Anda di halaman 1dari 44

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................1

............................................................................................................ I PENDAHULUAN
..................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan dan Sasaran penelitian..................................................................4

1.3.1 Tujuan................................................................................................4

1.3.2 Sasaran...............................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5

1.4.1 Manfaat Subjektif...............................................................................5

1.4.2 Manfaat Objektif................................................................................5

1.5 Batasan Penelitian.....................................................................................5

1.6 Data Awal..................................................................................................6

................................................................................................... II TINJAUAN PUSTAKA


................................................................................................................................10

2.1 Pengertian Objek.....................................................................................10

2.2 Pengertian Wisata...................................................................................10

2.3 Objek Wisata...........................................................................................11

2.3.1 Fungsi dan Peran Objek Wisata.......................................................12

2.4 Objek Wisata Pantai................................................................................13

2.4.1 Unsur Wisata Pantai.........................................................................13

2.5 Pengembangan Objek Wisata.................................................................16


2.5.1 Tinjauan Standarisasi Objek Wisata.................................................16

2.5.2 Persyaratan Terbentuknya Objek Wisata........................................18

2.5.3 Persyaratan Tata Bangunan Fasillitas Akomodasi...........................21

2.5.4 Fasilitas Wisata.................................................................................22

2.5.5 Pelaku dan Aktivitas.........................................................................24

2.6 Studi Preseden.........................................................................................25

2.6.1 Mauritius Hotel................................................................................26

2.6.2 Bora-Bora Resort and Spa................................................................26

2.6.3 Arsitektur Kontemporer...................................................................27

2.6.4 Prinsip dan Ciri- Ciri Arsitektur Kontemporer..................................28

2.6.5 Museum Tsunami Aceh....................................................................30

2.6.6 Museum Gunung Api Merapi Yogyakarta........................................32

2.6.7 Kesimpulan Studi Banding...............................................................35

................................................................................................ III METODE PENELITIAN


................................................................................................................................36

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................36

3.2 Lokasi Penelitian......................................................................................36

3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................38

3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................38

3.5 Instrumen Data........................................................................................39

3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................39

3.7 Kerangka Pikir..........................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................42
1 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bidang pariwisata, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal


dengan destinasi wisata pantainya, hal ini di tunjukkan dengan banyaknya objek
wisata pantai yang di gemari oleh wisatawan tak hanya wisatawan lokal tapi juga
wisatawan domestik. Di Indonesia terdapat ragam objek wisata pantai dan sering
dijadikan motivasi oleh masyarakat untuk melakukan kunjungan wisata, hal ini
terbukti dengan adanya informasi media dan pemerintah yang mempromosikan
bidang pariwisata daerahnya sebagai salah satu figur yang menjadi nilai sebuah
daerah yang terdapat di berbagai wilayah di negara kepulauan ini, salah satunya
Sulawesi Tengah dengan ragam objek wisata pantai seperti yang ada di
kabupaten Tojo Una-Una.
Daerah Tojo Una-Una memiliki ragam destinasi wisata pantai, dan yang
paling sering terekspos itu ada di kepulauan Togean. Namun dengan banyaknya
sorotan media di kepulauan Togean itu menyebabkan kurang tereksposnya
ragam objek wisata pantai lainnya dengan potensi alam yang baik di kabupaten
tojo una una khususnya yang ada di Ampana kota.
Ampana Kota terkenal dengan beberapa objek wisata pantainya seperti
Marina Cottage serta Pantai Pasir Putih yaitu tepatnya di Desa Tete B, kecamatan
Ampana Tete. Yang menjadikannya unik, Desa Tete B memiliki permukaan tanah
yang dilapisi oleh pasir putih tak cuma di wilayah pantainya saja tapi juga
permukimannya hal ini yang menjadi pembeda dari beberapa objek pantai
lainnya yang ada di Ampana. Desa Tete B memiliki beberapa objek wisata pantai
yang berpotensi seperti pantai pasir putih di pulau satu, pulau buka-buka, dan
pasir panjang, namun dari semua lokasi yang paling sering dikunjungi wisatawan
adalah pantai di pulau satu yang terletak paling dekat dengan permukiman,
akses yang di lalui cukup mudah dibandingkan dengan lokasi lainnya dan sering
di jadikan destinasi wisata serta kegiatan sosial lainnya oleh masayarakat lokal.
Pantai di pulau satu ini diminati karena memiliki lokasi yang cukup
strategis, dengan objek pantai pasir putih dan laut yang jernih serta lahan yang
lebih luas di banding bebrapa area lainnya. Namun kurangnya pengelolaan
menyebabkan terbengkalainya potensi alam yang ada di area pantai tersebut,
Hal ini menyebabkan turunnya minat wisatawan karena seiring perkembangan
zaman dan teknologi kecenderungan masayarakat dalam hal kebutuhan terpacu
pada hal yang dapat memudahkan aktifitas, seperti fasilitas dan faktor
pendukung lainnya yang bisa menghadirkan kenyamanan dalam beraktifitas dan
cenderung bersifat praktis, hal ini lah yang tidak di implementasikan pada area
pantai pulau satu ini, tentang bagaimana lahan dengan potensi alam yang tinggi
bisa memberi faktor pendukung untuk aktifitas masyarakat.
Menurut pembahasan dapat dilihat bahwa potensi alam yang ada di desa
Tete B khususnya pantai pulau satu sangat di gemari namun karena kurangnya
perhatian dan pengelolaan, pulau satu tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
ekspetasi masyarakat lagi sehingga lokasi ini terbengkalai potensi alamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang disimpulkan


adalah Bagaimana Konsep dan Desain yang tepat sebagai output pengembangan
Objek Wisata Pantai Pulau Satu untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung aktiftas wisatanya.

1.3 Tujuan dan Sasaran penelitian

Tujuan dan sasaran penelitian berisi tentang objektifitas yang akan menjadi
target dalam penelitian.

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan konsep dan desain
objek wisata pantai dengan pendekatan Arsitektur Post Modern
1.3.2 Sasaran

 Mengobservasi dan survey lokasi pulau satu area pantai desa Tete B
 Mencari informasi dari narasumber sebagai pendukung data penelitian
 Mengkaji Literatur yang dapat mendukung penelitian
 Menentukan Spesifikasi Perancangan
 Menghasilkan Konsep dan Desain Arsitektur sebagai output
pengembangan Objek Wisata Pantai desa Tete B

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah :

1.4.1 Manfaat Subjektif

Secara subjektif, penulisan ini bermanfaat untuk memenuhi salah satu


persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana
Strata 1 (S1) pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu,
Sulawesi Tengah serta sebagai pedoman dalam penyusunan Landasan Program
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur.

1.4.2 Manfaat Objektif

Secara objektif hasil penelitian ini diharapkan :


1. Menambah pengetahuan, wawasan dan referensi mengenai konsep
desain serta literatur objek wisata pantai bagi penelitian serupa di masa
depan.
2. Dapat memberikan informasi tentang Konsep dan Desain Arsitektur pada
pengembangan dan perancangan objek wisata pantai kepada pemerintah
maupun pihak instansi terkait.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan fisik Pembahasan hanya di fokuskan pada konsep dan


perancangan yang bertujuan untuk memberdayakan atau pengembangan objek
wisata di area pantai pulau satu desa Tete B. Maksud dibatasinya area adalah
agar analisis yang dikerjakan dapat terkonsentrasi pada objek wisata pantai
berdasarkan urgensi permasalahan pada latar belakang pengembangan objek
wisata sebagai kesimpulan, dalam hal ini lingkup pembahasan yang dikemukakan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan bidang arsitektural dan literatur
lainnya yang terkait dengan objek wisata pantai.

1.6 Data Awal

Berikut adalah table data kunjungan wisata dan pendapatan objek wisata
2020-2021 desa Tete B, bersumber dari Kabid Dispar Tojo Una-Una, (Titin Gilang
W Madilau, SP. MM.).

Tabel 1.1 rekap data jumlah kunjungan wisata di beberapa kawasan Tete B 2020-2021

Lokasi Destinasi Total Jumlah Wisatawan


Pulau Satu, Bugeng, Pulau Dua 2449
Pasir Panjang 241
Buka-buka 1539
Uebutung 157

Pulau Satu terletak paling dekat dengan permukiman Desa Tete B, akses menuju
lokasi ini tidak sulit untuk di jangkau daripada lokasi lainnya seperti pasir panjang
dan buka-buka yang membutuhkan transportasi laut, serta uebutung yang lebih
jauh dari lokasi permukiman dengan sirkulasi yang cenderung sulit di lalui.
Pulau satu tertletak diantara pulau dua dan bugeng, pulau satu memiliki
objek wisata pantai pasir putih dan kekayaan lautnya, selain itu pulau satu
merupakan jalur akses utama untuk menuju pulau lainnya seperti bugeng, pulau
dua, pasir panjang dan buka-buka. Lokasi pantai ini sudah terkenal di kalangan
masyarakat lokal dengan potensi alamnya namun kurangnya perhatian
pemerintah pengelolaan menyebabkan objek wisata ini terbengkalai. Hal ini
disebabkan fokus pemerintah untuk mengelola daerah togean dengan potensi
alamnya yang sudah terkenal luas di kalangan wisatawan padahal ampana kota
juga memiliki potensi alam serupa.

(Gambar 1.1 Lokasi pantai dan kondisi eksisting pulau satu di daerah Tete B)
(Sumber: Gambar pribadi)

(Gambar 1.2 Lokasi pantai dan kondisi eksisting pulau satu di daerah Tete B)
(Sumber: Gambar pribadi)
(Gambar 1.3 Lokasi pantai dan kondisi eksisting pulau satu di daerah Tete B)
(Sumber: Gambar pribadi)

Terlihat pada gambar di atas lokasi ini tidak memiliki fasilitas penunjang
kegiatan wisata, padahal lokasi pantai pasir putih di pulau satu ini dulunya adalah
salah satu aset kepariwisataan di Ampana Kota yang sering dijadikan destinasi
oleh masyarakat lokal untuk ragam aktivitas seperti rekreasi, meneliti, kegiatan
sosial dan berkemah.

(Gambar 1.4 Lokasi pantai dan kondisi eksisting pulau satu di daerah Tete B)
(Sumber: gambar pribadi oleh @fatur mamat 2021)

Lokasi ini memiliki potensi yang baik sebagai objek wisata dilihat dari
minat masyarakat pada potensi alam sebagai nilai jualnya. Menurut beberapa
data yang tersedia, hal ini membuktikan bahwa potensi alam yang ada di Desa
Tete B dalam kondisi terbengkalai karena sudah tak di berdayakan dan dikelola
lebih lanjut oleh pemerintah untuk potensi lahan yang tersedia, menurut data
dan isu permasalahan, perlu di pertimbangkan adanya pengelolaan dari segi
kepariwisataan dengan Sarana dan Prasarana untuk meningkatkan nilai sebagai
objek wisata yang diminati masyarakat dengan harapan agar di masa depan
kredibilitas sektor pariwisata ampana dapat berkembang dan sebagai motivasi
kedepan atau pemicu untuk di bentuknya kawasan wisata desa tete b melihat
bahwa desa Tete B memiliki potensi alam yang tinggi yang siap untuk di kelola.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu direalisasikannya kebijakan-
kebijakan yang bertujuan untuk mendorong perancangan sarana dan prasarana
objek wisata pantai yang dapat meningkatkan stabilitas kegiatan wisata serta
meningkatkan nilai kepariwisataan dan daya tarik dari objek wisata yang tersedia
pada lokasi pantai tersebut maka dari itu perhatian dari pemerintah berdasarkan
kebutuhan masyarakat bahwa area pantai pulau satu perlu di realisasikan untuk
fokus pengembangan objek wisatanya dengan sarana dan prasarana serta
penataan kawasan untuk menunjang aktifitas di area pantai tersebut,
sebagaimana hal yang menjadi motivasi masyarakat untuk beraktifitas saat ini.
Dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer dengan orientasi yang
fleksibel serta dapat berdaptasi dengan sifat dan kecenderungan sosial mayoritas
masyarakat lokal saat ini, Arsitektur Kontemporer sendiri adalah pendekatan
yang tidak terikat oleh syarat tertentu, dan lebih menganut gaya abstrakktif
dapat beradaptasi dengan lingkungan namun tetap dapat menampilkan
perbedaan komposisi dari hal yang modern dengan ciri fungsionalitasnya
maupun tradisional dengan ciri ornamen yang berbasis budayanya. Hal ini di
tujukan melihat dari kecenderungan masyarakat akan minat dan ketertarikan
terhadap hal-hal yang unik, futuristik serta fungsional, yang mana pendekatan ini
akan menjadi khas ciri khas pada objek wisata pantai pulau satu.
2 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Objek

Objek adalah stuktur kalimat yang biasanya berupa kata benda atau orang
yang menjadi pokok pembicaraan. Menurut KBBI, objek adalah benda, hal, dan
sebagainya yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan, dan sebagainya.
Objek adalah nomina yang melengkapi verba transitif dalam klausa.
Dalam linguistik, objek adalah kata benda, frasa kata benda, atau kata ganti
yang dipengaruhi oleh tindakan kata kerja. Objek memberikan detail dan tekstur
bahasa dengan memungkinkan pembuatan kalimat yang kompleks. Objek adalah
unsur kalimat yang dapat dipertentangkan dengan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata objek ini diartikan sebagai hal,
perkara atau pun orang yang menjadi pokok dalam suatu pembicaraan. KBBI juga
mengartikan objek sebagai benda dan lain sebagainya yang dijadikan sebagai
sasaran untuk diperhatikan, diteliti dan lain sebagainya. Jadi, objek adalah hal
yang dijadikan sebagai sasaran atau titik fokus patokan dalam sebuah
pembuatan, aksi atau karya seni rupa.

2.2 Pengertian Wisata

Dirangkum dari berbagai sumber, wisata memiliki beberapa pengertian.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wisata artinya sebuah aktivitas
bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang,
dan sebagainya). Dari pengertian tersebut, dapat disederhanakan, jika wisata
merujuk pada kegiatan melakukan perjalanan ke tujuan tertentu dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan ataupun bersenang-senang.
Pengertian wisata menurut para ahli seperti Koen Meyers (2009), yakni
sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang, ke luar tempat tinggalnya
dan hanya sementara waktu.
Dalam Bahasa Inggris, wisata disebut tour. Pengertian wisata secara
etimologi dari kata “torah” (ibrani) artinya belajar, “tornus” (Bahasa Latin)
artinya alat membuat lingkaran serta “tour” (Bahasa Perancis Kuno) berarti
mengelilingi sirkuit.
Menurut Soetomo (1994), yang didasarkan pada ketentuan WATA (World
Association of Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari
tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan
acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam
maupun diluar negeri. Sehingga pada pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengertian wisata lebih menekankan pada kegiatan yang dilakukan
wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata. Dalam suatu perjalanan wisata,
wisatawan mengunjungi suatu tempat wisata sejarah maka wisatawan tersebut
dapat dikatakan telah melakukan kegiatan wisata sejarah. Dalam artian kegitan
dilakukan adalah untuk menikmati objek-objek bersejarah. Hal terseburt
merupakan gambaran dari kegiatan dalam suatau perjalanan pariwisata. Dimana
kegiatan dalam pariwisata ini sangat ditentukan oleh minat dari wisatawan itu
sendiri. Tidak hanya ditentukan oleh minat wisatawan melainkan berdasarkan
sumber daya pariwisata yang tersedia. Oleh karena itu banyak muncul iustilah
wisata sejarah,wista budaya, wisata alam, wisata edukasi dan jenis wisata
lainnya.
Sedangkan pengertian wisata menurut UU No 10 Tahun 2009 adalah
sebuah kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang, yang
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.

2.3 Objek Wisata

Pengertian Objek Wisata menurut Ridwan (2012:5) merupakan segala


sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan selain itu, pengertian objek
wisata lainnya adalah tempat yang dikunjungi dengan berbagai keindahan yang
didapatkan, tempat untuk melakukan kegiatan pariwisata, tempat untuk
bersenang-senang dengan waktu yang cukup lama demi mendapatkan kepuasan,
pelayanan yang baik, serta kenangan yang indah di tempat wisata.
Sedang menurut SK Menparpostel No. Km 98 PW. 102 MPPT-87,
pengertian Objek wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki
sumber daya alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya
tarik yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
Selain itu, menutip dari salah satu penelitian uny.ac.id, pengertian objek
wisata yang lainnya adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik wisata menurut Undang-Undang No.10 tentang
kepariwisataan.

2.3.1 Fungsi dan Peran Objek Wisata

Fungsi dan peran objek wisata pada dasarnya adalah sebagai sarana atau tempat
wisata yang dilengkapi dengan fasilitas serta dapat memberikan pelayanan yang
layak kepada pengunjung, sehingga dapat memenuhi keinginan para pemakai
dan memberikan kenyamanan privasi dan rasul sampai sehingga manusia waktu
liburan betul betul terisi dengan sesuatu yang memuaskan (Budihardjo. 1997)
objek wisata yang baik harus memperhatikan hal seperti berikut:
a) Kebutuhan penunjang
Menampung berbagai aktivitas pengunjung mulai dari anakanak remaja dewasa
sampai kepada orang tua dengan aktivitas utamanya.
b) Aktifitas tirta
Kegiatan yang dilakukan di kolam sungai dan laut seperti berenang loncat indah
jest sky, menyelam dan sebagainya.
c) Aktifitas darat
Kegiatan yang dilakukan seperti duduk bersantai memandangi pemandangan
alam olah raga bermain di arena permainan menyaksikan pertunjukan jalan-jalan
disekitar hutan lindung mendaki gunung dan sebagainya.
d) Lingkungan
Menjaga kelestarian dan keharmonisan lingkungan dengan
memelihara atau merawat fasilitas penunjang yang ada agar tetap
bersih,indah dan nyaman untuk digunakan selanjutnya sehingga
dengan sendirinya menciptakan suasana lingkungan yang asri.

2.4 Objek Wisata Pantai

Pantai berarti : Bagian dari danau atau tepian laut yang terkena gerakan
ombak Pada bagian atas pantai terdapat endapan dalam bentuk batuan kerikil
sampai endapan yang paling halus selalu terdampar oleh ombak. Sementara
batu-batu besar merupakan tanda batas bagian atas gerakan ombak, batu-
batuan kecil, pasir dan endapan menutupi daratan bagian yang terdekat dengan
air. Bagian daratan yang setiap hari digenangi air pasang surut. (Ensiklopedia
Indonesia, 1980).
Objek Wisata Pantai adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan
yang Kawasannya identik dengan Bagian dari danau atau tepian laut.

2.4.1 Unsur Wisata Pantai

Wisata pantai melibatkan 3 unsur pokok, yaitu:


• Manusia, sebagai subyek pelaku,
• Tempat, sebagai obyek tujuan wisata
• Waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktifitas wisata.
Edward Inskeep (1991) lebih jauh mengatakan bahwa suatu obyek wisata harus
mempunyai 5 unsur penting, yaitu:
1. Daya tarik
Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan
perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi
tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan
primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati
daya tarik tujuan tersebut. Sedang daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam
daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen. Daya tarik suatu obyek
wisata agar dikunjungi wisatawan antara lain:
• Keindahan alam, seperti laut, pantai, danau, dan sebagainya.
• Iklim atau cuaca misalnya daerah beriklim tropis,
• Kebudayaan, sejarah, etnik/ kesukuan,
• Kemudahan pencapaian obyek wisata. Atau dapat juga gabungan dari
beberapa komponen di atas.
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani mereka (wisatawan) selama
perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di
suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan obyek wisatanya.
Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada
saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:
a. Prasarana akomodasi
Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting
dalam kegiatan wisata. Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan
biasanya dipakai untuk kebutuhan menginap, makan dan minum. Daerah
wisata yang menyediakan tempat istirahat yang nyaman dan mempunyai
nilai estetika tinggi, menu yang cocok, menarik, dan asli daerah tersebut
merupakan salah satu yang menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu
daerah wisata.
b. Prasarana pendukung
Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai oleh
wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan untuk
menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan
digunakan untuk melayani mereka. Jumlah dan jenis prasarana pendukung
ditentukan berdasarkan kebutuhan wisatawan.
3. Sarana Wisata
Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata
tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Lebih dari itu, selera pasar pun dapat menentukan tuntutan
berbagai sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
daerah tujuan wisata antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat
komunikasi, serta sarana pendukung lainnya. Tak semua objek wisata
memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.
4. Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata,
baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan
tanah dan dibawah tanah, seperti: sistim pengairan, sumber listrik dan energi,
sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, serta sistem keamanan
atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di
daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata,
sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
5. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai obyek dan daya tarik wisata
akan mengundang kehadiran wistawan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya adalah sebagai
berikut:
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh
para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai
kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat
di sekitar obyek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan
yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
b. Lingkungan
Disamping masyarakat di sekitar obyek wisata, lingkungan alam di sekitar obyek
wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar.
Lalu-lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistim dari fauna dan flora di sekitar obyek wisata.
Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui
penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu obyek
wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu obyek wisata merupakan
lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu
masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak boleh
tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang
berkunjung.

2.5 Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan Objek Wisata adalah menindak kembali, menambahkan


komposisi, mengoptimalkan dalam tindak pengelolaan yang mana dalam
tahapannya memiliki persyaratan dan standarisasi yang dibuat untuk mencapai
objektifitas secara general. Berikut adalah sub-bahasan guna meninjau hal-hal
yang harus di perhatikan dalam pengembangan sebuah objek wisata.

2.5.1 Tinjauan Standarisasi Objek Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang
berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk
datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum
dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut
sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu.
Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya
daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk
dikembangkan.
Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu hal yang menjadi
sasaran wisata terdiri atas :
1) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam, flora, dan fauna.
2) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata
agro, wisata buru, wista petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek
hiburan.
Dalam pasalnya di sebutkan bahwa Pasal 21 Pengusahaan objek dan daya tarik
wisata yang berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan terhadap
keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan
ketenteraman masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 22 Usaha sarana pariwisata
meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan dan penyediaan fasilitas, serta
pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata. Pasal 23 Usaha
sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha:
a) Penyediaan akomodasi
b) Penyediaan makan dan minum
c) Penyediaan angkutan wisata
d) Penyediaan sarana wisata tirta
e) Kawasan pariwisata
2.5.2 Persyaratan Terbentuknya Objek Wisata

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus


berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional.
Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana
pengembangan objek daya tarik wisata harus mampu mengasumsikan rencana
kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.
Suatu obyek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani
(1991:11) syarat-syarat tersebut adalah :
1) What to see di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata
yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah
tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat
dijadikan ”entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi
pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.
2) What to do di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan
disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.
3) What to buy tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-
oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
4) What to arrived di dalamnya termasuk aksebilitas, bagaimana kita
mengunjungi obyek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan,
dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut.
5) What to stay bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama
dia berlibur di objek wisata itu. Diperlukan penginapan-penginapan baik
hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.
Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang
dimiliki kawasan tersebut untuk dapat di tawarkan kepada wisatawan. Hal ini
tidak dapat di pisahkan dari peranan pengelola kawasan wisata. Dalam Oka A.
Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga
tercapainya industri wisata sangat tergantung pada tiga A (3A), yaitu atraksi
(attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).
1. Atraksi (attraction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah : tari-tarian, nyanyian
kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti
(1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang
terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang
mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah :
a) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam
istilah Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah :
• Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.
• Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan,
pantai, air terjun, dan gunung api.
• Hutan belukar.
• Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah perburuan.
• Pusat-pusat kesehatan, misalnya sumber air mineral, sumber air panas,
dan mandi lumpur.
b) Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi
dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting
yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).
• Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau
(artifact)
• Museum, art gallery, perpustakaan, kesenianrakyat dan kerajian
tangan.
• Acara tradisional, pameran, pestival, upacara naik haji, pernikahan,
khitanan, dan lain-lain.
• Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.
2. Aksesibilitas (accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan
komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan
seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsure yang terpenting dalam
aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya,
kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi
dekat.
Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana
meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini
berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain.
Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi
itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.
3. Fasilitas (amenities)
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan Karena
pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginanapan. Fasilitas wisata
merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-sarana penting yang
berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut :
• Akomodasi Hotel
• Restoran
• Air Bersih
• Komunikasi
• Hiburan
• Keamanan
Maka dapat disimpulkan bahwa Perencanaan dan pengelolaan objek dan
daya tarik wisata alam, sosial budaya, harus berdasarkan pada kebijakan
rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana
tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik wisata
harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang
bersangkutan.
Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan
atas :
Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih, Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka. Adanya sarana dan
prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. Objek wisata
alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai,
pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. Hal ini meliputi Fasilitas Akomodasi sebagai
sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas pada area dengan tujuan
pengembangan objek wisata.

2.5.3 Persyaratan Tata Bangunan Fasillitas Akomodasi

Fasilitas akomodasi merupakan salah satu fasilitas wisata yang dapat


menarik wisatawan dan dapat menahan waktu kunjung wisatawan lebih lama.
Akomodasi adalah penyediaan fasilitas berupa bangunan dengan atau tanpa
fasilitas, yang dapat digunakan bagi siapa saja yang membutuhkan tempat untuk
berteduh atau bernaung dimana mungkin ia bisa tidur pada malam hari.
Kesimpulan fasilitas akomodasi adalah sarana yang menyediakan jasa pelayanan
penginapan dengan atau tanpa fasilitas yang dapat digunakan bagi siapa saja
yang membutuhkan dikutip dari, (Tecearini 1995, P:12).
Dikutip dari wawancara dengan konsultan teknik proyek pengembangan
wisata BSW, 1998 tertulis pada karya Ilmiah “Fasilitas Akomodasi Di Kawasan
Wisata” Nurul Mahfuda (1998) Bentuk bangunan fasilitas akomodasi bermacam-
macam, tetapi secara umum bentuk tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua
bentuk yaitu :
a) Bertingkat (convention)
Bentuk bangunan dengan masa bangunan yang besar dan terdiri dari beberapa
lantai. Sistim hubungan ruang berlangsung secara vertikal. Kelebihan dari bentuk
bangunan ini adalah :
• Jarak capai antar aktifitas lebih dekat dan lebih efisien.
• Penggunaan lahan lebih efisien
• View dari kamar tamu menjadi lebih luas
b) Bentuk menyebar
Bangunan fasilitas akomodasi ini terdiri dari beberapa macam masa bangunan
yang merupakan unit tersendiri yang menyebar. Penataan masa horizontal dan
hubungan antar aktivitas secara horizontal. Ukuran bangunan tidak terlalu tinggi.
Keuntungan dari bentuk ini adalah :
• Jarak capai antar aktivitas relatif jauh, namun memungkinkan pelayanan
penunjang untuk tiap-tiap unit.
• Pemakaian luas lahan relatif luas.
• Bangunan lebih terlihat berskala manusia.

2.5.4 Fasilitas Wisata

Beberapa persyaratan fasilitas wisata, antara lain (Abdulkkadir, 1995)


1) Persyaratan Umum
a. Lokasi
• Mudah dicapai oleh kendaraan bermotor
• Harus sesuai dengan master plan
• Bebas dari banjir
• Bebas dari polusi udara dan air
b. Luas dan Penataan Lahan
• Ditata lebih lanjut dalam suatu lingkungan
• Sesuai dengan peruntukan yang dituangkan dengan rencana dan studi
kelayakan serta kenyamanan pengunjung.
c. Bangunan
• Semua yang berada dalam fasilitas wisata harus memenuhi tata
bangunan sesuai dengan aturan yang berlaku.
• Model bangunan disesuaikan dengan lingkungan dan dianjurkan
menampilkan seni budaya setempat.
d. Pintu Masuk
• Pintu masuk dan keluar harus terpisah
• Pada pintu masuk terdapat loket penjualan karcis
• Papan nama terbaca jelas oleh umum
e. Tempat Parkir
• Tersedia tempat parkir kendaraan yang memadai
2) Fasilitas Yang Harus Tersedia
a. Pertamanan
 Lahan terbuka yang dipenuhi rumput, tanaman hias atau tanaman bunga
dan pohon peneduh.
 Jalan taman dan tempat duduk.
b. Fasilitas Rekreasi dan hiburan
 Sekurang-kurangnya tersedia tiga jenis sarana rekreasi yang
 mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan.
c. Fasilitas pelayanan Umum
 Fasilitas ruang kantor pengurus yang terpisah dari fasilitas lain.
 Terdapat toilet untuk pria dan wanita yang terpisah dengan jumlah yang
cukup.
 Terdapat minimal satu bak sampah besar yang diletakkan jauh dari
tempat rekreasi
d. Instalasi Teknik
 Tersedia sumber listrik dan sumber daya cadangan yang cukup.
 Instalasi listrik harus memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.
 Tersedia sumber air bersih yang memenuhi persyaratan sebagaimana
peruntukannya.
 Tiap bangunan harus dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dengan
jumlah yang cukup.
 Harus mempunyai sistem tata suara yang baik dan bias digunakan untuk
pengumuman dan keperluan yang lain.
 Sistem riol untuk tiap bangunan harus dilengkapi dengan septic tank.
 Drainase yang baik harus mencakup keseluruhan fasilitas wisata dan
berhubungan dengan sistem saluran pembuangan air.
3) Fasilitas Penunjang
 Penginapan
 Rumah Makan
 Bar
 Pembelanjaan
 Peminjaman alat-alat rekreasi
4) Pengelolaan Fasilitas Wisata
Ada tiga sistem dalam pengelolaan fasilitas wisata, yaitu :
a. Pengelolaan dari pemerintah yaitu pengelolaaan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui departemen yang berkaitan dengan bidang tersebut
dimana dalam operasionalnya dapat bekerja sama dengan masyarakat
setempat.
b. Pengelola dan pihak swasta yaitu pengelola yang sepenuhnyadilakukan
oleh pihak swasta, biasanya bersifat komersiil sehingga dikelola secara
professional.
c. Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta, merupakan gabungan
antara pemerintah dan swasta.

2.5.5 Pelaku dan Aktivitas

Dikutip dari Kamaruddin, 1998 pelaku kegiatan untuk menentukan ruang-ruang


yang diinginkan, antara lain :
1. Tamu
Yaitu wisatawan yang berkunjung ke hotel dengan tujuan menginap atau tujuan
lain, dibedakan dalam :
a) Tamu Penghuni
Kegiatan utamanya adalah tidur, makan, minum, dan rekreasi. Kegiatan
tambahannya adalah untuk berekreasi
b) Tamu Bukan Penghuni
Kegiatannya hanya sekedar singgah, atau rekreasi dengan memanfaatkan
fasiliatas rekreasi yang ada
2. Staff dan Karyawan
Adalah pihak pengelola yang mengendalikan semua kegiatan yang ada dalam
fasilitas akomodasi, antara lain :
a) Staff Front Office Departement, Yaitu mengurusi tamu, telepon,
penyambutan tamu, pesanan kamar, pembayaran, penyimpanan kunci
dan surat identitas tamu, perjalanan barang milik tamu.
b) Staff Accounting Departement, Mengurusi masalah keuangan,
pendapatan danpengeluaran rutin, pengeluaran untuk peralatan dan
pengeluaran lain.
c) Staff Personal Departement, Mengurusi soal karyawan, absen, dan cuti.
d) Staff Engineering and Transportation, Mengurusi masalah pemeliharaan
bangunan, utilitas, instalasi danmasalah angkutan
e) Staff House Keeping Departement, Mengurusi masalah kebersihan,
pergantian dan penyimpanan peralatan.
f) Staff Foot and Beverage Departement, mengurusi masalah makan dan
minuman.
g) Staff Recreation Departement, Mengurusi kebutuhan tamu yang
berhubungan dengan rekreasi.
Karyawan adalah pihak yang mengerjakan segala sesuatu untuk kebutuhan tamu,
seperti masak, cuci, dan seterika
3. Pelayan
Pelayan berhubungan langsung dengan tamu, seperti makan, minum, tidur,
rekreasi dan rapat.

2.6 Studi Preseden

Pengertian Preseden dalam Arsitektur Berikut merupakan beberapa


pengertian preseden dalam arsitektur, dari beberapa sumber media Preseden
arsitektur adalah sebuah penilaian atau alat analisis untuk melatih kecakapan
desain arsitektur dan memberikan karakter tertentu pada desain arsitektural
seorang arsitek. Preseden arsitektur memberikan tinjauan terhadap design masa
lalu guna memberikan solusi sebagai dasar penalaran dalam situasi desain saat
ini, sehingga memunculkan suatu prinsip desain yang baru atau inovasi

2.6.1 Mauritius Hotel

Resort hotel ini terletak di kawasan Pelabuhan laut (marina). Oleh karena
itu rancangan resort ini memanfaatkan potensi utama kawasan tersebut sebagai
kawasan perairan. Respon rancangan resort ini diwujudkan dengan melengkapi
resort dengan fasilitas dermaga serta mengutamakan penyediaan fasilitas yang
berhubungan dengan kegiatan air. Contoh resort ini adalah Mauritius Hotel yang
dilengkapi dengan fasilitas berenang dan berjemur di tepi perairan.

Gambar 2.1 Bentuk dan Penampilan bangunan


(Sumber : www.beauryvagemauritisholidays.co.uk)

2.6.2 Bora-Bora Resort and Spa

Motu Toopua, Nunue-Bora Bora atol, French Polynesia. tepatnya sebelah


timur Australia atau sebelah Hawai. Terletak di pantai pribadi Bora Bora
sepanjang teluk Bora Bora, yaitu sekitar 160 mil sebelah barat laut dari Tahiti dan
tepatnya 2600 mil sebelah selatan Hawai dengan luas kawasan 29.3 km2 dengan
puncak ketinggian gunung Otemanu sekitar 37 727 meter. Dari Bora Bora Airport
menggunakan perahu menuju resort dengan waktu perjalanan 15 menit.

Gambar 2.2 Bentuk dan Penampilan bangunan


(Sumber : www.stregisborabora.com, 2019)

Bora Bora merupakan pulau kecil yang bergunung. karakter tapaknya sangat unik
dimana Villa terletak di kaki gunung pulau ini. Kondisi topografi berupa daratan
yang berbatasan langsung dengan pantai yaitu berupa lagoon yang menjorok ke
daratan yang berbentuk dari letusan gunung berapi. Fasilitas akomodasi berupa
Guest room 122 kamar yang terbagi 7 tipe : 16 Lagoon View Suite, 9 Garden Villa,
11 Hillside Villa, 38 Overwater Villa, 44 Deluxe Overwater Villa, 2 Royal
Overwater Villa, dan 2 President Overwater Villa.

2.6.3 Arsitektur Kontemporer

Seorang arsitek dapat menggunakan berbagai pendekatan untuk


mendesain suatu karya arsitektur, di antaranya adalah pendekatan kontemporer.
Menurut, Indah Widiastuti, ST, MT, PH.D , dosen arsitektur Institut Teknologi
Bandung, ada dua macam pendekatan kontemporer dalam arsitektur yaitu
waktu dan bentuk. Berdasarkan waktu, arsitektur kontemporer adalah arsitektur
yang dibuat dan dikenal pada masa kini bukan di masa lalu ataupun di masa
depan. Berdasarkan bentuk, yang dimaksud dengan arsitektur kontemporer
adalah arsitektur yang mengambil bentuk suatu bangunan monumental yang
pada masanya dikenal sebagai arsitektur kontemporer.
Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam
merancang secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan
pendapat mengenai definisi dari arsitektur kontemporer, di antaranya sebagai
berikut :
1. Konnemann, World of Contemporary Architecture XX
“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk
mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan
teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur,
berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah dari suatu komunitas
yang tidak seragam.”
2. Y. Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX (1996)
“Kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur yang tidak dapat
dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur
tercakup di dalamnya”.
3. L. Hilberseimer, Comtemporary Architects 2 (1964)
“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya
yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu
yang berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari
beberapa aliran arsitektur.

2.6.4 Prinsip dan Ciri- Ciri Arsitektur Kontemporer

Gaya arsitektur kontemporer terbentuk dari banyak ragam gaya yang


mempengaruhi. Anda bisa berkreasi untuk membuat desain kontemporer
dengan mengadopsi beberapa gaya arsitektur seperti modern, minimalis,
futuristik, eklektik, hingga natura. Tetapi pastikan anda memasukan unsur-unsur
yang menjadi ciri khas arsitektur kontemporer. Ada beberapa ciri khas yang bisa
anda lihat pada gaya arsitektur kontemporer, diantaranya:
1) Bentuk Atap
Jika bangunan pada umumnya menggunakan bentuk atap perisai, plana, jurei
dan lain-lain, maka pada desain kontemporer biasanya menggunakan bentuk
atap datar atau bahkan melengkung dengan bentuk yang dinamis.
2) Pencahayaan Alami yang Maksimal
Bukaan jendela dengan ukuran besar dan banyak akan menangkap cahaya langit
dengan maksimal.
3) Ruang Terbuka dan Mengalir
Pada gaya kontemporer hubungan antar ruang akan terasa menjadi satu dengan
minimalnya sekat atau dinding pemisah.
4) Material Anti Mainstream
Tidak ada material khusus yang menjadi acuan gaya kontemporer. Eksplorasi
material sering dilakukan oleh para perancang untuk menciptakan visual yang
dinamis.
5) Sangat memperhatikan Aspek Lingkungan
Desain dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk menciptakan
bangunan yang ergonomis ekologis sehingga antara bangunan dan alam sekitar
bisa terintegrasi dengan baik.
Dari beberapa sumber tulisan di atas Arsitektur Kontemporer adalah
pendekatan dengan gaya mencerminkan modernitas dan langgam arsitektur
yang tidak terbatasi oleh zaman dengan menganut prinsip fleksibilitas dan
subjektif, tidak terikat pada suatu keadaan tertentu, dalam artian bebas dan
dinamis dari segi konsep dan bentuk fisik sesuai kaitannya dengan adaptasi
dengan lingkungan.
Prinsip Arsitektur Kontemporer Berikut prinsip Arsitektur Kontemporer
menurut (Ogin Schirmbeck:1988) :
1. Bangunan yang kokoh
2. Gubahan yang ekspresif dan dinamis
3. Konsep ruang terkesan terbuka
4. Harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar,
5. Memiliki fasad transparan
6. Kenyamanan Hakiki
7. Eksplorasi elemen lansekap area yang berstruktur.

2.6.5 Museum Tsunami Aceh

Museum tsunami adalah sebuah museum yang dirancang oleh salah satu
arsitek terkenal Indonesia yaitu Ridwan Kamil. Museum ini merupakan salah satu
cara untuk mengenang kejadian tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26
Desember 2004. Museum Tsunami Aceh diresmikan pada tahun 2009.

Gambar Museum Tsunami Aceh


Sumber:www.google.com

Bangunan ini menyerupai sebuah kapal yang memiliki cerobong besar


ditengah bangunan dan menggunakan material kaca yang ditutup oleh
secondary skin yang merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur kontemporer.
Berikut ruang-ruang utama yang ada di Museum Tsunami Aceh.
Bangunan Museum Tsunami Aceh akan di kaji melalui 7 prinsip arsitektur
kontemporer menurut Schirmbeck :

Tabel 2.1 Kajian Museum Tsunami Aceh

Prinsip Kontemporer Kenyataan Gambar Bangunan


Bangunan terlihat
Bangunan kokoh kokoh menyerupai
bentuk kapal

Gubahan massa
Gubahan ekspresif berasal dari bentuk
dan dinamis kapal dan tidak kaku
(berbentuk oval)
Pada lantai dasar
merupakan area
terbuka dan dijadikan
Konsep ruang
area komunal sehingga
terkesan terbuka
dapat menyatu dengan
ruang
luar
Pada lantai dasar
terdapat jembatan
yang dibawahnya
Harmonisasi ruang
terdapat air, sehingga
luar dan ruang dalam
memberikan kesan
sedang berada
dialam terbuka.
Museum tsunami
menggunakan fasad
Memiliki fasad yang
yang terbuat dari kaca
transparan
yang kemudian diberi
secondary skin
Pada pintu masuk
menggunakan ramp
sehingga ramah bagi
kaum difabel.
Kenyamanan Hakiki Menonjolkan
penggunaan beton
sebagai bahan utama
sehingga memberikan
kesan kejujuran

-Lansekap
mengoptimalkan
penggunaan vegetasi.
Eksplorasi elemen -Pada bagian atap
lansekap bangunan
menggunakan roof
garden yang dapat
dijadikan area komunal

2.6.6 Museum Gunung Api Merapi Yogyakarta

Gambar Tampak Depan Museum Gunung Api Merapi Yogyakarta


(Sumber : www.google.com)
Museum Gunung Api Merapi memiliki 2 lantai yang diresmikan tahun 2010 silam
ini menjadi salah satu tempat wisata menarik di daerah Hargobinangun, Sleman.
Bentuk bangunannya unik, berbentuk trapesium dengan salah satu sisi
puncaknya mengerucut membentuk segitiga. Bangunan Museum Merapi Jogja
akan di kaji melalui 7 prinsip arsitektur kontemporer menurut Schirmbeck :

Tabel 2.2 Kajian Arsitektur Kontemporer Museum Merapi

Prinsip
Kontempore Kenyataan Gambar Bangunan
r

Bangunan
Bangunan terlihat kokoh
kokoh menyerupai
bentuk gunung

Gubahan massa
berasal dari
Gubahan
bentuk gunung,
ekspresif dan
dan menjadi
dinamis
ikon merapi di
daerah Sleman

Pada tengah
bangunan
Konsep ruang
terdapat area
terkesan
terbuka yang
terbuka
batuan hasil dari
letusan merapi
Pada dinding
bangunan
menggunakan
Harmonisasi kaca, sehingga
ruang luar memberikan
dan ruang kesan menyatu
dalam dengan
courtyard yang
ada di tengan
bangunan
Pada area hall,
menggunakan
Memiliki fasad kaca
fasad yang sehingga
transparan mengundang
orang untuk
datang
-Lansekap
mengoptimalkan
penggunaan
vegetasi. - Pada
Eksplorasi
area sekitar
elemen
bangunan masih
lansekap
mempertahanka
n vegetasi alami,
seperti pohon
tinggi
2.6.7 Kesimpulan Studi Banding

Indikasi sebuah pendekatan arsitektur yang disebut sebagai arsitektur


kontemporer meliputi beberapa hal yaitu Ekspresi bangunan bersifat subjektif,
Kontras dengan lingkungan sekitar, Bentuk simple dan sederhana namun
berkesan kuat, Memiliki image, kesan, gambaran, serta penghayatan yang kuat,
dengan tetap bisa menjaga estetika dan fungsionalitas dengan kecenderungan
zaman terkini, maupun masa depan. Dapat terlihat dari pengoptimalan struktur
dan lansekap dengan bentuk yang abstraktif namun tetap adaptif dengan
lingkungannya.
3 III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode


penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2006: 5)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. metode secara kualitatif dilakukan sesuai
dengan tujuan penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas
kondisi yang telah terjadi dilokasi penelitian, seperti analisis objek dan daya Tarik
wisata, analisis keunikan dan keunggulan lokal, analisis sosial budaya,
berdasarkan fakta di lapangan dengan landasan teori.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian terletak di pantai Pulau Satu, Desa Tete B, Kecamatan


Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi
penelitian mempertimbangkan potensi alam yang terdapat pada area tersebut.
Kecamatan Ampana Tete mempunyai luas 769,02 m2, dengan Batasan
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Teluk Tomini/Kep.Togean
Sebelah Selatan : Kecamatan Ulubongka
Sebelah Barat : Kecamatan Ampana Kota/Ratolindo
Sebelah Timur : Kecamatan Bunta/Kabupaten Banggai
Gambar 3.1 Peta Sulteng, Ampana, dan peta lokasi Desa Tete B
(Sumber : https://www.google.com/maps/place/Pantai+Pasir+Putih+Tete+B+Ampana)
3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan
masalah yang ada di lokasi penelitian, dimana data tersebut diolah di analisis dan
diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah di pelajari.
a) Data Primer
Data ini merupakan data yang akan diperoleh melalui observasi dan analisa
di lapangan. Data-data yang diperoleh antara lain :
Makro, berupa kondisi eksisting tapak terpilih untuk hotel resort yang
meliputi batas-batas tapak, tata wilayah, kondisi tanah, kondisi vegetasi, jaringan
dan utilitas, view, orientasi matahari dan angin, aksebilitas dan sirkulasi.
Mikro, meliputi kebutuhan dan aktivitas pengunjung yang nantinya akan
mengambil referensi dari wawancara narasumber serta survey lapangan yang
dapat di jadikan sebagai acuan dalam perancangan.
b) Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh melalui studi Pustaka, literatur, data dari dinas instansi
terkait, data peraturan daerah yang berasal dari administrasi instansi, serta
sumber dukungan lainnya, seperti buku, jurnal penelitian, dan internet.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang menjadi kebutuhan untuk proses penelitian ini


dikumpulkan dengan beberapa cara atau Teknik pengumpulan data, adalah
sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observasi) yaitu melakukan pengamatan dan mencatat
data secara sistematis terhadap hal – hal yang mendukung penyusunan
penelitian, Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang yang dilihat
secara langsung maupun melalui pengukuran.
2. Survey Wawancara, yaitu Teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan
data atas dasar kriteria yang di butuhkan penelitian dengan pedoman
wawancara yang di lakukan secara tatap muka.
3. Studi Pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan mengkaji literatur
yang mendukung kebutuhan penelitian dalam hal teori.
4. Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan
arsip dokumen-dokumen yang telah di publikasikan serta pengambilan
gambar yang mendukung data penelitian.

3.5 Instrumen Data

Adapun Instrumen atau alat yang digunakan untuk mendukung proses


pengambilan data adalah sebagai berikut :

Alat Kegunaan
Kamera Digital Mengambil gambar kondisi lokasi
Alat Tulis/Gambar Mencatat hasil survey lapangan
Peta Kejelasan data dan analisis
Tabel 3.1 peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan data
Sumber : (Hasil Analisis)

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk mencapai pengumpulan data yang menunjang keperluan penelitian,


dilakukan proses analisis data yang dikumpulkan di antaranya adalah sebagai
berikut :
a) Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi melalui wawancara dengan
narasumber, studi literatur, dokumentasi maupun observasi lapangan.
b) Reduksi Data
Penyaringan data yang di peroleh pada saat penelitian yang kemudian
data tersebut akan di pilah sesuai dengan klasifikasi yang di butuhkan
penelitian secara sederhana.
c) Penyajian Data
Informasi yang telah dikumpulkan disusun dengan tujuan untuk menarik
kesimpulan dari analisa
d) Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini, data yang telah melewati proses Pengumpulan, Reduksi, dan
Penyajian, kemudian dicocokan dengan catatan dan pengamatan yang telah
dilakukan selama proses analisis atau memverivikasi Kembali keaslian data.
3.7 Kerangka Pikir

JUDUL
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
PANTAI DESA TETE B AMPANA

Rumusan Masalah
Bagaimana menata Konsep dan Desain untuk pengembangan Objek
Wisata Pantai Desa Tete B dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer

Tinjauan Pustaka
Teori yang berkaitan dan dijadikan acuan penelitian

Data Primer Data Sekunder


Observasi Data Pelengkap dari pihak kedua
Wawancara yang berupa administrasi, peta,
Dokumentasi dan literatur pendukung lainnya

Analisis Data

Analisis Mikro Analisis Makro


Kondisi Eksisting Kondisi Eksisting
Analisis Tapak Analisis Tapak
Pelaku aktivitas Lansekap
Kebutuhan dan Besaran Tata Massa
Ruang
Konsep Perancangan

Rekomendasi Desain

DESAIN
DAFTAR PUSTAKA

10 Prinsip Arsitektur Kontemporer & Contoh Bangunannya. 2021. Diakses pada


26 Februari 2022, dari https://prospeku.com/artikel/arsitektur-
kontemporer---2942.
Abdulkkadir L.M. 1995. Perkembangan Pengusahaan Objek Wisata Alam dan
Wisata Baru. Asosiasi Watwari.
Ali, M.H. 2020. KAWASAN WISATA PANTAI BALOYYA DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR VERNAKULER, Skripsi, dipublikasikan. Makassar : Fakultas
Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Forum Arsitek, Pengertian & Ciri Arsitektur Kontemporer. 2019. Diakses pada 3
Maret 2022, dari https://arsitek-kampoeng.com/category/forum-arsitek/.
https://hot.liputan6.com/read/4692952/objek-adalah-bagian-dari-struktur-
kalimat-kenali-penggunaannya. Objek Adalah Bagian dari Struktur
Kalimat, Kenali Penggunaannya. diakses pada tanggal 18 Oktober 2022.
https://id.wikipedia.org/wiki/Obyek_wisata. Obyek Wisata. diakses pada tanggal
18 Oktober 2022.
https://kbbi.web.id/objek. Arti Kata Objek. diakses pada tanggal 18 Oktober
2022.
https://www.amesbostonhotel.com/pengertian-wisata/. Wisata Adalah:
Pengertian, Tujuan, Jenis, Klasifikasi dan Contoh. diakses pada tanggal
18 Oktober 2022.
https://www.diadona.id/travel/pengertian-objek-wisata-daya-tarik-wisata-
wisata-alam-dan-definisi-menurut-para-ahli-210712q.html. Pengertian
Objek Wisata, Daya Tarik Wisata, Wisata Alam, dan Definisi Menurut
Ahli. diakses pada 18 Oktober 2022.
Kamaruddin. 1998. Hotel Wisata Alam Bangko. JUTA-UGM.
Mahfuda, Nurul. 1998. Fasilitas Akomodasi Di Kawasan Wisata, Skripsi,
dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Maryani,E. 1991. Pengantar Geografi Pariwisata. IKIP Bandung.
Maryuni, S.Y. 2002. Fasilitas Akomodasi pada Kawasan Wisata Parangtritis,
Skripsi, dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Schirmbeck, E. (1988). Gagasan, Bentuk, Dan Arsitektur. Prinsip-Prinsip
Perancangan Dalam Arsitektur Kontemporer.
Bandung: Intermatra , 1988.
Simond, J.O., 1978, Earthscape, McGraw Hill Book Company, New York.
Tecearini. 1995. Fasilitas Akomodasi di Parangtritis. JUTA-UGM.
Yoeti, O.A., 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta.
Yoeti, O.A., 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Pradnya
Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai