BUMBU
Oleh:
1935201110007
FAKULTAS TEKNIK
2023
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................2
DAFTAR TABEL............................................................................................4
DAFTAR GAMBAR........................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................9
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................9
1.5 Batasan Penelitian....................................................................10
1.6 Sistematika Pembahasan.........................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................13
2.1 Landasan Teori.........................................................................13
2.1.1 Pariwisata dan Wisata..........................................................13
2.1.2 Pesisir.....................................................................................14
2.1.3 Sistem Informasi Geografis (SIG).......................................18
2.1.4 Daya Dukung Kawasan........................................................23
2.1.5 Kesesuaian Lahan.................................................................24
2.1.6 Penelitian Terdahulu............................................................26
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................29
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................29
3.1.1 Metode Penelitian..................................................................29
3.1.2 Metode Penelitian..................................................................34
3.1.3 Lokasi Penelitian...................................................................34
3.2 Waktu Penelitian......................................................................36
3.3 Teknik Pengumpulan Data......................................................36
2
3.3.1 Pengumpulan Data Sekunder..............................................36
3.3.2 Pengumpulan Data Primer...................................................37
3.4 Penelitian Terdahulu...............................................................37
3.4.1 Pendekatan Penelitian..........................................................37
3.4.2 Variabel Penelitian................................................................38
3.4.3 Alat Analisis...........................................................................40
Bab VI 50
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................50
4.1 Karakteristik Oceanografi......................................................50
4.1.1 Kedalaman.............................................................................50
4.1.2 Suhu........................................................................................51
4.1.3 Kecerahan..............................................................................52
4.1.4 Kecepatan Arus.....................................................................53
4.1.5 Salinitas..................................................................................54
4.1.6 Angin......................................................................................55
4.2 Kesesuaian Lahan Untuk Pariwisata Pantai.........................56
4.2.1 Analisis Spasial......................................................................56
4.3 Integrasi analisi atribut dan spasial.......................................59
4.4 Kajian Pengembangan.............................................................60
4.4.1 Analisis Sosial........................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................66
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan laut dan wilayah
(2003). Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah 5.066,96
km 2 (506.696 Ha) atau 13, 50 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan
(BPS Kabupaten Tanah Bumbu, 2022). Menurut data BPK Perwakilan Kalimantan
Selatan (2021) pariwisata menjadi salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat
antaralainsebagai daerah tujuan wisata dengan beberapa obyek berupa wisata bahari
(Terumbu Karang), wisata alam, wisata panorama, dan wisata budaya. Sumber daya
alam yang dimiliki Pantai Batu Buaya, Desa Sungai Cuka yang juga terkenal di
6
Pembangunan kegiatan pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu, dapat dijadikan
satu potensi bidang perairan pesisir lautnya ialah untuk pariwisata. Pesisir Tanah
Bumbu mempunyai pasir yang berwarna putih, hutan mangrove, cemara yang rindang
serta pemandangan alam yang indah. Selain menunjang pembangunan daerah sektor
pendapatan Kabupaten Tanah Bumbu, berbagai kegiatan ekonomi pada sektor wisata
perencanaan yang tepat baik di tingkat regional maupun Nasional untuk menjaga
Tahun 1990). Kemajuan dan kesejahteraan yang semakin tinggi telah menjadikan
pariwisata sebagai bagian pokok kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan mampu
7
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di daerah tujuan
wisatawan. Bagi Kabupaten Tanah Bumbu kehadiran wisatawan luar daerah turut
masyarakat.
mempercepat persahabatan antar bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, serta
Tanah Bumbu, yang juga mempunyai pengaruh dalam aspek politik, dimana terdapat
resort dan resto yang sering digunakan sebagai tempat istirahat para tamu
pemerintahan untuk melakukan rapat internal. Namun dari kondisi yang ada masih
yaitu perlunya mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk objek wisata, dan atraksi
wisata di Kabupaten Tanah Bumbu itu sendiri. Untuk itu perlu menyusun strategi
pengembangan mengenai potensi dan kendala yang terdapat di lokasi objek wisata di
Kabupaten Tanah Bumbu agar dapat menambah citra Kabupaten Kabupaten Tanah
8
1.2 Rumusan Masalah
Bumbu?
Tanah Bumbu?
1. Pelestarian budaya lokal melalui perencanaan daerah pesisir yang baik, dapat
kesenian lokal, destinasi pariwisata budaya akan menjadi daya tarik bagi
wisatawan. Hal ini akan membantu melestarikan identitas dan warisan budaya
masyarakat setempat.
9
2. Pelestarian lingkungan hidup melalui perencanaan daerah pesisir, dapat
alam. Ini akan memastikan bahwa sumber daya alam dan keindahan alam di
lokal mereka. Hal ini akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
dinamis.
berharga.
Batasan masalah adalah perumusan batasan atau lingkup topik yang akan
dibahas dalam sebuah penelitian atau kajian. Dalam konteks perencanaan daerah
10
pesisir terhadap potensi pariwisata budaya di Kabupaten Tanah Bumbu, berikut
adalah beberapa contoh batasan masalah yang dapat menjadi fokus penelitian:
1. Potensi pariwisata : Fokus penelitian ini terbatas pada potensi pariwisata yang
Bumbu.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang asal mula judul dan pokok pembahasan yang
akan dilakukan pada penelitian. adapun sub bahasannya adalah latar belakang,
11
rumusan masalah, Batasan masalah, Tujuan dan Manfaat, dan Sistematika
Penulisan.
Dalam bab ini membahas tentang Gambaran umum, penelitian terdahulu dan
Landasan Teori.
Bab ini membahas tentang Metode penelitian, Waktu penelitian dan bagaimana
Bab ini berisi tentang implementasi dan juga menjelaskan hasil serta pembahasan
penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran dari hasil analisis dan interpretasi
data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran berisi
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masuk suatu kota, daerah atau negara (Herman V. Schulalard 1910). Pariwisata
adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal
semula ke daerah tujuan. Tujuannya bukan untuk menetap atau mencari nafkah
waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya (Koen Meyers 2009).
Kepariwisataan dalam arti sempit, adalah lalu lintas orangorang yang meninggalkan
tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-
mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna
memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari
bahwa pariwisata adalah kegiatan wisata di suatu kota yang dilakukan seseorang
dalam waktu singkat dan didukung berbagai fasilitas seperti penginapan dan lain-lain.
13
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
Jadi, walau sekilas pengertiannya hampir sama, ada perbedaan mendasar antara
sebagai wisatawan.
2.1.2 Pesisir
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang
bagian lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, dan bagian daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Ketchum, 1972). GESAMP1
(2001) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai wilayah daratan dan perairan yang
dipengaruhi oleh proses biologis dan fisik dari perairan laut maupun dari daratan, dan
didefinisikan secara luas untuk kepentingan pengelolaan sumber daya alam. Sehingga
deliniasi wilayah pesisir ini dapat berbeda tergantung dari aspek administratif,
mempunyai kekayaan habitat yang tinggi dan beragam, serta saling berinteraksi
antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga
merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Lebih
14
lanjut, umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung,
UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil
mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dalam konteks ini, ruang
lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke
arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua
Batas wilayah pesisir ke arah darat semacam ini sama seperti yang dianut oleh
United States (US) Coastal Management Act dan California sejak tahun 1976. Ke
arah laut hendaknya meliputi daerah laut yang masih dipengaruhi oleh pencemaran
yang berasal dari darat, atau suatu daerah laut dimana kalau terjadi pencemaran
wilayah pesisir yang sama dapat berlaku, jika tujuan pengelolaannya adalah untuk
ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang
luar biasa terhadap manusia. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah
15
masalah pengelolaan yang berasal dari konflik pemanfaatan yang timbul akibat
Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem,
historis, kota-kota penting dunia bertempat tidak jauh dari laut. Alasannya, kawasan
ini memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan, serta memudahkan
terjadinya perdagangan antar daerah, pulau, dan benua. Selain itu, wilayah pesisir
juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang besar air laut ke darat,
relatif mudah dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan
2. Pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, baik yang
kurang begitu penting untuk menetapkan batas-batas fisik suatu wilayah pesisir
secara kaku (rigid). Akan lebih berarti, jika penetapan batasbatas suatu wilayah
(pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta segenap sumber
16
daya yang ada di dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu sendiri. Jika tujuan
pesisir yang dipengaruhi oleh aliran sungai, maka batas wilayah pesisir ke arah darat
hendaknya mencakup suatu DAS (daerah aliran sungai) dimana buangan limbah akan
mengendalikan erosi pantai, maka batas ke arah darat cukup hanya sampai pada lahan
pantai yang diperkirakan terkena abrasi, dan batas ke arah laut adalah daerah yang
terkena pengaruh distribusi sedimen yang paling dekat dengan garis pantai. Dengan
a. Menurut definisi scientific, wilayah pesisir yang diibaratkan sebagai pita yang
terbentuk dari daratan yang kering dan ruang yang berbatasan dengan laut (air
dan pemanfaatan di laut dan sebaliknya. (Ketchum, 1972 dalam Kay dan
Alder, 1999).
17
b. Definisi yang berorientasi pada kebijakan yang dikemukakan ada dua definisi
yaitu:
antara darat dan laut yang berkisar antara ratusan dan beberapa
Dari kedua definisi yang berorientasi politik tersebut pada tingkat kebijakan,
batas-batas wilayah pesisir didefinisikan dalam empat cara, yaitu (1) berdasarkan
jarak yang tetap, (2) berdasarkan jarak yang beragam, (3) berdasarkan pemanfaatan,
Sistem Informasi Geografis atau SIG atau yang lebih dikenal dengan GIS
18
komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG mulai berkembang
sangat pesat pada era 1990an dan saat ini semakin berkembang. Sistem Informasi
informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data
atau informasi geografis (Aronoff, 1989). SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk
penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia (Barrough, 1986).
Secara umum pengertian SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia dan data yang bekerja bersama secara
berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan
akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data
spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG
dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
komputer dengan segala macam perangkat keras dan lunak. Perkembangan teknologi
komputer yang semakin cepat dalam beberapa dekade ini, sangat memungkinkan
untuk ber kembangnya berbagai inovasi aplikasi software (perangkat lunak) sebagai
19
wahana penyimpanan, analisis, dan penayangan data geosfer. SIG dianggap sebagai
suatu sistem karena merupakan produk yang melibatkan banyak komponen yang
saling terkait.
20
Awal kemunculan SIG secara komputerisasi pada 1964 yang ditujukan untuk
angka pada aplikasi kerja SIG termasuk SYMAP (Synagraphic Mapping System),
vektor SIG modern dan kebanyakan dari bentuk-bentuknya akan membentuk dasar
21
Sistem pemetaan otomatis mulai dikembangkan oleh agen intelijen Amerika
Serikat (CIA) pada akhir 1960-an. Proyek ini merupakan bayangan dari bank data
dunia CIA, kumpulan dari garis pantai, sungai, dan batas politik, serta kumpulan
software CAM yang menghasilkan peta-peta dengan skala yang berbeda. Hasil
ESRI telah mampu menghasilkan software ArcInfo dan ArcView. Penggunaan SIG
berawal pada 1970 dan dilakukan oleh Roger Tomlinson dan Duane Marble.
Pada 1980 dan 1990, aplikasi SIG untuk berbagai kepentingan mulai
Beberapa jenis aplikasi komersial dipublikasikan selama periode ini, seperti ArcInfo,
SMALLWORLD.
Saat ini SIG memungkinkan untuk membuat tampilan peta khususnya dalam
kajian Perencanaan Wilayah dan Kota. SIG juga digunakan untuk menggambarkan
pergerakan asap akibat kebakaran hutan atau asab limbah beracun dan perkembangan
22
daerah berpopulasi tinggi, yang membantu perencanaan pembangunan fasilitas
publik.
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Daya dukung
mengakomodasi suatu kegiatan tertentu yang dampaknya tidak dapat diterima. Daya
dukung sendiri dalam praktiknya dikenal sebagai suatu jumlah kegiatan usaha yang
Daya dukung Kawasan (DDK) yaitu dengan menghitung luas kawasan yang selaras
pada setiap kegiatan wisata serta memastikan jumlah maksimal wisatawan yang
secara fisik dapat menampung pada kawasan tersebut yang telah disediakan dengan
waktu tertentu serta tanpa mengakibatkan adanya gangguan bagi makhluk hidup yang
wisatawan yang dapat ditampung dengan waktu tertentu tanpa adanya dampak yang
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia di kawasan tersebut. Analisis daya
memanfaatkan potensi sumber daya pantai, pesisir dan pulau – pulau kecil
(Adharianti, 2007). Menurut Scones (1993) dalam Prasita (2007) daya dukung dibagi
menjadi dua bagian yaitu daya dukung ekonomis dan daya dukung ekologis atau
lingkungan. Daya dukung ekonomis adalah tingkat produksi yang dapat memberikan
23
keuntungan secara maksimum dengan tujuan usaha yang nantinya dapat
hewan yang berada pada wilayah tersebut tanpa mengakibatkan kematian karena
topografi, hidrologi, dan drainase untuk usaha tani atau komoditas pertanian yang
Evaluation” (FAO, 1976) dengan 4 kategori, yaitu ordo, kelas, subkelas, dan unit.
kesesuaian lahan dibedakan atas lahan tergolong ordo sesuai (S) dan lahan tergolong
tidak sesuai (N). Kelas merepresentasikan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo. Pada
tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan atas lahan sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan tergolong tidak
24
Kelas sangat sesuai (S1) : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan berkelanjutan atau hanya mempunyai faktor
pembatas bersifat minor dan tidak menurunkan produktivitas lahan secara nyata.
Kelas cukup sesuai (S2): Lahan mempunyai faktor pembatas yang mempengaruhi
tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas S3 diperlukan modal dan usaha
perbaikan yang tinggi. Kelas tidak sesuai (N): Lahan yang tidak sesuai (N) karena
kesesuaian lahan dapat dibedakan atas subkelas kesesuaian lahan berdasarkan kualitas
dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Tergantung faktor
pembatas dalam subkelas, kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki
Kesesuaian lahan dibagi menjadi dua yaitu, kesesuaian lahan kualitatif dan
kuantitatif. Kesesuaian lahan kualitatif hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan,
pada kondisi fisik lahan dan aspek ekonomi. Masing – masing kesesuaian lahan
25
tersebut dapat dinilai secara aktual maupun potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah
kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh penilaian berdasarkan kondisi lahan saat ini
(potential land suitability) adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan pada kondisi
Pada penelitian ini tidak lepas dengan penelitian terdahulu, adapun penelitian
Kebumen dengan judul Kajian Potensi Obyek Wisata Pantai di Wilayah Pesisir
Pantai Selatan Kabupaten Kebumen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
potensi pantai yang belum berkembang di daerah penelitian dan pengaruh sarana
jalan terhadap tingkat potensi obyek pantai. Analisa yang digunakan yaitu analisis
data primer dan data sekunder, dengan klasifikasi potensi internal dan eksternal.
2 Widi Hartanto (2004) Penelitian Widi yang berjudul Analisis Potensi Obyek
26
a. Klasifikasi obyek-obyek wisata di Kecamatan Selo dibagi menjadi tiga
3 Retno Hastuti (2005) Dalam penelitianya yang berjudul Analisis Potensi Wisata
potensi wisata daerah pantai dan faktor pembeda kunjungan wisatawan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan analisis data sekunder
a. Daerah penelitian mempunyai tiga potensi yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Andi (2004), Widi (2004) dan Retno (2005) karena terdapat persamaan
yang telah berkembang pada tahun 2003 yaitu pantai Baron, Pantai
Krakal, Pantai Kukup, Pantai Sundak, Pantai Drini dan Pantai Wediombo.
27
Seiring perkembangan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul, muncul
penelitian ini.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
terletak antara 2°50' - 3°30' Lintang Selatan dan 115°30' - 116°20' Bujur Timur.
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki wilayah yang cukup luas, dengan total
luas sekitar 4.625,50 kilometer persegi. Wilayah ini berbatasan dengan beberapa
sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran rendah dengan beberapa bukit
dan perbukitan. Sungai merupakan ciri khas geografis kabupaten ini, dengan
beberapa sungai besar yang melintasi wilayahnya, seperti Sungai Barito dan Sungai
Riam Kanan. Sungai-sungai ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat
tropis yang luas. Hutan ini meliputi hutan rawa gambut, hutan mangrove, dan hutan
tropis dataran rendah. Di kabupaten ini juga terdapat Taman Nasional Tanjung
29
Putting yang terkenal dengan populasi orangutan liar dan keanekaragaman hayati
yang tinggi.
Secara umum, Kabupaten Tanah Bumbu memiliki iklim tropis dengan suhu
rata-rata berkisar antara 24 hingga 32 derajat Celsius. Musim hujan biasanya terjadi
antara Oktober hingga April, sementara musim kemarau terjadi antara Mei hingga
September.
Bumbu memiliki potensi pariwisata yang menarik. Beberapa tempat wisata yang
populer di kabupaten ini antara lain Pantai Pasir Panjang, Desa Wisata Benua Anyar,
Dibawah ini adalah ruang lingkup perencanaan gambar peta Kabupaten Tanah
30
a. Destinasi pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan yang
masyarakat.
terdiri dari :
31
perjalanan wisatawan serta perilaku wisatawan dalam berwisata di Kabupaten
Tanah Bumbu.
maupun diluar kawasan, yaitu pada usaha sarana dan jasa wisata, antara lain
ODTW
Cakupan Pusat
WPP Tujuan
Wilayah Obyek Wisata Pesisir Pelayanan
Utama
32
ODTW
Cakupan Pusat
WPP Tujuan
Wilayah Obyek Wisata Pesisir Pelayanan
Utama
- Pantai Madani
Metode dibagi menjadi dua tahap, metode pengumpulan data dan metode
analisis. Metode pengumpulan data dibagi menjadi dua jenis, data primer dan data
kedalaman, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus,
kecerahan perairan, kemiringan pantai dan penutup lahan pantai. Data yang diambil
Data sekunder yaitu berupa data dari instansi terkait seperti data curah hujan. Curah
33
hujan yang tinggi akan mengganggu kenyamana dan keamanan wisatawan yang
datang berkunjung kelokasi tersebut. Nelayan yang akan pergi melaut akan terganggu
dengan adanya hujan dan angin. Angin yang bertiup akan berpengaruh terhadap
gelombang sehingga nelayan yang akan pergi melaut menjadi terganggu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa survei langsung, pengukuran,
pemetaan, wawancara dan analisis data. Data yang didapatkan akan dianalisis
Selatan. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114° 19' 33" -
116° 33' 28" Bujur Timur dan 1° 21' 49" - 1° 10" 14" Lintang Selatan. Provinsi
Kalimantan Selatan memiliki 96 obyek wisata diantaranya adalah obyek wisata pantai
yang sangat potensial untuk dikembangkan. Obyek wisata pantai tersebut hanya ada
di 3 kabupaten, yaitu: kabupaten Tanah Laut, kabupaten Tanah Bumbu dan kabupaten
Kotabaru. Potensi wisata pantai yang saat ini sangat potensial untuk dikembangkan
salah satunya adalah Pantai Pagatan yang terletak di Kecamatan Kusan Hilir,
Kabupaten Tanah Bumbu. Pantai Pagatan memiliki hamparan pasir putih yang
terbentang dengan panjang 1,5 km dengan luas area mencapai 1,5 hektare. Pantai
pagatan merupakan salah satu objek yang menjadi wisata andalan di Kalimantan
Selatan.
34
Lokasi penelitian dilaksanakan di lokasi objek wisata di Kabupaten Tanah
………………………
35
3.3.1 Pengumpulan Data Sekunder
wisatawan, peta lokasi, luas lokasi penelitian, masalah dan potensi yang ada,
Pantai Tamarunang
secara langsung dan pencatatan secara sistematik mengenai kondisi yang ada
di Pantai Tamarunang.
36
kondisi sebenarnya, atau dengan kata lain model merupakan representasi dari suatu
sistem nyata, atau juga disebut penyederhanaan dari gambaran sistem yang nyata.
Adapun sistem nyata, merupakan sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan
atau sistem yang dijadikan titik perhatian permasalahan (Ramdhani dan Suryadi,
1998: 82). Jadi dalam penelitian ini, untuk dapat mengatasi permasalahan dalam
tersebut dibentuk dalam sebuah model yang berfungsi sebagai pendukung dalam
pesisir.
37
Tabel 3. 2 Penelitian Terdahulu
menggunakan empat variabel baik dalam proses analisis ataupun pada proses
38
4 Peruntukan wilayah pesisir dalam rencana
meliputi keadaan topografi, jenis tanah, curah hujan, kedalaman efektif tanah, dsb.
konservasi.
39
3.4.3 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk menunjang metode dalam penelitian ini
adalah analisis overlay. Overlay adalah proses tumpang susun peta yang memuat
beberapa informasi serta variabel terkait dengan pemanfaatan ruang (Dahuri, 2001:
164). Dengan proses overlay menggunakan SIG ini akan diperoleh kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan skor tertentu. Hal tersebut akan mempermudah pencarian
ruang dengan sistem map query yaitu hanya dengan 45 memasukan kriteria yang
diinginkan untuk suatu jenis pemanfaatan ruang, maka secara otomatis ruang yang
diinginkan akan ditandai oleh perangkat lunak SIG tersebut melalui visualisasi peta..
Untuk model overlay peta pada penelitian ini, keakuratan dan pola data yang
40
3.5 Analisis Kesesuaian Lahan
a. Kedalaman Perairan
untuk rekreasi di pantai, dimana para penunjang dapat bermain air dan
dasar laut landai (< 25o) merupakan kondisi yang paling sesuai untuk
b. Substrat
41
lumpur maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk
yang mempunyai kecepatan arus > 0,51 m/detik adalah lokasi yang
d. Kecerahan Perairan
42
3.5.2 Faktor Fisik Pantai
a. Tipe Pantai
b. Penutupan Lahan
seperti kelapa dan cemara laut, merupakan kawasan yang sangat sesuai
43
c. Ketersediaan Air
wisata di suatu pantai adalah ketersediaan air tawar. Air tawar selain
untuk konsumsi juga digunakan untuk MCK dan bilas setelah mandi,
bermain air laut dan bermain pasir. Ketersediaan air tawar dilihat dari
44
Kelas S 2 : Sesuai (Moderately Suitable)
biofisiknya, hal ini bertujuan agar pemanfaatan ruang atau lahan tidak
menimbulkan dampak negatif bagi ruang atau kawasan itu sendiri. Matriks
ini sangat penting disusun, karena dari mamiks tersebut akan dapat
diketahui parameter data dan cara menganalisis sampai kepada hasil akhir
45
Tabel 3. 3 Matriks Kesesuaian Untuk Pariwisata Pantai
No Parameter SI S2 S3 N
(Sangat (Cukup (Sesuai (tidak Sesuai)
Sesuai) Sesuai) Marginal)
1 Kedalaman 0-5 dan 5-10 - >10
Dasar landai
perairan
2 Substrat Pasir Karang pasir Karang
berpasir berlumpur berlumpur
3 Kecepatan 0-0,17 0,17-0,34 0,34-0,51 >0,51
arus (m/det)
4 Kecerahan 15-20 10-15 2-20 <5
perairan (m)
5 Tipe pantai berpasir, Berpasir Pasir Lumpur,
landai sedikit berkarang Karang, terjal
sedikit
terjal
6 Penutupan Lahan Semak Belukar Hutan bakau,
Lahan terbuka _ belukar tinggi pemungkiman,
kelapa rendah pelabuhan
7 ketersediaan Jarak 2 km 2,5 km >2,5 km
air tawar <2km
Sumber : Bakosurtanal 1996 dalam Sugianrti, 2000
Dengan demikian untuk pariwisata pesisir maka lahan yang ada dapat
akan ditentukan oleh hasil analisa) yaitu: (i) S1 (sangat sesuai), (ii) S2
(sesuai), (iii) S3 (sesuai bersyarat), dan (iv) N (tidak sesuai). Dari matriks
sebagai berikut:
46
Tabel 3. 4 Sistem Penilaian Kelayakan Untuk Pariwisata Pantai
47
Dengan demikian untuk pariwisata pantai, wilayah yang ada termasuk
Keunggulan sistem informasi geografis adalah adanya integrasi antara data spasial
dan data atribut secara bersamaan. Fungsi-fungsi yang akan dilakukan pada tahap
analisis ini adalah: (1) pencarian / klasifikasi/pengukuran, (ii) operasi tumpang tindih
diperoleh peta yang mendeskripsikan pola penggunaan lahan yang sesuai bagi
kendala pengembangan kawasan ini dapat diperkecil, disamping itu perubahan luas
satu jenis penggunaan tanah untuk kegiatan tertentu pada setiap tempat dapat berbeda
tergantung faktor lokasi. Hal ini dapat dilakukan tentunya setelah diadakan analisis
pemilihan lokasi untuk kegiatan pariwisata di kawasan ini akan memberikan dampak
48
1. Buffer garis pantai 0-300 m
2. Aksesibilitas < 1 km
49
Bab VI
4.1.1 Kedalaman
relative lurus dengan tipe pantai berpasir. Kedalaman perairan pesisir Kabupaten
Tanah Bumbu bervariasi antara 1,5 meter – 300 meter. Sedangkan perairan sekitar
50
4.1.2 Suhu
yang terjadi di dalam air dan pada akhirnya akan mempengaruhi komunitas biologis
didalamnya (Abel, 1989). Suhu perairan laut disepanjang pantai Kabupaten Tanah
51
4.1.3 Kecerahan
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Faktor kecerahan sangat menentukan
bagi kehidupan biota didalam perairan, karena cahaya matahari merupakan sumber
dipengaruhi oleh masukan (limpasan) air sungai yang mengandung atau membawa
lumpur dan bahan organik lainnya dari lahan atas. Bagi suatu perairan, tingkat
kedalaman perairan.
52
4.1.4 Kecepatan Arus
densitas,pasang surut dan aliran sungai (PKSPL – IPB ,2000). Kecepatan arus
diperairan laut sepanjang pantai Kabupaten Tanah Bumbu dipengaruhi oleh angin
dari laut Jawa dengan ketinggian gelombang maksimum 3 m yang terjadi pada bulan
Juli dan Desember. Secara umum pola sirkulasi air diperairan Kabupaten Tanah
Bumbu, sejajar dengan orientasi pantai. Pola ini dapat dikatakan tetap sepanjang
tahun, kecuali pada bulan Agustus arus bergerak kearah sebaliknya. Kecepatan arus
0.17 knot terjadi sekitar air pasang dan 0,51 knot terjadi waktu air surut, sedangkan
53
Gambar 4. 4 Peta Kecepatan Arus
4.1.5 Salinitas
penting dalam mengontrol densitas air laut dan juga mempengaruhi kehidupan biota
laut. Fluktuasi salinitas di suatu perairan dan perbedaan salinitas satu perairan lainnya
karena adanya pengaruh masukan air tawar dan sungai. Salinitas rata-rata pada
ppm terdapat pada perairan dekat pantai karena adanya pengaruh masukan air tawar
54
dari sungai di Kabupaten Tanah Bumbu, sedangka salinitas 30 ppm terdapat pada
4.1.6 Angin
Perbedaan angin musim Barat dan angin musim Timur tidak begitu menyolok
keadaan angin sepanjang tahun dominan menunjukkan dari arah barat Barat Daya
sampai Barat Laut. Angin darat dan angin laut sangat berpengaruh pada angin musim.
Angin musim barat pada malam hari diperkuat oleh angin darat sedangkan angin
timur diperkuat oleh angin laut. Angin musim barat berlangsung bulan november
55
sampai dengan maret dengan variasi angin dari barat sampai timur laut. Kecepatan
Angin musim timur berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober, angin bervariasi
dari Barat Daya dan kadang-kadang dari Selatan, kecepatan angin maksimum tetap
ditentukan oleh jenis kegiatan wisata apa yang akan dikembangkan di suatu kawasan.
diukur dengan pemberian bobot dan skor pada parameter (faktor pembatas). Adapun
parameter yang digunakan yaitu : (1) kedalaman dasar perairan, (2) substrat, (3)
kecepatan arus, (4) kecerahan perairan, (5) tipe pantai, (6) penutupan lahan, dan (7)
ketersediaan air tawar. Pemberian bobot didasarkan kepada tingkat kepentingan bagi
Untuk kegiatan wisata pantai seperti berenang dan bermain air serta
sangat menentukan, sehingga kedua parameter ini diberikan bobot paling tinggi yaitu
dengan nilai 20 dan 25 (bobot tertinggi). Sedangkan jenis substrat yang ada di beri
bobot 15, sementara parameter kecerahan, penutupan lahan dan ketersediaan air tawar
56
mempunyai bobot lebih kecil yaitu 10, karena parameter pembatas ini bisa diatasi,
seperti ketersediaan air tawar dapat diatasi dengan mendatangkan air tawar dari
daerah lain, sedangkan penutupan lahan tidal begitu masalah asalkan di kawasan
tersebut ada pantai berpasir, demikian juga dengan pembatas lainnya yang memiliki
bobot yang sama. Perbedaan pembobotan ini selain ditentukan oleh besarnya tingkat
pengaruh terhadap kegiatan, juga ditentukan oleh pemberian syarat minimal, syarat
optimal dan syarat ideal bagi pengembangan kegiatan pariwisata di suatu kawasan.
pantai seperti berenang dan kegiatan lainnya. Semua parameter yang ada
walaupun diantara parameter pembatas ada yang termasuk kategori S2 dan S3,
b. Sesuai (S2)
57
c. Sesuai Bersyarat (S3)
dijadikan pengembangan kawasan wisata pantai, dengan kata lain daerah ini
disebut sesuai bersyarat yakni apabila lokasi ini ditetapkan sebagai kawasan
58
Gambar 4. 6 Peta Kesesuaian Pariwisata Bahari
59
Gambar 4. 7 Peta Kesesuaian Pariwisata Pantai
dibantu perangkat lunak ArcMap dengan metode tumpeng susun (overlay) dari
beberapa peta tematik yaitu peta Batimetri,Peta Kecepatan Arus, Peta Jenis
Substrat,Peta Buffer Pantai, Peta Kecerahan dan Peta Administrasi serta Peta
Penggunaan Tanah, diperoleh hasil kesesuain ruang atau lahan untuk kegiatan
60
pariwisata pantai dalam pengertian penggunaan lahan yang dimanfaatkan untuk
oleh bentuk respon yang timbul dari masyarakat, sehingga dapat diketahui apa dan
pelakunya serta pada situasi dan kondisi yang bagaimana hal tersebut dapat
dilakukan.
sebagai nelayan, petani, pedagang dan tokoh masyarakat, menyadari akan arti penting
sumber daya pesisir dan laut yang mereka miliki bagi kelangsungan kehidupan dan
mata pencaharian mereka. Sebagian besar Responden (78%) menyatakan setuju bila
usaha baru, membuka lapangan kerja dan memasarkan hasil pertaninan dan industri
setempat.
61
Sebagian besar responden menyatakan bahwa kegiatan wisata selain dapat
juga dapat merusak adat budaya dan tradisi masyarakat. Responden mengharapkan
agar kegiatan wisata yang dikembangkan adalah wisata pantai yang menjunjung nilai-
nilai agama dan wisata yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat.
wilayah berkaitan erat dengan pemanfaatan ruang untuk pariwisata, kesesuain lahan
dan daya dukung kawasan. Semakin besar kegiatan pariwisata disuatu kawasan, maka
semakin luas dampak yang ditimbulkannya. Dengan pemanfaatan ruang yang tepat
dan kesesuaian lahan serta daya dukung yang memadai, maka semakin tepat ruang
yang dimanfaatkan sesuai peruntukkannya dan semakin tinggi kesesuaian lahan serta
semakin besar daya dukung, tentunya akan semakin banyak pula jumlah wisatawan
yang datang, dan semakin meningkat kegiatan pembangunan fisik bagi penyediaan
sarana dan prasarana, yang pada akhirnya akan mengakibatkan semakin besar pula
berdasarkan luas dan arah serta objek yang terkena dampak, dalam penelitian ini
62
dampak kegiatan pariwisata bagi masyarakat lokal dan wilayah dilakukan dengan
berupa peluang dan ancaman ( Opportunities dan Threats) dan disingkat dengan
kekuatan dan kelemahan (Strenghs dan Weaknesses) yaitu disingkat dengan IFAS
peluang.
ancaman.
ancaman.
63
Berdasarkan teknik penentuan strategi diatas, menyajikan konsep penanggulangan
Masyarakat
64
Tabel 4.2 Formulasi Strategi Antisipasi Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Wilayah
Berdasarkan analisa SWOT diatas dapat dirumuskan berbagai strategi yang dapat
masyarakat lokal
kerja lokal dalam kegiatan proyek memberi peluang dan pembinaan usaha
masyarakat
65
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, melalui kegiatan penyuluhan
masyarakat.
3. Penguatan peranan dari kelembagaan yang ada melalui kegiatan adat dan
masyarakat
sangsi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, L., & Satria, A. (2017). Pengembangan Pariwisata Budaya di Desa Wisata
208.
Ronting, I. A., Prasetya, J. D., & Santoso, D. H. (2021). Evaluasi Kesesuaian Lahan
Wunani, D., Nursinar, S., & Kasim, F. (2013). Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Fauzi, Y., Susilo, B., & Mayasari, Z. M. (2009, December). Analisis Kesesuaian
67
dan Sistem Informasi Geografis (SIG). In Forum Geografi (Vol. 23, No. 2,
pp. 101-111)
Suryono, H. (2020). Kesesuaian Lahan Objek Wisata Pantai Labuan Lemo Di Desa
Wati, H. K., & Arifien, M. (2019). Analisis Daya Dukung Kawasan dan Kesesuaian
8(2), 101-108.
Hasanuddin).
68