisi budaya masyarakat yang cenderung subsistem. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
melalui diskusi kelompok fokus, analisis faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan daya tarik wisata
di Pantai Taman. Hal yang sudah dilakukan adalah (1) Penguatan daya tarik wisata yang sudah ada dan (2)
Pembangunan objek wisata baru. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa (1) Para pelaku ekowisata sangat
terbantukan, (2) Kegiatan telah mencapai sasaran yang diinginkan, (2) Pelaku ekowisata memiliki keterampilan
pemasaran produk-produk ekowisata.

Kata-kata kunci : konservasi, ekowisata, ekologi, pemandangan, pantai.

Abstract

The objective of this community services is to design strategy development of economic area in order to
stakeholder economic revenue enhancement at Taman beach, Ngadirojo's district, Pacitan's regency. To achieve the
objective, there are several problems that faced by implementation of ecotourism strategy, that are unavailable
development planning ecoutourism, the weakness of ecotourism institutions and condition of society culture at
tending urban subsystem. The methodology used in this activity are focus group discussion (FGD), investigate the
supporting factors and the resisting factors of ecotourism development in Pacitan. Some actitivities that already
being done (1) Empowerment affinity support existing and (2) Development the new tourism object. The result of
these activities indicate that the ecotourism stakeholders are very interest. The conclusion of these activities are (1)
The activities have succeeded agree with the purpose, (2) The participans have hard skills product marketing skill
in ecotourism.

Keywords : conservation, ecotourism, ecology, scenery, beach.

I. P ENDAHULUAN Dengan demikian sebagai pendorong laju


pembangunan secara berkesinambungan, kepariwisa-
Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan
taan dibebani dua sasaran yaitu sasaran dalam sosio-
oleh Pemerintah Republik Indonesia dewasa ini pada
ekonomi dan sosio-budaya. Sebagai sasaran sosio-
hakikatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan
ekonomi, pariwisata berfungsi sebagai penerimaan
masyarakat baik fisik maupun non fisik. Salah satu
devisa, pemerataan pendapatan masyarakat, dan
aspek pembangunan yang penting adalah pengem-
pemerataan lapangan kerja. Sedangkan sasaran sosio-
bangan dalam bidang ekonomi, di mana kepariwisataan
budaya mendorong terpeliharanya kebudayaan nasional
termasuk salah satu sektor pembangunan yang diharap-
di daerah tujuan wisata baik yang bersifat material
kan dapat menunjang laju pemerataan di bidang
maupun inmaterial, dengan demikian usaha
pengembangan ekonomi Indonesia, melalui berbagai
pembangunan kepariwisataan dan kebudayaan terdapat
aspek yang terkandung di dalamnya seperti penerimaan
devisa, pemerataan pendapatan ekonomi rakyat, kaitan yang kuat satu sama lain.
memperluas kesempatan kerja dan bahkan pariwisata Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Pacitan,
saat ini dibebani pula satu pendekatan ekonomi dengan Provinsi Jawa Timur sebagai bagian integral dari
turut serta mengentaskan kemiskinan (pro poor pembangunan nasional dilaksanakan secara
tourism). [1] berkelanjutan bertujuan untuk turut mewujudkan
peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan
masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan,

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 97
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

teknologi, seni dan budaya (IPTEKSB) serta kaitan antara UU no. 10 tahun 2009 tentang kepariwi-
memperhatikan perkembangan wilayah dan tantangan sataan dengan rencana induk pengembangan kepariwi-
global. Melalui pembangunan kepariwisataan yang satan di tingkatan provinsi ataupun kabupaten/kota.
dilakukan secara komprehensif dan integral dengan
A. Pantai Taman sebagai Lokasi Ekowisata
memanfaatkan kekayaan sumber daya alam, budaya
dan kondisi geografis setempat secara arif dan Pantai Taman sebagai lokasi pengembangan
bijaksana, maka diharapkan akan tercipta kehidupan ekowisata terletak di Desa Hadiwarno. Sifat fisik dari
masyarakat yang sejahtera. wilayah Pantai Selatan Jawa umumnya dan khususnya
Pantai Taman memiliki kontur yang curam. Kondisi
Pembangunan kepariwisataan dengan konsep ekowisata
topografi berupa kombinasi antara dataran rendah
dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
(pantai), bukit dan pegunungan. Pantai taman yang
Ngadirojo, Kab. Pacitan. Atraksi wisata yang telah
terletak di Pantai Selatan Jawa sebagai lokasi peneluran
dilakukan adalah konservasi penyu untuk wisata.
penyu dapat dikatakan termasuk jenis pantai berpasir
Paradigma konservasi modern tidak hanya menekankan
halus. Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran
pada fungsi perlindungan (konservasi), namun juga
sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang
harus menyentuh manfaat ekonomi dan sosial. Untuk
tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut
itu konservasi penyu yang telah dilaksanakan
yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi
dilanjutkan dengan pembangunan kawasan ekowisata
organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pereko-nomian
perairan sangat tinggi di lingkungannya. Faktor fisik
warga di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan.
yang berperan penting mengatur kehidupan di pantai
Tiga poin penting pada pengembangan ekowisata
berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan ombak
berbasis masyarakat di Pantai Taman adalah: (1)
mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat
Melakukan perlindungan penyu sebagai aset wisata; (2)
di pantai. Gerakan ombak di Pantai Taman pada
Pembangunan kawasan ekowisata yang sebagian
umumnya kecil dikarenakan adanya sejumlah palung
hasilnya untuk konservasi; dan (3) Pengembangan
laut. Hal ini ditandai dengan ukuran partikel pasirnya
kawasan ekowisata bersama masyarakat baik
perencanaan, pelaksanaan, modal dan sharing hasil yang halus.
sehingga masyarakat akan ikut berkembang secara Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang
ekonomi dan sosial, selanjutnya akan merasa ikut hidup pada pantai berpasir halus adalah pada
memiliki sehingga semakin kuat kesadaran terhadap penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang
konservasi flora dan fauna untuk kegiatan ekowisata. halus mempunyai retensi air yang mampu menampung
Salah satu faktor yang mendukung pengembangan lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme
ekowisata Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula
Ngadirojo, Kab. Pacitan adalah dengan adanya mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil
pengembangan Jalur Lintas Selatan - JLS (Banyuwangi menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat
hingga Yogyakarta) merupakan jalur wisatawan Bali ke akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. Karena
Yogyakarta. Jika kegiatan ekowisata di Pantai Taman, kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus
Kec. Ngadirojo terealisasi, akan menjadi embrio menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme yang
kawsan wisata unggulan (KWU) baru di Kab. Pacitan. mempunyai kemampuan untuk menetap secara
permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai
II. SUMBER INSPIRASI seperti terlihat tandus.
Pembangunan pariwisata diharapkan akan mampu Adanya spesies penyu yang mendiami Pantai
mendorong pembangunan daerah yang diarahkan pada Taman karena masih seimbangnya rantai makanan.
peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu kawasan Mulai dari adanya padang lamun sebagai penyedia
dengan cara mengurangi kesenjangan antar wilayah makanan kemudian detritus, sampai penyu hijau
serta mendorong pemanfaatan potensi dan kapasitas sebagai konsumen utama. Meskipun letak padang
masing-masing daerah dalam kerangka Negara lamun di Pantai Taman tidak berdekatan dikarenakan
Kesatuan Republik Indonesia yang dapat membangun kontur pantai yang curam tetapi suplai makanan untuk
Pariwisata nusantara dalam memupuk persatuan dan penyu hijau terpenuhi. Hal ini dibuktikan dengan masih
cinta tanah air. Pembangunan pariwisata memerlukan adanya penyu yang bertelur di daerah ini. Hal ini
konsep dan strategi yang jelas. Dalam Undang-Undang didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya mendarat
no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 8, di pantai yang berpasir halus kaya akan nutrient untuk
perencanaan pengembangan kepariwisataan dapat tempat menetaskan telurnya. Keadaan ini kemudian
diatur melalui rencana induk pembangunan kepariwi- didukung oleh kondisi pantai yang berhubungan
sataan.[2] Dalam pasal 8 tersebut dijelaskan bahwa langsung dengan Samudera Hindia yang memudahkan
pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan penyu bermigrasi.
rencana induk pembangunan kepariwisataan yang Ke depan, keberadaan pantai Taman di Desa
terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan Hadiwarno, Kec. Ngadirojo bisa memberi kontribusi
nasional (RIPPNAS), rencana induk pembangunan nyata bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi
kepariwisataan provinsi (RIPPDA Provinsi), dan lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui: (1) Potensi
rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/ sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan,
kota (RIPPDA Kabupaten/Kota). Artinya, ada keter- dan sektor UMKM sebagai pelaku usaha bisa secara

98 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

optimal disinergikan dengan pengembangan wisata; (2) penyu (nesting site) dari segala macam gangguan
Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat agar penyu dapat berkembang biak dengan baik.
lokal sebagai produsen dengan wisatawan sebagai Konservasi berarti pemanfaatan keanekaragaman
konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, flora dan fauna tidak merusak sumber daya alam itu
bisa diwujudkan; (3) Tiga pelaku dalam industri sendiri, tidak menimbulkan dampak negatif dan
pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan ramah lingkungan. Pendidikan bertujuan
masyarakat lokal dapat segera diintegrasikan secara meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah
maksimal dalam industri pariwisata; (4) Pemanfaatan perilaku masyarakat tentang perlunya upaya
TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan konservasi sumber daya alam hayati dan
kesatuan nilai berwisata bagi wisatawan yang konservasinya.
terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan
alam dan upaya melestarikannya; dan (5) Adanya
sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada
kawasan konservasi yang akan diusulkan pada kawasan
Pantai Taman, Desa Hadiwarno.
B. Wahana Penunjang Ekowisata
Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor
yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan
pembangunan, membuka lapangan usaha baru, mem-
buka lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapa-
tan masyarakat serta pendapatan asli daerah apabila
dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pantai
Taman yang terletak di Desa Hadiwarno, Kec.
Ngadirojo berjarak ± 25 km dari pusat kota Pacitan Gambar 1. Tempat penetasan telur (hatcheries)
dengan jalan yang sudah beraspal halus. Akses menuju
lokasi dipermudah dengan adanya jalan transportasi JLS
sehingga memudahkan wisatawan berkunjung ke lokasi
objek wisata ini. Pantai Taman memiliki daya tarik
sendiri yaitu adanya lokasi konservasi penyu,
pemandangan alam yang mempesona, gugusan tebing
dan deburan ombak. Di sepanjang Pantai Taman dapat
dilakukan kegiatan pemancingan ikan karena jumlahnya
yang berlimpah karena adanya sungai Lorok yang
bermuara ke Pantai Taman. Gambar 2. Kolam pembesaran tukik dan
Untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi pelepasan tukik ke laut oleh wisatawan
selain makna perlidungan, maka telah dibangun
beberapa wahana wisata di kawasan konservasi.
Wahana yang sudah dibangun untuk menunjang
kegiatan konservasi adalah sebagai berikut.
o Tempat penetasan telur (hatcheries)
Tempat penetasan telur (hatcheries) dibangun di
lokasi supratidal (gbr. 1). Hal ini dilakukan untuk
menghindari sapuan (flushing) air laut pada siklus
hari-hari bulan mati atau bulan purnama agar suhu
sarang buatan tetap stabil. Di sini pengunjung dapat
belajar faktor penentu keberhasilan penetasan telur
penyu.
o Kolam pembesaran tukik.
Kolam pembesaran tukik digunakan untuk tukik
yang masih lemah karena pada saat di laut tukik
akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus
laut sehingga dapat dengan mudah dimangsa oleh Gambar 3. Kolam pembesaran penyu
predator. Di sini pengunjung dapat mengetahui o Fasilitas penunjang wisata.
model penyelamatan tukik melalui kegiatan Untuk keberlanjutan program konservasi sehingga
budidaya dalam kolam pembesaran tukik. bermanfaat secara sosial dan ekonomi, maka telah
o Kolam pembesaran penyu. dibangun beberapa wahana menuju terciptanya
Kolam pembesaran penyu bertujuan konservasi dan
kawasan ekowisata. Wahana wisata penunjang
pendidikan bagi pengunjung (gbr. 3) untuk
mengetahui model perlindungan habitat peneluran konservasi tersebut meliputi: (1) Fasilitas kantor

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 99
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

konservasi, (2) Kolam renang air tawar, (3) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.[7]
Arboretum plasmanutfah tumbuhan langka Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa
Indonesia, (4) Flying fox terpanjang nasional 467 Timur menjadi kerangka dalam menyusun visi, misi,
meter, dan (5) kemudahan akses jalan ke lokasi. tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan
strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa
Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) Kab. Timur, baik secara umum maupun khusus di kawasan
Pacitan memiliki karakter spesifik yang merupakan wisata unggulan kabupaten/kota. Visi pengembangan
perpaduan antara unsur kesamaan tema, kemudahan pariwisata Jawa Timur adalah “Terwujudnya pariwisata
pencapaian/ rute, kedekatan jarak, serta kedekatan Jawa Timur yang mengangkat harkat dan martabat,
terhadap pusat pelayanan. Pembagian KPP di Kab. serta meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya dan
Pacitan secara spesifik didasarkan pada beberapa ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang
kondisi sebagai berikut.
berkelanjutan”. [3]
(1) Kedudukan dan sebaran objek wisata;
Adapun misi pengembangan pariwisata Provinsi
(2) Sebaran aksesibilitas pendukung yang merata antara
Jawa Timur adalah:
kecamatan; o Menyebarluaskan implementasi pengembangan
(3) Sebaran fasilitas pelayanan yang bervariasi antar pariwisata yang berkelanjutan melalui konservasi,
wilayah kecamatan; preservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan
(4) Posisi geografis dan potensi wilayah kecamatan budaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang dapat berfungsi sebagai gerbang dari wilayah hidup Jawa Timur;
di sekitarnya; dan o Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Timur di
tingkat nasional dan internasional melalui
(5) Kondisi geomorfologi kawasan Kabupaten Pacitan. pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata,
Karakteristik pariwisata Kab. Pacitan karena obyek serta pemasaran pariwisata yang tepat sasaran oleh
wisata yang ada cukup beragam dan memiliki ciri-ciri sumber daya manusia Jawa Timur yang berkualitas
yang berupa perpaduan antara destinasi pariwisata di tinggi;
tiap kecamatan/ desa di dalamnya, menyebabkan o Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui
kompleksitas pengelolaan yang tinggi dan mempunyai penyebaran kegiatan pariwisata yang mencakup
ciri khusus dan nilai lebih dibanding dengan daerah daerah-daerah yang belum maju di Jawa Timur;
lainnya. Oleh karena itu dalam melakukan o Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang
perencanaannya harus secara cermat mengetahui berazaskan kerja sama yang saling menguntungkan
kondisi lingkungan strategis kepariwisataan secara antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat;
efektif dan efisien dan juga berorientasi kepada dan
permintaan pasar. Hal ini bertujuan agar kegiatan o Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
pembangunan kepariwisataan yang dilakukan dapat masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
dimengerti, disepakati, ditindaklanjuti dan dirasakan pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk
manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
kecamatan/ desa yang menjadi sasaran pembangunan
yang dilakukan. III. METODE K EGIATAN
C. RIPPDA Provinsi Jawa Timur Saat ini terlihat adanya perubahan minat berwisata
dari wisata massal (mass tourism) yang mengandalkan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
5S (sun, sea, sand, scenery dan sex) mengarah pada
(RIPPDA) Provinsi Jawa Timur merupakan pedoman
wisata berwawasan lingkungan (environmentally sound
utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa
tourism) dan wisata yang berkelanjutan (sustainable
Timur, termasuk di dalamnya Pemerintah Kabupaten
tourism). Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya
Pacitan. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu strategis
pangsa pasar wisata yang mengarah pada kegiatan
dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan
wisata berwawasan lingkungan yang masih alami,
sinerjis yang dimaksudkan untuk mengarahkan
bersih dan jauh dari kebisingan serta pencemaran.
perkembangan kepariwisataan Jawa Timur dalam upaya
Perubahan tersebut sebagai akibat overvisitation pada
mencapai kesejahteraan masyarakat secara
kawasan wisata yang telah dikenal sebelumnya dan
berkelanjutan.
munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa kawasan wisata buatan (artificial tourism zone) yang
Timur berisi: (1) Konsep pengembangan kepariwi- mengubah lansekap alam dan merusak lingkungan
sataan Provinsi Jawa Timur yang dilandasi pendekatan alamiah. Isu lingkungan mulai berkembang termasuk
perencanaan dan isu‐isu strategis pengembangan kepa- dalam hal ini gerakan kesadaran berwisata yang dikenal
riwisataan Jawa Timur, (2) Identifikasi Kawasan dengan ekowisata. Wisatawan mulai sadar akan isu
Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Timur dan lingkungan sehingga selalu mengkaitkan berbagai
kawasan wisata unggulan kabupaten/kota, serta (3) tema-tema kegiatan wisata, baik dai sisi penyediaan
Arahan kebijakan dan strategi pengembangan maupun sisi permintaan dengan lingkungan.
kepariwisataan Provinsi Jawa Timur dan tahapan Perubahan kecenderungan minat berwisata tersebut
indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di melahirkan konsep baru yang dikenal dengan
setiap kawasan wisata unggulan provinsi dan ekowisata. Ekowisata dapat diartikan sebagai

