Pengarah :
Dr. Sudirman Saad, SH, M.Hum
(Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil)
Penanggung Jawab :
Asrul, A.Pi, M.Si
Penyusun :
Drs. Jaelani, M.Si
Nurlian Ilyas, SE, M.Si
Arif Miftahul Azis, S.Pi, M.Si, M.Sc
Suwardi, ST, M.Si
Fahrizal Ari Iwari, S.St.Pi
Ahmad Irdan, S.Pi
Nisaul Makhmudah, ST
Narasumber :
Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas ridho dan
kehendak-Nya kegiatan penyusunan “Konsep Pengembangan Minawisata Pulau-pulau
Kecil” ini dapat diselesaikan dengan baik. Konsep pengembangan minawisata pulau-
pulau kecil ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perspektif dalam
pengembangan minawisata di kawasan pulau-pulau kecil secara terpadu yang dapat
mensejahterakan masyarakat lokal dan meningkatkan perekonomian daerah.
Pulau-pulau kecil yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya
alam hayati pesisir dan laut yang tinggi, sangat potensial bagi pengembangan jasa
kelautan, terutama pariwisata bahari. Oleh sebab itu berdasarkan strategi
pembangunan kelautan yang berkelanjutan, pengelolaan pulau-pulau kecil seyogyanya
menempatkan minawisata (perikanan dan pariwisata) bahari yang berbasis ekosistem
dan masyarakat sebagai dasar kebijakan strategis pembangunan kelautan.
Minawisata adalah salah satu program pemberdayaan masyarakat pulau-pulau
kecil melalui pendayagunaan potensi sumberdaya perikanan dan pariwisata
berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain; emisi karbon yang rendah, ramah lingkungan, sesuai daya dukung,
konservasi (penggunaan sumberdaya secara efisien) dan berbasis sumberdaya lokal.
Atas terlaksananya kegiatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
narasumber dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, serta
semua pihak yang telah membantu dalam persiapan maupun pelaksanaan kegiatan ini.
Akhirnya kami berharap Konsep Pengembangan Minawisata Pulau-pulau Kecil ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu acuan dalam penyusunan strategi, kebijakan, program
dan kegiatan dalam rangka pengembangan minawisata pulau-pulau kecil di Indonesia.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................. 1–1
1.2. Tujuan ............................................................ 1–3
1.3. Sasaran ........................................................... 1–3
1.4. Manfaat .......................................................... 1–3
1.5. Alur Pikir Konsep ................................................ 1–3
1.6. Ruang Lingkup .................................................... 1–5
V. PENUTUP
DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY)
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1. Tipe Pulau dan Implikasi terhadap Bahaya Gangguan Alam 2–7
Tabel 2-2. Hubungan Tipe Pulau dengan Ekosistem Pesisir ............. 2–8
1.2. Tujuan
Dokumen ini diharapkan dapat memberikan perspektif dalam pengembangan
minawisata di kawasan pulau-pulau kecil secara terpadu yang dapat menyejahterakan
masyarakat lokal dan meningkatkan perekonomian daerah.
1.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan Konsep Pengembangan Minawisata
Pulau-Pulau Kecil ini adalah:
Mendayagunakan potensi sumberdaya alam, khususnya sumberdaya kelautan,
perikanan dan pariwisata (minawisata) dalam membangun dan menjadikan
masyarakat pulau-pulau kecil yang mandiri, berpendidikan, maju, dan sejahtera
dalam kemajuan Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia.
Menjadikan wilayah pulau-pulau kecil sebagai wilayah yang menarik, aman dan
tentram serta berdaya saing tinggi sebagai tujuan investasi terutama bidang
kelautan, perikanan dan pariwisata (minawisata) yang prospektif dalam lingkup
kehidupan sosial-budaya dan politik yang demokratis dan bermartabat, serta
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Konsep Pengembangan Minawisata
Pulau-Pulau Kecil ini adalah untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan
dalam perumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia secara terpadu
dan berkelanjutan terutama untuk pengembangan minawisata.
Peraturan : Permasalahan:
Aspirasi Pemerintah - Lingkungan
Aspirasi Masyarakat - Pengelolaan
Kebijakan Pengembangan
Minawisata
b. Pulau Karang: Pulau karang adalah pulau yang terbentuk oleh sedimen klastik
berumur kuarter. Banyak pulau-pulau di Indonesia yang memiliki ekosistem
terumbu karang. Pulau koral/karang atau pulau teras terangkat umumnya sangat
subur dan hijau, karena mempunyai daya kapilaritas yang tinggi, sehingga memiliki
sumber air tawar yang banyak bagi kehidupan habitat dan manusia. Contoh-contoh
pulau karang terdapat di wilayah Maluku.
c. Pulau Aluvium: Pulau aluvium terbentuk karena proses pengendapan yang biasanya
terjadi di sekitar muara sungai besar, dimana laju pengendapan lebih tinggi
dibandingkan intensitas erosi oleh arus dan gelombang laut. Pulau-pulau di pantai
timur Sumatera dan pulau-pulau di delta-delta di Kalimantan merupakan tipe pulau
endapan atau pulau aluvium.
2. Pulau Berbukit
Pulau berbukit adalah pulau dataran tinggi yang memiliki ketinggian di atas
muka laut yang relatif tinggi. Umumnya pulau ini memiliki ketinggian lebih dari 10 m
di atas pemukaan laut. Pulau-pulau yang tergolong pulau berbukit adalah pulau
tektonik, pulau vulkanik, pulau teras terangkat, pulau petabah dan pulau genesis
campuran.
a. Pulau Tektonik: Pulau yang pembentukannya berkaitan dengan proses tektonik,
terutama pada zona tumbukan antar lempeng, misalnya Pulau Nias, Pulau Siberut
dan Pulau Enggano. Sumberdaya air di pulau tektonik lebih banyak dijumpai
sebagai aliran sungai, dan sangat sedikit air tanah.
b. Pulau Vulkanik: Pulau vulkanik adalah pulau yang sepenuhnya terbentuk dari
kegiatan gunung berapi, yang timbul secara perlahan-lahan dari dasar laut ke
permukaan. Pulau jenis ini bukan merupakan bagian dari daratan benua, dan
terbentuk di sepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik, dimana lempeng-
lempeng tersebut saling menjauh. Tipe batuan dari pulau ini adalah basalt, silica
(kadar rendah). Ada pula pulau vulkanik yang membentuk untaian pulau-pulau dan
titik gunung api dan terdapat di bagian tengah lempeng benua (continental plate).
c. Pulau Karang Timbul: Pulau karang timbul adalah pulau yang terbentuk oleh
terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut, karena adanya gerakan ke
atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses
geologi. Pada saat dasar laut berada dekat permukaan, terumbu karang
mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di dasar laut yang naik.
Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu karang akan mati dan
menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Jika proses ini
berlangsung terus, maka akan terbentuk pulau karang timbul. Pada umumnya
karang yang timbul ke permukaan laut berbentuk teras-teras seperti sawah di
pegunungan. Proses ini dapat terjadi pada pulau-pulau vulkanik maupun non-
vulkanik. Pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur Indonesia,
seperti di Laut Seram, Sulu, Banda.
d. Pulau Petabah: Pulau petabah adalah pulau yang terbentuk di daerah yang stabil
secara tektonik. Pulau seperti ini antara lain dijumpai di Paparan Sunda. Litologi
pembentukan pulau petabah sering terdiri atas batuan ubahan, intrusi, dan sedimen
yang terlipat dan berumur tua, seperti Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau
Belitung.
e. Pulau Genesis Campuran: Pulau genesis campuran adalah pulau yang terbentuk
dari gabungan dua atau lebih genesis pulau-pulau tersebut di atas. Potensi air di
pulau genesis campuran tergantung pada genesis pulau yang bergabung, dan dapat
berupa sumber air yang mengalir sepanjang tahun maupun aliran air permukaan
dengan jumlah yang biasanya terbatas. Pulau-pulau seperti Pulau Haruku, Pulau
Nusa Laut, Pulau Kisar dan Pulau Rote adalah contoh pulau genesis campuran.
Salah satu kawasan di dunia yang memiliki banyak hamparan pulau-pulau kecil
adalah kawasan Pasifik. Campbell (2006) mengelompokkan pulau-pulau kecil di
kawasan pasifik menjadi 4 (empat) tipe pulau, yaitu pulau kontinental, pulau vulkanik,
pulau atol dan pulau karang terangkat. Keempat tipe pulau tersebut memiliki
implikasi yang berbeda terhadap gangguan alam, seperti gangguan dari bencana alam,
ketersingkapan dan sebagainya. Hubungan antara tipe pulau dengan implikasi
terhadap bahaya gangguan alam di kawasan Pasifik disajikan pada Tabel 2-1.
Tabel 2-1. Tipe Pulau dan Implikasi terhadap Bahaya Gangguan Alam
2. Kesukaran dan ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan
menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi dan transportasi turut
menghambat pembangunan di hampir semua pulau-pulau kecil di dunia
(Brookfield, 1990; Hein, 1990; Dahuri, 1998).
5. Lemahnya kerangka hukum dalam hal pengaturan sumberdaya pesisir dan lautan,
serta perangkat hukum untuk penegakannya menyebabkan masih banyaknya
pemanfaatan sumberdaya ini yang tidak terkendali. Juga tidak adanya kekuatan
hukum dan pengakuan terhadap sistem-sistem tradisional serta wilayah ulayat laut
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan.
Disamping kendala dan permasalahan tersebut di atas, yang tidak kalah penting
adalah sektor kelautan dan perikanan belum menjadi suatu sektor yang berdiri sendiri
karena di dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunannya masih berada di
bawah fungsi ekonomi, fungsi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, fungsi pelayan
umum dan fungsi pendidikan, sehingga di dalam prioritas kegiatan pembangunannya
baru dapat dilakukan setelah fungsi-fungsi di atasnya berjalan.
C. SOSIAL
B. EKOLOGI
Pemerataan
Mobilitas sosial Integritas ekosistem
Partisipasi Sumberdaya alam
Pemberdayaan Keanekaragaman hayati
Daya dukung lingkungan
- Investasi di bidang usaha budidaya ikan pada Karamba Jaring Apung (KJA), tambak
dan kolam. Investasi ini dapat berupa investasi masyarakat maupun investasi
swasta atau dalam bentuk kemitraan usaha masyarakat – swasta.
Investasi di bidang usaha wisata bahari dapat diarahkan untuk obyek wisata
berupa ekowisata dengan klasifikasi sebagai berikut :
- Investasi di bidang usaha pada kawasan pantai berpasir putih dan memiliki
terumbu karang, baik investasi swasta maupun investasi masyarakat diarahkan
untuk menggerakkan pengembangan wisata bahari di kawasan pulau-pulau kecil.
Potensi yang cukup besar tersebut sayangnya kurang didukung oleh fasilitas
prasarana dan sarana, seperti penginapan, hotel dan sebagainya. Oleh karena itu,
peluang yang dimiliki bagi pengembang obyek wisata tersebut adalah pembangunan
penginapan, hotel dan pengelolaan tempat wisata itu sendiri.
4. Peluang Investasi di Bidang Permodalan
Pengembangan investasi yang cukup potensial selain hal di atas adalah
pengembangan sektor permodalan. Sebab ketika sektor-sektor tersebut di atas
berkembang, maka dengan sendirinya dibutuhkan sektor permodalan maupun
perbankan. Sektor ini bermanfaat bagi pelaku usaha dalam permohonan kredit usaha
maupun penyimpanan uang. Di tingkat usaha kecil dan menengah, pendirian koperasi
maupun lembaga permodalan mikro menjadi solusi yang tepat. Sehingga para pelaku
usaha dapat mengembangkan usaha dengan penuh kepastian.
III. KONSEPSI MINAWISATA PULAU-PULAU KECIL
Merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman tehadap kondisi alam
atau daya tarik panoramannya.
2. Wisata Budaya (Cultural Tourism)
B. Ekonomi
Mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan menerapkan pola produksi
terpadu di bidang perikanan dan kelautan.
C. Infrastruktur
Membangun infrastruktur atas dasar manfaat ekonomi di kawasan pulau-pulau
kecil, terutama untuk mendukung pusat-pusat ekonomi wilayah dalam jaringan
hubungan berdasarkan tata ruang wilayah pengembangan.
D. Pengembangan Wilayah
Menetapkan satuan-satuan pengembangan wilayah atas dasar keuggulan
sumberdaya potensial bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.
3.7.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengembangan minawisata di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang dimaksud disini adalah implementasi dari perencanaan pengembangan
minawisata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan secara sistematik
dan berkesinambungan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kesejahteraan masyarakat, pemerataan dan keberlanjutan.
Dalam pelaksanaan pengembangan minawisata wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil harus mengacu pada hasil-hasil perencanaan yang telah disusun baik oleh
pelaksana pembangunan di tingkat pusat maupun daerah sesuai kewenangannya.
Kegiatan yang termasuk dalam aspek pelaksanaan adalah penyusunan masterplan,
rancang bangun dan manajemen.
Tabel 3-4. Matriks Kesesuaian Lahan untuk Minawisata Karamba Pembesaran Ikan
Nilai Maksimum = 90
Rumus untuk menghitung Indeks Kesesuaian :
IKMB = ∑ [ Ni / Nmaks ] X 100 %
IKMB = Indeks Kesesuaian Minawisata
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori aktivitas minawisata pantai
Evaluasi Kelayakan :
76 % - 100 % : Sesuai
51 % - 75 % : Sesuai Bersyarat
< 50 % : Tidak Sesuai
Nilai Maksimum = 96
Rumus untuk menghitung Indeks Kesesuaian :
IKMB = ∑ [ Ni / Nmaks ] X 100 %
IKMB = Indeks Kesesuaian Minawisata Mangrove
Ni = Nilai parameter ke-i ( Bobot x Skor )
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori aktivitas minawisata mangrove
Evaluasi Kelayakan :
76 % - 100 % : Sesuai
51 % - 75 % : Sesuai Bersyarat
< 50 % : Tidak Sesuai
Tabel 3-8. Matriks Kesesuaian Lahan untuk Minawisata Snorkeling
Zona pengembangan
Pelabuhan dan Perikanan
Terpadu
Zona pengembangan
Wisata Bahari
Zona pengembangan
Budidaya Laut
Agardy, T.S. 1997. Marine Protected Areas and Ocean Conservation. Academic Press.
Inc., San Diego, California.
Barr, J., B. Henwood and K. Lewis. 1997. A Marine Protected Areas Strategy for the
Pacific Coast of Canada. In : Munro, N.W.P. and J.H.M. Willison (Eds.).
Linking Protected Areas With Working Landscapes Conserving
Biodiversity.Proceeding of the Third International Conference on Science
and Management of Protected Areas. Halifax, Nova Scotia, 12-16 May 1997.
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bengen, D.G. dan A. Retraubun. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan
Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Pusat Pembelajaran dan
Pengembangan Pesisir dan Laut. Bogor.
Bengen, D.G. and I.M. Dutton. 2004. Interactions : Mangroves, Fisheries and Forestry
Management in Indonesia. In Northcote, T. and G. Hartman (Eds) : Fishes and
Forestry-Worldwide Watershed Interactions and Management. Blackwell Sci.
Publ., London, UK.
Briguglio, L. 1995. Small Island Developing States and Their Economic Vulnerabilities.
World Development, 23 (9) : 1615 – 1632 pp.
Cicin-Sain B, R.W Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management: Concepts
and Practices: Island Press. Washington D.C. Covelo, California.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Llautan secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Debance, K.S. 1999. The Challenges of Sustainable Management for Small Island
(Online). Available Online at http://www.insula.org/islands/small-islands.html.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku. 2007. Model Pengelolaan Pulau-Pulau
Kecil Berbasis Minawisata di Kabupaten Maluku Tenggara. Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Maluku. Ambon.
Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. 1999. Garis Besar
Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia. Direktorat Jenderal Departemen
Pariwisata, Seni dan Budaya. Jakarta.
Fauzi, A. dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk
Analisis Kebijakan: Model Dinamik Optimasi ”Multiple Use” Sumberdaya Pulau-
Pulau Kecil. Gramedia. Jakarta.
Granger, O. E. 1993. Geography of Small Tropical Islands: Implication for Sustainable
Development in a Changing World. In: Small Island: Marine Science and
Sustainable Development. Maul GA (ed.). Coastal and Marine Studies.
American Geophysical Union. Washington D.C.
Haris, A. 2012. Rancang Bangun Pengelolaan Minawisata Bahari Pulau Kecil Berbasis
Konservasi: Kasus Pulau Dullah, Kota Tual-Provinsi Maluku. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Hein, P.L. 1990. Economic Problems and Prospects of Small Islands in Bell.
Sustainable Development and Evironmental Management of Small Island.
UNESCO. New York.
Mc. Elroy, J.L., Potter B., Towle E. 1990. Challenges for Sustainable Development in
Small Caribbean in Bell. Sustainable Development and Evironmental
Management of Small Island. UNESCO. New York.
META. 2002. Planning for Marine Ecotourism in the UE Atlantic Area. University of
the West England. Bristol.
Pomeroy, R.S. and M.J. Williams. 1994. Fisheries Co-Management and Small Scale
Fisheries: A Policy Brief. ICLARM. Manila.
United Nations. 1983. The Law of the Sea. Official Text of the United Nations
Convention on the Law of the Sea with Annexes and Index. United Nations
Publication No. E 83 V 5. New York.
WCED, 1987. Our Common Future. Oxford university Press. New York.
White, A.T., L.Z. Hale, Y. Renard and L. Cortesi. 1994. Collaborative and Community
Based Management of Coral Reefs: Lessons from Experience. Kumarian Press,
Inc. USA.