1
0
KATA PENGANTAR
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
iii
2.1.8 Karakteristik Ekonomi .................................................................... 31
2.3.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu ..... 39
iv
4.1.1 Rencana Zona Perlindungan Setempat ........................................... 77
v
5.4 Program Perwujudan Penetapan Sub WP yang Diprioritaskan
Penanganannya ................................................................................................ 103
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Koefisien Dasar Bangunan Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
............................................................................................................................... 12
Tabel 2. 2 Koefisien Lantai Bangunan Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
............................................................................................................................... 12
Tabel 2. 3 Koefisien Dasar Hijau Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu ... 13
Tabel 2. 4 Data Garis Sempadan Bangunan Pada Garis Sempadan Bangunan (GSB
............................................................................................................................... 13
Tabel 2. 11 Sarana Pendidikan pada Kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
............................................................................................................................... 24
Tabel 2. 12 Sarana Kesehatan pada Kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
............................................................................................................................... 24
Tabel 2. 13 Sarana Peribadatan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu ....... 25
Tabel 2. 14 Sarana Perdagangan dan Jasa pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa
Kulu ....................................................................................................................... 26
vii
Tabel 2. 16 Sarana Keamanan dan Pemerintah pada Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu................................................................................................................ 27
Tabel 2. 21 Jaringan Jalan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu ............... 31
Tabel 2. 22 Nilai Produksi dan RTP Tahun 2020 dan 2021 ................................. 32
Tabel 2. 23 Jumlah Produksi Budidaya Ikan Kolam dan Keramba Berdasarkan Jenis
Ikan Tahun 2020 dan 2021.................................................................................... 32
Tabel 4. 3 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan pada WP Loa Kulu ................ 81
Tabel 4. 4 Rencana Pola Ruang Zona Perdagangan Jasa pada WP Loa Kulu ..... 84
Tabel 4. 5 Rencana Pola Ruang Zona Sarana Pelayanan Umum pada WP Loa Kulu
............................................................................................................................... 85
Tabel 4. 6 Rencana Pola Ruang Sub Zona Perkantoran pada WP Loa Kulu ....... 87
viii
Tabel 4. 7 Rencana Pola Ruang Sub Zona Hutan Produksi pada WP Loa Kulu . 88
Tabel 4. 8 Rencana Pola Ruang Sub Zona Pertanian pada WP Loa Kulu ............ 89
Tabel 4. 9 Rencana Pola Ruang Sub Zona Pariwisata pada WP Loa Kulu .......... 90
Tabel 4. 10 Rencana Pola Ruang Sub Zona Perikanan pada WP Loa Kulu ......... 91
Tabel 6. 4 Matriks Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi .......... 150
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3. 10 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Sumber Daya Air pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu ................................................................................. 66
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keputusan yang dibuat setelah melalui beberapa pertimbangan. Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) memiliki fungsi sebagai kendali mutu bagi perencanaan wilayah
kabupaten/kota agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di
atasnya, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) juga berfungsi sebagai acuan pada
kegiatan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW), serta acuan dalam pengendalian pemanfaatan ruang serta penerbitan izin
pemanfaatan ruang. Selain itu, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) juga digunakan
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi
utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas
perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. (Keputusan
Menteri Perikanan dan Kelautan No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum
Minapolitan). Kawasan Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor
kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan rakyat.
Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah suatu pendekatan pembangunan
kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan
menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center)
yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis Perikanan
(minapolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan
pendapatan kawasan perdesaan (regional income).
Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas 1.045,7
km2 termasuk salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Tenggarong. Perencanaan struktur sistem perdesaan di Kecamatan Loa Kulu
memiliki rencana pengembangan sebagai Pusat Pelayanan lingkungan dan sebagai
kawasan Minapolitan. Tujuan diadakannya penataan ruang pada wilayah perkotaan
Loa Kulu adalah untuk mewujudkan WP Loa Kulu sebagai Kota Agropolitan dan
Minapolitan didukung infrastruktur dan lingkungan berkelanjutan .Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Loa Kulu ini disusun sebagai tindak lanjut
dari Perda Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013 Pasal 62 ayat (6)
huruf c yang mengamanatkan penyusunan rencana rinci wilayah kabupaten di 18
kecamatan, salah satunya meliputi RDTR Kecamatan Loa Kulu. RDTR wilayah
2
perkotaan Kecamatan Loa Kulu ini disusun sesuai petunjuk dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Berdasarkan pembahasan diatas, dalam pengembangan WP Loa Kulu,
Kabupaten Kutai Kartanegara dibutuhkan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
sebagai dasar untuk mengarahkan pengembangan kawasan sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung yang ada.
3
1.3.3 Sasaran
Berdasarkan tujuan penyusunan RDTR yang telah diuraikan di atas, adapun
sasaran dalam penyusunan RDTR ini untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sebagai
berikut:
1. Menyajikan data serta informasi kawasan perencanaan Kecamatan Loa
Kulu yang akurat dan aktual.
2. Mengidentifikasikan potensi serta permasalahan pada kawasan perencanaan
Kecamatan Loa Kulu, sebagai masukan dalam proses penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu.
3. Memberikan pedoman untuk penyusunan peraturan zonasi, pemberian
advice planning, pengaturan bangunan setempat dan dalam pemberian
perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang.
4. Menyusun Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan Wilayah Perencanaan
Loa Kulu
4
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Wilayah Perencaanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Hasil Olahan Data Penulis, 2022
5
1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup Kegiatan pada Rencana Detail Tata Ruang WP Loa Kulu
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Persiapan Kegiatan
a. Melakukan kajian awal data sekunder terkait seperti RTRW, RDTR,
b. Penetapan awal delineasi WP Loa Kulu
c. Persiapan teknis terkait pelaksanaan meliputi, hasil kesimpulan data
awal, penyiapan metodologi pendekatan dan penyiapan kebutuhan
survei serta mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan
2. Pengumpulan data dan Informasi Meliputi:
a. Data Sekunder
b. Data Primer
3. Melakukan Pengolahan dan analisis data
Adapun analisis penyusunan dokumen Rencana Detail Tata Ruang WP Loa
Kulu pada laporan bagian fakta dan analisa adalah sebagai berikut.
a. Analisis demografi dan sosial budaya masyarakat (kependudukan)
b. Analisis Struktur Ruang
c. Analisis Pola Ruang
d. Analisis Intensitas Pemanfaatan Ruang
e. Analisis Potensi dan Isu Permasalahan Kawasan
f. Analisis Isu-isu Strategis Kawasan.
4. Merumuskan Konsep Perencanaan
Merumuskan Konsep Perencanaan dokumen Rencana Detail Tata Ruang
WP Loa Kulu terdiri atas pembahasan alternatif konsep perencanaan,
pemilihan konsep rencana yang menghasilkan strategi dan kebijakan
penataan ruang WP Loa Kulu.
6
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Nasional.
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5. Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tingkat Nasional.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Basis Data
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota, Serta
Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
11. Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 Dan No.
683/KPTS/UM/II/1998 Tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan.
7
8
BAB II
TUJUAN PENATAAN RUANG
9
Subbituminous A. Ketebalan formasi Loa Kulu ini mencapai 800 meter,
terendapkan dalam rentang waktu Miosen Bawah pada lingkungan
pengendapan laut dangkal. Pengendapan sedimen yang terjadi berlangsung
sejak Miosen hingga Pliosen dengan batuan pengisi cekungan berupa
Formasi Pamaluan, Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan
Aluvium.
C. Topografi
Wilayah Perencanaan (WP) Kecamatan Loa Kulu secara umum berada pada
rentang ketinggian tempat mulai dari 0 mdpl hingga 30 mdpl dengan
wilayah dataran rendah yang sebagian besar tersebar pada dataran aluvial
yang berada di sekitar tepian Sungai Mahakam dan sebagian lagi merupakan
wilayah perbukitan. Wilayah yang tergolong ke dalam kelas ketinggian 7 –
25 m memiliki sifat berupa permukaan tanah datar sampai landai, kadang
tergenang, kandungan air tanah cukup baik, dapat diairi dan tidak ada erosi,
sehingga sangat cocok untuk pertanian lahan basah dan tempat budidaya
ikan.
D. Hidrologi
Pada Wilayah Perencanaan (WP) Kecamatan Loa Kulu memiliki kondisi
hidrologi atau air tanah yang secara keseluruhan merupakan wilayah dengan
tingkat produktivitas akuifer yang rendah, dimana air tanah terletak di 0 -
50 m di bawah permukaan tanah dengan kondisi tanah yang bersifat
akuiklud (tidak dapat menyimpan air).
E. Klomatologi
Kecamatan Loa Kulu masih merupakan wilayah tropis yang memiliki 2
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kecamatan ini memiliki
rata-rata curah hujan yang lumayan tinggi, sehingga kecamatan ini termasuk
kecamatan yang mempunyai lahan yang subur sehingga sektor pertaniannya
juga menjadi maju. Dari bulan desember sampai bulan mei curah hujan dan
hari hujan cukup tinggi yaitu curah hujan berkisar rata-rata yaitu 225 mm
dan hari hujan rata-rata 15 hh. Curah hujan tertinggi ada pada bulan Januari
dengan curah hujan 358 mm dengan hari hujan terendah di bulan Februari.
10
F. Morfologi
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan daerah perairan, dengan bentuk
morfologi daerah pantai, dikelilingi oleh gunung-gunung serta barisan
perbukitan dengan bentuk morfologi daratan berupa dataran, dataran
bergelombang, perbukitan, perbukitan curam, pegunungan dan pegunungan.
Morfologi pada kawasan Wilayah Perencanaan (WP), Kecamatan Loa Kulu
memiliki morfologi kawasan yang didominasi oleh dataran dan perbukitan
curam.
2.1.2 Pola Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di wilayah WP Loa Kulu dibagi menjadi jenis lahan
sawah dan jenis bukan lahan sawah. Jenis penggunaan bukan lahan sawah lebih
besar dibandingkan jenis lahan sawah yang rinciannya yaitu pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu luas lahan sawah sekitar 133.88 Ha dan luas bukan
sawah sekitar 390.21 Ha dengan jumlah seluruhnya sebesar 524,09 Ha. Pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu jenis penggunaan lahan kolam sebesar
115,79 Ha, lahan hutan sebesar 56,29 Ha, lahan perairan sebesar 61,25 Ha, dan
lahan lainnya sebesar 20,03 Ha. Jenis pengunaan tanah pada Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu ini dimana Desa Ponoragan merupakan daerah yang paling
didominasi oleh ejnis penggunaan tanah untuk kolam dan untuk di Desa Sepakat
didominasi oleh lahan perairan.
2.1.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun
2018, Intensitas Pemanfaatan ruang merupakan ketentuan teknis tentang kepadatan
zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui
Koefisien dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien
Dasar Hijau (KDH). Berdasarkan survei primer tahun 2022.
A. Intensitas Pemanfaatan Ruang
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Dalam hasil perhitungan yang ada nantinya akan dipengaruhi oleh
kondisi atau peruntukan bangunan yang ada. Diketahui dari peruntukan
lahan yang terbangun di wilayah perencanaan yang beragam umumnya
berupa permukiman, fasilitas umum, perdagangan dan jasa.
11
Tabel 2. 1 Koefisien Dasar Bangunan Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa
Kulu
12
Tabel 2. 3 Koefisien Dasar Hijau Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
No Desa Jumlah
0%-20% 21%-40% 41-60%
13
No Kelurahan Hirarki Jalan Nama Jalan GSB (m)
Jl. Manunggal II -
2. Tinggi Bangunan
Pada bagian wilayah minapolitan ketinggian bangunan pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat dikategorikan sedang hingga sangat
rendah Kawasan permukiman hanya memiliki ketinggian 3 m (1 lantai)
sedangkan untuk beberapa kawasan perdagangan dan jasa serta memiliki
ketinggian 12 m (1-2 lantai).
14
3. Garis Sempadan Sungai (GSS)
Garis Sempadan Sungai pada Bagian Wilayah Minapolitan Kecamatan
Loa Kulu terdapat sungai yaitu Sungai Mahakam. Menurut Survei Primer
pada Sungai Mahakam Sempadan Sungai berjarak < 10meter dan dengan
kedalaman 30meter sedangkan Berikut merupakan peta Garis Sempadan
Sungai pada Bagian Wilayah Minapolitan Kecamatan Loa Kulu.
2.1.4 Demografi dan Sosial Budaya Masyarakat
A. Komposisi Penduduk
Dalam komposisi penduduk Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu dipilih
dua desa dari Kecamatan Loa Kulu, yaitu Desa Sepakat dan Desa Ponoragan
dengan jumlah serta kepadatan penduduk selama lima tahun terakhir adalah
sebagai berikut.
Tabel 2. 5 Data Kependudukan Pada Kawasan Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu tahun 2017-2021
2017 5.687 9
2018 5.858 10
2019 5.973 10
2020 5.912 10
2021 5.020 8
Sumber: Analisis Penulis, 2022
Dalam data komposisi penduduk pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa
Kulu dibagi berdasarkan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan,
Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKP3A) di dalam
website-nya, berikut adalah tabel dan grafik jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin.
15
Tabel 2. 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin pada Wilayah
Perencanaan (WP) pada Tahun 2021
16
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasannya jumlah
mayoritas penduduk pada Wilayah Perencanaan (WP) pada tahun 2021
berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 52,1 persen. Sedangkan,
masyarakat berjenis kelamin perempuan memiliki persentase 47,9
persen.
2. Berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan,
Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKP3A) di dalam
website-nya, berikut adalah tabel dan piramida jumlah penduduk
berdasarkan usia.
Tabel 2. 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin pada Wilayah
Perencanaan (WP) pada Tahun 2021
17
Sumber: Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan
Anak (DKP3A), 2022
18
Agama Jumlah Penduduk
Lainnya 0
Total 5,020
Sumber: Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan
Anak (DKP3A), 2022
19
dengan penganut paling sedikit adalah hindu, buddha, dan konghucu
dengan jumlah nol.
4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan,
Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DKP3A) di dalam
website-nya, berikut adalah tabel dan grafik jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 2. 9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan pada Wilayah
Perencanaan (WP) pada Tahun 2021
Pendidikan Jumlah
20
Gambar 2. 6 Grafik Batang Penduduk Berdasarkan Pendidikan pada
Wilayah Perencanaan
Sumber: Olahan Penulis, 2022
21
website-nya, berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan
pekerjaan.
Tabel 2. 10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan pada Wilayah
Perencanaan (WP) pada Tahun 2021
22
Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Ustadz/Mubaligh 0 1 1
Dosen 1 0 1
Guru 8 15 23
Dokter 0 1 1
Bidan 0 3 3
Perawat 2 8 10
Pelaut 2 0 2
Sopir 10 0 10
Pedagang 18 6 24
Perangkat Desa 4 2 6
Kepala Desa 1 0 1
Wiraswasta 293 34 327
Lainnya 6 0 6
Jumlah 5,020
Sumber: Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan
Anak (DKP3A), 2022
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwasannya jumlah
mayoritas penduduk pada Wilayah Perencanaan (WP) pada tahun 2021
tidak memiliki pekerjaan/belum bekerja dengan jumlah sebesar 1.293
jiwa.
B. Sosial Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya Kecamatan Loa Kulu pada 2 desa kawasan studi
kami memiliki budaya yang kurang lebih sama pada setiap desanya, dikarenakan
penduduknya yang homogen dengan mayoritas suku jawa. Disamping itu pola
penghidupan khususnya masyarakat pada Desa Ponoragan dan Desa Sepakat
memiliki peruntukan pada bidang budidaya ikan yaitu sebagai kawasan
minapolitan sedangkan desa-desa sekitar wilayah studi kami diperuntukan pada
bidang agropolitan. Disatu pihak berbagai ragam kegiatan penduduk yang
mempunyai ciri tersendiri tersebut merupakan satu potensi yang dapat
23
dikembangkan sebagai aset budaya untuk dijadikan suatu atraksi atau tontonan
yang menarik bagi masyarakat maupun pengunjung.
2.1.5 Sarana Pelayanan Umum
A. Sarana Pendidikan
Fasilitas pendidikan pada ruang lingkup wilayah perencanaan atau WP yang
kami ambil di Kecamatan Loa Kulu terdiri dari Paud, TK, SD, SLTP,
SMA/SMK. Berikut ini tabel ketersediaan sarana pendidikan pada kawasan
Wilayah Perencanaan Loa Kulu.
Tabel 2. 11 Sarana Pendidikan pada Kawasan Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu
PAUD 2
TK 4
SD 2
SLTP/SMP 0
SMA/SMK 0
Perguruan Tinggi 0
Sumber: Survei Primer, 2022
B. Sarana Kesehatan
Fasilitas sarana kesehatan pada ruang lingkup wilayah perencanaan atau WP
yang ada di Kecamatan Loa Kulu hanya terdapat beberapa saja yaitu Puskesmas,
puskesmas pembantu, apotik, dan posyandu. Berikut ini tabel ketersediaan
sarana kesehatan pada kawasan Wilayah Perencanaan Loa Kulu.
Puskesmas 0
Puskesmas Pembantu 1
Apotek 0
24
Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
Posyandu 0
Sumber: Survei Primer, 2022
C. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang terdapat pada ruang lingkup wilayah perencanaan
atau Wilayah Perencanaan yang ada di Kecamatan Loa Kulu untuk pemeluk
agama islam terdapat mushola dan masjid, sedangkan untuk sarana peribadatan
pemeluk agama lain hanya tersedia gereja. Berikut ini tabel ketersediaan sarana
peribadatan pada kawasan Wilayah Perencanaan Loa Kulu.
Tabel 2. 13 Sarana Peribadatan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Masjid 7
Musholla 1
Langgar 3
Gereja 0
25
Tabel 2. 14 Sarana Perdagangan dan Jasa pada Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu
Swalayan 1
Ruko 1
Toko 40
Warung 71
Jasa 16
Sumber: Survei Primer, 2022
F. Sarana Rekreasi dan Kebudayaan
Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu, sarana rekreasi dan kebudayaan
bergantung dengan beberapa karakteristik penduduknya seperti gaya hidup, latar
belakang kebudayaan, kondisi sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan. Berikut
ini tabel ketersediaan sarana rekreasi dan kebudayaan pada kawasan Wilayah
Perencanaan Loa Kulu.
Tabel 2. 15 Sarana Rekreasi dan Kebudayaan pada Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu
Balai Desa 2
26
Tabel 2. 16 Sarana Keamanan dan Pemerintah pada Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu
Pos Kamling 8
Gardu Portal 6
SUTT 0
Sepakat Bukit Biru 3
SUTM 4
SUTR 16
27
Desa Penyulang Jenis Jumlah
Gardu Portal 3
SUTT 1
Ponoragan
SUTM 2
SUTR 19
LED 8
Sepakat
Bohlam 97
LED 7
Ponoragan
Bohlam 49
28
Tabel 2. 19 Jumlah Prasarana Jaringan Telekomunikasi kawasan Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu
BTS 0
Sepakat
Instalasi Optical Distribution Point 8
BTS 3
Ponoragan
Instalasi Optical Distribution Point 23
Terbuka 3
Sepakat
Tertutup 0
Terbuka 4
Ponoragan
Tertutup 0
29
F. Jaringan Persampahan
Pada kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu penghasilan sampah
paling besar berasal dari aktivitas perdagangan di pasar diikuti sampah yang
berasal dari rumah tangga. Kawasan Bagian Wilayah (WP) Loa Kulu hanya
terdapat 3 (tiga) Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Desa Sepakat dengan
kondisi yang cukup baik dan bahan material menggunakan papan/kayu.
Sedangkan untuk Desa Ponoragan sendiri berdasarkan hasil survei tidak
ditemukan Tempat pembuangan Sementara (TPS).
G. Jaringan Sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih untuk
menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah,
air, dan udara dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Pada Kawasan Wilayah
Perencanaan atau WP Loa Kulu rata-rata masyarakat secara umum sudah
memiliki saluran pembuangan air limbah berupa sistem resapan septictank.
2.1.7 Sistem Jaringan Transportasi
Sistem transportasi menjadi kebutuhan umum masyarakat yang sangat
penting karena menjadi prasarana yang memudahkan masyarakat untuk melakukan
suatu kegiatan dari zona awal ke zona tujuan. Sistem transportasi menyeluruh
(makro) dibagi menjadi sistem transportasi yang lebih kecil (kecil) yaitu terdiri atas
sistem kegiatan, sistem pergerakan, dan jaringan transportasi.
A. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan yang terdapat pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
mempengaruhi pada penggunaan ruangnya. Jenis sistem kegiatan yang
berpotensi dapat mempengaruhi sistem pergerakan pada Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu meliputi pendidikan, peribadatan, pelayanan umum,
perdagangan dan jasa, rekreasi dan olahraga, kesehatan, serta keamanan dan
pemerintahan.
B. Sistem Jaringan
Menurut UU Nomor. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
30
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel. Dalam sistem jaringan pada suatu wilayah terdapat fungsi jalan
yaitu jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, Jalan Lingkungan, Jalan Koletor
Primer, Jalan Kolektor sekunder. Data Tersebut di dapatkan dari hasil survei
primer pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu.
Tabel 2. 21 Jaringan Jalan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
No Fungsi Jalan Jumlah
1. Jalan Lokal Primer 1
2. Jalan Lokal Sekunder 2
3. Jalan Lingkungan 13
Total 15
Sumber:Analisis Penulis, 2022
C. Sistem Pergerakan
Perkembangan dalam suatu kota akan menyebabkan pusat kota tersebut
akan menjadi daya tarik masyarakat dan menyebabkan permintaan penggunaan
transportasi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pergerakan penduduk di
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu memiliki tujuan yang beragam, antara lain
pergerakan menuju tempat kerja, pergerakan karena adanya daya tarik sarana
perdagangan dan jasa, pergerakan menuju fasilitas pendidikan, serta kesehatan
dengan hirarki pelayanannya.
2.1.8 Karakteristik Ekonomi
Kondisi ekonomi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu memiliki
berbagai jenis potensi baik dari sumber daya alam ataupun sumber daya manusia
yang dimiliki dan dimanfaatkan untuk mengurangi kesenjangan serta meningkatkan
pendapatan masyarakat di sekitar Wilayah Perencanaa (WP) Loa Kulu. Oleh karena
itu, dilakukan identifikasi terhadap sektor kagiatan perekonomian dan potensi
sumber daya sebagai berikut.
31
A. Kegiatan Perekonomian
Pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu memiliki kegiatan
perekonomian yang bergantung pada sektor perikanan dengan sebagian besar
mata pencaharian masyarakat berada pada bidang perikanan mulai dari
pembibitan, pembudidayaan, hingga pendistribusian. Produk perikanan yang
telah memasuki masa panen dikirim atau diperjualbelikan ke wilayah sekitar dan
beberapa daerah di sekitarnya seperti Kota Samarinda, Tenggarong, Balikpapan,
dan lainnya.
Tabel 2. 22 Nilai Produksi dan RTP Tahun 2020 dan 2021
2020 2021
2020 2021
32
2020 2021
Sidat - - - 15,49
33
2.2 Isu-Isu Strategis Wilayah Minapolitan Loa Kulu
2.2.1 Potensi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Dalam melakukan perumusan isu-isu strategis pada Wilayah Perencanaan
(WP) Minapolitan Loa Kulu, didapatkan potensi pada kawasan tersebut yaitu
sebagai berikut:
A. Struktur Internal Wilayah Perencanaan
Kawasan pusat pelayanan yang berada pada Orde I adalah Kawasan I & II
memiliki keunggulan pada jenis sarana yang berbeda, yaitu Kawasan I pada
Sarana Perdagangan & Jasa serta Kawasan II pada Sarana Pendidikan.
B. Kemampuan Lahan dan Daya Tampung
Daya tampung Bagian Wilayah Perencanaan Loa Kulu diproyeksi
memungkinkan untuk menampung penduduk hingga tahun 2042 serta lahan
yang belum terbangun dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan
minapolitan.
C. Penggunaan Lahan
Pada Wilayah Perencanaan Loa Kulu terdapat kolam yang begitu luas
sehingga produksi budidaya perikanan akan sangat menunjang sektor ekonomi
dan luasnya lahan setelah kolam yaitu pertanian lahan basah fungsional sehingga
bisa menjadi kawasan sektor pertanian seperti sawah untuk menunjang ekonomi
yang dilihat dari eksisting lahan yang ada potensi sumber daya alam terbilang
cukup baik dan maksimal
D. Kedudukan dan Peran Wilayah Perencanaan dalam Wilayah yang
Lebih Luas
Kedudukan dan peran wilayah perencanaan pada setiap aspek yaitu sosial
budaya, ekonomi, sarana, dan lingkungan ikut berkontribusi pada sektor perairan
dan pertanian
E. Sosial Budaya
Potensi sosial budaya yang ditunjulan melalui laju pertumbuhan penduduk
yang berada di bawah dua persen. Dan dari hasil wawancara sekitar 80%
penduduk adalah pendatang sehingga dapat menciptakan nuansa baru bagi
kehidupan sosial dan budaya penduduk sehari-hari.
34
F. Kependudukan
Laju pertumbuhan penduduk pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
berada di bawa dua persen dalam hal ini WP Loa Kulu ini masuk kedalam
kategori kepadatan penduduk rendah. Selain itu, permintaan akan lahan tempat
tinggal juga rendah dikarenakan kepadatan penduduk selama 20 tahun ke depan
juga dalam kategori rendah.
G. Ekonomi dan Sektor Unggulan
Potensi yang didapatkan pada ekonomi dan sektor unggulan di Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu, dapat dilihat sebagai berikut.
1. Memiliki luas wilayah tambak dan keramba terluas dan terbanyak di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Memiliki nilai produksi dan jumlah rumah tangga perikanan terbanyak di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Merupakan kawasan minapolitan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.
4. Kawasan strategis berada di sepanjang sungai Mahakam.
H. Transportasi
Lokasi eksisting pada kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
memiliki karakteristik aktivitas utama sebagai permukiman dengan infrastruktur
penunjang yang mendukung sistem kegiatan dan sistem pergerakan.
I. Sumber Daya Buatan
1. Sarana
Pendidikan kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, rekreasi dan
kebudayaan serta keamanan dan pemerintahan sudah dibangun dan
akan terus dilakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan menunjang mobilitas perekonomian Kawasan Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu.
2. Prasarana
1. Produksi air bersih pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
sudah memenuhi dan menunjang segala aktivitas masyarakat dan
mempercepat kegiatan ekonomi.
35
2. Energi listrik pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat
dikatakan baik karena berdasarkan hasil perhitungan dapat
menunjang segala kegiatan masyarakat.
3. Jaringan telekomunikasi dan internet yang sudah tersebar pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu sehingga memudahkan
kegiatan percepatan ekonomi seperti, perdagangan online dan
sistem distribusi lebih mudah.
4. Dapat dikembangkanya energy terbarukan yang bersumber dari
sampah pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu melihat hasil
perhitungan sampah yang telah dilakukan.
5. Sanitasi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu sudah
memenuhi, di mana pada setiap rumah sudah memiliki septic tank
pribadi.
J. Kondisi Lingkungan Binaan
Pada jalan utama seperti Jalan Ahmad Yani, harga lahan yang ada mencapai
1,5 juta hingga 2 juta rupiah per m2 sehingga pemanfaatan lahan tersebut sangat
cocok untuk dibangun sebagai kawasan perdagangan jasa. Pada lahan wilayah
Desa Ponoragan yang hanya mencapai 350 ribu hingga 500 ribu per m2 sehingga
pemanfaatannya dapat digunakan sebagai kawasan pertanian dan perikanan.
K. Kelembagaan
Terdapat satu lembaga informal pada WP yaitu Kelompok Tani/Nelayan
yang ada di WP Kecamatan Loa Kulu yang membantu pekerja budidaya ikan di
Wilayah Perencanaan. Dan terdapat UPT Balai Benih Pembantu Tanaman
Pangan yang dapat membantu memberdayakan masyarakat serta melibatkan
masyarakat dalam memberdayakan budidaya ikan dalam pelaksanaan teknis
pembenihan serta membantu pemasukan tanaman pangan
L. Karakteristik Peruntukan Zona
Pada beberapa sub zona seperti kawasan hutan lindung, kawasan resapan
air, kawasan sempadan sungai, kawasan ruang terbuka hijau, pemakaman,
perumahan, perdagangan dan jas, sarana pelayanan umum, pertanian, perikanan,
dan campuran telah memiliki kesesuaian seperti pada zona perikanan telah di
dimanfaatkan sebagai area budidaya
36
M. Jenis Karakteristik Kegiatan yang Saat ini Berkembang
Tersedianya lahan untuk kegiatan perikanan baik di daratan maupun dalam
bentuk keramba. Selain itu, adanya alih fungsi lahan sawah menjadi kolam ikan
juga mendukung tergeraknya perekonomian sektor perikanan. Bermunculannya
teknologi dan kelompok pembudidaya dapat membantu masyarakat untuk
menjangkau pasar yang lebih luas.
N. Dampak Kegiatan Terhadap Jenis Peruntukan
Pada zona budidaya di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu terdapat zona
perikanan berupa tambak dan keramba, hal ini menyebabkan mayoritas
masyarakat pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu bekerja pada sektor
perikanan setempat.
2.2.2 Permasalahan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Dalam melakukan perumusan isu-isu strategis pada Wilayah Perencanaan
(WP) Minapolitan Loa Kulu, terdapat permasalahan yang terjadi pada kawasan
tersebut yaitu sebagai berikut:
A. Struktur Internal Wilayah Perencanaan
Adanya kesenjangan antara kawasan yang menjadi pusat pelayanan dengan
kawasan lainnya pada Wilayah Perencanaan (WP) Minapolitan Loa Kulu.
B. Kemampuan Lahan dan Daya Tampung
Tidak seimbangnya daya tampung dengan jumlah penduduk yang ada, dan
kemampuan lahan pada wilayah perencanaan dalam pengelolaannya harus
dilakukan dengan hati-hati dan harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak
mengurangi daya guna lahan dan menurunkan produktivitas lahan.
C. Penggunaan Lahan
Adanya peruntukan fungsi lahan yang bisa terbilang tidak sesuai dimana
seharusnya direncanakan sebagai peruntukan pertanian lahan kering tetapi
eksisting dipakai sebagai peruntukan kawasan aspek yang lain
D. Kedudukan dan Peran Wilayah Perencanaan dalam Wilayah yang
Lebih Luas
Beberapa masyarakat pada Wilayah Perencanaan (WP) Minapolitan Loa
Kulu masih kurang pemahaman mengenai potensi dan sumber daya yang ada.
E. Sosial Budaya
37
Beberapa masyarakat setempat (penduduk asli) belum terlatih dalam
mengolah sumber daya dikarenakan rendahnya tingkat Pendidikan.
F. Kependudukan
Adanya penurunan jumlah penduduk pada Wilayah Perencanaan (WP)
Minapolitan Loa Kulu tahun tertentu
G. Ekonomi dan Sektor Unggulan
Sistem kelembagaan pada usaha perikanan belum jelas dan siste, penjualan
yang masih belum tetap antara penjualan langsung atau melalui pengepul. Selain
itu, berbagai kebutuhan penunjang perikanan pada Wilayah Perencanaan (WP)
Minapolitan Loa Kulu masih diperoleh dari luar daerah.
H. Transportasi
Pergerakan yang terjadi pada Wilayah Perencanaan (WP) Minapolitan Loa
Kulu menuju tempat kerja menimbulkan kemacetan terutama pada saat jam
puncak.
I. Sumber Daya Buatan
1. Sarana
Belum terpenuhinya sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat yang sesuai dengan standar kesesuaian.
2. Prasarana
Belum terintegrasinya penyedian beberapa prasarana pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu.
J. Kondisi Lingkungan Binaan
Belum terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung jalan seperti
penerangan jalan, rambu lalu lintas, serta fasilitas pejalan kaki pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu. Hal ini diakibatkan juga karena kurang
maksimalnya GSB dalam produktivitas dan pengaturan lahan pada jalan arteri
yang didominasi bengunan perdagangan dan jasa.
K. Kelembagaan
Kurangnya Lembaga informal dalam memberdayakan masyarakat sehingga
tingkat keproduktivitasan masyarakat tergolong rendah. Pada Lembaga formal
semua kebutuhan administrasi tidak bisa diproses langsung tetapi harus melalui
proses di pusat pelayanan Kabupaten Kutai Kartanegara
38
L. Karakteristik Peruntukan Zona
Permasalahan yang terjadi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu, yaitu
tidak sesuainya peruntukan zona pada kawasan pertanian jenis lahan basah yang
dipakai sebagai kawasan budidaya perikanan
M. Jenis Karakteristik Kegiatan yang Saat ini Berkembang
Kurang terbentuknya sentra produksi membuat masyarakat bingung untuk
mencari komoditi yang dijajakan. Kurangnya minat masyarakat dalam mengolah
hasil budidaya membuat tidak adanya nilai tambah yang dapat meningkatkan
pendapatan mereka. Kurang adaptifnya masyarakat terhadap perkembangan
teknologi menjadi penghambat dalam memanfaatkan kesempatan untuk
menjangkau pasar yang lebih luas.
N. Dampak Kegiatan Terhadap Jenis Peruntukan
Tingginya aktivitas pertanian yang didominasi oleh sawah berperan sebagai
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat sekitar yang memiliki sawah lebih
berfokus terhadap perkembangan kawasan pertanian
39
3. Menjadikan Desa Sepakat dan Desa Ponoragan sebagai penggerak ekonomi
Kecamatan Loa Kulu pada sektor perikanan.
4. Menjadikan sektor perikanan sebagai pusat perkembangan ekonomi
Wilayah Perencanaan (WP) dalam waktu yang lama dan berkelanjutan.
2.3.2 Sasaran Penataan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Adapun sasaran penataan ruang kawasan Wilayah Perencanaan (WP)
Minapolitan Loa Kulu guna mencapai tujuan penataan ruang yang telah dirumuskan
adalah sebagai berikut.
1. Membentuk sentra produksi dari kluster-kluster pembudidayaan yang
menjadi pusat kegiatan budidaya pada Wilayah Perencanaan (WP).
2. Meningkatkan aksesibilitas pembudidaya terhadap sumberdaya alam,
sarana produksi dan prasarana pendukung produksi.
3. Pemenuhan standar sarana dan prasarana pendukung produksi, pengolahan,
dan pemasaran, seperti pasar ikan, pengairan, listrik, dan jalan.
4. Pembangunan pusat-pusat pembenihan dan sistem distribusi benih murah
seperti UPT /UPTD
40
41
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
42
2. Pusat Unit Pelayanan Terpadu (UPT)
3. Pusat perdagangan dan jasa
4. Pusat lembaga usaha perikanan
5. Pusat penyuluhan dan pelatihan
3.1.2 Rencana Sub Pusat Kegiatan Perikanan
Sub pusat kegiatan perikanan merupakan kawasan yang mendukung
keberlangsungan pusat kegiatan perikanan terutama dalam mendukung sarana dan
prasarana untuk kegiatan perikanan pada Wilayah Perencanaan (WP) dan sebagai
kawasan yang diperuntukkan untuk mendukung kegiatan masyarakat. Kawasan sub
pusat kegiatan perikanan yang ada pada Wilayah Perencanaan (WP) adalah
kawasan II. Adapun bentuk pengembangan yang direncanakan pada sub pusat
pelayanan kawasan perkotaan adalah:
1. Pelayanan pendidikan
2. Pelayanan kesehatan
3. Kawasan peribadatan
4. Perdagangan dan jasa skala lingkungan
5. Sekretariat kelompok budidaya ikan
43
Gambar 3. 1 Peta Rencana Pusat Kegiatan Pada Wilayah Perencanaan (WP) Minapolitan Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
44
Gambar 3. 2 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan WP Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
Tabel 3. 2 Pusat Pelayanan Wilayah Perencanaan (WP)
Pusat Skala
No. Fungsi Fasilitas Utama
Pelayanan Pelayanan
45
Pusat Skala
No. Fungsi Fasilitas Utama
Pelayanan Pelayanan
46
Dari rumus perhitungan tersebut maka dilakukan perhitungan yang akan dijabarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. 3 Pembagian Sub Wilayah Perencanaan
Sarana
Sarana Sarana Sarana Rekreasi &
Sarana Kesehatan Sarana Perdagangan & Jasa Keamanan &
Pendidikan Peribadatan Budaya
Kawasan Pemerintahan
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
I 1 2 0 0 0 1 3 0 1 1 26 40 11 0 0 4 3 3
II 1 2 2 2 1 0 4 4 0 0 14 31 5 4 2 3 5 3
Jumlah 2 4 2 2 1 1 7 4 1 1 40 71 16 4 2 7 8 6
Bobot 50 25 50 50 100 100 14,28 25 100 100 2,5 1,41 6,25 25 50 14,28 12,5 16,67
47
Setelah melakukan perhitungan nilai bobot masing-masing sarana, selanjutnya melakukan perhitungan nilai sentralitas dengan
mengalikan jumlah sarana dengan nilai bobot yang akan dijabarkan pada tabel berikut.
Tabel 3. 4 Perhitungan Nilai Sentralitas
Sarana Sarana
Sarana Sarana Sarana Sarana Perdagangan &
Rekreasi & Keamanan &
Pendidikan Kesehatan Peribadatan Jasa
Kawasan Budaya Pemerintahan Jumlah
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
I 50 50 0 0 0 100 42,84 0 100 100 65 56,4 68,75 0 0 57,12 37,5 50,01 465
II 50 50 100 100 100 0 57,12 100 0 0 35 47,71 31,25 100 100 42,84 62,5 50,01 735
48
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kawasan
II memiliki nilai sentralitas tertinggi. Sehingga Kawasan II menjadi kawasan pusat
pelayanan dari Wilayah Perencanaan Loa Kulu. Kemudian untuk mengetahui Sub
BWP perhitungan dilakukan dengan menghitung kelas orde, panjang kelas, dan
pembagian orde kawasan. Berikut adalah penjabaran perhitungan untuk
menentukan orde.
Range = (Nilai Tertinggi - Nilai Terendah)
Range = 735 - 465
Range = 270
Setelah mendapatkan hasil range akan ditentukan nilai interval, dimana
hasil range dibagi berdasarkan dua orde untuk menentukan nilai-nilai yang masuk
kedalam kelas interval dengan rumus sebagai berikut.
270
Interval Kelas = 2
49
Gambar 3. 3 Peta SUB WP di Bagian Wilayah Perencanaan Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
50
3.2.2 Pembagian Blok
Pembagian blok dilakukan agar penerapan perencanaan sesuai dengan
karakteristik yang lebih merinci pada Sub Wilayah Perencanaan (SWP). Arahan
dalam menentukan administratif Wilayah Perencanaan (WP) akan memberikan
pendekatan kebijakan yang berbeda sehingga cenderung menuju pada
pengembangan fisik kawasan dengan penambahan sarana prasarana yang ada.
Pembagian blok ini merupakan bentuk penjabaran Sub Wilayah Perencanaan
(SWP) yang sudah dilakukan sebelumnya. Berikut merupakan tabel pembagian
blok pada Wilayah Perencanaan (WP).
Tabel 3. 6 Pembagian Blok Sub Wilayah Perencanaan
A-1 23
SWP A A-2 44
A-3 10
B-1 31
B-2 29
B-3 14
B-4 40
B-5 20
SWP B
B-6 15
B-7 27
B-8 30
B-9 45
B-10 33
51
Sub Wilayah Perencanaan Blok Luas (Hektar)
B-11 20
B-12 20
B-13 28
B-14 28
52
Gambar 3. 4 Peta BLOK di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Suember: Analisis Rencana Penulis,2022
53
3.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
3.3.1 Jaringan Transportasi darat
Perencanaan jaringan transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan sistem
transportasi yang sistematis, yang memiliki tujuan untuk menyediakan layanan
transportasi baik sarana umum maupun prasarananya disesuaikan dgn kebutuhan
transportasi bagi masyarakat Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu. Rencana
pengembangan jaringan transportasi darat terdiri dari rencana pengembangan
jaringan pergerakan, jaringan jalan, dimensi jalan, dan rencana jalur pejalan kaki
pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu.
A. Pengembangan Jaringan Pergerakan
Rencana pengembangan jaringan pergerakan internal pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu memiliki kaitan dengan rencana pengembangan
jaringan jalan yang dilaksanakan pada BWP Loa Kulu. Dalam perencanaan
pengembangan jaringan jalan ditujukan untuk dapat meningkatkan konektivitas
dan aksesibilitas dari asal menuju pusat kegiatan pada kawasan perencanaan
BWP Loa Kulu, dan aksesibilitas dan konektivitas dari menuju kawasan
perencanaan BWP Loa Kulu. Pola pergerakan direncanakan terbagi menjadi dua
yakni pola pergerakan lokal dan pergerakan regional. Pola pergerakan lokal
direncanakan sebagai pergerakan yang menghubungkan antar kawasan dalam
internal BWP Loa Kulu, dan pola pergerakan regional direncanakan dapat
menghubungkan wilayah BWP Loa Kulu dengan wilayah disekitarnya, seperti
Kecamatan Tenggarong dan Kota Samarinda, serta lintas kota/kabupaten lintas
wilayah atau pergerakan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas distribusi.
Pergerakan lokal perkotaan didominasi oleh pergerakan jarak dekat dengan
moda kendaraan yakni kendaraan pribadi, serta angkutan umum, dan untuk
pergerakan regional menggunakan moda transportasi dengan kendaraan roda
empat seperti truk, bus, dan kontainer.
B. Pengembangan Jaringan Jalan
Rencana pengembangan jaringan jalan pada Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu terbagi menjadi rencana peningkatan fungsi dan kapasitas jalan,
adapun pertimbangan dalam rencana pengembangan jaringan jalan yakni dengan
memprioritaskan peningkatan pada fungsi jalan karena jaringan jalan sangat
54
berpengaruh dalam aktivitas dan konektivitas antara pusat pelayanan kota dan
sub pusat pelayanan kawasan, dapat diketahui berdasarkan kondisi eksisting
pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu masih banyak jaringan jalan yang
belum sesuai berdasarkan peruntukannya dengan kondisi eksistingnya, dengan
perencanaan peningkatan pada fungsi jaringan jalan maka akan memiliki
pengaruh untuk mendorong perkembangan Wilayah Perencanaan (WP) Loa
Kulu. Perencanaan peningkatan kapasitas jalan memiliki tujuan untuk mengatasi
permasalahan di masa yang akan datang berupa peningkatan volume kendaraan,
yang mana berdasarkan kondisi eksisting di lapangan masih banyak jaringan
jalan dengan kapasitas geometrik yang belum sesuai.
C. Pengembangan Dimensi Geometrik Jalan
Pengembangan dimensi geometrik jalan diklasifikasikan berdasarkan
hirarkinya yang selanjutnya terbagi menjadi tiga arahan pemanfaatan ruang
yakni RUMAJA, RUMIJA, dan RUWASJA. Dengan pengoptimalan fungsi
jalan tentunya perlu memperhatikan pengembangan pada dimensi geometrik
jalan guna mendukung konektivitas dan aktivitas pada Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu, berikut ini merupakan rencana dimensi geometri jalan
pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 7 Rencana Dimensi Geometrik Jalan
Diukur
Badan dari tepi Paga
N Hierarki jalan Diukur dari as badan Banguna
r
o jalan minim jalan minimal (m) jalan n (dari
(dari
al (m) minimal pagar-
as
(m) teritis)
jalan
(m)
RUMAJ RUMIJ RUWASJ
) (m)
A A A
55
Lebar minimum Garis Sempadan
Diukur
Badan dari tepi Paga
N Hierarki jalan Diukur dari as badan Banguna
r
o jalan minim jalan minimal (m) jalan n (dari
(dari
al (m) minimal pagar-
as
(m) teritis)
jalan
(m)
RUMAJ RUMIJ RUWASJ
) (m)
A A A
56
Gambar 3. 5 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Transportasi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rdencana Penulis,2022
57
3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana
3.4.1 Rencana Jaringan Energi dan Kelistrikan
Rencana pada sistem prasarana jaringan energi dan kelistrikan pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu merupakan penjelasan dari jaringan distribusi
dan pengembangannya berdasarkan perkiraan kebutuhan energi dan kelistrikan.
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu secara umum sudah tersebar dan teraliri
jaringan listrik. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan jaringan kelistrikan
pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu terdapat jaringan Saluran Udara Tengah
Rendah (SUTR), Saluran Udara Tengah Menengah (SUTM) dan gardu portal.
Berikut ini merupakan rencana Pengembangan jaringan energi dan kelistrikan
didasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009
tentang ketenagalistrikan dan peraturan lainnya.
A. Rencana Jaringan energi dan Kelistrikan
Pengembangan jaringan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut ini:
1. Jarak jaringan listrik yang masuk ke WP Loa Kulu, termasuk di dalamnya
jarak antar tiang sekitar 50meter dan jarak kawat penghantar (konduktor)
yang dipertimbangkan (lingkungan, bangunan, pohon, jarak tiang) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di PLN.
2. Penerangan untuk permukiman diarahkan sebagai berikut:
a. Tiap satu unit rumah tinggal minimal disediakan daya sebesar 900 VA
(watt) dengan perhitungan, 1 Kartu Keluarga (KK) = 5 jiwa
dan memerlukan daya sebesar 180 VA/jiwa.
b. Besarnya daya setiap luas ruang m2, disesuaikan dengan kebutuhan
ruangan.
c. Batas penggunaan daya listriknya disesuaikan dengan unitnya serta
dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh PLN.
3. Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan disesuaikan dengan model
pengembangan lingkungan (kebutuhan pasokan listrik sebesar 10% dari
kebutuhan domestik)
4. Jumlah dan sebaran tiang-tiang listrik untuk penerangan jalan diatur sesuai
dengan urgensitas atau ketentuan penataannya.
58
B. Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik
Pengembangan jaringan energi dan listrik disesuaikan dengan kriteria jalan,
dengan jaringan listrik tegangan menengah ditempatkan pada jalan-jalan utama,
sedangkan untuk jaringan listrik tegangan rendah akan dikembangkan di setiap
ruas jalan. Pengembangan jaringan distribusi primer di WP Loa Kulu berupa
jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv bersumber dari Gardu
Induk 150 KV Bukit Biru Tenggarong. Pada wilayah perkotaan Loa Kulu,
sistem jaringan energi listrik dari Gardu Induk Bukit Biru Tenggarong
disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 3 phase melalui
jalan-jalan utama di WP Loa Kulu. Selanjutnya tegangan diturunkan dengan
dengan gardu pembagi untuk selanjutnya menuju gardu distribusi untuk
disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) untuk selanjutnya
disalurkan ke kaveling peruntukan yang membutuhkan.
59
Gambar 3. 6 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Energi dan Kelistrikan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis. 2022
60
3.4.2 Rencana Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi yang digunakan merupakan jaringan nirkabel/selular.
Adapun rencana jaringan telekomunikasi di WP Loa Kulu adalah:
1. Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi berupa BTS (Base Transceiver
Station) pada Desa Sepakat
2. Pengembangan jalur serat optik, guna meningkatkan kestabilan koneksi dan
kecepatan dalam pengiriman data
Kebutuhan pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi seluruh WP Loa
Kulu khususnya pada Desa Sepakat yang belum memiliki BTS. Peningkatan dan
pengembangan jaringan telekomunikasi berupa BTS dilakukan untuk meningkatkan
kehandalan cakupan (coverage) frekuensi telekomunikasi.
Pembangunan dan penempatan posisi BTS harus memperhatikan kaidah penataan
ruang wilayah, keamanan, ketertiban lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kominfo
dan Kepala BKPM tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor
9/PER/M.KOMINFO/3/2009 dan Nomor 3/P/2009 tentang pedoman pembangunan dan
penggunaan bersama menara telekomunikasi merupakan indikasi fungsi menara sangat
penting untuk kepentingan publik sehingga perlu diatur, agar dalam pendiriannya
membawa dampak positif dan memberi rasa aman bagi masyarakat di sekitarnya.
61
Gambar 3. 7 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Telekomunikasi pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
62
3.4.3 Rencana Jaringan Sumber Daya Air
Rencana pada sistem prasarana jaringan air bersih pada WP Loa Kulu
merupakan penjelasan dari jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan
perkiraan kebutuhan sumber daya air. Eksplorasi sumber daya air seperti sumber
daya air permukaan (sungai, danau, waduk dan lain-lain) dan sumber daya air tanah
(sumur, pemompaan, dan lain-lain). Terdapat dua jenis kelompok yang menjadi
pengguna air bersih berdasarkan kebutuhannya yaitu kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik. Kebutuhan air domestik untuk keperluan rumah
tangga, sedangkan kebutuhan air non domestik untuk industri, pariwisata, tempat
ibadah, tempat sosial, tempat komersial dan tempat umum lainnya.
A. Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih Perpipaan
Pembangunan jaringan air bersih melalui PDAM diprioritaskan kepada
permukiman berkepadatan tinggi, perkantoran zona perdagangan dan jasa,
dengan pola jaringan mengikuti pola jaringan jalan yang ada. Hal ini
memudahkan penyambungan ke rumah-rumah dan memudahkan pemasangan
hidran. Hidran ditempatkan pada tempat-tempat dengan radius 200 m untuk tiap
1 hydrant. Air bersih dihubungkan dari sumbernya dengan menggunakan pipa
dan sistem loop. Penggunaan sistem ini mempunyai kelebihan, bila terjadi
kebocoran pada suatu tempat, air tetap mengalir. Jaringan tersebut terdiri dari
saluran primer dan sekunder.
1. Unir Air Baku
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Cabang Loa Kulu untuk
melayani penduduk berupa air permukaan. Pada WP Loa Kulu, sumber air
baku berasal dari Sungai Mahakam, dengan Instalasi Pengolah Air yang
berada di Desa Sepakat.
63
2. Unit Produksi
Upaya PDAM meningkatkan utilitas kapasitas produksi nyata adalah
dengan melakukan optimalisasi kapasitas produksi yang dapat
dimanfaatkan dan optimalisasi jam operasi produksi untuk menjaga
terjaminnya kuantitas dan kontinuitas air kepada pelanggan. Unit produksi
air yang ada di WP Loa Kulu yang berasal dari PDAM berupa Instalasi
Pengelolaan Air (IPA).
3. Unit Distribusi
Sistem pengaliran pada jaringan distribusi di PDAM WP Loa Kulu
dilakukan dengan sistem pemompaan baik langsung dari sumur dalam
maupun bak penampung/reservoir. Untuk jaringan air bersih, pipa-pipa
distribusi utama, sekunder dan tersier ditempatkan pada jalur-jalur jalan
utama dengan pipa pelayanan pada setiap ruas jalan pada wilayah
perencanaan. Sistem pengaliran ke pelanggan menggunakan sistem
pompanisasi dengan jam operasi dan jam distribusi 24 jam.
4. Unit Pelayanan
Dalam unit pelayanan sistem penyediaan air minum lingkungan harus dapat
melayani kebutuhan perumahan hingga persil terdiri dari sistem perpipaan,
jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan
pemantauan. Rencana unit pelayanan terfokus pada prasyarat kran
umum/kebakaran yaitu diletakkan pada jarak tidak lebih dari 100m dari
bangunan yang dilayani yang bertujuan untuk peningkatan keamanan
wilayah WP.
64
B. Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih Non Perpipaan
Rencana pembangunan jaringan SPAM dengan sistem non perpipaan yang
disesuaikan dengan kondisi geografis yaitu kawasan yang tidak dapat dijangkau
oleh sistem perpipaan, diarahkan dengan penggunaan sumur pribadi maupun
komunal masyarakat. Sedangkan untuk kawasan non perumahan, beberapa
pengguna air tanah di Kecamatan Loa Kulu meliputi kegiatan kawasan
komersial, dan perumahan.
65
Gambar 3. 10 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Sumber Daya Air pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis,2022
66
3.4.4 Rencana Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Analisis dalam menentukan jaringan pengelolaan air limbah dilakukan
dengan mempertimbangkan standar kriteria sanitasi yang meliputi aspek
lingkungan, kemudahan dalam pengoperasian, biaya yang terjangkau, tahan lama,
dan dapat diperbaiki. Kemudian pada kondisi eksisting WP Loa Kulu
mempertimbangkan keberadaan pusat-pusat aktivitas dan lingkungan tempat
tinggal masyarakat WP Loa Kulu.
Perencanaan jaringan pengelolaan air limbah WP Loa Kulu dilakukan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pembuangan air limbah
sehingga mengurangi pencemaran air sekitar akibat limbah yang dihasilkan oleh
pusat-pusat kegiatan dan permukiman penduduk pada WP Loa Kulu. Air limbah
dapat dibedakan menjadi 2 jenis menurut tempat penghasilnya, yaitu rumah tangga
dan industri.
A. Jaringan Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah domestik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu black water dan
grey water. Black water adalah air limbah manusia yang berasal dari
toilet/jamban. Sedangkan grey water adalah buangan rumah tangga yang berasal
dari kamar mandi, dapur, dan tempat cuci. Jaringan air limbah rumah tangga
yang berupa grey water tersebut di WP Loa Kulu menjadi satu dengan jaringan
drainase air hujan.
Penambahan jaringan air limbah domestik diarahkan mengikuti jaringan
jalan di permukiman baru sesuai dengan rencana jaringan drainase yang ada
dengan standar yang disesuaikan menurut SNI. Kawasan WP Loa Kulu memiliki
ketersediaan lahan yang cukup untuk pengolahan Black water di tempat.
Arahan pengembangan pengelolaan jaringan air limbah rumah tangga
meliputi:
1. Peningkatan akses pelayanan masyarakat dalam pembuangan air limbah
melalui sistem sanitasi setempat
2. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana air limbah permukiman
3. Peningkatan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem
pengelolaan air limbah permukiman.
B. Jaringan Pengelolaan Limbah Industri
67
Pengelolaan limbah industri kecil dan rumah tangga dilakukan oleh masing-
masing industri yang dalam produksinya menghasilkan limbah yang melebihi
baku mutu lingkungan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan secara mandiri
dengan menggunakan IPAL pribadi maupun dilakukan secara komunal dengan
menggunakan IPAL komunal. Adapun pemilihan lokasi IPAL menggunakan
metode pendekatan perencanaan sebagai berikut:
1. Dekat dengan jaringan drainase induk atau sungai
2. Tidak terlalu jauh dari area pelayanan
Berdasarkan pertimbangan dan analisis yang telah dilakukan, adapun sistem
perencanaan pengolahan limbah sebagai berikut.
68
Gambar 3. 12 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Pengelolaan Air Limbah pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
69
3.4.5 Rencana Jaringan Drainase
Saluran drainase yang ada pada kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa
Kulu rata-rata mengikuti alur permukiman yang ada serta ada beberapa kawasan
yang tidak memiliki saluran drainase. Berdasarkan tipenya, sistem drainase ini
memiliki sistem drainase alami berupa yang memanfaatkan sungai atau saluran
alam, dan sistem drainase buatan berupa saluran di tepi-tepi jalan maupun di area
permukiman. Semakin besar luasan lahan terbangun, maka peran drainase juga
semakin besar dalam rangka mencegah terjadinya genangan dan banjir ketika hujan
turun.
Jenis saluran drainase pada Kawasan Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu saluran drainase terbuka dan saluran drainase
tertutup. Sebagian besar sistem saluran drainase yang ada adalah saluran drainase
terbuka dan sebagian besar berupa saluran drainase alami dari konstruksi tanah.
Saluran drainase terbuka banyak terdapat di sekitar pemukiman penduduk dan tepi
jalan. Saluran terbuka ini dibangun dengan perkerasan hanya pada sisi kanan kiri
saluran dengan tujuan untuk meresapkan sebagai air ke dalam tanah. Rencana
pengembangan jaringan drainase di WP Loa Kulu meliputi:
1. Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder berupa sistem pengendali
banjir berupa sistem drainase banjir kanal utara dan banjir kanal selatan WP
Loa Kulu.
2. Perbaikan-perbaikan bagi saluran drainase yang rusak agar dapat berfungsi
dengan baik terutama pada daerah yang rawan genangan termasuk
peningkatan saluran drainase sekunder di WP Loa Kulu.
3. Memperbesar kapasitas saluran drainase di subsistem.
4. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan saluran drainase secara rutin oleh
pemerintah dan masyarakat setempat untuk menjaga kelancaran fungsi
saluran drainase, menghindari terjadinya pendangkalan dan tercemarnya
saluran drainase pada WP Loa Kulu.
5. Pembangunan biopori pada sistem drainase sebagai upaya penambahan
kapasitas daya serapan air di atas tutupan lahan pada kawasan terbangun
kawasan permukiman.
70
6. Jaringan sekunder berupa jaringan drainase yang terdapat dan mengikuti
pola jalan raya di kanan atau kirinya yang menampung air hujan dan air
limbah (buangan) rumah tangga dialirkan secara gravitasi ke tempat yang
lebih rendah menuju saluran pembuangan (sungai).
7. Jaringan tersier berupa jaringan drainase yang terdapat di dalam lokasi jalan
dalam permukiman penduduk yang tidak disatukan dengan jaringan irigasi.
8. Penyusunan masterplan sistem jaringan drainase pada WP Loa Kulu,
sehingga dalam proses pembangunannya memiliki arah dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat yang disesuaikan dengan limpasan air
hujan dan air buangan, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi.
71
Gambar 3. 13 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Drainase pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
72
3.4.6 Rencana Jaringan Persampahan
Sampah merupakan sisa dari kegiatan sehari-hari yang dihasilkan oleh
manusia atau proses alam yang bersifat padat. Oleh karena itu, harus adanya
pengontrolan sampah guna mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Berdasarkan data potensi dan permasalahan sistem pembuangan sampah pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu, belum terpenuhinya layanan penampungan
dan pengangkutan sampah, dan biasanya masyarakat hanya menimbun sampah atau
dimusnahkan dengan cara dibakar. Untuk saat ini permasalahan sampah belum
dianggap hal yang penting oleh masyarakat sekitar karena sampah-sampah yang
dihasilkan masyarakat akan dikelola secara mandiri dan sebagian terangkut ke TPA,
akan tetapi untuk 20 tahun kedepan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
wilayah perlu adanya rancana terkait jaringan persampahan pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu.
A. Rencana Pengelolaan Sampah
Rencana pengembangan sistem jaringan persampahan pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu seharusnya diarahkan melalui konsep pelibatan
masyarakat dalam mengelola dan mendayagunakan produksi sampah secara
kualitas maupun kuantitas. Sehingga dengan konsep pengelolaan yang akan
digunakan tersebut maka pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu sampah
tidak menjadi masalah untuk masyarakat. Berikut ini adalah rencana
Pengelolaan sampah di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu:
1. Penyediaan tempat pembuangan sampah yang sudah memisahkan sampah
organik dengan sampah an-organik pada setiap rumah tangga di
permukiman masyarakat, penyediaan ini dilakukan akar sampah tidak
tercampur sehingga memudahkan untuk proses pemilahan.
2. Pembangunan tempat khusus pada setiap lingkungan permukiman sebagai
tempat untuk memproses sampah organik menjadi kompos dan sampah
anorganik dijual kepada orang yang membutuhkan untuk di daur ulang.
3. Memanfaatkan sampah sebagai bahan baku kompos sehingga dapat
digunakan kembali oleh warga permukiman untuk bahan memupuk
tanaman yang ada di pekarangan rumah, atau perkebunan warga.
73
4. Peningkatan kapasitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu menjadi TPS3R seperti pada TPS Kawasan.
5. Pengelolaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa depo dengan
kontainer tertutup dan transfer depo.
6. Pembangunan TPS 3R di masing-masing desa, yaitu Desa Ponoragan dan
Desa Sepakat; dan
7. Penyediaan container pada pusat aktivitas seperti sekolah, perumahan dan
pasar.
B. Kriteria Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Dalam penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu, kriteria serta teknis yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan harus sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, Kriteria teknisnya adalah sebagai berikut:
1. Luas TPS sampai dengan 200 m2.
2. Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5
(lima) jenis sampah.
3. Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan
wadah permanen
4. Luas lokasi dan kapasitas sesuai dengan kebutuhan.
5. Berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan kendaraan
pengangkutnya.
6. Tidak mencemari lingkungan.
7. Penempatan tidak mengganggu estetika, tidak mengambil lahan trotoar dan
tidak mengganggu lalu lintas atau pengguna jalan.
8. Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan sampah.
74
Gambar 3. 14 Peta Rencana Ketersediaan Jaringan Persampahan pada Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Sumber: Analisis Rencana Penulis, 2022
75
76
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
77
menurut RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033 diatur bahwa
sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan
paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 meter,
serta sekurang-kurangnya 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai yang
mempunyai kedalaman 3-20 meter dan sekurang-kurangnya 20 meter dari tepi
kiri dan kanan palung sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter.
Arahan rencana pelestarian dan perlindungan terhadap sempadan sungai
yang dimaksud dalam hal ini yaitu untuk sempadan WP Loa Kulu yaitu seluas
10 Ha. Sempadan sungai diarahkan untuk sungai-sungai utama yakni Sungai
Mahakam, anak sungainya seperti sungai Sepakat. Sempadan sungai diarahkan
hanya dimanfaatkan secara terbatas untuk bangunan prasarana sumber daya air,
fasilitas jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum, rentangan kabel
listrik dan telekomunikasi, serta bangunan ketenagalistrikan. Adapun arahan
pengelolaan sempadan sungai pada WP adalah sebagai berikut :
1. Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, pendirian bangunan
tidak diijinkan (Izin Mendirikan Bangunan tidak diberikan).
2. Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, masih
diperbolehkan kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.
3. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan secara luas seperti misalnya
pemasangan papan reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan
rentangan kabel listrik, pondasi jembatan, dan sebagainya masih bisa
diperbolehkan.
4. Kegiatan atau bentuk bangunan yang secara sengaja dan jelas menghambat
arah dan intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan.
5. Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi perlindungan kawasan
sempadan sungai tetap boleh dilaksanakan tapi dengan pengendalian agar
tidak mengubah fungsi di masa mendatang.
4.1.2 Rencana Zona Ruang Tebuka Hijau (RTH)
Menurut Peraturan Menteri ATR No 16 Tahun 2018 zona ruang terbuka
hijau merupakan area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
78
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.zona ruang terbuka hijau
memiliki tujuan penetapan yaitu menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan
resapan air menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.
Berdasarkan eksisting ruang terbuka hijau di Wilayah Perencanaan Loa Kulu sesuai
Permen PU No 5 tahun 2008 tentang Ruang Terbuka Hijau meliputi:
A. Taman
Rencana alokasi sub zona ruang terbuka hijau berupa taman taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Mengacu pada Permen PU
No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
terbuka hijau yaitu:
1. Terjaganya ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
2. Terciptanya aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat
3. Meningkatnya keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah,
Berdasarkan kriteria perencanaan taman kelurahan rencana lokasi taman
kelurahan pada Wilayah Perencanaan Loa Kulu pada Sub WP A membutuhkan 1
taman kelurahan dan pada Sub WP B membutuhkan 1 taman kelurahan. Arahan
perencanaan taman kelurahan dapat dibangun pada kawasan kawasan potensial
yang dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Potensi RTH berdasarkan Fungsi
79
Jenis Potensi RTH Luas (Ha) Persentase
80
perumahan ini cukup padat sehingga perlu penambahan vegetasi untuk peredam
kebisingan. Perumahan yang ada di area ini cukup padat seta sebagian ada yang
berada di sempadan sungai, untuk selanjutnya pengembangan perumahan di
sempadan sungai tidak diizinkan karena akan mengganggu fungsi sungai.
Perumahan yang ada di bagian barat memiliki karakteristik aktivitas
perkampungan, dengan perumahan yang didominasi oleh perumahan swadaya.
Perumahan yang ada di bagian tengah ini tidak terlalu padat, sehingga
pengembangannya akan diarahkan pada perumahan tunggal swadaya masyarakat.
Zona Perumahan berdasarkan Peraturan Menteri ATR No. 11 Tahun 2021 adalah
peruntukan ruang yang didalamnya terdapat kelompok rumah tinggal yang
berfungsi untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat dengan dilengkapi
fasilitas didalamnya. Zona perumahan dapat terbagi menjadi 5 zona yaitu
perumahan kepadatan sangat tinggi, perumahan kepadatan tinggi, perumahan
kepadatan sedang, perumahan kepadatan rendah, dan perumahan kepadatan sangat
rendah. Adapun rencana zona perumahan di WP Loa Kulu dapat dilihat dilihat pada
uraian tabel berikut.
Tabel 4. 2 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan pada WP Loa Kulu
B B-1 5.5504
B B-2 2.7275
B B-11 2.1307
B B-13 11.7431
B B-14 11.6338
A A-1 2.5986
81
Sub Zona Kode Sub WP Blok Luas (Ha)
B B-5 3.5818
B B-4 9.8868
B B-6 3.5297
B B-7 11.9365
B B-8 6.8606
B B-9 6.317
B B-12 2.7853
B B-4 0.4087
B B-6 2.9591
B B-8 0.0009
B B-9 0.0009
A A-1 0.0036
A A-2 0.0036
B B-4 2.1397
B B-7 13.0856
B B-8 0.4122
Rumah Kepadatan Tinggi R-2
B B-9 0.4817
B B-9 0.0028
A A-2 6.477
82
Sub Zona Kode Sub WP Blok Luas (Ha)
A A-2 0.0028
A A-3 1.8015
83
3. Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk
melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Adapun rencana zona perdagangan dan jasa di WP Loa Kulu dapat dilihat
dilihat pada uraian tabel berikut.
Tabel 4. 3 Rencana Pola Ruang Zona Perdagangan Jasa pada WP Loa Kulu
B B-6 0,7943
B B-7 0,1771
B B-8 0,4186
B B-8 0,0076
A A-2 2,9727
A A-2 0,0076
A A-3 7,0045
84
Tabel 4. 4 Rencana Pola Ruang Zona Sarana Pelayanan Umum pada WP
Loa Kulu
A A-3 0,0842
SPU Skala Desa SPU-3
B B-7 0,0183
A A-2 0,2987
A A-2 0,0088
B B-4 0,0508
B B-6 0,4953
B B-7 0,046
SPU Skala Kecamatan SPU-2
B B-8 0,5623
B B-9 0,0004
B B-8 0,0006
B B-9 0,0006
B B-8 0,0088
85
Sarana pelayanan umum SMP ini direncanakan pada WP Loa Kulu dengan skala
pelayanan kecamatan. Setiap pembangunan sarana pelayanan umum pendidikan
SMP baru akan dibarengi dengan penambahan RTH berupa lapangan untuk
menunjang kegiatan pendidikan yang ada.
Sarana pelayanan umum pendidikan yang setingkat SMA direncanakan di
WP Loa Kulu untuk menunjang kebutuhan pendidikan yang ada di WP Loa Kulu
dan kecamatan sekitarnya. Sarana pelayanan umum pelayanan ini memiliki skala
pelayanan kecamatan. Setiap pembangunan sarana pelayanan umum pendidikan
SMA baru akan dibarengi dengan penambahan RTH berupa lapangan untuk
menunjang kegiatan pendidikan yang ada.
B. Subzona Sarana Kesehatan
Upaya penyehatan manusia sebagai salah satu pendukung utama
pembangunan dilakukan dengan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat, termasuk didalamnya adalah gizi masyarakat dan gizi lingkungan
baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan.Untuk menentukan kebutuhan
fasilitas kesehatan pada Kecamatan Loa Kulu didasarkan pada jumlah penduduk
yang telah diperkirakan jumlahnya sampai akhir tahun perencanaan dan
berdasarkan pula pada standar penentuan fasilitas kesehatan. Arahan
pengembangan sarana kesehatan secara umum dilakukan melalui peningkatan
sarana kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas.
C. Subzona Sarana Olahraga
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana olahraga dan rekreasi
diproyeksikan yang didasarkan pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan dengan ketentuan berikut:
1. Lapangan Voli dan Badminton minimal penduduk pendukung adalah 2.500
jiwa dengan luas minimal 1.250 m2
2. Lapangan sepakbola minimal penduduk pendukung 30.000 jiwa dengan
luas minimal 9.000 m2
3. Lapangan Tenis dan Basket, penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa
dengan luas minimal 24.000 m2
4. Taman, dengan penduduk pendukung 30.000 jiwa dan luas minimal 1.300
m2
86
D. Subzona Sarana Peribadatan
Arahan pengembangan sarana peribadatan secara umum dilakukan melalui
peningkatan sarana peribadatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Arahan
pengembangan sarana peribadatan di WP Loa Kulu, diarahkan pada:
1. Pengembangan sarana peribadatan pada sarana eksisting, difokuskan pada
kegiatan perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas peribadatan yang
ada.
2. Penyediaan sarana peribadatan dilakukan dengan mengacu pada
ketersediaan sarana dan jangkauan layanan eksisting, serta dengan
memperhatikan rencana kebutuhan pengembangan sarana peribadatan
selama waktu perencanaan.
3. Penetapan lokasi sarana peribadatan diupayakan dekat pusat permukiman,
sehingga memudahkan jarak capai terhadap layanan peribadatan.
4. Penyediaan sarana peribadatan dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas keagamaan penduduk di kawasan perencanaan.
4.2.4 Rencana Zona Perkantoran (KT)
Zona perkantoran merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya. Dalam hal ini, perkantoran yang ada pada Wilayah Perencanaan
(WP) berfungsi untuk keberlangsungan aktivitas pendukung kegiatan perikanan
seperti kantor Unit Pelayanan Terpadu (UPT) dan lain-lain. Adapun rencana sub
zona perkantoran di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat dilihat dilihat pada
uraian tabel berikut.
Tabel 4. 5 Rencana Pola Ruang Sub Zona Perkantoran pada WP Loa Kulu
A A-2 0,1365
Perkantoran KT
B B-4 3,6052
87
4.2.5 Rencana Zona Hutan Produksi (KHP)
Hutan produksi terbatas merupakan hutan yang pemanfaatannya berada
pada intensitas yang rendah. Dalam pemanfaatannya pun menggunakan sistem
tebang pilih guna melestarikan fauna dan flora di dalamnya. Penetapan zona hutan
produksi terbatas pada Wilayah Perencanaan (WP) bertujuan untuk tetap
memberikan kesan hijau pada Wilayah Perencanaan (WP). Adapun rencana sub
zona hutan produksi di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat dilihat dilihat
pada uraian tabel berikut.
Tabel 4. 6 Rencana Pola Ruang Sub Zona Hutan Produksi pada WP Loa
Kulu
B B-4 22,5365
B B-6 9,9093
88
Adapun rencana sub zona pertanian di WP Loa Kulu dapat dilihat dilihat
pada uraian tabel berikut.
Tabel 4. 7 Rencana Pola Ruang Sub Zona Pertanian pada WP Loa Kulu
B B-2 16.4047
B B-3 6.3076
B B-7 0.0924
B B-8 5.2394
B B-9 0.2136
B B-10 18.5513
B B-11 14.2183
B B-12 12.3834
B B-13 11.039
B B-14 11.1536
A A-1 11.1909
A A-2 9.5113
B B-4 0.4067
B B-7 0.3279
B B-8 2.3957
89
Sub Zona Kode Sub WP Blok Luas (Ha)
A A-1 0.5103
90
untuk budidaya ikan atas dasar potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan kondisi lingkungan serta kondisi prasarana sarana umum yang ada. Sub zona
ini merupakan yang paling penting untuk mendukung sektor perikanan pada
Wilayah Perencanaan (WP). Dalam menentukan perencanaan kawasan ini
dilakukan identifikasi lahan sawah yang sudah beralih fungsi menjadi kolam ikan
serta beberapa kawasan sempadan sungai yang dianggap mampu untuk direkayasa
dengan tujuan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan
perikanan di Wilayah Perencanaan. Adapun rencana sub zona perikanan di Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat dilihat dilihat pada uraian tabel berikut.
Tabel 4. 9 Rencana Pola Ruang Sub Zona Perikanan pada WP Loa Kulu
A A-1 0,0026
A A-1 0,0006
A A-2 17,8153
A A-2 0,0006
B B-1 3,4494
B B-2 9,1246
B B-3 4,0897
B B-4 0,0966
B B-7 0,4328
B B-8 13,0728
B B-8 0,0009
B B-9 34,4675
91
Sub Zona Kode Sub WP Blok Luas (Ha)
B B-9 0,0009
B B-10 13,6427
B B-11 3,1816
B B-12 3,5385
B B-12 0,0026
B B-13 4,4034
B B-14 4,9752
Zona
Sempadan
Perlindungan SS 7,6921 1,9506 9,6427
Sungai
Kawasan Setempat
Lindung Zona Ruang
RTH-
Terbuka Pemakaman 0,4711 0,5313 1,0024
7
Hijau
92
Luas Luas Luas
Zona Zona Total
Kawasan Zona Sub Zona Kode
Sub Sub WP Zona
WP A B (Ha)
Rumah
Kepadatan R-4 2,5986 34,3739 36,9725
Rendah
Rumah
Zona
Kepadatan R-3 3,3667 48,4914 51,8581
Perumahan
Sedang
Rumah
Kepadatan R-2 8,2793 16,1222 24,4015
Tinggi
Zona
Perdagangan dan
Perdagangan K-2 13,4064 1,7315 15,1379
Jasa Skala WP
dan Jasa
Sarana
Pelayanan SPU-
0,0842 0,0183 0,1025
Umum Skala 3
Kawasan Zona Sarana Desa/Kelurahan
Budidaya Pelayanan
Umum Sarana
Pelayanan SPU-
0,2985 1,1644 1,4629
Umum Skala 2
Kecamatan
Zona
Perkantoran KT 0,2855 3,6052 3,8907
Perkantoran
PL-
Tanaman Pangan 20,7095 117,7116 138,4211
Zona 1A
Pertanian PL-
Perkebunan 0,5111 3,626 4,1371
1D
Zona
Pariwisata W 0,224 0,4099 0,6339
Pariwisata
93
Gambar 4. 1 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Perencanaa (WP) Kawasan Minapolitan Loa Kulu
Sumber: Hasil Rencana Penulis, 2022
94
95
BAB V
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
96
pusat pendidikan, pusat peribadatan, pelayanan transportasi, yang didukung
oleh kegiatan permukiman dan ruang terbuka hijau.
5.2.2 Perwujudan Jaringan Transportasi di Wilayah Perencanaan (WP)
Loa Kulu
Diperlukannya perwujudan jaringan transportasi di Wilayah Perencanaan
(WP) Loa Kulu dengan didasarkan pada pengembangan yang berbasis
sustainability dimana perwujudan ini berdasarkan perencanaan jangka panjang
yang berwawasan lingkungan.
Perwujudan jaringan transportasi di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
dapat dilakukan melalui:
1. Pengembangan jaringan pelayanan angkutan massal seperti terminal atau
halte guna dapat memudahkan masyarakat yang dapat menghubungkan
pusat-pusat kegiatan.
2. Rehabilitasi serta pemeliharaan angkutan umum guna menjaga fungsi dan
kualitas tetap baik.
3. Pengecekan rutin transportasi darat dan laut guna mengurangi dampak bagi
lingkungan akibat dari polusi.
4. Peningkatan dan pemeliharaan kualitas fungsi jalan kolektor primer, jalan
lokal primer dan lingkungan.
5. Peningkatan kualitas pada perkerasan jalan.
6. Penambahan badan jalan pada fungsi jalan kolektor primer, jalan lokal
primer, dan jalan lingkungan.
7. Penambahan penunjang jaringan jalan berupa jalur pedestrian yang
memiliki sifat kemenerusan, sifat keamanan, dan sifat kenyamanan, serta
fasilitas penunjang pada jalur pedestrian.
5.2.3 Perwujudan Jaringan Prasarana di Wilayah Perencanaan
A. Perwujudan Sistem Jaringan Air Bersih
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan jaringan dan sarana yang sudah ada.
2. Peningkatan sumber baku untuk pengolahan air bersih.
97
3. Mengantisipasi kejadian mati air ataupun kebocoran melalui kegiatan
rehabilitasi instalasi pengolahan, jaringan pipa distribusi dan meter-meter
air.
4. Penyediaan hydrant umum di pusat kegiatan dan permukiman padat
penduduk.
B. Perwujudan Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharan dan pengawasan jaringan prasarana pendukung kelistrikan
yang sudah ada.
2. Penambahan jaringan distribusi listrik per blok sesuai dengan kebutuhan
3. Pengembangan jaringan listrik pada kawasan yang memiliki aktivitas tinggi
seperti kawasan komersial, perdagangan, pendidikan, fasilitas kesehatan
4. Penetapan gardu pembangkit diarahkan di luar kawasan perumahan dan
terbebas dari resiko keselamatan umum.
C. Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan wilayah dan kualitas pelayanan jaringan telekomunikasi.
2. Peningkatan jumlah sambungan telepon sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemeliharaan jaringan dan prasarana pendukung jaringan telekomunikasi
yang sudah ada.
4. Pengambangan jaringan telepon pada jalan utama dan jalan lingkungan pada
blok
D. Perwujudan Sistem Jaringan Drainase
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembersihan dan pemeliharaan lingkungan saluran atau drainase.
2. Peningkatan kapasitas drainase pada lokasi, sesuai dengan standar yang ada.
3. Pembenahan saluran-saluran drainase agar tetap berfungsi sebagaimana
mestinya
98
4. Saluran drainase tidak digunakan sebagai pembuangan sampah, air limbah
dan lainnya yang tidak sesuai fungsinya.
5. Mempertahankan jaringan drainase secara fisik dan fungsional dengan
ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian
ataupun seluruh saluran yang ada.
E. Perwujudan Sistem Jaringan Persampahan
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R.
2. Penerapan sistem 3R.
3. Pengolahan daur ulang sampah.
4. Pengoptimalan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) eksisting.
F. Perwujudan Sistem Jaringan Air Limbah
Program-program untuk Pengembangan jaringan prasarana air bersih pada
Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan limbah dilakukan secara terpadu dan diolah secara komunal.
2. Penyediaan sarana pengolahan limbah B3.
99
3. Apabila ternyata di zona lindung terdapat indikasi adanya deposit mineral
atau air tanah atau kekayaan alam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat
berharga bagi negara, maka kegiatan budidaya di zona lindung tersebut
dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang yang berlaku.
Pengelolaan kegiatan budidaya dilakukan dengan tetap memelihara fungsi
lindung yang bersangkutan
A. Perwujudan Zona Perlindungan Setempat
Perwujudan zona perlindungan setempat pada wilayah perencanaan terdiri
atas sempadan sungai (SS) yang akan dilakukan melalui:
1. Pemanfaatan ruang sempadan sungai untuk ruang terbuka hijau (RTH)
2. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan dilarang mengadakan
alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai
3. Penataan jaringan drainase agar pembuangan limbah terarah sehingga dapat
mengalirkan pembuangan limbah sehingga jauh dari sungai dan tidak
mencemari sungai
4. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air
5. Pemanfaatan daerah sempadan tidak boleh mengurangi fungsi sungai dan
harus mendapatkan izin Pemerintah Daerah yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
B. Perwujudan Zona Ruang Terbuka Hijau
Perwujudan zona ruang terbuka hijau pada wilayah perencanaan terdiri atas
taman dan pemakaman. RTH yang menjadi kawasan lindung merupakan RTH
publik yang memenuhi 20% dari luas RTH wilayah perencanaan yang akan
dilakukan melalui:
1. Penyediaan sarana RTH berupa taman dan pemakaman pada wilayah
perencanaan
2. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam
secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim
mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
3. Pengoptimalan daerah sekitar zona perlindungan setempat sebagai bagian
dari RTH wilayah perencanaan
100
4. Pengelolaan areal pemakaman
5. Penyediaan RTH berupa taman dan pemakaman bagi lingkungan yang akan
direncanakan
6. Pemanfaatan ruang terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi utama
kawasan dan kelestarian lingkungan sekaligus berfungsi sebagai tempat
evakuasi bencana
5.3.2 Perwujudan Zona Budidaya di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu
Dalam perwujudan zona budidaya pada Wilayah Perencanaan (WP)
Kawasan Minapolitan Loa Kulu, terdapat rencana beberapa zona didalamnya yang
terdiri dari zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona sarana pelayanan
umum, zona pariwisata, dan zona pertanian. Adapun program-program yang
direncakan dalam perwujudan zona budidaya pada WP Kawasan Minapolitan Loa
Kulu, yaitu sebagai berikut.
1. Program kegiatan, pengelolaan kawasan budidaya dan rencana sistem
kegiatan pembangunan dan sistem permukiman dikembangkan, sesuai
dengan arahan rencana pengelolaan kawasan budidaya dan arahan
pengembangan kegiatan budidaya.
2. Untuk menjamin kesesuaian pengembangan kegiatan dengan ketentuan
yang ada dalam pengelolaan kawasan budidaya, setiap kegiatan perlu
mendapatkan izin kesesuaian lokasi dari instansi kabupaten yang ditunjuk
untuk memberi izin lokasi sesuai dengan ketentuan yang ada, yang berisi
pernyataan bahwa lokasi yang akan digunakan sesuai dengan peruntukkan
yang direncanakan dalam pengelolaan kawasan budidaya
3. Untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun benar-benar sesuai
untuk menunjang kegiatan yang direncanakan, maka pelaksanaan bangunan
perlu mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
4. Dengan tetap memperhatikan arahan pengelolaan kawasan budidaya yang
ada dalam RTRWN, RTRW Provinsi Kalimantan Timur, RTRW Kabupaten
Kutai Kartanegara
A. Perwujudan Zona Perumahan
101
Perwujudan zona perumahan setempat pada wilayah perencanaan terdiri
atas rumah kepadatan sangat tinggi, rumah kepadatan tinggi, dan rumah
kepadatan sedang yang akan dilakukan melalui:
1. Pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik meliputi:
kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu air bersih, bebas dari potensi
banjir dan genangan;
2. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan
tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/hektar dan dilengkapi
dengan utilitas umum yang memadai;
3. Kawasan perumahan dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah,
sistem pembuangan air hujan, prasarana air bersih, sistem pembuangan
sampah;
4. Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik,
perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh;
5. Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak
diusahakan.
B. Perwujudan Zona Perdagangan dan Jasa
Perwujudan zona perdagangan dan jasa setempat pada wilayah perencanaan
terdiri atas perdagangan dan jasa tunggal serta sub zona perdagangan dan jasa
deret yang akan dilakukan melalui:
1. Penataan kawasan pasar-pasar tradisional melalui renovasi bangunan pasar,
penataan parkir, dan PKL
2. Penataan jalur pedestrian sebagai penunjang aktivitas perdagangan;
3. Pengembangan perdagangan dan jasa pada kawasan ini diarahkan dengan
intensitas rendah-sedang baik dalam bentuk bangunan maupun tarikan
orang yang akan datang dengan disertai sistem parkir di dalam (off street);
4. Penataan PKL dan Pembangunan Shelter PKL; dan
5. Penataan koridor komersial jalan-jalan utama perkotaan.
C. Perwujudan Zona Perkantoran
Perwujudan zona perkantoran setempat pada wilayah perencanaan terdiri
atas perkantoran pemerintah dan swasta yang akan dilakukan melalui:
102
1. Penataan kawasan perkantoran termasuk dengan menyediakan tempat
tempat parkir kendaraan dan pelengkap lainnya; dan
2. Penataan PKL pendukung kawasan perkantoran.
D. Perwujudan Zona Sarana Pelayanan Umum
Perwujudan zona sarana pelayanan umum setempat pada wilayah
perencanaan terdiri atas perkantoran pemerintah dan swasta yang akan dilakukan
melalui:
1. Subzona Pendidikan
a. Pemeliharaan bangunan sekolah yang sudah ada;
b. Peningkatan jumlah sekolah sesuai dengan peningkatan kebutuhan;
c. Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pengajar;
d. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung sesuai kebutuhan seperti
lapangan olahraga, penataan PKL, area parkir, jalur pedestrian dan jalur
sepeda; dan
e. Penghijauan kawasan sekolah.
2. Subzona Kesehatan
a. Pemeliharaan fasilitas kesehatan yang sudah ada;
b. Penyuluhan dan pelayanan kesehatan;
c. Peningkatan jumlah fasilitas kesehatan sesuai proyeksi kebutuhan; dan
d. Jenis bangunan untuk melengkapi bangunan utama pada fasilitas
kesehatan yakni bangunan penelitian dan laboratorium, parkir, dan
lainnya.
3. Subzona Peribadatan
a. Pemeliharaan bangunan sarana peribadatan yang sudah ada; dan
b. Peningkatan sarana peribadatan sesuai dengan kebutuhannya
103
3. Penetapan kawasan prioritas penanganan kepentingan sosial budaya pada
situs bersejarah Pesanggrahan yang dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 -
2031 ditetapkan sebagai bagian dari kawasan peruntukan pariwisata budaya;
4. Penyediaan prasarana dan sarana dalam pendukung kawasan minapolitan
berkelanjutan;
5. Penyediaan RTH di sekitar sempadan sungai dan sempadan jalan guna
mengoptimalkan kebutuhan RTH pada WP Loa Kulu.;
6. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia untuk memaksimalkan kegiatan
dalam sub sektor perikanan pada WP Loa Kulu;
7. Penataan dan pengembangan kawasan minapolitan pada WP Loa Kulu
104
Tabel 5. 1 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang pada Wilayah Perencanaan (WP) Kawasan Minapolitan Loa Kulu
WAKTU PELAKSANAAN
105
WAKTU PELAKSANAAN
sempadan
sungai
3. Penataan dan • Dinas Perumahan • APBN
relokasi dan Kawasan • APBD
kawasan Provinsi
permukiman • APBD KAB
4. Pengkajian • DLHK • APBN
indeks • APBD
biodiversity Provinsi
• APBD
KAB
5. Konservasi dan BPBD APBD Kab
mitigasi
106
WAKTU PELAKSANAAN
kawasan rawan
bencana
6. Penataan dan • DPPR APBD Kab
relokasi • Dinas Perumahan
kawasan dan Kawasan
permukiman
yang berada di
kawasan rawan
bencana erosi
8. Peningkatan • Kemen PUPR • APBN
luasan taman • DPU BM & • APBD Prov
kota CK • APBD
• Prov Kabupaten
107
WAKTU PELAKSANAAN
• DPU • Swasta
• DPPR
• Dinas
• Perumahan &
• Kawasan
• DLHK
• Swasta
9. Pemeliharaan • DPU • APBD
RTH • DLHK Kabupaten
10. Penyediaan • DPU • APBD
RTH • DLHK Kabupaten
Pemakaman
108
WAKTU PELAKSANAAN
109
WAKTU PELAKSANAAN
110
WAKTU PELAKSANAAN
111
WAKTU PELAKSANAAN
112
WAKTU PELAKSANAAN
113
WAKTU PELAKSANAAN
114
WAKTU PELAKSANAAN
115
WAKTU PELAKSANAAN
Seluruh • Swadaya
Desa WP • masyarakat
8. Penyediaan Loa Kulu • DPU • APBD
ruang terbuka Kabupaten
hijau pada jalur
dan pulau jalan
9. Pemeliharaan • DPU • APBD
jalan Kabupaten,
lingkungan • Swadaya
• masyarakat
10. Pengembangan • Dinas Bina • APBD
angkutan • Marga
umum massal
116
WAKTU PELAKSANAAN
117
WAKTU PELAKSANAAN
118
WAKTU PELAKSANAAN
disrtibusi
listrik
2. Pemeliharaan • PLN • PLN
gardu listrik • APBN
Kabupaten
3. Pengembangan • PLN • APBD
penerangan • DPU Kab
jalan umum
Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
1. Peningkatan Seluruh • Diskominfo • APBD
sistem Desa WP • TELKOM Kabupaten
prasarana Loa Kulu • Swasta • TELKOM
jaringan kabel • Swasta
119
WAKTU PELAKSANAAN
dari STO
Tenggarong
dan kotak
pembagi untuk
melayani
kebutuhan
telekomunikasi
2. Pengembangan • Kemenkominfo • APBN
jaringan fiber • Diskominfo • APBD
optic • Prov Prov
• Diskominfo • APBD
• TELKOM Kabupaten
• Swasta • TELKOM
120
WAKTU PELAKSANAAN
• Swasta
Pengembangan Jaringan Air Minum
1. Pemeliharaan Desa • PDAM • APBD
instalasi Sepakat Kabupaten
pengolahan air
dan reservoir
2. Pengembangan Seluruh • PDAM • PDAM
dan Desa WP • APBD
pemeliharaan Loa Kulu Kabupaten
jaringan
perpipaan
PDAM
Pengembangan Jaringan Drainase
121
WAKTU PELAKSANAAN
122
WAKTU PELAKSANAAN
5. Memperbesar
kapasitas
saluran
drainase
6. Pembangunan Desa • DPU
biopori pada Ponoragan • DLHK
drainase
permukiman
Pengembangan jaringan air limbah
1. Pengembangan Desa • DPU • APBD Kab
sistem on site Sepakat • DLHK • Swadaya
pada • DPKP
permukiman
123
WAKTU PELAKSANAAN
124
WAKTU PELAKSANAAN
lingkungan
sampah
terhadap
lingkungan
sekitar
Pengembangan Jaringan Irigasi
1. Rehabilitasi Seluruh • DPU • APBD
dan Desa WP • Dinas Kabupaten
perlindungan Loa Kulu • Pertanian dan
seluruh • Peternakan
jaringan irigasi
Perwujudan Penetapan Sub BWP
Sub BWP Prioritas Sosial Ekonomi
125
WAKTU PELAKSANAAN
126
127
BAB VI
PERATURAN ZONASI
No Zona/Sub Zona
Kode
A Zona Lindung
2a Taman RTH-2
2b Pemakaman RTH-7
B Zona Budidaya
3 Zona Perumahan R
128
3b Perumahan Kepadatan Sedang R-3
5a Pendidikan SPU-2A
5b Kesehatan SPU-2C
5c Olahraga SPU-2D
5d Peribadatan SPU-2E
6b Perkebunan PL-1D
129
terhadap berbagai macam kegiatan yang terdapat pada WP dengan beberapa sub
zona. Adapun daftar kegiatan yang berada
Tabel 6. 2 Daftar Kegiatan Wilayah Perencanaan
No Sub Zona Kegiatan
1 Rumah Tunggal
2 Rumah Kopel
3 Rumah Deret
4 Townhouse
5 Rumah Susun Rendah
6 Rumah Susun Sedang
7 Rumah Susun Tinggi
8 Asrama
Perumahan
9 Rumah Kost
10 Panti Jompo
11 Panti Asuhan
12 Rumah Dinas
13 Rumah Sederhana
14 Rumah Menengah
15 Rumah Mewah
16 Rumah Adat
17 Ruko
18 Warung Makan
19 Toko
20 Kantin
21 Restoran
22 Pasar Tradisional
23 Pasar Lingkungan
24 Penyaluran Grosir
25 Pusat Perbelanjaan
26 Supermarket
Perdagangan dan Jasa
27 Minimarket
28 Plaza
29 Toko Kelontong
30 Toko Bahan Bangunan
31 Makanan dan Minuman
32 Peralatan Rumah Tangga
33 Pet Shop
34 Toko Alat dan Bahan Farmasi
35 Kios
36 Showroom Kendaraan
130
No Sub Zona Kegiatan
37 Jasa Bangunan
38 Jasa Lembaga Keuangan
39 Koperasi
40 Jasa Komunikasi
41 Jasa Pemakaman
42 Jasa Perawatan dan Perbaikan
43 Jasa Bengkel
44 SPBU
45 Isi Ulang Air Minum
46 Jasa Penyediaan Makanan
47 Jasa Travel dan Pengiriman Barang
48 Jasa Pemasaran Properti
49 Jasa Perkantoran atau Bisnis Lainnya
50 Jasa Keterampilan
51 Jasa Kebugaran
52 Billiard
53 Klub Malam dan Bar
54 Teater
55 Bioskop
56 Hotel
57 Salon
58 Laundry
59 Karaoke
60 Penitipan Anak
61 Gudang Rongsokan
62 Pergudangan Industri
63 Pergudangan Perdagangan Jasa
64 TK/PAUD
65 SD
66 SMP
67 SMA/SMK
68 Perguruan Tinggi
69 Pendidikan Informal
Sarana Pelayanan Umum
70 Pondok Pesantren
71 Rumah Sakit
72 Laboratorium Kesehatan
73 Puskesmas
74 Puskesmas Pembantu
75 Posyandu
131
No Sub Zona Kegiatan
76 Balai Pengobatan
77 Dokter Umum
78 Dokter Spesialis
79 Bidan
80 Klinik
81 Apotek
82 Lapangan Olahraga
83 Kolam Renang
84 Masjid
85 Musholla
86 Gereja
87 Pura
88 Vihara
89 Klenteng
90 Gedung Serba Guna
91 Kantor Lembaga Sosial
92 Terminal
93 Stasiun
94 Lapangan Parkir Umum
95 Taman Kelurahan
96 Hutan Produksi
97 Jalur Hijau
98 Ruang Terbuka Hijau Pemakaman Umum
99 Pemakaman Khusus
100 Sempadan
101 Pekarangan
102 Lapangan
103 Plaza
104 Ruang Terbuka Non Hijau Tempat Parkir Umum
105 Taman Bermain dan Rekreasi
106 Trotoar
107 Pertanian Lahan Basah
108 Pertanian Lahan Kering
109 Perikanan
110 Perkebunan Agrobisnis
111 Peruntukan Lainnya Peternakan Ayam/Unggas
112 Wisata Buatan
113 Wisata Budaya
114 Pemancingan
115 Pertambangan Mineral dan Batu
132
No Sub Zona Kegiatan
116 Pertambangan Minyak dan Gas
Sumber: Analisis Penulis 2022
133
Simbol Definisi Keterangan
134
Simbol Definisi Keterangan
135
c. Rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur bangunan/komponen
yang dikembangkan
d. Rujukan bagi izin-izin yang sudah dikeluarkan, sebelum peraturan
zonasi ditetapkan
6.2.2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan
zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan
Koefisien Daerah Hijau (KDH) baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai intensitas
pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona, yang meliputi KDB
Maksimum, KLB Minimum dan Maksimum dan KDH Minimal dan Kepadatan
Bangunan. Adapun ketentuan intensitas pemanfaatan ruang pada WP Loa Kulu
berdasarkan Zona penggunaan lahan, sebagai berikut.
A. Arahan Zonasi Kawasan Lindung
1. Zona Perlindungan Setempat
Zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan sungai, sehingga
semua jenis kegiatan dilarang untuk melakukan pemanfaatan kecuali kegiatan
yang memiliki sudut untuk melakukan pemanfaatan kecuali kegiatan yang
memiliki sudut kepentingan lingkungan atau tidak merusak lingkungan. Dengan:
a. Ketentuan pemanfaatan bersyarat tertentu (B), dan tidak mengganggu
fungsi lindung sungai dan lingkungan sekitarnya;
b. Tidak diperkenankan untuk bangunan permanen.
2. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Area memanjang atau jalur dan mengelompok yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Adapun Ruang Terbuka Hijau (RTH)
pada Wilayah Perencanaan Loa Kulu adalah Taman Kelurahan dan Pemakaman.
a. Taman
1) Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% -
90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras
sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas
136
2) KDB kawasan maksimal 15%
b. Pemakaman
1) Ketentuan pemanfaatan terbatas (T) dengan fungsi lahan pemakaman
minimal 90%, sedangkan luas bangunan penunjang maksimal 10% dari
luas tapak
2) Dilengkapi fasilitas pendukung
3) Disesuaikan dengan ketentuan dalam agama atau adat yang berlaku
mengenai persyaratan pemakaman.
4) KDB maksimum sebesar 20%, KDH minimal sebesar 80% dari luas
lahan RTH
B. Arahan Zonasi Kawasan Budidaya
Berdasarkan pada zona pola ruang Wilayah Perencanaan Loa Kulu yang
merupakan kawasan budidaya adalah sebagai berikut:
1. Zona Perumahan (R)
a. Sub Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)
1) KDB maksimum adalah 70%
2) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,1 dan KLB
maksimum untuk bangunan 4 lantai adalah 2,8
3) KDH minimal adalah 20%
b. Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3) dan Sub Zona
Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB maksimum untuk rumah kepadatan sedang 2,4
3) KLB maksimum untuk rumah kepadatan rendah 3,0
4) KDH minimal adalah 20%
2. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1)
1) KDB maksimum adalah 80%
a) KDB untuk ketinggian bangunan kurang dari 4 lantai (16 meter)
maksimum adalah 80%
b) KDB untuk ketinggian bangunan 4 – 6 lantai (16-24 meter)
maksimum adalah 70%
137
c) KDB untuk ketinggian bangunan lebih dari 6 lantai (24 meter)
maksimum adalah 60%
2) KLB
KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 80%:
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,8
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,7
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,5
KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 70%
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,7 ▪
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,4 ▪
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,1 ▪
d) Dan seterusnya
KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 60% : ▪
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6 ▪
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2 ▪
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,4 ▪
d) Dan seterusnya
3) KDH minimal 20% dari keseluruhan luas lahan, setiap 100 m2 RTH
diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.
a) Untuk KDB diatas 70% dengan tiap kelipatan luas lahan 200
m2, menyediakan minimal 2 (dua) pohon sedang yang ditanam
pada lahan atau pada pot berdiameter minimal 100 cm;
b) Persyaratan penanaman pohon pada perdagangan dan jasa
dengan KDB sama dengan atau kurang dari 70%, berlaku seperti
persyaratan pada RTH pekarangan, dan ditanam pada area
diluar KDB yang telah ditentukan.
c) Pengembangan roof garden pada bangunan perdagangan dan
jasa yang memiliki ketinggian 2 lantai atau lebih dianjurkan.
b. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K-2)
1) KDB maksimum adalah 80%
a) KDB untuk ketinggian bangunan kurang dari 4 lantai (16 meter)
maksimum adalah 80%
138
b) KDB untuk ketinggian bangunan 4 – 6 lantai (16-24 meter)
maksimum adalah 70%
c) KDB untuk ketinggian bangunan lebih dari 6 lantai (24 meter)
maksimum adalah 60%
2) KLB
KLB pada bangunan dengan maksimum 80%:
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,8
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,7
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,5
KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 70%:
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,7
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,4
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,1
d) Dan seterusnya
KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 60%:
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,4
d) Dan seterusnya
3) KDH minimal 20% dari keseluruhan luas lahan, setiap 100 m2 RTH
diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.
a) Untuk KDB diatas 70% dengan tiap kelipatan luas lahan 200
m2, menyediakan minimal 2 (dua) pohon sedang yang ditanam
pada lahan atau pada pot berdiameter minimal 100 cm;
b) Persyaratan penanaman pohon pada perdagangan dan jasa
dengan KDB sama dengan atau kurang dari 70%, berlaku seperti
persyaratan pada RTH pekarangan, dan ditanam pada area
diluar KDB yang telah ditentukan.
c) Pengembangan roof garden pada bangunan perdagangan dan
jasa yang memiliki ketinggian 2 lantai atau lebih dianjurkan.
c. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala SBWP (K-3)
1) KDB maksimum adalah 80%
139
2) KLB pada bangunan dengan KDB maksimum 80% : ▪
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,8 ▪
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,7 ▪
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 2,5 ▪
d) KLB maksimum untuk bangunan 4 lantai adalah 3,2
3) KDH minimal 20% dari keseluruhan luas lahan, setiap 100 m2 RTH
diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.
a) Untuk KDB diatas 70% dengan tiap kelipatan luas lahan 200
m2, menyediakan minimal 2 (dua) pohon sedang yang ditanam
pada lahan atau pada pot berdiameter minimal 100 cm; ▪
b) Persyaratan penanaman pohon pada perdagangan dan jasa
dengan KDB sama dengan atau kurang dari 70%, berlaku seperti
persyaratan pada RTH pekarangan, dan ditanam pada area
diluar KDB yang telah ditentukan.
c) Pengembangan roof garden pada bangunan perdagangan dan
jasa yang memiliki ketinggian 2 lantai atau lebih dianjurkan.
3. Zona Industri
a. Sub Zona Industri (I)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
d) Dan seterusnya
3) KDH minimal 30%
4. Zona Perkantoran (KT)
a. Sub Zona Perkantoran (KT)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB maksimum bangunan 1 lantai adalah 0,6, bangunan 2 lantai
adalah 1,2
3) KDH minimal 30%
5. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)
140
a. Sub Zona Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
3) KDH minimal 30%
b. Sub Zona Pelayanan Umum Kecamatan (SPU-2)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
3) KDH minimal 30%
c. Sub Zona Pelayanan Umum Kelurahan (SPU-3)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
3) KDH minimal 30%
d. Sub Zona Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB
a) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b) KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c) KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
3) KDH minimal 30%
6. Zona Peruntukan Lainnya (PL)
a. Sub Zona Perikanan (IK-2)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB maksimum adalah 1,2
141
3) KDH minimal 40%
b. Sub Zona Pariwisata (PL-13)
1) KDB maksimum adalah 60%
2) KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai 0,6 dan bangunan 2 lantai
1,2
3) KDH minimal 30%
6.2.3 Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur mengenai bentuk,
letak, dan fasad bangunan pada zona tertentu untuk menjaga keamanan bangunan.
Rencana tata bangunan adalah suatu regulasi yang mengatur mengenai pemanfaatan
ruang, penataan ruang, dan lingkungan. Rencana tata bangunan terdiri atas
pengaturan kavling bangunan dalam blok peruntukan dan pengaturan tata massa
bangunan.
A. Arahan Zonasi Kawasan Lindung
1. Perlindungan Setempat
Pada garis sempadan sungai tidak bertanggul memiliki ketentuan tata
bangunan sebagai berikut:
a. Paling sedikit berjarak 10meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 meter
b. Paling sedikit berjarak 15meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3meter
sampai dengan 20 meter
c. Paling sedikit berjarak 30meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20
meter
B. Arahan Zonasi Kawasan Budidaya
1. Zona Perumahan (R)
a. Sub Zona Kepadatan Tinggi (R-2)
1) Ketinggian bangunan maksimum adalah 16 meter (setara
dengan 4 lantai).
2) Untuk kelas jalan arteri dan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
142
3) Untuk ketinggian bangunan antara 14-16 meter, jarak samping
bangunan minimal 2,5 meter, jarak belakang bangunan minimal
2,5 meter.
4) Tampilan bangunan pada zona perumahan ini adalah bebas,
sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail, namun
tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk,
karakteristik arsitektur lokal atau daerah, dan lingkungan yang
ada di sekitarnya.
b. Sub Zona Kepadatan Sedang (R-3) dan Sub Zona Kepadatan Rendah
(R-4)
1) Ketinggian bangunan maksimum untuk Zona Perumahan
Kepadatan Sedang (R3) adalah 16 meter (setara dengan 4
lantai).
2) Untuk kelas jalan arteri dan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
3) Untuk ketinggian bangunan lebih dari 16-20 meter, jarak
samping bangunan minimal 2,5 meter, jarak belakang bangunan
minimal 3 meter.
4) Tampilan Bangunan bebas, sepanjang tidak ada ketentuan
khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan kaidah estetika.
2. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K-2)
1) Ketinggian bangunan maksimum adalah 104 meter (setara
dengan 26 lantai).
2) Untuk kelas jalan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
3) Untuk ketinggian bangunan lebih dari 20 meter, jarak samping
bangunan minimal 3 meter, jarak belakang bangunan minimal
3,5 meter.
4) Tampilan Bangunan bebas, sepanjang tidak ada ketentuan
khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan kaidah estetika.
3. Zona Perkantoran (KT)
143
a. Ketinggian bangunan maksimum adalah 24 meter (setara dengan 6
lantai).
b. Untuk kelas jalan arteri dan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
c. Untuk ketinggian bangunan antara 16-24 meter, jarak samping
bangunan minimal 3 meter, jarak belakang bangunan minimal 3,5
meter.
d. Tampilan Bangunan bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus
yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap mempertimbangkan
kaidah estetika.
4. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)
a. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2)
1) Ketinggian bangunan maksimum adalah 15 meter (setara
dengan 3 lantai).
2) Untuk kelas jalan arteri dan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
3) Untuk ketinggian bangunan lebih dari 20 meter, jarak samping
bangunan minimal 3 meter, jarak belakang bangunan minimal
3,5 meter.
4) Tampilan Bangunan bebas, sepanjang tidak ada ketentuan
khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan kaidah estetika.
b. Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan (SPU-3)
1) Ketinggian bangunan maksimum adalah 15 meter (setara
dengan 3 lantai).
2) Untuk kelas jalan arteri dan kolektor, GSB minimal 14,5 meter.
3) Untuk ketinggian bangunan lebih dari 14-15 meter, jarak
samping bangunan minimal 4 meter, jarak belakang bangunan
minimal 4 meter.
4) Tampilan Bangunan bebas, sepanjang tidak ada ketentuan
khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan kaidah estetika.
144
6.2.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum
Ketentuan prasarana dan sarana minimum mengatur dan mendukung
kebutuhan pada setiap zona peruntukan. Ketentuan sarana dan prasarana didasarkan
pada:
1. Sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona peruntukannya.
2. Volume atau kapasitasnya berdasarkan perkiraan jumlah jiwa yang
memenuhi zona peruntukannya.
Ketentuan sarana dan prasarana minimum ini berfungsi sebagai
kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang
nyaman melalui penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai agar zona berfungsi
secara optimal.
Ketentuan prasarana dan sarana minimum sekurangnya harus mengatur
jenis prasarana dan sarana pendukung untuk lima zona budidaya utama, perumahan,
komersial, PSU, industri dan zona hijau budidaya. Prasarana dan sarana minimum
pada Zona Lainnya diatur mengikuti aturan pada kelima zona di atas. Prasarana
yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, aksesibilitas
untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat, dimensi jaringan jalan,
kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana lainnya yang diperlukan. Ketentuan
prasarana dan sarana minimal ditetapkan sesuai dengan ketentuan mengenai
prasarana dan sarana yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
6.2.5 Ketentuan Khusus
Berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021,
ketentuan khusus yaitu ketentuan yang mengatur pemanfaatan kawasan yang
memiliki fungsi khusus dan memiliki aturan tambahan seperti adanya kawasan
yang bertampalan dengan kawasan peruntukan utama, yang disebut sebagai
kawasan pertampalan atau kawasan tumpeng susun (overlay).
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan yang ditampalkan (overlay)
di atas aturan dasar karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan aturan
tersendiri karena belum diatur di dalam aturan dasar. Komponen ketentuan khusus
antara lain meliputi:
1. Kawasan keselamatan operasi penerbangannya (KKOP);
2. Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B);
145
3. Kawasan rawan bencana;
4. Kawasan berorientasi transit (TOD);
5. Tempat evakuasi bencana (TES dan TEA);
6. Pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan lain lain);
7. Kawasan cagar budaya;
8. Kawasan resapan air;
9. Kawasan sempadan;
10. Kawasan pertahanan dan keamanan (hankam);
11. Kawasan karst;
12. Kawasan pertambangan mineral dan batubara;
13. Kawasan migrasi satwa; dan n) ruang dalam bumi.
Ketentuan mengenai penerapan aturan khusus pada zona-zona khusus di
atas ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang.
6.2.6 Ketentuan Pelaksanaan
A. Aturan Peralihan
Ketentuan pelaksanaan dalam aturan peralihan berfungsi untuk mengatur
status pemanfaatan ruang yang berbeda dengan fungsi ruang zona dan
peruntukannya. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, pada
pemanfaatan ruang yang tidak berbeda dapat diberikan tenggat waktu selama 3
tahun untuk menyesuaikan terhadap fungsi zona peruntukannya atau pindah ke
zona yang sesuai.
B. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi
Ketentuan ini diberlakukan apabila pemanfaatan ruang yang izinnya
diterbitkan sebelum ditetapkannya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) atau
Peraturan Zonasi (PZ), dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut telah diperoleh
sesuai dengan prosedur yang benar. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang, semua pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan peraturan zonasi akan diberikan masa transisi selama 3 tahun untuk
menyesuaikan.
C. Ketentuan Variasi Pemanfaatan Ruang
146
Ketentuan pelaksanaan dalam variasi pemanfaatan ruang berfungsi untuk
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dan tetap
mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Zonasi (PZ).
hal ini untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro, dan sebagai dasar
antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right development yang
dapat diatur lebih lanjut dalam RTBL.
D. Insentif dan Disinsentif
Insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan pengendalian
pembangunan yang bersifat akomodatif terhadap setiap perubahan yang
menunjang pembangunan/perkembangan. Insentif merupakan pengaturan yang
bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan seiring dengan penataan
ruang. Perangkat disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan membatasi
pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan penataan
ruang. Menurut undang-undang ini yang dimaksud insentif adalah pengaturan
yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan
tujuan rencana tata ruang, sedangkan disinsentif merupakan pengaturan yang
bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang. Yang menjadi pembatas antara keduanya adalah
keserasian/kecocokan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang
diinginkan. Dalam kedua mekanisme tersebut terkandung suatu pengaturan dan
pengendalian pembangunan yang bersifat akomodatif terhadap setiap perubahan
yang menunjang pembangunan dan perkembangan, meskipun dengan tetap
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang
merugikan bagi pembangunan
2. Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai
warganegara, dimana masyarakat mempunyai hak dan dan martabat yang
sama untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya.
3. Tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan
ruang untuk pembangunan oleh masyarakat.
Adapun aturan penerapan insentif dan disinsentif pada WP Loa Kulu adalah
sebagai berikut:
147
1. Insentif
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,
sewa uang dan urun saham
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur
c. Kemudahan prosedur perizinan dan
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah
2. Disinsentif
a. Pengenaan pajak yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang dan
b. Pembatasan infrastruktur, pengenaan kompensasi dan penalty.
6.2.7 Perumusan Teknik Peraturan Zonasi
Teknik pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dalam
penerapan peraturan zonasi dasar serta memberikan pilihan penanganan pada lokasi
tertentu sesuai dengan karakteristik, tujuan pengembangan, dan permasalahan yang
dihadapi pada zona tertentu, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan ruang
dapat dicapai secara lebih efektif.
Perumusan teknik peraturan zonasi disediakan guna mengatasi kekakuan
aturan dasar dalam pelaksanaan pembangunan kota. Penerapan peraturan zonasi
harus direncanakan sejak awal dan didukung oleh perangkat dan kelembagaan
terkait. Berikut ini merupakan teknik peraturan zonasi yang digunakan atau berlaku
di Wilayah Perencanaan (WP) Loa Kulu.
A. Bonus Zoning
Bonus Zoning adalah teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin
kepada pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi
aturan dasar, dengan imbalan (kompensasi) pengembang tersebut harus
menyediakan sarana publik tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan
dsb. Penerapan bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut:
1. Diberikan kepada pengemban yang belum atau tidak pernah menambah
intensitas pemanfaatan ruangnya.
148
2. Hanya dapat diberlakukan pada zona komersial, zona perkantoran dan zona
perumahan, khususnya untuk rumah susun.
3. Harus didahului dengan analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan
untuk mengetahui.
a. Penambahan intensitas pemanfaatan ruang pada blok peruntukan agar
masih dalam daya dukung lingkungannya;
b. Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan beserta besar kerugiannya;
c. Kompensasi pembangunan sarana publik.
Kompensasi pembangunan sarana publik diutamakan untuk dilaksanakan
pada sub kawasan dimana bonus zoning diterapkan, namun dapat juga
dilaksanakan pada kawasan lainnya dengan persyaratan tertentu berdasarkan
keputusan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan kriteria penetapan bonus zoning bahwa pada Wilayah
Perencanaan (WP) Loa Kulu dapat dilakukan Teknik peraturan zonasi pada zona
perumahan (R-1, R-3, dan R-4), zona perdagangan dan jasa (K), zona system
pusat pelayanan umum (SPU-2A, SPU-2B, SPU-2C, SPU-2D dan SPU 2E)
.
149
Tabel 6. 4 Matriks Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
PERUMAHAN
Rumah
1. X X X I I I X X X X X X X X X X
Tunggal
2. Rumah Kopel X X X I I I X X X X X X X X X X
3. Rumah Deret X X X I I I X X X X X X X X X X
4. Townhouse X X X B B B X X X X X X X X X X
Rumah Susun
5. X X X B B B X X X X X X X X X X
Rendah
Rumah Susun
6. X X X B B B X X X X X X X X X X
Sedang
Rumah Susun
7. X X X B B B X X X X X X X X X X
Tinggi
8. Asrama X X X B B B X X X X X X X X X X
9. Rumah Kost X X X I I I X X X X X X X X X X
10. Panti Jompo X X X I I I X X X X X X X X X X
11. Panti Asuhan X X X I I I X X X X X X X X X X
12. Rumah Dinas X X T I I I T T T T T X X X X T
Rumah
13. X X X I I I X X X X X X X X X X
Sederhana
Rumah
14. X X X I I I X X X X X X X X X X
Menengah
Rumah
15. X X X I I I X X X X X X X X X X
Mewah
16. Rumah Adat X X T I I I X X X X X X X X X T
PERDAGANGAN DAN JASA
1. Ruko X X X T T T I X X T X T X X X X
Warung
2. X X X I I I I I I I I I X X X I
makan
150
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
3. Toko X X X I I I I I I I I I X X X I
4. Kantin X X X I I I I I I I I I X X X I
5. Restoran X X X I I I I T T T T X X X X I
Pasar
6. X X X B B B I X X X X X X X X X
Tradisional
Pasar
7. X X X B B B I X X X X X X X X X
Lingkungan
Penyaluran
8. X X X B B B T X X X X X X X X X
Grosir
Pusat
9. X X X X X X B X X X X X X X X X
Perbelanjaan
10. Supermarket X X X X X X B X X X X X X X X X
11. Minimarket X X X B B B I X X X X X X X X X
12. Plaza X X X X X X B X X X X X X X X X
Toko
13. X X X I I I I X X X X T X X X T
kelontong
Toko bahan
14. X X X I I I I X X X X X X X X T
bangunan
Makanan dan
15. X X X I I I I X X I I X X X X X
minuman
Peralatan
16. X X X I I I I X X T X T X X X I
rumah tangga
17. Pet shop X X X B B B I I I I I I X X X X
Toko alat dan
18. X X X T T T I I I I I I X X X X
bahan farmasi
19. Kios X X X I I I I I I I I I X X X X
Show room
20. X X X I I I I T T T T X X X X X
kendaraan
21. Jasa bangunan X X X I I I I X X X X X X X X X
151
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Jasa lembaga
22. X X X I I I I X X X X X X X X T
keuangan
23. Koperasi X X X I I I I X X X X X X X X T
Jasa
24. X X X I I I I X X X X X X X X T
komunikasi
Jasa
25. X X X I I I I X X X X X X X X X
pemakaman
Jasa
26. Perawatan X X X T T T I X X X X X X X X X
dan perbaikan
27. Jasa bengkel X X X T T T I X X X X X X X X X
28. SPBU X X X X X X B X X X X T X X X X
Isi ulang air
29. X X X X X X I X X X X X X X X X
minum
Jasa
30. penyediaan X X X T T T I X X I I X X X X X
makanan
Jasa travel
dan
31. X X X T T T I X X X X X X X X T
pengiriman
barang
Jasa
32. pemasaran X X X T T T I X X X X X X X X X
properti
Jasa
perkantoran
33. X X X T T T I X X X X X X X X T
atau bisnis
lainnya
Jasa
34. X X X I I I I X X X X X X X X X
keterampilan
152
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Jasa
35. X X X I I I I X X X X X X X X X
kebugaran
36. Billiard X X X T X X X X T X X X X
Klub malam
37. X X X X X X T X X X X X X X X X
dan bar
38. Teater X X X X X X T X X X X X X X X X
39. Bioskop X X X X X X B X X X X X X X X X
40. Hotel X X X B B B B X X X X X X X X X
41. Salon X X X B B B B X X X X X X X X X
42. Laundry X X X B B B B X X X X X X X X X
43. Karaoke X X X X X X T X X X X T X X X X
Penitipan
44. X X X I I I T X X X X X X X X X
anak
Gudang
45. X X X B B B T X X X X T X X X X
rongsokan
Pergudangan
46. X X X B B B T X X X X X X X X X
industri
Pergudangan
47. perdagangan X X X B B B T X X I I X X X X X
jasa
SARANA PELAYANAN UMUM
1. TK/PAUD X X X I I I X I X X X T X X X X
2. SD X X X I I I X I X X X X X X X X
3. SMP X X X T T T X I X X X X X X X X
4. SMA/SMK X X X T T T X I X X X X X X X X
Perguruan
5. X X X X X X X I X X X X X X X X
tinggi
Pendidikan
6. X X X X X X X I X X X X X X X X
informal
153
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Pondok
7. X X X T T T X I X X X X X X X X
pesantren
8. Rumah sakit X X X B B B X X X X X X X X X X
Laboratorium
9. X X X B B B X I I X X X X X X X
kesehatan
10. Puskesmas X X X B B B X I I X X X X X X X
Puskesmas
11. X X X B B B X I I X X X X X X X
pembantu
12. Posyandu X X X B B B X I I X X X X X X X
Balai
13. X X X B B B X B I I X X X X X X
pengobatan
14. Dokter umum X X X B B B X X I I X X X X X X
Dokter
15. X X X B B B X X I I X X X X X X
spesialis
16. Bidan X X X B B B X X I I X X X X X X
17. Klinik X X X B B B T B I I X X X X X X
18. Apotek X X X B B B I B I I X X X X X X
Lapangan
19. B I X I I I T I I I I X X X X X
olahraga
20. Kolam renang X X X X X T X X X X X X X X X X
21. Masjid X X X I I I T I I I T I X X X X
22. Mushalla X X X I I I T I I I T I X X X X
23. Gereja X X X I I I T I I I T I X X X X
24. Pura X X X I I I T I I I T I X X X X
25. Vihara X X X I I I T I I I T I X X X X
26. Klenteng X X X I I I T I I I T I X X X X
Gedung serba
27. X X X T T T I T T T T X X X X X
guna
154
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kantor
28. lembaga X X X T T T X T T T T X X X X X
sosial
29. Terminal X X X X X X X X I I X X X X X X
30. Stasiun X X X X X X X X I I X X X X X X
Lapangan
31. X B T T T T T B I I X X X X X X
parkir umum
RUANG TERBUKA HIJAU
Taman
1. X I X I I I I I I I I T X X X I
kelurahan
Hutan
2. I I X I I I I I I I I T X X X I
produksi
3. Jalur hijau I I I I I I I I I I I I X X X I
Pemakaman
4. X T I T T T X X X T T X I I I I
umum
Pemakaman
5. X T I T T T X X T T X T T T T T
khusus
6. Sempadan I I I I I I I I I I I I I I I I
7. Pekarangan I I I I I I I I I I I I X X X I
RUANG TERBUKA NON HIJAU
1. Lapangan B T X I I I T I I I I I I I I I
2. Plaza B I T I I I T T T T T T X X X T
Tempat parkir
3. B B T T T T T T T T T T X X X T
umum
Taman
4. bermain dan B I X I I I T T I T T T X X X I
rekreasi
5. Trotoar B T T T T T T T T T T T T T T T
PERUNTUKAN LAINNYA
155
Zona Zona Lindung Zona Budidaya
Zona Zona
Zona Ruang Terbuka
Perlindungan Zona Perumahan Perdagangan Zona Sistem Pusat Pelayanan Umum Zona Peruntukan Lainnya
Hijau
Setempat dan Jasa
No. SS RTH-2 RTH-7 R-2 R-3 R-4 K SPU-2A SPU-2B SPU-2C SPU-2D SPU-2E PL-1A PL-1C PL-1D PL-12
Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona Subzona
Subzona
Subzona Subzona Perumahan Perumahan Perumahan Perdagangan Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Subzona Subzona Subzona Subzona
Sempadan
Taman Pemakaman Kepadatan Kepadatan Kepadatan dan Jasa Skala Skala Skala Skala Skala Pertanian Perikanan Perkebunan Pariwisata
Kegiatan Sungai
Tinggi Sedang Rendah Skala WP Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Pertanian
1. X X X X X X X X X X X X I I I X
lahan basah
Pertanian
2. X X X X X X X X X X X X I I I X
lahan kering
3. Perikanan X X X X X X X X X X X X I I I X
Perkebunan
4. X X X X X X X X X X X X I I I X
agrobisnis
Peternakan
5. X X X X X X X X X X X X B B B X
ayam/unggas
6. Wisata buatan B B X B B B X X X X X X X X X I
Wisata
7. B B T T T T X X X X X X X X X I
budaya
8. Pemancingan B B X X X X X X X X X X X X X T
Pertambangan
9. mineral dan X X X X X X X X X X X X X X X X
batu
Pertambangan
10. minyak dan X X X X X X X X X X X X X X X X
gas
156
DAFTAR PUSTAKA
157
LAMPIRAN
Lampiran I
No.
:
FOCUS GROUP Dok.
DISCUSSION Tgl.
: dd/mm/yyyy
MATA KULIAH STUDIO Terbit
PERENCANAAN KOTA No.
: 00
Tahun ajaran 2020 - 2025 Revisi
Hal : 2/2
158
pemekaran wilayah dari Desa Loa Kulu Kota. Desa Sepakat
memiliki luas sekitar1,6km2 dengan letaknya yang strategis
berada di pintu gerbang pertengahan kota.
Desa Sepakat telah dijadikan sebagai salah satu kawasan
minapolitan oleh pemerintah daerah setempat, sehingga sejak
tahun 2020 alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke perikanan
dilakukan terus menerus,
3. Produksi perikanan di wilayah perencanaan kurang didukung
dengan adanya peningkatan kapasitas sumber daya manusia
di lingkungan sekitar. Akibatnya, hasil-hasil produksi tidak
dimanfaatkan dan dikembangan secara maksimal untuk
menambah nilai ekonomis ikan yang diproduksi.
4. Bangunan yang berada di Wilayah Perencanaan dan yang
berada langsung dekat sungai, tidak memperhatikan garis
sempadan sungai untuk mendirikan bangunan
5. Wilayah Perencanaan yaitu pada Desa Sepakat dan Desa
Ponoragan merupakan penghasil bibit ikan air tawar terbesar
di provinsi Kalimantan Timur.
6. Adapun yang menjadi urgensi masalah di wilayah
perencanaan Loa Kulu adalah kurangnya fasilitas sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan perikanan, serta
dibutuhkan adanya peningkatan kapasitas masyarakat untuk
dapat memafaatkan potensi wilayah dengan lebih maksimal
dan berkelanjutan.
Dokumentasi Kegiatan
159
160
Lampiran II
No. Dok. :
LEMBAR KEAKTIFAN
Studio Perencanaan Kota Tgl. Terbit : dd/mm/yyyy
Kelompok 1A No. Revisi : 00
Tahun ajaran 2020 - 2025
Hal : 0/0
Bekerja dalam
1. Bintang Atha Araminta 08201011 melengkapi laporan
BAB 4, 5, dan 6
Bekerja dalam
2. Difa Oktavia Priandini 08201021 melengkapi laporan
BAB 1, 2, 3, 5, 6
Bekerja dalam
melengkapi laporan
BAB 6 dan membuat
3. Hezron Ruli Pratama 08201033 peta rencana struktur
ruang, peta pembagian
sub wp, dan peta
pembagian blok
Bekerja dalam
4. Irvisya Alifa 08201035 melengkapi laporan
BAB 5 dan 6
5. Jordy Ventianus Salinding 08201039 -
161
No Nama Mahasiswa Jobdesk dan Keaktifan
Bekerja dalam
6. Karina Savitri 08201041 melengkapi laporan
BAB 3 dan 6
Bekerja dalam membuat
peta rencana kelompok
1A dan peta pola ruang,
7. M. Fachrurrozy Husda 08201043 peta rencana pusat
kegiatan dan peta
pembagian sub wilayah
perencanaan.
Bekerja dalam
8. Margaretha El Lucitania 08201045 melengkapi laporan
BAB 3 dan 5
Bekerja dalam
melengkapi laporan
9. Miftahul Kintia 08201049
BAB 2, 6 dan drafter
laporan rencana
Bekerja dalam
10. Miranda Eka Putri 08202051 melengkapi laporan
BAB 3 dan 5
Tim Leader sera bekerja
dalam melengkapi
11. Muhammad Qoirul Purwanto 08201059 laporan BAB 4, 5, 6 dan
membuat peta
pembagian sub blok WP.
Bekerja dalam
12. Muthya Karina Amalia 08201061 melengkapi laporan
BAB 3, 5, dan 6
162