100 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

perjalanan oleh seorang wisatawan ke suatau kawasan meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal baik
dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai secara materi, spiritual, kultural maupun intelektual.
alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola Dalam rangka pengendalian kerusakan
wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang
mendukung pelestarian alam. Ekowisata merupakan harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
alternatif kampanye lingkungan yang cukup efektif
o Aspek Pencegahan
digunakan dalam sektor pariwisata untuk membuat
Tak pelak lagi, setiap aktivitas pasti menimbulkan
kesadaran terhadap lingkungan menjadi tanggungjawab
dampak positif dan negatif. Selain dampak positif
bersama.
yang telah disampaikan di atas, dampak negatif
Ekowisata merupakan ciri kegiatan berwisata yang kegiatan ekowisata dapat dikurangi dengan upaya
berbasis keinginan untuk tahu (scientific), serta antara lain pemilihan lokasi yang tepat
menghayati nilai dan makna (philosophical). Sehingga (menggunakan pendekatan tata ruang yang pada
jenis pariwisata ini menjadi daya tarik wisatawan yang kawasan konservasi sebagai Zona Pemanfaatan),
berasal dari kota-kota besar untuk menikmati suasana rancangan pengembangan lokasi yang sesuai
alam bebas. Wisatawan diharapkan akan mampu dengan daya dukung dan daya tampung, serta
menghargai, menikmati dan belajar tentang lingkungan rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai dengan daya
baru dan budaya lokal (local wishdom) yang berbeda dukung kawasan dan kerentanannya. Hal tersebut
dengan daerah asalnya. Ekowisata merupakan bagian perlu sangat diperhatikan terlebih dalam kawasan
konsep kawasan pengembangan pariwisata (KPP) yang konservasi, karena sebuah kawasan konservasi
akan dilaksanakan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, selain pemandangan indah (benda mati) yang
Kec. Ngadirojo. Tahapan pengembangan kawasan ditawarkan, berbagai tumbuhan dan satwa juga
menjadi landasan bagi perumusan/ formulasi rencana menjadi prioritas utama dalam pelestarian.
kebijakan kawasan lebih lanjut secara spasial. Meminimalkan gangguan dari pengunjung maupun
Regionalisasi atau perwilayahan menjadi salah satu sarana prasarana wisata yang kurang mendukung
metode yang ditujukan untuk menentukan batas-batas upaya konservasi keanekaragaman hayati harus
homogenitas ruang khususnya berkaitan dengan selalu menjadi acuan pengembangan ekowisata.
kegiatan kepariwisataan baik atraksi, amenitas Perlu juga merubah sikap dan perilaku stakeholder,
(kenyamanan dan kepuasan wisatawan) dan aksebilitas. mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara
Ekowisata yang merupakan kunjungan ke ekowisata (tour operator) serta ekowisatawan itu
lingkungan alam yang relatif masih asli dan dilakukan sendiri agar tidak memaksakan untuk mendapatkan
secara bertanggungjawab bertujuan untuk (1) profit besar namun tidak sustainable. Pemilihan
Menikmati dan menghargai alam dan segala bentuk segmen pasar yang sesuai juga tak kalah penting
budaya yang menyertainya, (2) Mendukung upaya agar tidak terjebak pada mass tourism yang
konservasi, (3) Memiliki dampak yang rendah dan (4) cenderung tidak mendukung ekowisata.
Keterlibatan sosioekonomi masyarakat setempat yang o Aspek Penanggulangan
bermanfaat. Adanya unsur-unsur yaitu kepedulian, Aspek ini di antaranya dilakukan dengan menye-
tanggungjawab dan komitmen terhadap kelestarian leksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (control of visitor) dan waktu kunjungan serta minat
setempat ditimbulkan oleh: kegiatan yang diperkenankan. Pengembangan
(1) Kekhawatiran akan makin rusaknya lingkungan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan dan
oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif penyediaan fasilitas) diupayakan melalui pengem-
bangan sumber daya manusia, peningkatan nilai
terhadap sumber daya alam;
estetika serta kemudahan akses kepada fasilitas.
(2) Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan
o Aspek pemulihan
yang baik dan sehat;
Perlunya menjamin mekanisme pengembalian
(3) Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas
partisipasi aktif masyarakat setempat; dan rehabilitasi kerusakan lingkungan serta
(4) Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan
mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi penyedia jasa ekowisata. Bila dibutuhkan, suatu
(economical benefit) dari lingkungan yang lestari; area dapat di-sterilkan dari pengunjung sementara
dan waktu untuk proses recovery-nya. Dengan fungsi 3P
yaitu “Perlindungan, Pelestarian dan/ atau
(5) Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke Pengawetan dan Pemanfaatan”, sungguh tepatlah
tempat-tempat yang masih alami itu memberikan bila ekowisata menjadi sarana pemanfaatan yang
peluang bagi penduduk setempat untuk paling sesuai dengan tuntutan ‘pemanfaatan lestari’.
mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi Semboyan terkenal ekowisata ‘take nothing but
pemandu wisata, porter, membuka homestay, pictures, leave nothing but footprints, kill nothing
pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha- but time’ sangat sejalan dengan nilai nilai dasar
usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata,
konservasi.
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan atau

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 101
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

− Pemerintah dan organisasi profesi (cq. Dosen),


dalam bidang perencanaan, komunikasi dan
leadership).
c) Meningkatkan kualitas standar pelayanan
transportasi (menuju lokasi, selama di lokasi dan
ketika meninggalkan lokasi), fasilitas parkir, data
informasi dan hospitality.
d) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar
lokasi pengembangan DTW.
e) Meningkatkan pemasaran promosi pariwisata DTW
pantai sesuai segmen pasar penye-lenggaraan event
pariwisata dan budaya dalam bentuk festival baik
skala nasional/ internasional, peta wisata, website,
brosur, booklet, spanduk serta pameran di pasar
Gambar 4. Sosialisasi program kepada masyarakat wisata nasional dan/ atau internasional.
A. Tahapan Kegiatan
Tema kegiatan program PPM skim IbW Konservasi
dan Ekowisata Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Pacitan pada tahun II “Penguatan Atraksi Wisata
menjadi Kawasan Ekowisata”. Metode kegiatan IbW
Kec. Ngadirojo (gbr. 5), meliputi: (1) Inventarisir
potensi wisata, (2) dengan memperhatikan kebijakan
dan peraturan terkait, Menyusun strategi
pengembangan DTW, (3) bersama-sama dengan FGD,
Menyusun action plan, yang diikuti dengan
pembentukan organisasi pelaksanan dan steering
commitee, (4) Menyusun tujuan dan sasaran pariwisata,
(5) Sosialisasi program kegiatan, (6) Pembangunan
kawasan ekowisata, dan (7) Monitoring, evaluasi dan
pendampingan semua kegiatan program.
Inventarisir meliputi: (1) Potensi wisata, yang
bertujuan untuk mengetahui potensi kepariwisataan
yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di
kawasan, (2) Daftar aset pariwisata yang ada di
kawasan, meliputi: atraksi/ daya tarik wisata, promosi,
infrastruktur, hospitality dan Pelayanan, serta (3)
mengenali kepentingan pariwisata di kawasan. Dari
ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek
mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepen-tingan
kegiatan pariwisata di kawasan.
Dari hasil inventarisir potensi wisata, kemudian Gambar 5. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat
menyusun strategi pengembangan daerah tujuan wisata
(DTW). Strategi pengembangan DTW dapat dilakukan Tahapan selanjutnya adalah penyusunan action plan
sebagai berikut. (rencana tindak). Action plan merupakan dokumen
a) Mendorong pengembangan daya tarik wisata pantai perencanaan pengelolaan ekosistem pesisir, pemanfaa-
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. tan sumber daya air dan pengembangan kelembagan
Pemanfaatan lingkungan pantai untuk perlindungan, wisata yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku/
berintikan partisipasi aktif masyarakat, bermuatan atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi,
pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak biaya, pelaksana dan waktu pelaksanaan.
negatif minimal, memberikan sumbangan positif Tahap selanjutnya adalah sosialisasi program
terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang melalui penyuluhan, pembuatan brosur, booklet,
diberlakukan bagi kawasan konservasi. maupun sosialisasi melalui media massa. Hal ini
b) Peningkatan kapasitas stakeholders, dalam hal ini dilakukan untuk memberikan penyadaran kepada
meliputi: masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang
− Masyarakat, dalam bidang kampanye sadar mengunjungi kawasan. Ekowisata merupakan upaya
wisata dan lingkungan; untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan
− Pelaku Pariwisata, dalam bidang kualitas potensi sumber-sumber alam untuk dijadikan sebagai
pelayanan dan pengembangan produk; sumber pendapatan yang berkesinambungan.
Tahap selanjutnya adalah pembangunan kawasan
ekowisata. Kawasan ekowisata meliputi kawasan

102 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

konservasi penyu, kawasan penyangga, lokasi kolam daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat
biota laut, lahan reboisasi, akses jalan (gbr. 3.4) dan menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat
sebagainya. Selama kegiatan berlangsung, tim IbW mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola
akan selalu mengadakan monitoring dan evaluasi agar kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara
arah kegiatan sesuai dengan action plan yang sudah adat ataupun sebagai pengelola.
disepakati.
B. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata
Pembangunan sektor pariwisata di Kab. Pacitan
bertujuan untuk mengembangkan produk wisata yang
unik dan memunculkan kekhasan Pacitan. Penetapan 4
KPP (KPP A, B, C dan D) diharapkan dapat mengarah-
kan kepariwisataan Kab. Pacitan menjadi lebih fokus
namun tetap memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk
berkembangnya potensi-potensi lain sehingga tetap
mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya serta saling
melengkapi dan meningkatkan daya tarik wisata Kab.
Pacitan secara keseluruhan (gbr. 6).
a) KPP A, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
Donorojo, Pringkuku (bagian barat) dengan pusat
pelayanannya Kec. Punung;
b) KPP B, cakupan wilayahnya meliputi Kec. Pacitan,
Punung (bagian timur), Pringkukuk (bagian timur),
Arjosari (bagian barat), Kebonagung (sebagian ekcil
wilayah barat) dengan pusat pelayanannya Kec. Gambar 6. Peta rencana kawasan pengembangan pariwisata
Pacitan; Kabupaten Pacitan[4]
c) KPP C, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan
Kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (bagian
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan
selatan), Arjosari (bagian selatan dan timur),
mengurangi kemiskinan. Penghasilan ekowisata adalah
Tulakan, Ngadirojo, Pacitan (sebagian kecil wilayah
dari jasa-jasa wisata untuk ekowisatawan, misalnya: fee
timur) dengan pusat pelayanannya Kec. Ngadirojo;
pemandu, ongkos transportasi, biaya penginapan
d) KPP D, cakupan wilayahnya meliputi Kec.
homestay, menjual kerajinan, dan sebagainya.
Nawangan, Tegalombo (bagian utara), Bandar,
Ekowisata membawa dampak positif terhadap
Arjosari (bagian utara) dengan pusat pelayanannya
pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang
Kec. Nawangan.
pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan
Tema kegiatan PPM skim IbW adalah “Penguatan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang
Atraksi Wisata menjadi Kawasan Ekowisata”. Lokasi tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
kegiatan dipusatkan di pantai Taman, Desa Hadiwarno, Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat
Kec. Ngadirojo. Dalam pembangunan sektor pariwisata bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan
di Kab. Pacitan, Pantai Taman termasuk di dalam usaha ekowisata itu sendirian. Tataran implementasi
Kawasan Pengembangan Pariwisata C (KPP C). ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari
Lokasinya yang strategis di Jalur Lintas Selatan (JLS), perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di
menempatkan kawasan ini secara strategis dalam peta suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait
kepariwisataan di lingkup Jawa Timur maupun mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah,
Nasional. Pantai Taman merupakan kawasan wisata dunia usaha, akademisi dan organisasi non pemerintah
(KWU) baru yang dimulai dengan kegiatan konservasi diharapkan membangun suatu jaringan dan
penyu untuk wisata yang memberdayakan masyarakat
menjalankan suatu kemitraan yang sinergis sesuai peran
pesisir sekitar lokasi.
dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek kunci
C. Ekowisata Berbasis Masyarakat dalam pembangunan ekowisata berbasis masyarakat
Pola ekowisata berbasis masyarakat (community- adalah sebagai berikut.[8]
based ecotourism) adalah pola pengembangan o Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk
ekowisata yang mendukung dan memungkinkan pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya,
keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam dengan dukungan dari akademisi, pemerintah dan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha organisasi masyarakat (nilai partisipasi masyarakat
ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. dan edukasi);
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha o Prinsip local ownership (adanya pengelolaan dan
ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan
Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta ekowisata, kawasan ekowisata, dan pemandu
budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai memanfaatkan masyarakat lokal. Hal ini merupakan

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 103
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

penerapan nilai partisipasi masyarakat dalam Dari sejumlah objek wisata yang selalu ramai
kegiatan ekowisata; dikunjungi wisatawan adalah sejumlah pantai yang
o Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana menarik dengan pesona pantainya yang berpasir putih.
akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi dan Salah satu pantai yang layak dikunjungi adalah Pantai
edukasi); Taman. Untuk menunjang ekowisata, tim IbW telah
o Dengan inisiasi akademisi, pengelolaan dan membangun beberapa fasilitas penunjang yang antara
pemeliharaan obyek wisata selanjutnya menjadi lain sebagai berikut.
tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk o Pembibitan dan Penanaman Vegetasi Pantai. Vege-
penentuan biaya (fee) untuk ekowisatawan (nilai tasi pantai, seringkali disebut hutan pantai berpasir
ekonomi dan keberlanjutan usaha wisata). adalah tutupan vegetasi yang tumbuh dan berkem-
Ekowisata berbasis masyarakat dapat dipandang bang di pantai berpasir di atas garis pasang tertinggi
sebagai alternatif ekonomi yang berbasis konservasi di wilayah tropika. Pada ekosistem hutan pantai ber-
karena tidak merusak alam ataupun tidak ‘ekstraktif’ pasir di Pantai Taman Desa Hadiwarno, terdapat dua
dengan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti formasi vegetasi yang dapat dibedakan berdasarkan
penebangan dan pertambangan. Ekowisata juga struktur dan fisiognomi vegetasi, serta komposisi
dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara floristiknya, yaitu: (1) formasi pes-caprae dan (2)
ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat yang tinggal formasi Barringtonia.[9] Keberadaan pohon-pohon,
di dalam dan/ atau di sekitar kawasan konservasi. Agar baik dari formasi Pes-caprae maupun Barringtonia,
ekowisata tetap berkelanjutan, perlu tercipta kondisi di sepanjang pantai peneluran menjadi penting
yang memungkinkan di mana masyarakat diberi karena dapat menjadi naluri peneluran penyu.
wewenang untuk mengambil keputusan dalam Sehingga tim IbW Kec. Ngadirojo pada 2015 telah
pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah melakukan kegiatan “rehabilitasi habitat bertelur
ekowisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai penyu” dengan cara membuat model penanaman
visi dan harapan masyarakat untuk masa depan. vegetasi pantai (gbr. 7).
Ekowisata dihargai dan dikembangkan sebagai salah
satu program usaha yang sekaligus bisa menjadi strategi
konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi bagi
masyarakat. Dengan pola ekowisata seperti ini,
masyarakat dapat memanfaatkan keindahan alam yang
masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak
atau menjual isinya.

IV. KARYA UTAMA


Sektor pariwisata di Kabupaten Pacitan mempunyai
peluang yang cukup prospektif untuk dikembangkan
menjadi industri pariwisata yang mampu bersaing
dengan daerah yang lain bahkan manca negara. Hal ini
cukup beralasan karena obyek wisata yang ada cukup
beragam dan mempunyai ciri khusus dan nilai lebih
dibanding dengan daerah lainnya. Pengembangan Gambar 7. Model pembibitan vegetasi pantai
kepariwisataan tidak hanya mampu meningkatkan o Pembuatan Tanggul Penahan Arus. Pesisir meru-
pendapatan asli daerah semata, hal yang lebih penting pakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai
adalah kepariwisataan di Kab. Pacitan mampu yang biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan
memberdayakan masyarakatnya sendiri sehingga komposisi material di pesisir pantai sangat bervariasi
mereka merasa memiliki, melaksanakan, melestarikan, tergan-tung pada perubahan kondisi cuaca, arah
dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan angin dan arus laut. Pengendapan di area konservasi
penyu Pantai Taman setidaknya dipengaruhi oleh
masyarakat dengan cara memberikan lapangan kerja
dua hal yaitu pengendapan oleh air sungai dan air
dan kesempatan berusaha. laut. Tim IbW Kec. Ngadirojo pada tahun kedua
Potensi Pariwisata di Kabupaten Pacitan meliputi 5 (2015) telah membuat tanggul penahan (gbr. 5.4)
KWU, yaitu: (1) Wisata Pantai, (2) Wisata Goa, (3) untuk tujuan empoldering, yaitu membentuk batasan
Wisata Sejarah atau Budaya, (4) Wisata Rekreasi, dan perlindungan untuk suatu area yang tergenang serta
(5) Wisata Spiritual. Potensi obyek wisata dikembang- mengarahkan arus laut yang masuk sehingga daerah
kan melalui program pembangunan kepariwisataan sekitarnya akan menjadi stabil dan tidak terjadi
yang mencakup kegiatan peningkatan dan rehabilitasi banjir (gbr. 8).
obyek wisata yang ada, peningkatan sarana dan o Pembuatan Kolam Biota Laut. Kolam biota laut
prasarana ke lokasi obyek wisata, pengelolaan obyek yang dimaksudkan di sini merupakan wadah yang
wisata berupa menggalang kerja sama dengan biro dibuat untuk menampung air laut dalam jumlah
perjalanan dan perhotelan, penataan manajerial tertentu sehingga dapat digunakan untuk
perhotelan dan rumah makan serta kegiatan promosi. memamerkan dan mempertunjukkan keindahan
Daya tarik tempat wisata di Pacitan dengan kontur bentuk, warna dan keunikan serta tingkah laku
berbagai macam biota laut. Keanekaragaman jenis
wilayah yang dikelilingi pegunungan adalah pada
biota laut dengan berbagai karakter seperti warna,
wisata alam berupa pantai dan goanya yang menawan.

104 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

sifat, habitat dan perilakunya dapat dinikmati pada ketinggian dan meluncur dengan kecepatan
sebagai sarana rekreasi sekaligus menambah tertentu.
pengetahuan tentang dunia bawah laut. Biota
laut adalah semua makhluk hidup yang ada di laut V. ULASAN KARYA
baik hewan, tumbuhan maupun karang. Pantai taman di Kec. Ngadirojo - Kab. Pacitan,
dapat dikatakan termasuk jenis pantai berpasir halus
(gbr. 6.1). Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran
sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang
tinggi. Pantai ini banyak dipengaruhi oleh pasang surut
yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi
organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi
perairan sangat tinggi di lingkungannya. Beberapa jenis
penyu, misalnya: penyu hijau (Chelonia mydas), penyu
blimbing (Dermochelys imbricate), penyu sisik
(Eretmochelys imbricate) dan penyu abu-abu
(Lepidochelys olivaceae) diketahui membangun sarang
penetasan di pasir Pantai Taman di sekitar formasi pes-
caprae. Walaupun permukaan pasirnya dapat mencapai
Gambar 8. Tanggul penahan banjir dan pengarah arus laut suhu lebih 50oC, namun beberapa sentimeter di bawah
permukaan suhu pasirnya konstan pada kisaran sekitar
Tujuan pembuatan kolam biota laut (gbr. 9) adalah 36oC. Telur-telur yang hendak ditetaskan biasanya
(1) Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, diletakkan pada lubang dengan suhu antara 32 − 38oC.
konservasi sumber daya laut dan pesisir dan
menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia Konservasi yang dimaksudkan di sini merupakan
dengan alam secara arif dan bijaksana bagi segenap upaya pelestarian lingkungan, rehabilitasi dan/ atau
ekowisatawan, (2) Membuat model konservasi rekonstruksi sebagai bagian dari upaya pemanfaatan
ekosistem biota laut dan lingkungan pendukungnya lahan untuk mempertahankan kondisi fisik sumber daya
kepada masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka alam. Tujuan konservasi sumber daya alam yang akan
memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber dilakukan adalah (1) Mempertahankan adanya kualitas
daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara lingkungan dengan memperhatikan estetika dan
keseimbangan ekosistem serta melindungi ekosistem kebutuhan ekowisata maupun hasilnya dan (2)
pesisir dari kerusakan, dan (3) Memberikan fasilitas Memper-tahankan adanya kelanjutan dari pemanfaatan
rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai hasil tanaman, hewan dan bahan yang bermanfaat
termasuk interaksi ekowisatawan dengan habitat lainnya, dengan menciptakan siklus yang seimbang
wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi. antara masa tanam atau pembiakan dengan
pertumbuhan individu baru atau pembaharuan material.
Oleh karena itu konservasi yang akan dilakukan juga
meliputi kegiatan perlindungan terhadap sistem
kehidupan, preservasi sumber daya genetik serta
pemanfaatan flora dan fauna secara berkelanjutan.
Penanaman jenis tanaman vegetasi pantai yang akan
dilakukan meliputi: Pohon bakau (Rhizopora
mucronata), Ketepeng (Terminasa cotapa), Waru
(Hibiscus tiliaceus), pandan (Pandanus tectorius),
Keben (Baringtonia sp). Dimulai sejak Pebruari 2015,
tim IbW Kec. Ngadirojo sudah melakukan pembibitan
jenis tanaman yang dimaksud dan dalam beberapa
bulan ke depan sudah akan siap ditanam.
Gambar 8. Kolam biota air laut Penguatan kawasan ekowisata yang akan dilakukan
o Pembuatan Flying Fox. Flying fox adalah sebuah oleh tim IbW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan adalah
permainan yang terdiri dari satu atau lebih kerekan penguatan aspek kewilayahan kawasan konservasi
yang ditempatkan di atas tali kawat baja (steel wire dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
rope), biasanya terbuat dari bahan tahan karat pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
dengan mengandalkan beban pemakai dan didorong satwa serta ekosistemnya. Beberapa hal yang akan
oleh gravitasi dari suatu lokasi ketinggian tertentu dilakukan adalah sebagai berikut.
menuju suatu landasan yang lebih rendah. Ada o Sosialisasi, yakni penyebaran nilai atau materi
banyak bentuk/variasi permainan flying fox, namun kepada individu-individu (pelaku, ekowisatawan dan
sebagian besar kegiatan digunakan sebagai bagian masyarakat local) agar mempunyai pengetahuan,
dari hiburan petualangan. Unsur utama yang hadir pengertian dan pemahaman sesuai dengan yang
dalam permainan flying fox adalah tantangan berada diharapkan;

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 105
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

o Optimalisasi, artinya materi yang ditransformasikan masyarakat, di mana keduanya merupakan simbiosis
diharapkan dapat dipahami, diketahui, diyakini dan mutualisme. Ekowisata memerlukan kawasan
dilaksanakan secara menyeluruh/ maksimal; konservasi penyu dan sebaliknya kawasan konservasi
o Peningkatan, artinya penguatan dilakukan sebagai memerlukan ekowisata.
upaya peningkatan agar mempunyai kualitas yang
diharapkan; VII. DAMPAK DAN M ANFAAT KEGIATAN
o Pembaharuan, suatu perubahan yang baru dan Penyu (sea turtle) mempunyai pertumbuhan yang
berbeda dengan sebelumnya untuk menjadi lebih sangat lambat dan memerlukan usia puluhan tahun
baik dan meningkat sesuai dengan standart yang untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20−50 tahun).
diinginkan; Oleh karena itu tindak konservasi penyu di lokasi
o Pengembangan, yaitu mengembangkan SDM penangkaran dimulai dari tukik hingga cukup kuat
terhadap upaya konservasi terhadap ekosistem untuk dilepas ke laut. Sejumlah tukik yang ditinggalkan
kawasan; dan di stasiun penangkaran penyu untuk kebutuhan
o Pencegahan, dilakukan untuk menangkal hal-hal pengamatan, penelitian dan ekspose, sebaiknya selalu
negatif dari lingkungan yang dapat timbul akibat diperhatikan kebersihan air laut pada kolam (tukik,
adanya kegiatan ekowisata. karantina dan pembesaran) dan dilakukan upaya
penanggulangan penyakit dan parasit yang biasa
VI. KESIMPULAN hinggap di penyu.
Dalam melakukan tindak konservasi, keberadaan Dampak yang bisa dirasakan dari kegiatan PPM
habitat dan populasi penyu serta masyarakat akan saling skim IbW bagi pengembangan kawasan dapat dijarakan
berkaitan sehingga harus diperhitungkan selain sebagai berikut.
pengetahuan mengenai penyu itu sendiri. Informasi o Dampak ekonomi, karena ekowisata dapat
mengenai biologi, misalnya demografi, tingkah laku, memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola
dan fisiologi penyu merupakan perangkat penting kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat
dalam mengembangkan strategi pengelo-laan setempat, memacu pembangunan wilayah, baik di
konservasi penyu di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, tingkat lokal, regional maupun nasional, menjamin
Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Kegiatan ini merupakan kesinambungan usaha. Dalam skala besar dampak
ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
tindakan nyata yang dibutuhkan dalam melakukan
kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.
pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif,
sistematis dan terukur. o Pendidikan, melalui upaya peningkatan kesadaran
masyarakat dan merubah perilaku masyarakat
Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, tentang perlunya upaya konservasi sumber daya
Kab. Pacitan merupakan kawasan konservasi penyu alam hayati dan konservasinya.
diwujudkan dengan diserahkannya lahan negara seluas o Meningkatnya perhatian terhadap pelestarian
10 ha untuk pe- ngembangan kawasan (Perdes No.7 lingkungan di lokasi kawasan ekowisata yang
Tahun 2012). Salah satu alasan penyerahan lahan berfungsi sebagai tempat informasi dan pendidikan
menjadi kawasan konservasi penyu yaitu karena Pantai lingkungan hidup.
Taman memiliki organisme spesifik atau endemik yang
Manfaat kegiatan yang bisa dirasakan oleh
menjadi daya tarik wisatawan yakni penyu sehingga stakeholder ekowisata di kawasan terpilih adalah
dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk sebagai berikut.
dikonservasi.
o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan
Kawasan konservasi penyu mempunyai peranan masyarakat di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, Kec.
yang sangat penting baik secara ekologis, ekonomis dan Ngadirojo melalui usaha ekowisata; dan
sosial budaya, sehingga pengelolaannya bisa menjadi o Peran aktif masyarakat dilakukan dengan memba-
prioritas utama. Tujuan dibentuknya kawasan ngun hubungan kemitraan dengan masyarakat
konservasi penyu adalah untuk melindungi seluruh setempat di antaranya dengan pelibatan masyarakat
sistem sosial-ekologi, meningkatkan status sosial- sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga
ekonomi masyarakat lokal dan mengembangkan tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi,
ekowisata dengan mendorong pelestarian menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat
keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan setempat untuk pengembangan ekowisata, memper-
konservasi penyu yang efektif tidak hanya melindungi hatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah
keanekaragaman hayati tetapi juga akan mendukung setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan
pengelolaan pesisir berkelanjutan dan peningkatan dengan kondisi sosial budaya setempat serta
ekonomi melalui aktivitas ekowisata. menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja
Kawasan konservasi dan ekowisata merupakan satu semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar
kesatuan yang saling mendukung di mana konsep dari kawasan.
pengembangan ekowisata sejalan dengan misi VIII. DAFTAR P USTAKA
pengelolaan kawasan konservasi penyu. Ekowisata
yang dijalankan di Pantai Taman, Desa Hadiwarno, [1] Lembaran Negara Republik Indonesia, 2009,
Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan strategi dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9
pengembangan kawasan konservasi penyu berbasis tentang Kepariwisataan.

106 Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

[2] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:
Kecamatan Ngadirojo dalam Angka 2012, 0263/E5/2014 ini dapat diselesaikan.
Nomor Katalog: 1102001.3501110. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
[3] Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011, Rencana kepada:
Pembangunan Jangka Menengah Daerah o Direktur Dit. Litabmas, Ditjen Dikti, Jakarta beserta
Tahun 2011 – 2016, Peraturan Daerah Kabupaten semua jajarannya;
Pacitan No. 11 Tahun 2011. o Dir. DPPM UMM dan Wadir DPPM Bagian PPM
[4] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten beserta semua jajarannya;
Pacitan, 2009, Rencana Perwilayahan Kawasan o Ka. UPT. P2M Politeknik Negeri Malang beserta
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pacitan. segenap jajarannya yang telah membantu
[5] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, kelancaran PPM skim IbW ini;
2011, Profil Potensi Kelautan dan Perikanan o Bappeda dan Balitbangtik Kab. Pacitan atas
Kabupaten Pacitan. kerjasamanya dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
[6] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2012, dan
Pacitan dalam Angka 2012, ISSN: 0215.5710, o Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami
Katalog BPS : 1102001.3501. sebutkan satu-persatu serta pengertian keluarga
[7] Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun yang telah sangat banyak membantu dan
2006 tentang Rencana Induk Pengembangan memberikan dorongan semangat demi terselesainya
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa jurnal PPM skim IbW ini.
Timur.
[8] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009,
Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis
Masyarakat. Didownload dari http://rudyct.com/
PPS702-ipb/07134/wwf.indone-sia.pdf.
[9] Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M.K.
Moosa, 1997, The Ecology of the Indonesian
Seas I di dalam The Ecology of Indonesian
Series Vol. VII, Periplus Edition (HK) Ltd.: xiv +
1-642.

IX. P ENGHARGAAN
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim Ipteks
bagi Wilayah (IbW) yang dibiayai Kemendikbud,
Ditjen Dikti berdasarkan Keputusan Direktur Penelitian

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651 107
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat

Jurnal Aplikasi Sain dan Teknologi DINAMIK FLipMAS LEGOWO ISSN : 2407-1641 / E-ISSN : 2407-1651
108

Anda mungkin juga menyukai