KATA PENGANTAR
Dalam laporan pendahuluan ini pada intinya berisi persiapan konsultan dalam
melaksanakan studi. Dalam hal ini, menyangkut bagian dari pemahaman konsultan
tentang studi dan kondisi lokasi secara umum. Bagian pemahaman terhadap studi
tertuang dalam persepsi tentang latar belakang kegiatan dan metode yang akan
digunakan, sementara tentang kondisi lokasi disarikan dari berbagai sumber yang
diperoleh selama masa persiapan studi. Tatkala pentingnya adalah tentang managemen
studi, yang dalam laporan ini diuraikan berupa organisasi tim dan schedule kegiatan.
Diharapkan laporan ini telah memberikan gambaran tentang kesiapan tim pelaksana
studi dalam menjalankan tugas. Selanjutnya koordinasi dan konsultasi dengan tim
teknis dan pengambil kebijakan dari pihak pemberi tugas akan terus dilakukan demi
kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan.
Pimpinan Studi
Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
DAFTAR ISI
BAB. 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.........................................................................2
1.3. Sasaran Yang Ingin Dicapai..............................................................2
1.4. Sistematika Laporan.........................................................................2
BAB. 2.Pendekatan dan Metodologi 3
2.1.1. Prinsip Dasar Studi.....................................................................3
2.1.2. Regulasi Pendukung...................................................................3
2.1.3. Pendekatan Studi.......................................................................3
2.1.4. Metodologi................................................................................8
Tahap-2. Analisis dan Kajian.............................................................10
Tahap-3. Perumusan Desain Detail Kawasan...................................11
BAB. 3.KONDISI UMUM WILAYAH PESISIR KAB.LUWU UTARA 12
3.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif.......................................12
3.2. Kondisi Topografi dan Klimatologi...................................................12
3.3. Geologi Dan Jenis Tanah................................................................13
3.4. Karakteristik Sosial Ekonomi...........................................................15
3.4.1. D e m o g r a f i.......................................................................15
3.4.2. Tingkat Pendidikan...................................................................16
3.4.3. Sarana dan Prasarana Permukiman...........................................18
3.4.4. Kondisi Ekonomi......................................................................21
3.4.5. Keadaan Umum Perikanan dan Kelautan...................................22
BAB. 4. ORGANISASI DAN MANAGEMEN 27
4.1. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.............................................27
4.2. Rencana Kerja...............................................................................27
4.3. Organisasi Pelaksana......................................................................29
BAB. 5. PENUTUP 24
Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
DAFTAR TABEL
Table 3-1.......................................................................................................................13
Table 3-2.......................................................................................................................14
Table 3-3.......................................................................................................................15
Table 3-4.......................................................................................................................15
Table 3-5.......................................................................................................................16
Table 3-6.......................................................................................................................17
Table 3-7.......................................................................................................................18
Table 4-1.......................................................................................................................28
Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1................................................................................................6
Gambar 1-2................................................................................................8
Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
BAB. 1. PENDAHULUAN
Selama ini bentuk pemanfaatan wilayah pesisir Luwu Utara untuk kegiatan
produktif adalah pengolahan tambak dengan komoditas prioritas rumput laut dan
penangkapan ikan. Sebagaimana diketahui bahwa Luwu secara keseluruhan
merupakan penghasil rumput laut dari tambak cukup besar dengan kualitas baik di
Sulawesi, sementara kegiatan kenelayanan pun di wilayah ini menjadi salah satu
pekerjaan masyarakat pesisir yang menyerap banyak lapangan kerja.
Menyadari akan hal tersebut, langka awal yang akan dilakukan pemerintah Luwu
Utara adalah menyusun rencana pembangunan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) di Malangke Kabupaten Luwu Utara. Kawasan PPI yang direncanakan
nantinya, tidak hanya sekedar sebuah pusat Pangkalan Pendaratan Ikan, tetapi juga
mencakup permukiman nelayan dan masyarakat pesisir, serta beberapa
infrastruktur pendukung lainnya, baik untuk pendukung usaha produktif, seperti :
sarana pengolahan, pergudangan dan distribusi hasil perikanan maupun untuk
pendukung pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan, seperti :
kantor pemerintah, pusat kesehatan masyarakat, mesjid, dan sekolah.
Hal | 1
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Kegiatan ini dilaksudkan untuk menyusun rencana teknik rinci (Design Engineering
Detail) kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Malangke, di Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara. Bertujuan sebagai kerangka atau pedoman teknis
dalam pelaksanaan pembangunan kawasan PPI selanjutnya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya rencana teknik rinci untuk
pembangunan kawasan PPI Malangke yang memuat antara lain :
Hasil-hasil kajian kondisi geofisik teknis dan sosio ekonomi kawasan dan
masyarakat pesisir kabupaten Luwu Utara pada Umumnya.
Konsepsi dasar perencanaan kawasan
Masterplan perencanaan kawasan
Bab 3. Kondisi Geofisik Teknis Dan Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Rencana
Hal | 2
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Hal | 3
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Masalah di Kawasan Pesisir Pantai tidak lepas dari masalah lingkungan, masalah
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu Penataan Perumahan
dan Permukiman Kawasan Perisisr Pantai tidak bisa lepas dari upaya untuk
menggarap penataan kawasan itu sendiri sebelum menggarap penataan perumahan
dan permukimannya, sebab perumahan dan pemukiman merupakan bagian dan
menempati sebagian kawasan pesisir pantai.
Oleh karena itu penting untuk mengkaji apakah terdapat kebijakan-kebijakan dan
peraturan yang berkaitan dengan manajemen kawasan pesisir pantai, mengingat
kawasan ini termasuk dalam kategori kawasan yang dinamis dan rentan terhadap
kerusakan maupun degradasi lingkungan akibat aktivitas di atasnya maupun di hulu.
Perlu diketahui bahwa pada awal tahun 2000 Pemerintah Indonesia melalui
Departemen Perikanan dan Kelautan telah menggulirkan konsep Integrated Coastal
Zone Management (ICZM) melalui proyek MCRMP (Marine Coastal Resources
Management Project) yang didanai dengan dana pinjaman dari ADB. Konsep
ICZM ini pada intinya melakukan penataan kawasan pesisir dan laut, dimulai dari
batas sub-DAS terdekat ke arah hulu dan 4 mil ke arah laut untuk menghasilkan
Tata Ruang Pesisir. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan partisipatif
masyarakat dan stakeholder kunci secara terpadu. Jiwa dari proyek tersebut adalah
melakukan pembangunan sekaligus konservasi secara terpadu – mengadopsi konsep
Integrated Conservation and Development Program (ICDP). Namun demikian,
sayangnya proyek ini dilakukan pada lokasi-lokasi yang terbatas; yakni lokasi yang
paling bermasalah dari segi lingkungan. Tentu saja aspek perumahan dan
permukiman menjadi bidang garapan proyek tersebut, termasuk aspek kegiatan
ekonomi masyarakat dan industri.
Hal ini berarti bahwa penataan lingkungan kawasan pesisir pantai tidak bisa berdiri
sendiri dan harus juga mengangani aspek sosial ekonominya. Sebagai contoh,
masyarakat tidak diperbolehkan melakukan aktivitas pada daerah-daerah zona inti
konservasi, namun pemerintah juga harus memberikan solusi untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan alternatif masyarakat dan memberikan insentif dalam
bentuk penyediaan lahan, pelatihan dan modal usaha.
Sejalan dengan pengertian di atas, maka pengembangan kawasan PPI harus dimulai
dengan suatu rumusan pengembangan wilayah kawasan pesisir pantai. Oleh karena
itu perlu dimunculkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Hal | 4
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Sejauh mana masyarakat sekitar dapat berperan aktif dan menerima manfaat dari
rencana pengembangan wilayah pesisir pantai?
Selanjutnya bagimana kawasan yang ada saat ini (di lokasi proyek) harus ditata,
tidak hanya aspek perumahan dan pemukimannya, tetapi juga aktivitas lain
seperti industri dan perdagangan, dll?
Secara umum kerangka konsepsi ini diberikan pada gambar 2-1. berikut.
Hal | 5
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
PENDEKATAN
(TECHNICAL
TEKNIS
APPROACH) PEMUKIMAN KAWASAN PERMASALAHAN YG TIMBUL :
PESISIR & PANTAI :
PENDEKATAN
PENYADARAN
PENDIDIKAN & • Ketidaksesuaia dg Tata Ruan Pesisi
MASYARAKAT • Kondis rumah & perumahan • n
Lingkunga .
pemukima y gtdk sehat
r
• i
Kondis lingkunga , • Perumahan
n yan
n tida sehat
g
PENDEKATAN • i
Kondis nsarana/prasarana • Kelangkaa gsarana/prasarana
k
PARTISIPATIF
(COMMUNIT -BASED i • n
Ekonom mas . kuran berkembang
Y &
• Kegiata ekonomi
STAKEHOLDER
PARTICIPATION) • n
Kegiata sosia & buday , … • i
Degradas y lingkunga
g pesisi -panta
n l a • i
Permasalahan huku r i
n m
LINGKUNGAN & EKOSISTEM
PESISIR/PANTAI :
Gambar 2-1
Kerangka Konsepsi Pengembangan Kawasan
Hal | 6
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Pendekatan ini dapat dilakukan melalui proses yang disebut Sosialisasi dan
Penyadaran Masyarakat (Socialization and Awareness Campaign). Proses ini
memerlukan media komunikasi yang tepat, misalnya melalui penyuluhan dan
penjelasan dengan berbagai perangkat audio visual, serta diskusi formal maupun
informal dengan tokoh masyarakat.
Pendekatan 1 dan 2 lebih menjurus pada pendekatan sosial dan manajemen, dalam
arti bahwa pertimbangan sosial, aspirasi masyarakat dan stakeholder kunci menjadi
kunci utama dari suatu program. Adanya penerimaan, kemauan, konsensus dan
kesepakatan serta komitment dari masyarakat maupun stakeholder kunci
menentukan apakah suatu program feasible untuk diaplikasikan atau tidak. Namun
demikian pendekatan 1 dan 2 saja tidak cukup, karena banyak hal dan inovasi baru
justru muncul dari pendekatan lain, yakni pendekatan teknis; sehingga pendekatan 1
dan 2 perlu dikombinasikan dengan pendekatan teknis.
Selanjutnya dua Konsepsi Dasar dan Prinsip yang akan digunakan dalam
penyusunan Model Penataan Perumahan dan Permukiman Kawasan Pesisir Pantai
ini adalah ; (i) konsep ICZM (Integrated Coastal Zone Management) dan (ii)
konsep TRIDAYA. Konsep pertama lebih menekankan penataan kawasan pesisir,
sedangkan konsep kedua lebih menekankan penataan perumahan dan permukiman.
Gabungan penggunaan dua konsep tersebut akan menjadi dasar dalam penyusunan
Model Penataan Perumahan dan Permukiman Kawasan Pesisir.
Hal | 7
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
MODEL IDEAL
PERUMAHAN & PEMUKIMAN
DI PESISIR - PANTAI
Standard
Perumahan &
Permukiman
Gambar 2-2
Kombinasi TRIDAYA dan ICZM dalam Penyusunan Kawasan PPI
2.1.4. Metodologi
Pelaksanaan kajian ini dibagi menjadi tiga tahap, di mana setiap tahapan
menggunakan metode pelaksanaan yang berbeda, tetapi dalam analisisnya dapat
menggunakan metode yang sama. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi awal yang
diperlukan untuk identifikasi masalah dan kendala, perumusan rencana kerja
pelaksanaan pekerjaan, desain survey, desain pengolahan dan analisis data, serta
perencanaan kerja lainnya. Beberapa langkah kerja yang dilakukan dalam studi
pendahuluan adalah :
Hal | 8
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Literatur tentang aspek pengelolaan wilayah pesisir dan aspek sosial budaya
lokal masyarakat setempat serta komoditi laut yang ada dan potensial
dikembangkan.
Data-data spatial yang tersedia (baik dalam bentuk peta maupun citra)
menjadi data-data makro yang sangat berguna untuk melakukan penilaian
awal (initial assesment) maupun sebagai acuan dalam kegiatan lapangan.
Beberapa regulasi pendukung seperti Peraturan Daerah tentang Tata Ruang
Kawasan Pesisir, dan Rencana Pembangunan kabupaten.
b. Survey / Penelitian Lapangan
Hal | 9
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Hal | 10
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Hal | 11
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Letak geografis berada pada batas antara : yang terletak pada 001º53’19’’ – 02º55’
36’’ Lintang Selatan dan 119º 47’ 46’’ - 120º 37’ 44’’ Bujur Timur. Lokasi
berbatasan langsung dengan perairan dipesisir selatan pantai Teluk Bone : Dengan
wilayah administrasi Kecamatan Malangke di batasi oleh :
Letak topografi daerah studi relatif bervariasi, mulai dari topografi datar (flat)
sampai berombak (undulating). Kecamatan Malangke secara umum berada pada
kemiringan lereng lebih kecil dari 3 % dengan luas area +12.179 ha. Elevasi atau
ketinggian dari permukaan laut rata-rata lebih kecil dari 10 m dpl.
Kabupaten Luwu Utara memiliki iklim yang nyaman, baik untuk tempat tinggal
maupun pertanian. Hal tersebut dapat di ketahui dari rata-rata curah hujanya sebesar
263 mm, suhu udara rata-rata 26.8oC dan rata-rata jumlah hari hujan perbulan
sebanyak 21 hari hujan. Secara umum Kabupaten Luwu utara mengalami curah
hujan yang relatif tinggi sangat mendukung untuk lahan pertanian, peternakan,
perikanan dan perkebunan, sekaligus pariwisata.
Hal | 12
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Table 3-1
Luas dan Pembagian Daerah Administrasi di Kabupaten Luwu Utara
Kecamatan Luas Persentase Jumlah Jumlah
(Km2) Wilayah Wilayah
Perdesaan PerKotaan
Sabbang 525.08 7.00 20 0
Baebunta 295.25 3.94 20 0
Malangke 350.00 4.67 14 0
Malangke Barat 93.75 1.25 13 0
Sukamaju 255.48 3.41 25 0
Bone-Bone 277.33 3.70 20 0
Masamba 1068.85 14.25 15 4
Mappadeceng 275.50 3.67 15 0
Rampi 1565.65 20.87 6 0
Limbong 686.50 9.15 7 0
Seko 2109.19 28.11 12 0
Kab. Luwu Utara 7502.58 100.00 167 4
Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002
Daya dukung lahan untuk perkembangan pembangunan fisik yang didasarkan pada
kondisi geologi dan jenis tanah, nampaknya tidak menimbulkan permasalahan
besar. Kondisi geologi di Wilayah Pesisir dibentuk oleh formasi batuan alluvium
muda campuran antara endapan muara dan endapan laut. mempunyai sifat stabil
dan berdaya dukung tinggi bagi pembangunan fisik, baik bagi bangunan dengan
konstruksi secara vertikal maupun horizontal dengan biaya konstruksi relatif murah.
Table 3-2
Wilayah Cakupan Kondisi Geologi
Hal | 13
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Persebaran jenis tanah di Kabupaten Luwu Utara dipengaruhi oleh jenis batuan,
iklim dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat
pelapukan batuan kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh besar
terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang
horisonnya akan semakin intensif pemanfaatannya terutama untuk kegiatan
pertanian dan perkebunan. Kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat
berpengaruh dalam pengembangan wilayah ini, hal mana terkait dengan prinsip
pemanfaatan lahan yang berdasarkan kesesuaian daya tampung dan daya dukung
lahannya.
Kondisi jenis tanah menunjukkan sifat cukup stabil namun peka terbadap
erosi/aberasi, berdaya serap tercampurnya jenis tanah, pasir, endapan aluvial di
lembah aliran sungai, pasir kwarsa dan podsolik merah kuning pada lahan yang
relatif tinggi serta kaolin yang terutama tersebar di wilayah Pesisir.
Lokasi dan luas lahan untuk perkembangan kawasan dengan demikian ditentukan
dengan pertimbangan sifat positif jenis tanah baik daya dukungnya dan sifat negatif
jenis tanah yang perlu dihindarkan bagi perkembangan kawasan.
Table 3-3
Jenis – jenis tanah yang ada di Kabupaten Luwu Utara
Hal | 14
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
3.4.1. D e m o g r a f i
Table 3-4
Kondisi Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-bone dan
Kecamtan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara
URAIAN LUAS Jumlah Jumlah Rata-Rata Kepadatan
WILAYAH Penduduk Rumah Penduduk Rata-Rata
(KM2) (Jiwa) Tangga (%) (Jiwa /
(Jiwa) Km2)
Kec. 350,00 28.697 5.943 5 81,94
Malangke
Kec. Bone- 277,33 44.184 9.703 5 159,32
Bone
Kec. 93,75 22.450 4.858 5 239,47
Malangke
Barat
(BPS, 2006)
Secara umum pertumbuhan jumlah penduduk untuk kabupaten luwu Utara adalah
sebesar 2,904 %. Berdasarkan index pertumbuhan tersebut, maka peramalan
pertambahan penduduk masing-masing kecamatan tersebut di tunjuhkan pada tabel
Hal | 15
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
2.2 berikut ini. Dari tabel tersebut dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk di 3
(tiga) kecamatan tersebut adalah Sebagai berikut :
Table 3-5
Kondisi dan Ramalan Penduduk Kecamatan malangke, Kecamatan Bone-
Bone
dan Kecamatan Malangke Barat Tahun 2007.
Kecamatan Jumlah Penduduk Laju
Tahun 2004 Pertumbuhan
KK Jiwa (%)
Kec. Malangke 5.943 28.679 2,904
Kec. Bone-Bone 9.703 44.184 2,904
Kec. Malangke 4.858 22.450 2,904
Barat
Hal | 16
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Salah satu indikator pokok kualitas sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan.
Pendidikan merupakan komponen penting dalam pengembangan wilayah yang
bertumpu pada masyarakta lokal. Semakin tinggi tingkat pendidikan pendududk
suatu daerah, maka semakin baik pula kualitas sumberdaya manusia. Semakin
tinggi kualitas sumberdaya manusia, semakin terbuka untuk menerima inovasi dan
perubahan yang tepat bagi pengembangan wilayah. Dengan demikian juga pada
tingkat individu, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan semakin terbuka peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian pendidikan memberikan peluang
terjadinya mobilitas sosial bagi kelompok penduduk tertentu. Penduduk Menurut
Kualitas Pendidikan Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang dimiliki oleh penduduk. Kemampuan baca
dan menulis serta angka partisipasi sekolah merupakan kebutuhan dasar bagi
penduduk. Pada Tabel di bawah disajikan tingkat partisipasi pendidikan penduduk
di wilayah studi.
Table 3-6
Kondisi Pendidikan Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone
dan Kecamatan Malangke Barat.
Kecamatan SD SLTP SLTA
Se Muri Se Muri Se Muri
Guru Guru Guru
k d k d k d
Kec. Malangke 21 123 4.378 7 67 974 3 30 140
Kec. Bone-Bone 35 242 6.734 7 153 2.303 3 57 897
Kec. Malangke
Barat 23 125 3.676 5 46 727 1 17 131
Untuk keperluan mandi, cuci, minum dan memasak penduduk di sekitar wilayah
studi memanfaatkan air sumur.
Hal | 17
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Table 3-7
Kondisi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone dan
Kecamatan Malangke Barat Tahun 2004.
Kecamatan Fasilitas Kesehatan Tenaga Medis
Puskesmas
Ruma Dokter Bidan
h Indu Pembantu PNS PTT
Sakit k
Kec. Malangke - 1 5 1 4 3
Kec. Bone-Bone - 1 7 3 9 6
Kec. Malangke
- 1 4 - 3 4
Barat
Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004-2005
Berdasarkan BWK atau RTRW Kab. Luwu Utara, pada kawasan pantai terdapat
sarana dan prasarana permukiman, baik yang berskala Kabupaten maupun lokal
sebagai berikut:
1. Drainase.
Sistem drainase, terutama dikawasan pantai merupakan prasarana dasar
permukiman yang sangat penting, mengingat persoalan banjir akibat air pasang dan
air hujan yang selalu menggenangi kawasan tersebut. Untuk wilayah pesisir
Kabupaten Luwu Utara, dalam hal ini Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke
Barat, dan Kecamatan Bone-Bone memiliki system drainase yang sangat terhambat
di sebagian besar wilayahnya, dan hanya sebagian kecil memiliki system drainase
yang cepat. Hal disebabkan system saluran pembuangan air dari daratan menuju ke
sungai atau ke laut berupa selokan/got, atau kanal belum banyak dijumpai.
Sehingga pembuangan air langsung ke badan tanah dan tergantung daripada tingkat
peresapannya.
Hal | 18
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Tabel 5
Daftar Sungai dan Daerah Alirannya
No Sungai Daerah Panjan Daerah Tangkapan
Aliran g (Km) (Km)
< 100 > 100 Total
m m
1 Rongkong Sabbang, 85 1.245,2 423,8 1.669,0
Baebunta,
2 Baebunta Baebunta, 48 96,8 281,1 377,9
Masamba
3 Masamba Masamba 55 102,2 203,7 305,9
4 Baliase Masamba, 95 826,3 172,6 998,9
Baliase
5 Lampuawa Bone-Bone 34 56,5 115,6 172,1
6 Kanjiro Bone-Bone 41 111,3 92,2 203,5
7 Bone- Bone-Bone 20 64,1 57,6 121,7
Bone
8 Bungadidi Bone-Bone 20 80,9 29,0 109,9
Sumber : Map of South Sulawesi, 1981 (United Kingdom &
Departement of General worker Indonesia)
2. Fasilitas Penerangan
Secara umum, fasilitas penerangan yang ada di Kabupaten Luwu Utara adalah
jaringan listrik PLN. Untuk wilayah Kecamatan pesisir, terdapat dua kantor jaga
yang berada di Kecamatan Malangke, dan Kecamatan Bone-Bone. Untuk jumlah
pelanggan dan KVA terpasang diuraikan berikut ini:
1. Kantor jaga Malangke: jumlah pelanggan 3541 RT, dengan KVA terpasang
2963,75 KVA
2. Kantor jaga Bone-Bone; jumlah pelanggan 5544 RT, dengan KVA terpasang
3541,70 KVA.
3. Fasilitas Pendidikan
Hal | 19
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Tabel II.1.
Kondisi Pendidikan Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone
dan Kecamatan Malangke Barat.
Kecamata SD SLTP SLTA
n
Sek Guru Muri Sek Guru Muri Sek Guru Muri
d d d
Kec. 21 123 4.378 7 67 974 3 30 140
Malangke
Kec. 35 242 6.734 7 153 2.303 3 57 897
Bone-
Bone
Kec. 23 125 3.676 5 46 727 1 17 131
Malangke
Barat
Sumber : Kabuapten Luwu Utara dalam angka 2004
4. Fasilitas Kesehatan
Ketersedian sarana dan prasarana kesehatan dalam menunjang hidup dan
kehidupan, hal ini tentunya disamping ketersedian sarana, juga tersedianya tenaga
medis. Pada tabel II.5 berikut diuraikan banyaknya fasilitas dan tenaga kesehatan
di wilayah studi.
Tabel II.2.
Kondisi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone dan
Kecamatan Malangke Barat Tahun 2004.
Kecamatan Fasilitas Kesehatan Tenaga Medis
Ruma Indu Puskesma Dokter Bidan
h k s PN PT PNS PTT
Sakit Pembantu S T
Kec. Malangke - 1 5 1 4 3
Kec. Bone-Bone - 1 7 3 9 6
Kec. Malangke - 1 4 - 3 4
Barat
Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004-2005
Untuk keperluan mandi, cuci, minum dan memasak penduduk di sekitar wilayah
studi memanfaatkan air sumur.
5. Fasilitas Peribadatan
Hal | 20
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Pada tanun 2003 , terjadi peroses pemekaran yang menyebabkan Kabuapaten Luwu
Utara terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten
Luwu Timur. Angka PDRB Kabupaten Luwu Utara atas dasar harga berlaku 2003
(sebelum pemekaran) mencapai Rp. 4 393.82 milyar dengan konstribusi terbesar
oleh sector pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2 530.06 milyar atau sekitar
57.58 persen . Sedangkan sector pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar
Rp. 1.402. 48 milyar atau sekita 31. 92 persen. Atas dasar harga konstan 1993 angka
PDRB Kbupaten Luwu Utara yang terbentu mencapai Rp. 859.02 milyar dengan
kontribusi terbesar juga diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 376.65 milyar atau sekitar 43.85 persen.
Hal | 21
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Dari hasil estimasi Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2004
menunjukkan bahwa di Kabupaten Luwu Utara terdapat 211 ribuan tenaga kerja dan
terdapat 89 ribuan orang yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut sebagai
angkatan kerja.
Sebagian besar permintaan pencari kerja baru berada pada lapangan usaha jasa-jasa
dan lainya, seperti pegawai,honorer, guru dan lain-lain, dari 79211 pekerja terdapat
sekitar 68 096 jiwa (85,97 %) bekerja di sektor pertanian, sektor lainnya nbanyak
menyerap tenaga kerja adalaah sektor-sektor jasa dan lainnya (5,02 %) dan
perdagangan, restoran, serta hotel (4,41%).
Upah minimum propinsi (UMP) Sulawesi Selatan tahun 2004 sebesar Rp.
510.000.00. Untuk Luwu Utara sendiri Upah Minimum Regional rata-ratanya
adalah Rp. 415. 000,00.
1. Umum
Perairan laut kabupaten Luwu Utara sangat di pengaruhi oleh kondisi perairan laut
Teluk Bone, dimana perairan ini bermuara di sungai-sungai besar dan kecil,
sehingga suplai berlimpah zat-zat hara dan ketersediaan plankton meningkatkan
kesuburan perairan tersebut.
Jumlah produksi perikanan pada tahun 2004 adalah sebesar 33.583 ton yang terdiri
dari 5.962 ton produksi perikanan laut, 19.292 ton perikanan darat dan 8.329 ton
perikanan payau. Secara keseluruhan terdapat peningkatan produksi baik pada
perikanan laut maupun darat. Pada tahun 2004 hanya terdapat 50 buah perahu tak
bermotor, 127 buah perahu dengan motor tempel dan 315 buah kapal motor. Jumlah
tersebut tidak sebanding dengan potensi perikanan Teluk Bone yang besar.
2. Produksi perikanan
a. Perikanan Laut
Menurut Laporan Statistik Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan (2004) dan Laporan
Statistik Perikanan Kabupaten Luwu Utara (2006), produksi perikanan Kabupaten
Luwu Utara naik rata rata 121,66% per tahun yaitu dari 11346,5 ton pada tahun
2004 menjadi 25764,7 ton pada tahun 2006. Produksi perikanan di Kabupaten
Luwu Utara selama ini didominasi oleh produksi perikanan air payau yaitu
18240,14 ton per tahun atau sebesar 70,8% dari total produksi perikanan. Sementara
perikanan laut sebesar 6872,0 ton atau 26,7%. Untuk produksi perikanan darat (air
tawar dan perairan umum) sebesar 652.56 ton atau 2,5% dari total produksi
perikanan.
Hal | 22
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Produksi perikanan laut Kabupaten Luwu Utara utamanya di tiga kecamatan pesisir,
menunjukkan peningkatan produksi dari tahun 2004 dengan tahun 2006.
Perbandingan produksi di kedua tahun tersebut untuk beberapa jenis ikan ekonomis
disajikan pada tabel berikut:
Tabel II.6.
Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten Luwu Utarar
tahun 2004 dan 2006
N0 Jenis ikan Produksi pada tahun (ton) Kenaikan (%)
2004 2006 2004 – 2006
1 Tuna 399.1 543.5 36.18
2 Cakalang 655.3 567.5 -13.40
3 Tembang 386.6 558.5 44.46
4 Kembung 753.6 784.7 4.13
5 Teri 252.3 293.8 16.45
6 Layang 310.3 354.3 14.18
7 Tongkol 561.3 697.7 24.30
8 Kerapu 289 232.7 -19.48
9 Selar 142.5 233.3 63.72
10 Peperek 273.9 289.3 5.62
11 Lainnya 1876.6 2316.7 23.45
5900.5 6872 16.46
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Luwu Utara, 2004 dan 2006.
Berdasarkan data pada tabel II.6. di atas, bahwa produksi perikanan didominasi oleh
ikan pelagis antara lain tuna, cakalang, kembung, dan tongkol. Secara umum terjadi
peningkatan produksi pada beberapa jenis ikan, kecuali jenis cakalang dan kerapu
yang produksinya menurun sebesar -13,40% dan -19,48% pada tahun 2006.
Peningkatan rata-rata produksi perikanan laut Kabupaten Luwu Utara sebesar
16,46%. Dominannya ikan-ikan pelagis di dalam hasil tangkapan di daerah ini erat
hubungannya dengan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan, di mana
alat tangkap seperti payang, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan
dan pancing adalah alat tangkap yang bertujuan menangkap ikan-ikan pelagis.
Selain itu mayoritas kapal ikan yang digunakan nelayan berukuran besar yaitu 392
unit perahu motor tempel, 160 unit, dan hanya 90 unit perahu tanpa motor.
Hal | 23
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Untuk ikan Bandeng, sebesar 1231,71 ton yang dihasilkan pada lahan seluas
1597,20 Ha denga produktifitas sebesar 0,77 ton/Ha. Sementara produksi rumput
laut sebesar 16860,80 ton yang dihasilkan dari lahan seluas 4032,35 ha, dengan
produktifitas sebesar 4,08 ton/Ha.
Aktifitas perikanan budiddaya air tawar dan perairan umum dilakukan di sebelas
kecamatan Kabupaten Luwu Utara. Keseluruhan luas lahan untuk aktifitas
budidaya adalah 2422,8 Ha menghasilkan produksi sebesar 614,53 ton. Untuk
perairan umum seluas 163,53 Ha serta 60 unit aliran sungai menghasilkan produksi
sebesar 38,03 ton. Uraian tentang jenis lahan budidaya serta produksinya diuraikan
pada tabel berikut:
Hal | 24
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Tabel II.7.
Luas Lahan dan Produksi Perikanan Budidaya air tawar dan Perairan Umum
No. Perikanan Budidaya Luas Areal (Ha) Produksi (ton)
1 Sawah 1353.1 426.4
2 Kolam 1069.7 188.13
Jumlah 2422.8 614.53
Perairan Umum Luas areal (Ha)/ Aliran Produksi (ton)
(Unit)
3 Rawa 163.53 25.25
4 Sungai 60 12.78
Jumlah 38.03
Pada tahun 2004, untuk aktifitas perikanan tangkap, rumah tangga perikanan
tangkap sebanyak 712 RTP terdiri dari 51 RTP tanpa perahu, 348 RTP
menggunakan Perahu Tanpa Motor, 204 RTP menggunakan perahu motor tempel,
dan 109 RTP yang mengoperasikan kapal motor. Sedangkan untuk budidaya air
payau, sebanyak 95 RTP yang memiliki kategori usaha <1 Ha, 374 RTP yang
memiliki kategori usaha 1-2 Ha, serta 476 RTP memiliki kategori usaha 2-5 Ha,
Keseluruhan RTP budidaya air payau Kabupaten Luwu utara adalah 945 rumah
tangga perikanan.
4. Perahu/kapal perikanan.
Pada tahun 2004, keseluruhan armada penangkapan sebanyak 682 unit, terdiri dari
348 perahu tanpa motor, 223 motor tempel, dan 111 unit kapal motor. Sedangkan
pada tahun 2006, terdapat 90 buah perahu tak bermotor, 160 buah perahu dengan
motor tempel dan 392 buah kapal motor. Keseluruhan armada penangkapan adalah
642 unit. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan potensi perikanan Teluk Bone
yang besar. Selama periode tiga tahun terakhir (2004-2006) jumlah perahu/kapal
mengalami penurunan rata-rata 6,2% pertahun yaitu dari 682 unit pada tahun 2004
menjadi 642 unit pada tahun 2006. Jumlah perahu tanpa motor dan motor
mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu masing-masing 74,14% dan 28,25%,
namun jumlah kapal motor meningkat pesat rata-rata 253,15%.
Hal | 25
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Nelayan di kab. Luwu Utara di dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut
menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan antara lain : payang, jaring
insang, bagan, pancing dan perangkap di mana jumlah penggu naan alat menurut
jenisnya berubah-ubah dari tahun ke tahun.
Nelayan di kab. Luwu Utara di dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut
menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan antara lain : payang, pukat
cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan, pancing dan lainnya, di mana
jumlah penggunaan alat menurut jenisnya berubah-ubah dari tahun ke tahun.
Jumlah unit penangkapan ikan pada tahun 2004 sebanyak 1107 unit, terdiri dari 51
unit pukat tarik, 114 unit payang, 51 unit dogol, 44 unit pukat pantai, 1 unit pukat
cincin, 80 unit jaring insang hanyut, 44 unit jaring lingkar (rengge), 82 unit jaring
klitik, 58 unit bagan perahu, 114 unit bagan tancap, 77 unit rawai, 14 unit huhate,
287 unit pancing, 13 unit bubu, dan alat penangkap kerang dan penangkap teripang
sebanyak 77 unit.
Menurut data statistik 2004, kelompok alat tangkap yang paling banyak
menghasilkan ikan yaitu payang, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan perahu,
bagan tancap, pancing, dan sero di mana produksi tahunannya masing-masing
adalah 616,7 ton, 618,6 ton, 874,9 ton, 437,2 ton, 513,3 ton, 486,7 ton, dan 433,4
ton.
Hal | 26
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Pekerjaan Studi penyusunan DED Kawasan Pesisir PPI Kabupaten Luwu Utara
akan dilaksanakan dalam kurung waktu waktu 30 (tiga puluh) hari kalender.
Dalam pelaksanaan studi ini, disusun kerangka kerja yang pada hakekatnya dibagi
atas 3 (tiga) Tahapan, yakni : 1). Tahap Persiapan, yang terdiri dari kegiatan
pengumpulan data sekunder dan kegiatan persiapan survey; 2). Tahap
survey/kegiatan lapangan, dan; 3). Tahap Analisa Kelayakan dan rencana desain
serta pelaporan.
Time line pelaksanaan kegiatan ditunjukkan pada Gambar 4-1 Sementara Jadwal
kegiatan dan lokasi implementasi setiap kegiatan disajikan pada Tabel 4-1 .
Hal | 27
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Table 4-8
Time Schedule
1 2 3 4
1 Persiapan
a. Pengurusan Administrasi
b. Konsolidasi Tim
c. Penyiapan Materi Survey
d. Pembekalan Tim Survey
e. Mobilisasi
a. Input data
b. Analisis Pendahuluan
c. Konsolidasi Internal Tim
/Perumusan Konsep Rencana
Hal | 28
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
a. Struktur Organisasi
Untuk tujuan managamen proyek dan implementasi kegiatan, dibentuk
organisasi pelaksana yang diisi oleh personil yang memiliki pengaman kerja di
bidang yang sama. Penempatan personil dalam struktur organisasi pelaksana
proyek diharapkan dapat membagi proporsi kerja dan tugas/tanggung jawab
kerja sehingga melalui pembagian kerja yang profesional diharapkan tujuan dan
sasaran proyek yang diharapkan dapat terwujud. Struktur organisasi pelaksana
di sajikan pada Gambar 4.1
Tim Leader
Tng. Pendukung
Surveyor Drafman
Keterangan
: Garis instruksi
: Garis koordinasi
Gambar 4-3
Struktur Organisasi Tim Konsultan
Hal | 29
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Salah satu bagian organisasi dan managemen yang cukup penting dan menunjang
tercapainya tujuan kegiatan, adalah personil pelaksana. Untuk itu konsultan telah
menyiapkan personil yang handal sesuai dengan petunjuk KAK, yang terdiri atas
tenaga ahli dan tenaga pendukung sebagai berikut :
Tenaga Ahli
1.Ahli Teknik Sipil
2.Ahli Oceanografi
3.Ahli Sosial ekonomi
4.Ahli Arsitektur Bangunan
5.Ahli Planologi
6.Ahli Lingkungan
7.Ahli Cost Estimasi
Tenaga Penunjang
1. Asisten Ahli
2. Teknisi Lapangan (Surveyor/Teknisi).
Tenaga Pendukung
1. Operator Computer (1 orang)
2. Administrasi dan Keuangan Proyek (1 orang)
1) Team Leader.
Team Leader adalah seorang sarjana teknik sipil (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 8 (delapan) tahun atau Magister
teknik sipil (S2) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya 6 (enam)
tahun dan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas dalam
bidang perencanaan Terminal angkutan umum dan bangunan penunjang
lainnya.
2) Ahli Oceanografi
Seorang sarjana Ilmu dan Teknologi Kelautan (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister
Pengelolaan Pesisir (S2) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya
Hal | 30
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
6) Ahli Planologi
Hal | 31
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
7) Cost Estimator.
Seorang sarjana teknik Sipil / Ahli Estimasi Biaya (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister teknik
Sipil / Ahli Estimasi Biaya (S2) yang telah berpengalaman sekurang –
kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman
yang luas dalam memperkirakan biaya proyek dan mempersiapkan
dokumen tender.
Hal | 32
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
Hal | 33
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan
BAB. 5. PENUTUP
Laporan ini telah mendeskripsikan secara umum gambaran dari persiapan kerja
konsultan. Selanjutnya, studi perlu melakukan segenap tahapan pekerjaan
sebagaimana yang direncanakan dalam laporan ini. Antara lain yang akan
dilakukan adalah analisa sementara data kondisi yang terkait dengan
pengembangan kawasan PPI di lokasi rencana.
Hal | 1