Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS FASILITAS DAN SARANA PRASARANA

PENUNJANG DESA WISATA BONJERUK KECAMATAN


JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH MENUJU DESA
WISATA MAJU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan dalam Seminar Proposal Peneliitian


Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Pariwisata

Disusun Oleh:
IKA PUSPITA
20101093

PROGRAM STUDI PARIWISATA


SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM
TAHUN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN / LEMBAR PERSETUJUAN

Telah diperiksa kelengkapan proposal ini


Tanggal: …..

Disahkan/disetujui oleh Ketua Prodi S1 Pariwisata


Untuk diseminarkan

Dr. Drs. Syech Idrus.,M.Si


NIP. 195912311987031015

ii
KATA PENGANTAR
Dengan megucapkan syukur kehadiarat Allah SWT, Tuhan semesata alam dan
berkat Rahmat, Hidayah, serta Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Eksistensi Makam Keramat Sebagai
Daya Tarik Wisata di Desa Pancor Lombok Timur”. Proposal skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 Pariwisata,
Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Halus Mandala., M.Hum, selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
(STP) Mataram, yang telah memberikan fasilitas untukkelancaran penyusunal
proposal ini.
2. Segenap Dosen Pengampu Mata Kuliah S1 Pariwisata yang telahmemberikan
ilmunya sehingga penulis dapat menysusun proposal skripsi ini.
3. Segenap Staff Administrasi STP Mataram, khususnya staff administrasi di
program studi S1 Pariwisata Mataram, yang telah banyak memberikan bantuan
terutama proses administrasi tentang seminar proposal yang penulisikuti saat ini.
4. Orang tua, saudara-saudara penulis, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang
yang selalu tercurah selama ini.
5. Segenap teman-teman seangkatan terlebih teman sekelas, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang memberikan motivasi dan dukukangan
moril kepada penulis untuk menyelesaikan proposal ini.

iii
Pemulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pariwisata.

Jonggat, 01 juli 2023

IKA PUSPITA

iv
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Konteks Penelitian .......................................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan penelitian ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
1.4.1Manfaat Teoritis ............................................................................................. 3
1.4.2Manfaat Praktis .............................................................................................. 3
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP ........................................................ 4
2.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................ 4
2.2 Kajian Teori ......................................................................................................... 6
2.2.1 Sarana dan prasarana .................................................................................... 6
2.2.2 Desa Wisata................................................................................................ 10
2.3 Kajian Konsep ................................................................................................ 12
2.3.1 Konsep Desa Wisata ................................................................................... 12
2.3.2 Kategori Desa Wisata................................................................................ 13
2.4 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 16
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 16
3.2 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 16
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 18
3.4 Penentuan Informan ......................................................................................... 18
3.5 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 19
3.6 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 19

v
3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 19
3.8 Teknik Analisis Data..................................................................................... 20
3.9 Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
LAMPIRAN ..............................................................................................................22

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...................………


3.1 Daftar Informan Penelitian...........................................

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran...................……………………...


3.1 Peta Lokasi Penelitian....................................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara Dengan Tokoh Masyarakat


Kuesioner Untuk Anggota Pokdarwis...........................
2. Pedoman Wawancara Dengan Kepala Desa..................

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian


Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang menunjang
perekonomian, oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan pariwisata ke arah yang
lebih baik. Salah satu solusi untuk membangun pariwisata ke arah yang lebih baik
adalah dengan menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism).
Konsep Pariwisata Berkelanjutan ini merupakan konsep pengembangan pariwisata
dengan memperhitungkan serta memperhatikan keseluruhan dampak ekonomi, sosial,
serta lingkungan untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Maka dari itu,Salah
satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keberlanjutan sebuah destinasi wisata adalah
aspek fasilitasnya. Dengan penyediaan fasilitas yang memadai dan memperbaiki
fasilitas yang tidak terawat serta membangun fasilitas lain di tempat wisata menjadi
salah satu upaya untuk mengembangkan wisata menuju lebih baik dan menjadi wisata
maju. Namun faktanya masih banyak ditemukan beberapa destinasi wisata dengan
fasilitas yang belum memadai bahkan ada destinasi wisata yang tidak memiliki fasilitas
umum yang lengkap, sehingga menyulitkan wisatawan. ada juga yang sudah memiliki
fasilitas penunjang, namun tidak dirawat dengan baik dan dibiarkan kotor begitu saja.
Padahal apabila disediakan fasilitas yang lengkap dapat memudahkan serta membuat
wisatawan nyaman saat berlibur. Hal tersebut juga relevan dengan pasal 7 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, mengenai salah satu pilar yang
ada dalam pembangunan kepariwisataan yakni pembangunan destinasi pariwisata. Di
dalam pembangunan destinasi pariwisata mencakup pembangunan daya tarik wisata,
fasilitas pariwisata, prasarana dan infrastruktur, hingga pemberdayaan masyarakat.
Desa Bonjeruk merupakan desa wisata dengan kategori desa wisata berkembang.
Desa wisata berkembang adalah desa wisata yang sudah ada kunjungan dari wisatawan
baik lokal maupun mancanegara. Sarana dan prasarana dan fasilitas wisata yang

1
disediakan sudah berkembang, sehingga mulai tercipta kegiatan wisata dan terciptanya
lapangan kerja bagi penduduk setempat. Dalam pengembangannya desa wisata
bonjeruk sudah banyak dilakukan upaya dan strategi untuk memaksimalkan potensi
wisata yang ada. Selain itu keterlibatan pokdarwis dan para stakeholders dirasa sudah
cukup terlibat dalam pengembangan desa wisata ini. Dari beberapa artikel jurnal
didapatkan informasi bahwa Desa Wisata Bonjeruk memiliki banyak potensi wisata
yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata yang maju bahkan mandiri namun
meskipun demikian ada beberapa kekurangan yang menjadi sebuah kendala dalam
pengembangannya yaitu terletak pada fasilitas dan sarana prasarana pendukung
kegiatan wisata yang masih memerlukan perhatian khusus dan pengadaan dari para
pemangku kepentingan (STAKEHOLDERS). Untuk menuju desa wisata maju desa
bonjeruk harus mampu untuk meningkatan kualitas destinasi dengan pemaksimalan
sarana prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan wisata, tentunya dengan
mempertimbangkan juga penerapan digitalisasi untuk kemajuan teknologi di desa
bonjeruk agar dapat beradaptasi dengan kemajuan digital saat ini.

1.2 Fokus Penelitian


Berdasarkan Konteks Penelitian diatas dapat ditarik fokus penelitian yaitu:
1. Apa saja Sarana prasarana dan fasilitas pendukung kegiatan wisata di
desa Bonjeruk?
2. Bagaimana Model pengembangan desa wisata Bonjeruk untuk menuju
desa wisata Maju?
3. Apa saja kendala yang menjadi fakor penghambat pengembangan fasilitas
wisata desa wisata bonjeruk?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun Tujuan penelitian ini dilakukan antara lain:
1. Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas wisata desa bonjeruk sehingga
dapat dilakukan perbaikan yang tepat dalam pengembanganya.

2
2. Untuk menentukan strategi pengembangan fasilitas yang tepat sesuai
dengan kondisi desa wisata bonjeruk saat ini.
3. Untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan sarana prasarana yang ada di
desa bonjeruk melalui hasil analisis penelitian ini.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada 2 yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan
informasi dan wawasan pengetahuan baru berupa pemikiran hasil analisis
untuk pengembangan ilmu dalam bidang pariwisata untuk menentukan
langkah yang tepat dalam pengembangan destinasi wisata terutama dalam
aspek fasilitasnya untuk bisa berkelanjutan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan petunjuk dan pedoman bagi para stakeholders atau pengelola desa
wisata bonjeruk dalam pengembangan fasilitas pendukung kegiatan wisata
untuk bisa lebih maju dan terkelola dengan baik.

3
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP

2.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian yang berkaitan dengan fasilitas wisata sudah banyak dilakukan oleh
para peneliti yang ahli dalam bidang pariwisata, Namun dalam hal ini peneliti
memaparkan pembahasan terkait dengan fasilitas dan sarana prasarana yang ada di desa
bonjeruk. Hasil penelitian terdahulu tersebut dapat memberikan gambaran bagi peneliti
dalam proses penelitian. Adapun kajian Hasil penelitian terdahulu yang Relevan
dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Murianto M.Par (2019) Dosen Sekolah Tinggi
Pariwisata Mataram dengan judul penelitian “ Desa Bonjeruk Sebagai Desa
Wisata Berbasis Alam dan Budaya”. Penelitian ini dilakukan di kawasan desa
wisata bonjeruk kecamatan jonggat kabupaten lombok tengah dengan metode
analisis data yaitu menggunakan Metode Kualitatif dengan tujuan untuk
mengetahui deskripsi dari persepsi masyarakat terhadap pengembangan
destinasi wisata dengan melibatkan masyarakat di desa boonjeruk, kabupaten
lombok tengah. Hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa desa wisata
bonjeruk memiliki banyak potensi wisata berbasis alam dan budaya yang dapat
dikembangkan yaitu: Kokoh dalam Bonjeruk, Hamparan persawahan, Kebun
bambu, Pasar Rebo bonjeruk, Masjid Kuno Raden Nune Umas, Rumah kuno
bangsawan bonjeruk, wayang kulit dan banyak ptensi wisata lainnya serta
strategi dalam pengembangan potensi wisata yang ada menjadi fokus
penelitiannya
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama sama membahas
tentang desa wisata bonjeruk namun penelitian terdahulu diatas membahas tentang
potensi wisata yang ada, sedangkan dalam penelitian ini lebih spesifik membahas atau
fokus terhadap bagaimana keberadaan fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki oleh

4
desa wisata bonjeruk untuk bisa dikembangkan menjadi desa wisata maju kedepannya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Arya Efendi (2023) dengan judul penelitian
“pengembangan desa wisata bonjeruk berbasis partisipasi masyarakat di
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ”. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Responden dalam penelitian ini
adalah ketua pokdarwis, masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait
dalam pengembangan Desa Wisata Bonjeruk. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model pengembangan desa wisata dilakukan melalui
pendekatan Community Based Tourism atau yang lebih dikenal dengan
CBT, yang melalui 3 tahapan seperti, mengikutsertakan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, keterlibatan masyarakat dalam usaha-usaha dan
mendapat keuntungan, pemberdayaan sumber daya dan distribusi
keuntungan.
Persamaan penelitian terdahulu diatas dengan penelitian ini adalah sama sama
membahas Pengembangan wisata desa wisata bonjeruk namun perbedaannya terletak
dalam pembahasannya yang mana penelitian terdahulu diatas terfokus bagaimana
partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan desa wisata bonjeruk, sedangkan
dalam penelitian ini berfokus pada pembahasan fasilitas pendukung desa wisata
bonjeruk.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ramdah Radjab, Dkk (2022) dengan judul
penelitian “ Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menggali Potensi Alam dan
Budaya dalam Pengembangan Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat”. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat. Metode kualitatif dipergunakan dalam
menganalisis dan mengolah data untuk menarik kesimpulan sebagai hasil
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
wawancara, observasi lapangan, studi dokumentasi dan penyebaran kuesioner.
Potensi alam yang dimiliki Desa Wisata Bonjeruk adalah keanekaragaman hasil

5
alam seperti buah-buahan, kopi, bekicot dan keindahan alam desa dengan udara
yang segar. Potensi budaya yang dimiliki Desa Wisata Bonjeruk adalah sebagai
berikut: Bangunan Bersejarah” Gedeg Beleq Bonjeruk”.
Penelitian terdahulu diatas fokus terhadap potensi alam maupun budaya yang dimiliki
desa wisata bonjeruk dan bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
potensi yang ada did desa bonjeruk, sedangkan dalam penelitian ini berfokus
bagaimana fasilitas dan sarana penunjang kegiatan wisatanya.

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Sarana dan Prasarana
a. Definisi Sarana dan Prasarana
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:999) menyatakan bahwa
sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam pencapaian
maksud atau tujuan. Sedangkan menurut Suhelayanti,Dkk (2020) Secara etimologi
sarana diartikan sebagai alat langsung yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu, Sedangkan Prasarana berarti alat tidak langsung yang dimanfaatkan untuk
meraih tujuan.Sarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructure) adalah semua
fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan
berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang beraneka ragam.
Beberapa bentuk saran dan prasarana pariwisata antara lain:
1. Receptive Tourist Plant
Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk
mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata,
yaitu :
a. Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan
menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang akan melakukan perjalanan
wisata. Misalnya: tour operator and travel agent.

6
b. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan, penjelasan, promosi
dan propaganda tentang suatu daerah tujuan wisata. Misalnya: Tourist
Information Center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu
resort.
2. Residental Tourist Plant
Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk
mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata,
yaitu :

a. Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan


menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang akan melakukan
perjalanan wisata. Misalnya: tour operator and travel agent.
b. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan, penjelasan, promosi
dan propaganda tentang suatu daerah tujuan wisata. Misalnya: Tourist
Information Center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan, atau
suatu resort.
3. Recreative and Sportive Plant
Semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olah raga.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain golf, kolam
renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya.

b. Sarana Pariwisata

Pengertian Sarana Pariwisata (tourism superstructures) adalah perusahaan-


perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung
atau tidak langsung dan hidup serta kehidupan perusahaan tersebut sangat
tergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana Pariwisata dapat di bagi ke dalam tiga bagian, yaitu :

7
1. Sarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures)
Sarana pokok pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat
tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata.
Misalnya: Travel Agent and Tour. Operator Perusahaan-perusahaan angkutan
wisata Hotel dan jenis akomodasi lainnya. Bar dan Restoran, serta rumah makan
lainnya. Objek wisata dan atraksi wisata. Organisasi Kepariwisataan Nasional
Indonesia.Pada dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas
minimal yang harus ada pada suatu daerah tujuan wisata, jika salah satu tidak ada
maka dapat dikatakan perjalanan wisata yang dilakukan tidak berjalan seperti
yang diharapkan.

Sarana pokok pariwisata ini oleh Nyoman S. Pendit disebut dengan istilah “perusahaan
utama yang langsung” yang terbagi ke dalam Objek Sentra dan Subjek Sentra sebagai
berikut :

a. Objek Sentra : termasuk perusahaan akomodasi, perusahaan


pengangkutan/transportasi, tempat peristirahatan yang khusus bagi pengunjung
yang sakit beserta kliniknya, perusahaan manufaktur (kerajinan tangan atau
barang-barang kesenian), toko-toko souvenir, badan usaha yang menyajikan
hiburan-hiburan (EO) atau menyediakan pemandu (guide) serta penerjemah,
lembaga khusus untuk mempromosikan pariwisata.

b. Subjek Sentra : perusahaan penerbitan pariwisata yang memajukan promosi


pariwisata secara umum ataupun khusus, kantor yang membiayai pariwisata
(Travel Bank, Travel Credit, Social Tourism, and Youth Travel), asuransi
pariwisata (seperti kecelakaan, sakit dan biaya rumah sakit saat melakukan
perjalanan).

8
2. Sarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures)

Sarana pelengkap pariwisata adalah perusahaan atau tempat-tempat yang


menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi
sarana pokok pariwisata, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat
wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata.

Sarana pelengkap pariwisata oleh Nyoman S. Pendit disebut sebagai


“perusahaan pariwisata sekunder”, karena tidak seluruhnya tergantung kepada
kedatangan wisatawan tetapi juga diperuntukkan bagi masyarakat setempat
yang membutuhkannya.

Nyoman S. Pendit memberi contoh perusahaan pariwisata sekunder sebagai


berikut :

• Perusahaan yang membuat kapal khusus untuk wisatawan, seperti : cuiser,


gerbong khusus bagi wisatawan, mobil atau bus khusus bagi wisatwan.
• Toko pakaian (boutiques), toko perhiasan (jewellery), toko kelontongan dan
toko foto (cuci-cetak).
• Binatu, salon (barbershop), salon kecantikan, dan lain-lain.
3. Sarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures)
Sarana penunjang pariwisata adalah perusahaan yang menunjang sarana
pelengkap dan sarana pokok. Selain berfungsi untuk membuat wisatawan lebih
lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, sarana penunjang pariwisata
memiliki fungsi yang jauh lebih penting yaitu membuat wisatawan lebih banyak
mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya.

Misalnya night club, casinos, steambaths, dan lain-lain.

9
2.2.2 Desa Wisata

a. Definisi Desa Wisata

Desa Wisata Menurut Pergub DIY No. 40 Tahun 2020 Desa wisata bisa
diartikan sebagai kelompok atau kumpulan masyarakat yang berusaha dalam
bidang pariwisata. Adapun kegiatan wisata tersebut di dalamnya meliputi atraksi,
akomodasi serta fasilitas dengan prinsip wisata yang berbasis masyarakat.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 Desa wisata didefinisikan secara


jelas bahwa desa wisata adalah daerah tujuan wisata atau destinasi wisata yang
telah mengintegrasikan beberapa unsur secara komprehensif. Diantaranya
meliputi daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan fasilitas umum, serta
aksesibilitas yang ditampilkan dalam struktur kehidupan masyarakat. Unsur
tersebut juga sudah menyatu dengan tradisi dan tata cara yang berlaku.

Sedangkan apa itu desa wisata menurut para ahli seperti yang dijelaskan
Nuryanti (2016) adalah perwujudan dari kombinasi atraksi, akomodasi serta
fasilitas yang dikemas dalam kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi
sehingga menjadi tujuan wisata.

b. Kriteria Desa Wisata

Dalam pengembangan desa wisata diperlukan syarat dan kriteria tersendiri


sehingga nantinya akan memberikan perubahan yang membedakan desa wisata
dengan desa lainnya. Adapun kriteria untuk mengembangkan desa wisata antara
lain adalah:

10
• Desa tersebut mempunyai daya tarik wisata seperti daya tarik berupa
wisata alam, wisata budaya atau bahkan wisata buatan yang
merupakan karya kreatif masyarakat desa.
• Mempunyai komunitas masyarakat dan sumber daya manusia yang
terlibat langsung dalam kegiatan pengembangan pariwisata.
• Mempunyai kelembagaan yang melakukan pengelolaan dalam
kegiatan desa wisata.
• Mempunyai ketersediaan dan dukungan fasilitas maupun sarana dan
prasarana yang akan mendukung kegiatan pariwisata di desa.
• Mempunyai potensi serta peluang untuk mengembangkan pasar
pariwisata.
c. Jenis Desa Wisata

1. Desa Wisata yang Berbasis pada Keunikan SDA

Jenis desa wisata ini mengunggulkan potensi wisata alam sebagai daya
tarik utama bagi pariwisata. Biasanya bisa berupa alam pegunungan,
pantai, sungai, hutan, lembah, danau, perbukitan dan lain sebagainya.

2. Desa Wisata yang Berbasis pada Keunikan Budaya Lokal

Jenis desa wisata ini mengusung keunikan tradisi serta budaya lokal
sebagai daya tarik utama untuk memikat wisatawan. Seperti kehidupan
adat yang masih dipertahankan, budaya yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari serta aktivitas spiritual atau religi.

11
3. Desa Wisata Kreatif

Jenis desa wisata ini ditandai dengan keunikan berupa industri kreatif
yang dijalankan oleh masyarakat desa. Misalnya saja kerajinan tangan
seperti gerabah, ukiran, kesenian dan lain sebagainya.

4. . Desa Wisata yang Berbasis Kombinasi

Jenis desa wisata ini biasanya memadukan satu atau lebih daya tarik
wisata untuk kegiatan pariwisata di desa. Bisa berupa kombinasi antara
daya tarik wisata alam dan budaya, wisata alam dan kreatif atau
kombinasi ketiganya.

2.3 Kajian Konsep


2.3.1 Konsep Desa Wisata
Desa wisata merupakan salah satu bentuk penerapan pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan. Melalui pengembangan desa
wisata diharapkan terjadi pemerataan yang sesuai dengan konsep pembangunan
pariwisata yang berkesinambungan. Di samping itu, keberadaan desa wisata
menjadikan produk wisata lebih bernilai budaya pedesaan sehingga pengembangan
desa wisata bernilai budaya tanpa merusaknya (Dewi, n.d.). Desa wisata merupakan
bentuk pariwisata, yang sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di
dekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil dan mempelajari kehidupan
desa dan lingkungan setempat (Inskeep, 1991). Konsep di atas menjelaskan bahwa
rural tourism merupakan sebuah daerah wisata yang mengacu pada masyarakat
pedesaan yang memiliki tradisi sendiri, warisan seni, gaya hidup, tempat, serta nilai-
nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi, dimana ketika wisatawan berwisata ke
daerah tersebut, wisatawan akan mendapatkan informasi tentang kebudayaan dan

12
pengalaman akan cerita rakyat, adat istiadat, pemandangan.
Menurut Gumelar (2010) tidak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa
adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat
perhatian pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting,
antara lain:
1. Keunikan, keaslian, sifat khas
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara
hakiki menarik minat pengunjung.
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar,
maupun sarana lainnya.

2.3.2 Kategori Desa Wisata


Desa wisata memiliki klasifikasi atau kategori untuk bisa membedakan
kelompok desa wisata sehingga dapat diberikan nilai dan strategi yang berbeda pula
dalam pengembangannya. Berikut kategori desa wisata.
1. Desa Wisata Rintisan
adalah Desa Wisata Rintisan yang merupakan desa wisata yang masih
berupa potensi sebagai desa wisata. Sarana prasarana desa wisata rintisan
terbilang terbatas, sehingga belum maupun masih sedikit kunjungan dari
wisatawan. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata belum
sepenuhnya tumbuh.
2. Desa Wisata Berkembang
Desa Wisata Berkembang merupakan desa wisata yang sudah ada kunjungan
dari wisatawan dari luar daerah. Sarana prasarana dan fasilitas juga sudah
berkembang, sehingga mulai tercipta lapangan kerja bagi penduduk daerah.
Selain itu juga didukung akan kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata
tumbuh.

13
3. Desa Wisata Maju
adalah Desa Wisata Maju yang tergolong desa wisata yang masyarakatnya
sadar akan potensi wisata yang ada di daerahnya. Selain itu, banyak
kunjungan wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Sehingga,
masyarakat mampu mengelola usaha pariwisata melalui pokdarwis maupun
kelompok kerja lokal.
4. Desa Wisata Mandiri
adalah Desa Wisata Mandiri yang memiliki inovasi dalam pengembangan
potensi desa menjadi unit kewirausahaan mandiri. Sehingga, desa ini banyak
dikenal wisatawan mancanegara dan menerapkan konsep berkelanjutan
(Sustainability) yang diakui dunia. Sarana dan prasarana menerapkan
standar internasional, minimal ASEAN serta pengolahannya
secara kolaboratif pentahelix.
Desa Wisata Mandiri memanfaatkan dana desa menjadi bagian dalam inovasi wisata.
Selain itu digitalisasi menjadi bentuk promosi mandiri dalam mempromosikan wisata
di desa tersebut.
Pada dasarnya konsep desa wisata baik yang rintisan, berkembang, maju dan mandiri
secara umum adalah sama, hanya saja bedanya pada ketersediaan fasilitas dan sarana
prasarana penunjang desa wisata tersebut, Sumber daya masyarakat yang ada juga
salah satu pembeda dari ke empat kategori desa wisata tersebut.

2.4 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan Buku Pedoman penulisan skripsi Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
tahun 2022-2023, kerangka berpikir merupakan alur yang menggambarkan proses
berpikir yang dituangkan dalam bentuk hubungan antar variabel yang diteliti dan cara
pengukurannya serta hasil penelitian yang diharapkan. Maka dari itu bentuk kerangka
pemikiran peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

14
Analisis Fasilitas dan Sarana Penunjang Wisata
Desa Wisata Bonjeruk kecamatan jonggat
kabupaten Lombok Tengah

ASUMSI TEORI
TEORI
1.Teori Desa Wisata
1.Teori Desa Wisata
2. Teori Sarana dan Prasarana

Rumusan Masalah
1. Apa saja Sarana prasarana dan fasilitas pendukung kegiatan wisata di
desa Bonjeruk? Apa saja Sarana prasarana dan fasilitas pendukung kegia
Apa saja Sarana prasarana dan fasilitas pendukung kegiatan wisata di
desa Bonjeruk?
2. Bagaimana Model pengembangan desa wisata Bonjeruk untuk menuju
desa wisata Maju?
3. Apa saja kendala yang menjadi fakor penghambat pengembangan
fasilitas wisata desa wisata bonjeruk?
agaimana Model pengembangan desa wisata Bonjeruk untuk menuju

Analisis Fasilitas dan Sarana Kendala pengembangan


Prasarana penunjang Pariwisata Fasilitas dan Sarana prasarana

Desa Wisata Maju

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian Yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
dengan metode Kualitatif deskriptif dengan menganalisis peristiwa dan fenomena yang
terjadi langsung di tempat atau lokasi penelitian. Penelitian kualitatif deskriptif ini
digunakan guna untuk menganalisis dan mengidentifikasi fakta-fakta yang terjadi pada
destinasi desa wisata bonjeruk. Tujuan penelitian ini digunakan untuk mengetahui
memadainya atau ketersediaan Fasilitas dan sarana prasarana penunjang kegiatan
wisata di desa wisata bonjeruk.

3.2 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan langkah yang dilakukan peneliti sebelum
penyusunan hasil penelitian. dalam penelitian ini ada beberapa tahapan atau alur
dalam proses penelitian sebagai berikut:
a. Tahap deskripsi atau tahap orientasi.
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan
diketahui. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
b. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
c. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang
fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang
diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

Berikut skema penelitian ini dilakukan:

16
Tahap Identifikasi
Orientasi/Deskripsi masalah

Fokus penelitian

Menetapkan fokus
penelitian
Tahap Reduksi

Pengumpulan data

Tahap Seleksi
Reduksi Data

Penyusunan Data

Tahap
Orientasi/Deskripsi
Tahap
Orientasi/Deskripsi
v

17
1.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bonjeruk Kecamatan Jonggat
Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Lokasi ini dipilih
dikarenakan sudah mulai eksis ditengah masyarakat, Namun sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti bahwa ketersediaan fasilitas sarana dan prasaran
seperti papan petunjuk arah, tourist information center, toilet dan berbagai fasilitas
pendukung wisata lainnya masih belum memadai atau masih kurang perhatian dari
stakeholders terkait sehingga dalam hal ini desa wisata bonjeruk peneliti ambil untuk
lokasi penelitian, selain itu jarak yang strategis dari tempat tinggal peneliti juga salah
satu penyebab peneliti memilih lokasi ini sehingga validalitas data yang diperoleh lebih
akurat dan lengkap.
3.4 Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling.
Yaitu penentuan informan secara sengaja atas dasar kebutuhan dan tujuan tertentu
sesuai dengan topik dan masalah yang akan diteliti. Adapun syarat informan yang
dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini yaitu:
1. Memiliki kepahaman yang baik dalam bidang desa wisata dan pariwisata
2. Memiliki kejujuran yang tinggi, sehingga data yang didapat dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Informan yang dipilih tidak boleh ada latar belakng politiknya, ini untuk
menjaga permasalahan yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang.
Adapun informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu:
1. Kepala Desa Jonggat sebagai pemangku kebijakan dalam desa wisata bonjeruk.
2. Pokdarwis desa wisata bonjeruk
3. Stakeholders lain untuk mendapatkan data yang lebih bervariasi.

18
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini ada 2 yaitu Data Primer dan Data Sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari hasil observasi
dilapangan, data ini berupa hasil wawancara bersama para informan yaitu
Kepala Desa Jonggat, Pokdarwis Desa Wisata Bonjeruk, Segenap wisatawan
yang berkunjung, dan Segenap masyarakat desa.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur, berupa
penelitian terdahulu dan artikel jurnal ilmiah yang didapatkan melalui situs
digital.

3.6 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian kualitatif instrument penelitiannya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi
situasi sosial yang diteloti menjaddi lebih jelas dan bermakna. Dalam penelitian ini
instrumennya adalah peneliti sendiri, Selain itu alat atau instrument dalam penelitian
ini menggunakan metode observasi lapangan dan wawancara, adapun alat bantu untuk
mendapatkan data adalah alat tulis kertas dan pulpen, Handphone untuk mengambil
gambar dan video serta rekaman pada saat proses wawanara.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam penelitian ini ada 3 teknik
pengumpulan data yaitu:

19
1. Observasi
Teknik Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran. Menurut Nana Sudjana observasi adalah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan terjun langsung ke
lokasi penelitian. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi non
partisipatif yang mana peneliti hanya mengamati perilaku dan kondisi sekita
lokasi penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawa langsung antara peneliti dan Narasumber
(Idrus,2021:12). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara secara mendalam kepada narasumber dengan tujuan
mendapatkan respon atau interaksi langsung dengan para stakeholders dan
pelaku pariwisata.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan mengambil gambar,
Rekaman dan mencatat hasil observasi maupun wawancara.hasil dari data
tersebut peneliti jadikan sebagai data pendukung pada saat penyusunan
nanti.

3.8 Teknik Analisis Data


Ada beberapa teknik dalam menganalisis data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Pengumpulan Data
Proses ini bisa dilakukan dengan berbagai cara baik melalui observasi,
kuesioner, wawancara mendalam dengan subjek survei, survei dokumenter, dan
diskusi kelompok terfokus.

20
2. Reduksi dan Klasifikasi Data
Pada langkah ini, peneliti menyaring data mentah dengan memilih data yang
paling relevan untuk mendukung penelitian mereka. Kemudian, data yang disaring
sebelumnya akan dikategorikan sesuai kebutuhan untuk memudahkan klasifikasi
data.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah pengumpulan data, dan reduksi atau memilah data, selanjutanya peneliti
melakukan penafsiran sementara dengan menarik kesimpulan terhadap data yang
di peroleh peneliti untuk kemudian disusun nantinya secara terstruktur.

3.9 Pengecekan Keabsahan Data


Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh
oleh peneliti dengan data yang terjadi di lapangan atau yang terjadi sesungguhnya pada
objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji keabsahan data
dengan menggunakan metode dari William Wiersma Sugiyono (2016) bahwa dalam
pengujian keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data yaitu:

1. Triangulasi Sumber
Pengujian atau pengecekam data yang diperoleh dari segala sumber.
2. Triangulasi data dengan teknik
Teknik ini dilakukan tatkala data yang didapatkan sama, bisa diuji
keabsahannya melalui kuesioner, wawancara atau terjun langsung ke
lapangan.
3. Triangulasi Data dengan waktu
Pengujian data dengan observasi langsung dan wawancara pada waktu lain
atau waktu yang berbeda.
Ketiga langkah diatas sudah peneliti lakukan untuk bisa mendapatkan data yang lebih
akurat dan kredibel.

21
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, A. (2023). Pengembangan desa wisata bonjeruk berbasis partisipasi


masyarakat di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
Gautama, B. P., Yuliawati, A. K., Nurhayati, N. S., Fitriyani, E., & Pratiwi, I.
I. (2020). Pengembangan desa wisata melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(4), 355-369.
Khamdevi, M. (2021). PKM Perencanaan Desa Wisata Bonjeruk, Lombok
Tengah. MARKA (Media Arsitektur dan Kota): Jurnal Ilmiah
Penelitian, 4(2), 126-137.
Murianto, M. (2019). Desa Bonjeruk sebagai Desa Wisata Berbasis Alam dan
Budaya di Lombok Tengah. Jurnal Ilmiah Hospitality, 8(1).
permadi, L. A., Fauzi, H., & Septiani, E. (2021). Strategi Pemasaran Desa
Wisata Bonjeruk. JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN
HUMANIORA, 7(1), 27-33.
Permadi, L. A., Oktariyani, G. S., Negara, I. K., & Manan, S. S. A. (2020).
Peningkatan Kinerja Organisasi Kelompok Sadar Wisata di Desa
Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal
Pepadu, 1(1), 85-89.
Radjab, R., Satiadji, A. R., & Yuliyanto, A. (2022). PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM MENGGALI POTENSI ALAM DAN
BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA
BONJERUK, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA
BARAT. J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(2),
4143-4156.
Sudibya, B. (2018). Wisata desa dan desa wisata. Jurnal Bali Membangun

22
Bali, 1(1), 22-26.

Yacob, S., Qomariyah, N., Marzal, J., & Maulana, A. (2021). Strategi
Pemasaran Desa Wisata. WIDA Publishing.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai