Anda di halaman 1dari 38

Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan penyusunan Design Engineering Detil Kawasan Pangkalan Pendaratan


Ikan (PPI) kawasan pesisir Malangke saat ini sedang dalam tahap pendahuluan.
Kegiatan dilaksanakan atas kerjasama pemerintah Kabupaten Luwu Utara dalam hal
ini dinas Pertanian, Perikanan dan Kelautan dengan Konsultan CV Kaisar, tahun
anggaran 2007.

Dalam laporan pendahuluan ini pada intinya berisi persiapan konsultan dalam
melaksanakan studi. Dalam hal ini, menyangkut bagian dari pemahaman konsultan
tentang studi dan kondisi lokasi secara umum. Bagian pemahaman terhadap studi
tertuang dalam persepsi tentang latar belakang kegiatan dan metode yang akan
digunakan, sementara tentang kondisi lokasi disarikan dari berbagai sumber yang
diperoleh selama masa persiapan studi. Tatkala pentingnya adalah tentang managemen
studi, yang dalam laporan ini diuraikan berupa organisasi tim dan schedule kegiatan.

Diharapkan laporan ini telah memberikan gambaran tentang kesiapan tim pelaksana
studi dalam menjalankan tugas. Selanjutnya koordinasi dan konsultasi dengan tim
teknis dan pengambil kebijakan dari pihak pemberi tugas akan terus dilakukan demi
kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan.

Masamba, Juni 2007

CV. Kaisan Konsultan

Pimpinan Studi

Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

DAFTAR ISI

BAB. 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.........................................................................2
1.3. Sasaran Yang Ingin Dicapai..............................................................2
1.4. Sistematika Laporan.........................................................................2
BAB. 2.Pendekatan dan Metodologi 3
2.1.1. Prinsip Dasar Studi.....................................................................3
2.1.2. Regulasi Pendukung...................................................................3
2.1.3. Pendekatan Studi.......................................................................3
2.1.4. Metodologi................................................................................8
Tahap-2. Analisis dan Kajian.............................................................10
Tahap-3. Perumusan Desain Detail Kawasan...................................11
BAB. 3.KONDISI UMUM WILAYAH PESISIR KAB.LUWU UTARA 12
3.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif.......................................12
3.2. Kondisi Topografi dan Klimatologi...................................................12
3.3. Geologi Dan Jenis Tanah................................................................13
3.4. Karakteristik Sosial Ekonomi...........................................................15
3.4.1. D e m o g r a f i.......................................................................15
3.4.2. Tingkat Pendidikan...................................................................16
3.4.3. Sarana dan Prasarana Permukiman...........................................18
3.4.4. Kondisi Ekonomi......................................................................21
3.4.5. Keadaan Umum Perikanan dan Kelautan...................................22
BAB. 4. ORGANISASI DAN MANAGEMEN 27
4.1. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.............................................27
4.2. Rencana Kerja...............................................................................27
4.3. Organisasi Pelaksana......................................................................29
BAB. 5. PENUTUP 24

Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

DAFTAR TABEL
Table 3-1.......................................................................................................................13
Table 3-2.......................................................................................................................14
Table 3-3.......................................................................................................................15
Table 3-4.......................................................................................................................15
Table 3-5.......................................................................................................................16
Table 3-6.......................................................................................................................17
Table 3-7.......................................................................................................................18
Table 4-1.......................................................................................................................28

Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1................................................................................................6
Gambar 1-2................................................................................................8

Hal |
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

BAB. 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Luwu Utara terletak di bagian utara propinsi Sulawesi Selatan,


berbatasan langsung dengan teluk Bone dengan garis pantai sepanjang 52 km.
Sebagai kabupaten yang memiliki Potensi wilayah pesisir, Luwu Utara berusaha
memanfaatkan segenap potensi tersebut untuk kesejahteraan masyarakatnya. Salah
satu bentuk prioritas pemanfaatan wilayah pesisir dan laut yang sedang
dikembangkan adalah optimalisasi penggunaan ruang pesisir dan laut untuk
kegiatan produktif, pengolahan hasil dan distribusi hasil perikanan. Hal ini berarti
bahwa pemerintah kabupaten Luwu Utara berusaha mengembangkan wilayah
pesisirnya dalam kerangka strategi pengelolaan pesisir terpadu dan berkelanjutan.

Selama ini bentuk pemanfaatan wilayah pesisir Luwu Utara untuk kegiatan
produktif adalah pengolahan tambak dengan komoditas prioritas rumput laut dan
penangkapan ikan. Sebagaimana diketahui bahwa Luwu secara keseluruhan
merupakan penghasil rumput laut dari tambak cukup besar dengan kualitas baik di
Sulawesi, sementara kegiatan kenelayanan pun di wilayah ini menjadi salah satu
pekerjaan masyarakat pesisir yang menyerap banyak lapangan kerja.

Menyadari akan hal tersebut, langka awal yang akan dilakukan pemerintah Luwu
Utara adalah menyusun rencana pembangunan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) di Malangke Kabupaten Luwu Utara. Kawasan PPI yang direncanakan
nantinya, tidak hanya sekedar sebuah pusat Pangkalan Pendaratan Ikan, tetapi juga
mencakup permukiman nelayan dan masyarakat pesisir, serta beberapa
infrastruktur pendukung lainnya, baik untuk pendukung usaha produktif, seperti :
sarana pengolahan, pergudangan dan distribusi hasil perikanan maupun untuk
pendukung pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan, seperti :
kantor pemerintah, pusat kesehatan masyarakat, mesjid, dan sekolah.

Untuk mewujudkan rencana pembangunan kawasan tersebut diperlukan strategi


pelaksanaan yang bertujuan agar kegiatan pembangunan dapat berjalan secara
berkelanjutan dan memberi manfaat optimal sebagaimana yang diharapkan.
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menyusun Detail Engineering Design
(DED) Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Kabupaten Luwu Utara, yang
merupakan kajian mendalam terhadap beberapa aspek terkait hingga menghasilkan

Hal | 1
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

sebuah masterplan kawasan terpadu atau rencana induk pengembangan Kawasan


Pangkalan Pendaratan Ikan Terpadu Malangke.

1.2. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dilaksudkan untuk menyusun rencana teknik rinci (Design Engineering
Detail) kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Malangke, di Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara. Bertujuan sebagai kerangka atau pedoman teknis
dalam pelaksanaan pembangunan kawasan PPI selanjutnya.

1.3. Sasaran Yang Ingin Dicapai

Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya rencana teknik rinci untuk
pembangunan kawasan PPI Malangke yang memuat antara lain :

 Hasil-hasil kajian kondisi geofisik teknis dan sosio ekonomi kawasan dan
masyarakat pesisir kabupaten Luwu Utara pada Umumnya.
 Konsepsi dasar perencanaan kawasan
 Masterplan perencanaan kawasan

1.4. Sistematika Laporan

Laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan : berisi ……

Bab 2. Kondisi Umum Wilayah,berisi…

Bab 3. Kondisi Geofisik Teknis Dan Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Rencana

Hal | 2
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

BAB. 2. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1.1. Prinsip Dasar Studi

Prinsip dasar pelaksanaan studi yang akan dipertimbangkan adalah Prinsip


Pembangunan berkelanjutan, paling tidak harus mencakup :

 Sustainable Economically, yaitu bahwa pola penanganan pembangunan harus


berkelanjutan secara ekonomi dan finansial,
 Sustainable Socially-Culturally-Politically, yaitu bahwa pembangunan harus
memperhatikan pemerataan pembangunan bagi masyarakat dengan berbagai
latarbelakang sosial-budaya-politik. Artinya, bagaimana berbagai kelompok
masyarakat dapat memiliki pemerataan akses terhadap hasil dan proses
pembangunan,
 Sustainable Ecologically, yaitu bahwa pola penanganan pembangunan harus
memperhatikan keberlanjutan dari alam lingkungan.

2.1.2. Regulasi Pendukung

Beberapa kebijakan yang akan dijadikan acuan dalam pendekatan penanganan,


yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional (RTRWN);
2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Luwu Utara;
3. Peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan pembangunan dan
pengembangan kawasan pelabuhan pangkalan pendaratan ikan (PPI), baik yang
berlaku secara nasional, propinsi dan kabupaten.

2.1.3. Pendekatan Studi

Secara konseptual, kegiatan ini akan dilakukan dengan mempertimbangkan


berbagai masalah umum dan masalah spesifik yang ditemui di lokasi kegiatan.
Dalam kaitannya dengan hal ini, maka terdapat dua domain yang perlu diperhatikan,
yakni :

1. Aspek Lingkungan dan Ekosistem di Kawasan Pesisir Pantai,


2. Aspek Perumahan dan Kawasan Permukiman di Pesisir Pantai.

Hal | 3
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Masalah di Kawasan Pesisir Pantai tidak lepas dari masalah lingkungan, masalah
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu Penataan Perumahan
dan Permukiman Kawasan Perisisr Pantai tidak bisa lepas dari upaya untuk
menggarap penataan kawasan itu sendiri sebelum menggarap penataan perumahan
dan permukimannya, sebab perumahan dan pemukiman merupakan bagian dan
menempati sebagian kawasan pesisir pantai.

Oleh karena itu penting untuk mengkaji apakah terdapat kebijakan-kebijakan dan
peraturan yang berkaitan dengan manajemen kawasan pesisir pantai, mengingat
kawasan ini termasuk dalam kategori kawasan yang dinamis dan rentan terhadap
kerusakan maupun degradasi lingkungan akibat aktivitas di atasnya maupun di hulu.

Perlu diketahui bahwa pada awal tahun 2000 Pemerintah Indonesia melalui
Departemen Perikanan dan Kelautan telah menggulirkan konsep Integrated Coastal
Zone Management (ICZM) melalui proyek MCRMP (Marine Coastal Resources
Management Project) yang didanai dengan dana pinjaman dari ADB. Konsep
ICZM ini pada intinya melakukan penataan kawasan pesisir dan laut, dimulai dari
batas sub-DAS terdekat ke arah hulu dan 4 mil ke arah laut untuk menghasilkan
Tata Ruang Pesisir. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan partisipatif
masyarakat dan stakeholder kunci secara terpadu. Jiwa dari proyek tersebut adalah
melakukan pembangunan sekaligus konservasi secara terpadu – mengadopsi konsep
Integrated Conservation and Development Program (ICDP). Namun demikian,
sayangnya proyek ini dilakukan pada lokasi-lokasi yang terbatas; yakni lokasi yang
paling bermasalah dari segi lingkungan. Tentu saja aspek perumahan dan
permukiman menjadi bidang garapan proyek tersebut, termasuk aspek kegiatan
ekonomi masyarakat dan industri.

Hal ini berarti bahwa penataan lingkungan kawasan pesisir pantai tidak bisa berdiri
sendiri dan harus juga mengangani aspek sosial ekonominya. Sebagai contoh,
masyarakat tidak diperbolehkan melakukan aktivitas pada daerah-daerah zona inti
konservasi, namun pemerintah juga harus memberikan solusi untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan alternatif masyarakat dan memberikan insentif dalam
bentuk penyediaan lahan, pelatihan dan modal usaha.

Sejalan dengan pengertian di atas, maka pengembangan kawasan PPI harus dimulai
dengan suatu rumusan pengembangan wilayah kawasan pesisir pantai. Oleh karena
itu perlu dimunculkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

 Mau dibawa kemana pengembangan kawasan tersebut?

Hal | 4
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

 Sejauh mana masyarakat sekitar dapat berperan aktif dan menerima manfaat dari
rencana pengembangan wilayah pesisir pantai?
 Selanjutnya bagimana kawasan yang ada saat ini (di lokasi proyek) harus ditata,
tidak hanya aspek perumahan dan pemukimannya, tetapi juga aktivitas lain
seperti industri dan perdagangan, dll?

Ketiga pertanyaan tersebut akan dijawab dengan suatu konsep pengembangan


wilayah dan penataan kawasan pesisir pantai. Pertanyaan berikutnya adalah :

 Pada batas-batas apa kegiatan perumahan dan permukiman dapat dilaksanakan?


 Bagaimana perumahan dan permukiman yang ada saat ini ditata kembali
mengikuti kerangka pengembangan wilayah dan penataan kawasan pesisir
pantai?
 Selanjutnya bagaimana action program untuk menata perumahan dan
permukiman yang ada mengikuti konsep TRIDAYA?
 Bagaimana standard-standard yang diberlakukan pada suatu kawasan perumahan
dan permukiman di kawasan pesisir pantai? Misalnya dalam hal kerapatan
rumah, bentuk dan desain rumah, KDB, ruang terbuka hijau, jaringan utilitas dan
fasilitas, dll?

Secara umum kerangka konsepsi ini diberikan pada gambar 2-1. berikut.

Hal | 5
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

PENDEKATAN
(TECHNICAL
TEKNIS
APPROACH) PEMUKIMAN KAWASAN PERMASALAHAN YG TIMBUL :
PESISIR & PANTAI :
PENDEKATAN
PENYADARAN
PENDIDIKAN & • Ketidaksesuaia dg Tata Ruan Pesisi
MASYARAKAT • Kondis rumah & perumahan • n
Lingkunga .
pemukima y gtdk sehat
r
• i
Kondis lingkunga , • Perumahan
n yan
n tida sehat
g
PENDEKATAN • i
Kondis nsarana/prasarana • Kelangkaa gsarana/prasarana
k
PARTISIPATIF
(COMMUNIT -BASED i • n
Ekonom mas . kuran berkembang
Y &
• Kegiata ekonomi
STAKEHOLDER
PARTICIPATION) • n
Kegiata sosia & buday , … • i
Degradas y lingkunga
g pesisi -panta
n l a • i
Permasalahan huku r i
n m
LINGKUNGAN & EKOSISTEM
PESISIR/PANTAI :

• Karakteristik bi -fisi (pasan surut air dl .


PENATAAN PERUMAHAN & • o k
Kebutuhan konservas g(mangrove tanah
, l da ) air
• i
Potensi Sumberday ,
Ala n )
dapat diperbaharui
PEMUKIMAN:
• a
Potensi ekonomi m
& pemanfaata berkelanjutan
KONSE • Aksesibilita lokas n
PENGEMB.
P s i
PESISIR/
WIL.
PANTAI
KEBIJAKAN & DASAR
HUKUM
PENGEMB. KAWASAN PESISIR &
KONSE LAUT
PENATAAN
P
PESISIR &
KAWASAN KEBIJAKAN & DASAR
ANALISI PANTAI HUKUM
PENGEMB. PERUMAHAN &
KEBUTUHA
S PEMUKIMAN
N
KONSE KONSEP
PENATAAN
P TRIDAYA
&
PERUMAHAN
PEMUKIMAN

Gambar 2-1
Kerangka Konsepsi Pengembangan Kawasan

Dengan demikian Konsep Pengembangan Kawasan dan Penataan Kawasan Pesisir


Pantai serta Konsep Penataan Perumahan dan Permukiman merupakan satu paket.
Adapun pendekatan umum yang akan digunakan adalah kombinasi berbagai
pendekatan diantaranya:

1. Pendekatan Partisipatif, yakni dalam paket kegiatan penataan perumahan dan


permukiman konsultan akan menggunakan berbagai pendekatan partisipasi
masyarakat (community-based) dan stakeholder kunci melalui berbagai
instrument pendekatan seperti:
 Participatory Rural Appraisal (PRA), rembug warga, diskusi tokoh
masyarakat, Participatory Action Research (PAR), dan lainnya.
 Focus Group Discussion (FGD) dan Action Planning Workshop (AWP).

2. Pendekatan Pendidikan dan Penyadaran Masyarakat, yakni suatu


pendekatan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pemberian
informasi kepada masyarakat mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan

Hal | 6
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

perumahan dan permukiman serta lingkungan hidup, menyangkut aspek hukum


dan ketentuan-ketentuan dalam pengguanaan lahan pesisir pantai, kebijakan
pengembangan kawasan pesisir pantai, Tata Ruang, aspek lingkungan dan
kesehatan permukiman, dan lain sebagainya. Jika masyarakat dapat memahami,
maka diharapkan terjadi proses penyadaran untuk menerima kegiatan penataan
perumahan dan permukiman.
3. Pendekatan Teknis, yakni suatu pendekatan yang lebih condong untuk
memberikan solusi teknis (sesuai dengan ketersediaan teknologi yang ada dan
feasible untuk diterapkan) dalam mengatasi berbagai masalah teknis di lapang.
Misalnya dalam hal pembangunan sistem pembuangan limbah, atau sistem
penyediaan air bersih, desain struktur perumahan dan tata lingkungan, desain
rumah yang sesuai di kawasan pesisir pantai, dan lain sebagainya

Pendekatan ini dapat dilakukan melalui proses yang disebut Sosialisasi dan
Penyadaran Masyarakat (Socialization and Awareness Campaign). Proses ini
memerlukan media komunikasi yang tepat, misalnya melalui penyuluhan dan
penjelasan dengan berbagai perangkat audio visual, serta diskusi formal maupun
informal dengan tokoh masyarakat.

Pendekatan 1 dan 2 lebih menjurus pada pendekatan sosial dan manajemen, dalam
arti bahwa pertimbangan sosial, aspirasi masyarakat dan stakeholder kunci menjadi
kunci utama dari suatu program. Adanya penerimaan, kemauan, konsensus dan
kesepakatan serta komitment dari masyarakat maupun stakeholder kunci
menentukan apakah suatu program feasible untuk diaplikasikan atau tidak. Namun
demikian pendekatan 1 dan 2 saja tidak cukup, karena banyak hal dan inovasi baru
justru muncul dari pendekatan lain, yakni pendekatan teknis; sehingga pendekatan 1
dan 2 perlu dikombinasikan dengan pendekatan teknis.

Selanjutnya dua Konsepsi Dasar dan Prinsip yang akan digunakan dalam
penyusunan Model Penataan Perumahan dan Permukiman Kawasan Pesisir Pantai
ini adalah ; (i) konsep ICZM (Integrated Coastal Zone Management) dan (ii)
konsep TRIDAYA. Konsep pertama lebih menekankan penataan kawasan pesisir,
sedangkan konsep kedua lebih menekankan penataan perumahan dan permukiman.
Gabungan penggunaan dua konsep tersebut akan menjadi dasar dalam penyusunan
Model Penataan Perumahan dan Permukiman Kawasan Pesisir.

Penerapan konsep TRIDAYA untuk penataan perumahan dan permukiman di


kawasan pesisir pantai mungkin sedikit berbeda dengan penerapan konsep
TRIDAYA di kawasan non-pesisir pantai. Oleh karena itulah agar konsep
TRIDAYA dapat diterapkan di kawasan pesisir pantai maka konsep ini perlu
dikombinasikan dengan konsep ICZM (Gambar 2-2).

Hal | 7
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

PRINSIP : Pembangunan (sosial-ekonomi) dan Konservasi Terpadu


BENTUK RIIL: Tata Ruang Pesisir & laut (terdiri atas Zona Inti Konservasi, Buffer Zone dan Kawasan Budidaya);
adanya kemauan & komitment pemerintah & masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan,
komitment pemerintah dalam membantu pengembangan ekonomi (alternatif usaha); Penegakan hukum
PENDEKATAN : Partisipasi Stakeholder kunci & masyarakat

PRINSIP : Integrasi Ekonomi, Sosial & Lingkungan Terpadu


BENTUK RIIL: Tata Lingkungan, Struktur Perumahan & pemukiman
yang sehat, layak huni, artistik, mendukung kegiatan
sosial - ekonomi masyarakat yang berkelanjutan
PENDEKATAN : Partisipasi Stakeholder kunci & masyarakat

MODEL IDEAL
PERUMAHAN & PEMUKIMAN
DI PESISIR - PANTAI

Standard
Perumahan &
Permukiman

Perumahan & pemukiman yang


Memerlukan penataan ke arah
Struktur dan Tata Lingkungan Perumahan Model ideal
Dan Pemukiman Ideal yang memenuhi
Konsep ICZM dan TRIDAYA

Gambar 2-2
Kombinasi TRIDAYA dan ICZM dalam Penyusunan Kawasan PPI

2.1.4. Metodologi

Pelaksanaan kajian ini dibagi menjadi tiga tahap, di mana setiap tahapan
menggunakan metode pelaksanaan yang berbeda, tetapi dalam analisisnya dapat
menggunakan metode yang sama. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Tahap-1. Studi Pendahuluan (Preliminary Study)

Studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi awal yang
diperlukan untuk identifikasi masalah dan kendala, perumusan rencana kerja
pelaksanaan pekerjaan, desain survey, desain pengolahan dan analisis data, serta
perencanaan kerja lainnya. Beberapa langkah kerja yang dilakukan dalam studi
pendahuluan adalah :

a. Desk Study dan Penelusuran Data Sekunder

Hal | 8
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Desk study dimaksudkan untuk memfokuskan permasalahan dan menggali


informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pengembangan Kawasan PPI di
Malangke, termasuk di dalamnya melakukan diskusi secara intensif dengan
Pihak Perencana Wilayah Kabupaten maupun instansi terkait dalam lingkup
kabupaten. Beberapa literatur dan laporan-laporan hasil studi sejenis akan
menjadi bahan utama. Pada tahap ini, kegiatan yang banyak dilakukan adalah
telaah kepustakaan. Beberapa informasi yang cukup penting dibutuhkan dalam
studi pendahuluan ini antara lain :

 Literatur tentang aspek pengelolaan wilayah pesisir dan aspek sosial budaya
lokal masyarakat setempat serta komoditi laut yang ada dan potensial
dikembangkan.
 Data-data spatial yang tersedia (baik dalam bentuk peta maupun citra)
menjadi data-data makro yang sangat berguna untuk melakukan penilaian
awal (initial assesment) maupun sebagai acuan dalam kegiatan lapangan.
 Beberapa regulasi pendukung seperti Peraturan Daerah tentang Tata Ruang
Kawasan Pesisir, dan Rencana Pembangunan kabupaten.
b. Survey / Penelitian Lapangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data aktual mengenai :

 Data kondisi geofisik kawasan, mencakup aspek fisiografi, geografi, dan


aspek oseanografi kawasan.
 Data sosial budaya dan ekonomi Kawasan, antara lain mencakup :
karakteristik sosial, budaya dan ekonomi masyarakat pesisir secara umum.
 Informasi perkembangan kondisi niaga kemaritiman, meliputi : trend
pembangunan, pola aktivitas masyarakat pesisir; kondisi, isu dan
permasalahan terkait kegiatan niaga maritim, kebijakan publik; regulasi dan
persepsi stakeholders.

Metode : Pengukuran lapangan, Observasi, Semi-Structured Interview (SSI),


Focused Group Discussions (FGD)

Tahap-2. Analisis dan Kajian

Hal | 9
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

 Analisis Kesesuaian Ruang untuk Pengembangan Kawasan PPI : Kajian ini


dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian ruang bagi
pengembangan Kawasan untuk mendukung keberadaan PPI.
 Analisis Rencana pengembangan Kawasan ; mencakup analisa dan rencana
kependudukan dan analisis pengembangan ekonomi kawasan.
 Analisis konsep makro pengembangan kawasan; mencakup : Rencana fisik
kawasan, dan rencana kebutuhan fasilitas dan utilitas.

Hal | 10
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Tahap-3. Perumusan Desain Detail Kawasan

Tahap ini bertujuan untuk merumuskan gambaran detail pengembangan kawasan


sesuai dengan hasil analisa yang telah dilakukan. Dalam melakukan perumusan
detail desain kawasan PPI, digunakan beberapa pertimbangan, yakni :

 Konsep Rencana Tapak Kawasan; pengaturan kawasan dalam zona-zona


peruntukan, sesuai dengan rencana makro pengembangan kawasan
 Konsep Tata Massa Bangunan; ketentuan-ketentuan atau pedoman pelaksanaan
pembangunan fisik yang didasarkan pada rencana perpetakan lahan. Selain itu,
konsep tata bangunan juag untuk menciptakan lingkungan yang baik dan teratur.

Hal | 11
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

BAB. 3. KONDISI UMUM WILAYAH PESISIR


KAB.LUWU UTARA

3.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Letak geografis berada pada batas antara : yang terletak pada 001º53’19’’ – 02º55’
36’’ Lintang Selatan dan 119º 47’ 46’’ - 120º 37’ 44’’ Bujur Timur. Lokasi
berbatasan langsung dengan perairan dipesisir selatan pantai Teluk Bone : Dengan
wilayah administrasi Kecamatan Malangke di batasi oleh :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan dengan Kecamatan Sukamaju


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bone-bone
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan malangke Barat dan Teluk Bone
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Baebunta.

Secara administrasi, lokasi studi terletak di Desa Patimang/tokke Kecamatan


Malangke Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Kondisi Topografi dan Klimatologi

Letak topografi daerah studi relatif bervariasi, mulai dari topografi datar (flat)
sampai berombak (undulating). Kecamatan Malangke secara umum berada pada
kemiringan lereng lebih kecil dari 3 % dengan luas area +12.179 ha. Elevasi atau
ketinggian dari permukaan laut rata-rata lebih kecil dari 10 m dpl.

Kabupaten Luwu Utara memiliki iklim yang nyaman, baik untuk tempat tinggal
maupun pertanian. Hal tersebut dapat di ketahui dari rata-rata curah hujanya sebesar
263 mm, suhu udara rata-rata 26.8oC dan rata-rata jumlah hari hujan perbulan
sebanyak 21 hari hujan. Secara umum Kabupaten Luwu utara mengalami curah
hujan yang relatif tinggi sangat mendukung untuk lahan pertanian, peternakan,
perikanan dan perkebunan, sekaligus pariwisata.

Hal | 12
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Table 3-1
Luas dan Pembagian Daerah Administrasi di Kabupaten Luwu Utara
Kecamatan Luas Persentase Jumlah Jumlah
(Km2) Wilayah Wilayah
Perdesaan PerKotaan
Sabbang 525.08 7.00 20 0
Baebunta 295.25 3.94 20 0
Malangke 350.00 4.67 14 0
Malangke Barat 93.75 1.25 13 0
Sukamaju 255.48 3.41 25 0
Bone-Bone 277.33 3.70 20 0
Masamba 1068.85 14.25 15 4
Mappadeceng 275.50 3.67 15 0
Rampi 1565.65 20.87 6 0
Limbong 686.50 9.15 7 0
Seko 2109.19 28.11 12 0
Kab. Luwu Utara 7502.58 100.00 167 4
Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002

3.3. Geologi Dan Jenis Tanah

Daya dukung lahan untuk perkembangan pembangunan fisik yang didasarkan pada
kondisi geologi dan jenis tanah, nampaknya tidak menimbulkan permasalahan
besar. Kondisi geologi di Wilayah Pesisir dibentuk oleh formasi batuan alluvium
muda campuran antara endapan muara dan endapan laut. mempunyai sifat stabil
dan berdaya dukung tinggi bagi pembangunan fisik, baik bagi bangunan dengan
konstruksi secara vertikal maupun horizontal dengan biaya konstruksi relatif murah.

Table 3-2
Wilayah Cakupan Kondisi Geologi

Hal | 13
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

No Jenis Batuan Wilayah Cakupan Keterangan


1 Alluvium & Coastal Baebunta,Malangke, Mlk. Liatmarin, pasir,
Deposit Barat, Bone-Bone, kerikil & terumbu
Sukamaju karang
2 Batuan Endapan Dana Rampi, Limbong & seko Pasir, liat dan kerikil
3 Celebes Molasse Sukamaju & Bone-Bone Konglomerat,
standstone, Claystone
& Marl Berkapur
4 Intrusive Rock (Batuan Mappedeceng dan Rampi Diorit, porphyry,
Intrusif) syenit, trachyte, gabro,
adamilit, monzonit,
phonolit, dolerit &
kentalenit
5 Batuan Vulkanik Seko Basaltic spilitic, calc-
alkaline, breccia, tuff,
lava & pillow lava
Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2004

Persebaran jenis tanah di Kabupaten Luwu Utara dipengaruhi oleh jenis batuan,
iklim dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat
pelapukan batuan kawasan tersebut.  Kualitas tanah mempunyai pengaruh besar
terhadap intensitas penggunaan lahannya.  Tanah-tanah yang sudah berkembang
horisonnya akan semakin intensif pemanfaatannya terutama untuk kegiatan
pertanian dan perkebunan.  Kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat
berpengaruh dalam pengembangan wilayah ini, hal mana terkait dengan prinsip
pemanfaatan lahan yang berdasarkan kesesuaian daya tampung dan daya dukung
lahannya.

Kondisi jenis tanah menunjukkan sifat cukup stabil namun peka terbadap
erosi/aberasi, berdaya serap tercampurnya jenis tanah, pasir, endapan aluvial di
lembah aliran sungai, pasir kwarsa dan podsolik merah kuning pada lahan yang
relatif tinggi serta kaolin yang terutama tersebar di wilayah Pesisir.
Lokasi dan luas lahan untuk perkembangan kawasan dengan demikian ditentukan
dengan pertimbangan sifat positif jenis tanah baik daya dukungnya dan sifat negatif
jenis tanah yang perlu dihindarkan bagi perkembangan kawasan.

Table 3-3
Jenis – jenis  tanah yang ada di Kabupaten Luwu Utara

Hal | 14
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

No Jenis Wilayah Cakupan Keterangan


Tanah
1 InceptisolMalangke, Malangke Barat, Bone-Bone, Liat marin
Sukamaju
2 Ultisol Limbong & seko Liat, reaksi
masam
3 Entisol Malangke, Malangke Barat  & Bone-Bone Jenuh air
Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002

3.4. Karakteristik Sosial Ekonomi

3.4.1. D e m o g r a f i

Kependudukan merupakan aspek yang menentukan dinamika sosial dan ekonomi


suatu wilayah. Keadaan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jenis kelamin, rasio
penduduk, sex rasio, jumlah KK, jumlah tanggungan anggota keluarga dan rata-rata
pertumbuhan penduduk di wilayah studi pembangunan pendaratan ikan (PPI),
Kecamatan Malangke, dua Kecamatan pendukung keberadaan PPI yaitu Kecamatan
Malangke Barat dan Kecamatan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara, pada akhir
tahun 2004 penduduknya di perkirakan lebih kurang 95.313 dengan 20 504 kepala
keluarga (KK) dengan wilayah seluas 721.08 km2.. Dengan demikian, kepadatan
penduduk di wilayah tersebut di perkirakan sebanyak 132 jiwa/km 2 .disajikan pada
Tabel 2.

Table 3-4
Kondisi Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-bone dan
Kecamtan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara
URAIAN LUAS Jumlah Jumlah Rata-Rata Kepadatan
WILAYAH Penduduk Rumah Penduduk Rata-Rata
(KM2) (Jiwa) Tangga (%) (Jiwa /
(Jiwa) Km2)
Kec. 350,00 28.697 5.943 5 81,94
Malangke
Kec. Bone- 277,33 44.184 9.703 5 159,32
Bone
Kec. 93,75 22.450 4.858 5 239,47
Malangke
Barat
(BPS, 2006)

Secara umum pertumbuhan jumlah penduduk untuk kabupaten luwu Utara adalah
sebesar 2,904 %. Berdasarkan index pertumbuhan tersebut, maka peramalan
pertambahan penduduk masing-masing kecamatan tersebut di tunjuhkan pada tabel

Hal | 15
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

2.2 berikut ini. Dari tabel tersebut dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk di 3
(tiga) kecamatan tersebut adalah Sebagai berikut :

Table 3-5
Kondisi dan Ramalan Penduduk Kecamatan malangke, Kecamatan Bone-
Bone
dan Kecamatan Malangke Barat Tahun 2007.
Kecamatan Jumlah Penduduk Laju
Tahun 2004 Pertumbuhan
KK Jiwa (%)
Kec. Malangke 5.943 28.679 2,904
Kec. Bone-Bone 9.703 44.184 2,904
Kec. Malangke 4.858 22.450 2,904
Barat

Jumlah 20.504 95.313


Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004

Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut terdiri dari pertumbuhan penduduk secara


almiah dan pertumbuhan penduduk karena urbanisasi dari suatu wilayah ke wilayah
yang lain. Jumlah pertumbuhan penduduk secara alamiah merupakan selisih anatara
angka kelahiran dan angka kematian.

Komposisi penduduk berdasarkan agama di lokasi studi kecamtan malangke


meliputi Agama Islam 27.505 orang, Kristen katolik 346 orang, kristen protestan
409 orang, hindu 419 orang, sedangkan untuk kecamatan Bone-Bone Agama Islam
37.817 orang, Kristen Katolik 712 orang, Kristen Protestan 4.675 orang dan Hindu
968 orang, Budha 10 orang, di Kecamtan Malangke Barat Agama Islam 21.181
orang, Kristen katolik 29 orang, Kristen Protestan 199, dan Hinsu 41 orang,
sedangkan sarana peribadatan untuk kecamatan Malangke, masjid sebanyak 48
buah, Musholah/Langgar 13 buah, Gereja 10 buah, Pura 4 buah, dan Kecamatan
Bone-Bone , Masjid sebanyak 64 buah,Musholah/langgar 26 buah, Gereja 36 buah,
Pura 5 buah, Vihara 1 buah, sedangkan di Kecamatan Malangke barat, Masjid
sebanyak 56 buah, Mushalah/Langgar 6 buag, Gereja 8 buah, Pura 1 buah.

Mayoritas penduduk yang bermukim di Kecamatan Malangke menganut Agama


Islam kemudian Hindu, Kristen Protestan dan Kristen Katolik.

3.4.2. Tingkat Pendidikan

Pembangunan di segala sektor yang telah di laksanakan oleh pemerintah telah


memberikan dampak positif terhadap perkembangan daerah studi. Prasarana
trasnportasi dapat di jangkau ke lokasi studi dengan mudah, baik kendaraan roda

Hal | 16
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

dua maupun kendaraan roda empat, sarana transportasi, pendidikan, kesehatan,


perbankan dan perkoperasian sudah tersedia di lokasi studi.

Salah satu indikator pokok kualitas sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan.
Pendidikan merupakan komponen penting dalam pengembangan wilayah yang
bertumpu pada masyarakta lokal. Semakin tinggi tingkat pendidikan pendududk
suatu daerah, maka semakin baik pula kualitas sumberdaya manusia. Semakin
tinggi kualitas sumberdaya manusia, semakin terbuka untuk menerima inovasi dan
perubahan yang tepat bagi pengembangan wilayah. Dengan demikian juga pada
tingkat individu, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan semakin terbuka peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian pendidikan memberikan peluang
terjadinya mobilitas sosial bagi kelompok penduduk tertentu. Penduduk Menurut
Kualitas Pendidikan Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang dimiliki oleh penduduk. Kemampuan baca
dan menulis serta angka partisipasi sekolah merupakan kebutuhan dasar bagi
penduduk. Pada Tabel di bawah disajikan tingkat partisipasi pendidikan penduduk
di wilayah studi.

Table 3-6
Kondisi Pendidikan Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone
dan Kecamatan Malangke Barat.
Kecamatan SD SLTP SLTA
Se Muri Se Muri Se Muri
Guru Guru Guru
k d k d k d
Kec. Malangke 21 123 4.378 7 67 974 3 30 140
Kec. Bone-Bone 35 242 6.734 7 153 2.303 3 57 897
Kec. Malangke
Barat 23 125 3.676 5 46 727 1 17 131

Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004-2005

Ketersedian sarana dan prasarana kesehatan dalam menunjang hidup dan


kehidupan, hal ini tentunya disamping ketersedian sarana, juga tersedianya tenaga
medis. Pada tabel 2.4. berikut diuraikan banyaknya fasilitas dan tenaga kesehatan
di wilayah studi.

Untuk keperluan mandi, cuci, minum dan memasak penduduk di sekitar wilayah
studi memanfaatkan air sumur.

Hal | 17
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Table 3-7
Kondisi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone dan
Kecamatan Malangke Barat Tahun 2004.
Kecamatan Fasilitas Kesehatan Tenaga Medis
Puskesmas
Ruma Dokter Bidan
h Indu Pembantu PNS PTT
Sakit k
Kec. Malangke - 1 5 1 4 3
Kec. Bone-Bone - 1 7 3 9 6
Kec. Malangke
- 1 4 - 3 4
Barat
Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004-2005

3.4.3. Sarana dan Prasarana Permukiman.

Berdasarkan BWK atau RTRW Kab. Luwu Utara, pada kawasan pantai terdapat
sarana dan prasarana permukiman, baik yang berskala Kabupaten maupun lokal
sebagai berikut:

a. Skala Kabupaten: Rencana Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Perikanan


b. Berskala lokal: Jalan raya dan jalan lingkungan , seperti jalan menuju
pelabuhan, Jalan lingkungan kecamatan dan kelurahan. Sistem drainase (pompa,
pintu air, folder), sistem pengolahan air setempat, jaringan air minum (PDAM
dan non-PDAM), fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan olahraga
(darat dan pantai), perkantoran, pergudangan, perdagangan dan jasa,. Selain itu
pada tingkat kecamatan/kelurahan masih terdapat: pasar, kios/toko, koperasi,
hotel/losmen, rumah makan, bank, kios pedagang kaki lima (PKL) serta jalur
hijau.

1. Drainase.
Sistem drainase, terutama dikawasan pantai merupakan prasarana dasar
permukiman yang sangat penting, mengingat persoalan banjir akibat air pasang dan
air hujan yang selalu menggenangi kawasan tersebut. Untuk wilayah pesisir
Kabupaten Luwu Utara, dalam hal ini Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke
Barat, dan Kecamatan Bone-Bone memiliki system drainase yang sangat terhambat
di sebagian besar wilayahnya, dan hanya sebagian kecil memiliki system drainase
yang cepat. Hal disebabkan system saluran pembuangan air dari daratan menuju ke
sungai atau ke laut berupa selokan/got, atau kanal belum banyak dijumpai.
Sehingga pembuangan air langsung ke badan tanah dan tergantung daripada tingkat
peresapannya.

Hal | 18
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Tabel 5
Daftar Sungai dan Daerah Alirannya
No Sungai Daerah Panjan Daerah Tangkapan
Aliran g (Km) (Km)
< 100 > 100 Total
m m
1 Rongkong Sabbang, 85 1.245,2 423,8 1.669,0
Baebunta,
2 Baebunta Baebunta, 48 96,8 281,1 377,9
Masamba
3 Masamba Masamba 55 102,2 203,7 305,9
4 Baliase Masamba, 95 826,3 172,6 998,9
Baliase
5 Lampuawa Bone-Bone 34 56,5 115,6 172,1
6 Kanjiro Bone-Bone 41 111,3 92,2 203,5
7 Bone- Bone-Bone 20 64,1 57,6 121,7
Bone
8 Bungadidi Bone-Bone 20 80,9 29,0 109,9
             Sumber : Map of South Sulawesi, 1981 (United Kingdom &
Departement of General worker Indonesia)

Sistem aliran hidrologi di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa pergerakan


air, baik airpermukaan maupun air tanah, langsung menuju arah laut. Aquifer
umumnya terdapat pada lapisan pasir,kerikil dan lapisan tipis batu gamping. Salah
satu keunggulan dari sistem sungai-sungainya adalah kondisi airnya yang masih
jernih dan bening sehingga sangat baik untuk dijadikan tempat rekreasi
Sumber daya air khususnya air permukaan sangat melimpah di daerah Luwu Utara.
Sebagian kecil dari potensi air permukaan telah dimanfaatkan untuk pengembangan
irigasi, pembangkit listrik dan budidaya perikanan. Potensi air tanah dangkal
terbatas di daerah dataran rendah.

2. Fasilitas Penerangan
Secara umum, fasilitas penerangan yang ada di Kabupaten Luwu Utara adalah
jaringan listrik PLN. Untuk wilayah Kecamatan pesisir, terdapat dua kantor jaga
yang berada di Kecamatan Malangke, dan Kecamatan Bone-Bone. Untuk jumlah
pelanggan dan KVA terpasang diuraikan berikut ini:

1. Kantor jaga Malangke: jumlah pelanggan 3541 RT, dengan KVA terpasang
2963,75 KVA
2. Kantor jaga Bone-Bone; jumlah pelanggan 5544 RT, dengan KVA terpasang
3541,70 KVA.

3. Fasilitas Pendidikan

Hal | 19
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Fasilititas pendidikan yang dijumpai di Ketiga Kecamatan pesisir adalah Sedkolah


Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Jumlah sekolah di Ketiga Kecamatan disajikan dalam Tabel II.4.

Tabel II.1.
Kondisi Pendidikan Penduduk Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone
dan Kecamatan Malangke Barat.
Kecamata SD SLTP SLTA
n
Sek Guru Muri Sek Guru Muri Sek Guru Muri
d d d
Kec. 21 123 4.378 7 67 974 3 30 140
Malangke
Kec. 35 242 6.734 7 153 2.303 3 57 897
Bone-
Bone
Kec. 23 125 3.676 5 46 727 1 17 131
Malangke
Barat
Sumber : Kabuapten Luwu Utara dalam angka 2004

4. Fasilitas Kesehatan
Ketersedian sarana dan prasarana kesehatan dalam menunjang hidup dan
kehidupan, hal ini tentunya disamping ketersedian sarana, juga tersedianya tenaga
medis. Pada tabel II.5 berikut diuraikan banyaknya fasilitas dan tenaga kesehatan
di wilayah studi.

Tabel II.2.
Kondisi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Malangke, Kecamatan Bone-Bone dan
Kecamatan Malangke Barat Tahun 2004.
Kecamatan Fasilitas Kesehatan Tenaga Medis
Ruma Indu Puskesma Dokter Bidan
h k s PN PT PNS PTT
Sakit Pembantu S T
Kec. Malangke - 1 5 1 4 3
Kec. Bone-Bone - 1 7 3 9 6
Kec. Malangke - 1 4 - 3 4
Barat
Sumber : Luwu Utara dalam angka 2004-2005

Untuk keperluan mandi, cuci, minum dan memasak penduduk di sekitar wilayah
studi memanfaatkan air sumur.

5. Fasilitas Peribadatan

Hal | 20
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Sarana peribadatan untuk kecamatan Malangke, masjid sebanyak 48 buah,


Musholah/Langgar 13 buah, Gereja 10 buah, Pura 4 buah, dan Kecamatan Bone-
Bone , Masjid sebanyak 64 buah,Musholah/langgar 26 buah, Gereja 36 buah, Pura 5
buah, Vihara 1 buah, sedangkan di Kecamatan Malangke barat, Masjid sebanyak 56
buah, Mushalah/Langgar 6 buah, Gereja 8 buah, Pura 1 buah.

3.4.4. Kondisi Ekonomi

1. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (PDRB)


Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu perceminan kamajuan
ekonomi suatu daerah, yang didefenisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang
dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun wilayah tersebut .

Pada tanun 2003 , terjadi peroses pemekaran yang menyebabkan Kabuapaten Luwu
Utara terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten
Luwu Timur. Angka PDRB Kabupaten Luwu Utara atas dasar harga berlaku 2003
(sebelum pemekaran) mencapai Rp. 4 393.82 milyar dengan konstribusi terbesar
oleh sector pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2 530.06 milyar atau sekitar
57.58 persen . Sedangkan sector pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar
Rp. 1.402. 48 milyar atau sekita 31. 92 persen. Atas dasar harga konstan 1993 angka
PDRB Kbupaten Luwu Utara yang terbentu mencapai Rp. 859.02 milyar dengan
kontribusi terbesar juga diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu
sebesar 376.65 milyar atau sekitar 43.85 persen.

Setelah terjadi pemekaran, angka PDRB Kabupaten Luwu Utara mengalami


penurunan yang sangat signifikan. Angka PDRB atas dasar harga berlaku yang
terbentuk hanya sekitar Rp.1 134.09 milyar, dengan kontribusi terbesar diberikan
oleh sektor pertanian yaitu mencapai Rp. 874.66 milyar atau sekitar 77.12 persen.
sedang sektor pertambangan dan galian yang sebelum pemekaran menjadi sektor
unggulan hanya mampu memberikan konstribusi sekitar 0.20 persen saja. Atas
dasar angka konstan 1993 angka PDRB Kabupaten Luwu Utara yang terbentu
setalah pemekaran hanya Rp. 288.32 milyar dengan kontribusi terbesar juga di
berikan oleh sektor pertanian yaitu seitar Rp. 191.78 milyar (66.51 persen).
Pertumbuhan ekonomi setalah pemekaran di tahun 2003 mengalami penurunan
yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2002. laju pertumbuhan Kabupaten
Luwu Utara hanya sekitar 2.34 persen.padahal pada tahun 2002 pertumbuhan
eonomi Kabupaten Luwu Utara mampu tumbuh sekitar 6.31. turunnya laju
pertumbuhan ekonomi ini akibat dari menurunnya sector pertanian yang
merupakan sektor unggulan Kabupaten Luwu Utara, terutama sub sektor unggulan
dengan pertumbuhan negative sekitar 2.01 persen.

2. Pendapatan Masyarakat (PDRB Perkapita)

Hal | 21
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Dari hasil estimasi Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2004
menunjukkan bahwa di Kabupaten Luwu Utara terdapat 211 ribuan tenaga kerja dan
terdapat 89 ribuan orang yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut sebagai
angkatan kerja.

Sebagian besar permintaan pencari kerja baru berada pada lapangan usaha jasa-jasa
dan lainya, seperti pegawai,honorer, guru dan lain-lain, dari 79211 pekerja terdapat
sekitar 68 096 jiwa (85,97 %) bekerja di sektor pertanian, sektor lainnya nbanyak
menyerap tenaga kerja adalaah sektor-sektor jasa dan lainnya (5,02 %) dan
perdagangan, restoran, serta hotel (4,41%).

Upah minimum propinsi (UMP) Sulawesi Selatan tahun 2004 sebesar Rp.
510.000.00. Untuk Luwu Utara sendiri Upah Minimum Regional rata-ratanya
adalah Rp. 415. 000,00.

3.4.5. Keadaan Umum Perikanan dan Kelautan

1. Umum
Perairan laut kabupaten Luwu Utara sangat di pengaruhi oleh kondisi perairan laut
Teluk Bone, dimana perairan ini bermuara di sungai-sungai besar dan kecil,
sehingga suplai berlimpah zat-zat hara dan ketersediaan plankton meningkatkan
kesuburan perairan tersebut.

Jumlah produksi perikanan pada tahun 2004 adalah sebesar 33.583 ton yang terdiri
dari 5.962 ton produksi perikanan laut, 19.292 ton perikanan darat dan 8.329 ton
perikanan payau. Secara keseluruhan terdapat peningkatan produksi baik pada
perikanan laut maupun darat. Pada tahun 2004 hanya terdapat 50 buah perahu tak
bermotor, 127 buah perahu dengan motor tempel dan 315 buah kapal motor. Jumlah
tersebut tidak sebanding dengan potensi perikanan Teluk Bone yang besar.

2. Produksi perikanan
a. Perikanan Laut

Menurut Laporan Statistik Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan (2004) dan Laporan
Statistik Perikanan Kabupaten Luwu Utara (2006), produksi perikanan Kabupaten
Luwu Utara naik rata rata 121,66% per tahun yaitu dari 11346,5 ton pada tahun
2004 menjadi 25764,7 ton pada tahun 2006. Produksi perikanan di Kabupaten
Luwu Utara selama ini didominasi oleh produksi perikanan air payau yaitu
18240,14 ton per tahun atau sebesar 70,8% dari total produksi perikanan. Sementara
perikanan laut sebesar 6872,0 ton atau 26,7%. Untuk produksi perikanan darat (air
tawar dan perairan umum) sebesar 652.56 ton atau 2,5% dari total produksi
perikanan.

Hal | 22
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Produksi perikanan laut Kabupaten Luwu Utara utamanya di tiga kecamatan pesisir,
menunjukkan peningkatan produksi dari tahun 2004 dengan tahun 2006.
Perbandingan produksi di kedua tahun tersebut untuk beberapa jenis ikan ekonomis
disajikan pada tabel berikut:

Tabel II.6.
Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten Luwu Utarar
tahun 2004 dan 2006
N0 Jenis ikan Produksi pada tahun (ton) Kenaikan (%)
2004 2006 2004 – 2006
1 Tuna 399.1 543.5 36.18
2 Cakalang 655.3 567.5 -13.40
3 Tembang 386.6 558.5 44.46
4 Kembung 753.6 784.7 4.13
5 Teri 252.3 293.8 16.45
6 Layang 310.3 354.3 14.18
7 Tongkol 561.3 697.7 24.30
8 Kerapu 289 232.7 -19.48
9 Selar 142.5 233.3 63.72
10 Peperek 273.9 289.3 5.62
11 Lainnya 1876.6 2316.7 23.45
5900.5 6872 16.46
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kab. Luwu Utara, 2004 dan 2006.
Berdasarkan data pada tabel II.6. di atas, bahwa produksi perikanan didominasi oleh
ikan pelagis antara lain tuna, cakalang, kembung, dan tongkol. Secara umum terjadi
peningkatan produksi pada beberapa jenis ikan, kecuali jenis cakalang dan kerapu
yang produksinya menurun sebesar -13,40% dan -19,48% pada tahun 2006.
Peningkatan rata-rata produksi perikanan laut Kabupaten Luwu Utara sebesar
16,46%. Dominannya ikan-ikan pelagis di dalam hasil tangkapan di daerah ini erat
hubungannya dengan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan, di mana
alat tangkap seperti payang, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan
dan pancing adalah alat tangkap yang bertujuan menangkap ikan-ikan pelagis.
Selain itu mayoritas kapal ikan yang digunakan nelayan berukuran besar yaitu 392
unit perahu motor tempel, 160 unit, dan hanya 90 unit perahu tanpa motor.

b. Budidaya Air Payau

Produksi perikanan budidaya air payau merupakan penyumbang tertinggi produksi


perikanan di Kabupaten Luwu utara. Aktifitas perikanan air payau dijumpai di
Kecamatan pesisir Bone Bone, Kecamatan Malangke, dan Kecamatan Malangke
Barat. Produksi pada tahun 2006 produksi udang sebesar 147,63 ton yang
dihasilkan pada lahan seluas 738,24 Ha. Produktifitas udang sebesar 0,2 ton/Ha.

Hal | 23
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Untuk ikan Bandeng, sebesar 1231,71 ton yang dihasilkan pada lahan seluas
1597,20 Ha denga produktifitas sebesar 0,77 ton/Ha. Sementara produksi rumput
laut sebesar 16860,80 ton yang dihasilkan dari lahan seluas 4032,35 ha, dengan
produktifitas sebesar 4,08 ton/Ha.

c. Budidaya Air Tawar dan Perairan Umum

Aktifitas perikanan budiddaya air tawar dan perairan umum dilakukan di sebelas
kecamatan Kabupaten Luwu Utara. Keseluruhan luas lahan untuk aktifitas
budidaya adalah 2422,8 Ha menghasilkan produksi sebesar 614,53 ton. Untuk
perairan umum seluas 163,53 Ha serta 60 unit aliran sungai menghasilkan produksi
sebesar 38,03 ton. Uraian tentang jenis lahan budidaya serta produksinya diuraikan
pada tabel berikut:

Hal | 24
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Tabel II.7.
Luas Lahan dan Produksi Perikanan Budidaya air tawar dan Perairan Umum
No. Perikanan Budidaya Luas Areal (Ha) Produksi (ton)
1 Sawah 1353.1 426.4
2 Kolam 1069.7 188.13
Jumlah 2422.8 614.53
Perairan Umum Luas areal (Ha)/ Aliran Produksi (ton)
(Unit)
3 Rawa 163.53 25.25
4 Sungai 60 12.78
Jumlah 38.03

3. Rumah tangga/perusahaan perikanan.


Rumah Tangga Perikanan (RTP) atau perusahaan perikanan di Kabupaten Luwu
Utara didominasi oleh RTP perikanan budidaya air payau dan perikanan tangkap.

Pada tahun 2004, untuk aktifitas perikanan tangkap, rumah tangga perikanan
tangkap sebanyak 712 RTP terdiri dari 51 RTP tanpa perahu, 348 RTP
menggunakan Perahu Tanpa Motor, 204 RTP menggunakan perahu motor tempel,
dan 109 RTP yang mengoperasikan kapal motor. Sedangkan untuk budidaya air
payau, sebanyak 95 RTP yang memiliki kategori usaha <1 Ha, 374 RTP yang
memiliki kategori usaha 1-2 Ha, serta 476 RTP memiliki kategori usaha 2-5 Ha,
Keseluruhan RTP budidaya air payau Kabupaten Luwu utara adalah 945 rumah
tangga perikanan.

4. Perahu/kapal perikanan.
Pada tahun 2004, keseluruhan armada penangkapan sebanyak 682 unit, terdiri dari
348 perahu tanpa motor, 223 motor tempel, dan 111 unit kapal motor. Sedangkan
pada tahun 2006, terdapat 90 buah perahu tak bermotor, 160 buah perahu dengan
motor tempel dan 392 buah kapal motor. Keseluruhan armada penangkapan adalah
642 unit. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan potensi perikanan Teluk Bone
yang besar. Selama periode tiga tahun terakhir (2004-2006) jumlah perahu/kapal
mengalami penurunan rata-rata 6,2% pertahun yaitu dari 682 unit pada tahun 2004
menjadi 642 unit pada tahun 2006. Jumlah perahu tanpa motor dan motor
mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu masing-masing 74,14% dan 28,25%,
namun jumlah kapal motor meningkat pesat rata-rata 253,15%.

5. Unit Penangkapan Ikan.

Hal | 25
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Nelayan di kab. Luwu Utara di dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut
menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan antara lain : payang, jaring
insang, bagan, pancing dan perangkap di mana jumlah penggu naan alat menurut
jenisnya berubah-ubah dari tahun ke tahun.

Nelayan di kab. Luwu Utara di dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut
menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan antara lain : payang, pukat
cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan, pancing dan lainnya, di mana
jumlah penggunaan alat menurut jenisnya berubah-ubah dari tahun ke tahun.

Jumlah unit penangkapan ikan pada tahun 2004 sebanyak 1107 unit, terdiri dari 51
unit pukat tarik, 114 unit payang, 51 unit dogol, 44 unit pukat pantai, 1 unit pukat
cincin, 80 unit jaring insang hanyut, 44 unit jaring lingkar (rengge), 82 unit jaring
klitik, 58 unit bagan perahu, 114 unit bagan tancap, 77 unit rawai, 14 unit huhate,
287 unit pancing, 13 unit bubu, dan alat penangkap kerang dan penangkap teripang
sebanyak 77 unit.

Menurut data statistik 2004, kelompok alat tangkap yang paling banyak
menghasilkan ikan yaitu payang, jaring insang hanyut, jaring lingkar, bagan perahu,
bagan tancap, pancing, dan sero di mana produksi tahunannya masing-masing
adalah 616,7 ton, 618,6 ton, 874,9 ton, 437,2 ton, 513,3 ton, 486,7 ton, dan 433,4
ton.

Hal | 26
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

BAB. 4. ORGANISASI DAN MANAGEMEN

4.1. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan Studi penyusunan DED Kawasan Pesisir PPI Kabupaten Luwu Utara
akan dilaksanakan dalam kurung waktu waktu 30 (tiga puluh) hari kalender.

4.2. Rencana Kerja

Berdasar pada pendekatan dan metodologi kerja, maka disusun rencana


implementasi setiap item kegiatan studi. Pertimbangan dalam penjadwalan kegiatan
adalah kesinambungan proses, efektifitas dan efisiensi kegiatan, kualitas hasil
pekerjaan dan kemampuan manajerial dalam mengimplementasikan kegiatan.

Dalam pelaksanaan studi ini, disusun kerangka kerja yang pada hakekatnya dibagi
atas 3 (tiga) Tahapan, yakni : 1). Tahap Persiapan, yang terdiri dari kegiatan
pengumpulan data sekunder dan kegiatan persiapan survey; 2). Tahap
survey/kegiatan lapangan, dan; 3). Tahap Analisa Kelayakan dan rencana desain
serta pelaporan.

Tahapan kegiatan yang membutuhkan pengaturan waktu yang tepat dan


menentukan hasil secara keseluruhan adalah kegiatan survey lapangan. Sesuai
dengan metode yang akan digunakan, maka rencana kegiatan survey di bagi dalam
2 (dua) bentuk yaitu kegiatan survey fisik dan kegiatan koordinasi institusi dan
konsultasi partisipatif. Kedua kegiatan lapangan tersebut diperkirakan
membutuhkan waktu + 1 (satu) bulan terhitung setelah tahapan persiapan dilakukan.

Time line pelaksanaan kegiatan ditunjukkan pada Gambar 4-1 Sementara Jadwal
kegiatan dan lokasi implementasi setiap kegiatan disajikan pada Tabel 4-1 .

Hal | 27
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Table 4-8
Time Schedule

No Uraian Durasi Waktu (Minggu)

1 2 3 4

1 Persiapan

a. Pengurusan Administrasi
b. Konsolidasi Tim
c. Penyiapan Materi Survey
d. Pembekalan Tim Survey
e. Mobilisasi

2 Kompilasi dan Analisa Data

a. Input data
b. Analisis Pendahuluan
c. Konsolidasi Internal Tim
/Perumusan Konsep Rencana

3 Konsultasi dan Koordinasi dengan Tim


Teknis Pemerintah-1

4 Pematangan & Desain Awal Konsep


Makro Rencana

5 Perumusan Konsep Detail Rencana


Pengembangan Kawasan

6 Perancangan/Desain Gambar Konsep


Detail

7 Konsultasi dan Koordinasi dengan Tim


Teknis Pemerintah -2

Hal | 28
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

4.3. Organisasi Pelaksana

a. Struktur Organisasi
Untuk tujuan managamen proyek dan implementasi kegiatan, dibentuk
organisasi pelaksana yang diisi oleh personil yang memiliki pengaman kerja di
bidang yang sama. Penempatan personil dalam struktur organisasi pelaksana
proyek diharapkan dapat membagi proporsi kerja dan tugas/tanggung jawab
kerja sehingga melalui pembagian kerja yang profesional diharapkan tujuan dan
sasaran proyek yang diharapkan dapat terwujud. Struktur organisasi pelaksana
di sajikan pada Gambar 4.1

Tim Leader

Tng. Pendukung

TA. Sipil TA.Arsiteki Ahli SoSek Ahli Oceanografi

TA.Planologii TA. Lingk. TA. CE

Chief Surveyor Chief Drafman

Surveyor Drafman

Keterangan
: Garis instruksi
: Garis koordinasi

Gambar 4-3
Struktur Organisasi Tim Konsultan

Hal | 29
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

b. Personil dan Layanan Keahlian

Salah satu bagian organisasi dan managemen yang cukup penting dan menunjang
tercapainya tujuan kegiatan, adalah personil pelaksana. Untuk itu konsultan telah
menyiapkan personil yang handal sesuai dengan petunjuk KAK, yang terdiri atas
tenaga ahli dan tenaga pendukung sebagai berikut :

Tenaga Ahli
1.Ahli Teknik Sipil
2.Ahli Oceanografi
3.Ahli Sosial ekonomi
4.Ahli Arsitektur Bangunan
5.Ahli Planologi
6.Ahli Lingkungan
7.Ahli Cost Estimasi
Tenaga Penunjang
1. Asisten Ahli
2. Teknisi Lapangan (Surveyor/Teknisi).
Tenaga Pendukung
1. Operator Computer (1 orang)
2. Administrasi dan Keuangan Proyek (1 orang)

Kualifikasi Personil yang akan disediakan adalah :

1) Team Leader.
Team Leader adalah seorang sarjana teknik sipil (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 8 (delapan) tahun atau Magister
teknik sipil (S2) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya 6 (enam)
tahun dan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas dalam
bidang perencanaan Terminal angkutan umum dan bangunan penunjang
lainnya.

2) Ahli Oceanografi
Seorang sarjana Ilmu dan Teknologi Kelautan (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister
Pengelolaan Pesisir (S2) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya

Hal | 30
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

3 (tiga) tahun dan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas


dalam bidang kelautan dan pengelolaan pesisir.

3) Ahli Sosial Ekonomi


Seorang sarjana perikanan (S1) yang telah berpengalaman sekurang –
kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister Transportasi (S2) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang luas dalam bidang teknologi
pengangkutan, studi ekonomi angkutan dan social ekonomi transportasi
massal .

4) Ahli Teknik Arsitektur.


Seorang sarjana teknik Arsitektur (S1) yang telah berpengalaman sekurang
– kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister teknik Arsitektur (S2) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 3 (tiga) tahun dalam bidang
perencanaan dan perencanaan bangunan.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Merencanakan site plan dan blok plan.


2. melaksanakan desain arsitektur bangunan.
3. membuat spesifikasi bangunan.

5) Ahli Teknik Lingkungan


Seorang sarjana (S1) yang telah berpengalaman sekurang – kurangnya 5
(lima) tahun atau Magister teknik Lingkungan (S2) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai
pengetahuan serta pengalaman yang luas dalam kajian aspek lingkungan
yang berkaitan dengan perencanaan pelabuhan (umum / perikanan) atau
mempunyai pengalaman yang luas dalam perencanaan Terminal .

mempunyai pengalaman luas dibidang analisa dampak lingkungan


pembangunan terminal .

6) Ahli Planologi

Hal | 31
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Seorang sarjana Planologi (S1) yang telah berpengalaman sekurang –


kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister Perencanaan Wilayah (S2) yang
telah berpengalaman sekurang – kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai
pengalaman luas dalam bidang perencanaan kawasan dan bangunan sipil
lainnya.

7) Cost Estimator.
Seorang sarjana teknik Sipil / Ahli Estimasi Biaya (S1) yang telah
berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun atau Magister teknik
Sipil / Ahli Estimasi Biaya (S2) yang telah berpengalaman sekurang –
kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman
yang luas dalam memperkirakan biaya proyek dan mempersiapkan
dokumen tender.

8) Asisten Tenaga Ahli.


Seorang sarjana harus mempunyai pengalaman minimal 2 (dua) tahun dan
berpengalaman luas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai bidangnya
masing – masing. Tugas dan tanggung jawab adalah membantu tenaga ahli
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dari lapangan dan
bertanggung jawab atas ketelitian hasil yang didapat.

9) Teknisi Lapangan (Surveyor/Teknisi).


Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan penyelidikan lapangan
untuk pekerjaan sipil khususnya bidang perencanaan fasilitas pelabuhan
(umum / perikanan), dan bangunan sipil lainnya.

Tugas dan tanggung jawab teknisi lapangan adalah mengumpulkan semua


data yang dibutuhkan dari lapangan dan bertanggung jawab atas ketelitian
hasil yang didapat.

Kebutuhan tenaga ahli utama untuk pengembangan kawasan Pendaratan


Perikanan Ikan (PPI) Malangke kabupaten Luwu Utara harus diestimasikan
dan diusulkan oleh konsultan.

Hal | 32
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

Tenaga – tenaga ahli tersebut di atas dibantu oleh beberapa tenaga


pendukung (asisten ahli perikanan, asisten ahli teknik sipil, dll), tenaga
teknis (surveyor dan teknisi) dan tenaga administrasi (operator computer,
draftman, dll) sesuai dengan kebutuhannya.

Hal | 33
Penyusunan DED Kawasasan PPI Malangke Laporan Pendahuluan

BAB. 5. PENUTUP

Studi ini merupakan bagian dari rencana program pembangunan pemerintah


kabupaten Luwu Utara untuk merealisasikan pembangunan terpadu di kawasan
Pesisir kabupaten Luwu Utara. Konsultan dalam awal pelaksanaan tugasnya
mengkaji dan mempelajari kebutuhan studi, dan telah melakukan berbagai
persiapan, baik teknis, metodologi maupun kebutuhan managemen lainnya.

Laporan ini telah mendeskripsikan secara umum gambaran dari persiapan kerja
konsultan. Selanjutnya, studi perlu melakukan segenap tahapan pekerjaan
sebagaimana yang direncanakan dalam laporan ini. Antara lain yang akan
dilakukan adalah analisa sementara data kondisi yang terkait dengan
pengembangan kawasan PPI di lokasi rencana.

Hal | 1

Anda mungkin juga menyukai