Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api Tahun 2019-2039 dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan untuk memberikan pembenaran
secara akademis dan sebagai landasan pemikiran atas materi pokok Rancangan
Peraturan Daerah dimaksud, didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap substansi
materi muatan yang terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan dan materi
teknis penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Kawasan Terpadu
Tanjung Api-api, serta kebutuhan hukum masyarakat akan pengaturan dan pemanfaatan
ruang. Adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil eksplorasi
studi kepustakaan, pendalaman berupa tanya jawab atas materi secara komprehensif
dengan para praktisi dan pakar di bidangnya serta diskusi internal tim yang dilakukan
secara intensif.
Kelancaran proses penyusunan Naskah Akademik ini tentunya tidak terlepas dari
keterlibatan dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran,
ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu,
terima kasih atas ketekunan dan kerjasamanya.
Semoga Naskah Akademik ini bermanfaat bagi pembacanya.
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 LUAS ADMINISTRASI KAWASAN TANJUNG API-API ................................................... 5
Tabel 2.1 Keterkaitan Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Rinci Tata Ruang .................. 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Wilayah Perencanaan .................................................................................... 6
Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang WIlayah Provinsi Sumatera Selatan ......................74
Gambar 2.2 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Sumatera Selatan .........................................74
Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyuasin ...........................................74
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI.
2.1.2 Konsep Penataan Ruang
Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang didalamnya
memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia, maka ditempuh
melalui penyelenggaraan penataan ruang yang terdiri dari 4 (empat) proses utama, yakni
:
a. Pengaturan, upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan ruang.
b. Pembinaan, upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oeh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
c. Pelaksanaan, upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemenfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
d. Pengawasan, upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, selain merupakan proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan produk yang memiliki
landasan hukum (legal instrument) untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah.
Di Indonesia, penataan ruang telah ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor
26 tahun 2007 yang kemudian diikuti dengan penetapan berbagai Peraturan Pemerintah
(PP) untuk operasionalisasinya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007,
khususnya pasal 3, termuat tujuan penataan ruang, yakni mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Sedangkan sasaran penataan ruang adalah :
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap
ingkungan akibat pemanfaatan ruang.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
Tabel 2.1 Keterkaitan Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Rinci Tata Ruang
RTR Pulau/Kepulauan
RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis
Nasional
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
Perencanaan tata ruang sebagai bagian pelaksanaan penataan ruang dilakukan
untuk menghasilkan: a) rencana umum tata ruang , secara berhierarki terdiri dari RTRW
Nasional, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota, dan b) rencana rinci tata ruang,
yang terdiri atas: RTR Pulau/Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Nasional, RTR
Kawasan Strategis Provinsi dan RDTR Kabupaten/Kota dan RTR Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota. Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang karena
mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana memerlukan
perincian sebelum dioperasionalkan. Rencana detail tata ruang dapat dijadikan dasar
penyusunan peraturan zonasi.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan ialah terpeliharanya proses ekologi yang esensial, tersedianya
sumber daya yang cukup, dan lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai (Otto,
2006)
Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yakni ekonomi, sosial,
dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak
bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab –
akibat. Hubungan ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil
(equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan
(viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus
bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial , dan lingkungan akan
menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable).
Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pernatian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan istribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosla dan kegiatan ekonomi. Hal
ini menunjukan bahwa kota dibandingkan desa memiliki kelebihan dalam hal kemampuan
finansial dan ekonomi, kualitas manusia dan modal sosial. Kota sebagai pusat kegiatan
perekonomian memiliki sumber pendapatan yang lebih dan dapat disalurkan untuk
investasi di bidang pengelolaan lingkungan.
Kota memiliki karakter yang berbeda dengan desa dan masing-masing kota
memiliki ciri lingkungan yang spesifik sesuai fungsi dan perannya dalam sistem perkotaan
yang tercermin pada kegiatan yang berlangsung di kota tersebut. Kegiatan yang
berlangsung kota akan mempengaruhi kebutuhan sumberdaya alam seperti air, lahan,
makanan dan lainnya. Sumber alam lain yaitu ruang, waktu, keanekaragaman hayati.
Ruang memisahkan makhluk hidup dengan sumber bahan makanan yang dibutuhkan,
jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan
populasi. Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Hewan mamalia di padang pasir, pada musim kering apabila persediaan air habis
dilingkungannya, maka harus berpindah ke lokasi yang ada sumber airnya.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
Keanekaragaman juga merupakan sumberdaya alam. Semakin beragam jenis makanan
suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan
yang dapat memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya suatu spesies yang hanya
tergantung satu jenis makanan akan mudah terancam bahaya kelaparan
Pembangunan kota yang berkelanjutan menurut Salim [1997] adalah suatu
proses dinamis yang berlangsung secara terus – menerus, merupakan respon terhadap
tekanan peruahan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Proses dan kebijakannya tidak sama
pada setiap kota, tergantung pada kota – kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep
tersebut saat ini adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan
sistem politik dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga
pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud.
Menurut Budihardjo, E dan Sudjarto, DJ [2009], kota berkelanjutan didefinisikan
sebagai kota yang dalam pengembangannya mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya masa kini, mampu berkompetisi dalam ekonomi global dengan
mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan
keamanannya tanpa mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang
dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Menurut Research Triangle Institute, 1996 dalam
Budihardjo, 2009 dalam mewujudkan kota berkelanjutan diperlukan beberapa prinsip
dasar yang dikenal dengan Panca E yaitu Environment (Ecology), Economy
(Employment), Equity, Engagement dan Energy.
Seiring berkembangnya konsep kota berkelanjutan, berkembang pula
konsepkonsep yang mendukung implementasi konsep keberlanjutan itu sendiri
diantaranya adalah Green City, Self-Sufficient City, Zero-Waste City, Green
Transportation, Eco2City dan Resilient City. Pada dasarnya keenam konsep tersebut
memiliki keterkaitan satu sama lain dan saling melengkapi.
1. Green City
Saat ini, lebih dari setengah populasi dunia tinggal dan berkegiatan di kawasan
perkotaan. Pertumbuhan sebuah kota merupakan hal yang tidak terelakkan.
Pertumbuhan kota akan menumbuhkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan
standar kehidupan masyarakat kota, namun di sisi lain, pertumbuhan ini juga akan
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan. Dalam sebuah publikasi Asian
Development Bank bertajuk Green Cities (S. Chander, 2012), menyatakan bahwa kota-
kota dunia menyumbang 70% emisi karbondioksida dari keseluruhan emisi dunia yang
menyebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, muncul konsep Green City, dimana
terdapat keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, konservasi lingkungan dan
kesetaraan sosial.
Green City mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, didukung oleh sektor terkait dan
selaras dengan perencanaan kota. Jika konsep Green City dapat dijalankan, maka di
masa depan lingkungan kota yang sehat akan tercapai namun produktivitas dan
lingkungan kompetitif dalam kota tetap terjaga. Dengan kata lain, kota hijau harus
menyeimbangkan pertumbuhan dan pengembangan aspek lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi dan politik yang ada di dalam kota.
Pada tahun 2009, The Economist Intelligence Unit mengadakan riset mengenai
Indeks Kota Hijau Eropa (European Green City Index). Indeks ini mengukur
kelangsungan lingkungan kota kota Eropa saat ini serta melakukan penilaian terhadap
komitmen kota-kota tersebut dalam mengurangi dampak lingkungan dari visi dan tujuan
kota. Indeks ini menilai kota dalam delapan kategori yaitu emisi CO 2, energi, bangunan,
transportasi, penyediaan air, pengolahan sampah dan penggunaan lahan, kualitas udara
dan pemerintahan yang sadar lingkungan. Dalam riset tersebut ditemukan bahwa ada
tiga hal yang harus diterapkan untuk melaksanakan konsep Green City yaitu:
1. Meningkatkan pemerintahan yang peka terhadap lingkungan (environmental
governance) untuk memastikan perkembangan yang terjadi sesuai dengan
standar minimal yang ditetapkan
2. Menggunakan teknologi tinggi yang dapat menurunkan kerusakan
lingkungan
3. Memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan kota
yang berkelanjutan (Economist Intelligence Unit, 2009).
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
Green World City, salah satu organisasi yang bergerak dalam pengembangan
kota berkelanjutan khususnya dalam pengembangan kebijakan kota, menyatakan:
Terdapat 10 (sepuluh) komponen yang harus terintegrasi untuk membangun
kota hijau yaitu pemanfaatan lahan yang berkelanjutan, bangunan ramah lingkungan,
energi terbarukan dan efisiensi energi, udara bersih, pengelolaan air bersih, pengelolaan
sampah, sanitasi dan kesehatan, kebijakan terkait lingkungan, transportasi ramah
lingkungan dan pengembangan ekonomi berbasis lingkungan (Green World Cities,
2015).
Pengembangan konsep kota hijau memerlukan perencanaan yang matang dari
segala aspek. Aspek lingkungan mendapatkan perhatian yang sama dengan aspekaspek
lainnya. Dalam pengembangan konsep Green City, semua aktifitas perkotaan diharapkan
dapat meminimalisasikan pengeluaran emisi karbon ke udara dan mempertimbangkan
keberlangsungan lingkungan hidup. Sejalan dengan publikasi Green World City, Asian
Development Bank mengeluarkan sebuah publikasi bertajuk Green City. Dalam publikasi
tersebut dijelaskan bahwa Green City ada 6 tipe investasi yang harus disediakan untuk
mencapai tujuan kota hijau dan memastikan kelangsungan lingkungan kota dalam jangka
panjang yaitu, sistem transportasi rendah karbon, sektor industri ramah lingkungan,
bangunan dengan pemakaian energi yang efisien, penghijauan dalam kota, infrastuktur
yang ramah lingkungan dan tahan lama serta sistem intelijen yang berteknologi tinggi
(Michael Lindfield and Florian Steinberg, 2012).
2. Self-sufficient City
Self-sufficient city merupakan sebuah konsep dimana sebuah kota dapat
memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan menggunakan sumber daya yang
dimilikinya sendiri. Prinsip ini sangat terkai dengan ketahanan pangan dan penyediaan
kebutuhan energi baik yang digunakan langsung di permukiman masyarakat maupun
yang digunakan oleh perkantoran maupun alat transportasi umum (www.dac.dk diambil
pada tanggal 30 Maret 2015). Pengembangan self-sufficient city akan sangat bergantung
dengan teknologi yang tinggi dan relatif mahal. Dengan prinsip ini, kegiatan kota
diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dengan mengurangi jarak tempuh yang
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
digunakan pengiriman bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari lainnya serta dengan
teknologi energi yang lebih ramah lingkungan.
Prinsip ini dimulai dari unit terkecil sebuah kota yaitu Green building yang
didefinisikan oleh GGGC (Governor’s Green Governor Council) sebagai bangunan yang
konstruksi dan masa operasinya menjamin kelestarian lingkungan dengan tetap
merepresentasikan penggunaan paling efisien dari tanah, air, energi, dan sumber daya.
Sedangkan oleh Karolides didefinisikan sebagai pendekatan yang memiliki pendekatan
holistik, mulai dari memprogram, merencanakan, mendesain, dan merekonstruksi
bangunan dan tapak. Termasuk didalamnya adalah menghubungkan isu seperti
perubahan iklim, atau penggunaan material, dan mengoptimalkan aspek-aspek tersebut
supaya tidak merugikan lingkungan. Solusi optimumnya adalah meniru secara efektif
sistem dan kondisi alam mulai dari tahap pra-pembangunan hingga pembangunan
selesai. Kunci untuk mencapai tujuan dari desain green building meliputi :
a. Mengurangi demand akan energi dan penggunaannya.
b. Mengimprove kualitas udara dan lingkungan.
c. Mengoptimalkan biaya operasi dan pemeliharaan dan memperpanjang masa kerja
bangunan.
d. Meminimalkan konsumsi air.
e. Menggunakan sumber daya dan bahan baku secara efisien.
f. Meminimalkan dampak pembangunan terhadap ekologi.
g. Mengelola dan meminimalkan sampah dan limbah selama masa konstruksi.
3. Zero-Waste City
Konsep Zero-Waste City merupakan konsep dimana setiap sampah dan sisa
yang dikeluarkan atas aktivitas manusia dapat diolah kembali untuk menjadi sesuatu hal
yang berguna. Penerapan konsep ini memerlukan teknologi tinggi yang dapat mengubah
sampah menjadi suatu hal yang sangat berguna seperti energi kelistrikan tanpa
menghasilkan sampah atau limbah lainnya. Secara singkat, zero
waste city merupakan suatu kota yang melakukan 100% recycle and recovery
dari seluruh sumber daya material sampah dan limbah (Zaman, 2011). Berdasarkan studi
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
yang dilakukan oleh Zaman (2011), terdapat 5 aspek utama yang paling penting dalam
mentransformasi suatu kota menjadi zero waste city, yaitu terjangkau dari konteks
ekonomi-sosial, dapat di-manage dari konteks sosio-politik, dapat diterapkan dari konteks
politik-teknologi, efektif dan efisien dari konteks ekonomiteknologi, dan keseluruhannya
harus memberikan dampak baik untuk kelestarian lingkungan.
4. Green Transportation
Sistem transportasi yang ada saat ini bertumpu pada keberadaan bahan bakar
fosil dengan tingkat emisi yang cukup tinggi. Sistem transportasi yang ramah lingkungan
dapat menjadi satu alat untuk membangun kota yang berkelanjutan dengan
pengintegrasian infrastruktur transportasi kota dan parameter tata guna lahan seperti
skala kegiatan, intensitas pemanfaatan lahan, tipe pengembangan lahan sehingga dapat
mengurangi emisi karbon yang dihasilkan sektor transportasi. (Michael Lindfield and
Florian Steinberg, 2012).
Dalam penerapan green transportation, pembuat kebijakan harus
memperhatikan 4 langkah yaitu menghubungkan dan mengintegrasikan perencanaan
dan implementasi, pembangunan jalan arteri dan kolektor dikembangkan pada area
pembangunan. menyusun desain dan panduan yang konsisten dengan kebutuhan dan
tujuan penduduk, temasuk penduduk berpendapatan rendah serta menyediakan
angkutan umum massal yang efisien dan ramah lingkungan. Alternatif lain adalah
memberdayakan bersepeda dan berjalan kaki sebagai moda utama dalam berpindah.
Contoh eksisting dapat dilihat di Kopenhagen, bahwa dengan moda berjalan kaki dan
bersepeda dan mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi telah membuat
perbedaan besar dalam membuat Kopenhagen menjadi kota yang jauh lebih
berkelanjutan daripada 20 tahun yang lalu.
Pengembangan konsep Green Transportation sangat berkaitan dengan tata
guna lahan yang berkelanjutan (sustainable land use) dapat dicapai dengan didukung
oleh penyusunan kebijakan tata guna lahan yang baik, penyusunan dokumen rencana
yang ramah lingkungan, penyediaan ruang terbuka hijau dan konservasi
keanekaragaman Hayati
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
5. Eco2 City
Konsep Eco2 City merupakan konsep yang mensinergiskan hubungan antara
ecological city dan economic city. Eco2 city telah terbukti di beberapa negara baik maju
maupun berkembang dapat meningkatkan keefisiensian sumber daya untuk kepentingan
ekonomi sekaligus mengurangi tingkat polusi dan limbah. Dengan menerapkan konsep
eco2 city, mereka telah mengimprove kualitas hidup masyarakatnya, meningkatkan daya
saing dan daya tahan ekonomi, memperkuat kapasitas fiskal, dan memberikan manfaat
bagi kaum miskin perkotaan (World Bank, 2012). Kota-kota dengan konsep tersebut lebih
tahan terhadap ketidakstabilan ekonomi dan lebih menarik untuk investasi dan bisnis.
Eco2 city merupakan pendekatan untuk pembangunan kota yang berkelanjutan,
dengan berlandaskan terhadap 4 prinsip, yaitu :
a. A city based approach, yang memungkinkan pemerintah lokal untuk memimpin
proses pembangunan dengan memperhatikan kapasitas ekologi daerah mereka.
b. An expanded platform for collaborative design and decision making, yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan dan mensinergiskan tindakan para stakeholder kunci
dalam kegiatan pembangunan.
c. A one-system approach, yang mengintegrasikan dan menselaraskan kegiatan
perencanaan, desain, dan manajemen sistem perkotaan.
d. An investment framework that values sustainibility and resiliency, dengan
mempertimbangkan analisis siklus hidup dan nilai dari semua aset modal
(manufaktur, alam, manusia, sosial) dan melakukan penilaian resiko dalam setiap
pengambilan keputusan.
6. Resilient City
Konsep resilient city muncul dalam menghadapi isu perubahan iklim dimana
sebuah kota mampu menghindari atau bangkit kembali dari kejadian yang merugikan
atau bencana besar yang terbentuk dari interaksi antara kerentanan dengan kapasitas
adaptif (Grosvenor, tanpa tahun). Kemampuan suatu kota untuk mendukung kegiatan
manusia dengan menghadapi berbagai ancaman seperti perubahan iklim, pertumbuhan
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
populasi, dan globalisasi sangat ditentukan oleh ketahanan (resilience) kota tersebut.
Ketahanan suatu kota akan meningkat saat mereka memiliki kapasitas adaptif yang
meningkat, dan menurun saat mereka semakin rentan. Menurut ICLEI (International
Council for Local Environmental Initiatives), resilient city adalah suatu kota yang
mendukung pembangunan sistem ketahanan yang lebih besar untuk suatu kota, baik
dalam kelembagaan, infrastruktur, ekonomi, dan sosial.
Terdapat beberapa jenis kerentanan yang disebutkan oleh Grovernor, yaitu
rentan terhadap iklim, lingkungan, sumber daya, infrastruktur, dan komunitas. Resilient
city harus mampu untuk mengurangi tingkat kerentanan terhadap 5 hal tersebut, dan
merespon secara dinamis terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk
meningkatkan keberlanjutan jangka panjang. Sedangkan kapasitas adaktif memiliki lima
kunci utama, yaitu pemerintahan, institusi, teknologi, sistem perencanaan, dan struktur
perekonomian. Kelima hal tersebut merupakan kunci yang harus di-improve untuk
meningkatkan performa dari resilient city.
Berdasarkan sustainability.about.com, terdapat 11 prinsip dari desain resilient
city, yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan resilient city perlu untuk meningkatkan kepadatan dan keragaman dari
penggunaan lahan, pengguna, jenis bangunan, dan ruang terbuka.
2. Lingkungan resilient city harus memprioritaskan berjalan kaki sebagai moda utama
perjalanan, yang juga dapat menciptakan kualitas hidup individu yang baik.
3. Lingkungan resilient city membangun jalan yang berorientasi pada sistem transit.
4. Lingkungan resilient city memfokuskan konservasi energi dan sumber daya,
meningkatkan dan menciptakan ruang yang kuat dan bersemangat, yang
merupakan komponen signifikan dari struktur lingkungan dan identitas komunitas.
5. Lingkungan yang diciptakan harus menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan
jarak maksimal 500 meter.
6. Lingkungan resilient city mengkonservasi dan meningkatkan kelestarian alam dan
me-manage dampak dari perubahan iklim.
7. Lingkungan resilient city harus meningkatkan keefektifan dan keefisienan serta
keamanan dari sistem dan proses industri, yang mencakup manufaktur,
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
transportasi, komunikasi, dan konstruksi infrastruktur, serta mengurangi
dampaknya terhadap lingkungan.
8. Resilient city memiliki sumber daya dan bahan baku yang mereka butuhkan dalam
radius yang dekat, yaitu 200 kilometer.
9. Pembangunan resilient city membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh anggota
komunitas.
10. Resilient city merencanakan dan mendesain suatu kota yang daya tahannya
sepadan dengan tekanan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang meningkat terkait
dengan dampak perubahan iklim dan kelangkaan minyak.
11. Resilient city membangun tipe bangunan dan bentuk kota yang merudiksi biaya
pelayanan dan dampak terhadap lingkungan.
1) Neighborhood Unit
Konsep pengembangan pola ruang neighborhood unit, merupakan konsep di
mana semua pergerakan aktivitas penduduknya diharapkan dapat dilakukan dalam skala
lingkungan yang kecil sehingga dapat mengurangi pergerakan yang masif. Konsep ini
tepat untuk diterapkan pada zona perumahan. Ciri-ciri dari neighborhood unit ini antara
lain:
a) Social integrity, yaitu terbentuknya integritas sosial antar penduduk, yaitu
adanya kebersamaan, rasa tempat, identity, unity, sense of belonging.
b) Sharing system, merupakan dasar dari kesatuan (unity):
c) Tempat tinggal bersama (common residences)
d) Penggunaan pelayanan bersama
e) Perhatian terhadap kejadian di lingkungan dan mau membela kepentingan
bersama
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
f) Pelayanan lingkungan yang dioperasikan sendiri (self operated
neighborhood services), misalnya sampah, siskamling, dll. Catatan: (NU
untuk desentralisasi pelayanan + pengurangan transport)
g) Bertetangga, berkembang dalam waktu yang lama dengan bersosialisasi
melalui tukar, pinjam, bantu, tukar info, persahabatan.
h) Pemerintahan, skala lingkungan RT/RW.
i) Swasembada (self-containment), minimum pelayanan sehari-hari dalam
jarak dekat.
Pada konsep ini, pengembangan jaringan jalan mengikuti fungsi kegiatan,
contohnya kegiatan primer akan dilayani oleh jalan primer baik arteri maupun kolektor,
begitu pula dengan kegiatan sekunder akan dilayani oleh jalan sekunder, dan seterusnya.
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
6. Menarik orang-orang yang bergerak dengan perantara ruang publik sebagai
ruang pengumpul melalui fasilitas transportasi.
7. Mengutamakan faktor keselamatan sebagai fundamental bagi keberhasilan
ruang publik, termasuk tempat transit dengan keragaman penggunanya.
8. Mengoptimalkan variasi dan kompleksitas fungsi lahan dan jenis kegiatan
yang terjadi sehingga memberikan perasaan positif bagi penggunanya dan
memperkuat karakter suatu tempat.
9. Membuat hubungan antar ruang kota yang terintegrasi dengan baik dan
saling mendukung antara tempat transit dengan kawasan.
10. Menghidupkan kembali jalur-jalur pejalan kaki dengan fasilitas pejalan kaki
senyaman mungkin, tersinergi dengan rencana perkotaan.
11. Mengintegrasikan fungsi-fungsi kawasan transit dan fasilitas transit dengan
pola perencanaan kota agar saling bersinergi.
12. Memperhatikan pergerakan kendaraan pribadi dan areal parkir demi
mendukung fungsi kawasan transit secara optimal.
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
7. Mendorong terciptanya infiltrasi dan peremajaan daerah di sekitar koridor
transit dan lingkungannya
Agar konsep Transit Oriented Development (TOD) berjalan, orientasi kepada
pemakai atau populasi yang dilayani penting untuk diperhatikan. Besaran kepadatan
populasi menurut Calthorpe (The New Urbanism, 1993) adalah kurang lebih 2000 rumah;
93.000 m2 ruang komersial ruang terbuka, sekolah, dan fasilitas umum terletak dalam
jangkauan 350 meter berjalan kaki dari stasiun atau terminal dan pusat komersial atau
kira-kira meliputi 48 Hektar. Diperkirakan kepadatan minimal tiap titik transit 160
jiwa/hektar atau 10-15 unit per 0.4 Hektar (Calthorpe, 1993 dan Katz, 1994).
Ukuran dari TOD ditentukan melalui radius rata-ratanya. Radius rata-rata 600
meter diperlukan untuk membentuk suatu jarak nyaman bagi pejalan kaki (10 menit
berjalan). Kawasan TOD harus diletakkan berdekatan dengan jalan yang memiliki rute
bus terbesar ke berbagai tujuan. Cukupnya aksesibilitas kendaraan sangat diperlukan
untuk memudahkan akomodasi penghuni menuju lokasi perhentian transit.
Populasi TOD tidak hanya dilayani oleh titik transit, melainkan dalam arti lebih
luas dengan pelayanan jaringan sehingga dapat bekerja di bagian lain tanpa ada kendala
waktu perjalanan. Waktu perjalanan maksimal adalah 1 jam perjalanan dengan selang
waktu di bawah 5 menit yang menjadi ketentuan minimal pelayanan TOD. Struktur utama
TOD adalah penataan kawasan menggunakan pola radial dengan node yang merupakan
pusat lingkungan yang difokuskan pada fungsi campuran dengan pusat komersial, fungsi
publik, dan perhentian transit sebagai pusat orientasi. Dengan pola radial, jarak dan
waktu tempuh menuju pusat akan menjadi lebih singkat. Area yang mengelilingi TOD
disebut sebagai secondary area yang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan
rendah.Transit Oriented Development memiliki beberapa konsep:
1. Urban Transit Oriented Development: TOD dengan konsep ini dilokasikan di
dekat jaringan transportasi kota tingkat pertama, umumnya berupa kereta atau
jalur bus ekspres. Urban TOD berlokasi pada jaringan jalan yang tersibuk dari
suatu jaringan lalu lintas, sehingga dikembangkan dengan intensitas komersial
yang tinggi dengan kepadatan hunian sedang. Konsep TOD ini cocok dengan
daerah yang bersifat pembangkit lingkungan kerja (job-generating).T OD
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
menyediakan akses langsung untuk tiap penumpang pada jalur transportasi
utama tanpa perlu berganti kendaraan dengan radius sekitar 1.25-2.5 km dari
stasiun.
2. Neighborhood Transit Oriented Development: Berlokasi sekitar jaringan transit
kota tingkat lingkungan, yaitu jalur bus lokal dengan jangkauan tempuh transit
200 meter (tidak lebih 10 menit). Lingkungan yang dilayani oleh neighborhood
TOD ini adalah lingkungan yang mempunyai daerah pemukiman
berkepadatan sedang/rendah yang dilengkapi oleh toko-toko yang
berorientasi pada pasar lokal berupa yang dilengkapi fungsi retail, hiburan,
area umum, rekreasi dan pelayanan berskala lingkungan.
Dalam pengembangannya, kawasan yang menggunakan konsep Transit
Oriented Development harus memiliki beberapa struktur dan fungsi guna lahan yang
menjadi area pengembangan dalam mendukung fasilitas transit, yaitu:
1. Fungsi publik. Fungsi publik diperlukan untuk melayani penduduk/residen
dan para pekerja di kawasan TOD dan daerah-daerah sekitarnya. Tempat
parkir, plasa, zona hijau, gedung-gedung publik, dan pelayanan publik dapat
digunakan untuk mengisi kebutuhan tersebut. Parkir umum dan plasa kecil
harus disediakan dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Lokasinya berada
dalam jarak terdekat dengan titik transit dengan jangkauan 5 menit berjalan
kaki.
2. Pusat area komersial. Inti perniagaan di pusat setiap TOD adalah hal
esensial karena memungkinkan sebagian besar penduduk dan pekerja
berjalan atau mengendarai sepeda bagi banyak barang-barang dan
pelayanan dasar. Pengguna transit memilih pergi ke toko akan pergi pada
sekian mil yang lebih singkat serta dapat menghindari menggunakan jalan
arterial untuk perjalanan lokal. Area komersial inti juga menyediakan
destination (tempat tujuan) mixed
use yang membuat pengguna transit menggunakan perhentian transit bila
dikombinasikan dengan peluang-peluang retail, pelayanan/jasa,
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
perkantoran, mall, dan tempat pertemuan. Pusat area komersial ini juga
dialokasikan dalam jangkauan 5 menit berjalan kaki.
3. Area permukiman. Berada pada jarak perjalanan pejalan kaki dari area pusat
komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan
dengan variasi tipe permukiman, termasuk single family housing, town
house,
condominium, dan apartment.
4. Area sekunder. Berdekatan dengan TOD, berjarak lebih dari 1 mil dari pusat
area komersial. Jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa akses
langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersial dengan
seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang
lebih rendah dari fungsi single family housing, sekolah umum, taman
komunitas, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan
parkir.
5. Fungsi-fungsi lain yang secara ekstensif bergantung pada kendaraan
bermotor, truk, atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada
di luar kawasan TOD dan area sekunder
Titik transit dilihat sebagai awalan maupun akhiran dalam pergerakan.
Pengaturan letak fasilitas transit menjadi faktor penting karena titik transit berperan
sebagai titik temu dari berbagai jenis angkutan yang erat kaitannya dengan penataan
distribusi kegiatan yang ada dalam kawasan yang memiliki peruntukkan campuran, agar
tercapai keseimbangan sirkulasi dan intensitas yang merata baik untuk sirkulasi
kendaraan maupun pejalan kaki (Barnett, 1982).
Dikaitkan dengan sistem tautan, titik transit merupakan daerah tujuan sebagai
titik awal pergerakan kawasan. Yang perlu diperhatikan dalam penataan adalah:
a. Lokasi jalur transit. Memiliki potensi untuk ditingkatkan kepadatannya
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Pada jalur
tersebut harus disediakan lahan yang memadai untuk TOD yang dapat
melayani akses ke jalur tersebut. Sebaiknya berada pada jalur transit moda
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
transportasi atau rute kendaraan umum dengan waktu transit (frekuensi
perjalanan) 10 menit.
b. Lokasi perhentian transit. Lokasi perhentian transit terletak pada jalur transit
utama yang direncanakan atau pada lokasi yang dilewati feeder bus dalam
jarak 10 menit dari halte ke jalan utama. Jaringan jalan utama yang dilewati
oleh sistem transit cepat lainnya seperti kereta api ekspress, bus ekspress
dengan tenggang waktu pelayanan antara 15 menit dari setiap
pemberangkatannya. Harus tersedia ROW yang resmi dari masing-masing
jenis alat transportasi dengan tujuan memastikan waktu pemberangkatan
dan jalur transit yang bebas hambatan.
c. Fasilitas perhentian transit. Berupa tempat untuk transit yang berfungsi
mengakomodasi pelayanan naik turunnya penumpang, kedatangan dan
keberangkatan moda, tempat tejadinya transfer penumpang dari satu moda
ke moda lainnya, serta tempat pertemuan intermoda (angkot, kendaraan
pribadi, ojek, becak, pejalan kaki). Kebutuhan kawasan permukiman di
sekitarnya dilayani oleh fasilitas pada skala pelayanan stasiun seperti fungsi
sirkulasi dan parkir, fasilitas umum, serta fasilitas sosial. Perhentian transit
harus menyediakan halte untuk pedestrian, fasilitas untuk penumpang, dan
fasilitas yang diperlukan oleh pengantar jemput.
d. Akses menuju perhentian transit. Jalan-jalan menuju ke perhentian transit
harus direncanakan agar fasilitas pedestrian yang menyebrangi jalan menuju
perhentian transit menjadi aman dan nyaman. Area parkir dan area turunnya
penumpang dari mobil dan bus berdekatan dengan stasiun dan pedestrian.
Dalam merencanakan jaringan jalan, aksesibilitas ke perhentian transit harus
menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kuantitas masyarakat yang
memakai fasilitas transit. Penempatan persimpangan jalan dan tanda-tanda
harus mudah dikenali untuk mempercepat akses ke perhentian transit.
e. Jalan dan sistem sirkulasi. Lebar jalan, kecepatan kendaraan dan banyaknya
jalur jalan harus diminimkan dengan tetap memikirkan faktor keselamatan.
Jalannya didesain dengan kecepatan 15 mil/jam atau lebih kurang 37
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
km/jam. Lebar jalur yang direkomendasikan adalah sekitar 24m yang terdiri
dari jalan mobil, pedestrian, dan jalur sepeda dengan penghijauan.
Mempersempit lebar jalan akan memperlambat arus kendaraan sehingga
diharapkan pengemudi akan lebih berhati-hati dan tingkat kecelakaan dapat
ditekan seminim mungkin. Pemakaian lahan untuk jalan yang lebih minim
akan membantu lebih tersedianya lahan untuk landscaping, jalan sepeda,
dan parkir di jalan.
3) Urban Sustainability
Konteks sustainability atau berkelanjutan pada suatu kota merupakan arah yang
diupayakan untuk menyokong kebutuhan manusia dan mendorong pemenuhan
kebutuhan secara kontinu pada level yang lebih baik, dimana lingkungan binaan
mendukung pengembangan personal dan lingkungan (Hill, 1992). Selain itu, pemahaman
lain akan keberlanjutan adalah sebuah evolusi lingkungan, ekonomi dan sosial yang
kontinu. Perkotaan dalam pembangunan yang berkelanjutan merupakan hal yang
signifikan karena kota merupakan satu-satunya tempat dimana penduduk, modal, dan
sumber daya berada dalam sinergi yang dinamis. Terkait dengannya, integrasi dan
keseimbangan kebijakan merupakan hal krusial yang membutuhkan dukungan dari
penduduknya (Mega, 2008).
Konsep kota berkelanjutan memiliki prinsip-prinsip tertentu yang dapat
digunakan untuk melihat pembangunan kota yang menunjukkan ciri-ciri keberlanjutan.
Terkait dengan bentuk kota, kota yang kompak (compact city) di negara-negara maju
dianggap sebagai suatu ciri kota yang berkelanjutan yang ditunjukkan dengan
intensifikasi aktivitas di pusat kota, pembangunan dengan penambahan pada struktur
yang telah ada, kombinasi fungsi-fungsi setiap bagian wilayah kota, penyediaan dan
penyebaran fasilitas, dan pembangunan dengan kepadatan tinggi. Oleh sebab itu, urban
compactness dapat dijadikan salah satu indikator keberlanjutan kota. Selain itu, urban
compactness ini tidak lepas dari hubungannya terhadap transportasi. Konsep compact
city yang menuju kota berkelanjutan juga akan menuju ke transportasi yang
berkelanjutan.
2
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
Menurut Mountain Association for Community Economic Development (MACED),
isu sustainabilitas terbatas pada tiga aspek, yaitu:
1. Ekonomi - ketahanan ekonomi suatu kota dalam menghadapi permasalahan
ekonomi masa kini dan masa depan, dimana manajemen kota harus
menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan melakukan pembiayaan
keberlangsungan kotanya menggunakan pendapatan dari kotanya sendiri.
2. Ekologi - perlunya melestarikan aset-aset alam untuk dapat dirasakan
manfaatnya secara menerus.
3. Ekuitas - perlunya ketersediaan kesempatan yang memadai bagi berbagai
elemen masyarakat untuk berpartisipasi mengembangkan kotanya, baik dari
kesempatan berekonomi, ataupun membuat kebijakan sosial.
Dari aspek tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai
pengembangan kawasan yang berkelanjutan, maka sebuah kawasan harus
meminimalisasi penggunaan sumber daya tak terbarukan, pengarahan penggunaan
pada sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumber daya buatan manusia dan
memperhatikan keberlanjutan kualitas lingkungan dengan memperhatikan penyerapan
limbah lokal dan global.
Prinsip berkelanjutan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri (United Nations World Commission on Environment and Development, 1987)
terutama relasi antara aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi dalam
kerangka pembangunan perkotaan. Ditambahkan oleh Hallmarks of a Sustainable City
(CABE 2009) kota yang merespon perubahan iklim dapat membantu menyelesaikan
permasalahan sosial dan ekonomi, seperti kelangkaan bahan bakar, kepadatan lalu
lintas, dan membawa kualitas hidup yang lebih baik. Secara lebih detail, manfaat
perkotaan yang berkelanjutan dapat dilihat dari bermacam aspek, namun yang utama
terdiri dari 3 aspek yaitu:
1. Segi Lingkungan Perkotaan yang berkelanjutan dapat memfasilitasi
kehidupan masyarakatnya dengan lingkungan yang sehat, sehingga tingkat
kematian dapat dikurangi, dan produktivitas penduduk meningkat, menjaga
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
ketersediaannya ruang terbuka publik, mengurangi pemanasan global,
memudahkan akses penduduk kota, mampu mendaur ulang energi kota dan
memfasilitasi dengan baik penduduknya.
2. Segi Ekonomi Perkotaan yang berkelanjutan mampu menyediakan berbagai
kesempatan bagi para pencari kerja, serta mampu menjadi landmark sebuah
negara, sehingga menarik wisatawan asing untuk berinvestasi di kota ini.
3. Sisi Sosial Perkotaan yang berkelanjutan mampu mewadahi masyarakat
merumuskan kebijakan baru dengan pemerintah untuk memajukan kotanya,
sehingga dapat menjaga stabilitas sosial, selain itu mampu memenuhi
kebutuhan dasar masyarakatnya, sehingga memperkecil kesenjangan sosial.
4) Sense of Place
Place (tempat) adalah Space (ruang) yang memiliki ciri khas tersendiri.
Perbedaan antara keduanya menurut Roger Trancik (1986) adalah, keberadaan space
muncul dari adanya determinasi fisik, dan sebuah space menjadi sebuah place jika
terdapat makna dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya. Makna tempat
tersebut muncul dari benda konkret (bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda abstrak,
yaitu asosiasi kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya. Place
mengandung lokalitas kawasan tersebut. Faktor pembentuk place terbagi menjadi dua,
yakni man-made (buatan) dan natural (alami), atau bisa juga disebut lansekap dan
pemukiman.
Makna tempat (sense of place) merupakan kekuatan non fisik yang mampu
membentuk kesan dalam sebuah tempat (Garnham,1985). Makna tempat tersebut dapat
timbul oleh atribut-atribut sebagai berikut:
1. Aspek lingkungan alamiah dan buatan seperti bentuk lahan dan topografi,
vegetasi, iklim dan air.
2. Ekspresi budaya (misal benteng, istana, masjid), wujud-wujud akibat sejarah
sosial dan tempat sebagai artefak budaya; dan
3. Pengalaman sensoris, utamanya visual yang dihasilkan oleh interaksi
budaya dengan bentang alam eksisting.
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
Aspek lokal menjadi sesuatu yang sangat menonjol, apalagi jika mengandung
keunikan yang tidak ada duanya di tempat lain. Place dapat berbentuk apa saja, antara
lain berupa jalan (street), plaza (square), taman (park), pinggiran sungai (riverfront), jalan
setapak (foothpath), trotoar (pedestrian). Karena ruang-ruang ini dimiliki oleh komunitas
yang lebih luas, maka dinamakan Public Place atau ruang publik. Konsep place
memberikan penekanan pada pentingnya sense of belonging atau rasa kepemilikan yang
memunculkan ikatan emosional antara manusia terhadap tempat tersebut. Inilah
kemudian yang memunculkan adanya sense of
identity atau sense of belonging terhadap kawasan. Menurut Crang, (1998) place
menghadirkan pengalaman orang-orang pada masa lalu yang berlangsung terusmenerus
sepanjang waktu. Rasa kepemilikan terhadap suatu tempat kemudian diekspresikan
dalam bentuk perbedaan fisik atau keunikan yang hadir saat memasuki area tertentu.
Sense of place yang diimplementasikan pada sebuah tempat akan menghadirkan
kenyamanan, menjawab kebutuhan sosial serta terdapatnya arsitektur yang menarik.
Menghadirkan sense of place pada suatu kawasan tidak cukup dengan menghadirkan
karakter fisik pada kawasan tersebut, namun juga memperhatikan apakah lingkungan
sekitar memiliki keunikan dan identitas yang khas, sesuatu yang merekatkan kita
(manusia) dengan tempat sehingga muncul perasaan seolah kita sedang berada di
rumah. Berikut adalah faktor yang turut berperan dalam menciptakan sense of place,
antara lain:
1. Keistimewaan fisik dan tampilan, seperti struktur dan keindahan penampilan
bangunan serta lingkungan.
2. Aktifitas dan fungsi lokal yang unik, menyangkut pula bagaimana interaksi
antara manusia dan tempat, bangunan dan lingkungan, juga budaya
masyarakat.
3. Makna atau simbolisme, yang menyangkut banyak aspek dan sangat
kompleks, seperti wujud bangunan atau lingkungan yang muncul karena
interaksinya dengan masyarakat atau karena aspek fungsional.
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
Sedangkan komponen yang bersifat fisik yang harus diperhatikan untuk
membentuk sebuah place menurut Davies (2000), adalah:
1. Context, posisi dalam hirarki pergerakan akan menentukan seberapa intensif
ruang akan digunakan.
2. Kegiatan yang membatasi ruang, tata guna lahan di sekitarnya, luas tiap
plotnya dan tanda-tanda kehidupan diantara batas-batas bangunan akan
mempengaruhi bagaimana daya tarik ruang tersebut. Batasan di tepi
seringkali merupakan tempat yang paling populer di dalam ruang publik.
3. Kegiatan di dalam ruang yang dapat ditampung oleh suatu ruang sepanjang
waktu di sepanjang tahun.
4. Iklim mikro, orang menginginkan tempat yang nyaman dari aliran angin dan
memiliki prospek kenyamanan dari sinar matahari dengan perlindungan untuk
cuaca terpanas.
5. Skala yang disesuaikan dengan fungsi ruang tersebut.
6. Proporsi, tingkat ketahanan ruang tersebut akan menentukan seberapa baik
ruang bisa didefinisikan. Sense of place akan hilang jika tingkat ketahanan
ruang berkurang.
7. Objek dalam ruang, pohon, perubahan ketinggian, dan public art
menghadirkan place di sekitar tempat-tempat berkumpul bagi orang banyak.
Pada implementasi perancangan, pada dasarnya prinsip perancangan kawasan
yang berbasis pada sense of place adalah bagaimana mengelola potensi kawasan, baik
fisik, sosial, kesejarahan, hingga kultural, menjadi padu dengan karakter dan identitas
kawasan tersebut. Prinsip perancangan kawasan berbasis pada sense of place akan
menggiring terbentuknya kawasan yang unik dan menarik untuk menjadi destinasi.
Secara umum, prinsip perancangan kawasan berdasarkan konsep place seperti yang
ditunjukkan oleh gambar berikut:
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
Sumber: Project for Public Places, 2003
Gambar Prinsip Perancangan berdasarkan Konsep Place
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
dapat direncanakan kemudian jenis dan tingkat aktifitas serta hal-hal lain yang
dapat menunjang tumbuhnya aktifitas tersebut.
3. Mendefinisikan ruang urban melalui rancangan blok dan sempadan
bangunan. Tujuan dari mendefinisikan ruang ini adalah untuk membentuk
visual enclosure yang baik pada ruang urban.
4. Menciptakankan kekontrasan dan keberagaman fungsi maupun visual.
Kekontrasan pada suatu lingkungan membuat suatu tempat menjadi lebih
dikenali. Keberagaman dan kekontrasan suatu tempat yang ditata dengan baik
akan memperjelas “titik awal”, “titik akhir”, di mana kekontrasan tersebut akan
menjadi penekanan (emphasis) pada titik-titik yang dianggap khusus.
5. Pemandangan (view) dan vista. View dan vista berperan dalam menciptakan
kesan bagi pengguna (manusia) melalui pengalaman visual. Contohnya
adalah, koridor yang sempit dan tinggi akan mengundang rasa penasaran atau
bahkan rasa enggan untuk masuk karena takut.
6. Jalan dan parkir. Struktur jalan sangat menentukan bagaimana aktifitas
kawasan akan berlangsung. Pemilahan sirkulasi kendaraan dengan manusia
serta penempatan lokasi parkir yang tepat akan membantu terciptanya jalur
pejalan kaki yang nyaman, aman serta kondusif.
7. Menciptakan lansekap baru yang menarik. Lansekap merupakan elemen
penting untuk menciptakan lingkungan yang menarik. Elemen lunak dari
tanaman akan membantu dalam menciptakan visual enclosure, kontinuitas
dan berperan dalam menjaga iklim mikro lingkungan. Sedangkan hardscape
berupa perkerasan jalan maupun pejalan kaki akan berperan dalam
membentuk karakter lingkungan serta kaitan suatu tempat dengan tempat lain
di kawasan tersebut secara visual.
Aspek-aspek utama dalam menciptakan sebuah place dalam perancangan
dijelaskan dalam tabel berikut.
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
No. Aspek Perancangan Indikator
1 Fungsi dan Aktivitas Orientasi kegiatan.
Kegiatan yang menarik dan menciptakan area
destinasi.
Keberagaman fungsi dan aktifitas (mixed use
development).
5 Karakter, Identitas dan citra Menggunakan potensi lokal sebagai penguat identitas
kawasan
Adanya aktivitas komersial yang partisipatif
Memiliki identitas arsitektur
Ruang publik dan ruang privat terdefinisi dengan jelas
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
No. Aspek Perancangan Indikator
7 Pelayanan (servis) Tersedia ruang parkir yang memadai sehingga tidak
terbentuk kantong-kantong parkir ilegal.
Tersedia fasilitas kendaraan umum dan fasilitas
transportasi lainnya, seperti halte, jaringan jalan yang
baik dan sebagainya.
Sarana infrastruktur tersedia dengan memadai.
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
UU 26/2007 pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa negara
menyelenggarakan penataan ruang sebesar-besar untuk kemakmuran
rakyat.
c. Asas Kebangsaan
Yang dimaksud asas kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak
bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan Perda tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-apimerupakan amanat UU 26/2007
pasal 1 ayat 5 bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Adapun Perda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Pantai Utara merupakan tahapan dari perencanaan tata ruang,
yang pada UU 26/2007 pasal 1 ayat 13
dijelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap
Kawasan Strategis Tanjung Api-apidapat mengacu dengan perencanaan
tata ruang yang dilakukan.
d. Asas Kekeluargaan
Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan perundangundangan harus mencerminkan musyawarah
untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Musyawarah
mengenai pembangunan Kawasan Strategis Tanjung Api-apitelah dilakukan
melalui Focus Group Discussion dan sosialisasi terhadap masyarakat dan
pemerintah daerah.
e. Asas Kenusantaraan
Yang dimaksud asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-
undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
f. Asas Bhinneka Tunggal Ika
Yang dimaksud asas bhineka tunggal ika adalah bahwa materi muatan
peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini
dilakukan dengan menganalisis karakteristik sosial budaya dan ekonomi dari
masyarakat sebagai pertimbangan arahan pembangunan dari Rencana Tata
Ruang Kawasan
Strategis Pantai Utara.
g. Asas Keadilan
Yang dimaksud asas keadilan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional
bagi setiap warga Negara.
h. Asas Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan
Yang dimaksud dengan asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
perundangundangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender,
atau status sosial.
i. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum
Yang dimaksud dengan asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat
mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian. Hal ini
akan dituangkan dalam Perda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Tanjung Api-apipada bagian peraturan zonasi, perizinan, insentif,
dan disinsentif.
3
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
j. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan
Yang dimaksud dengan asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan Negara.
Dalam pembentukan Perda tentang Penataan Ruang Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Api-api juga harus menganut asas-asas penataan ruang yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Asas pelaksanaan
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
1. Keterpaduan yaitu penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah dan lintas pemangku kepentingan. Asas ini diterapkan dengan
menjadikan UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai dasar
pembentukan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api.
Pembentukan Perda ini juga menselaraskan dengan peraturan RTRW
Provinsi Sumatera Selatan serta berbagai peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan yaitu penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan
pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan yaitu penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin
kelestarian dan kelangsungan daya dukung serta daya tampung lingkungan
dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Hal ini dilakukan
dengan menerapkan pendekatan urban sustainability pada pendekatan
penyusunan pola ruang, serta penerapan konsep green city.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan yaitu penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkualitas. Hal ini dilakukan dengan menerapkan konsep waterfront city.
5. Keterbukaan yaitu penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan
akases yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan yaitu penataan ruang diselenggarakan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Hal ini dilakukan dengan metode
kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan.
7. Perlindungan kepentingan umum yaitu, penataan ruang diselenggarkan
dengan mengutamakan kepentingan masyarkat, sesuai dengan UU 26/2007
pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan
ruang sebesarbesar untuk kemakmuran rakyat.
8. Kepastian hukum dan keadilan, yaitu penataan ruang diselenggarakan
dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-
undangan dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan
masyarakat serta melindungi hak dak kewajiban semua pihak secara adil
dengan jaminan kepastian hokum. Kepastian hukum tersebut akan dijamin
dengan adanya Perda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Tanjung Api-api serta peraturan perundangan di atasnya.
9. Akuntabilitas ruang yaitu penataan ruang dapat dipertangungjawabkan, baik
proses pembiayaan, maupun hasilnya.
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
Lahan hasil reklamasi pantai di Singapura sampai saat ini telah dimanfaatkan
menjadi perluasan Changi Internasional Airport, perumahan tepi laut (Waterfront
Residence), pengembangan kawasan CBD (Perkantoran, Perdagangan dan Jasa),
pengembangan pelabuhan dan pengembangan pusat industri dan pergudangan.
In 1960, sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan
di Kawasan Central, direkomendasikan untuk mereklamasi Nicoll Highway dan Collyer
Quay. Penambahan lahan ini diharapkan akan menjadi kesempatan yang baik untuk
perkembangan kota ke depannya. Marina Centre dan Marina South pada tahun 1971
hingga 1985. Selanjutnya di tahun 1980an dan 1990an, lahan tersebut menjadi tempat
berdirinya fasilitas MICE, kawasan perdagangan dan jasa, hotelhotel bintang lima,
shopping mall, dan perkantoran. Pada tahun 2014, Singapura mengeluarkan rencana
reklamasi lanjutan untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk yang meningkat.
Berikut adalah konsep perencanaan tata guna lahan Singapura.
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
1. Pemerintah Singapura akan memmberikan pilihan-pilihan perumahan yang
dilengkapi dengan fasilitas pendukung dan nyaman untuk dihuni. Seiring
dengan perkembangan wilayah di Singapura, kota-kota lama akan
diremajakan
2. Pengembangan kesempatan ekonomi yang merata di setiap sudut
Singapura. Akan ada pembangunan kawasan industri dan kawasan
perdagangan dan jasa yang baru di wilayah utara, selatan, timur dan barat
Singapura
3. Konservasi ruang terbuka hijau untuk rekreasi alam dan menyeimbang
kehidupan masyarakat Singapura
4. Menjaga dan menrevitalisasi bangunan bersejarah dan membangunan
ruang komunitas untuk mewadahi interaksi sosial.
5. Penambahan moda transportasi yang ramah lingkungan dan pada tahun
2030, 80% rumah berada dalam jarak 10 menit ke stasiun MRT.
6. Membangun ruang terbuka publik yang menarik dan dirancang dengan baik.
Peruntukkan lahan di Singapura terdiri dari guna laha perumahan, industri
dan perniagaan, taman dan reservasi alam, fasilitas umum dan sosial,
utilitas, reservoir, infrastruktur transportasi darat, pelabuhan dan bandara,
pertahanan keamanan dan lain-lain. Peruntukkan lahan di Singapura dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Rencana Tata Guna Lahan Singapura
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
Utilities 1.850 2.600
(3%) (3%)
Reservoir 3.700 3.700
(5%) (5%)
Land Transport Infrastructure 8.300 9.700
(12%) (13%)
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
perusahaan multinasional seperti Loreal, ICI Paints, Mattel, Samsung, Unilever, United
Tractors, Akzo Nobel, dan Nissin Mas.
Kawasan ini menawarkan pembangunan industri yang komprehensif dan
bermanfaat untuk hampir semua jenis perusahaan. Salah satunya adalah dengan fasilitas
seperti bangunan pabrik, bangunan three-in-one, bangunan pendukung, gedung R & B,
bangunan Hom & Bizz, gudang dan bangunan industri yang dapat diubah sesuai
kebutuhan. Industri yang paling banyak terdapat di kawasan ini yaitu elektronik, otomotif,
dan kosmetik. Total pendapatan dari kawasan ini sejumlah 3,14 Triliun rupiah, serta total
aset senilai 9,74 Triliun rupiah pada Tahun 2015 (jababeka.com).
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
Selain itu, Kawasan Industri Jababeka dilengkapi dengan dua pabrik pengolahan
air limbah, dengan kapasitas gabungan besarnya hampir 35.000 meter kubik per hari
(dapat ditingkatkan menjadi 42.000 meter kubik), yang sepenuhnya dimiliki dan dikelola
oleh anak perusahaan Jababeka Infrastruktur, yang mengolah air limbah dari penyewa
di kawasan industri.
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
4
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
8. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 mengenai Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Pelabuhan dan Industri Tanjung Api-api
9. Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuasin.
3.1.3 Peraturan Perundang-undangan tentang Reklamasi Pantai
1. Undang- Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Nomor
17/PERMENKP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
2014 tentang Pemerintahan Daerah, meliputi urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar.
Selanjutnya dalam Pasal 12 disebutkan bahwa urusan pemerintah wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri atas 6 urusan yaitu pendidikan, kesehatan,
pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan rakyat, kawasan permukiman,
ketenteraman, ketertiban umum, pelindungan masyarakat, dan sosial. Sedangkan
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar yaitu meliputi
urusan tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pangan,
pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana,
perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi dan UKM, penanaman modal,
kepemudaan dan olah raga, statistic, persandian, kebudayaan, perpeustakaan dan
kearsipan. Selain urusan wajib, terdapat urusan pemerintah pilihan yaitu hal0hal yang
berkaitan dengan kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan
sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi.
Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/Kota. didasarkan pada prinsip akuntabilitas,
efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Berdasarkan prinsip
tersebut, kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi
adalah urusan pemerintahan yanglokasinya lintas Daerak Kabupaten/Kota, urusan
pemerintahan yang penggunanya lintas daerah kabupaten/kota, urusan pemerintahan
yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Dearha Kabupaten/Kota dan urusan
pemerintahan yajng penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh
Daerah Provinsi.
Urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah sebagai berikut:
a) Pengelolaan sumber daya alam dan bangunan pengaman pantai pada
wilayah sungai, lintas Kabupaten/Kota.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
b) Pengembangan dan [engelolaan system irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya 1000 ha – 3000 ha, dan daerah irigasi lintas
Kabupaten/Kota.
c) Pengelolaan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum lintas
Daerah Kabupaten/Kota.
d) Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan regional.
e) Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional.
f) Pengelolaan dan pengembangan system drainase yang terhubung
langsung dengan sungai lintas Kabupaten/Kota.
g) Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di kawasan strategis
Provinsi
h) Penetapan bangunan gedung untuk kepentingan strategis Daerah Provinsi.
i) Penyelenggaraah bangunan gedung untuk kepentingan strategis Daerah
Provinsi.
j) Penyelenggaraan penataan bvangunan danlingkungan di kawasan
strategis Provinsi dan penataan bangunan dan lingkungannya lintas
Kabupaten/Kota.
k) Penyelengaraan jalan provinsi.
l) Penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi.
m) Penyelenggaraan system informasi jasa konstruksi cakupan daerah
provinsi.
n) Penyelenggaraan penataan ruang daerah provinsi.
Pemerintah Provinsi berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah seperti
yang disebutkan di atas. Dalam menetapkan kebijakan daerah tersebut, Pemerintah
Daerah harus berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah
ditetapkan pemerintah pusat.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
3.2.2 Peraturan Perundang-undangan tentang Reklamasi
2.2.2.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil telah disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengaturan pelaksanaan reklamasi tidak
mengalami perubahan sehingga pengaturannya masih sama seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007.
Kawasan Strategis Provinsi Tanjung Api-api juga harus menyediakan sempadan
pantai seperti yang tertera dalam Pasal 31 yang disesuaikan dengan karakteristik
topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta
ketentuan lain. Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan perlindungan
terhadap gempa dan atau tsunami, perlindungan pantai dari erosi atau abrasi,
perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya,
perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu
karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta, pengaturan akses publik, serta
pengaturan untuk saluran air limbah.
Dalam pasal 34 ayat (1) dijelaskan bahwa reklamasi wilayah pesisir dan
pulaupulau kecil dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan manfaat dan atau nilai
tambah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan
sosial ekonomi. Pada ayat (2) disebutkan bahwa pelaksanaan reklamasi wajib untuk
menjaga dan memperhatikan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat,
keseimbangan antara kepentingan pemanfaaan dan kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta persyaratan teknis pengambilan,
pengerukan, dan penimbunan material.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
2.2.2.2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditetapkan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa perencanaan reklamasi dilakukan melalui
kegiatan penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan dan penyusunan
rancangan detail. Pasal 4 mengatur tentang penentuan lokasi yaitu penentuan lokasi
reklamasi dan lokasi sumber materian reklamasi. Penentuan kedua lokasi ini disesuaikan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penentuan
lokasi juga harus mempertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup dan aspek
sosial ekonomi seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis yang harus diperhatikan dalam pelaksanan reklamasi meliputi
hidro-oseanografi, hidrologi, batimetri, topografi, geomorfologi, dan/atau
geoteknik.
b. Aspek Lingkungan Hidup
Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kondisi lingkungan hidup yang
meliputi kualitas air laut, kualitas air tanah, kualitas udara, kondisi ekosistem
pesisir (mangrove, lamun, terumbu karang), flora dan fauna darat, serta biota
perairan.
c. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi yang dipertimbangkan meliputi demografi, akses
publik dan potensi relokasi. Reklamasi harus memperhatikan jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, pendapatan, mata pencaharian,
pendidikan, kesehatan dan keagamaan baik di dalam wilayah reklamasi
nantinya maupun di wilayah sekitarnya.
Tahapan kedua dalam perencanaan reklamasi adalah penyusunan rencana
induk reklamasi. Rencana induk tersebut harus paling sedikit memuat rencana
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
peruntukkan lahan reklamasi, kebutuhan fasilitas terkait dengan peruntukan reklamasi,
tahapan pembangunan, rencana pengembangan dan jangka waktu pelaksanaan
reklamasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana induk reklamasi
ditegaskan dalam Pasal 11 yaitu:
a. kajian lingkungan hidup strategis;
b. kesesuaian dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang
Wilayah
(RTRW) Nasional,
c. Provinsi, Kabupaten/Kota;
d. sarana prasarana fisik di lahan reklamasi dan di sekitar
e. lahan yang di reklamasi;
f. akses publik;
g. fasilitas umum;
h. kondisi ekosistem pesisir;
i. kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;
j. pranata sosial;
k. aktivitas ekonomi;
l. kependudukan;
m. kearifan lokal; dan
n. daerah cagar budaya dan situs sejarah
Studi kelayakan harus dilakukan dari segi teknis, ekonomi-finansial dan
lingkungan hidup. Kelayakan teknis yang harus dipenuhi adalah kelayakan hidro-
oseanografi, hidrologi, batrimetri, topografi, geomorfologi dan geoteknik. Secara
ekonomifinansial, studi kelayakan yang harus dilakukan adalah kelayakan dari segi
analisis rasio manfaat dan biaya, nilai bersih perolehan sekarang, dan tingkat bunga
pengembalian, jangka waktu pengembalian investasi dan valuasi ekonomi lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
Dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 21 dijelaskan mengenai perizinan
reklamasi. Untuk melaksanakan reklamasi, 2 (dua)izin harus terpenuhi yaitu izin lokasi
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
dan izin pelaksanaan reklamasi. Untuk memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan
reklamasi, Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang yang ingin melaksanakan
reklamasi harus mengajukan permohonan kepada Menteri, Gubernur dan atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya masingmasing.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
perairan kepulauan dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh
pemerintah provinsi merupakan kewenangan Gubernur.
Selanjutnya dalam pasal 8 disebutkan bahwa izin lokasi reklamasi dengan luasan
di atas 25 hektar harus mendapatkan rekomendasi dari Menteri dan izin pelaksanaan
rekomendasi dengan luasan di atas 500 (lima ratus) hektar harus mendapatkan
rekomendasi dari Menteri. Rekomendasi Menteri diterbitkan dengan mempertimbangkan
Rekomendasi Menteri untuk izin lokasi, diterbitkan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi, kabupaten/kota
yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi;
b. kondisi ekosistem pesisir;
c. akses publik; dan
d. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Sedangkan rekomendasi Menteri untuk izin pelaksanaan reklamasi, diterbitkan
dengan mempertimbangkan:
a. kajian dampak lingkungan sesuai Amdal;
b. kondisi ekosistem pesisir;
c. akses publik;
d. penataan ruang kawasan reklamasi; dan
e. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
Perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut
penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum dan
keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik. Untuk
memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan
dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut
perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah dan antara pusat
dan daerah agar tak menimbulkan kesenjangan antar daerah.
Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang
berkembang terhadap pentingnya penataan ruang mendorong diperlukan
penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud
ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Posisi geografis Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berada pada kawasan rawan bencana memerlukan
penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan
keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.
Secara spesifik disebutkan bahwa kewenangan pemerintah daerah provinsi
dalam penyelengggaraan penataan ruang, sebagaimana diatur Pasal 10 Ayat (1) Undang
- Undang Nomor 26 Tahun 2007 , meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta
terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi , Pemerintah Daerah Provinsi
melaksanakan a. penetapan kawasan strategis provinsi
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi, dan
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi
Selanjutnya pada Pasal 14 menyatakan bahwa perencanaan tata ruang
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang
dimana secara berhirarki rencana tata ruang terdiri atas rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi; dan rencana tata ruang wilayah kabupaten
dan rencana tata ruang wilayah kota. Rencana rinci tata ruang terdiri atas rencana tata
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional; rencana tata
ruang kawasan strategis provinsi;dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Dinyatakan bahwa rencana rinci
tata ruang disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur dengan peraturan
pemerintah.
Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup
hingga penetapak blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut
dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar
penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata
ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang
melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum.
Lingkup rencana tata ruang provinsi sesuai Pasal 15 undang-undang dimaksud
di atas mencakup darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
Selanjutnya, muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan
prasarana. Rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya meliputi peruntukan
ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan
keamanan. Dalam rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran
sungai.
Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antar wilayah,
antar fungsi kawasan, dan antar kegiatan kawasan. Ketentuan mengenai muatan,
pedoman, dan tata cara penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi diatur dengan
peraturan menteri di mana rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi pedoman untuk
5
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
penataan ruang kawasan strategis provinsi. Selanjutnya, Pasal 24 mengatur bahwa
rencana rinci tata ruang ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi, dan ketentuan
mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana rinci tata ruang diatur
dengan peraturan Menteri.
Perencanaan tata ruang wilayah kota, rinciannya perlu ditambahkan rencana
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau; rencana penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan rencana penyediaan dan pemanfaatan
prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal,
dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota
sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Pasal 29 menyebutkan ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik
dan ruang terbuka hijau privat di mana proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau
publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
Distribusi ruang terbuka hijau publik pada pasal 30 disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola
ruang. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka non-hijau diatur dengan peraturan Menteri.
Pemanfaatan ruang wilayah nasional dan provinsi dilakukan dengan perumusan
kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang
kawasan strategis; perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis; dan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis. Dalam rangka
pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan budidaya yang dikendalikan
dan kawasan budidaya yang didorong pengembangannya. Pelaksanaan pembangunan
dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu. Pemanfaatan ruang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang dan
standar kualitas lingkungan serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Pasal 35 menyebutkan pengendalian
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat
perlu mendapat akses dalam proses perencanaan penataan ruang. Konsep dasar hukum
penataan ruang terdapat dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 aliniea ke-4,
yang menyatakan “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia”. Selanjutnya, dalam pasal 33 ayat
(3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”.
Ketentuan tersebut memberikan “hak penguasaan kepada Negara atas seluruh
sumber daya alam Indonesia, dan memberikan kewajiban kepada Negara untuk
menggunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.” Kalimat tersebut
mengandung makna, Negara mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan,
mengambil dan memanfaatkan sumber daya alam guna terlaksananya kesejahteraan
yang dikehendaki. Untuk dapat mewujudkan tujuan Negara tersebut, khususnya untuk
meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti
Negara harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya
tujuan tersebut dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah.
Apabila kita cermati secara seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh
Negara, yang kesemuanya itu memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam
pemanfaatannya harus diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang
terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya perusakan dalam lingkungan hidup. Upaya
perencanaan pelaksanaan tata ruang yang bijaksana adalah kunci dalam pelaksanaan
tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks penguasaan Negara atas
dasar sumber daya alam, melekat di dalam kewajiban Negara untuk melindungi,
melestarikan dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh. Artinya, aktivitas
pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata ruang pada umumnya bernuansa
pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
Selanjutnya, dalam mengomentari konsep Roscoe Pound, Mochtar
Koesoemaatmadja mengemukakan bahwa hukum haruslah menjadi sarana
pembangunan. Disini berarti hukum harus mendorong proses modernisasi. Artinya
bahwa hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Sejalan dengan fungsi tersebut, maka pembentuk undang-undang
mengenai penataan ruang. Bahwa menjalan pembangunan dan pengelolaan wilayah
haruslah dilakukan dengan terencana dalam dokumen RTRW. Untuk lebih
mengoptimalisasikan konsep penataan ruang, maka peraturan perundang-undangan
telah banyak diterbitkan oleh Pemerintah berupa UU, PP, Kepres dan Peruaturan Daerah
oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah dalam menyusun RTRW daerah
berpedoman dengan RTRW nasional, agar terjadi keharmonisan, terujud keterpaduan,
dan terujud perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, untuk mewujudkan semua itu
haruslah dengan perencanaan yang baik dan terstruktur sebagaimana yang diamatkan
oleh undang-undang penataan ruang dan aturan pelaksanaan serta aturan hukum yang
terkait.
Pada prinsipnya penerbitan berbagai undang-undang tersebut bertujuan agar
setiap pembangunan berdasarkan perencanaan yang baik sehingga optimalisasi
pemanfaatan ruang berdampak positif terhadap kemakmuran rakyat.
2.2.3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan
antara lingkungan alam dan lingkungan buatan dan keterpaduan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan Kebijakan dan Strategi
Penataan Ruang Wilayah Nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi peningkatan akses pelayanan
perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki; dan
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
nasional.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi
pengembangan kawasan lindung; kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
budidaya; dan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan pencegahan dampak negatif kegiatan manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi perwujudan dan
peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; dan pengendalian
perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Simpul transportasi nasional adalah simpul yang melayani pergerakan yang
bersifat nasional, atau antarprovinsi dan atau antarnegara. Tanjung Api-api didalam
Rencana Tata Ruang Nasional bertindak sebagai simpul transportasi nasional yang
berjenis pelabuhan pengumpul, dimana pelabuhan ini yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Penetapan Tanjunga Api-api sebagai simpul transportasi nasional dilakukan
berdasarkan kepentingan pertahanan dan keamanan; pertumbuhan ekonomi; sosial dan
budaya; pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup. Berdasarkan Lampiran IV Peraturan Pemerintah
13/2017 tentang Rencana Tata Ruang Nasional ditetapkan bahwa Tanjung Api-api
sebagai Simpul Transportasi Nasional berjenis Pelabuhan Pengumpul.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
2.2.3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Pengaturan penataan ruang diselenggarakan untuk mewujudkan ketertiban
dalam penyelenggaraan penataan ruang, untuk memberikan kepastian hukum bagi
seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta
hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan untuk mewujudkan
keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh aspek penyelenggaraan
penataan ruang. Pengaturan penataan ruang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi, dan arahan peraturan zonasi sistem provinsi yang ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi; serta ketentuan tentang perizinan, penetapan bentuk
dan besaran insentif dan disinsentif, sanksi administratif serta petunjuk pelaksanaan
pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan gubernur. Selain
penyusunan dan penetapan peraturan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menetapkan peraturan lain di bidang penataan
ruang sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk menyusun rencana
tata ruang sesuai prosedur; menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang
berkualitas; dan menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan
sektoral dan kewilayahan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penyusunan dan
penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dilakukan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai
strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah. Kawasan strategis terdiri
atas kawasan yang mempunyai nilai strategis yang meliputi kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan; kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;
kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
teknologi tinggi; dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
Prosedur penetapan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi meliputi :
a. pengajuan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi dari Gubernur kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah provinsi;
b. penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan
substansi;
c. persetujuan bersama rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana
tata ruang kawasan strategis provinsi antara gubernur dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah provinsi yang didasarkan pada persetujuan
substansi dari Menteri;
d. penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi kepada Menteri Dalam Negeri untuk di evaluasi;
dan
e. penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi oleh gubernur.
Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin pemanfataan ruang
dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan
ruang. Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk menjamin pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang; mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan melindungi
kepentingan umum dan masyarakat luas. Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon
pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu
kawasan/zona berdasarkan rencana tata ruang.
3.2.4 Peraturan Daerah tentang RTR Pulau Sumatera
Pada RTR Pulau Sumatera terdapat strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan
nasional yang berkaitan dengan Kawasan Tanjung Api-Api meliputi:
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
a. pengembangan jaringan jalan strategis nasional pada jaringan jalan pengumpan
Pulau Sumatera yang menghubungkan jaringan Jalan Lintas Barat Pulau Sumatera,
Jaringan Lintas Tengah Pulau Sumatera, dan/atau Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau
Sumatera meliputi jaringan jalan nasional:
1. Kruengraya-Tibeuk;
2. Simpang Peut-Jeuram-Beutong Aceh-Takengon;
3. Ulele-Banda Aceh;
4. Natal-Bantahan-Tiku;
5. Simpang Pal XI-Aek Godang-Kotapinang;
6. Lubuk Alung-Sicincin;
7. Tepan-Sungai Penuh-Bangko;
8. Pasir Pangarayan-Tandun-Rantau Berangin;
9. Mengkapan-Siak Sri Indrapura-Simpang Batu Km. 11-Perawang-Sikijangmati;
10. Rumbai Jaya-Tembilahan;
11. Simpang Niam-merlung;
12. Tanjung Duku-Muara Sabak; dan
13. Palembang –Tanjung Api-Api
b. pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional untuk menghubungkan
kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan dan/atau Bandar udara dilakukan
salah satunya pada jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan PKN
Palembang dengan Pelabuhan Tanjung Api-Api dalam satu sistem dengan
Pelabuhan Palembang.
c. mengembangkan dan memantapkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan
jaringan transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian meliputi salah satunya
jaringan jalan nasional di Pulau Sumatera yang terpadu dengan Pelabuhan Sabang,
Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Sibolga, Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Dumai,
Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Api-Api dalam satu sistem dengan Pelabuhan
Palembang.
Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api nasional meliputi
pengembangan atau pemantapan jaringan jalur kereta api antar kota yang meliputi
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Timur Pulau Sumatera Bagian Utara, Jaringan Jalur
Kereta Api Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian Selatan, dan Jaringan Jalur Kereta Api
Lintas Barat Pulau Sumatera Bagian Utara dilakukan pada jaringan jalur kereta api lintas
tengah pulau sumatera bagian selatan terdiri dari:
a. Pekanbaru-Muara;
b. Sengeti-Jambi-Muara Sabak;
c. Betung-Palembang;
d. Simpang-Palembang-Tanjung Api-Api;
e. Bandar Lampung-Tarahan-Bakauheni;
f. Jambi-Betung;
g. Taluk Kuantan-Muara Bungo-Muara Tebo-Muara Bulian-Jambi;
h. Muara Enim-Baturaja-Kota Bumi-Bandar Lampung;
i. Muara Enim-Blimbing-Sekayu-Betung;
j. Muara-Muaro Bungo-Bangko-Sarolangun-Lubuk Linggau-Lahat-Muara Enim; dan
k. Palembang –Kayu Agung-Menggala-Bandar Lampung.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
3.2.6 Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan 2011-2031, Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin memiliki kriteria sebagai kawasan yang memiliki
nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam
aspek:
1. Potensi ekonomi cepat tumbuh;
2. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
Oleh karena itu, arahan penanganan untuk pengembangan wilayah di kawasan ini antara
lain:
Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri;
Perlu adanya pengendalian agar tidak merambah kawasan hutan;
Mengembangkan pelabuhan internasional;
Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya; dan
Kerjasama dengan pihak swasta.
Secara fungsional Kawasan Tanjung Api-Api memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai
kawasan pelabuhan laut dan industri yang diharapkan pada masa yang akan datang
dapat menjadi pendorong pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan.
Adapun tujuan pembangunan kawasan fungsional Tanjung Api-Api adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai kawasan fungsional yang dapat menunjang kegiatan Pelabuhan Samudera
dan kegiatan industri berskala menengah dan besar yang dilengkapi dengan fungsi
penunjang berupa sarana dan prasarana yang lengkap.
2. Sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor/impor wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan
sekitarnya.
3. Menjamin berlangsungnya fungsi kegiatan di dalam kawasan secara berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan melalui pengendalian dan pengelolaan pemanfaatan
ruang kawasan secara bijaksana dengan memperhatikan dan melestarikan fungsi
perlindungan ekosistem baik didalam kawasan maupun makro wilayah yang lebih
luas.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
3.2.7 Peraturan Daerah tentang Tinjauan RTRW Kabupaten Banyuasin
Kawasan ini merupakan kawasan terpadu dimana kegiatan di dalamnya berupa
rencana pembangunan pelabuhan utama skala internasional ditetapkan sebagai
kawasan strategis provinsi. Selain pelabuhan pada kawasan ini juga akan terdapat
kawasan industri dan dilengkapi dengan keberadaan fasilitas penunjang lainnya.
Pembangunan kawasan ini merupakan suatu nilai lebih yang tidak dimiliki kabupaten
lainnya, sehingga pengembangan kawasan secara optimal dapat memberikan
pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Arahan pengembangan kawasan ini berupa:
Pengembangan Kawasan Industri Terpadu;
Pelabuhan/terminal general kargo;
Pelabuhan laut;
Pelabuhan penyeberangan;
Satu (1) stock pile batubara;
Pelabuhan peti kemas;
Pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/Semen);
Pengembangan kawasan perkantoran;
Pengembangan kawasan permukiman;
Pengembangan fasilitas umum sosial-ekonomi;
Pengembangan jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan
permukiman; dan
Pengembangan jaringan transportasi.
6
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
struktur ruang, rencana pembangunan dan pengembangan kawasan Tanjung Api-Api ini
akan dibahas sebagai berikut:
1. Sistem Jaringan Jalan
a. Jaringan Jalan Arteri Primer
Rencana pembangunan jalan tol sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan
direncanakan untuk ruas jalan Lingkar Barat Palembang menuju Betung melintasi
sebagian Wilayah Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Rambutan menuju Kota
Betung dan ruas Lingkar Timur Luar Palembang dari Jakabaring, Kecamatan
Rambutan ke Airbatu, Kecamatan Talang Kelapa sedangkan yang
menghubungkan ruas Palembang–Tanjung Api-Api/Tanjung Carat direncanakan
untuk jalan tol High Grade Highway.
b. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)
Selanjutnya rencana pengembangan terminal didasari dari hasil analisis dan
ketetapan dari kebijakan pembangunan Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan dua
pertimbangan tersebut, maka rencana pengembangannya adalah: agar tercapai
keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan dalam pengembangan
wilayah di masa mendatang, maka terminal yang sudah ada yaitu terminal tipe B
di wilayah Kecamatan Betung (PPK), terminal penumpang tipe B di Kawasan
Tanjung Api-Api direncanakan untuk ditingkatkan menjadi tipe A yaitu terminal
utama untuk penumpang dan barang sesuai dengan arahan RTRWP Sumatera
Selatan serta beberapa terminal khusus agar dioptimalisasikan fungsinya.
2. Sistem Jaringan Kereta Api
Rencana pengembangan jalur kereta api khusus Batubara, meliputi pengembangan
jalur khusus angkutan barang melalui rute Muara Enim–Tanjung Api-Api, dengan
lokasi stasiun di Kawasan Tanjung Api-Api.
3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
a. Tatanan Kepelabuhan
Rencana pembangunan Tanjung Carat yaitu sebagai pelabuhan utama yang
merupakan simpul transportasi laut nasional untuk pelabuhan internasional.
Pelabuhan Tanjung Carat ini akan melayani rute pelayaran regional, nasional dan
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
internasional. Selain untuk meningkatkan kapasitas angkutan untuk jenis kapal-
kapal bertonase besar, Pelabuhan Laut Tanjung Carat sangat memungkinkan
memperpendek alur jarak tempuh bagi armada laut. Rencana pelabuhan tersebut
telah di tetapkan dengan keputusan Bupati Nomor 75 Tahun 2011 sebesar 14.202
ha. Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Carat telah disiapkan
beberapa pembangunan, antara lain:
pelabuhan/terminal general kargo mencapai 80 ha,
pelabuhan laut sekitar 91 ha,
pelabuhan penyeberangan sekitar 21 ha,
Satu (1) stock pile batubara sekitar 80 ha,
pelabuhan peti kemas seluas 80 ha,
pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) di atas lahan
sekitar 85 ha.
b. Rencana peningkatan pelabuhan Pengumpul Tanjung Api-Api
c. Rencana peningkatan pelabuhan Pengumpan. Adapun lokasi pelabuhan tersebut
yaitu:
Teluk Tenggulang;
Sungai Tungkal;
Penuguan; dan
Lebung.
d. Alur Pelayaran
Alur pelayaran yang akan dilalui oleh kapal-kapal penumpang dan barang adalah
alur pelayaran lokal antar pulau dan alur pelayaran internasional. Alur tersebut
melalui Sungai Musi Sungai Tungkal, Sungai Calik menuju Selat Bangka. Alur
pelayaran laut diantaranya melalui jalur Palembang-Sunda Kelapa melalui selat
Bangka, Palembang-Mentok dan Palembang-Kepulauan Riau. Berikut alur
pelayaran di Kabupaten Banyuasin:
Alur pelayaran lokal antar pulau, meliputi:
- Tanjung Api-Api - Sunda Kelapa
- Tanjung Api-Api - Mentok
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
- Tanjung Api-Api - Kepulauan Riau
- Tanjung Api-Api - Tanjung Pandan
- Tanjung Api-Api - Toboali
Alur pelayaran internasional, meliputi:
- Tanjung Carat - Malaysia
- Tanjung Carat - India
- Tanjung Carat - Singapura
- Tanjung Carat - Cina
- Tanjung Carat - Korea
- Tanjung Carat - Jepang
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
Mengembangkan prasarana pembangkit baru dengan alternatif sumber energi
meliputi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan
Tanjung Api-Api dan Kecamatan Rantau Bayur.
Peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan industri pada
pusat kegiatan utama Kabupaten (Kawasan Indutri Tanjung Api-Api, Gasing dan
Mariana).
5. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan
ekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan,
minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata yang diimplementasikan
dengan Peningkatan jaringan telekomunikasi untuk mendukung peruntukan industri
di Kawasan Gasing, Mariana dan Tanjung Api-Api.
6. Rencana Sistem Penanganan Pantai
Wilayah yang akan direncanakan dengan sistem penanganan pantai terdiri dari
beberapa delta, lahan basah dan hutan bakau dimanfaatkan untuk pengembangan
pusat ekonomi. Penanganan yang dilakukan yaitu proteksi –akomodasi yang diikuti
restorasi mangrove. Wilayah ini meliputi kawasan Tanjung Api-Api dan sebagian di
bagian utara Kabupaten Banyuasin.
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
mengalami perubahan yaitu areal pengganti hutan lindung untuk pelabuhan Tanjung
Api-Api dengan total penambahan sebesar 1.891,34 ha.
b. Kawasan suaka alam
Kawasan konservasi perairan di Teluk Banyuasin untuk kepentingan rencana Tanjung
Api-Api dengan total seluas 11.471 ha.
2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang menjadi prioritas pembahasan yaitu kawasan peruntukan
industri dan kawasan peruntukan lainnya.
a. Kawasan peruntukan industri
Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada potensi
sumberdaya alam yang ada. Kondisi eksisting saat ini, struktur ekonomi Kabupaten
Banyuasin banyak bertumpu pada sektor primer yakni sektor pertanian tanaman
pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Sementara sektor sekunder seperti
industri pengolahan yang banyak digunakan sebagai motor penggerak ekonomi
wilayah belum mampu mengimbangi sektor primernya. Sehingga untuk meningkatkan
perekonomian wilayah Banyuasin perlu dikembangkan kawasan industri yakni
kawasan industri yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin dengan jenis industri
besar yaitu kawasan industri gasing di Kecamatan Talang Kelapa dan industri di
kawasan Tanjung Api-Api, untuk mengolah hasil sumberdaya alam yang ada di
Kabupaten Banyuasin.
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api
merupakan amanat Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang
dimana dinyatakan bahwa perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang dimana secara berhirarki rencana
tata ruang terdiri atas rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi; dan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota.
Berdasarkan kedudukannya, RTR Kawasan Strategis Tanjung Api-api adalah
rencana rinci tata ruang untuk kawasan strategis provinsi. Rencana rinci tata ruang
disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan
dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga
penetapak blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut
dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar
penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata
ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang
melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum.
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
Sumatera Selatan yang ada. Secara keseluruhan kawasan perairan tersebut berbatasan
dengan garis pantai utara Provinsi Sumatera Selatan.
Secara empirik, Kawasan Strategis Tanjung Api-api memiliki lokasi yang strategis
sebagai titik penghubung Sumatera Selatan dengan wilayah lain di Indonesia melalui
Laut dan berfungsi sebagai transhipment point untuk moda transportasi laut dan darat
pada skala yang lebih luas dari Sumatera Selatan. Di kawasan ini terdapat berbagai
kegiatan transportasi, seperti pelabuhan, jalan tol, dan jaringan jalan arteri lainnya.
Berbagai kegiatan utama yang menunjang pembangunan Sumatera Selatan juga
berlangsung di Kawasan Strategis Tanjung Api-api, di antaranya pertambangan dan
pertanian.
Kawasan Strategis Tanjung Api-api masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan fisik-lingkungan, sosial budaya dan ekonomi yang dapat menghambat
perkembangan nilai tambah pada kawasan tersebut. Apabila tidak ditangani dengan baik,
permasalahan tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang pada
akhirnya akan menurunkan nilai tambah ekonomi serta rusaknya tatanan sosial budaya
yang ada.
Berbagai permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api antara lain:
1. Permasalahan Fisik Lingkungan antara lain: kualitas air tanah yang tercemar;
sedimentasi dan pencemaran air sungai dan waduk; amblesan dan
penurunan tanah; banjir dan rob: erosi pantai/abrasi dan hilangnya kawasan-
kawasan lingkungan.
a. Kualitas air tanah yang tercemar. Degradasi kualitas air tanah terjadi
terutama di daerah-daerah yang semakin dekat dengan batas pantai
dimana terjadi pencemaran air tanah terutama disebabkan oleh limbah
domestik dan buruknya sanitasi lingkungan.
b. Kondisi sungai sangat memprihatinkan dengan tingkat sedimentasi dan
pengangkutan sampah yang tinggi serta pencemaran air sungai semakin
meningkat. Akibatnya, jika hujan tinggi terjadi di hulu, permukaan air
sungai dengan cepat meluap, yang pada gilirannya akan mengancam
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
daerah rendah di Banyuasin. Pencemaran air sungai yang disebabkan
limbah cair dari industri dan domestik serta sampah padat yang dibuang
ke sungai.
c. Amblesan dan penurunan tanah. Kondisi tanah di Kawasan Strategis
Tanjung Api-api terdiri dari lapisan lempung lunak memiliki
kompresibilitas yang sangat tinggi, sehingga sangat rawan terhadap
terjadinya amblesan dan perosokan sebagai akibat pembebanan oleh
material reklamasi dan bangunanbangunan di atasnya. Selain itu,
penurunan tanah disebabkan faktor-faktor seperti: pengambilan air tanah
dalam yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan, penurunan
karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-lapisan tanah, serta
penurunan karena gaya-gaya tektonik. Penurunan tanah dapat
menyebabkan perubahan struktur, kerusakan struktur, pembalikkan
drainase (saluran jalan air), dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
bencana banjir.
d. Banjir dan Rob. Kawasan Strategis Tanjung Api-api berada pada dataran
rendah. Banjir yang terjadi di kawasan ini dipengaruhi oleh pasang laut.
Rob adalah limpasan gelombang pasang yang terjadi di daerah pantai.
Abrasi dan genangan banjir akibat rob akan mungkin saja terjadi apabila
daerah pantai tersebut belum terdapat prasarana pengendalian rob yang
memadai.
e. Erosi Pantai/Abrasi. Abrasi pantai di Kawasan Strategis Tanjung Api-api,
terutama di beberapa lokasi disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
kegiatan reklamasi sebagian pantai, pengambilan terumbu karang dan
menipisnya hutan mangrove.
f. Hilangnya kawasan-kawasan lindung. Meningkatnya laju tekanan
terhadap pemanfaatan ruang di Sumatera Selatan dan sekitarnya,
menyebabkan berbagai macam fenomena masalah, salah satu di
antaranya hilangnya kawasan-kawasan perlindungan wilayah
perencanaan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya alih fungsi
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
tanah-tanah produktif atau kawasan-kawasan perlindungan wilayah
perkotaan dirubah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ruang
dan tanah.
2. Permasalahan Sosial Budaya antara lain: pertumbuhan penduduk yang
pesat dan tumbuhnya permukiman yang tidak terkendali; rendahnya kualitas
sumberdaya manusia; rendahnya penduduk yang bekerja dan masih
tingginya pekerjaan di sektor informal; masih adanya kawasan permukiman
kumuh di sepanjang pesisir pantai; dan tingkat kriminalitas dan gangguan
keamanan.
a. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan tumbuhnya permukiman yang
tidak terkendali.
b. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
c. Rendahnya penduduk yang bekerja dan masih tingginya pekerjaan di
sektor informal.
d. Masih adanya kawasan permukiman kumuh di sepanjang pesisir pantai.
Permukiman darurat tumbuh secara sporadis di bantaran sungai, di
sekitar rawa, di pinggiran permukiman kampung, dan lokasi lainnya yang
memungkinkan mendirikan bangunan secara ilegal.
e. Tingkat kriminalitas dan gangguan keamanan
3. Permasalahan Ekonomi dan Sarana-Prasarana antara lain: angka
kemiskinan yang tinggi dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat;
terbatasnya cakupan pelayanan air bersih; belum adanya sistem
pengendalian banjir yang struktural (tanggul laut dan sistem polder untuk
mengatasi banjir dan rob); jaringan drainase yang tidak terawat; cakupan
pelayanan jaringan limbah yang terbatas; prasarana pengelolaan sampah
yang tidak memadai dan tingkat pelayanan jalan yang semakin menurun
a. Angka kemiskinan yang tinggi dan rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat.
b. Terbatasnya cakupan pelayanan air bersih.
7
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
c. Belum adanya sistem pengendalian banjir yang struktural (tanggul laut
dan sistem polder untuk mengatasi banjir dan rob).
d. Jaringan drainase yang tidak terawat.
e. Cakupan pelayanan jaringan limbah yang terbatas.
f. Prasarana pengelolaan sampah yang tidak memadai.
g. Tingkat pelayanan jalan yang semakin menurun.
h. Permasalahan Hukum Kelembagaan antara lain: belum adanya revisi
dari peraturan perundangan sebagai dasar dalam pengembangan
Kawasan Strategis Tanjung Api-api; dan Tim care taker sebagai
pengganti BP Tanjung Api-api tidak dapat melaksanakan tugasnya
secara optimal.
i. Belum adanya revisi dari peraturan perundangan sebagai dasar dalam
pengembangan Kawasan Strategis Tanjung Api-api.
j. Tim care taker sebagai pengganti BP Tanjung Api-api tidak dapat
melaksanakan tugasnya secara optimal, karena terbebani oleh tugas
pokok dan fungsinya sebagai pejabat di SKPDnya masing-masing.
Dengan mempertimbangakan potensi pengembangan dan pencarian solusi dari
permasalahan-permasalahan di atas, Pemerintah Daerah harus menyusun kebijakan
berupa Peraturan Daerah. Penyusunan perda tersebut diharapkan dapat mempertegas
arah kebijakan pemerintah dalam melaksanakan strategi penataan dan menjadi solusi
dari permasalahan perkotaan di Sumatera Selatan secara keseluruhan.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
26 Tahun 2007, meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota. Dalam
penataan ruang kawasan strategis provinsi, pemerintah daerah provinsi menetapkan
kawasan strategis provinsi, perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi,
pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi dan pengendalian pemanfaatan kawasan
strategis provinsi.
Kawasan Strategis Tanjung Api-api atau yang selanjutnya dapat disebut KSP
Tanjung Api-api pada awalnya dikategorikan sebagai kawasan simpul transportasi
Nasional , yaitu kawasan yang mempunyai nilai strategis dipandang dari sudut pandang
ekonomi dan perkembangan kota, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 Lampiran IV. Upaya untuk mewujudkan fungsi Tanjung Api-api sebagai Kawasan
Strategis, dapat dilakukan melalui reklamasi sekaligus menata ruang daratan pantai yang
ada secara terarah dan terpadu.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang. Hal ini memberi efek pada peraturan di tingkat
daerah, khususnya yang terkait dengan penataan Kawasan Strategis Tanjung Api-api,
yaitu Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor tahun RTRW Provinsi
Sumatera Selatan.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan ulang (penataan
ruang) Kawasan Strategis Tanjung Api-api sebagai Kawasan Strategis Provinsi yang
mencakup reklamasi dan revitalisasi daratan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 10 Ayat (1). Penataan ruang Kawasan
Strategis Tanjung Api-api tersebut perlu disusun landasan hukumnya dalam bentuk
Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api
sebagai revisi dasar hukum penyelenggaraan penataan ruang.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
BAB V
TUJUAN, KEBIJAKAN, STRATEGI, JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
b. Mengadopsi kebijakan dari berbagai bidang terkait Kawasan Tanjung Api-Api
seperti utilitas, pajak, dan pertanahan.
c. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait
pengelolaan hidup, penataan ruang, dan terkait pengembangan dan
pembangunan.
Untuk mencapai tujuan penataan ruang yang telah disebutkan, kebijakan
pengembangan RTR Kawasan Tanjung Api-Api adalah:
a. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api yang terdiri dari
penataan kawasan industri dengan alokasi ruang bagi kegiatan produksi
unggulan yang berdaya saing dan memiliki nilai ekspor.
b. Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumberdaya
mineral secara optimal.
c. Menciptakan sarana dan prasarana transportasi, kawasan industri dan
permukiman yang terintegrasi dengan struktur ruang Provinsi Sumatera
Selatan.
d. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang terampil dalam
bidang industri untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
e. Penguatan fungsi lindung yang terpadu dengan kegiatan industri dan
permukiman yang mendorong pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
f. Penciptaan kerjasama pengelolaan kawasan Tanjung Api-Api antar
pemerintah, masyarakat, badan usaha dan pelaku usaha.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
Penyediaan ruang yang saling terintegrasi antar industri hulu, distribusi,
dan hilir dengan penyediaan pola jaringan jalan yang menghubungkan
ke semua kawasan.
Penyediaan ruang bagi kegiatan industri kecil dan menengah yang
terintegrasi
Membangun pelabuhan internasional Tanjung Api-Api sub Tanjung
Carat sebagai industri pusat primer dan utama pegnolahan PO dan
Batubara dihubungkan dengan jaringan perkeretaapian dan jaringan
jalan primer
Membangun sentra-sentra produksi
Pengembangan jalur-jalur utama yang terintegrasi antara jalur
perekeretapaian dengan jaringan jalan sebagai upaya memudahkan jalur
bahan baku dan produksi
Pengembangan terminal khusus di pelabuhan internasional Tanjung Api-
Api sebagai terminal utama pendistribusian barang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang dipersyaratkan.
Pembangunan kawasan pusat bisnis sebagai outlet hasil-hasil produksi
yang dipasarkan baik regional, nasional maupun global; dan
Memanfaatkan air sungai/laut (payau) sebagai sumber air bagi kegiatan
produksi dengan pengolahan air
b. Pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumberdaya
mineral secara optimal, meliputi:
Optimalisasi SDA melalui pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan untuk mencapai peningkatan pendapatan dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
Mempertahankan keberadaan lahan pertanian dan perkebunan diikuti
upaya peningkatan hasil produktivitasnya;
Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan;
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
Menumbuhkan industri penunjang, komponen dan bahan baku industri;
dan
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tidak terbarukan (batu
bara) dengan memperhatikan cadangan dengan kapasitas produksi
yang dihasilkan.
c. Menciptakan sarana dan prasarana kawasan industri dan permukiman yang
terintegrasi dengan struktur ruang Provinsi Sumatera Selatan, meliputi:
Pemanfaatan Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai pelabuhan pendukung
dalam fungsinya distribusi dan pemasaran barang;
Pembangunan jaringan jalan primer (utama) yang menghubungkan
pusat pelayanan dengan sentra-sentra kawasan industri;
Pembangunan jaringan perkeretaapian dalam memantapkan angkutan
barang;
Penyediaan prasarana energikelistrikan, telekomunikasi dan air
bersih/air minum sesuai dengan kebutuhan kegiatan perindustrian
dengan memperhatikan pasokan, kapasitas dan distribusi pelayanannya;
Pembangunan saluran-saluran penyalur air hujan (drainase) sistem
primer, sekunder dan tersier yang memenuhi pengaliran menuju badan
penerima;
Penyediaan prasarana pengelolaan lingkungan dengan penyediaan
intalasi pengeloloan limbah (treatment) yang dapat diperbaharui dan
tidak dapat diperbaharui;
Penyediaan pengelolaan limbah padat (sampah) kawasan dengan
penyediaan TPS dan pembuangan akhir (TPA) yang ditentukan oleh
Provinsi Sumatera Selatan;
Penyediaan sarana kawasan kegiatan perindustrian baik pelayanan
pemerintahan, perkantoran industri, pelayanan umum maupun
pelayanan sosial pelaku kegiatan industri; dan
Penyediaan perlengkapan sistem transportasi yang terintegrasi dengan
fungsi kawasan.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
d. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang terampil dalam
bidang industri untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menyediakan ruang kegiatan pendidikan tinggi dan skala
menengah/kejuruan sebagai media pendidikan dan pembinaan
sumberdaya manusia yang terampil dan berkualitas;
Menyediakan ruang kegiatan pusat mutu, penelitian dan pelatihan
sebagai media pembinaan keterampilan masyarakat;
Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan;
Meningkatnya kemampuan SDM Industri, pusat-pusat pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan; dan
Menyediakan ruang permukiman yang layak huni dan terjangkau bagi
golongan
berpendapatan rendah.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
Mengarusutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
setiap kegiatan industri/produksi;
Menerapkan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat
energi dan ramah lingkungan;
g. Penciptaan kerjasama pengelolaan kawasan Tanjung Api-Api antar
pemerintah, masyarakat, badan usaha dan pelaku usaha, meliputi:
Membangun sistem kerjasama yang diwadahi oleh lembaga pengelola
kawasan;
Memperkuat interaksi perdagangan antarwilayah;
Sinkronisasi antar kebijakan terkait, seperti kebijakan bidang
perindustrian dan perdagangan,sektor investasi, sektor energi dan
sumberdaya mineral, sektor pertanian, sektor sumberdaya manusia dan
sektor lainnya yang terkait.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
BAB III. Rencana Struktur Ruang
Memuat ketentuan yang diatur dalam sistem pusat kegiatan,
sistem dan jaringan pergerakan, sistem prasarana dan sarana
sumber daya air, dan sistem dan jaringan utilitas.
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
5.5 Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah
Materi muatan Peraturan Daerah telah diatur dengan jelas dalam Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor
12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan. Pasal 14 Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
menyatakan bahwa Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 138 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa dalam menentukan materi Perda harus memperhatikan asas materi muatan
peraturan peraturan perundang-undangan antara lain asas keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan. Hal penting lainnya adalah bahwa materi Perda dilarang bertentangan
dengan kepentingan umum dan atau/peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam penjelasan Pasal 136 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa bertentangan dengan kepentingan umum
adalah kebijakan yang berakibat terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, ter-
ganggunya pelayanan umum, dan terganggunya ketentraman/ketertiban umum serta
kebijakan yang bersifat diskriminatif.
Ruang lingkup materi Naskah Akademik Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Tanjung Api-apiini mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang meliputi:
a. Ketentuan umum, memuat rumusan akademik mengenai pengertian dan
frasa;
b. Materi yang akan diatur;
c. Ketentuan sanksi; dan
d. Ketentuan peralihan.
a. Ketentuan Umum
8
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
Dalam perencanaan tata ruang diperlukan kesamaan persepsi mengenai istilah-istilah
yang dipakai. Istilah-istilah tersebut dijabarkan dalam bab ketentuan umum. Ketentuan
umum dijabarkan sebagai berikut:
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Selatan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Selatan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
8. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
11. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
12. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat.
13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
0
14. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya;
17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
18. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
19. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan selanjutnya disebut RTRW
Provinsi Sumatera Selatan adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah provinsi;
20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan /
atau aspek fungsional.
21. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
22. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
23. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan.
24. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan.
25. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
1
26. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
27. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
28. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
29. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Peraturan Zonasi yang selanjutnya disingkat PZ, adalah ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana tata ruang.
31. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
32. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
33. Kebijakan penataan ruang adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan
guna mencapai tujuan penataan ruang.
34. Strategi penataan ruang adalah langkah-langkah penataan ruang dan pengelolaan
wilayah yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan provinsi
yang ditetapkan.
35. Sifat lingkungan adalah sifat suatu lingkungan ditinjau dari segi kependudukan,
aktivitas ekonomi dan nilai tanah.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
2
36. Pola Sifat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PSL adalah pengelompokan lokasi
lingkungan yang sama sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola sesuai
dengan rencana kota.
37. Sistem pusat kegiatan adalah pusat berbagai kegiatan campuran maupun yang
spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan,
sosial, ekonomi dan budaya serta kegiatan pelayanan kawasan strategis menurut
hierarki.
38. Transportasi adalah pengangkutan orang dan/atau barang oleh berbagai jenis
kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi.
39. Jalur pedestrian adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki.
40. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel.
41. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
42. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
43. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jalan masuk tidak dibatasi.
44. Jalur inspeksi adalah jalan yang digunakan untuk pemeliharaan tanggul pulau.
45. Angkutan umum massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah besar yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman,
terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.
46. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat
baik ditinggalkan atau tidak ditinggalkan pengemudinya.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
3
47. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat RTH, adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
48. Ruang terbuka biru adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk
kategori RTH, berupa badan air.
49. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
50. Konservasi air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan,
sifat dan fungsi air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekaranf
maupun yang akan datang
51. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
52. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan pembangun swasta pada lingkungan permukiman, meliputi
penyediaan jaringan jalan, jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon,
saluran pembuangan air kotor, dan drainase serta gas.
53. Drainase adalah sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang
berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem
jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas.
54. Jaringan air bersih adalah jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air bagi
penduduk suatu lingkungan dan terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro
dan wilayah regional yang lebih luas.
55. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga, proses
produksi dan kegiatan lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.
56. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
57. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
4
58. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang
selanjutnya disebut TPS-3R, adalah tempat dilaksanakan kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.
59. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST, adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
60. Telekomunikasi adalahsetiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dari
setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.
61. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik sesuai
peruntukan.
62. Zona terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan
maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi
perlindungan habitat tertentu dan/atau sarana kota, dan/atau pengaman jaringan
prasarana.
63. Zona perumahan vertikal adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian susun yang
dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau serta dijabarkan ke
dalam sub zona rumah susun dan rumah susun umum dengan KDB di atas 30% (tiga
puluh persen).
64. Zona perumahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sedang tinggi adalah zona yang
diperuntukkan sebagai hunian dan dijabarkan ke dalam sub zona rumah sedang-
besar dengan KDB di atas 30% (tiga puluh persen).
65. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa adalah zona yang diperuntukan bagi sub
zona atau kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa untuk mendukung efisiensi
perjalanan; memiliki akses yang tinggi berupa jalur pedestrian yang terhubung
dengan jaringan transportasi massal dan jalur penghubung antar bangunan; dan
didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang
memadai.
66. Zona campuran adalah zona yang diperuntukan bagi kegiatan hunian dan/atau
perdagangan dan jasa secara vertikal; memiliki akses yang tinggi berupa jalur
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
5
pedestrian yang terhubung dengan jaringan transportasi massal dan jalur
penghubung antar bangunan; dan didukung dengan fasilitas umum dan pasokan
energi dengan teknologi yang memadai.
67. Zona pelayanan umum dan sosial adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona atau
kegiatan pendidikan, kesehatan, ibadah, sosial budaya, rekreasi dan olahraga,
pelayanan umum dan sarana terminal yang didukung dengan akses jaringan
transportasi.
68. Zona terbuka biru adalah ruang terbuka yang dapat berupa sungai, kali, situ, dan
waduk yang tidak dapat berubah fungsi selain untuk mengalirkan air dan/atau
menampung air.
69. Jalur dan ruang evakuasi bencana adalah jalur perjalanan yang menerus termasuk
jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis dari setiap bagian bangunan gedung
termasuk di dalan unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu
lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.
70. Sub zona adalah suatu bagian dari zona uang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
71. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran udara tegangan ekstra
tinggi , pantai dan lain-lain, dan/atau yang belum nyata atau rencana jaringan jalan
dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota.
72. Subblok adalah bidang tanah yang merupakan satu atau lebih perpetakan yang telah
ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota untuk
peruntukkan tanah tertentu.
73. Nomor blok adalah kode numerik yang diberikan untuk setiap blok.
74. Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar
Bangunan, Ketinggian bangunan, Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Tapak Besmen,
tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam
pembangunan kota.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
6
75. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas
lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana.
76. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas lahan
perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai rencana.
77. Koefisien Tapak Basemen yang selanjutnya disingkat KTB adalah angka persentase
perbandingan luas tapak basement dengan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana.
78. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan atau penghijauan dan luas lahan perpetakan atau
lahan perencanaan yang dikuasai sesuai rencana.
79. Lahan perencanaan adalah luas lahan efektifyang dikuasai dan/atau direncanakan
untuk kegiatan pemanfaatan ruang, dapat berbentuksuper blok, blok, sub blok
dan/atau perpetakan.
80. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang
membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar
saluran air kotor sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas
ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan
yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb
(building line).
81. Garis sempadan jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adalah garis rencana jalan
yang ditetapkan dalam rencana kota.
82. Jarak bebas bangunan adalah jarak serendah-rendahnya yang diperkenankan dari
bidang terIuar bangunan sampai batas samping dan belakang tanah perpetakan
83. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
7
84. Bangunan di bawah permukaan tanah adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat
dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah.
85. Bangunan layang adalah bangunan penghubung antar bangunan yang dibangun
melayang di atas permukaan tanah.
86. Bangunan tinggi adalah bangunan gedung yang memiliki jumlah lantai bangunan
lebih dari 8 (delapan) lantai.
87. Pemanfaatan ruang di atas permukaan air adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang di atas permuakaan air
seperti sungai, waduk, danau dan laut.
88. Pemanfaatan ruang sempadan sungai dan waduk/situ adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang ruang
pada penyangga antara ekosistem sungai dan daratan.
89. Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi
air laut pasang tertinggi.
90. Garis sempadan pantai adalah jarak bebas atau batas wilayah pantai diukur dari garis
pantai yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budi daya atau untuk didirikan
bangunan.
91. Sempadan pantai adalah kawasan daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sesuai ketentuan yang berlaku.
92. Kaveling adalah bidang lahan yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan
batas kepemilikan secara hukum/legal di dalam blok atau sub blok.
93. Bangunan Tipe Deret adalah bangunan yang diperbolehkan rapat dengan batas
perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping.
94. Bangunan Tipe Kopel adalah bangunan yang diperbolehkan rapat pada salah satu
sisi samping dengan batas perpetakan atau bangunan disebelahnya.
95. Bangunan Tipe Tunggal adalah bangunan yang harus memiliki jarak bebas dengan
batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping dan belakang.
96. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
8
umum, lahan dan/atau bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat
sementara/tidak menetap.
97. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam
penataan ruang.
98. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
Ruang lingkup rencana tata ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api memuat:
• Ketentuan Umum
• Wilayah Perencanaan
• Tujuan, Kebijakan dan Strategis Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Tanjung Api-api
• Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api
• Indikasi Program Kawasan Tanjung Api-api
• Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
• Ketentuan Pidana
• Penyidikan
• Ketentuan Lain-lain
• Ketentuan Peralihan
• Ketentuan Penutup
c. Ketentuan Sanksi
Sanksi Administratif
Sanksi administratif diberikan kepada setiap orang dan badan hukum melakukan
kegiatan atau penggunaan lahan dalam perpetakan/persil dan melakukan perubahan
kegiatan atau penggunaan lahan yang tidak sesuai Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Pantai Utara, setiap orang atau badan hukum yang melakukan perubahan
intensitas pemanfaatan ruang, setiap orang atau badan hukum yang tidak sesuai dengan
ketentuan prasarana minimal. Sanksi administratif dapat berupa:
9
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API
9
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Denda administrasif sebagaimana dimaksud di atas, ditetapkan oleh Gubernur,
dan disetorkan ke dalam Kas Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sanksi Pidana
Sanksi pidana dapat diberikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
apabila orang yang melakukan pelanggaran telah diberikan sanksi administratif dalam
jangka waktu yang ditentukan kewajibannya tidak dipenuhi. Sanksi pidana juga diberikan
pada setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada
zona yang tidak diizinkan.
Aparatur pemerintah yang memberikan izin kegiatan pemanfaatan ruang tidak
sesuai RTR Kawasan Strategis Tanjung Api-api dikenakan sanksi pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Aparatur pemerintah, Ketua RT, dan Ketua
RW yang memberikan rekomendasi sebagai kelengkapan izin kegiatan pemanfaatan
ruang tidak sesuai RTRW Provinsi Sumatera Selatan, dan RTR Kawasan Strategis
Tanjung Api-api dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
d. Ketentuan Peralihan
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
0
a. Pelaksanaan Peraturan Gubernur yang berkaitan dengan penataan ruang
kawasan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlaku izin;
c. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan Peraturan Daerah ini; dan
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, diberikan masa transisi
selama 2 (dua) tahun untuk disesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini.
d. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
1
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Untuk mencapai visi dan misi penataan ruang Provinsi Sumatera Selatan
yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah maka diperlukan suatu rencana
detail tata ruang untuk Kawasan Strategis Tanjung Api-api yang mendukung
berjalanannya program penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
komprehensif. Rencana detail tata ruang diharapkan dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam pembangunan dan pemanfataan ruang di Kawasan Strategis
Tanjung Api-api serta pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan tersebut.
Naskah Akademis Penyusunan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Tanjung Api-api disusun berdasarkan amanat Pasal 14 ayat (3) pada
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjabarkan
bahwa rencana rinci tata ruang termasuk di dalamnya adalah Rencana Detail Tata
Ruang Kota/Kabupaten. Rencana Detail Tata Ruang selanjutnya ditetapkan sebagai
peraturan daerah, sebagaimana tertuang pada pasal 27 ayat (1). Kemudian pada
Pasal 78 ayat (4) huruf b dan huruf c, bahwa semua peraturan daerah provinsi
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi disusun atau disesuaikan paling
lambat dalam waktu 2 (dua) tahun (Pasal 27 ayat (1) mengenai rencana rinci tata
ruang provinsi) dan; semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata
ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun
(Pasal 27 ayat (1) mengenai rencana rinci tata ruang kabupaten/kota) terhitung sejak
Undang-Undang ini diberlakukan. Muatan, pedoman dan tata cara penggunaan
rencana rinci tata ruang provinsi, kabupaten/ kota berdasarkan amanat Pasal 24 ayat
(2) dan Pasal 27 ayat (2) UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Untuk pelaksanaan ketentuan tersebut telah ditetapkan Peraturan Menteri
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
2
Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi
dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta
Rencana Rincinya.
Naskah akademis ini secara keseluruhan merekomendasikan perlunya
penyusunan Perda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-
api sebagai pedoman perencanaan pembangunan, pemanfaatan ruang serta
pengendalian pemanfaatan ruang hingga tanhun 2038. Peraturan ini perlu segera
ditetapkan sebagai bagian penting dalam rangka mewujudkan visi Sumatera Selatan
sebagai ibukota Provinsi yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, sejajar
dengan kota-kota besar dunia, dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera.
6.2 Saran
Naskah Akademis Penyusunan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Tanjung Api-api merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
dan hasil perencanaan tata ruang Kawasan Strategis Tanjung Api-api yang dapat
dipertanggung jawabakan secara ilmiah tentang perencanaan tersebut dalam suatu
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Setelah diselesaikannya
Raperda ini, maka perlu adanya peraturan-peraturan dalam ranah teknis yang
mengatur keberjalanan pemanfaatan ruang sesuai dengan Raperda yang telah
disusun.
Selain itu, sosialisasi yang menyeluruh untuk semua kalangan juga harus
dilakukan terutama kepada stakeholder terkait seperti Kementerian Perhubungan,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Dalam Negeri dan kementerian
pusat lain yang terkait pembangunan reklamasi serta seluruh stakeholder seperti
lembaga swadaya masyarakat dan komunitas-komunitas di Sumatera Selatan.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
3
DAFTAR PUSTAKA
Land Use Planning to Support Singapore by Ministry National Development of Singapore.
http://www.mnd.gov.sg/landuseplan/e-book/index.html#/12/. Diakses, 26 Oktober
2018
Segel, Arthur I. 2006. “New Songdo City”. Boston: Harvard Business School.
Lee, Junho, Jeehyun Oh. 2008. “New Songdo City and the Value of Flexibility: A Case Study of
Implementation and Analysis of a Mega-Scale Project”. Cambridge: Massachusetts
Institute of Technology.
Djakapermana, Ruchat Deni. 2010. Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan
Kawasan. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
Umum.
150 Years of Hong Kong Harbour and Land Development, Ho Pui-yin, Commercial Press.ISBN
962-07-6339-4
"Central and Wan Chai Reclamation". cedd.gov.hk. 3 July 2009. Retrieved 30 January 2012.
“Herbert Girardet: The Self-Sufficient City”. www.dac.dk. 21 Januari 2014. Diakses 25 Oktober
2018.
ICLEI Global Reports 2011: Financing the Resilience City. http://resilient-cities.iclei.org/. Diakses
25 Oktober 2018.
What is a Resilient City?. sustainability.about.com. Diakses 25 Oktober 2018.
Eco2 Cities Guide : Ecological Cities as Economic Cities. 2012. Washington DC : World Bank.
Resilient City : A Grosvenor Research Report. http://www.grosvenor.com/. Diakses 25 Oktober
2018.
Governor’s Green Government Council. Tanpa tahun. What Is a Green Building? Fundamental
Principles of Green Building and Sustainable Site Design. Pennsylvania.
Zaman, Atiq Uz. 2011. What is the Zero Waste City Concept?. Australia : Zero Waste SA
Research Centre for Sustainable Design and Behavior.
Zaman, Atiq Uz. 2011. Challenges and Opportunities in Transforming a City into a Zero Waste
City. Australia : University of South Australia.
Giovinazzi, Oriana. 2008. Waterfront Planning : A Window of Opportunities for Post-disaster
Reconstruction. Italy : University of Venice.
Timur, Umut Pekin. 2013. Urban Waterfront Regeneration. Turkey : Çankırı Karatekin University.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
4
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
5
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
6
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
7
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);
MEMUTUSKAN:
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
8
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA
RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN
TERPADU TANJUNG API- API TAHUN 2019-2039.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 0
9
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
16. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
17. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
20. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi selanjutnya disebut RTRW Provinsi
Sumatera Selatan adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah provinsi.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
0
21. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya
disingkat RTR KSP adalah hasil perencanaan rencana rinci tata ruang
provinsi.
22. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
23. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
24. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
25. Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api adalah kawasan strategis provinsi dari
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang meliputi kawasan inti dan
kawasan penyangga Tanjung Api-Api.
26. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan.
27. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
1
30. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
32. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
2
Muatan RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api–Api meliputi:
BAB III
Bagian Pertama
Asas
Pasal 4
a. keterpaduan;
c. keberlanjutan;
e. keterbukaan;
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
3
h. kepastian hukum dan keadilan;
i. akuntabilitas.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 5
Tujuan penataan ruang RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api adalah
mewujudkan Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, seimbang dan berkelanjutan.
Bagian Ketiga
Pasal 6
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
4
BAB IV
Bagian Pertama
Pasal 7
Rencana Struktur Ruang KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api terdiri atas :
Paragraf I
Pasal 8
Paragraf Kedua
Pasal 9
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
5
(1) Rencana Sistem Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf b terdiri atas :
(3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi :
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
6
d. terminal terdiri atas terminal penumpang type A, terminal angkutan
barang dan terminal khusus;
(4) Sistem jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi :
(5)Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c meliputi :
Pasal 10
(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf b terdiri atas:
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
7
d. peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan
industri pada pusat kegiatan utama Kabupaten diantaranya Kawasan
Strategis Industri Tanjung Api-Api.
b. kebutuhan domestik yang terbagi atas tipe rumah yaitu mewah, sedang
dan sederhana.
(3) Rencana sistem jaringan sumber daya air bersih sebagaimana dimaksud
pada Pasal 9 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. penyediaan air bersih yang bersumber air permukaan yang berasal dari
Sungai Telang; dan
b. pelayanan air bersih terdiri atas pelayanan untuk penghuni dan kegiatan
industri.
b. pelayanan air minum terdiri atas pelayanan untuk rumah tangga, publik
dan untuk kegiatan industri.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 1
8
c. Sistem pengangkutan sampah.
(6) Rencana sistem jaringan drainase sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
9 ayat (1) huruf h terdiri atas:
(7) Rencana prasaran lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf i terdiri atas :
Bagian ketiga
Rencana Pola Ruang Kawasan
Pasal 12
(1) Rencana Pola Ruang Kawasan Penyangga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 huruf a terdiri dari :
c. kawasan hutan kota dibagi menjadi 2, yaitu RTH seluas 1.573,92 ha dan
taman kota seluas 161,43 Ha;
e. sempadan pantai berupa hutan bakau dengan lebar minimal 100 meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat;
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
0
serta kawasan hutan lindung di Desa Sungsang II, Sungsang III, dan
Sungsang IV Kecamatan Banyuasin II dengan tingkat kerawanan rendah.
(2) Rencana Pola Ruang Kawasan Inti sebagaimana yang dimaksud pada Pasal
11 huruf b terdiri atas :
BAB V
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
1
RTR KSP KAWASAN TERPADU TANJUNG API-API
Pasal 13
(1) Indikasi program utama RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api terdiri
atas:
BAB VI
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
2
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN RTR KSP KAWASAN
TERPADU TANJUNG API-API
Pasal 14
(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang RTR KSP Terpadu Tanjung Api-
api digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api;
(2) Pengendalian pemanfaatan ruang RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-
Api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. arahan peraturan zonasi (PZ) di kawasan inti dan kawasan penyangga;
b. arahan perizinan;
c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan pengenaan sanksi.
Bagian Kesatu
Pasal 15
Bagian Kedua
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
3
Perizinan
Pasal 16
(1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b,
merupakan aeuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting bagi
provinsi dikoordinasikan dengan kementerian terkait.
(5) Pengembangan ruang kawasan yang dapat menimbulkan perubahan
lingkungan yang eukup besar harus dilengkapi dokumen Kajian
Lingkungan Hidup yang merupakan syarat perizinan pemanfaatan ruang.
Bagian Keempat
Pasal 17
(2) Arahan insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan tujuan,
kebijakan dan strategi penataan ruang kawasan Tanjung Api Api.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
4
Pasal 18
Pasal 19
a. pemberian kompensasi;
b. urun saham;
d. penghargaan.
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
h. penghargaan.
Pasal 20
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
5
c. penalti
d. penalti.
Pasal 21
Bagian Keempat
Pasal 22
Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf
d merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
pola ruang;
b. pelanggaran arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detail Tata Ruang,
serta ketentuan perundangan terkait lainnya;
d. pelanggaran terhadap ketentuan arahan pemanfaatan ruang dan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang baik yang telah ditetapkan dalam
Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detail Tata Ruang;
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
6
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar; dan
g. pemanfaatan ruang yang melanggar fungsi konservasi air, tanah, hutan,
geologidan kawasan konservasi lainnya.
Pasal 23
(1) Setiap orang dan atau badan usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan;
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. sanksi administratif; dan
b. sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
(3) Pejabat yang berwenang menerbitkan izin tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah ini dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 24
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
7
i. denda administratif
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sepanjang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 25
RTR Kawasan Tanjung Api-Api ini digunakan sebagai salah satu pedoman bagi
:
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
1. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
masa berlaku izin;
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
8
2. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
3. Izin pemanfaatan ruang yang masa berlakunya sudah habis dan tidak sesuai
dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
(1) Jangka waktu RTR KSP Kawasan Terpadu Tanjung Api-Api adalah 20 (dua
puluh) tahun.
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 2
9
(2) RTR Kawasan Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan peninjauan kembali 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 28
Ditetapkan di Palembang
pada tanggal 2019.
H. HERMAN DERU
Diundangkan di Palembang
pada tanggal 2019
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN,
H. NASRUN UMAR
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 3
0
(NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN / )
1
LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK KAWASAN STRATEGIS PROVINSI TANJUNG API-API 3
1