Disusun Oleh:
Bayu Prayuda (173410390)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanallah wa ta’ala yang telah
memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengelolaan
Persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan
Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan”.
Penyusunan laporan tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program Strata I program studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
(PWK) Universitas Islam Riau.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada kedua Orang Tua penulis Mamak
Tercinta Paini dan Bapak Tercinta Suriadi yang telah memberikan dukungan
penuh kepada penulis baik secara materil maupun moril pada saat penulis
menempuh Pendidikan sampai dengan saat ini. Terimakasih yang sebesar besarnya
juga kepada Kakak Tercinta Arinda Febrianti dan Abang Tercinta Dedek
Randika yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasehat kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas juga dari
bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Muslim, ST, MT., Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau, yang memberikan motivasi untuk menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini;
2. Ibu Puji Astuti, ST,.MT., selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, yang selalu
memberikan dorongan, dan nasehat-nasehat untuk menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini;
3. Bapak Faizan Dalilla, ST, MT., selaku selaku dosen pembimbing penulis
yang telah membimbing, memberikan arahan dan dorongan yang berharga
bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini;
i
4. Bapak Ir. H. Firdaus, MP selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing, memberikan arahan dan dorongan selama saya
menempuh pendidikan.
5. Kepada Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, yang telah memberikan
Ilmu kepada penulis selama penulis menempuh Pendidikan;
6. Kepada Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Teknik, Universitas Islam
Riau yang telah banyak membantu penulis dalam urusan akademis;
7. Rachmita Putri Octadiana, SH, Terimakasih karena telah memberikan
semangat, motivasi, serta selalu membantu penulis, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini;
8. Teman – Teman Planologi B 2017, yang telah membersamai selama
penulis menempuh Pendidikan sampai penulis menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini;
9. Seluruh Teman – Teman Angkatan 2017 Fakultas Teknik Prodi
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Riau;
10. Serta semua pihak yang terlibat dan membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Dalam Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih ada
kekurangan dari segi penulisan, Bahasa, dan hal lainnya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang tentunya berguna untuk perbaikan serta
kesempurnaan penulisan. Selanjutnya penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini
mampu memberikan manfaat dan faedah bagi para pembacanya. Terimakasih untuk
semua pihak, semoga kita senantiasa dalam Rahmat dan Karunia-Nya, Aamiin Ya
Rabbal Alamin…
Bayu Prayuda
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4 Pengelolaan Sampah .......................................................................... 19
v
3.6.2 Merumuskan rencana pengelolaan persampahan di
Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci,
Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan ............................................................. 46
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
1 BAB I
PENDAHULUAN
Ruang publik merupakan salah satu dari elemen perkotaan yang memiliki
peranan penting, peran ruang publik perkotaan adalah sebagai pusat interaksi dan
komunikasi bagi masyarakat baik formal maupun informal, individu, maupun
kelompok. Menurut sifatnya, ruang publik dibagi dua yaitu ruang publik tertutup
dan ruang publik terbuka. Ruang publik terbuka memiliki pengertian bentuk dasar
selalu terletak di luar massa bangunan, dapat dimanfaatkan oleh semua orang dan
memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multifungsi) (Hakim dan
Utomo, 2003). Secara umum ruang terbuka dibagi menjadi dua jenis yaitu ruang
terbuka privat dan ruang terbuka publik (open spaces) (Dwiyanto, 2009).
Sedangkan di perkotaan, ruang terbuka publik terdiri dari ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka non-hijau.
Ruang publik merupakan suatu sistem kompleks berkaitan dengan segala
bagian bangunan dan lingkungan alam yang dapat diakses dengan gratis oleh publik
yang meliputi jalan, square, lapangan, ruang terbuka hijau, atau ruang privat yang
memiliki keterbukaan aksesbilitas untuk publik. Ciri-ciri utama dari ruang publik
antara lain adalah terbuka dan mudah di capai oleh masyarakat untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelompok. dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya
dapat berupa mall, plaza, ataupun taman bermain. Faktor faktor yang
mempengaruhi kepuasan masyakarat terhadap ruang publik antara lain jarak dari
rumah, aksesbilitas, luasan ruang publik, fasilitas, keberadaan sektor informal,
vegetasi, keamanan, kebersihan, estetika, fungsi rekreasi (Salam, 2019).
Ruang publik merupakan tempat yang telah disediakan oleh pemerintah
untuk dinikmati oleh masyarakat secara cuma-cuma, dan sudah menjadi kewajiban
masyarakat untuk memelihara dan menjaga semua fasilitas publik itu. Bukan hanya
bisa menggunakan fasilitas itu tetapi masyarakat juga harus dapat memelihara
dengan baik fasilitasnya untuk menciptakan ruang publik yang baik, bersih dan
aman bagi masyarakat. Salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada ruang
1
publik adalah prasarana dan sistem pengelolaan sampah tidak berfungsi
danberkembang dengan baik. Dampak dari hal ini adalah bertumpuknya sampah
yang dibiarkan tanpa dikelola sehingga akan menimbulkan banyak masalah
lainnya, seperti bau yang mengganggu dan sumber penyakit. Bau yang keluar dari
sampah akan menarik lalat dan hewan-hewan pengerat untuk datang dan
berkembang biak (Wibowo dkk, 2020). Padahal, sesuatu yang bersih selain
menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman karena bebas dari
kotoran sampah dan bau bauan yang tidak menyenangkan. Untuk mengatasi hal
tersebut kiranya perlu ditempatkan dan disediakan bak sampah sebagai elemen
taman serta pengelolaan sampah untuk menambah kenyamanan di taman.
Adapun penanganan sampah dapat dilakukan berupa kegiatan: pemilahan
dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pengelolaan akhir; pengolahan dalam bentuk
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; pemrosesan akhir sampah
dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya
ke media lingkungan secara aman (Bellona dan Lagiono, 2014).
Pelalawan adalah kabupaten yang relatif baru di Propinsi Riau yang
berasal dari pemekaran Kabupaten Kampar. Pengembangan taman kota di
Kabupaten Pelalawan sangat diperlukan mengingat masih kurangnya tempat-
tempat hiburan rekreasi bagi masyarakat Pelalawan/Pangkalan Kerinci, sehingga
menyebabkan sebagian anak-anak dan para remaja menjadikan kompleks
perkantoran Pemerintah Kabupaten Pelalawan setiap malam hari sebagai tempat
untuk balapan liar sepeda motor, corat-coret bangunan publik (vandalism) dan
kegiatan-kegiatan negatif lainnya. Maka, Kabupaten Pelalawan membangun
Taman Kota Pangkalan Kerinci sebagai Ruang Terbuka Hijau perkotaan. Tujuan
pengembangan taman kota tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat
rekreasi dan wadah menyalurkan kreatifitas-keinovasian bagi masyarakat Kota
2
Pangkalan Kerinci/Pelalawan dengan tetap menjaga keserasian dan keseimbangan
ekosistem lingkungan perkotaan yang berguna demi kepentingan umum
masyarakat (Gunarto, 2015).
Ruang Publik Kreatif Pangkalan Kerinci berlokasi di Jalan Sultan Syarif
Hasyim tepat di depan kantor Bupati dan DPRD Kabupaten Pelalawan atau berada
di kawasan perkantoran Bhakti Praja. Luas tapak Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci yaitu 25,30 Ha termasuk luas kawasan yang sudah diperkeras
3,563 Ha. Sedangkan luas area di luar kawasan Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci sebagai area pengembangan adalah 31 Ha, dan luas sungai yang
dilaluinya adalah 6,6 Ha. Berdasarkan informasi yang bersumber dari
pelitariau.com, hampir setiap malam minggu di Taman Ruang Publik Kreatif (RPK)
ramai dikunjungi masyarakat, khususnya masyarakat setempat kota Pangkalan
Kerinci Kabupaten Pelalawan. Kegiatan atau aktivitas yang ada di ruang publik
kreatif tersebut dapat menimbulkan sampah dengan jenis sampah yang bermacam-
macam. Mayoritas sampah yang ditemukan berupa bungkus sisa makanan. Sampah
yang ditimbulkan perlu dikelola guna menghindari penumpukan sampah yang dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif.
Selain itu, untuk menunjang kegiatan pengunjung di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, dibangun beberapa fasilitas berupa kawasan kuliner dan
cenderamata, musholla, kawasan olahraga, wahana permainan anak-anak,
kawasanentertainment (musik, seni budaya, penampilan dan atraksi) dan tempat
parkir. Salah satu permasalahan yang timbul akibat adanya fasilitas tersebut adalah
meningkatnya timbulan sampah. Sampah dihasilkan oleh aktivitas pengunjung
yang membuang sampah sembarangan di area Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci. Hal tersebut tentunya akan menurunkan citra Ruang Publik
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci sebagai obyek daya tarik pengunjung. Menurut
Wardi (2011), timbulan sampah di tempat terbuka (open dumping) yang membusuk
secara alami dapat menimbulkan bau dan pemandangan yang kurang sedap,
sehingga dapat mengurangi estetika lingkungan.
Permasalahan lain yang terdapat di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci adalah baik dari karyawan maupun pengunjung masih membuang sampah
3
sembarangan. Tempat sampah meskipun sudah dibedakan jenisnya, namun
belumdifungsikan secara optimal, atau dengan kata lain sampah masih tercampur
dalam satu wadah. Pengumpulan sampah dilakukan setiap pagi hari dengan
menggunakan gerobak dan alat bantu berupa sapu lidi dan sekop sampah, lalu
dikumpulkan sementara di bagian belakang Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci. Sebelum dibuang ke TPA, sampah-sampah yang ada di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci terlebih dahulu dibawa ke tempat
pembuangan sampah terpadu (TPST) yang terletak di Jalan Simpang Kualo,
Kelurahan Pangkalan Kerinci dengan tujuan untuk menampung sampah rumah
tangga khususnya di Kecamatan Pangkalan Kerinci. TPST tersebut juga dijadikan
sebagai tempat untuk memilah sampah-sampah warga yang masih bisa
dimanfaatkan lagi dan untuk sampah yang tidak dapat dimanfaatkan akan dibawa
ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang terletak di Desa Kemang, Kecamatan
Pangkalan Kerinci. Sampah- sampah yang berada di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci diambil setiap 3 kali dalam seminggu dengan menggunakan
truk yang disediakan dari Badan Lingkungan Hidup. Pengambilan sampah yang
dilakukan setiap 3 kali dalamseminggu, terkadang menimbulkan masalah seperti
penumpukan sampah jika jumlah pengunjung dan volume sampah meningkat.
Sampah-sampah yang ditimbulkan perlu dikelola guna menghindari penumpukan
sampah yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
pengelolaan sampah di ruangpublik dengan judul “Pengelolaan Persampahan di
Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan”.
4
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, baik dari karyawan maupun pengunjung masih
membuang sampah sembarangan. Tempat sampah meskipun sudah dibedakan
jenisnya, namun belum difungsikan secara optimal, atau dengan kata lain sampah
masih tercampur dalam satu wadah. Sampah-sampah yang berada di Ruang Publik
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci diambil setiap 3 kali dalam seminggu dengan
menggunakan truk yang disediakan dari Badan Lingkungan Hidup. Pengambilan
sampah yang dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu, terkadang menimbulkan
masalah seperti penumpukan sampah jika jumlah pengunjung dan volume sampah
meningkat. Sampah-sampah yang ditimbulkan perlu dikelola guna menghindari
penumpukan sampah yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi eksisting dan pengelolaan persampahan di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan?
2. Berapakah timbulan dan komposisi sampah di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan?
3. Bagaimana pengolahan persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan
Kerinci, Kabupaten Pelalawan yang meliputi pewadahan, pengumpulan
dan tempat penampungan sementara (TPS)?
5
1.3.2 Sasaran Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas sasaran dari penelitian Pengelolaan
Persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci
Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan:
1. Mengetahui kondisi eksisting dan pengelolaan persampahan di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan
2. Menghitung timbulan dan komposisi sampah di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
3. Merumuskan rencana pengelolaan persampahan di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan dan tempat penampungan sementara (TPS).
6
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bermanfaat untuk peneliti sendiri yaitu untuk mengembangkan
kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang akan diperoleh
selama perkuliahan pada program studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Universitas Islam Riau.
b. Bermanfaat bagi pembaca yaitu dapat dijadiakan sebagai bahan masukan
untuk pemerintah setempat terkait pengelola persampahan di ruang publik
kreatif.
7
dilaluinya adalah 6,6 Ha (Suhendar, 2013). Batas lokasi Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Sultan Syarif Hasyim dan kompleks
Kantor Bupati dan DPRD Kabupaten Pelalawan.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Pangkalan Kerinci, perkebunan
sawit milik rakyat dan jalan menuju darmaga sungai Kampar.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Pangkalan Kerinci, jalan menuju
darmaga sungai Kampar, lahan kosong semak belukar kebun sawit dan
kompleks perkantoran Bhakti Praja.
d. Sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong semak belukar kebun
sawit.
8
berdasarkan penelitian terdahulu. Komposisi sampah dibagi berdasarkan
jenisnya yaitu organik dan anorganik.
b. Sumber sampah meliputi sampah-sampah yang berasal dari kegiatan
komersil (PKL dan warung) dan kegiatan pengunjung. Sampah-sampah
komersil merupakan sampah-sampah yang dikumpulkan oleh PKL dan
pemilik warung, sedangkan sampah-sampah yang bersumber dari kegiatan
pengunjung merupakan sampah-sampah yang berada di area taman.
3. Merumuskan rencana pengelolaan persampahan yang meliputi rencana
penyediaan pewadahan sampah, pengumpulan sampah dan tempat
penampungan sementara (TPS) di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawan dengan berdasarkan pada SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Oprasional Pengelolaan Sampah Perkotaan dan kondisi eksisting
Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
9
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
LATAR BELAKANG
Taman Ruang Publik Kreatif (RPK) merupakan taman yang ramai dikunjungi masyarakat,
khususnya masyarakat setempat kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Kegiatan atau
aktivitas yang ada di ruang publik kreatif tersebut dapat menimbulkan sampah dengan jenis
sampah yang bermacam-macam. Di RPK Pangkalan Kerinci, baik dari karyawan maupun
I pengunjung masih membuang sampah sembarangan. Tempat sampah meskipun sudah dibedakan
jenisnya, namun belum difungsikan secara optimal, atau dengan kata lain sampah masih tercampur
N dalam satu wadah. Pengambilan sampah yang dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu, terkadang
menimbulkan masalah seperti penumpukan sampah jika jumlah pengunjung dan volume sampah
P meningkat. Sampah-sampah yang ditimbulkan perlu dikelola guna menghindari penumpukan
sampah yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
U
T TUJUAN PENELITIAN
Selain untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang sampah di ruang publik,
adapun tujuan utama dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah adalah
untuk menyusun rencana pengelolaan persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan yang
meliputi pewadahan, pengumpulan dan tempat penampungan sementara (TPS).
O
U
Rencana pengelolaan persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci,
T
Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
P
U
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
T
Sumber: Hasil Analisis, 2022
12
1.7 Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan laporan ini tersusun atas sistematika penulisan yang
dirincikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan, tujuan dan sasaran, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pikir serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang kumpulan teori yang berkaitan dengan studi
penelitian dan kepentingan analisis lokasi penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik
analisis data, tahapan penelitian dan desain survei yang digunakan dalam
membuat pengelolaan persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan
Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bab ini menyajikan deskripsi atau gambaran wilayah studi seperti letak
geografis dan administrasi, serta gambaran pengelolaan sampah di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil analisis dan pembahasan studi seperti
pembahasan timbulan sampah, komposisi sampah, dan pengelolaan
persampahan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan penelitian dan disertai dengan saran
yang diperlukan dari hasil penelitian terutama untuk menjawab rumusan
masalah dan mencapai tujuan dari penelitian.
13
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Pengertian sampah menurut Undang-undang Republik Indonesia No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, didefinisikan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sementara itu menurut Rizal (2011), sampah adalah semua jenis benda yang berasal
dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan dapat
menimbulkan pengotoran terhadap komponen lingkungan sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan. Sampah dapat berasal dari kegiatan industri,
pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga,
perdagangan,dan sisa aktivitas manusia lainnya. Menurut WHO, sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
14
Sarana layanan masyarakat disini adalah tempat hiburan dan umum, tempat
parkir, rumahsakit dan puskesmas, gedung pertemuan dan yang lainnya.
Tempat seperti ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
5. Industri berat dan ringan.
Dalam industri ini termasuk industri makanan dan minuman , industri kayu,
industri logam, tempat pengolahan air minum, dan kegiatan industri lainnya.
Baik yang bersifat distributif maupun memproses bahan mentah. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini adalah sampah kering, sampah basah, sampah
khusus, dan sampah berbahaya.
6. Pertanian.
Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang, atau sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
pembasmi serangga tanaman.
15
b. Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik
yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya,
maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan
kaca, gelas, dan sebagainya.
c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah
terbakar, termasuk abu rokok.
d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan, terdiri dari campuran bermacammacam sampah,
daundaunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebaginya.
e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-
pabrik.
f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati
karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), yaitu bangkai mobil, sepeda,
sepeda motor, dan sebagainya.
h. Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, berupa puing-puing,
potongan potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya.
16
2. Sampah kertas/karton
17
Dalam penelitian ini komposisi sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
sampah organik dan anorganik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai sampah
organik dan anorganik (Notoatmodjo, 2011):
1. Sampah organik – dapat diurai (degradable) Sampah organik yaitu sampah
yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable) Sampah anorganik yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut (Damanhuri & Padmi, 2010):
1. Cuaca, kawasan yang memiliki kandungan air tinggi maka sampah akan
memiliki kelembaban yang tinggi.
2. Frekuensi pengumpulan, semakin sering mengumpulkan sampah maka
semakin tinggi tumpukan sampah. Sampah organik akan terdekomposisi dan
sampah anorganik akan terakumulasi karena sulit terdegradasi.
3. Musim, musim buah-buahan yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi
sampah.
4. Tingkat sosial ekonomi, tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan menghasilkan
sampah kaleng, kertas dan plastik.
5. Pendapatan per kapita, masyarakat ekonomi rendah akan menghasilkan
sampah yang homogen dibandingkan tingkat ekonomi yang lebih tinggi.
6. Kemasan produk, negara berkembang banyak menggunakan plastik sebagai
pengemas sedangkan negara maju menggunakan kertas sebagai pengemas.
18
berat atau volume. Setiap orang menghasilkan sampah setiap hari. Timbulan
sampah dapat ditentukan dengan cara pengambilan sampel (estimasi) berdasarkan
standar yang sudah ada. Menurut Damanhuri & Padmi (2010) timbulan sampah ini
dinyatakan dalam satuan sebagai berikut:
a. Satuan berat: kilogram per orang perhari (kg/org/hari) atau kilogram per meter-
persegi bangunan perhari (kg/m2/hari) atau kilogram per tempat tidur perhari
(kg/bed/hari).
b. Satuan Volume: liter per orang perhari (l/org/hari), liter per meter-persegi
bangunan perhari (l/m2/h), liter per tempat tidur perhari (l/bed/hari).
19
Gambar 2.1 Alur Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Sumber: SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah
perkotaan, yakni sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
b. Kepadatan dan penyebaran penduduk.
c. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.
d. Timbulan dan karakteristik sampah.
b. Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
c. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir
sampah.
d. Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
e. Biaya yang tersedia untuk pengelolaan sampah.
f. Peraturan daerah setempat.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai teknik operasional pengelolaan
sampah yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan dan
pemilahan, pengangkutan, dan pembuangan akhir:
20
menjadi sumber sampah. Tujuan dilakukannya pewadahan adalah untuk
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mempengaruhi
lingkungan. Dalam melakukan pewadahan sampah disesuaikan dengan jenis
sampah yang dipilah sebagai berikut:
a. Sampah organik seperti daun, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan, dengan
wadah warna gelap.
b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dengan wadah warna terang.
c. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah tangga, dengan warna
merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.
Pola pewadahan sampah dapat dibagi secara individual dan komunal
dengan lokasi penempatan wadah sebagai berikut:
a. Wadah individu penempatannya di halaman muka dan di halaman belakang
untuk sumber sampah dari hotel dan restoran.
b. Penempatan wadah komunal diharapkan sedapat mungkin dekat dengan
sumber sampah dan tidak mengganggu pemakai jalan dan sarana umum
lainnya, jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 meter,
disekitar taman dan keramaian, diujung gang kecil, dan diluar jalur lalu lintas
pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya.
Karakteristik wadah sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002 dengan pola
pewadahan dengan sistem individual dan komunal adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Wadah Sampah
Pola
Pewadahan
No Individual Komunal
Karakteristik
1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, Kotak, silinder,
bin (tong), semua tertutup, kontainer, bin (tong),
dan kantong plastik semua bertutup
2 Sifat Ringan, mudah Ringan, mudah
dipindahkan dan mudah dipindahkan dan mudah
dikosongkan di kosongkan
3 Jenis Logam, plastik, fiberglas Logam, plastik,
(GRP), kayu, bambu, rotan fiberglas (GRP), kayu,
bambu, rotan
4 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
Sumber: SNI-19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
21
Contoh tempat sampah yang sering digunakan untuk area domestik dan
area komersil adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Contoh Wadah dan Penggunaannya
No Wadah Kapasitas Pelayanan Umur Wadah Keterangan
Kantong
1 10-40 liter 1 KK 2-3 hari Individual
Plastik
Tong Maksimal
2 40 liter 1 KK 2-3 tahun pengambilan 3
hari sekali
3 Tong 120 liter 2-3 KK 2-3 tahun Toko
4 Tong 140 liter 4-6 KK 2-3 tahun -
5 Kontainer 1.000 liter 80 KK 2-3 tahun Komunal
6 Kontainer 500 liter 40 KK 2-3 tahun Komunal
Tong Pejalan kaki,
7 1 KK 2-3 tahun -
taman
Sumber: SNI-19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
22
beberapa pola pengumpulan sampah menurut SNI 19-2454-2002 adalah sebagai
berikut:
1. Pola individual langsung, sampah diambil dari sumber sampah dan diangkut
langsung ke TPA tanpa melalui kegiatan pemindahan dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Kondisi topografi bergelombang >15-40%, dan hanya alat pengumpul
mesin yang bisa beroperasi,
b. Kondisi jalan yang lebar dan tidak mengganggu pemakai jalan lainnya,
c. Kondisi dan jumlah alat yang memadai,
d. Jumlah timbulan sampah mencapai > 0,3 m³/hari
e. Penghuni berlokasi di jalan protokol
2. Pola individual tidak langsung merupakan pengambilan sampah dari sumber
sampah yang dibawa menuju lokasi pemindahan sementara/TPS untuk
diangkut kembali ke TPA dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakat pasif,
b. Tersediannya lahan untuk pemindahan,
c. Kondisi topografi relatif datar sekitar < 5% dapat menggunakan alat
pengumpul non mesin seperti gerobak dan becak,
d. Alat pengumpul yang masih bisa menjangkau secara langsung,
e. Lebar gang dapat dilalui pengumpul tanpa menggangu pemakai jalan
f. Harus adanya organisasi pengelola pengumpulan sampah
3. Pola komunal langsung merupakan kegiatan pengambilan sampah yang berasal
dari wadah komunal yang langung diangkut menuju tempat pemrosesan akhir.
Adapun persyaratan pola komunal langsung adalah sebagai berikut:
a. Keterbatasan alat angkut,
b. Pengendalian kemampuan personil dan peralatan yang relatif rendah,
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber sampah individual,
d. Wadah ditempatkan sesuai kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau,
e. Pemukiman yang tidak teratur,
f. Peran serta masyarakat yang tinggi,
23
4. Pola komunal tidak langsung merupakan kegiatan pengambilan sampah dari
pewadahan komunal menuju lokasi pemindahan untuk diangkut ke TPA
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Tingginya peran serta masyarakat,
b. Tersedianya lahan untuk pemindahan,
c. Penempatan wadah komunal yang sesuai dengan kebutuhan dan lokasi
yang dapat dijangkau oleh alat pengumpul,
d. Harus ada organisasi pengumpulan sampah,
e. Kondisi topografi relatif datar rata-rata < 5% dapat menggunakan alat
pengumpul non mesin seperti gerobak dan becak, untuk kondisi dengan
topografi > 5% dapat menggunakan pikulan, kontainer kecil beroda dan
karung.
f. Lebar gang dapat dijangkau alat pengumpul tanpa menganggu pemakai
jalan.
24
No Uraian Transfer Depo Tipe I Transfer Depo Transfer Depo
Tipe II Tipe III
3 Daerah Baik sekali untuk daerah Daerah yang sulit
pemakai yang mudah mendapat mendapat lahan
lahan yang kosong dan
daerah protokol
Sumber: SNI-19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
25
b. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk mngambil
pada rit selanjutnya.
3. Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk
kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau truk
biasa.
a. Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke
dalam truk compactor dan meletakan kembali kontainer yang kosong;
b. Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk
kemudian langsung ke TPA;
c. Demikian seterusnya dengan sampai rit terakhir.
4. Pengangkutan sampah hasil pemilahan
Pengangkutan sampah hasil pemilahan seperti sampah kering yang bernilai
ekonomis dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
26
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir
jam operasi.
27
b. Pamphlet dan brosur yang sering dibuang oleh para wisatawan.
Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan untuk masingmasing sumber
sampah, khususnya di bidang pariwisata, adalah sebagai berikut:
1. Sektor akomodasi
a. Pemilahan dan daur ulang sampah kaca, alumunium, kertas, dan plastik
dari kamar wisatawan.
b. Penyediaan wadah sampah dan mengurangi penyediaan air kemasan.
c. Mengurangi penggunaan plastik dalam kegiatankegiatan wisatawan.
2. Pelayanan makanan dan minuman
a. Penggunaan bahan-bahan peralatan makan dan minum yang bisa
digunakan berkali-kali.
b. Mengganti penggunaan plastik dan Styrofoam menjadi wadah yang dapat
digunakan berkalikali.
c. Membuang sisa makanan pada wadah khusus sampah organik.
3. Lapangan terbuka
a. Menggunakan teknik dan produk organik dalam pertamanan.
b. Mengurangi penggunaan bahan yang tergolong B3.
4. Kantor pelayanan pariwisata
a. Penggunaan surat elektronik untuk komunikasi tertulis.
b. - Menggunakan media visual untuk promosi wisata.
28
Fasilitas persampahan disini sangat berpengaruh kepada estetika
lingkungan terutama sistem pewadahannya, sedangkan untuk sistem pengangkutan
akan berpengaruh kepada efisiensi waktu dari proses pengangkutan itu sendiri.
Kedua sub sistem tersebut dapat menjadi sebuah kesatuan dengan pemilihan sarana
yang tepat, untuk mempermudah proses pemindahan dan pengangkutan sebaiknya
digunakan pewadahan yang bersifat mudah diangkat seperti Bin dari plastik,
sedangkan untuk pemindahan dapat menggunakan motor sampah beroda tiga
terutama untuk ruas jalan yang tidak dapat dilalui truk sampah dan pengangkutan
dipergunakan compactor truk yang memiliki sistem yang dapat mengangkut bin
tersebut dan dapat melakukan pemanpatan sampah.
29
2.7 Studi Terdahulu
Tabel 2.4 Studi Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil
Haneysa Fitria Bellona Tinjauan Pengelolaan • Pengelolaan penelitian deskriptif Hasil penelitian yaitu tahap penimbulan
dan Lagiono (2014) Sampah Taman Kota persampahan yang bersumber dari aktivitas perkantoran,
Jurnal, Jurusan Andhang Pangrenan meliputi: pedagang, pengunjung, dan pemeliharaan
Kesehatan Kecamatan Purwokerto • Tahap taman diperoleh nilai 75% dengan kategori
Lingkungan, Selatan Kabupaten penimbulan cukup baik. Pewadahan menggunakan tong
Politeknik Kesehatan Banyumas Tahun 2014 sampah fiber berjumlah 50 buah diperoleh nilai
Kemenkes Semarang • Tahap 87,50% dengan kategori baik. Tahap
pewadahan pengumpulan sementara berlokasi di
• Tahap sebelah barat taman kota dan diperoleh
pengumpulan nilai 41,67% dengan kategori kurang baik.
• Tahap Tahap pengangkutan termasuk dalam
1 pengangkutan kategori cukup baik dengan persentase
• Tahap nilai 57,14%. Untuk tahap pengelolaan dan
pengelolaan dan pemanfaatan kembali, di Taman Kota
pemanfaatan Andhang Pangrenan belum diadakan.
kembali Pembuangan akhir dilakukan oleh pihak
ketiga yaitu TPA Gunung Tugel dan
• Tahap
diperoleh nilai 60% dengan kategori cukup
pembuangan
akhir baik. Kesimpulan yang didapat dari
penelitian yaitu pengelolaan sampah di
Taman Kota Andhang Pangrenan termasuk
dalam kategori cukup baik dengan
persentase 65,90%.
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil
Akhmad Fauzan, Analisis Timbulan dan • Komposisi • kualitatif Timbulan sampah di Taman Pintar yaitu
Hijrah Purnama Putra, Komposisi Sampah di sampah deskriptif 0,067-0,090 kg/org/hari dan timbulan
Yebi Yuriandala Kawasan Wisata Taman • Timbulan • Pengelolaan sampah di Sindu Kusuma Edupark yaitu
(2020) Pintar dan Sindu sampah hasil kuesioner 0,061-0,063 kg/org/hari. Komposisi
Jurnal, Universitas Kusuma Edupark D.I. sampah di Taman Pintar didominasi
Islam Indonesia Yogyakarta sampah plastik dengan persentase 40% dari
keseluruhan sampah yang dihasilkan,
Sedangkan komposisi sampah di Sindu
Kusuma Edupark didominasi oleh sampah
2 organik dengan persentase 26% dari
kesuluruhan sampah yang dihasilkan.
sampah yang dihasilkan tersebut memiliki
potensi layak kompos, layak jual dan daur
ulang. Hasil uji bivariat kuesioner
menggunakan software SPSS menunjukan
bahwa tidak adanya hubungan antara
pengetahuan dan perilaku pengunjung
maupun pengelola terhadap pengelolaan
sampah.
Ryan Setyawan Husni Analisis Timbulan dan • Komposisi • kualitatif deskriptif Berdasarkan hasil sampling, Timbulan
Karyadi (2018) Komposisi Sampah di sampah Pengelolaan hasil sampah di Candi Sambisari yang
Jurnal, Universitas Kawasanwisata Candi • Timbulan kuesioner dihasilkan oleh pengunjung sebesar 3,17-
Islam Indonesia Sambisari dan Taman sampah 3,44 kg/hari lalu dari lingkungan 13,70-
3 Kaliurang, Sleman, D.I. 14,09 kg/hari, komposisi organik menjadi
Yogyakarta yang terbesar dengan 85,1%. Sedangkan
pada Taman Kaliurang timbulan dari
aktivitas pengunjung sebesar1,83-2,80
kg/hari, dengan komposisi organik juga
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil
yang terbesar dengan 90,7%. Hasil analisis
hubungan antara pengetahuan dan perilaku
terkait pengelolaan sampah hanya pada
pengunjung Taman Kaliurang yang
disimpulkan ada hubungan, dimana hasil
signifikansi didapat 0,017.
Yeggi Darnas, Kajian Potensi Daur • Komposisi • Deskriptif Sampah yang dihasilkan perkantoran
Muhammad Nizar, dan Ulang, Timbulan dan sampah Kualitatif 0,0198 kg/orang/hari, Bank 0,0039
Maulina Irwandi Komposisi Sampah di • Timbulan kg/orang/hari, sekolah 0,0016
(2021) Kawasan Perkantoran sampah kg/orang/hari, Masjid 0,0127
Jurnal Of Kabupaten Aceh kg/orang/hari, kantin 0,0339 kg/orang/hari,
Environmental Tamiang sarana olahraga 0,0193 kg/orang/hari,
Engineering taman 0,0083 kg/orang/hari, jalan 0,0032
kg/orang/hari. Komposisi sampah
terbanyak di kawasan ini adalah sampah
organik sebesar 62,20%, sampah
4 anorganik 33,53%, komponen sampah
yang paling dominan adalah sisa makanan
26,97%. potensi daur ulang terbesar adalah
dari sampah makanan 27,67% dan sampah
plastik 18,60%. Adapun nilai jual harian
sampah pada kawasan ini yaitu Rp.
20.370,25. Berdasarkan hasil yang
diperoleh maka sampah yang paling
berpotensi untuk didaur ulang yaitu
sampah Anorganik dengan komponen
plastik, dan sampah organik berupa sisa
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil
makanan yang dapat dijadikan pupuk
kompos.
I Made Wahyu Wijaya Perencanaan • Pengelolaan Pengambilan sampah Hasil penelitian menunjukkan laju
(2014) Pengelolaan Sampah di sampah di pesisir dan sungai timbulan sampah rata-rata adalah 170,8
Tugas Akhir, Jurusan Obyek Wisata • Timbulan dilakukan dengan kg/hari atau 1,033 m3/hari. Pewadahan
Teknik Lingkungan, Eks Pelabuhan sampah metode transek. sampah dibagi menjadi 2 jenis, yakni
Fakultas Teknik Sipil Buleleng, Kabupaten • Komposisi wadah sampah untuk sampah basah dan
dan Perencanaan Buleleng sampah kering. Kebutuhan wadah sampah dari
Institut Teknologi • Densitas sampah hasil perencanaan ini adalah sebagai
Sepuluh Nopember berikut: 4 x 2 unit untuk restoran apung,
dengan kapasitas 70 L untuk sampah basah
dan 15 L untuk sampah kering, 2 kantong
berkapasitas 20 L untuk sampah basah dan
kering di setiap warung dan PKL, 4 x 2 unit
untuk kantor dan fasilitas umum dengan
5
kapasitas masing-masing 30 L untuk
sampah basah dan kering, 7 x 2 unit untuk
area taman dengan kapasitas masing-
masing 60 L untuk sampah basah dan
kering, 5 x 2 unit untuk sampah kiriman
dari laut dengan kapasitas masing-masing
250 L untuk sampah basah dan kering,
serta 2 x 2 unit untuk sampah dari sungai
dengan kapasitas masing-masing 250 L
untuk sampah basah dan kering. Gerobak
pengumpul sampah dirancang dengan
kapasitas 1120 L dan dilengkapi dengan
sekat pemisah antara sampah basah dan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil
kering. Kontainer sampah residu sebanyak
3 unit dengan kapasitas 660 L dan
kontainer sampah daur ulang sebanyak 1
unit dengan kapasitas 900 L dan disekat
menjadi 4 bagian disediakan di TPS. Selain
itu disediakan pula 2 unit komposter angin
berkapasitas 2,7 m3, sebuah mesin
pencacah, serta screen untuk menyaring
sampah di Sungai Buleleng. Estimasi biaya
investasi penyediaan fasilitas pengelolaan
sampah di daerah studi adalah Rp.
42,590,280,-, dengan biaya operasional Rp
10,872,000, /bulan, dan biaya
pemeliharaan sebesar Rp 4,150,000,-
/tahun.
Sumber: Hasil Analisis, 2022
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
35
selama 6 bulan yaitu dimulai pada Bulan Oktober 2022 sampai dengan Bulan Mei
2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel waktu dan tahapan penelitian
berikut:
Tabel 3.1 Tahapan dan Waktu Penelitian
Uraian Bulan
No
Pekerjaan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
Penyusunan
1
proposal
Seminar
2
proposal
Pengumpulan
data
3 Data
Sekunder
Data Primer
Pengelolaan
4 dan analisis
data
Penyusunan
6
laporan akhir
7 Seminar hasil
Seminar
8
komprehensif
Sumber: Hasil Analisis, 2022
3.3.1 Variabel
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2014) adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel juga adalah gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati yang dapat
diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun variabel penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Definisi Sumber
Timbulan a. Berat per Banyaknya sampah yang SNI 19-2454-
sampah komponen timbul dari masyarakat 2002 tentang
sampah dalam satuan volume Tata Cara
1 b. Berat total maupun berat per kapita Pengelolaan
sampah perhari, atau perluas Sampah
bangunan, atau Perkotaan
perpanjang jalan
36
No Variabel Indikator Definisi Sumber
Komposisi a. Organik Komponen fisik sampah SNI 19-2454-
sampah b. anorganik 2002 tentang
Tata Cara
2
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan
Pengelolaan a. pewadahan Kegiatan yang sistematis, Undang-Undang
sampah dan pemilahan menyeluruh, dan Republik
sampah berkesinambungan yang Indonesia Nomor
b. pengumpulan meliputi pengurangan dan 18 Tahun 2008
3
sampah penanganan sampah Tentang
c. dan tempat Pengelolaan
pembuangan Sampah
sementara.
Sumber : Hasil Analisis, 2022
3.3.2 Data (Jenis dan Sumber Data)
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu data sekunder
dan data primer sebagai berikut:
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain secara tidak
langsung, biasanya didapatkan dari studi literatur atau dokumen publikasi yang
didapatkan di internet, perpustakaan dan dinas atau instansi terkait. Dalam
penelitian ini data sekunder didapatkan dari dinas atau instansi dan penelitian
terdahulu. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data Sekunder
Jenis Data Sumber Data
Sistem pengelola persampahan dan profil Pengelola Ruang Publik Kreatif (RPK)
kawasan Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
Pangkalan Kerinci.
Peta Kawasan Ruang Publik Kreatif (RPK) Pengelola Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci. Pangkalan Kerinci.
Peraturan daerah terkait pengelolaan Pengelola Ruang Publik Kreatif (RPK)
sampah untuk menyesuaikan proses Pangkalan Kerinci.
perencanaan dengan peraturan setempat
Sumber: Hasil Analisis, 2022
b. Data Primer
37
Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Dalam penelitian ini data primer yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Jenis dan Sumber Data Primer
Jenis Data Sumber Data
Pengelolaan Sampah yang meliputi: Lokasi studi dan kuesioner
• pewadahan (pola dan jenis pewadahan) dan pemilahan
sampah:
-jenis tempat sampah
-jumlah tempat sampah
-lokasi tempat sampah
-kondisi tempat sampah
-tindakan wisatawan dalan pemilahan sampah
• pengumpulan sampah dan pemindahan sampah:
-waktu pengumpulan sampah
-jumlah anggota kebersihan
-sistem pengumpulan sampah
-alat untuk mengumpulkan sampah
-jenis sampah yang dikumpulkan
• dan tempat pembuangan sementara (lokasi TPS):
-jarak tempat pembuangan sampah sementara dengan
area taman dan pkl
-lokasi tempat pembuangan sampah sementara
-waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
-transportasi yang mengangkut sampah dari TPS ke
TPA
Komposisi, timbulan dan densitas sampah Lokasi studi
fasilitas pengelolaan sampah Lokasi studi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
38
(Sugiyono, 2014). Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data
primer yang diperoleh baik dari wawancara, angket atau kuesioner maupun dari
observasi langsung ke lapangan. Metode pengumpulan data sekunder dapat
diperoleh melalui jurnal, buku, literatur, internet dan dari instansi pemerintah
maupun instansi terkait yang dibutuhkan. Penggunaan data sekunder juga hasil
dari studi pustaka terkait dengan literatur yang menunjang penelitian. Hasil
yang diharapkan dari data sekunder berupa deskripsi, data angka dan penelitian
sebelumnya yang terkait.
b. Metode Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan dengan sumber data primer menjadi salah satu cara
memperoleh data langsung ke lapangan. Tujuannya untuk mengetahui secara
langsung karakteristik fisik dan non fisik wilayah penelitian serta mencari
informasi yang ada di lapangan sebagai bahan pembanding data sekunder agar
diperoleh validasi yang baik. Data primer dalam penelitian ini dilakukan
dengan observasi lapangan dan wawancara pada pengunjung dan pengelola
Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci terkait persampahan dan
sistem pengelolaan sampah. Metoda pengumpulan data primer terdiri atas
sebagai berikut:
1. Observasi lapangan
Survei data primer bertujuan untuk untuk menggali informasi maupun data
dengan teliti dan memperoleh data sedalam mungkin dari objek penelitian.
Survei observasi dilakukan langsung ke Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci. Metode observasi bertujuan untuk melihat kondisi riil
di lapangan mengenai sistem pengelolaan sampah eksisting yang meliputi:
- Pewadahan sampah
- Pengumpulan sampah
- Pengangkutan sampah
Data tersebut digunakan sebagai referensi perencanaan sistem pewadahan,
pengumpulan, dan tempat penampungan sementara sampah di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
2. Kuesioner
39
Metode kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner ke beberapa pihak terkait. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup. Data yang diperoleh melalui
kuesioner adalah sebagai berikut:
▪ Sistem pengelolaan sampah eksisting
▪ Waktu pengumpulan dan pengangkutan sampah
▪ Retribusi sampah
▪ Fasilitas pengelolaan sampah yang tersedia
▪ Peran setiap unit sumber sampah dalam pengelolaan sampah
▪ Saran-saran untuk pengelolaan sampah di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci.
Untuk proses perencanaan sistem pengelolaan sampah di Ruang Publik
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, maka terlebih dahulu ditentukan
kebutuhan data berdasarkan literatur. Data yang dibutuhkan dalam proses
perencanaan ini yakni data untuk aspek teknis. Pihak-pihak yang menjadi
responden adalah:
- Kuesioner A
• Pihak pengelola Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci
• Pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pelalawan
- Kuesioner B
• Pemilik warung
• Pedagang kaki lima (PKL)
- Kuesioner C
• Wisatawan
40
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, yang jumlahnya tidak diketahui dan
dapat dikatakan dalam kategori tidak terhingga. Populasi tak terhingga yaitu
populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya
secara kuantitatif. Oleh karenanya luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya
dapat dijelaskan secara kualitatif (Bungin, 2009).
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini,
Pelanggan yang menjadi sampel responden adalah pengunjung yang sedang
berkunjung ke Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci
Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan
pengambilan sampel nonprobability atau juga disebut juga nonpeluang. Jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Cochran, hal ini
dikarenakan jumlah populasi tidah diketahui atau tidak terhingga. Berikut rumus
Cochran yaitu (Sugiyono, 2019):
𝑧 2 𝑝𝑞
𝑛=
𝑒2
Keterangan : n = Jumlah sampel
z = arga dalam kurve normal untuk simpangan 5%, dengan nilai 1,96
p = peluang benar 50% = 0,5
q = peluang salah 50% = 0,5
e = margin error 10%
Melalui rumus di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:
𝑧 2 𝑝𝑞 1,962 . 0,5. 0,5
𝑛= = = 96,04 ≈ 97
𝑒2 0,12
Sehingga jika berdasarkan rumus tersebut maka n yang didapatkan adalah
96,04 = 97 orang sehingga pada penelitian ini setidaknya penulis harus mengambil
data dari sampel sekurang-kurangnya sejumlah 97 orang.
41
3.5.3 Teknik sampling
Pada penelitian ini, pelanggan yang menjadi sampel responden adalah
pengunjung yang sedang berkunjung ke Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawan dengan menggunakan pengambilan sampel nonprobability atau juga
disebut juga nonpeluang, adalah pengambilan sampel dengan sengaja (purposive)
dan bersifat subjektif (Indrawan dan yaniawati, 2017).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability yakni Teknik sampling insidental, yakni teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiono, 2014).
42
3.6.2 Menghitung timbulan dan komposisi sampah di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
Untuk mengetahui kondisi persampahan di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto
(2019) metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang
banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan hasilnya. Dalam penelitian ini kondisi persampahan
yang di analisis meliputi timbulan sampah dan komposisi sampah di Ruang Publik
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
a. Timbulan sampah
Data timbulan sampah merupakan data volume atau berat sampah yang
dihasilkan suatu sumber sampah per satuan waktu. Pada perencanaan
pengelolaan sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci,
dilakukan pengambilan data timbulan sampah dari beberapa sumber sampah.
Sumber sampah di wilayah perencanaan yakni Sampah dari kegiatan komersil,
sampah dari taman dan aktivitas pengunjung Pengambilan data timbulan
sampah di darat mengacu pada SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Oprasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Pengambilan data timbulan
sampah dilakukan selama 2 hari yaitu pada salah satu hari kerja dan salah satu
hari libur. Lokasi sumber sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci dapat dilihat pada Gambar 3.1. Langkah-langkah pengambilan data
timbulan sampah adalah sebagai berikut:
1. Catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah. Dalam hal ini
terdapat 4 unit restoran, 26 unit warung, 10 PKL, 1 kantor pelayanan,
taman.
2. Bagikan karung plastik kepada restoran, warung, PKL, dan kantor
pelayanan. Untuk sampah taman dan aktivitas wisatawan, dikumpulkan
pada tempat sampah yang telah diletakkan pada area tersebut.
43
3. Dikumpulkan sampah dari setiap sumber. Hal tersebut dilakukan selama 2
hari yaitu pada salah satu hari kerja dan salah satu hari libur.
4. Timbang dan catat berat sampah dari masing-masing sumber.
5. Ambil sampah dari semua sumber sampah dan masukkan ke dalam sebuah
tempat untuk ditimbang menggunakan timbangan.
6. Ukur dan catat volume sampah
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengumpulan data timbulan sampah ini
adalah sebagai berikut:
1. Wadah plastik atau kantong plastik 500 liter.
2. Pengukur volume berupa kotak kayu berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm,
yang dilengkapi skala tinggi
3. Timbangan 0-5 kg dan 0-100 kg
4. Alat pemindah, seperti sarung tangan, sekop, masker, sepatu boot dan garu
5. Alat tulis
6. Tali rafia
7. Batang kayu untuk patok
b. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan komponen-komponen yang terdapat pada
sejumlah sampah dari suatu sumber. Pada umumnya komposisi sampah
dinyatakan dalam persentase berat (%). Pada perencanaan ini, dilakukan
perhitungan persen berat masing-masing komponen pada sampah.
Pengambilan data persen berat komposisi sampah untuk sampah di darat dan
sampah di pesisir dilakukan berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Oprasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Pengambilan data
komposisi sampah dilakukan selama 2 hari yaitu pada salah satu hari kerja dan
salah satu hari libur. Sampah akan dipilah menjadi 2 komponen komposisi,
yakni sampah organik dan anorganik.
Langkah perhitungan komposisi sampah adalah sebagai berikut:
1. Dari sampah yang terkumpul pada setiap sumber sampah, diambil ±100
kg. Jika jumlah sampah melebihi 100 kg, maka dilakukan pengambilan
acak sebanyak ±100 kg dengan metode perempatan.
44
2. Sampah dipilah menjadi 9 jenis sampah.
3. Timbang dan catat berat setiap jenis sampah.
4. Ambil satu jenis sampah dan masukkan ke dalam bak pengukur 40 liter.
Langkah ini dilakukan untuk semua jenis sampah.
5. Hentak 3 kali bak (contoh, dengan mengangkat bak setinggi 20 cm, lalu
dijatuhkan ke tanah).
6. Ukur dan catat volume sampah
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Oprasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan, sampah yang telah terkumpul dipilah
berdasarkan jenis komponen komposisi sampah. Untuk menentukan persentase
komposisi sampah, setiap komponen komposisi sampah ditimbang dan dibagi
dengan berat total sampah. Perhitungan secara matematis untuk persentase
komposisi sampah adalah sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
% 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
c. Densitas sampah
Densitas sampah merupakan berat sampah per unit volume. Pengambilan data
densitas sampah untuk sampah di darat dan sampah di pesisir dilakukan
berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Oprasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan. Pengukuran densitas sampah dilakukan
selama 8 hari berturut-turut. Pengukuran densitas sampah dilakukan dengan
mengukur terlebih dahulu berat dan volume sampah. Volume sampah diukur
dengan menggunakan kotak 40 liter untuk komposisi sampah dan 500 liter
untuk sampah total. Sampel sampah dimasukkan ke dalam wadah kayu dan
dihentakkan 3 kali. Setelah itu, wadah berisi sampel sampah ditimbang dan
dihitung volumenya. Berat sampah per satuan volume merupakan nilai densitas
sampah dengan satuan kg/m3.
Analisis densitas sampah bertujuan untuk menentukan sistem pewadahan dan
pengumpulan yang sesuai. Pengambilan data densitas sampah dilakukan
terhadap setiap jenis komponen sampah. Densitas setiap jenis komponen
sampah yang digunakan adalah rata rata densitas sampah yang diukur per hari
45
selama 4 hari. Perhitungan matematis untuk densitas sampah adalah sebagai
berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝐾𝑔)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑚3 )
46
Program (UNEP) 2005 sebagai acuan perencanaan. Penentuan ukuran volume
wadah sampah sebagai berikut:
a. Dihitung timbulan sampah rata-rata untuk setiap sumber sampah.
b. Ditentukan frekuensi pengambilan sampah (maksimal 2 hari sekali untuk
wadah individual, sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap
hari). Ditentukan angka keamanan (sf), yakni 1-2.
c. Ditentukan cara pemindahan sampah, yakni terpusat atau individual
d. Ditentukan sistem pelayanan, yakni individual atau kelompok
Perhitungan volume tempat sampah (Vs) adalah sebagai berikut:
𝑉𝑠 = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 × 𝑓 × 𝑠𝑓(𝐿)
Persyaratan bahan wadah sampah berdasarkan SNI, yakni sebagai berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air. 2. Ekonomis, mudah diperoleh atau
dibuat oleh masyarakat.
2. Mudah dikosongkan.
3. Tertutup, mendukung upaya pemilahan.
4. Memiliki nilai estetika.
Kriteria lokasi penempatan wadah sampah adalah sebagai berikut:
1. Wadah individu.
2. Wadah komunal.
3. Di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk
pengoperasiannya.
4. Di ujung gang kecil atau di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk
wadah sampah pejalan kaki)
5. Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 meter.
Untuk menunjang fungsi lahan sebagai ruang publik, maka perencanaan
pewadahan sampah untuk Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci
harus memperhatikan nilai estetika desain wadah sampah.
47
2. Pengumpulan Sampah
Selain menggunakan data hasil analisis, perencanaan sistem pewadahan
menggunakan SNI 19-2454-2002 dan Buku Materi Bidang Sampah I 2013
Ditjen Cipta Karya sebagai acuan perencanaan. Dasar perencanaan operasional
pengumpulan sampah meliputi:
1. Ditentukan ritasi antara 1 – 4 /hari
2. Ditentukan periodisasi: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali,
tergantung dari kondisi komposisi sampah, yaitu:
• Semakin besar prosentasi sampah organik, periodisasi pelayanan
maksimal sehari 1 kali.
• Untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan
jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali.
• Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
3. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap
4. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara
periodik
5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh, dan kondisi daerah.
3. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Tempat penampungan sementara (TPS) merupakan tempat pemindahan
sampah dari sumber sebelum diangkut menuju TPA. Ketentuan terkait lokasi
pemindahan sampah sesuai SNI 19-2454-2002 adalah sebagai berikut:
a. • Ditentukan timbulan sampah total untuk memperoleh volume kontainer
yang dibutuhkan.
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑉 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = × 𝑠𝑓
𝑡
Dimana, t = ritasi pengangkutan (kali/hari)
sf = safety factor (1-2)
b. Harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut
sampah
48
c. Tidak jauh dari sumber sampah
d. Berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari:
-Terpusat (transfer depo tipe I)
-Tersebar (transfer depo tipe II dan III)
e. Jarak antara transfer depo untuk tipe I dan II adalah 1 – 1,5 kilometer
49
3.7 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk
membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Desain penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5 Desain Penelitian
Metode
Data yang Teknik
No Sasaran Variabel Indikator Sumber Data Pengumpulan Output
Dibutuhkan Analisis
Data
Mengetahui kondisi Pengelolaan a. pewadahan (pola dan • Lokasi Studi • Observasi Analisis Kondisi eksisting
eksisting dan pengelolaan sampah jenis pewadahan) dan • Pengelola • Data deskriptif dan pengelolaan
persampahan di Ruang pemilahan sampah: TPA sekunder kualitatif persampahan di
Publik Kreatif (RPK) - jenis tempat sampah • Pengunjung • Kuesioner Ruang Publik
Pangkalan Kerinci, - jumlah tempat taman Kreatif (RPK)
Kelurahan Kerinci Barat, sampah Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Pangkalan - lokasi tempat Kelurahan Kerinci
Kerinci, Kabupaten sampah Barat, Kecamatan
Pelalawan - kondisi tempat Pangkalan Kerinci,
1 sampah Kabupaten
- tindakan wisatawan Pelalawan
dalan pemilahan
sampah
b. pengumpulan sampah
dan pemindahan
sampah:
- waktu
pengumpulan
sampah
Metode
Data yang Teknik
No Sasaran Variabel Indikator Sumber Data Pengumpulan Output
Dibutuhkan Analisis
Data
- jumlah anggota
kebersihan
- system
pengumpulan
sampah
- alat untuk
mengumpulkan
sampah
- jenis sampah yang
dikumpulkan
c. Tempat Pembuangan
Sementara (lokasi
TPA):
- jarak tempat
pembuangan
sampah sementara
dengan area taman
dan pkl
- lokasi tempat
pembuangan
sampah sementara
- waktu
pengangkutan
sampah dari TPS ke
TPA
Metode
Data yang Teknik
No Sasaran Variabel Indikator Sumber Data Pengumpulan Output
Dibutuhkan Analisis
Data
- transportasi yang
mengangkut
sampah dari TPS ke
TPA.
Menghitung timbulan dan Timbulan Timbulan sampah a. Berat per • Lokasi studi • Observasi Analisis Timbulan dan
komposisi sampah di sampah komponen • SNI • Data deskriptif komposisi sampah
Ruang Publik Kreatif sampah sekunder kuantitatif di Ruang Publik
(RPK) Pangkalan b. Berat total Kreatif (RPK)
Kerinci, Kelurahan sampah Pangkalan Kerinci,
2
Kerinci Barat, Kecamatan Komposisi a. Organik a. Volume • Lokasi Studi • Observasi Analisis Kelurahan Kerinci
Pangkalan Kerinci, sampah b. Anorganik komposisi • Hasil • Data deskriptif Barat, Kecamatan
Kabupaten Pelalawan sampah analisis sekunder kuantitatif Pangkalan Kerinci,
berdasarkan timbulan Kabupaten
komponen sampah Pelalawan
b. Timbulan
sampah
Merumuskan pengelolaan Arahan Indikator sasaran 1 dan 2 • Timbulan Hasil analisis Data sekunder Analisis Pengelolaan
persampahan di Ruang pengelolaan sampah deskriptif persampahan di
Publik Kreatif (RPK) sampah • Komposisi kualitatif Ruang Publik
Pangkalan Kerinci, sampah Kreatif (RPK)
3
Kelurahan Kerinci Barat, • Pengolahan Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Pangkalan sampah Kelurahan Kerinci
Kerinci, Kabupaten
Pelalawan
Sumber : Hasil Analisis, 2022
1 BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH
53
Maharaja Indra memerintah Pekantua selama kurang lebih 40 tahun (1380-
1420 M). Sebagai seorang raja selain membangun istana di Pematang Tua, juga
membangun candi yang diberi nama Candi Hyang berdampingan dengan istana
yang dibangunnya. Candi tersebut dibangun di atas sebuah bukit yang bernama
Bukit Tua, sehingga bukit itu lazim disebut bukit Hyang. Bukit tersebut dikenal
dengan sebutan Pematang Buluh dan Pematang Lubuk Emas. Lokasi candi
diperkirakan berada di Desa Lubuk Emas, dalam wilayah Kecamatan Pangkalan
Bunut sekarang. Diwilayah itulah dahulu penduduk setempat menemukan batu-
batuan berupa arca orang sedang bertapa, yang oleh penduduk setempat disebut
dengan batu batopo. Mengenai batu candi yang ditemukan adalah sejenis batu pasir
berbentuk batu bata berukuran besar. Batu itu ternyata serupa dengan jenis batu
Candi Muara Takus yang terdapat di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Mengenai batas wilayah kerajaan ini diperkirakan batasnya
kehulu sungai kampar tidaklah sampai kedaerah persimpangan Kampar Kanan dan
Kampar Kiri.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa agama pertama di Kerajaan
Pekantua adalah agama Hindu-Budha. Kerajaan Pekantua terus berkembang dan
berkuasa lebih kurang selama 125 tahun dengan raja-rajanya; Maharaja Indra
(1380-1420 M), Maharaja Pura (1420-1445 M), Maharaja Laka (1445-1460 M),
Maharaja Syisa (1460-1480 M), dan Maharaja Jaya (1480-1505). Pada masa
pemerintahan Maharaja Jaya Kerajaan Pekantua sampai dipuncak kejayaannya
dengan dikenal sebagai bandar yang banyak menghasilkan komoditas perdagangan,
terutama hasil hutannya. Bandar itu bernama Bandar Nasi-nasi, terletak diseberang
Bandar Pekantua. Berita tentang kemajuan Kerajaan Pekantua akhirnya sampai ke
Kerajaan Melaka. Saat itu pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah. Sultan
Mansyur Syah mengangkat Sri Nara Diraja sebagai panglima perang untuk
menakhlukkan kerajaan Pekantua. Akhirnya karena kekuatan yang tidak seimbang,
Kerajaan Pekantua dapat dikuasai oleh Kerajaan Melaka pada tahun 1505 Masehi.
Setelah Kerajaan Pekantua dikuasai maka diangkatlah Munawwar Syah sebagai
raja disana. Pada masa pemerintahan Munawwar Syah nama kerajaan Pekantua
berganti menjadi Kerajaan Pekantua Kampar.
54
Raja Munawwar Syah memerintah pada tahun 1505 – 1511 Masehi.
Kemudian dilanjutkan oleh anaknya Raja Abdullah (1511-1515 M). Saat itu pula di
Kerajaan Melaka, Sultan Mansyur Syah meninggal kemudian digantikan oleh
Sultan Alauddin Ri‟ayat Syah I. Selanjutnya setelah Sultan Alauddin Ri‟ayat Syah
I mangkat maka digantikan oleh Sultan Mahmud Syah I. Pada masa inilah Kerajaan
Melaka diserang dan dikalahkan oleh Portugis pada tahun 1511 M. Sultan Mahmud
Syah I mengundurkan diri ke Muar kemudian ke Bintan, hingga pada akhirnya
tahun 1526 masehi beliau sampai ke Pekantua Kampar.
Perjuangan melawan Portugis dibantu oleh Raja Abdullah. Namun pada
akhirnya perjuangan ini dapat dikalahkan oleh Portugis dan menyebabkan Raja
Abdullah tertawan sehingga terjadi kekosongan kekuasaan dan menyebabkan
rakyat lari ke Sungai Kerumutan. Dalam masa kekosongan itu Kerajaan Pekantua
Kampar dijalankan oleh Mangkubumi sebagai pemangku kerajaan dan berlangsung
selama lebih kurang 12 tahun (1515-1526 M).
Ketika Sultan Muhammad Syah I sampai ke Pekantua Kampar pada tahun
1526 M, beliau dinobatkan menjadi raja Pekantua Kampar. Beliau memerintah pada
tahun 1526-1528 Masehi. Setelah beliau wafat pada tahun 1528 Masehi, beliau
diberi gelar Marhum Kampar dan keduduakn beliau digantikan oleh Raja Ali
bergelar Sultan Alauddin Riayat Syah II yang merupakan putra dari Sultan
Muhammad Syah I. Beliau memerintah pada tahun 1528 – 1530 masehi. Sultan
Alauddin Riayat Syah II tidak lama memerintah karena pada tahun 1530 Masehi
beliau meninggalkan Pekantua Kampar dan pergi ke Tanah Semenanjung,
kemudian mendirikan negeri Kuala Johor. Sebelum berangkat meninggalkan
Pekantua Kampar, beliau menunjuk dan mengangkat Tun Perkasa, Mangkubumi
Pekantua Kampar, menjadi pemangku Kerajaan Pekantua Kampar pada tahun 1530
– 1551 masehi. Kemudian digantikan oleh Tun Hitam (1551-1575 M). Selanjutnya
Tun megat (1575-1590 M).
Johor yang pada masa itu dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Syah (cucu
Sultan Alauddin Riayat Syah II) telah berkembang pesat. Tun Megat, merasa sudah
sepantasnya mengirim utusan ke Johor untuk meminta agar salah seorang keturunan
Sultan Alauddin Riayat Syah II kembali ke Pekantua Kampar untuk menjadi raja.
55
Dan pada akhirnya ditunjuklah ‘Abd ar-Rahman menjadi raja di Pekantua Kampar
(1590-1630 M). „Abd ar-Rahman diberi gelar Maharaja Dinda dan beliau amat
mencintai laut. Beliau mendirikan tempat pembuatan kapal layar di Petatal dan
Limbungan (sekarang berada di wilayah Desa Sungai Ara, Kecamatan Bunut),
bandar dagang yang sebelumnya berpusat di Bandar Nasi-nasi beliau pindahkan ke
Telawan Kandis. Selain itu, beliau memindahkan ibukota kerajaan dari Pekantua
(Pematang Tua) ke Bandar Tolam (sekarang Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan).
Setelah Maharaja Dinda wafat, maka beliau digantikan oleh Maharaja Lela
Utama (1630-1650 M), Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 M), Maharaja Lela
Utama II (1675-1686), Pada masa pemerintahan Maharaja Lela Utama II ibukota
pemerintahan dipindahkan ke Tanjung Negeri di kawasan Sungai Nilo, anak Sungai
Kampar, sekarang termasuk ke dalam wilayah Desa Kuala Terusan, Kecamatan
Langgam. Setelah beliau wafat digantikan oleh Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691
M). Pada masa pemerintahannya Tanjung Negeri diserang wabah penyakit dan
banyak membawa korban jiwa. Kemudian setelah beliau wafat, digantikan oleh
putranya Maharaja Muda Lela (1691- 1720), kemudian Maharaja Dinda II (1720-
1750 M). pada masa pemerintahan Maharaja Dinda II diperoleh kesepakatan untuk
memindahkan pusat kerajaan Pekantua Kampar dari Tanjung Negeri ke tempat
yang oleh moyangnya sendiri, Maharaja Lela Utama, pernah di-lalau-kan (ditandai,
dicadangkan) untuk dijadikan pusat kerajaan, yaitu Sungai Rassau, salah satu anak
Sungai Kampar, tidak jauh kehilir Sungai Nilo. Sekitar tahun 1725 Masehi
dilakukanlah pemidahan pusat kerajaan dan pada saat itu pula Maharaja Dinda II
mengumumkan perubahan nama Kerajaan Pekantua Kampar menjadi Kerajaan
Pelalawan.
Saat itu juga terjadi kerusuhan di Johor dan pada akhirnya Sulaiman Badar
al-„Alam duduk sebagai raja di Johor. Bersamaan dengan itu dijadikan sebuah
momen bagi Kerajaan Pelalawan untuk melepaskan diri dari Kerajaan Johor.
Kerajaan Pelalawan berpendapat bahwa Johor tidak lagi diperintah oleh raja-raja
dari keturunan Sulta Alaudidin Riayat Syah. Selanjutnya pada tahun 1750 masehi
Maharaja Dinda II meninggal dan kedudukannya digantikan oleh Maharaja Lela
Bungsu yang memerintah pada tahun 1750 samapai 1775 Masehi. Pada masa
56
pemerintahannya Kerajaan Pelalawan berkembang dengan pesatnya. Diantara
kemajuan yang dicapai ialah memperluas daerah kekuasaan sampai ke Betung
(termsuk kedalam wilayah Pangkalan Kuras sekarang), disamping itu juga
meningkatkan hubungan dengan Indragiri, Jambi, Petapahan, Mempura, Kerinci,
Kampar Kanan dan Kampar Kiri.
Maharaja Lela Bungsu meninggal pada tahun 1775 Masehi, kemudian
digantikan oleh Maharaja Sinda II yang memerintah pada tahun 1775 – 1810
Masehi. Pada tahun 1806 terjadi penyerangan dari Kerajaan Siak karena kerajaan
Siak ingin memperluas daerah kekuasaannya, namun pada penyerangan ini Siak
dapat dikalahkan. Kemudian setelah Maharaja Sinda II wafat, beliau digantkan oleh
Maharaja Lela II (1810-1811 M). pada masa ini Siak kembali melakukan
penyerangan ke Pelalawan hinga pada akhirnya Pelalawan menyerah, kekalahan ini
disebabkan oleh adanya pengkhianat di kubu Kerajaan Pelalawan. Maharaja Lela II
lari ke Tambak Segati, Langgam dan terjadi kekosongan kekuasaan. Pada saat
kekosongan kekuasaan inilah Sayyid Abd Rahman dilantik sebagai sultan di
Pelalawan dengan gelar AsSayyid as-Syarif Abd ar-Rahman Fakhr ad-Din yang
mana beliau ini adalah pemimpin ekspedisi Kerajaan Siak dalam menyerang
Kerajaan Pelalawan. Kedudukan Sultan berikutnya digantikan oleh Sayyid Hasyim
(1822-1828), Sultan Ismail (1828-1844 M), Sultan Hamid (1844-1866 M). pada
masa ini agama Islam berkembang dengan luas, beliau juga mendatangkan guru-
guru agama dari luar daerah.
Setelah Sultan Hamid meninggal maka digantika oleh Sultan Jaafar (1866-
1872 M), Sultan Abu bakar (1872-1886 M), pada masa ini Kerajaan Pelalawan
mulai dikuasai Belanda, sehingga pada tanggal 4 februari 1879 terjadi penyerahan
kekuasaan kepada Belanda. Meski dibawah kekuassan Belanda pemerintahan
dilanjutkan dengan pemimpin berikutnya Tengku Sentol (1886-1892 M), beliau
memberikan perhatian yang cukup besar dibidang seni dan sastra namun di dalam
itu tetap berusaha melawan Belanda, dilanjutkan dengan Syarif Hasyim (1892-
1930), Sayyid Usman dan Sayyid Harun pada tahun 1940.
Pemerintahan yang dijalankan oleh Tengku Sayyid Harun sebagai raja
Kerajaan Pelalawan berlangsung singkat karena masuknya Jepang ke Indonesia
57
pada tahun 1943 Masehi, dan proklamasi Kemardekaan Indonesia 17 Agustus 1945
yang membawa perubahan besar bagi tata pemerintahan Kerajaan Pelalawan ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana pernyataan yang
disampaikan oleh Tengku Sayyid Harun bersama Orang Besar Kerajaan Pelalawan
pada tanggal 20 Oktober 1945, yang menyatakan taat setia dan bersatu dalam
Negara Republik Indonesia, dan menyediakan sebagian wilayah Kerajaan
Pelalawan sebagai basis perang gerilya.16 Berdasarkan Undang-undang Nomor 12
Tahun 1955 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan
provinsi Sumatera Tengah dan Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang
Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan
Daerahdaerah Swatantra Tingkat 1 Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai
Undangundang Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, maka wilayah eks
Kerajaan Pelalawan masuk dalam daerah Kabupaten Pelalawan.
Pada perkembangan berikutnya, Pelalawan menjadi sebuah Kabupaten
berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang pembentukan delapan
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
tanggal 12 Oktober 1999 di Jakarta dan Operasional Pemerintah Daerah tanggal 5
Desember 1999, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Pelalawan. Pada awal
terbentuknya, Kabupaten Pelalawan memiliki luas wilayah 13.924,94 KM² dan 4
kecamatan, yaitu; Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar.
Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001 terbagi
menjadi 10 kecamatan, dengan kecamatan pemekaran yaitu; Pangkalan Kerinci,
Ukui, Pangkalan Lesung, Pelalawan, Kerumutan dan Teluk Meranti. Terakhir
berdasrkan Perda No 06 tahun 2005 kembali dimekarkan menjadi 12 kecmatan.
Kecamatan hasil pemekaran yaitu Bandar Petalangan dan Bandar Seikijang.
Dalam perkembangannya, Kabupaten Pelalawan secara administratif
terdiri atas 12 kecamatan, yang meliputi 106 desa dan 12 kelurahan. 12 Kecamatan
itu adalah; Kecamatan Bandar Seikijang, Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Langgam, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Teluk Meranti,
Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Bunut, Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kecamatan Bandar Petalangan, Kecamatan Pangkalan Lesung,
58
dan Kecamatan Ukui dengan Kecamatan Pangkalan Kerinci sebagai ibukota
kabupaten.
Pada tahun 2001 kepala daerah Kabupaten Pelalawan ditunjuk oleh DPRD
dengan pasangan H. T Azmun Ja‟afar dan H. Anas Badrun. Kemudian bulan
februari 2006, dilakukan pemilihan kepala daerah secara langsung yang pertama
dan terpilihlah pasangan H. T Azmun Ja‟afar sebagai Bupati dan wakilnya Drs. H
Rustam Efendi periode 2006-2012. Pemilukada tahap kedua dilaksanakan pada
tahun 2012 dan terpililah H. M Harris sebagai Bupati Pelalawan dan wakilnya
Marwan Ibrahim. Dan periode ketiga pada tahun 2016, H. M Harris kembali terpilih
menjadi bupati dengan wakilnya Zardewan.
59
Tabel 4. 1 Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan
No Kecamatan Ibu Kecamatan Luas (Km2)
1 Langgam Langgam 1.535,26
2 Pangkalan Kerinci Pangkalan Kerinci 223,45
3 Bandar Sei Kijang Sekijang 408,23
4 Pangkalan Kuras Sorek Satu 1.193,58
5 Ukui Ukui Satu 1.293,17
6 Pangkalan Lesung Pangkalan Lesung 509,28
7 Bunut Pangkalan Bunut 423,00
8 Pelalawan Pelalawan 1.368,77
9 Bandar Petalangan Rawang Empat 372,30
10 Kuala Kampar Teluk Dalam 757,21
11 Kerumutan Kerumutan 1.002,78
12 Teluk Meranti Teluk Meranti 4.321,64
Kabupaten Pelalawan 13.408,72
Sumber: Kabupaten Pelalawan Dalam Angka, 2023
60
No Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk
8 Pelalawan 19.978 2,01
9 Bandar Petalangan 17.340 2,58
10 Kuala Kampar 17.912 0,06
11 Kerumutan 25.653 2,26
12 Teluk Meranti 16.966 1,44
Pelalawan 410.988 2,51
Sumber: Kabupaten Pelalawan Dalam Angka, 2023
61
Tabel 4. 3 Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Desa/Kelurahan di
Kecamatan Pangkalan Kerinci, 2020
Luas
No Kecamatan Persantase
(Km2)
1 Rantau Baru 83,34 33,64
2 Kuala Terusan 44,3 17,88
3 Pangkalan Kerinci Kota 14,2 5,73
4 Mekar Jaya 19,21 7,75
5 Makmur 5,24 2,11
6 Pangkalan Kerinci Barat 26,02 10,50
7 Pangkalan Kerinci Timur 55,45 22,38
Pangkalan Kerinci 247,76 100,00
Sumber: Kecamatan Pangkalan Kerinci Dalam Angka, 2021
62
4.2.3 Sarana Pendidikan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu penduduk perlu mendapatkan
pendidikan yang baik, sehingga menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang
handal yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan pembangunan, khususnya
di Kecamatan Pangkalan Kerinci. Ketersediaan pengelola dan sarana pendidikan
yang memadai merupakan faktor penunjang dalam peningkatan pendidikan
penduduk. Dengan tersedianya kedua faktor tersebut, diharapkan program
pemerintah tentang wajib belajar dapat direalisasikan dengan baik. Sarana
Pendidikan di Kecamatan Pangkalan Kerinci sebagai berikut:
63
4.2.4 Sarana Kesehatan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Pembangunan kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan yang mudah, murah dan merata. Dengan
meningkatkan pelayanan ini diharapkan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Adapun sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pangkalan Kerinci
tahun 2020 adalah, rumah sakit umum 3 unit, poliklinik 13 unit, puskesmas 2 unit
dan apotik 17 unit. Sarana Kesehatan di Kecamatan Pangkalan Kerinci sebagai
berikut:
Tabel 4. 6 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Pangkalan Kerinci, 2020
No Desa/Kelurahan Rumah Sakit Poliklinik Puskesmas Apotik
1 Rantau Baru 0 0 0 0
2 Kuala Terusan 0 0 0 0
3 Pangkalan Kerinci Kota 1 8 0 13
4 Mekar Jaya 0 0 0 1
5 Makmur 1 1 0 0
6 Pangkalan Kerinci Barat 0 0 1 0
7 Pangkalan Kerinci Timur 1 4 1 3
Pangkalan Kerinci 3 13 2 17
Sumber: Kecamatan Pangkalan Kerinci Dalam Angka, 2021
64
4.2.5 Sarana Peribadatan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci adalah mayoritas beragama
islam. Ketaatan masyarakat dalam menjalankan ibadah didukung dengan adanya
sarana penunjang masyarakat dalam menjalankan agamanya. Sarana peribadatan di
Kecamatan Pangkalan Kerinci sebagai berikut:
65
Secara geografis Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat terletak di wilayah
dengan dataran rendah. Pangkalan Kerinci Barat memiliki luas kawasan sekitar
29.38 km2 atau 2938 Ha dengan persentase terhadap luas kecamatan adalah 11,20
persen. Kawasan ini terletak di koordinat garis lintang (Latitude) 0,4009 LS dan
garis bujur (Longitude) 101,844 BT dan ketinggian diatas permukaan air laut
adalah 17 mdpl. Pangkalan Kerinci Barat juga berbatasan dengan Desa Makmur di
sebelah utara, Kelurahan Pangkalan Kerinci Kota dan Kuala Terusan di sebelah
timur, Desa Rantau Baru di sebelah selatan, dan Kecamatan Bandar Sekijang di
sebelah barat.
Jumlah penduduk Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat berdasarkan data
BPS Pangkalan Kerinci 2020 adalah 10.052 jiwa. Pangkalan Kerinci Barat terdiri
dari 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Terusan Baru dan Lingkungan Bhakti Karya,
6 Rukun Warga (RW), dan 30 Rukun Tetangga (RT), dengan distribusi penduduk
menurut jenis kelamin yakni laki-laki 5.253 orang dan perempuan 4.799 orang
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.604 Kartu Keluarga (KK).
66
d. Sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong semak belukar kebun sawit.
67
2 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sangat
Sangat
Bersih; 0%
Kotor; Bersih;
27,03% 27,03%
Kotor;
45,94%
(a)
68
Membuang
ke Tempat
Sampah; Membuang
45,95% ke Sekitar;
54,05%
(b)
Gambar 5. 1 Hasil Kuesioner: (a) Kondisi Kebersihan. (b) Tindakan
Wisatawan Terhadap Sampah Yang Dihasilkan Di Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci.
Sumber: Hasil Survey, 2023
Ya
0%
Tidak
100%
Gambar 5. 2 Hasil Kuesioner Tentang Tindakan Wisatawan
Dalam Melakukan Pemilahan Sampah Yang Dihasilkan
Sumber: Hasil Survey, 2023
69
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran
wisatawan untuk melakukan pemilahan sampahnya sendiri masih rendah bahkan
bisa dikatakan tidak ada wisatawan yang memiliki kesadaran untuk melakukan
pemilihan sampah, hal ini dapat di lihat dari persentase wisatawan yang tidak
melakukan pemilahan sebesar 100%. Sama halnya dengan pemilik usaha, seperti
warung, PKL, dan restoran, hasil kuesioner menunjukan bahwa seluruh pemilik
usaha tidak melakukan pemilahan terhadap sampah yang dihasilkan. Hal tersebut
dikarenakan fasilitas tempat sampah yang kurang memadai serta menunjang adanya
kegiatan pemilahan.
70
Gambar 5. 3 Petugas Pengumpul Sampah Di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci
Sumber: Hasil Survei, 2023
71
Gambar 5. 5 Truk pengangkut sampah dari DKP
Sumber: Hasil Survei, 2023
72
Laju Timbulan Sampah Rata-
Persentase
No Sumber Sampah (kg/hari) rata
(%)
17-Maret 19-Maret (kg/hari)
3 PKL 17 20,5 18,75 12,53
4 Kantor pelayanan 2,3 1,4 1,85 1,24
5 Sampah taman 53,9 62,9 58,35 39
Total 141,7 157,5 149,6 100
Sumber: Hasil Analisis,2023
160
155
150
145
140
135
130
17-Maret 19-Maret
Sampah
taman; 39%
Warung;
29,21%
Kantor
pelayanan;
1,24% PKL; 12,53%
Gambar 5. 7 Presentase Rata-Rata Timbulan Sampah Di Ruang Publik
Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci
Sumber: Hasil Analisis,2023
73
Berdasarkan tabel dan gambar diatas, timbulan sampah yang paling besar
berasal dari sumber sampah dari area taman mencapai persentase 39% dengan rata-
rata timbulan 58,35 kg/hari. Sampah dari area taman tidak hanya berasal dari
tumbuhan, namun juga berasal dari aktivitas wisatawan. Wisatawan yang datang
setiap hari sering berkumpul yang terdapat di area taman. Sebagian besar sampah
yang dihasilkan adalah sampah sisa makanan yang tidak habis dan bahan masakan
restoran yang tidak bisa digunakan lagi.
Timbulan sampah dari warung memiliki persentase 29,21% dengan
timbulan rata-rata sampah warung adalah 43,7 kg/hari. Sampah dari warung yang
dihasilkan sebagian besar merupakan sampah basah, sampah plastik dan sampah kertas
yang berasal dari jajanan masyarakat yang datang ke di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci.
Timbulan restoran, dengan persentase 18,01% dan rata-rata timbulan
sampah sebesar 26,95 kg/hari. Sampah yang dihasilkan sebagian besar merupakan
sampah basah yang meliputi sisa makanan. Timbulan sampah restoran tertinggi
terjadi pada tanggal 19 Maret 2023 sebesar 26,95 kg/hari. Hal tersebut dikarenakan
pada hari tersebut, jumlah pembeli makanan dan minuman meningkat, sehingga
sampah yang dihasilkan lebih banyak.
Sampah PKL memiliki rata-rata timbulan 18,75 kg/hari atau dengan
persentase 12,53%. Sampah dari PKL yang dihasilkan sebagian besar merupakan
sampah basah, sampah plastik dan sampah kertas yang berasal dari jajanan masyarakat
yang datang ke di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
Timbulan sampah terkecil berasal dari sampah kantor pelayanan.
Persentase timbulan sebesar 1,24% dengan rata-rata timbulan sampah 1,85 kg/hari.
Timbulan sampah dari kantor pelayanan kecil dikarenakan aktivitas di kantor hanya
berupa aktivitas administrasi dan pelayanan informasi. Sampah yang dihasilkan
sebagian besar adalah sampah kertas. Aktivitas lainnya seperti makan dan minum
dilakukan di luar kantor pada saat jam istirahat.
Selanjutnya dilakukan perhitungan volume sampah rata-rata per hari di
Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci. Perhitungan volume dilakukan
dengen menghitung densitas sampah terlebih dahulu. Densitas sampah diukur
74
dengan memasukkan sampah ke dalam kotak densitas 500 L dan mengukur
beratnya. Berikut adalah contoh perhitungan volume timbulan sampah dari sumber
restoran. Hasil perhitungan volume timbulan sampah untuk setiap sumber dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
• Sampling I sampah restoran – 17 Maret 2023
Berat total sampah = 25,3 kg/hari
Densitas sampah = 187,1 kg/m3
Volume sampah = 25,3 kg/hari / 187,1 kg/m3
= 0,14 m3
• Sampah restoran total
Berat sampah rata-rata = 26,95 kg/hari
Densitas sampah rata-rata = 166,9 kg/m3
Volume sampah total rata-rata = 0,16 m3
• Sampah sisa makanan dari sampah restoran
Berat sampah sisa makanan rata-rata = 17,6 kg/hari
Densitas sampah rata-rata = 146,7 kg/m3
Volume sampah sisa makanan = 0,12 m3
75
sosial, yang menyebabkan volume timbulan sampah meningkat pada waktu
tersebut.
29
28
27
26
25
24
23
17 Maret 19 Maret
76
Rumah
Rumah
Makan
Makan Patin;
Padang ;
25,60%
18,52%
Rumah
Makan
Padang;
24,07%
Restoran
Bebek;
31,65%
Gambar 5. 9 Persentase Sumber Timbulan Sampah Restoran
Sumber: Hasil Analisis,2023
77
7 Logam 0,06 0,0004 0,26
8 Karet/kulit 4.01 0,02 16,20
9 Lain-lain (batu, 0,38 0,0023 1,54
kaca, debu)
Total 24,78 0,15 100,00
Sumber: Hasil Analisis,2023
Lain-lain
(batu, kaca,
Karet/kulit; debu); 1,54%
16,20%
Logam; 0,26%
Kayu; 0,59%
Kain; 0%
Kertas; 1,22%
Plastik;
15,23% Sisa makanan;
64,65%
Sisa taman;
0,32%
Gambar 5. 10 Persentase Komposisi Sampah Dari Restoran
Sumber: Hasil Analisis,2023
78
Sampah warung berjumlah 26 warung dan 10 PKL yang setiap hari aktif
berjualan di dalam Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci. Waktu operasi
usaha tersebut bervariasi dari pukul 16.00 WIB hingga 22.00 WIB. Hasil analisis
timbulan sampah warung dan PKL dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah.
79
Laju Timbulan Sampah Rata-
No Sumber Sampah (kg/hari) rata
17-Maret 19-Maret (kg/hari)
Pedagang Kaki Lima (PKL)
P1 Aneka Jus dan Roti 1,8 1,6
1
Bakar 1,7
2 P2 Sosis 1,6 1,4 1,5
3 P3 Jamur Crispy 1,4 1,4 1,4
4 P4 Snack dan Minuman 0,7 2,9 1,8
5 P5 Ice Cream 1,4 4,9 3,15
6 P6 Kentang Goreng 2,4 1,8 2,1
7 P7 Bakso Bakar 0,9 1,6 1,25
8 P8 Crepes 1,2 1,2 1,2
9 P9 Jagung Bakar 1,1 1,3 1,2
10 P10 Es Kelapa 0,9 2,7 1,8
Total 17 20,5 17,1
Total Sampah 60,2 64,7 60,9
Sumber: Hasil Analisis,2023
70
60
50
40
30
20
10
0
17 Maret 19 Maret
Berdasarkan data timbulan sampah warung dan PKL pada tabel dan
gambar diatas, timbulan sampah pada tanggal 19 Maret 2023 sampling memiliki
jumlah tertinggi yakni 64,7 kg. Hal ini dikarenakan pada sampling, masih ada
warung dan PKL yang membuang sampahnya di tempat sampah yang terdapat di
area taman. Pada hari-hari berikutnya, hal tersebut dicegah dengan mengambil
sampah di warung dan PKL pada malam hari ketika telah selesai beroperasi.
Komposisi sampah Warung dan PKL disajikan pada tabel sebagai berikut..
80
Tabel 5. 6 Hasil Perhitungan Komposisi Sampah Dari Warung dan PKL
Rata-Rata
No Komposisi Persentase
Berat (Kg) Volume (m3)
Berat (%)
1 Sisa makanan 2,98 0,02 10,71
2 Sisa taman 2,49 0,01 6,71
3 Plastik 13,93 0,08 37,50
4 Kertas 7,04 0,04 18,94
5 Kayu 0,02 0,0001 0,05
6 Kain 0,29 0,0017 0,78
7 Logam 0,40 0,0024 1,08
8 Karet/kulit 8,53 0,05 22,97
9 Lain-lain (batu, kaca, debu) 0,47 0,0028 1,26
Total 37,15 0,22 100,00
Sumber: Hasil Analisis,2023
Berdasarkan tabel dan gambar diatas, komposisi sampah dari warung dan
PKL sebagian besar merupakan sampah plastik. Persentase sampah plastik sebesar
37,5% dengan timbulan rata-rata 13,39 kg/hari. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar pedagang menjual produk minuman dengan kemasan sachset atau botol dan
wadah plastik. Selain itu, pedagang juga banyak menjual snack atau makanan
dengan kemasan plastik.
Lain-lain
(batu, kaca, Sisa
Karet/kulit; debu); 1,26% makanan;
22,97% 10,71%
Kayu; 0,05%
Kain; 0,78%
Kertas; Plastik;
18,94% 37,50%
Selain menjual snack dan minuman dengan kemasan plastik, juga terdapat
pedagang yang menjual minuman jus. Hal tersebut menyebabkan jumlah sampah
kulit yang sebagian besar adalah kulit buah mencapai 22,97% dengan timbulan
sebesar 8,53 kg/hari. Jenis buah yang sering digunakan seperti alpukat, nanas,
jeruk, dan semangka.
81
Sampah kertas memiliki persentase 18,94% dengan timbulan 7,04 kg/hari.
Beberapa pedagang makanan menjual nasi yang dibungkus dengan kertas. Nasi
bungkus sangat sering dikonsumsi oleh wisatawan khususnya pada hari libur.
Bungkus nasi dibuang begitu saja secara sembarangan oleh pembeli setelah
dikonsumsi. Kertas yang digunakan sebagai pembungkus nasi sebagian besar
adalah kertas minyak, dan lainnya adalah kertas koran.
Sampah sisa makanan memiliki persentase 10,71% dengan timbulan 3,98
kg/hari. Sisa makanan berasal dari makanan yang tidak dihabiskan oleh wisatawan
ketika membeli makanan atau minuman di warung. Sebagian besar sisa makanan
terdiri dari sisa nasi dan sayur. Terdapat sejumlah sampah taman dengan persentase
6,71% dan timbulan sebesar 2,49 kg/hari. Adanya sampah taman dikarenakan
beberapa pedagang menggunakan daun pisang dan janur kelapa sebagai
pembungkus makanan. Sampah logam memiliki persentase 1,08% dengan timbulan
0,4 kg/hari karena kecilnya konsumsi minuman dengan kemasan kaleng di warung.
Sebagian besar minuman dijual dengan kemasan plastik. Persentase sampah kayu
dan kain sangat kecil yakni masing-masing 0,05% dan 0,78% dengan timbulan
kurang dari 1 kilogram per hari. Kecilnya persentase tersebut karena penggunaan
kayu atau kain pada kegiatan berdagang sangat kecil.
82
2,5
1,5
0,5
0
17 Maret 19 Maret
Berdasarkan dari data tabel dan gambar diatas, timbulan sampah kantor
pelayanan paling tinggi pada tanggal 17 Maret 2023 dengan timbulan per hari
sebesar 2,3 kg. Hal ini dikarenakan pada hari tersebut pegawai bekerja sedangkan
pada tanggal 19 Maret 2023 dikarenakan tanggal tersebut merupakan weekend
sehingga tidak ada kegiatan administrasi maka jumlah sampah yang di peroleh lebih
sedikit dari biasanya. Namun, tetap terdapat satpam yang bertugas menjaga
keamanan kantor serta area Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
Komposisi sampah dari kantor pelayanan wisatawan dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5. 8 Hasil Perhitungan Komposisi Sampah Kantor Pelayanan
Rata-Rata
No Komposisi Persentase
Berat (Kg) Volume (m3)
Berat (%)
1 Sisa makanan 0,03 0,00027 2,09
2 Sisa taman 0,00 0,0 0,00
3 Plastik 0,51 0,00436 34,12
4 Kertas 0,65 0,00552 43,23
5 Kayu 0,00 0,0 0,00
6 Kain 0,00 0,0 0,00
7 Logam 0,01 0,00012 0,96
8 Karet/kulit 0,20 0,00174 13,63
9 Lain-lain (batu, kaca, debu) 0,09 0,00076 5,96
Total 1,49 0,0128 100,00
Sumber: Hasil Analisis,2023
83
Lain-lain Sisa
(batu, kaca, makanan;
debu); 5,96% 2,09%
Sisa taman;
Karet/kulit; 0%
13,63%
Logam;
0,96% Plastik;
34,12%
Kain; 0%
Kayu; 0%
Kertas;
43,23%
Sampah taman tidak hanya berasal dari daun atau ranting tanaman atau
pohon yang terdapat di area Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
Sampah yang berserakan di area taman, sisa aktivitas wisatawan juga menambah
timbulan sampah taman. Pihak Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci
telah menyediakan beberapa tempat sampah di area taman, namun jumlah tersebut
masih belum cukup. Selain itu, beberapa tempat sampah berada jauh dari lokasi
taman, sehingga wisatawan lebih sering meninggalkan sampah di tempat yang
mereka kunjungi. Setiap pukul 06.00 WIB, petugas kebersihan melakukan
penyapuan taman untuk mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan di area
taman. Hasil perhitungan timbulan dari sampah taman disajikan sebagai berikut.
84
Tabel 5. 9 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah Taman Dan Aktivitas
Wisatawan
Laju Timbulan Sampah
Rata-rata
Sumber Sampah (kg/hari)
(kg/hari)
17-Maret 19-Maret
Area Taman 53,9 62,8 58,35
Sumber: Hasil Analisis,2023
64
62
60
58
56
54
52
50
48
17 Maret 19 Maret
Berdasarkan data timbulan sampah taman pada tabel dan gambar diatas,
timbulan sampah pada 19 Maret 2023 sampling memiliki jumlah tertinggi yakni
62,8 kg. Hal ini dikarenakan masih ada warung atau PKL yang membuang
sampahnya di tempat sampah yang terdapat di area taman. Pada hari-hari
berikutnya, hal tersebut dicegah dengan mengambil sampah di warung dan PKL
pada malam hari ketika telah selesai beroperasi. Selain itu, di beberapa tempat
sampah terdapat sampah taman yang telah lama berada di dalam tempat sampah
lebih dari satu hari. Hal tersebut terlihat dari daun-daun yang telah membusuk dan
berwarna coklat gelap. Komposisi sampah taman disajikan sebagai berikut.
85
Rata-Rata
No Komposisi Persentase
Berat (Kg) Volume (m3)
Berat (%)
8 Karet/kulit 14,7 0,08 31,55
9 Lain-lain (batu, kaca, debu) 0,69 0,004 1,47
Total 46,59 0,25 100,00
Sumber: Hasil Analisis,2023
Lain-lain Sisa
(batu, kaca, makanan;
debu); 1,47% 3,59%
Karet/kulit; Sisa taman;
31,55% 14,96%
Logam; 0,18%
Kain; 0,40%
Kayu; 1,81%
Plastik;
Kertas; 4,66% 41,39%
86
5.3 Rencana Pengelolaan Persampahan Di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci, Kelurahan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan
Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
Perencanaan pengelolaan sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK)
Pangkalan Kerinci. Meliputi perencanaan sistem pewadahan, pengumpulan, dan
tempat penampungan sementara (TPS). Perencanaan pada tugas akhir ini
menggunakan data timbulan, volume, dan komposisi sampah. Selain itu,
perencanaan ini didasarkan pada beberapa ketentuan umum terkait pewadahan,
pengumpulan, dan TPS, yakni SNI.
5.3.1 Sistem Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci meliputi pemilahan, pewadahan, pengumpulan, dan pengolahan. Pada
sistem ini, direncanakan agar sampah sudah terpilah, sehingga pewadahan dan
pengumpulan disesuaikan dengan jenis sampah yang sudah dipilah. Sampah dipilah
menjadi 2 jenis, yakni sampah basah dan sampah kering. Sampah basah meliputi
sampah sisa makanan, sisa taman, dan kulit. Sampah kering terdiri dari plastik,
kertas, kayu, kain, logam, dan lain-lain.
Sistem pengelolaan sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci diawali dengan pemilahan sampah pada setiap sumber sampah. Setiap
sumber memiliki tempat sampah untuk sampah basah dan sampah kering. Setiap
pukul 06.00 dan 17.00 WIB, petugas kebersihan akan mengumpulkan sampah dari
sumber komersial dan kantor. Sampah dikumpulkan sesuai dengan jenis sampah.
Sampah basah dan sampah kering dibawa menuju kontainer di TPS. Kontainer
disesuaikan dengan jenis sampah. Jenis sampah basah dari sumber komersial
sebagian besar adalah sisa makanan.
Untuk sampah di area taman, terlebih dahulu dilakukan penyapuan.
Penyapuan dimulai pukul 06.00 dan 16.00 WIB. Setelah penyapuan, sampah
dikumpulkan sesuai jenis sampah basah dan sampah kering. Kemudian, petugas
pengumpul datang untuk mengumpulkan sampah dari area taman. Setiap 2 hari
sekali, truk pengangkut sampah dari DKP datang untuk mengangkut sampah residu
menuju TPA.
87
Untuk menunjang sistem pengelolaan sampah Ruang Publik Kreatif
(RPK) Pangkalan Kerinci, dibutuhkan tenaga kerja sebagai petugas kebersihan.
Sebagai tempat wisata, lokasi Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci harus
selalu dalam keadaan bersih, oleh karena itu harus selalu terdapat petugas
kebersihan yang mengkontrol kebersihan lingkungan. Pembagian tugas untuk
petugas kebersihan di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
88
harus dipenuhi sebuah wadah sampah untuk suatu obyek wisata, adalah sebagai
berikut:
1. Bahan tidak mudah rusak
2. Wadah kedap air
3. Ekonomis, mudah dibuat
4. Mudah dikosongkan
5. Mudah digunakan
6. Memiliki tutup
7. Memiliki nilai estetika
8. Tidak mengganggu aktivitas wisatawan
Perencanaan pewadahan sampah diawali dengan menghitung volume
sampah pada masing-masing sumber sampah. Volume sampah ditentukan dengan
membagi berat sampah dengan densitas sampah. Berikut adalah salah satu contoh
perhitungan volume untuk sampah dari taman.
Berat sampah rata-rata = 58,35 kg/hari
Densitas sampah di area taman = 219,5 kg/m
Volume sampah rata-rata = 58,35 kg/hari /219,5 kg/m
= 0,26 m3/hari
= 260 L/hari
Pewadahan sampah dari taman dan aktivitas wisatawan dibagi menjadi 2
jenis, yakni sampah basah dan sampah kering. Sampah basah terdiri dari sisa
makanan, sampah taman, dan sampah kulit. Sampah kering terdiri dari sampah
plastik, kertas, kayu, kain, logam, dan lain-lain. Pembagian jenis sampah tersebut
berdasarkan pada jumlah persentase komposisi sampah. Selain itu, pembagian
sampah menjadi 2 jenis akan lebih mudah bagi wisatawan untuk melakukan
pemilahan sampah. Perhitungan volume wadah sampah total berdasarkan
pembagian jenis sampah adalah sebagai berikut:
Volume sampah basah (Vbasah)
Vbasah1 = Vsisa makanan + Vtaman + Vkulit
= 9 L + 37,4 L + 78,9 L
= 125,3 L
89
Volume sampah kering (Vkering)
Vkering1 = Vplastik + Vkertas + Vkayu + Vkain + Vlogam + Vlain-lain
= 103,5L + 11,7L + 4,5L + 1L + 0,5L + 3,7L
= 124,9L
Direncanakan:
• Waktu pengambilan sampah (n) = 1 kali per hari
• Faktor keamanan (Sf)
Adanya faktor keamanan bertujuan untuk mengantisipasi jumlah sampah
yang melebihi jumlah sampah pada harihari biasa. Penyebab meningkatnya
jumlah sampah pada waktu tertentu, diantaranya, musim, kegiatan perayaan,
upacara agama, dan hari libur. Faktor keamanan yang digunakan dalam
perencanaan ini adalah 2.
• Volume wadah total = V/n x Sf
Vbasah2 = Vbasa2h/n x Sf
= 125,3 L/1 x 2
= 250,6 L
Vkering2 = Vkering1/n x Sf
= 124,9 L/1 x 2
= 249,8 L
• Jumlah lokasi penempatan wadah sampah = 5 titik
Vbasah = 250,6 L/5 = 50,12 L
Vkering = 249,8 L/5 = 49,96
90
Gambar 5. 17 Tempat Sampah Untuk Area Taman
Sumber:www.google.com
91
= 22,6L + 1,8L + 0,9L + 0L + 0,4L + 24,3L
= 28 L
Direncanakan:
• Waktu pengambilan sampah (n) = 1 kali per hari
• Faktor keamanan (Sf) =2
• Volume wadah total = V/n x Sf
Vbasah2 = Vbasah1/n x Sf
= 120,6 L /1 x 2
= 241,2 L
Vkering1 = Vkering2/n x Sf
= 28 L / 1 x 2
= 56 L
• Jumlah lokasi penempatan wadah sampah = 4 titik
Vbasah = 241,2 L / 4 = 60,3 L
Vkering = 56 L / 4 = 14 L
Berdasarkan volume wadah sampah yang telah ditentukan, volume
tersebut disesuaikan dengan volume tempat sampah yang dijual di pasaran. Untuk
sampah basah digunakan tempat sampah volume 70 L dan sampah kering
digunakan 15 L. Contoh tempat sampah kapasitas 70 L dan 15 L di pasaran dapat
dilihat pada gambar dibawah ini. Dimensi tempat sampah basah (hijau) dapat dilihat
pada gambar a dan tempat sampah kering (kuning) pada gambar b.
(a) (b)
Gambar 5. 18 Tempat Sampah Untuk Restoran (a) Kapasitas 70 L (b)
Kapasitas 15 L.
Sumber:www.google.com
92
Perencanaan sistem pewadahan sampah pada warung dan PKL dibagi
menjadi 2 jenis wadah sampah yakni sampah basah dan sampah kering. Sampah
yang dihasilkan dari warung dan PKL yang memiliki persentase paling tinggi dari
keseluruhan sampah yang dihasilkan adalah sampah plastik. Perhitungan volume
wadah sampah total adalah sebagai berikut:
Berat sampah rata-rata = 60,2 kg/hari
Densitas sampah = 150,9 kg/m3
Volume sampah rata-rata = 60,2 kg/hari / 150,9 kg/m3
= 0,3989 m3/hari
= 398,9 L/hari
Perhitungan volume wadah sampah total berdasarkan pembagian jenis
sampah adalah sebagai berikut:
Volume sampah basah (Vbasah)
Vbasah1 = Vsisa makanan + Vtaman + Vkulit
= 23,9 L + 14,9 L + 51,1 L
= 89,9 L
Volume sampah kering (Vkering)
Vkering1 = Vplastik + Vkertas + Vkayu + Vkain + Vlogam + Vlain-lain
= 83,5L + 42,2L + 0,1L + 1,7L + 2,4L + 2,8L
= 132,7 L
Direncanakan:
• Waktu pengambilan sampah (n) = 1 kali per hari
• Faktor keamanan (Sf) =2
• Volume wadah total = V/n x Sf
Vbasah2 = Vbasah1/n x Sf
= 89,9 L /1 x 2
= 179,8 L
Vkering1 = Vkering2/n x Sf
= 132,7 L / 1 x 2
= 265,4 L
93
• Jumlah lokasi penempatan wadah sampah = 25 titik
Vbasah = 179,8 L / 25 = 7,2 L
Vkering = 265,4 L / 25 = 10,6 L
Berdasarkan volume wadah sampah yang telah ditentukan, volume
tersebut disesuaikan dengan volume tempat sampah yang dijual di pasaran. Untuk
sampah basah digunakan tempat sampah volume 10 L dan sampah kering
digunakan 15 L. Warung dan PKL yang tidak beroperasi setiap hari juga harus
menyediakan kedua tempat sampah tersebut. Tempat sampah untuk warung dan
PKL disediakan oleh masing-masing pemilik dan harus memisahkan sampah basah
dan sampah kering. Salah satu wadah sampah yang dapat digunakan adalah
kantong plastik kapasitas 20 L.
94
Vwadah = Vtotal/n x Sf
= 12,7 L / 1 x 2
= 25,5 L
• Jumlah lokasi penempatan wadah sampah = 1 titik
Vwadah = 25,5 L / 1 = 25,5 L
Berdasarkan volume wadah sampah yang telah ditentukan, volume
tersebut disesuaikan dengan volume tempat sampah yang dijual di pasaran. Untuk
sampah di kantor digunakan tempat sampah volume 48 L. Contoh tempat sampah
kapasitas 48L dapat dilihat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
95
rencana sistem pengumpulan sampah di Ruang Publik Kreatif (RPK) Pangkalan
Kerinci.
Volume sampah total = 1036 L
Volume sampah basah (Vbasah)
Vbasah1 = 524L
Volume sampah kering (Vkering)
Vkering1 = 512L
• Frekuensi pengumpulan
Frekuensi pengumpulan sampah direncanakan 2 kali sehari. Pengumpulan
sampah dilakukan setiap pukul 06.00 dan 18.00 WIB. Hal ini bertujuan agar
tidak mengganggu aktivitas wisatawan yang berkunjung.
• Daerah pelayanan adalah restoran, warung, PKL, kantor, dan taman.
• Volume alat pengumpul:
Vbasah2 = 524 L / 2/hari x 2 x 1 hari
= 524 L
Vkering2 = 512 / 2/hari x 2 x 1 hari
= 512 L
VTotal = Vbasah2 + Vkering2
= 524 L + 512 L = 1036 L
Volume alat pengumpul sampah yang telah dihitung, disesuaikan dengan
alat pengumpul yang tersedia di pasaran. Alat pengumpul berupa gerobak dengan
volume total 1120 L dengan sekat pemisah untuk sampah basah dan sampah kering.
Dalam operasionalnya, bagian atas gerobak ditutup dengan menggunakan terpal
plastik untuk menghindari sampah dari lalat dan agar tidak tercecer saat gerobak
dioperasikan. Berikut adalah contoh gerobak sampah dengan kapasitas 1120 L yang
memiliki dimensi 140 cm x 80 cm x 100 cm.
96
Gambar 5. 21 Gerobak sampah dengan kapasitas 1120 L
Sumber:www.google.com
97
makanan dan kiriman dari laut pada sampah basah dimasukkan ke dalam kontainer
khusus sampah residu. Sampah plastik, kertas, kain, dan logam dikumpulkan pada
kontainer sampah daur ulang yang akan diambil oleh agen pengepul sampah. Sisa
dari sampah kering dimasukkan ke dalam kontainer sampah residu. Berikut adalah
perhitungan dimensi kontainer yang dibutuhkan dalam perencanaan TPS di Ruang
Publik Kreatif (RPK) Pangkalan Kerinci.
Volume total sampah basah (Vbasah)
Vbasah = 524 L
Volume total sampah kering (Vkering)
Vkering = 512 L
Volume sampah daur ulang (Vrecycle)
Vrecycle = 433 L
Volume sampah residu (Vresidu)
Vresidu = Vbasah + (Vkering + Vrecycle)
= 524 L + (512 L – 433 L)
= 603 L
Direncanakan:
• Area pemilahan sampah basah
Panjang = 3 m
Lebar = 2 m
Luas = 3 x 2 m = 6 m2
• Faktor keamanan (sf) = 2
Periode pengangkutan sampah residu = 2 hari sekali
Periode pengangkutan sampah daur ulang = 1 hari sekali
• Volume kontainer sampah residu
Vresidu = 603 L/hari x 2 x 2 hari
= 2.412 L ˜ 2.500 L
98
Berdasarkan volume kontainer sampah yang telah ditentukan, volume
tersebut disesuaikan dengan volume kontainer yang dijual di pasaran. Direncanakan
menggunakan kontainer dengan kapasitas 660 L sebanyak 5 unit untuk menampung
sampah residu. Sampah daur ulang ditampung pada sebuah bak dengan 3 bagian
yang dibatasi oleh sekat dan terbuat dari kayu. Dimensi kontainer sampah dengan
kapasitas 660 L dan kontainer bersekat untuk penampungan sampah daur ulang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
99
3 DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bellona, H & Lagiono. 2015. Tinjauan Pengelolaan Sampah Taman Kota Andhang
Pangrenan Kecamatan Purwekerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun
100
2014. Jurnal Keslingmas, Vol. 3, 124-223. Semarang: Politeknik Kesehatan
Kemenkes.
Feo, G., & Gisi, S. (2010). Domestic Separation and Collection of Municipal Solid
Waste: Opinion and Awareness of Citizens and Workers. Sustainability, 2,
1297-1326.
Pratomo, A., & Miladan, N. 2019. Kualitas Taman Kota sebagai Ruang Publik di
Kota Surakarta Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Pengguna. Jurnal Desa
Kota, Vol. 1, No. 1, 84-95. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Dokumen lainnya:
101
Damanhuri, E. 2010. Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung (ITB).
Damanhuri, E. dan Padmi, T., 2010. Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Teknik
Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB).
IPCC. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Vol. 5 Waste.
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme. Japan:
IGES.
102
4 LAMPIRAN
KOMERSIAL
No :
Jenis Usaha :
Waktu operasi : pkl.....s/d pkl…………
Luas area :……………m2
A. Pewadahan Sampah
g. Apakah ada pemilahan sampah secara langsung?
a. Ada b. Tidak
Jika ada, pemilahan dilakukan berdasarkan apa?
2. Berapa jumlah tempat sampah yang tersedia di tempat Anda, dan berapa
kapasitasnya?
a. 1 b. 2 c. >2
4. Apakah bahan tempat sampah yang tersedia di tempat Anda?
a. Plastik b. Logam c. Karet d. Lainnya……..
5. Apakah kapasitas tempat sampah di tempat Anda cukup untuk menampung
sampah per hari?
a. Cukup b. Tidak
6. Bagaimanakah kondisi fisik tempat sampah yang tersedia?
a. Baik b. Rusak
103
B. Pengumpulan Sampah
1. Bagaimana Anda memindahkan sampah menuju tempat penampungan sampah
sementara?
a. Secara individu b. Ada petugas pengumpul sampah yang datang
2. Berapa jarak tempat Anda menuju tempat penampungan sampah sementara?
a. < 50 m b. 50-100 m c. > 100 m
3. Berapa kali dalam sehari Anda mengumpulkan sampah ke tempat
penampungan sampah sementara?
a. 1 kali sehari b. 1-2 kali sehari c. > 2 kali sehari
4. Berapa hari sekali Anda mengumpulkan sampah ke tempat penampungan
sampah sementara?
a. 1 hari sekali b. 2 hari sekali c. >2 hari sekali
5. Kapan biasanya Anda mengumpulkan sampah ke tempat penampungan
sampah sementara?
a. Pagi (jam……) b. Sore (jam…) c. Tidak tentu
104
INSTANSI
No:
Asal Instansi
A. Pewadahan Sampah
9. Apakah ada pemilahan sampah di lokasi oleh setiap sumber sampah? (untuk
sumber komersil)
a. Ada b. Tidak
10. Apakah jumlah tempat sampah di lokasi taman memadai?
a. Ya b. Tidak
11. Berapa rata-rata umur pakai tempat sampah?
a. 1 tahun b. 2 tahun c. >2 tahun
12. Bagaimanakah kondisi fisik tempat sampah yang tersedia saat ini?
a. Baik b. Rusak
Centang (√) pada pilihan Ya atau Tidak
Spesifikasi Ya Tidak
Memiliki tutup
Kedap air
Mudah dioperasikan
Mudah dipindahkan
Bentuk menarik
B. Pengumpulan Sampah
1. Bagaimana sistem pengumpulan sampah saat ini?
a. Secara individu
b. Ada petugas pengumpul sampah yang datang ke sumber sampah
2. Berupa apa saja fasilitas pengumpulan sampah yang tersedia, dan berapa
kapasitasnya?
a. Gerobak b. Motor gerobak c. Lainnya…..
Kapasitas……L Kapasitas…… L Kapasitas……L
3. Siapakah yang menyediakan fasilitas pengumpulan tersebut?
a. DKP b. UPT c. Lainnya…….
4. Siapakah yang menyediakan biaya modal serta operasional dan pemeliharaan
fasilitas tersebut?
a. DKP b. UPT c. Lainnya………
5. Kapan waktu pengumpulan sampah di tempat penampungan sampah
sementara?
a. Pagi (jam……..) b. Sore (jam…………) c. Tidak tentu
6. Jumlah tenaga kerja untuk kegiatan pengumpulan sampah …………………
orang
7. Apakah tempat penampungan sampah sementara mudah dijangkau dari lokasi
sumber sampah?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah kegiatan pengumpulan sampah mengganggu aktivitas pengunjung
RPK Pelalawan?
a. Ya b. Tidak
C. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
1. Bagaimanakah lokasi tempat penampungan sampah sementara di lokasi?
105
a. Di kontainer b. Di lahan terbuka c. Lainnya…………
2. Bagaimanakah kondisi fisik tempat penampungan sampah sementara di lokasi
?
a. Baik b. Rusak
3. Fasilitas apa sajakah yang disediakan di TPS?
a. Pengolahan sampah b. Tidak ada
4. Jumlah tenaga kerja yang bertugas di TPS? ……………. Orang
5. Siapakah yang menyediakan biaya modal serta biaya operasional dan
pemeliharaan, dan berapa?
a. DKP b. UPT c. Lainnya……….
Rp………………….
6. Kegiatan operasional dan pemeliharaan berupa apa saja? (bisa pilih lebih dari
1)
a. Gaji petugas kebersihan
b. Perbaikan TPS
c. Lainnya……………..
7. Berapa hari sekali sampah di tempat penampungan sampah sementara diangkut
menuju TPA?
a. 1 hari sekali b. 2 hari sekali c. > 2 hari sekali
8. Apakah ada retribusi yang dibayarkan untuk mengumpulkan sampah ke tempat
penampungan sampah sementara?
a. Ada, Rp………….. b. Tidak ada
9. Apakah adanya tempat penampungan sementara sampah mengganggu aktivitas
wisatawan?
a. Ya b. Tidak
106
WISATAWAN
No:
Umur :
Asal :
A. Pewadahan Sampah
1. Jika Anda menghasilkan sampah di tempat ini, apa yang akan anda lakukan?
a. Membuang ke sekitar
b. Membuang ke laut
c. Membuang ke tempat sampah
2. Bagaimana kondisi tempat wisata ini dari segi kebersihan?
a. Sangat bersih b. Bersih c. Kotor d. Sangat Kotor
3. Apakah tempat sampah mudah Anda ditemukan?
a. Ya b. Tidak
4. Bagaimanakah kondisi fisik tempat sampah yang tersedia di tempat Anda
a. Baik b. Rusak
Centang (√) pada pilihan Ya atau Tidak
Spesifikasi Ya Tidak
Memiliki tutup
Kedap air
Mudah dioperasikan
Mudah dipindahkan
Bentuk menarik
5. Sebelum dibuang, apakah sampah yang Anda hasilkan dipilah terlebih dahulu?
a. Ya b. Tidak
6. Lokasi yang paling anda disukai/sering dikunjungi:
e. Lainnya……..
107