OLEH :
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk memperoleh
Gelar Sarjana Teknik (S.T)
Oleh
MOH RIZKI PRATAMA
STAMBUK 45 14 0420 02
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga usaha dan kerja keras dalam menyelesaikan penelitian
ini. Penelitian ini berjudul “Penerapan Asset Based Community
Development (ABCD) di Wilayah Agropolitan Kecamatan Bungku
Utara Kabupaten Morowali Utara” Dapat terselesaikan. Ini dilaksanakan
untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar STRATA SATU (S10 pada
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Bosowa Makassar.
1. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak As’at Paranaka, Spd. Mpd.
dan Ibu Farida Yap, Spd.dan juga adik-adik saya Moh Asfar, Moh Taufik
yang selalu membantu saya baik itu dengan doa, tenaga, finansial,
dukungan, semangat, dan kasih saying serta kesabaran dalam
membimbing dan membesarkan saya selama ini sehingga saya
mendapatkan gelar sarjana ini.
2. Bapak Ir. Jufriadi, M.SP. selaku Dosen, Ketua Jurusan Perencanaan
Wilayah dan kota, dan pembimbing 2 dalam pembuatan skripsi ini yang
telah banyak membantu saya, memberikan motivasi, support dan
dukungan dengan kesabaran dan keikhlasan sehingga saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Ir. Rudi Latief, M.Si Selaku Dosen dan Pembimbing 1 dalam
pembuatan Skripsi ini yang telah membimbing saya dengan kesabaran
dan keikhlasan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Bosowa
Makassar yang telah melayani dan memudahkan pengurusan
ii
administrasi saya selama menuntut ilmu di fakultas Teknik Universitas
Bosowa Makassar.
5. Teman-teman seperjuangan MAP 014, Terutama Saudara Tri Kora
yang membantu saya dalam perhitungan analisis, dan rekan-rekan
lainnya yang tidak bisa saya sebutkan Namanya satu persatu Mudah-
mudahan kebersamaan yang terjalin tidak akan putus sampai
kapanpun.
Penulis sangat menyadari bahwa tugas tugas ini masih dibawah dari
kesempurnaan untuk sebuah karya tulis, ini terjadi karena keterbatasan
literatus, pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak agar penulisan ini sesuai dengan prosedur yang telah ada
selama dalam penulisan ini. penulis banyak mendapat hambatan-
hambatan selama dalam penulisan ini, berkat arahan bimbingan dan
dukungan, partisipasi serta saran, kritikan dari berbagai pihak, hingga
penulisan tugas ini dapat terselesaikan.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
iv
F. Variabel Penelitian ......................................................................... 59
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 59
1. Analisis Deskriptif Kualitatif ....................................................... 59
2. Analisis Kuantitatif ..................................................................... 60
H. Beberapa Devinisi .......................................................................... 61
I. Kerangka Berpikir ........................................................................... 64
v
Metode Estrapolasi ................................................................... 117
G. Model Penerapan Kosep Asset Based Community Development .. 121
1. Desentaralisasi ......................................................................... 122
2. Pemberdayaan .......................................................................... 123
3. Proses Belajar Sosial ................................................................ 125
4. Keberlanjutan ............................................................................ 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 128
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vi
Tahun 2016 ......................................................................... 82
Tabel 4.17 Sebaran Jumlah Pasar Umum Menurut Desa 2016 ............ 88
vii
Tabel 4.23 Nama-nama Sungai di Kecamatan Bungku Utara
Tabel 4.30 Banyaknya Produksi dan Retribusi Perikanan 2016 .......... 104
Tabel 4.31 Potensi Perikanan Darat Tambak Tahun 2016 .................. 104
Tabel 4.32 Tabel Crosstabulation Statistic Data Hasil Responden .... 114
viii
Tabel 4.37 Hasil Produksi Komoditas Padi Sawah ............................ 119
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suatu wilayah tertentu dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu
pada tahun 2015 1.987.345,1 juta rupiah, tahun 2016 angka ini
1
Morowali Utara. Namun pada awalnya memiliki potensi yang
sebagai kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan
2
Tahun 2015) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
dan air laut, serta potensi sebagai sarana wisata agropolitan. Selain
utara yang pada tahun 2015 berjumlah 5.821 petani dengan jumlah
3
pada tahun 2015 berjumlah 156 dan pada tahun 2016 menurun
4
keyakinan bahwa yang dapat menjawab suatu problem masyarakat
5
B. Rumusan Masalah
rumusan yaitu :
Bungku Utara.
C. Tujuan Penelitian
adalah:
6
D. Manfaat Penelitian
Utara.
penelitian kedepannya.
E. Ruang lingkup
Bungku Utara.
7
G . Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan.
8
terjun Werampadoa, Analisis Potensi Kawasan Obyek Wisata Air
BAB V PENUTUP
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Johara, 1992;43)
10
kesejahteraan hidup pada suatu wilayah tertentu. Tujuan
Kawasan Lindung;
11
2. Berdasarkan aspek administrasinya dikenal dengan Rencana
Kabupaten (RTRWK);
tersebut.
12
kawasan pertanian. Sehingga yang dimaksud dengan
pangan (agropolitan).
13
Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan
yang dinamis.
14
c. Hubungan antara kota dan kawasan agropolitan bersifat
15
farm-nya; yaitu mulai pengadaan sarana dan prasarana
dipasarkan;
16
dan pengembangan Agribisnis (SPPA), kelembagaan
kawasan agropolitan;
17
untuk mendukung usaha pertanian (agribisnis) yang
efisien;
kawasan agropolitan
lain;
lain-lain;
Development)
18
Sedangkan modal sosial (social capital) dapat didefinisikan
19
Neighborhood of Asset (asset masyarakat sekitar). Dalam arti
dari:
kesejahteraan.
pertemanan.
20
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang nantinya akan menutupi
McKnight, 2010;47).
2. Aset
21
United Kingdom Departement for International Development
penghidupan mereka.
sumber penghidupannya.
22
lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan
masyarakat.
23
3. Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Komunitas
1. Pengertian
24
produktif, merata dan berkesinambungan guna memenuhi
ekonominya.
25
bersifat swakelola sebagai bentuk kemandirian masyarakat
keberlanjutan.
2. Pendekatan Partisipasi
a. Pengertian
26
berkelanjutan, maka perlu diusahakan agar ada
Komunitas.
27
informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak
tersebut.
yang berkelanjutan.
28
baik dalam tindakan bersama dan aktivitas lokal
fisik materil.
29
kesempatan kepada masyarakat dan diberi sarana serta
30
mengakar dalam kehidupan masyarakat, sehingga
informal.
31
proses ini pada tingkat masyarakat lokal diperlukan
perubahan dari dua arah, baik dari elit dan pimpinan lokal
32
warga masyarakat berpartisipasi dalam proses
33
berbagai kepentingan yang berbeda, dan persoalannya,
34
dan menyerap kebutuhan yang betul-betul dirasakan oleh
pihak eksternal.
35
kebutuhan bahkan dalam prioritas yang tinggi, walaupun
36
mereka memiliki hak dan kemampuan untuk menyatakan
37
mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang
38
mengembangkan partisipasi masyarakat. Pertama,
39
pihak eksternal. Masyarakat setempat, baik sebagai
40
luar yang harus dilaksanakan oleh masyarakat lokal, tidak
41
itu, dapat dipahami adanya hubungan timbalbalik antara
perkembangan kawasan.
42
termasuk dalam merencanakan dan mengelola
43
media untuk menyelesaikan konflik yang sangat mungkin
44
terhadap modal besar sangat rendah. Dalam kondisi
45
sulit diharapkan, bahkan sangat potensial menjurus pada
46
lebih memiliki posisi tawar sehingga berbagai kebijakan
kepentingan masyarakat.
47
seperti organisasi pengelola air dan yang mewadahi
program pemerintah.
48
Berbagai lembaga bentukan pemerintah yang didesain
49
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD),
dibandingkan realita.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Bermacam-macam metode penelitian bila dilihat dari
landasan filsafat,data dan analisisnya dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu metode penelitian kuantitatif, metode penelitian kualitatif,
dan metode penelitian kombinasi (mixed methods). Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif.
metode kualitatif dibagi menjadi menjadi lima macam yaitu (1)
Fenomologis, dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan
observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipan
dalam pengalaman hidup (2) Grounded adalah diaman peneliti dapat
menarik generalisasi, teori yang abstrak tentang proses, tindakan
atau interaksi berdasarkan pandangan dari partisipan yang diteliti (3)
Etnografi adalah dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya
kelompok dalam kondisi yang alamiah melalui observasi dan
wawancara (4) kasus adalah dimana peneliti melakukan eksplorasi
secara mendalam terhadap program,kejadian,proses,aktivitas,
terhadap satu atau lebih orang (5) Naratif adalah dimana peneliti
melakukan studi terhadap satu orang individua atau lebih untuk
memperoleh data tentang sejarah perjalanan dalam kehidupan.
Tidak seperti umumnya pendekatan kuantitatif, pendekatan
kualitatif memiliki cara yang berbeda dalam asumsi mengenai
sampel penelitian. Sarantakos (Poerwandari, (1998) menjelaskan
beberapa karakteristik prosedur pengambilan sampel, yaitu sebagai
berikut :
51
a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan
pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhussan masalah penelitian;
b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, melainkan dapat
berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya,
sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam
penelitian.
c. Tidak diarahakan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau
peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks.
52
Proses penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar
3.1 dibawah ini.
53
masyarakat dikawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya usaha industri
(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian,
perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan),
agrowisata dan jasa pelayanan. Selain itu, memiliki sumberdaya
lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi pertanian khususnya pangan, yang dapat dipasarkan
atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi
unggulan).
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Waktu
no Agenda Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1
Sinopsis
Persiapan
2 Berkas
(SK)
Penyusun
3 an Bab I,II,
& III
Survei
4 Pengambil
an Data
Penyusun
5 an Bab IV
Dan V
Seminar
6
Hasil
Seminar
7
Tutup
54
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Masyarakat yang berada diwilayah penelitian atau kawasan
agropolitan kecamatan Bungku Utara.
2. Sample
Adapun Teknik penarikan sample yang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. Untuk itu selalu dipilih
informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya sebagai
sumber data yang mantap serta mengetahui permasalahan yang
diteliti secara mendalam (Sutopo,1993:27)
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memilih
informan/responden kunci yang dipandang paling mengetahui
permasalahan seperti petani, pelaku agribisnis, kepala desa,
para ketua adat, dan informan kunci lainnya yang merupakan
masyarakat kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara yang
telah berdomisili atau tinggal kurang lebih 10 tahun. Secara
matematis besaran sample dari suatu populasi menggunakan
rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n
n=
1+N e2
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah populasi
e : Koefisien kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditoleransi atau
diinginkan.
55
Berdasarkan rumusan tersebut, maka hasilnya adalah sebagai
berikut :
16.146
n=
1 + (16.146 x 0.01)
16.146
n=
162,46
n = 99 Responden
56
mengetahui kondisi kualitatif objek studi. Jenis data yang
dimaksud meliputi :
1) Pengamatan langsung berupa data kondisi fisik
kawasan dan pola penggunaan lahan.;
2) Wawancara mendalam terhadap pemerintah.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi-
instansi yang terkait seperti data pendukung baik dalam
bentuk deskriptif. Data-data yang pendukung yang dimaksud
adalah :
1) Dinas PU dan Tata Ruang berupa data geografi wilayah,
sarana dan prasarana;
2) Kantor badan pusat statistik berupa data demografi;
3) Kantor kecamatan Bungku Utara berupa data kondisi
fisik wilayah kecamatan;
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terbagi atas:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(Interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2005).
Digunakan Teknik wawancara dalam penelitian ini untuk 3
maksud utama, Yaitu (Kerlinger, 2000) :
a. Sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel
dan memandu tahapan-tahapan lain penelitian;
b. Sebagai instrument utama dalam penelitian yang dirancang
untuk mengukur variabel-variabel penelitian;
57
c. Sebagai pelengkap metode lain, yaitu untuk menghadapi hasil
penelitian yang tidak terduga dan mengetahui motivasi
responden dalam memberikan jawaban dengan cara tertentu.
58
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu Teknik pengumpulan data dengan
mempelajari dokumen yang berasal dari dinas/instansi maupun
literatur-literatur yang berkaitan dengan data-data penelitian.
Studi dokumentasi berkaitan dengan data yang tertulis dan sudah
disajikan oleh pihak yang berkepentingan dalam hal ini pihak
pemeringtah maupun swasta.
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat serta nilai dari
seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang di tetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian di
tarik kesimpulanya, menurut Sugiono (2011). Dalam Budiono (2009)
varibel diartikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki bermacam
nilai/harga apabila suatu variabel hanya mempunyai satu nilai saja,
maka variabel tersebut di sebut konstanta Vink (1983) dan
Soerianegara (1978).
Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan variabel
kedalam jenis variabel mandiri, Yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
59
1. Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Metode analisis Deskriktif dengan pendekatan kualitatif
dan teknik pengumpulan datan dilakukan dengan wawancara
mendalam pada responden yaitu pemerintah sebagai pihak yang
terkait penerap kebijakan.
2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah metode analisis
sebagai bagian dari rumusan masalah kedua (2) yaitu upaya
penerapan metode ABCD dalam upaya peningkatan
produktifitas Kawasan agropolitan di kecamatan Bungku
Utara. Analisis deskriptif kuantitatif ialah menjelaskan fenomena
yang dikaji dengan menggunakan angka-angka untuk
mencandarkan karakteristik individu atau kelompok (Syamsudin
& Damiyanti: 2011).
• Analisis Crosstabulation statistic
Adapun bentuk analisis statistik deskriptif kuantitatif
dengan Perhitungan crosstabulation statistic. Analisis ini
digunakan untuk menentukan faktor perkembangan
komoditas unggulan yang mempengaruhi peningkatan
produktifitas kawasan agropolitan. Perhitungan
crosstabulation statistic merupakan metode analisis yang
mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda kedalam
suatu matriks yang hasilnya disajikan dalam suatu tabel
dengan variabel yang tersusun dalam baris dan kolom.
Variabel yang dipilih ialah variabel kategeri bebas.
