TINJAUAN PUSTAKA
yang dominan disuatu wilayah adalah curah hujan, oleh sebab itu data curah hujan
suatu daerah merupakan data utama dalam menentukan besarnya debit banjir rencana
Rumus:
di mana = Curah hujan rata–rata (mm), = Curah hujan di stasiun hujan ke-i
2. Standar Deviasi ( )
Rumus:
di mana = Standar deviasi, = Curah hujan rata – rata (mm), = Curah hujan di
Rumus:
4. Koefisien Kurtosis ( )
Rumus:
5. Koefisien Variasi ( )
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan nilai
Rumus
bertujuan agar jenis distribusi data yang dipilih sesuai dengan keadaan data yang ada.
Hasil perhitungan parameter statistik ditunjukan oleh Tabel 2.1 berikut ini:
1. Normal Cs 0 dan Ck 3
8 6 4 2
Ck Cv + 6Cv + 15Cv + 16Cv +3
3. Gumbel Tipe I Cs = 1,1396 dan Ck = 5,4002
Jenis distribusi data dapat diamati dari garis yang terbentuk oleh titik-titik hasil
plotting data pada kertas probabilitas. Apabila plotting titik-titik pada kertas
mendekati benar.
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisis. Ada dua jenis keselarasan (Goodness of Fit Test), yaitu uji keselarasan Chi
Square dan Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini biasanya yang diamati adalah nilai hasil
Prinsip pengujian dengan metode ini didasarkan pada jumlah pengamatan yang
diharapkan pada pembagian kelas dan ditentukan terhadap jumlah data pengamatan
yang terbaca di dalam kelas tersebut atau dengan membandingkan nilai Chi Square (
di mana = Harga Chi Square, = Banyaknya frekuensi yang diharapkan pada data
ke-i, = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama pada data ke-i, dan n =
Jumlah data.
b. Hitunglah jumlah kelas yang ada (K) = 1 + 3,322 log n. Dalam pembagian kelas
c. Hitung nilai Ef =
derajat nyata tertentu yang sering diambil sebesar 5% dengan parameter derajat
DK = K – ( R + I ) ................................................. (2.7)
keterikatan (biasanya diambil R=2 untuk distribusi normal dan binomial dan R=1
menggunakan persamaan distribusi data sesuai dengan yang diasumsikan pada uji
Chi Square.
membandingkan probabilitas untuk tiap variabel dari distribusi empiris dan teoritis
sehingga didapat perbedaan (∆) tertentu. Perbedaan maksimum yang dihitung (∆maks)
dibandingkan dengan perbedaan kritis (∆cr) untuk suatu derajat nyata dan banyaknya
Rumus:
hujan dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut
kemudian dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana.
Untuk memperkirakan curah hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi data
hujan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menghitung analisis
Metode Normal atau disebut pula distribusi Gauss ialah sebagai berikut:
di mana XT = Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm), 𝑋 = Harga rata-rata
curah hujan (mm), 𝑆𝑑 = Standar deviasi (simpangan baku), dan k = Nilai variabel
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distribusi Gumble Tipe
di mana = Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm), = Harga rata-rata
= Nilai reduksi variasi dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang
= Nilai rata-rata dari reduksi variasi (mean of reduce variate) nilainya tergantung
dari jumlah data (n), seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.5
dari jumlah data (n), seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.6.
Metode Log Pearson Tipe III apabila digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai
di mana Log = Nilai logaritma curah hujan dengan periode ulang tertentu,
terjadi pada tingkat peluang atau periode ulang tertentu sesuai dengan nilai
Metode Log Normal apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik akan
di mana = Besarnya curah hujan yang diharapkan terjadi pada periode ulang
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin
tinggi dan makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya.
intensitas hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut
berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan
Intensitas curah hujan yang dinyatakan dengan (I) menyatakan besarnya curah
hujan dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan per jam.
Metode ini beranggapan bahwa besarnya atau lama durasi hujan harian adalah
berpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam
Rumus:
di mana I= Intensitas hujan (mm/jam) dan R24 = Curah hujan harian maksimum
(mm/24jam).
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dibuat suatu kurva durasi intensitas
hujan. Dimana Van Breen mengambil bentuk kurva kota Jakarta sebagai kurva basis.
daerahdaerah lain di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan pada kurva pola Van
Breen kota Jakarta, besarnya intensitas hujan dapat didekati dengan persamaan:
di mana 𝐼𝑇 = Intensitas hujan (mm/jam) pada PUH, 𝑡 = Durasi waktu hujan (menit),
distribusi yang simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan
I=
Metode yang digunakan adalah metode perhitungan dengan cara kuadrat terkecil.
𝑎
I = 𝑡 𝑏 .................................................... (2.19)
di mana I = Intensitas curah hujan (mm/jam), t = Lamanya curah hujan (menit), a,b =
Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan
I=
di mana I = Intensitas curah hujan (mm/jam), T = Lamanya curah hujan (menit) a,b=
Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan
b =
I=
di mana I = Intensitas curah hujan (mm/jam), t = Lamanya curah hujan (menit), a,b=
Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran, dan n
a =
Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka harus
dicari selisih terkecil antara I asal dan I teoritis bedasarkan rumus di atas. Persamaan
intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan debit.
perhitungan limpasan (run off) dengan rumus rasional dan besarnya kemungkinan
terjadinya intensitas hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarang.
rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati rongga yang menyebabbkan
air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga
4. angka pori,
impermeable adalah tanah yang sulit dilalui oleh air. Contoh tanah yang permeable
adalah tanah pasir dan kerikil, oleh karena itu jenis tanah ini sangat cocok sekali untuk
sistem drainase pipa dibawah muka tanah. Contoh tanah impermeable adalah tanah
lempung murni. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan tanah lempung
adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada butiran
lempung.
merupakan imbuhan buatan (artificial recharge). Oleh karena dalam proses itu
semata-mata karena pengaruh gravitasi bumi, maka sifat tanah sebagai media peresap
akan memiliki arti yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan masalah ini, maka
sifat fisik tanah akan menjadi parameter utama. Sifat fisik tanah untuk mengalirkan air
sama seperti kecepatan. Isilah koefesien permebilitas sebagian besar digunakan oleh
para ahli teknik tanah (geoteknik). Para ahli geologi menyebutnya sebagai
dinyatakan dalam ft/menit atau ft/hari, dan total volume dalam ft3. Dalam satuan SI,
koefisien permeabilitas dinyatakan dalam cm/detik, dan total volume dalam cm3.
(cm/detik) (ft/menit)
Penentuan harga koefisien permeabilitas (k) suatu tanah bisa didapat dari
dilakukan dengan:
Percobaan ini dilakukan dengan pemberian tegangan tetap. Sampel tanah yang
di pakai adalah tanah yang memiliki daya rembes besar, misalnya pasir. Untuk
A.V.k A(ki).t
Qkeluar = k (h)( A) T
𝑄.𝐿
Maka, K= ………………………………………….(2.22)
Untuk percobaan ini, tegangan yang diberikan terhadap contoh tanah tidak
tetap. Sampel yang dipakai adalah tanah yang daya rembesnya kecil, misalnya
lempung. Pada cara ini, air yang masuk ke sampel tanah melalui pipa berdiameter
Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada waktu (t) yaitu;
k .( h )
Q= ……………………………………...(2.23)
Ls .( As )
k .( h ) dh
A= -a (tinggi air berkurang )
L dt
dh
a.( Ls )
dt =
As .( k ) h
t h
a.( L ) 2 1
a.( Ls )
t = ln( h1 h2
A.( k )
h
log 1
h2
a.( Ls )
t =
As .( k ) log e
h1
a.( Ls )
t = 2,303 log
As .( K ) h2
h1
maka, a.( Ls ) K = 2,303
log ……………………………(2.24)
As .( t ) h2
(cm2), L𝑠 = Panjang sampel tanah (cm), A𝑠 = Luas penampang sampel tanah (cm2), t
waktu tertentu (cm), dan 2 = Ketinggian akhir air pada interval waktu tertentu (cm)
tanah. Ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam
proses pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai (Gemilang, 2012). Pada saat air
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
ke dalam tanah. Sedangkan perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang
berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam dan merupakan proses aliran air dalam
tanah secara vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya saling berpengaruh akan
memudahkan uraian selanjutnya supaya diperjelas defenisi dari beberapa istilah yang
digunakan :
maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika
tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas
b) Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah Laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah
tertentu. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan
satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi
e) (Soil moisture deficiency) adalah jumlah kandungan air yang masih diperlukan,
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam
tanah dalam suatu periode waktu disebut kecepatan infiltrasi atau laju infiltrasi. Laju
infiltrasi pada suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada
saat tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju
perkolasi.
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi
biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir
Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya
gravitasi dan gaya kapiler tanah. Di bawah pengaruh gaya gravitasi air hujan mengalir
vertikal kedalam tanah, sedangkan pada gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut
tegak lurus keatas, ke bawah, dan kearah horizontal (lateral). Gaya kapiler bekerja
permukaan tanah, maupun sifat lapisan tanah dibawahnya. Ada 3 faktor yang telah
maka sifat - sifat permukaan tanah memegang peranan yang sangat penting, dan
bahkan sering menentukan batas atas dari kecepatan infiltrasi, dengan tidak
mengabaikan peranan dari lapisan tanah dibawahnya. Pada permulaan musim hujan
pada umumnya tanah masih jauh dari jenuh sehingga pengisian akan berjalan terus
pada waktu yang lama sehingga daya infiltrasi akan menurun terus pada hujan yang
berkesinambungan, meskipun pada periode sama. Diantara sifat - sifat tanah yang
penting adalah kepadatan, sifat dan jenis tanaman, dan cara bercocok tanam.
Dengan makin tingginya tingkat kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin
kecil. Dengan pengaruh hujan, akibat adanya impak butir - butir air hujan pada
prmukaan tanah, maka kepadatan tanah akan bertambah. Sehingga permukaan tanah
yang ditumbuhi oleh tanaman pada umumnya akan mempunyai kecepatan infiltrasi
Disamping itu, aliran vertikal air infiltrasi yang mengandung butir - butir halus,
dapat menyumbat pori - pori antara butir tanah, yang akan mengurangi infiltrasi.
Terutama sekali debu dan butir - butir halus lain yang terjadi selama musim kering,
akan sangat berpengaruh pada hujan - hujan yang pertama. Retak-retak pada
permukaan yang terjadi pada musim kering, akan memperbesar infiltrasi. Sebaliknya,
pemadatan tanah yang diakibatkan oleh lalu lintas, ternak, dan pejalan kaki, akan
3) Pemadatan yang diakibatkan oleh impak butir - butir air hujan sangat
dikurangi.
tanaman yang lebih penting. Misalnya tanah dengan penutup rumput, akan lebih baik
Cara bercocok tanam dengan trasering yang benar, misalnya atau dengan
"countour ploughing" dengan pola yang benar akan memperbesar infiltrasi pula. Pada
lahan bercocok tanam dengan kemiringan besar, aliran permukaan akan mempunyai
kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu untuk infiltrasi dan memungkinkan
terjadinya erosi tanah. Sebaliknya pada lahan dengan kontur yang datar, air
Secara ideal lapisan tanah oleh para ahli ilmu tanah ditentukan 4 horizon
Horizon A: merupakan lapisan teratas yang mengandung banyak bahan oganik, akar
Horizon C: lapisan dibawah horizon B, yang kadang - kadang juga disebut "
Horizon D: lapisan {bed rock). Horizon C dan D kadang berada pada Iokasi lain
Misalnya horizon A mempunyai transmission rate yang paling besar dan horizon
B yang paling kecil. Maka infiltrasi akan ditentukan oleh transmission rate horizon A,
ditentukan oleh sifat transmisi horizon B. Transmission rate horizon C tidak akan
(a) ( b)
Gambar 2.3 Skema Infiltrasi dan Perlokasi pada Dua Lapis Tanah:
2.3a) Infiltrasi Besar dengan Perlokasi Kecil dan
2.3b) Infiltrasi Kecil dengan Perlokasi Besar
Tipe tanah adalah berkaitan dengan tekstur dominan dari tanah yang
bersangkutan. Istilah umum yang sering digunakan adalah tanah berpasir, tanah
berlempung, dan tanah berliat. Kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya
daya resap tanah terhadap air hujan. Tanah berpasir dan porus lebih mampu
Kandungan air tanah awal mempengaruhi reseapan air oleh tanah dan laju
inflitrasi. Pada kondisi dimana kandungan air tanah awalnya rendah, laju infiltrasi akan
1. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada
lapangan).
3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi
hidrograf).
Singh (1989), menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah diusulkan dan
digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang berkaitan dengan
yakni:
a) Model empiris.
kadar lengas tanah memiliki sifat dinamis terhadap waktu, sehingga laju infiltrasi
ditentukan oleh kondisi lengas tanah mula-mula saat proses infiltrasi mulai terjadi.
b) Model konseptual.
menganalogikan proses infiltrasi sebagai faktor terinterasi dengan aspek hidrologi lain.
Beberapa model konseptual adalah Model SCS, Model HEC, Model Philip, dan Model
Hidrograf.
empiris yaitu metode Horton. Metode perhitungan ini dilakukan setelah data-data
didapatkan.
gambaran tentang besaran dan laju infiltrasi serta variasinya sebagai fungsi waktu. Ada
dua cara dalam menentukan kapasitas infiltrasi (Sri Harto, 1993), yaitu :
3. Rainfall simulator
1. Dengan Testplot
2. Dengan Lysimeter
Single ring infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas
tabung baja yang ditekankan ke dalam tanah. Permukaan tanah di dalam tabung diisi
air. Tinggi air dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian
banyaknya air yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung
Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke samping
di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang
dengan double ring infiltrometer, pengukuran dengan single ring infiltrometer dapat
pendekatannya dimana untuk double ring infiltrometer, ring bagian luar bertujuan
untuk mencegah peresapan keluar dari air dalam lingkaran tengah setelah meresap ke
Menurut Sosrodasono dan Takeda (1993) kedua jenis alat ukur infiltrasi ini
c. Struktur tanah sekeliling dinding tepi alat itu telah terganggu pada waktu
pemasukan tanah.
a) Metode Horton
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang
beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Faktor
yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh
koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan
dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan air hujan. Metode
di mana f(t) = Laju infiltrasi nyata (cm/jam), fc = Laju infiltrasi tetap (cm/jam), fo =
Laju infiltrasi awal (cm/jam), k = Konstanta geofisik, dan t = Waktu (jam). Model ini
sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Parameter fo, fc dan k didapat
t =
atau
t = …...……… (2.27)
mana:
Y = t .................................................................................. (2.28)
m=
Dengan demikian persamaan ini dapat diwakilkan dalam sebuah garis lurus
2.4.1 Pengertian
Sumur resapan (Gambar 2.6) merupakan skema sumur atau lubang pada
permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke
merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air
konstruksi dan kedalamannya berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas
muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah
Fungsi utama dari sumur resapan bagi kehidupan manusia dapat dibagi menjadi tiga
1. Pengendali banjir
Banjir sering kali menggenangi kawasan pemukiman ketika musim hujan tiba.
Terjadinya banjir pada kawasan pemukiman dapat disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya:
pengelolaan sampah.
atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan
pemukiman biasanya berkisar 5-15 tahun atau dapat lebih cepat, tergantung dari lokasi
perumahan serta fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dimiliki perumahan tersebut.
dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan
pengembangan rumah yang melewati batas garis sempadan bangunan (antara 3-4 m
dari tepi jalan). Dengan demikian pada musim hujan, volume aliran air permukaan
menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah sangat sedikit sehingga
cukup lama, bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur
resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan. Seperti yang telah
tergantung pada volume dan jumlah sumur resapan. Misalnya, sebuah kawasan yang
jumlah rumahnya 1.000 buah, jika masing-masing membuat sumur resapan dengan
Fungsi lain dari sumur resapan ini adalah memperbaiki kondisi air tanah atau
mendangkalkan permukaan air sumur. Di sini diharapkan air hujan lebih banyak yang
diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah. Air yang tersimpan
dalam tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan melalui sumur-sumur atau mata air.
Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting mengingat
adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai konsekuensi dari
tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk meresapkan air.
Hal ini mengingat semakin banyaknya tanah yang tertutupi tembok, beton, aspal, dan
bangunan lainnya yang tidak meresapkan air. Penurunan daya resap tanah terhadap air
besar terhadap kondisi air tanah. Seandainya di kawasan pemukiman seluas 1.000
hektar dan tertutupi 3/4 bagiannya, berarti setiap kali turun hujan yang curah hujannya
1.000 mm akan ada 750.000 kubik air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Jumlah sekian akan berkumpul dengan aliran permukaan dari kawasan lain pada lahan
cukup lama, bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya
resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan. Seperti yang telah
Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan
menurun. Bila aliran permukaan menurun, tanah-tanah yang tergerus dan terhanyut
pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan
kecil. Dengan demikian, adanya sumur resapan yang mampu menekan besarnya aliran
Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke
dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan tanah
lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.
Tujuan utama dari sumur resapan adalah memperbesar masuknya air ke dalam
akuifer tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Dengan demikian, air akan lebih banyak
masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran permukaan (run off).
Di bawah tanah, air yang meresap ini akan merembes masuk ke dalam lapisan tanah
yang disebut lapisan tidak jenuh di mana pada berbagai jenis tanah, lapisan ini masih
bisa menyerap air. Dari lapisan tersebut, air akan menembus kedalam permukaan tanah
(water table) di mana dibawahnya ada air tanah (ground water) yang terperangkap
membuat imbuhan air tanah akan menambah jumlah air tanah dalam lapisan akuifer.
Sebagai media yang secara langsung berhubungan dengan lapisan tanah, dalam
dalam meresapkan air. Oleh karena itu perencanaan dimensi sumur resapan berangkat
dari sifat fisik tanah khususnya harus bertitik tolak pada keadaan daya rembes
tanahnya.
Dengan prinsip kerja dari sumur resapan tersebut, maka jika kita ingin
membuat sumur resapan pada area halaman rumah kita, kita akan menyalurkan air
hujan yang turun di area rumah kita menuju sumur resapan, termasuk air hujan yang
turun pada genting atap rumah yang nantinya mengalir menuju talang air. Dari talang,
air kita salurkan ke sumur resapan dengan menggunakan pipa (biasanya menggunakan
pipa paralon). Sedangkan air hujan yang turun selain di area genteng atap rumah, dapat
kita salurkan menuju sumur resapan dengan cara membuat semacam selokan atau got
kecil di area rumah kita, yang dibuat dengan kemiringan tertentu, sehingga nantinya
air yang masuk ke dalam selokan atau got tersebut dapat mengalir menuju sumur
resapan. Untuk membuang kelebihan air yang masuk kedalam sumur resapan, kita bisa
kita.
Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak
tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air tersebut dapat dimanfaatkan
kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat dieksplorasi setiap saat.
Pengaruh positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpulnya air permukaan
yang berlebihan di suatu tempat dapat dihindarkan. Menurunnya aliran permukaan ini
Teori sumur resapan yang diajukan oleh Sunjoto (1989) dipandang oleh
beberapa ahli sebagai teori yang cukup sempurna. Perencanaan dimensi sumur resapan
itu telah dikembangkan dengan berbagai pendekatan baik statis maupun dinamik.
Pendekatan statik pertama kali dikemukakan oleh Haryadi dan Mawardi tahun 1986.
Qo Qo Qo Qo Qo
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
Gambar 2.8.
𝑡1 𝑡2 𝑡3
sehingga tampungan sumur terisi seperti gambar b, dan penuh (gambar c). Untuk
membutuhkan rentang waktu tertentu (t1). Pada saat volume tampungan penuh, berarti
ketinggian air H teoritis di dalam sumur telah terpenuhi. Debit resap Qo terjadi setelah
ketinggian air H terpenuhi (Gambar 2. 10. c). Debit resap oleh Sunjoto (1995)
Qo = f k H ........................................................... (2.32)
permeabilitas tanah (m/detik), H = kedalaman air di dalam sumur resapan (m). Jika
iA dalam persamaan (2.33). Dalam kasus peresapan di dalam sistem sumur, maka tidak
mudah menentukan gradien hidrolis i dan luas bidang resap A. Sebab dimensi sumur
hidrolis dan luas bidang resap, keduanya sekaligus akan terjadi manakala H telah
ditetapkan. Di lain pihak pada sistem sumur resapan luas bidang resap A terbentuk
oleh fungsi jari-jari R dan kedalaman H. Jadi faktor geometrik f pada prakteknya
antara para ahli tidak sama dalam menentukan nilai f untuk kasus sumur resapan yang
sama.
Jika rentang waktu yang dibutuhkan untuk mengisi sampai dengan penuh
adalah t1 (gambar a,b dan c), maka waktu yang dibutuhkan untuk meresapkan adalah
t2 (gambar c, d dan e), yang mana syaratnya rentang watu t1 adalah sama dengan
rentang waktu t2. Dengan begitu maka akan terpenuhi syarat terjadinya persamaan
Qi t = f k H t ...................................................... (2.34)
Tetapi oleh karena tampungan dalam sumur harus penuh baru kemudian terjadi
peresapan, maka event t1 terjadi terlebih dahulu baru event t2, meskipun
besarnya t1 = t2
berlangsung, bersamaan dengan itu debit input Qi tetap mengisi tampungan untuk
Pada akhir durasi t, debit masukan Qi telah berhenti mengisi tampungan dan
debit resap Qo bekerja menghabiskan sisa volume sumur resapan. Gambar e, f dan g
Debit masukan adalah volume air yang mengalir masuk ke dalam sumur
resapan tiap satuan waktu. Apabila sumur resapan dimaksudkan sebagai sarana
drainase limpasan permukaan akibat hujan, maka debit masukan Qi adalah debit
limpasan permukaan dari suatu luasan tertentu. Jika sumur resapan itu adalah sarana
drainase bangunan tempat tinggal, maka debit masukan Qi adalah berupa debit air
berdasarkan data hujan yang direkam. Meskipun kenyataannya besarnya debit dari
awal hujan sampai akhir hujan adalah tidak tetap, akan tetapi dapat diambil nilai
tergantung pada intensitas hujan yang terjadi dan liuas bidang tangkapan hujan.
Intensitas hujan bergantung pada tinggi curah hujan dan durasinya, sedangkan
Penentuan besarnya debit masukan Qi secara empiris yang bersifat praktis untuk
luasan yang relatif kecil sebagaimana rumah tinggal adalah menggunakan metode
rasional, dimana debit masuk ke sumur resapan (Qi) = debit banjir metode rasional
(Q).
pada suatu kawasan tertentu akibat limpasan air hujan (Bedient dan Huber, 1988),
yaitu:
yang besarnya < 1, I = Intensitas hujan (in./hr atau mm/jam), A = Luas bidang
tangkapan hujan (ac atau ha) dan kc = faktor konversi (𝑘𝑐 = 0,00278 faktor konversi
ha-mm/jam ke m³/detik).
Luasan bidang tangkapan hujan untuk bangunan tempat tinggal adalah berupa
luas atap yang diukur secara horizontal. Untuk koefisien pengaliran (C), apabila tidak
diukur langsung pada medan pengaliran yang dimaksud, maka dapat digunakan
perkiraan nilai koefisien (C) secara empiris berdasarkan hasil penelitian yang
Tabel 2.11 Nilai Koefisien Aliran Permukaan (C) untuk Berbagai Permukaan
Koef.Aliran
Jenis Permukaan
Permukaan (C)
1. Bussines
2. Perumahan
Apartemen
3. Kawasan Industri
tertentu selama t. Apabila sumur resapan sebagai sarana drainase hujan pada tempat
tinggal, biasanya mengambil t berupa waktu hujan yang dominan. Durasi hujan
dominan ini diperhitungkan secara empiris berdasarkan rekaman data hujan dari waktu
ke waktu. dalam hal ini Sunjoto (1995) memberikan batasan bahwa maksud dari durasi
(ARR). Keberadaan durasi (t) dalam perencanaan sumur resapan akan mempengaruhi
besar kecilnya dimensi sumur resapan, terutama mengenai berapa volume tampungan
yang dibutuhkan serta kapan kondisi water balance terjadi. Sebagaimana tertera pada
kecil. Faktor t memberikan peranan yang berarti pada awal proses resap. Akan tetapi
jika kondisi keseimbangan telah dicapai pada sistem itu maka rentang waktu
merupakan imbuhan buatan (artificial recharge). Oleh karena dalam proses itu
semata-mata karena pengaruh gravitasi bumi, maka sifat tanah sebagai media peresap
akan memiliki arti yang sangat penting. Dalam kaitanya dengan masalah ini, maka
sifat fisik tanah akan menjadi parameter utama. Sifat fisik tanah untuk mengalirkan air
Tiga unsur yaitu bidang resap, volume tampungan dan ketinggian air,
direncanakan secara bersamaan menjadi faktor geometrik sumur resapan. Jadi faktor
tampungan air, berdasarkan bentuk, ukuran dan konstruksi sumur resapan yang
direncanakan.
Dimensi sumur resapan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu tinggi muka air
tanah, intensitas hujan, lama hujan, luas penampang tampungan dan koefisien
permeabilitas tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan di bawah
ini:
Dasar bangunan sumur resapan akan efektif apabila terletak di atas muka air
tanah. Oleh karena itu diperlukan peta sebaran muka preatik daerah penelitian yang
b) Intensitas hujan
resapan untuk menampung air hujan yang jatuh pada penutupan lahan dengan luasan
tertentu. Volume air tampungan adalah hasil kali intensitas hujan, luas daerah
c) Durasi hujan
Lama hujan adalah waktu terlama hujan itu terjadi setiap kejadian hujan. Lama
serapan.
Luas penampung tampungan ini merupakan jumlah total dari atap bangunan
atau bidang pekerasan yang airnya dialirkan pada sumur resapan. Semakin besar luas
tampungan.
sebagai fungsi dari waktu. Kemampuan tanah dalam meresapkan air hujan yang di
Metode yang digunakan untuk perencanaan dimensi sumur resapan, antara lain:
1. Debit air masuk kedalam sumur diasumsikan konstan sama dengan Q. Hal ini sesuai
dengan keadaan fisik yaitu dalam suatu durasi hujan akan ada debit dari atap yang
2. Debit keluar (meresap) adalah sama dengan faktor geometrik kali koefisien
3. Formula unsteady flow condition ini menjadi sama dengan formula Forchheimer
(1930) bedanya adalah yang terakhir ini adalah steady flow condition. Bila waktu tak
terhingga maka formula Sunjoto akan sama menjadi steady flow condition dan
Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan
keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah
Untuk konstruksi sumur resapan biasanya dengan dinding samping dan ruang
H=
Untuk konstruksi sumur resapan biasanya dengan dinding samping dan ruang
H=
di mana H = Tinggi muka air dalam sumur (m), F = Faktor Geometrik (m), f = faktor
(m).
sumur resapan dengan kondisi berbeda-beda yang dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Umum (2002) telah menyusun standar tata cara perencanaan teknik umur resapan air
menyatakan bahwa dimensi atau jumlah sumur resapan air hujan yang diperlukan pada
suatu lahan pekarangan ditentukan oleh curah hujan maksimum. Permeabilitas tanah
di mana 𝑉𝑎𝑏 = Volume andil banjir yang akan di tampung sumur resapan (𝑚3),
𝐶𝑡𝑎𝑑𝑎 = Koefisien limpasan dari bidang tadah (tanpa satuan), 𝐴𝑡𝑎𝑑𝑎= Luas
di mana 𝑉𝑟𝑠𝑝= Volume air hujan yang meresap (𝑚2), 𝑡𝑒 = durasi hujan efektif
(jam) =0.9.𝑅0.92./60 (jam), 𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Luas dinding sumur + luas alas sumur (𝑚2), dan
permeabilitas tanah pada alas sumur (m/hari), 𝐴 = luas alas sumur dengan
n=
di mana n = jumlah sumur resapan air hujan (buah), 𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = kedalaman total sumur
resapan air hujan (m), dan 𝐻𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = kedalaman yang di rencanakan <
sumur resapan, standar ini merupakan hasil revisi dari SNI No.03-2459-1991.
a) Sumur resapan air hujan di tempatkan pada lahan yang relatif datar.
b) Air yang masuk kedalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar.
bangunan sekitarnya.
e) Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui instansi yang
berwenang.
Tabel 2.14 Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan Terhadap Bangunan
No. Jenis Bangunan Jarak minimum dari sumur
resapan air hujan (m)
2. Pondasi bangunan 1
Untuk melihat Muka Air Tanah (MAT) pada kawasan perencanaan sumur resapan
Jenis sumur resapan yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat agar daya
terhadap lingkungan. Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, berkurangnya daerah
resapan air karena makin banyak permukaan tanah yang tertutup bangunan dan jalan
berdampak pada berkurangnya daya serap tanah terhadap air. Pembuatan sumur
resapan di lingkungan tempat tinggal menjadi salah satu solusi memperbaiki kualitas
yang dibuat pada masing-masing rumah tinggal. Dampak sumur resapan akan
dapat memanfaatkan lahan sisa maupun pekarangan yang ada. Sumur resapan yang
digunakan untuk satu rumah, terdiri dari sumur resapan dangkal maupun sumur
resapan dalam. Skema sumur resapan individu dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
bersamasama untuk lebih dari satu rumah dalam sebuah komunitas warga masyarakat
dengan skala besar dan membutuhkan lahan cukup luas. Sumur resapan kolektif dapat
berupa kolam resapan, sumur resapan dalam, resapan parit berorak maupun sumur
resapan kolektif yang dapat dipasang di bahu jalan. Letak sumur resapan berada pada
lokasi terendah pada suatu kawasan agar supaya air dengan mudah mengalir dari
13).
b. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus
diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang ditandai
dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan
d. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki
tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau
atap rumah.
saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.
g. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah
tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori
h. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar
sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
i. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran
yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala
terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa
pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka
balok dll.
j. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas tangkapan
air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung
yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis beton. Akan
lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara
horizontal.
l. Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka bibir sumur dapat
meliputi:
a. Saluran air
Sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur resapan, baik
menggunakan saluran terbuka atau tertutup dan juga dapat terbuat dari pipa pemasukan
serta pengeluaran yang berfungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur
resapan sudah penuh. Saluran tersebut dapat menggunakan pipa besi, pipa paralon,
buis beton, pipa tanah liat atau dari pasangan batu. Ukuran tergantung jumlah aliran
b. Bak kontrol
Bak control berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan agar
air yang masuk tidak tercemar dan menyaring benda-benda yang membuat proses
c. Sumur Resapan
Pada dasarnya sumur resapan dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang
tersedia di lokasi penelitian. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk keamanan, sumur
bambu, drum bekas, 3/2 tangki fiberglass, pasangan batu bata atau buis beton. Dasar
sumur resapan dan sela-sela antara galian tanah dan dinding tempat air meresap dapat