Perhitungan crosstabulation statistic dilakukan dengan
menyusun data yang diperoleh melalui hasil kuisioner
kemudian dimasukan dalam bentuk tabel frekwensi
sederhana kemudian diketahui persentase yang selanjutnya
60
diinterpresentasikan atau didespritifkan secara mendalam
sesuai dengan tujuan.
∑𝑡𝑡−1
1 𝛽𝛽𝛽𝛽
Potb = pt + 𝛽𝛽 𝛽𝛽 = (𝑡𝑡−1)
H. Beberapa Devinisi
1. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.
2. Aset adalah kualitas berguna atau berharga, orang atau benda,
sebuah keuntungan atau sumber daya.
3. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan suatu usaha.
4. Komunitas adalah sebuah sekumpulan orang mempunyai
sesuatu yang sama secara geografis dan saling mengenal satu
sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan kontribusi
bagi lingkungannya.
61
5. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.
6. Organisasi adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang
berkumpul dan bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana, terpimpin, dan terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya baik uang, metode, material, lingkungan, sarana
dan prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
7. Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi
seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya atau suatu gejala demokrasi dimana orang
diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam
pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai
dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
8. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang
alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
9. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan
dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau
jasa kepada pelanggan.
10. Pengembangan adalah memperbaiki atau meningkatkan atau
memajukan sesuatu yang sudah ada.
11. Pengelolaan adalah menggerakkan, mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara
efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.
62
12. Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu
meteri atau unsur tertentu dalam kehidupan.
13. Warga Negara adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu
wilayah tertentu.
63
I. Kerangka Berpikir
Eksisting :
Kajian :
64
BAB IV
65
terpadat ke-13, dan memiliki populasi terbanyak ke-10 di
Sulawesi Tengah. Kecamatan terluasnya adalah Kecamatan
Bungku Utara dan yang terkecil adalah Kecamatan Petasia
Barat. Kabupaten Morowali Utara terbagi atas 10 Kecamatan
yaitu Kecamatan Mori atas, Kecamatan Lembo, Kecamatan
Lembo Raya, Kecamtan Petasia Timur, Kecamatan Petasia,
Kecamatan Petasia Barat, Kecamatan Mori Utara, Kecamatan
Soyo Jaya, Kecamatan Mamosolato, Dan kecamatan Bungku
Utara, Serta Memiliki 125 Desa/Kelurahan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
66
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali Utara
67
2. Aspek Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Morowali Utara pada tahun
2016 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali Utara
pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kabupaten Morowali Utara
sebesar 120.322 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di dua
kecamatan yaitu Kecamatan Petasia dengan penduduk sebesar
17.982 jiwa, dan Kecamatan Bungku Utara dengan penduduk
sebesar 16.146 jiwa. Menurut jenis kelamin, tercatat penduduk
laki-laki sebesar 62.816 jiwa, sedangkan perempuan berjumlah
57.506 jiwa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin/sex
Ratio (SR) penduduk adalah sekitar 109,23 artinya untuk setiap
100 penduduk perempuan terdapat 109 atau 110 penduduk laki-
laki. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Banyaknya Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2016
No. Kecamatan Penduduk Sex
Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio
1. Mori Atas 6.145 5.456 11.681 112,63
2. Lembo 7.589 7.001 14.598 108,40
3. Lembo Raya 4.285 3.793 8.078 112,97
4. Petasia Timur 7.898 7.058 14.956 111,90
5. Petasia 9.154 8.828 17.982 103,69
6. Petasia Barat 4.226 3.859 8.085 109,51
7. Mori Utara 3.923 3.481 7.404 112,70
8. Soyo Jaya 5.258 4.469 9.737 117,88
68
9. Bungku Utara 8.281 7.865 16.146 105,29
10. Mamosolato 6.816 5.696 11.743 106,16
Total 62.816 57.506 120.322 103,23
Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
69
Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
70
5. Petasia 33.705 17.982 -7,77
6. Petasia Barat - 8.085
7. Mori Utara 6.819 7.404 1,43
8. Soyo Jaya 7.884 9.737 3,92
9. Bungku Utara 14.699 16.146 1,64
10. Mamosolato 10.269 11.743 2,37
Total 104.094 120.322 2,60
Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
71
Secara administratif Kecamatan Bungku Utara juga merupakan
Kecamatan teluas dari 10 Kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Morowali Utara dengan luas wilayah 2.406,79 Km2 .
Kecamatan Morowali Utara terbagi atas 23 Desa/Kelurahan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
72
19. Boba 31,59 1,31
20. Salubiro 117,94 4,90
21. Pokeang 17,00 0,71
22. Uempanapa 21,00 0,87
23. Lemowalia 30,00 1,25
Kecamatan 2.406,79 100,00
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
73
Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Bungku Utara
74
2. Aspek Demografi
a. Jumlah Penduduk
Pada akhir tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan
Bungku Utara dihuni penduduk sebanyak 16.146 jiwa. Secara
umum kondisi kependudukan di Kecamatan Bungku Utara
dapat dilihat pada penjelasan tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Bungku
Utara Tahun 2016
75
18. Lemo 42,35 533 13
19. Boba 31,59 438 14
20. Salubiro 117,94 1.826 15
21. Pokeang 17,00 577 34
22. Uempanapa 21,00 397 19
23. Lemowalia 30,00 407 14
Kecamatan 2.406,79 16.146 7
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
76
Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara, yaitu : warga/masyarakat,
organisasi lokal, dan fasilitas.
Ketiga faktor tersebut dianalisis berdasarkan hasil identifikasi
aset-aset yang sudah dimiliki Kecamatan Bungku Utara dipadukan
dengan data-data dari BPS Kabupaten Morowali Utara yang terkait
dengan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku
Utara Kabupaten Morowali Utara.
1. Warga dan Masyarakat
a. Aset Manusia
Aset manusia yang dimaksud dalam penelitian ini yakni
pengetahuan, kemampuan untuk bekerja, keterampilan,
serta pentingnya kesehatan yang baik agar mampu
menerapkan strategi-strategi dalam penghidupannya dan
erat kaitannya dengan pengembangan kawasan agropolitan
di wilayah penelitian Kecamatan Bungku Utara.
Tabel 4.7
Sebaran Tingkat Pendidikan Yang Terkait Dengan
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
Tingkat Jumlah Peserta Lulus
Pendidikan Murid/Siswa Ujian
SD 2.019 232 232
SLTP 503 168 166
SLTA 450 65 65
PTS 247 23 23
Total 3.219 448 446
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
77
Utara sebanyak 2.019 orang dengan jumlah peserta ujian
dan dinyatakan lulus sebanyak 232 orang, jumlah murid
SLTP di Kecamatan Malunda sebanyak 503 orang dengan
jumlah peserta ujian 168 orang dan dinyatakan lulus
sebanyak 166 orang, jumlah murid SLTA sebanyak 450
orang dengan jumlah peserta ujian dan dinyatakan lulus
sebanyak 65 orang, sedangkan jumlah mahasiswa PTS di
Kecamatan Bungku Utara sebanyak 247 dan sebanyak 23
orang telah menyelesaikan pendidikan kuliahnya. Dengan
demikian, dari hasil identifikasi pada tingkat pendidikan tabel
4.7 ini merupakan salah satu peluang atau aset yakni aset
manusia dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan
pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku
Utara.
78
Tabel 4.8
Sebaran Kelompok Umur Yang Terkait Dengan
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
Kelompok Penduduk
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 993 936 1.929
5-9 904 886 1.790
10-14 691 701 1.792
15-19 633 551 1.184
20-24 677 690 1.367
25-29 735 698 1.433
30-34 639 618 1.257
35-39 645 554 1.199
40-44 556 588 1.144
45-49 509 459 968
50-54 4439 357 796
55-59 289 292 581
60-64 234 232 466
65-69 157 133 290
70-74 92 79 171
75+ 88 91 179
Total 8.281 7.865 16.146
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
79
perempuan sebanyak 936 orang, dan jumlah penduduk
terendah pada kelompok umur 75 tahun keatas sebanyak
179 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 88
orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 91 orang.
Tabel 4.9
Sebaran Jumlah Petani Terkait Dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara
Tahun 2016
Jumlah Presentase
Kecamatan Petani
Penduduk (%)
Bungku Utara 4.937 16.146 100
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Tabel 4.10
80
Berdasarkan tabel 4.10, maka dapat diketahui bahwa
pada tahun 2016 jumlah pengusaha kecil pada sektor
perdagangan sebanyak 50 dan industri pertanian sebanyak
3 yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan.
Ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan aset
manusia dalam bidang keterampilan baik pada sektor
industri pertanian maupun perdagangan untuk
meningkatkan perekomonian masyarakat di Kecamatan
Bungku Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan di
wilayah tersebut.
b. Aset Finansial
Aset finansial yang dimaksud dalam penelitian ini, terkait
dengan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara ialah sumber-sumber keuangan (lembaga
keuangan) yang digunakan oleh masyarakat untuk dapat
memilih sumber penghidupan yang cocok bagi masyarakat
setempat.
Tabel 4.11
Sebaran Jumlah Lembaga Keuangan Yang Terkait
Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
Desa Lembagan Keuangan Jumlah
Baturube Agen Bank Rakyat Indonesia (BRI) 1
Tanakuraya Agen Bank Rakyat Indonesia (BRI) 1
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
81
dalam kemampuan untuk bekerja di Kecamatan Bungku
Utara dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di
wilayah tersebut, melihat adanya 2 lembaga keuangan.
2. Organisasi
a. Aset Sosial
Organisasi yang dimaksud yakni mengenai aset sosial
yang ada pada wilayah Kecamatan Malunda. Aset sosial
yang dimaksud dalam penelitian ini ialah sumber daya sosial
untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan masyarakat
yaitu dalam hal kelompok tani, koperasi, dan jumlah pegawai
pada instansi pemerintahan.
Tabel 4.12
Sebaran Kelompok Tani dan Petani Menurut Desa Yang
Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
Tani Dewasa/
No. Desa Petani
Taruna Tani
1. Takonanaka - -
2. Matube - -
3. Posangke 8 251
4. Tokala Atas 7 244
5. Uewajo - -
6. Baturube 5 323
7. Woomparigi 7 228
8. Tambarobone 8 347
9. Taronggo 12 562
10. Uemasi 6 178
11. Tirongan Atas 7 224
12. Kalombang 6 271
82
13. Tirongan Bawah - 6
14. Tanakuraya 3 162
15. Opo 5 249
16. Siliti 2 181
17. Ueruru 4 161
18. Lemo 7 287
19. Boba 4 150
20. Salubiro 9 486
21. Pokeang 10 283
22. Uempanapa 8 182
23. Lemowalia 8 165
Jumlah 123 4.937
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
83
Tabel 4.13
Sebaran Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Serta Jumlah
Anggota Menurut Desa Yang Terkait Dengan
Pegembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
84
22. Uempanapa - -
23. Lemowalia - -
Jumlah 4 355
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
85
Pertanian,
8. Perkebunan, & 7 3 - 6 16
Kehutanan
Kantor Pembantu
9. 2 - - - 2
Pos & Giro
Badan Pusat
10. 1 - - - 1
Statistik
Total 48 38 25 70 181
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
3. Fasilitas
a. Aset Fisik
Aset fisik dalam penelitian ini salah satunya
infrastruktur dasar (air, energi listirik, pasar, fasilitas ibadah,
dan lain-lain) yang memampukan masyarakat untuk
menigkatkan sumber penghidupannya.
86
Tabel 4.15
87
23. Lemowalia -
Kecamatan 326
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Tabel 4.16
88
13. Tirongan Bawah 87
14. Tanakuraya 197
15. Opo 46
16. Siliti -
17. Ueruru -
18. Lemo -
19. Boba -
20. Salubiro -
21. Pokeang 95
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 1.449
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Tabel 4.17
89
4. Tokala Atas -
5. Uewajo -
6. Baturube 1
7. Woomparigi -
8. Tambarobone -
9. Taronggo -
10. Uemasi -
11. Tirongan Atas -
12. Kalombang -
13. Tirongan Bawah -
14. Tanakuraya -
15. Opo -
16. Siliti -
17. Ueruru -
18. Lemo 1
19. Boba -
20. Salubiro -
21. Pokeang -
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 2
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
90
(sumber daya alam) yang ada di Kecamatan Bungku Utara
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
perekonomian masyarakat khususnya para petani.
Tabel 4.18
Tempat Ibadah
No. Desa Mushollah Gereja Gereja
Masjid Pura Vihara
/ Langgar Kristen Katolik
1. Takonanaka 2 - - - - -
2. Matube 1 - - - - -
3. Posangke 1 1 - - 1 -
4. Tokala Atas 1 3 - - - -
5. Uewajo 1 - - - - -
6. Baturube 2 3 1 - - -
7. Woomparigi 1 - - - - -
8. Tambarobone 1 1 - - 4 -
9. Taronggo 1 - 2 - - -
10. Uemasi - - 2 - - -
11. Tirongan Atas 1 1 - - - -
12. Kalombang 1 - - - - -
13. Tirongan Bawah 1 - - - - -
14. Tanakuraya 1 1 - - - -
15. Opo 2 - 2 - - -
16. Siliti 1 1 - - - -
17. Ueruru 1 - - - - -
18. Lemo - - 4 - - -
19. Boba 1 1 - - - -
20. Salubiro - - 7 - - -
21. Pokeang 1 - - - - -
22. Uempanapa - - 3 - - -
91
23. Lemowalia - - 3 - - -
Total 21 12 24 - 5 -
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Tabel 4.19
Bungku Utara - 2 22
92
Meskipun, jumlah tersebut masih belum terlalu tinggi, tetapi
ini merupakan suatu aset yang harus dipertahankan dan
dikembangkan dalam rangka pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Bungku Utara.
Tabel 4.20
93
20. Salubiro 1 3
21. Pokeang 1 -
22. Uempanapa - 1
23. Lemowalia 1 -
Total 23 6
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Tabel 4.21
94
3. Posangke 1
4. Tokala Atas -
5. Uewajo -
6. Baturube 2
7. Woomparigi 1
8. Tambarobone -
9. Taronggo -
10. Uemasi -
11. Tirongan Atas -
12. Kalombang -
13. Tirongan Bawah -
14. Tanakuraya 1
15. Opo -
16. Siliti 1
17. Ueruru -
18. Lemo -
19. Boba -
20. Salubiro 1
21. Pokeang -
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 8
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
95
sebagai aset yang merupakan modal awal atau peluang
yang dapat mengembangkan kawasan agropolitan di
Kecamatan Bungku Utara.
Tabel 4.22
96
21. Pokeang -
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 2
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
b. Aset Natural
Aset natural dalam penelitian ini yakni persediaan
sumber-sumber alam (seperti tanah, air, dan lain-lain)¸
sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat
digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat, salah
satunya ialal sektor pertanian.
Tabel 4.23
Nama-nama Sungai Yang Terkait Dengan
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
97
10. S. Ula 47,00
11. S. Tiwono 53,00
12. S. Nua-Nua 21,00
13. S. Tofu 19,00
14. S. Uemanu 22,00
15. S. Samara 23,00
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
98
Berdasarkan tabel 4.24, maka dapat diketahui bahwa
di Kecamatan Bungku Utara dari kawasan hutan seluas
144.893,52 ha yang dimiliki terdiri atas 112.496,35 ha hutan
lindung dan 32.397,17 ha hutan produksi terbatas. Luas
kawasan hutan sebagai aset yang dimiliki mengisyaratkan
bahwa Kecamatan Bungku Utara sangat potensial dan
prospektif untuk pengelolaan dan pemanfaatan kawasan
hutan secara lestari.
Tabel 4.25
99
Tabel 4.26
100
Tabel 4.27
101
Tabel 4.28
Jumlah Produksi
No. Jenis Tanaman
Pohon (Kuintal)
6. Rambutan 380 115
7. Pisang 3.826 650
8. Mangga 975 450
9. Nagka 365 103
10. Jambu Air 240 90
11. Langsat 636 400
12. Durian 300 260
13. Pepaya 1.294 128
14. Alpukat 46 14
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
102
memiliki produktifitas tertinggi dengan produksi sebesar
20.161,56 kwintal, begitu juga dengan Kakao 814,96 kwintal,
dan 182,82 kwintal.
Tabel 4.29
103
Tabel 4.30
Tabel 4.31
104
daerah sungai dan daerah berair yang sangat cocok untuk
budidaya perikanan darat di Kawasan agropolitan
kecamatan Bungku Utara.
105
Umur : 55 tahun
Jabatan : Sekcam Bungku Utara
Data yang diperoleh dari wawancara berupa jawaban
narasumber atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti melalui
panduan wawancara yang dilakukan secara tatap muka langsung
dengan narasumber, yang kemudian data jawaban tersebut disajikan
dalam bentuk kajian dari hasil wawancara. Kajian dari hasil
wawancara tersebut memaparkan jawaban narasumber mengenai
faktor-foktor yang mempengaruhi sehingga tidak optimalnya
pengembangan Kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara.
Daftar pertanyaan yang diajukan peneliti terbilang cukup
banyak, oleh karena itu peneliti mencoba merangkum pertanyaan
tersebut dalam beberapa pembahasan dibawah ini.
1. Penerapan metode Pengembangan Kawasan Agroolitan
Kecamatan Bungku Utara
Berdasarkan pernyataan dari narasumber diketahui metode
pengembangan Kawasan agropolitan yang diterapkan di
kecamatan bungku utara terkesan keliru dan tidak jelas arahan
kebijakannya. karena pejabat pemerintahannya kurang
memahami tentang konsep agropolitan itu sendiri karena tidak
ada penyuluhan atau seminar khusus terkait pengembangan
Kawasan agropolitan di kecamatan bungku utara.
Oleh karena itu Metode ABCD ini sangat tepat diterapkan di
Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara untuk
memperbaiki kesalahan dalam memahami konsep dan
mengembangkan Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara
dengan aset-aset yang telah di sebutkan diatas sebelumnya.
106
2. Usaha Pemerintah Dalam Penanganan Pengembangan
Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara
Pemerintah secara khusus hanya melakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentang penetapan Kawasan agropolitan di
kecamatan Bungku Utara melalui Perda RTRW tahun 2015.
Pemerintah juga membantu menyediakan sarana dan fasilitas
untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat
dengan pertanian dan perkebunan tanpa mengetahui aset-aset
apa saja dan metode yang diterapkan dalam memejukan
produktifitas di Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pemerintah kecamatan bungku utara sangat terbuka
dengan konsep agropolitan tersebut, tetapi penerapannya yang
keliru menyebabkan konsep agropolitan itu tidak sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan. Dengan menerapan metode
ABCD di Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara
diharapkan pemerintah mengetahui cara pengelolaan
agropolitan dengan memahami kebutuhan desa atau wilayah
tani tersebut dari aset-asetnya seperti topografi, jenis tanah,
jenis tanaman, kebutuhan masyarakat dan sebagainya,
sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan yang tepat
sesuai kebutuhan Kawasan pertanian/perkebunan yang ada di
kecamatan bungku utara.
3. Kendala Pemerintah Dalam Penerapan Pengenbangan
Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara
Selama penaganan pengembangan Kawasan agropolitan,
pemerintah menemui beberapa kendala-kendala seperti
masalah pembagian tanah pertanian, susahnya akses masuk
dibeberapa desa tani terpencil, kekeringan di musim kemarau,
dan kurangnya minat masyarakat untuk mencoba perkebunan
107
baru seperti, cabai merah, kentang, nenas, semangka yang
masih sangat kurang di Kawasan agropolitan kecamatan bungku
utara.
Dari uraian pernyataan diatas dapat dilihat bahwa kendala-
kendala tersebut bukanlah sesuatu yang baru dalam
pengembangan wilayah agropolitan, dengan menerapkan
metode ABCD,pemerintah bisa memanfaatkan aset-aset seperti
aset manusia yaitu masyarakat, aset social seperti sumber daya
social atau jaringan kelompok, aset finan sial seperti sumber-
sumber keuangan masyarakat dan aset natural atau SDM.
Masyarakat dapat bekerja sama membentuk sebuah komunitas
untuk mengkaji masalah-masalah tersebut serta menemukam
solusi yang tepat, contohnya seperti masalah pertanian yang
hanya mengandalkan Padi dan jagung, dengan adanya aset-
aset ini peerintah bisa membentuk lembaga ataupun komunitas
pertanian tempat masyarakat berbagi ilmu tetang tanaman apa
saja perlu dikembangkan, mengumpulkan modal seperti hasil
patungan atau koperasi pertanian, dan merealisasikannya.
4. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Pengembangan Kawasan
Agropololitan Kecamatan Bungku Utara
Penanganan pengembangan Kawasan agropolitan di
kecamatan Bungku Utara untuk sekarang masih ditangani oleh
pemerintah daerah Kecamatan Bungku Utara dan masyarakat,
Lembaga atau pihak-pihak lain seperti investor dalam maupun
luar daerah masih sangat kurang, kecuali dalam sektor
perkebunan kelapa sawit ada beberapa perusahaan yang mulai
berinvestasi di Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara.
Kurangnya Pihak-pihak yang terlibat seperti investor, atau
Lembaga-lembaga lain seperti yang berhubungan dengan
pertanian dan perkebunan tidak lain karena kurangnnya
108
pemanfaatan aset-aset natural atau SDA yang ada di kecamatan
bungku utara. Aset-aset ini sangat berguna sebagai daya tarik
investor dan perusahaan-perusahaan luar daerah untuk masuk
berinvestasi di Kawasan agropolitan, aset-aset natural itu seperti
potensi pemanfaatan wisata agrari, atau desa tani yang mana
dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat
selain dari hasil perkebunan juga dari pendapatan pariwisatanya.
Aset-aset seperti wisata alam dan wisata budaya sangat besar
potensinya untuk menarik minat pengunjung luar. Aset-aset ini
bisa dikelola dengan baik dengan menerapkan metode ABCD
dalam pengembangan Kawasan agropolitan kecamatan Bungku
Utara.
5. Perekonomian Masyarakat Agropolitan Kecamatan Bungku
Utara
Mata pencarian masyarakat kecamatan Bungku Utara dari
dulu memang didominasi oleh bertani dan berkebun. Akan tetapi
masyarakat berlahan-lahan mulai beralih pekerjaan yang
menurut mereka lebih layak dan meninggalkan profesi
bertaninya. Pendapatan masyarakat pertanian dikecamatan
bungku utara bisa dikatakan masih rendah karena masyarakat
bekerja mengurus hasil perkebununannya semata-mata hanya
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri tampa berpikir
untuk meningkatkan hasil panennya. Mainset berpikir seperti
itulah yang membuat perekonomian masyarakat Kawasan
agropolitan kecamatan bungku utara cenderung stagnan dan
tidak berkembang.
Dari uraian pernyataan di atas bisa disimpukan bahwa, tidak
meningkatnya perekonomian masyarakat Kawasan agropolitan
kecamatan bungku utara dikarenakan kurangnya minat
masyarakat dalam mengembangkan usaha pertaniannya akibat
109
mainset berpikir yang cenderung sempit. Untuk itu perlu adannya
penerapan metode ABCD dikawasan agropolitan kecamatan
bungku utara. Karena metode ABCD punya perana penting
dalam memajukan sumber daya manusia dengan gagasannya
yaitu yang dapat menyesesaikan suatu problem masyarakat
adalah masyarakat itu sendiri. Penerapannya sendiri salah
satunya mengembangkan potensi dan aset-aset masyarakat dan
mengimplementasikannya dalam pengembangan Kawasan
agropolitan kecamatan bungku utara.
6. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bungku Utara
Sektor pertanian dan perkebunan dengan pendapatan
tertinggi di Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara
adalah padi sawah, kelapa sawit, dan kakao. Hasil panen dari
ketiganya sangat berperan penting terhadap pendapatan daerah
karena pemasannya sudah sampai keluar daerah kecamatan
bungku utara bahkan diluar pulau. Untuk pengelolanya
masyarakat baru bisa menghasilkan produk sendirinya, yaitu
beras dari hasil pertanian padi sawah, sementara untuk kelapa
sawit dan kakao masyarakat baru bisa mengolahnya sampai
bahan mentah saja dan hasilnya dikirim dan diproduksi dikeluar
daerah. karena belum adanya perusahaan dikecamatan bungku
utara yang mampu mengolah hasil perntanian itu menjadi
sebuah produk. Hasil pertanian dan perkebunan lainnya seperti
tanaman pangan, buah-buahan dan rempah-rempah juga hanya
dipasarkan didalam wilayah kecamatan bungku utara,
kabupaten morowali utara, dan kabupaten-kabupaten
disekitarnya saja.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan pengelolaan dan
pemasaran hasil pertanian dikawasan agropolitan kecamatan
110
Bungku Utara masih sangat kurang dari target pengembangan
Kawasan agropolitan pada umumnya, dikarenakan penerapan
metode pengembangan agropolitan yang tidak jelas dan tidak
sesuai arahan pengembangan Kawasan yang ada. Tentunya
dengan menerapkan metode ABCD diharapkan tingkat
produktifitas kawasan agropolitan kecamatan bungku utara
meningkat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan pendekatan partisipatif, meningkatkan potensi
masyarakat, membentuk komunitas masyarakat yang mampu
mengelola sektor-sektor pertanian dibidangnya masing, dan
menetapkan target pemasaran yang sesuai kebutuhan pasar.
7. Kesejahteraan Masyarakat Pertanian Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bungku Utara
Kesejahteraan masyarakat yang berada di kawasan
agropolitan kecamatan bungku utara bisa dikatakan masih
sangat rendah, terutama yang berprofesi sebagai petani di
kecamatan bungku utara, tingkat pendapat untuk petani padi
sawah saja berkisar antara lima ratus ribu hingga dua juta rupiah
perbulannya. Untuk petani kepala sawit pendapatannya berkisar
tiga juta hingga lima juta rupiah perbulan, pendapatan itu
lumayan tinggi dibandingkan petani padi sawah. Untuk
pendapatan pertani perkebunan lainnya rata-rata di bawah
pendapatan petani padi sawah.
Rendahnya kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat yang berprofesi sebagai petani sangat berbanding
terbalik dengan konsep agropolitan itu sendiri yang ada untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi itu terjadi
karena beberapa hal seperti buruknya kondisi infrastruktur
pendukung kawasan agropolitan, rendahnya sumber daya
manusia, kurangnya pelaku industri agrobisnis, dan buruknya
111
penanganan pemerintah terkait pengembangan kawasan
agropolitan.
1. Pemerintah
a. Pihak pemerintah daerah kecamatan bungku utara yang
kurang memahami dari konsep agropolitan itu tanpa metode
yang jelas, dan dalam penerapannya tekesan keliru dan
arahan kebijakan yang tidak jelas sehingga menyebabkan
pengembangan agropolitan kecamatan bungku utara tidak
berjalan dengan baik.
b. Pemerintah kurang memahami potensi wilayah agropolitan
sehingga menyebankan beberapa kebijakan yang diambil
untuk pembangunan dan peningkatan Kawasan agropolitan
terkesan keliru dan salah sasaran.
c. Kurangnya intervensi pemerintah terhadap pengembangan
kawasan agrpolitan kecamatan bungku utara.
2. Masyarakat
a. kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatan
kawasasan agropolitan dikarenakan pola pikir masyarakat
yang masih tradisional sehingga kurangnya usaha
meningkatkan pendapatan dari hasil pertaniannya, hal itu
112
juga yang menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat
dari hasil pertanian.
b. Ketidak konsistenan masyarakat dalam mengolah tanaman
pertaniannya, yaitu masyarakat cenderung suka mengganti
tanaman pertaniannya karena mengikuti masyarakat lain
dengan tanaman pertanian berbeda yang lebih produktif.
Ketidak konsisitenan ini akibat pemikiran mayoritas
masyarakat yang kurang kreatif dan inovatif dalam melihat
peluang dan asset asset yang bisa dimanfaatkan untuk
mengembangkan produksi pertanian, tanpa harus mengganti
tanaman pertanian tersebut.
3. Pihak-Pihak Lainnya
a. Kurangnya Partisipasi dari Lembaga-lembaga sosial
masyarakat, investor local dan asing yang mau berinvestasi
mengembangkan usaha agrobisnis atau agrowisata di
kawasan agropolitan kecamatan bungku utara, karena
kurangnya pengenalan kawasan atau promosi, masih
buruknya infrastruktur disebagian kawasan tani yang
mempunyai aset dan potensi pengembangan, kebijakan
pemerintah yang kurang terarah dengan baik, serta masih
rendahnya tingkat pendapatan dari hasil pertanian kawasan
agropolitan kecamatan bungku utara.
F. Analisis Faktor Perkembangan dan Jenis Proyeksi Setiap
Komoditas Pertanian Unggulan
1. Analisis Cross Tabulation Statistik Kuantitatif
Faktor perkembangan komoditas unggulan sebagai
determinan perkembangan kawasan agropolitan kecamatan
bungku utara dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan
analisis crosstabulation statistic. Perhitungan analisis
crosstabulation statistic merupakan metode analisis yang
113
mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda kedalam suatu
matriks yang hasilnya disajikan dalam suatu tabel dengan
variabel yang tersusun dalam baris dan kolom. Variabel yang
dipilih ialah variabel kategori bebas / variabel berdiri sendiri,
variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang
menurut teori (Yunus,2000) lalu diuji berdasarkan realita faktor
perkembangan komoditi untuk mendapatkan sampel komoditas
unggulan yang berada di kawasan agropolitan kecamatan
morowali utara menggunakan responden/kuisioner.
Syarat pembagian responden berdasarkan pemilihan sampel
masyarakat yang bertempat tinggal/berdomisili 10 tahun dan
berprofesi sebagai petani, pelaku agribisnis, ketua adat, kepala
desa, atau orang berpengaruh lainnya di wilayah agropolitan
kecamatan bungku utara dan masyarakat yang merasakan
bagaimana proses perubahan perkembangan komoditas selama
limit waktu dari tahun 2008 – 2018. untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.32
114
Tabel 4.33
Tabel CrossTabulation Statistic Hasil Perhitungan Frekuensi
Tabel perhitungan frequensi dari data kuisioner pemilihan rerponden terhadap
faktor/variabel
Komuditas Pertanian yang mengalami
Total
perkembangan
CTS
Kelapa Padi
RESPON Kakao Kelapa
Sawit Sawah
Kecamatan 38,00 27,00 25,00 9,00 99
Bungku Utara
TOTAL 38,00 27,00 25,00 9,00 99
Sumber : Data hasil Responden 2018
Tabel 4.34
Tabel Hasil Perhitungan CrossTabulation Statistic
Tabel perhitungan Cross Tabulation Statistic
Responden Sampel
Cross Tabulation Statistic
Kecamatan Bungku
Utara TOTAL
Responden 38 38
Kelapa Frekuensi 38,00 38,00
Sawit
38,38 38,38
% Persentase
Komuditas
Responden 27 27
Pertanian Padi Frekuensi 27,00 27,00
Sawah
% Persentase 27,27 27,27
Kakao Responden 25 25
115
Frekuensi 25,00 25,00
% Persentase 25,25 25,25
Responden 9 9
Kelapa Frekuensi 9,00 9,00
% Persentase 9,09 9,09
Responden 99 99
Total Frekuensi 99,00 99,00
% Persentase 100,00 100,00
Sumber : Data hasil Responden 2018
116
responden dan 38,38 % yang mengatakan bahwa kelapa sawit
data 5 tahun terakhir yaitu data hasil produksi panen tahunan dari
117
ke-4 komoditas tersebut untuk diproyeksikan 5 tahun kedepan,
ini :
Tabel 4.35
Tabel 4.36
118
Tabel 4.37
Tabel 4.38
119
3.814,9 Kwintal, pada tahun 2021 memiliki peningkatan sebesar
10.305,4 kwintal.
Tabel 4.39
1.956,3 kwintal.
perusahaan.
120
2. Akibat menurunnya tingkat partisipasinya dalam mengelola
mampu mengelolanya.
pertanian tersebut.
121
memungkinkan warga masyarakat memanfaatkan sumber daya
lokal antara lain berupa (tanah, air, informasi, teknologi, energi
manusia dan kereativitas) yang tersedia untuk memenuhi berbagai
kebutuhan individu dan kebutuhan kolektif.
1. Desentaralisasi
Desentralisasi dilakukan dalam pengambilan keputusan yang
meliputi keseluruhan proses pembangunan, mulai dari identifikasi
persoalan dan kebutuhan yang ada di kawasan agropolitan
kecamatan bungku utara, penyusunan dan pengelolaan program.
Strategi ini dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan
swakelola, dalam pengertian masyarakat lokal mendapat peluang
yang seluas-luasnya untuk mengelola kegiatan yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhannya kawasan agropolitan
kecamatan bungku utara.
pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya
berbasis komunitas ini memiliki beberapa hal yang lebih positif.
Karena sifatnya yang tidak mengikuti pola yang baku, maka
pendekatan ini lebih fleksibel, dalam pengertian pola yang
digunakan akan menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
masyarakat yang memiliki kondisi, persoalan, dan potensi yang
berbeda.
Dengan demikian, program-program yang diputuskan akan
lebih relevan dan mampu mengakomodasi persoalan dan
keputusan lokal. Bahkan, program-program tersebut bukan saja
mengakomodasi kepentingan pemerintah daerah, melainkan
juga kepentingan masyarakat khususnya petani dan pelaku
agroindustri yang berada dikecamatan bungku utara, karena
masyarakat telah ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan. Dan, melalui pendekatan ini potensi dan sumber daya
yang ada dapat lebih diaktualisasikan, karena pada dasarnya
122
masyarakat lokal sendiri yang lebih tahu dan lebih mengenal
berbagai potensi dan sumber daya yang ada di sekitarnya.
Contoh penerapan desentaralisasi dikawasan agropolitan
kecamatan Bungku Utara seperti :
a) pemerintah kecamatan bungku utara memberi wewenang
kepada masyarakat mengelola sendiri kawasan pertaniannya
sesuai dengan jenis pertanian masing-masing dengan
kebijakan dan metode yang ditetapkan oleh masyarakat
melalui institusi sosial atau lebaga organisasi pertanian yang
dibentuk masyarakat.
b) Peran pemerintah hanya memberikan fasilitas sesuali dengan
kebutuhan yang ditetapkan oleh institusi sosial atau lebaga-
lembaga pertanian masyarakat tersebut, dalam hal ini
hubungan pemerintah dengan masyarakat bukan sebagai
penguasa melainkan sebagai pihak yang memberi pelayanan
atau sebagai fasilitator.
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan perlu dilakukan agar desentralisasi cukup
efektif, diperlukan kondisi masyarakat yang memungkinkan untuk
mengemban fungsi pengambilan keputusan dan pengelolaan
sumber daya tersebut. diperlukan peluang, kesempatan dan
kewenangan juga kemampuan, yang kesemuanya memerlukan
proses yang disebut sebagai pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan yang dapat dilakukan seperti :
- Menyelenggarakan seminar terkait konsep dan arahan
metode agropolitan kecamatan bungku utara.
- Mengadakan pelatihan pengelolaan indutri pertanian
rumahan.
123
- Membentuk Lembaga swadaya masyarakat yang
menaungi kelompok tani.
Pemberdayaan itu penting agar masyarakat dapat memahami
kawaan agropolitan itu sendiri yang diterapkan pemerintah serta
lebih membuka wawasan masyarakat dalam memanfaatkan
aset-aset fisik seperti alam untuk pengembangan pertanian dan
industri pertanian yang ada dikawasan agropolitan kecamatan
Bungku Utara dengan demikian peningkatan partisipasi dan
peran masyarakat akan lebih meningkat. Oleh karena itu
dibutuhkan beberapa prasyarat dalam pemberdayaan, yaitu :
a) perubahan persepsi dan anggapan bahwa masyarakat
hanya sebagai sekedar sumber informasi serta ikut
menentukan pengambilan keputusan dalam pengembangan
kawasan agropolitan.
b) Merubah pandangan tentang fungsi pemerintah yaitu tidak
hanya berarti hak untuk mengatur, tetapi juga membantu
masyarakat dalam memecahkan problem-problem
pengembangan kawasan agropolitan yang tidak dapat
dipecahkan sendiri oleh masyarakat.
c) Merubah persepsi tentang sistem peraturan yang seolah-
olah masyarakat tidak berhak memutuskan pendapat diluar
peraturan pemerintah.
d) berangkat dari pemahaman bahwa desa-desa di kecamatan
bungku utara cukup banyak, sehingga tidak mungkin
menggunakan pendekatan uniformitas, atau keseragaman.
e) kelompok miskin tidak lagi dipersepsikan sebagai kelompok
yang tidak produktif, karena walaupun miskin materi tetapi
tidak miskin pengalaman pembangunan, jiwa
kewiraswastaan dan keterampilan teknis.
124
3. Proses Belajar Sosial
Kehidupan masyarakat termasuk kehidupan komunitas
merupakan proses interaksi antarwarga masyarakat dan interaksi
terhadap lingkungannya. Melalui proses interaksi tersebut
kemudian di samping melahirkan perilaku individu juga tindakan
bersama untuk memenuhi tuntutan kehidupan bermasyarakat
termasuk pemecahan berbagai persoalan yang timbul yang
kemudian menjadi bagian dari institusi sosial yang merupakan
pola aktivitas bersama dan berbagai bentuk pengetahuan serta
kearifan lokal.
Proses belajar ini berlangsung secara berkesinambungan dan
terus menerus bukan melalui jalur pendidikan formal melainkan
melalui pengalaman dalam kehidupan bersama, Peningkatan
kemampuan ini tidak dilakukan melalui pendidikan formal, tetapi
melalui partisipasi dan interaksi dalam proses pengambilan
keputusan dan aktivitas bersama untuk melaksanakan keputusan
tersebut. Ada 3 tahapan dalam penerapan system belajar sosial,
yaitu :
a) Tahap belajar efektif merupakan tahap awal, di mana
beberapa orang dari lembaga pemerintah atau non
pemerintah datang ke desa-desa atau masyarakat lokal,
memahami permasalahan pembangunan dari perspektif
masyarakat local (seperti aturan adat yang mengikat),
mencoba beberapa pendekatan untuk memecahkan
persoalan dan memenuhi kebutuhan yang diidentifikasi
bersama. Dalam tahap ini dimungkinkan juga memperoleh
dukungan sumber daya manusia dari luar yang memiliki
keahlian tertentu sesuai kebutuhan.
b) Tahap belajar efisien merupakan tahap berikutnya, setelah
diketahui apa yang harus dilaksanakan sesuai hasil tahap
125
pertama. Tahap ini diarahkan pada proses belajar tentang
bagaimana melaksanakan secara lebih efisien,
meninggalkan cara-cara yang tidak produktif dan
mengembangkan cara-cara sederhana untuk memecahkan
persoalan operasional.
c) Tahap belajar mengembangkan diri dilakukan setelah
pelembagaan dan penyusunan organisasi diselesaikan
dalam tahap kedua. Dalam tahap ini perhatian lebih
dicurahkan pada upaya perluasaannya yang meliputi
pengembangan keahlian, sistem pengelolaan, struktur dan
nilai-nilai masyarakat setempat. Dengan demikian, dalam
tahap ini kapasitas masyarakat desa sudah lebih
berkembang sehingga sudah mempunyai kemampuan untuk
mengelola aktivitas pertanian yang lebih efisien dan produktif
secara mandiri dan berkesinambungan, terlepas ada
tidaknya ada lembaga eksternal baik pemerintah maupun
non pemerintah yang melaksanakan program-programnya.
4. Keberlanjutan
Tahapan berkelanjutan ini adalah tahap dimana penerapan
metode agropolitan ini memberi manfaat kepada masyarakat
dalam jangka Panjang.
Usaha untuk melakukan eksploitasi secara maksimal sumber
daya alam walaupun memberikan manfaat yang besar tetapi
hanya berorientasi pada periode waktu tertentu bukanlah
126
penerapan tahapan yang berkelanjutan. Dengan demikian,
tahapan berkelanjutan mengandung unsur-unsur peningkatan
produktivitas pertanian, adanya distribusi dan pemerataan
manfaat keseluruh kawasan agropolitan, pelindungan atau
pelestarian sumber alam sebagai aset fisik kawasan agropolitan,
partisipasi masyarakat sejak identifikasi masalah dan kebutuhan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan dalam menikmati
hasil, contoh penerapannya seperti :
- Membuka lahan untuk pengembangan bibit-bibit
pertanian yang lebih unggul dan berkualitas;
- Pemerataan fasilitas akses ke desa-desa pertanian yang
jauh dan sulit dijangkau;
- Pembuatan waduk atau bendungan untuk mengantisipasi
kekeringan sungai saat kemarau;
- Pengembangan daya tarik kawasan pertanian sebagai
kawasan agrowisata;
- tidak mengeksploitasi kawasan hutan secara berlebihan
demi kebutuhan pertanian;
- pembangunan pusat belanja untuk hasil pertanian
masyarakat.
127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
128
Based Resources Management) yaitu strategi pembangunan
yang memberi peran dominan kepada masyarakat pada tingkat
komunitas untuk mengelola proses pembangunan, khususnya
dalam mengontrol dan mengelola sumber daya produktif.
Strategi ini dilakukan pada 3 tahapan yaitu : Desentaralisasi,
Pemberdayaan, Proses Belajar Sosial, dan Keberlanjutan.
B. Saran
129
DAFTAR PUSTAKA
Jhon McKnight, The Careless Society: The Community and Its counterfeits
(New York; Basic Books, 2010).
Prof. Dr. Sugiono, 2016, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Alfabet, bandung.
Mahi K.A., 2015, Agropolitan : Teori dan Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Noor J., 2015, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, Prenadamedia Group, Jakarta.
Soefaat dkk, 1997, Kamus Tata Ruang, Direktorat Jendral Cipta Karya
Departement Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencanaan
Indonesia, Jakarta.
http://bukik.com/asset-based-community-development-kreativitas-di-
tumpukanpersoalan/ diakses 30 September 2018.
= 312.973,63 = 5.113
= 385.713,76 = 6.411,1
= 458.449,89 = 7.709,2
= 531.265,65 = 9.007,3
= 604.042,5 = 10.305,4
Padi : Kepala :
= 307.410 = 1.134,3
= 396.382.8 = 1.339,8
= 485.355,60 = 1.545,3
= 574.328,4 = 1.750,8
= 663.301.2 = 1.956,3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP