Anda di halaman 1dari 27

Laporan Pendahuluan

A. PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________

1. LATAR BELAKANG
_______________________________________________________________________

Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional, ruang yang berfungsi


sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan pembangunan menjadi sangat
penting dan perlu diperhatikan. Dengan mengacu kepada terciptanya tata ruang
yang seimbang, teratur, dan terarah, maka pemanfaatan ruang lebih ditekankan
pada keseimbangan penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang No. 24 Tahun 1992, penataan ruang
diartikan sebagai suatu upaya mewujudkan tata ruang terencana melalui
serangkaian proses yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang setiap bagiannya merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan. Sedangkan yang dimaksud dengan tata ruang ialah wujud
struktural dari pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Undang-
Undang tersebut menjelaskan juga bahwa masing-masing Daerah Tingkat I propinsi
dan Daerah Tingkat II kabupaten/kota perlu menyusun RTR Wilayah (RTRW).
Penyusunan strategi dan rancangan kebijakan operasional ini tidaklah mudah,
mengingat prosesnya cukup rumit dan panjang. Agar rancangan kebijakan dan
strategi ini dapat diterima oleh berbagai pihak pengguna ruang, maka proses
penyusunannya perlu melibatkan berbagai pihak.
Mengingat wilayah adalah suatu sistem terpadu yang menampung seluruh kegiatan
manusia, maka dalam penataan ruang yang harus diwujudkan adalah ruang yang
dapat mendukung peningkatan kinerja dan kualitas hidup manusia, sistem produksi,
jasa, permukiman yang sehat, tetapi juga tetap mendukung kelestarian lingkungan
hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Dalam kaitannya dengan rancangan kebijakan desentralisasi seperti yang
diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, upaya
penyiapan rancangan kebijakan pengembangan tata ruang nasional dan kawasan ini
diharapkan dapat memaduserasikan program-program sektoral yang kemudian akan
menjadi acuan bagi pelaksanaan pembangunan di daerah dalam rangka mendukung
program pembangunan nasional dan program pembangunan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam upaya untuk mengantisipasi
tantangan pembangunan ke depan, RTRW perlu dijabarkan lebih detail untuk
pembinaan dan pengembangan kawasan dan kegiatan yang lebih spesifik.
Rancangan kebijakan penataan ruang yang dikembangkan senantiasa
memperhatikan kelestarian fungsi-fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup guna
menopang pembangunan yang berkelanjutan.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 1


Laporan Pendahuluan

2. TUJUAN
_______________________________________________________________________

Tujuan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Rancana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) Kabupaten Pangkep adalah untuk mewujudkan pemanfaatan ruang di
Kabupaten Pangkep yang tertib baik secara administratif maupun secara teknis agar
terwujud pemanfaatan ruang yang fungsional dan andal serta dapat menjamin
kelestarian lingkungan berdasarkan peraturan daerah.

3. SASARAN
_______________________________________________________________________

Sasaran dari kegiatan “Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Pangkep tahun 2006
dan Penyusunan Perda RTRW Kabupaten Pangkep, adalah :
a. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pangkep yang
lebih fleksibel terhadap perubahan yang terjadi baik akibat faktor internal
maupun eksternal dalam suatu kerangka hukum melalui peraturan daerah.
b. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pangkep dalam
mengarahkan pemanfaatan ruang, sesuai dengan potensi dan karakteristik
wilayah Kabupaten Pangkep.
c. Tercapainya masyarakat dan lembaga yang tertib hukum dam administrasi
terhadap pengelolaan dan pemanfaatan ruang di Kabupaten Pangkep.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 2


Laporan Pendahuluan

B. PENDEKATAN DAN METODOLOGI


_______________________________________________________________________

1. PENDEKATAN
_______________________________________________________________________
Konsultan pelaksana memaknai bahwa kegiatan ini adalah upaya sinkronisasi RTRW
Kabupaten Pangkep yang telah disusun pada tahun 2006 dengan kebijakan-kebijakan
terkait baik itu landasan hukum penyusunan (dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun
2007) maupun dengan hierarki penataan ruang di tingkatan atas. Sehingga pelaksanaan
kegiatan lebih diarahkan pada upaya penyelarasan muatan dan materi dokumen RTRW
dengan kebijakan tersebut serta kegiatan pengesahan Ranperda RTRW menjadi
dokumen kebijakan daerah yang bersifat mengikat.
Untuk itu, Pendekatan terpilih yang dikembangkan dalam Penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep mengacu pada (1) standarisasi
materi dan muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten serta (2) mekanisme
standar penyusunan produk hukum daerah antara lain :
a. Pendekatan Standarisasi dan Sinkronisasi materi dan muatan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pangkep
Standarisasi muatan dan materi RTRW Kabupaten Pangkep Tahun 2006 didasarkan
pada 3 (tiga) pertimbangan dasar yakni :
- Acuan standar penyusunan RTRW Kabupaten yang diatur oleh UU No. 26
Tahun 2006 tentang Penataan Ruang
- Keselarasan dokumen RTRW Kab. Pangkep Tahun 2006 dengan Hierarki
Dokumen Tata Ruang diatasnya antara lain RTRWN, RTRW Pulau SUlawesi,
Rencana Tata Ruang Kepulauan dan Pulau-pulau Kecil serta RTRW Propinsi
Sulawesi Selatan
- Kesesuaian muatan dan materi RTRW Kab. Pangkep dengan kondisi dan
perkembangan kewilayahan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
Untuk itu model pendekatan yang dikembangkan adalah :
- Pendekatan scientific dan scoping untuk peninjauan kembali RTRW
Pendekatan scientific dikembangkan untuk melakukan updating data dan
informasi yang terangkum dalam RTRW tahun 2006 dengan melakukan
penyesuaian dengan kondisi kekinian daerah. Untuk penajaman analisis serta
updating data informasi maka dilakukan scoping perkembangan isu dan masalah
dengan mengandalkan partisipasi aktif dari stakeholder untuk menggali dan
membahas persepsi-persepsi dan pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan
muatan materi RTRW. Konsultan pelaksana akan mengembangkan berbagai
metodologi untuk scoping ini baik oleh internal konsultan maupun melibatkan
stakeholders lainnya antara lain dengan Focus Group Discussion (FGD), Indepth
Interview dan participatory workshop method.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 3


Laporan Pendahuluan

- Pendekatan Penyelarasan dokumen RTRW


Telaah dokumen RTRW dan tingkat keselarasan dengan acuan dasar UU No. 26
tahun 2006 serta dokumen hierarki tata ruang diatasnya sangat penting untuk
memastikan bahwa RTRW Kab. Pangkep tahun 2006 terhindar dari konflik
pengaturan dan regulasi sehingga pemahaman mendalam terhadap dokumen
kebijakan dan hierarki tata ruang diatasnya ini sangat penting. Ada dua hal pokok
yang menjadi substansi telaah dan penyelarasan ini yakni :
a. Landasan hukum terhadap materi yang akan diatur dalam RTRW Kabupaten
sebagaimana diatur dalam UU No. 26 Tahun 2006
b. Substansi dan muatan dokumen hierarki tata ruang diatasnya untuk
memastikan harmonisasi isi dokumen perencanaan

b. Pendekatan standarisasi mekanisme penyusunan produk hukum daerah yakni :


Standarisasi dilakukan dengan mengacu pada mekanisme yang telah diatur dalam UU
dan keputusan menteri terkait dengan mekanisme penyusunan produk hukum
daerah. Hal ini dilakukan untuk memastikan Ranperda dan Perda yang akan
disyahkan tidak cacat hukum dari segi proses penyusunan dan materi pengaturannya.
Acuan dasar yang digunakan adalah aturan-aturan dalam :
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor Republik Indonesia 4389);
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah

Berdasarkan pertimbangan acuan dasar penyusunan produk hokum ini maka


konsultan pelaksana mengembangkan beberapa pendekatan guna standarisasi
mekanisme penyusunan produk hukum daerah dalam bentuk Ranperda yakni:
- Pendekatan Filosofis (Filosofische grondslag)
- Pendekatan Sosiologis (Sociologische grondslag)
- Pendekatan Yuridis (Juridische grondslag)
- Pendekatan teknik perancangan : Hal ini terkait dengan teknis perancangan, tata
bahasa dan aspek teknis lainnya terkait procedural perancangan ranperda yang
dipersyaratkan oleh regulasi yang meberikan kewenangan untuk penyusunan
ranperda.
- Pendekatan politis : Peraturan Daerah adalah sebuah produk hukum yang
dihasilkan dari proses politis, sehingga konsultan pelaksana akan
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan politis seperti lobby dan negosiasi.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan proses pengesahan ranperda menjadi
perda.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 4


Laporan Pendahuluan

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 5


Laporan Pendahuluan

2. METODOLOGI
_______________________________________________________________________

Berdasarkan pendekatan pelaksanaan pekerjaan, dirumuskan beberapa metodologi


guna pencapaian sasaran kegiatan. Metode yang dikembangkan tetap mengacu pada
standarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten dan prosedur penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah. Secara rinci, berikut disajikan metodologi pada setiap rangkaian
pelaksanaan pekerjaan antara lain :

1 2 3 4
Sinkronisasi RTRW Identifikasi dan Tahap Penulisan
Tahap Persiapan dgn UU N0. 26 Tahun Updating data Rancangan
2006 & Hierarki Tata Informasi Peraturan Daerah
Ruang diatasnya

8 7 6 5
Koordinasi dan Tahap Konsultasi
Pengesahan Pembahasan di Konsultasi Reguler Publik
dengan daerah & - Revisi Rancangan
Peraturan Daerah DPRD stakeholders terkait - Konsultasi public
tambahan

Alur Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kab. Pangkep

I. TAHAPAN PERSIAPAN
Tahap persiapan dimaksudkan untuk (1) perencanaan teknis pelaksanaan pekerjaan terkait
penyusunan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan; (2) Inventarisasi bahan-materi
peninjauan kembali RTRW dan penyusunan Ranperda; (3) koordinasi dan konsultasi awal
dengan daerah dan stakeholders terkait.
Metodologi yang dikembangkan pada fase ini adalah :
- Identifikasi dan analisis Stakeholders/Pemangku kepentingan
- Seminar dan Rapat Terbatas
- Focus Group Discussion (FGD) dengan daerah dan stakeholders terkait
- Pembentukan Tim Teknis Daerah Penyusunan Ranperda RTRW
- Koordinasi dan Konsultasi Reguler

II. TAHAPAN SINKRONISASI (EVALUASI) MUATAN DAN MATERI RTRW DENGAN UU NO. 26
TAHUN 2007 SERTA HIERARKI TATA RUANG DIATASNYA
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kesesuaian muatan dan materi RTRW
Kabupatan Pangkep Tahun 2006 dengan konsep pengaturan dalam Undang-undang No. 26
Tahun 2007 utamanya terkait dengan muatan dan materi RTRW. Selain itu, juga
dilakukan sinkronisasi dan penyelarasan dokumen dengan hierarki tata ruang
diatasnya.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 6


Laporan Pendahuluan

Metode yang dikembangkan pada tahapan ini diawali oleh telaah konsultan
pelaksana dan revisi bersama stakeholders antara lain :
- Inventarisasi hierarki tata ruang antara lain RTRWN, RTRW pulau SUlawesi,
Rencana Tata Ruang Kepulauan dan Pulau-pulau Kecil, RTRW Sulawesi Selatan.
- Review dan Analisa Substantif : untuk menganalisis relevansi substansi materi
RTRW Kabupaten Pangkep dan standarisasi yang diamanatkan oleh UU No. 26
Tahun 2007
- Review dan Analisa Komposisi : untuk menganalisis sistematika dan komposisi
materi RTRW dan memastikan kesesuaian dengan amanat UU dan keselarasan
dengan dokumen hierarki tingkat atas
- Identifikasi Indikasi Perubahan aspek-aspek RTRW (Internal dan Eksternal).
Kegiatan ini dilakukan melalui kajian tim konsultan dan penggalangan input
stakeholders melalui FGD dan konsultasi teknis dengan stakeholders terkait.
Pertanyaan utama dalam pemeriksaan awal adalah sebagai berikut (1) Apakah
Issue-issue pengembangan kabupaten yang semula berlaku telah mengalami
perubahan; (2) Apakah visi dan misi pengembangan kabupaten telah berubah
secara signifikan; (3) Apakah kebijakan dan peraturan/UU yang mendasari
penyusunan RTRW yang ada telah berubah (RTRWP, Undang-undang, Perda,
Keppress, dst); (4) Apakah telah terjadi penyimpangan/deviasi secara faktual, baik
dalam segi pertumbuhan fisik/fungsi ruang, ekonomi, pertumbuhan penduduk dan
structural ruang yang berdampak pada tidak efektifnya lagi fungsi pengaturan
RTRW Kabupaten yang ada.
- Seminar dan Lokakarya Peninjauan Kembali RTRW : Hasil-hasil telaah konsultan
pelaksana kemudian dibahas ditingkat daerah dan stakeholders terkait untuk
mendapatkan input dan menggalang kesepakatan untuk melakukan revisi secara
bersama jika memang terdapat ketidakselarasan antar dokumen. Prosedur dan
materi peninjauan kembali RTRW hampir sama dengan prosedur dan materi
penyusunan RTRW Kabupaten. Perbedaan di antara keduanya adalah
dilakukannya pemeriksaan awal terhadap hal-hal yang mendasari peninjauan
kembali, dan kesepakatan untuk meninjau kembali.

III. TAHAPAN IDENTIFIKASI DAN UPDATING DATA INFORMASI


Materi RTRW yang ada, khususnya yang terkait dengan data dan informasi tentu
saja dapat mengalami beberapa perubahan. data dan informasi tersebut biasanya
digunakan oleh penyusun RTRW sebagai dasar analisis rencana. Dalam kaitannya
dengan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, data dan informasi khusunya
yang terkait dengan obyek hukum (pemerintah dan masyarakat) perlu diidentifikasi
dan di perbaharui. data dan informasi terbaharui ini akan menunjang penggunaan
metode-metode dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah nantinya.
Metode yang dilakukan pada tahap ini, antara lain adalah :
- Kompilasi data dasar terkait yang sudah ada;

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 7


Laporan Pendahuluan

- Evaluasi data dan penyesuaian dengan kebutuhan metode penyusunan


Rancangan Peraturan Daerah yang akan digunakan;
- Jika kebutuhan penggunaan metode penyusunan Ranperda sudah dapat dipenuhi,
maka akan dilakukan perbaharuan terhadap data dan informasi sesuai dengan
kondisi saat ini;
- Jika Kebutuhan data untuk penggunaan metode dalam penyusunan Ranperda
tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan pengambilan data baru.

IV. TAHAPAN IDENTIFIKASI DASAR HUKUM (LEGAL BASELINE)


Pengertian legal baseline adalah status dari peraturan perundang-undangan yang
saat ini tengah berlaku. Identifikasi legal baseline mencakup inventarisasi peraturan
perundang-undangan yang ada dan telaah terhadap kemampuan aparatur
pemerintah dalam melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan
tersebut. Identifikasi legal baseline juga meliputi analisis terhadap pelaksanaan dan
penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada. Melalui analisis
ini, dapat diketahui bagian-bagian dari Perda yang ada, yang telah dan belum/tidak
ditegakkan, termasuk yang mendapat pendanaan dalam pelaksanaannya berikut
alasan yang menyertai, dan instansi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
tersebut.
Metode yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah :
- Inventarisasi dasar hukum (legal baseline) yakni terkait dua hal :
(1) Landasan hukum yang memberikan kewenangan penyusunan ranperda RTRW
dan
(2) Landasan hukum tentang substansi/ muatan materi RTRW Kabupaten
- Telaah dan Studi Dokumen (Legal Baseline) meliputi kegiatan :
(1) Identifikasi konsepsi pengaturan (apa yang boleh dan tidak boleh);
(2) Identifikasi instansi pelaksana;
(3) Evaluasi efektifitas peraturan perundang-undangan yang ada dengan
mempertimbangkan penulisannya yakni : a) Kejelasan pasal dan ayat; b)
Kepastian preskripsi hokum
(4) Evaluasi efektivitas peraturan perundang-undangan yang ada dengan
mempertimbangkan pelaksanaannya : a) Ketersediaan dana pelaksanaan; b)
Kapasitas administrasi; c) penegakan hokum
(5) Identifikasi peraturan perundang-undangan yang paling berpotensi untuk
dapat memecahkan masalah, apabila keefektifannya ditingkatkan atau dibuat
revisi
(6) Identifikasi macam-macam instrumen hukum yang mungkin dapat
memecahkan masalah.

V. TAHAPAN PENULISAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH


Mengacu pada konsepsi pengaturan diatas, model pendekatan pelaksanaan
pekerjaan dirancang dengan berdasar pada prinsip-prinsip dasar penyusunan

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 8


Laporan Pendahuluan

peraturan daerah guna memastikan bahwa produk Perda yang dihasilkan memenuhi
kaidah-kaidah hukum sehingga dapat menjadi produk kebijakan daerah yang dapat
diimplementasikan.
1) Prinsip Dasar Proses Penyusunan Ranperda
Beberapa Prinsip Dasar Penyusunan Ranperda RTRW dijabarkan sebagai berikut:
- Prinsip Dasar Proses Penyusunan Perda RTRW
Transparansi/keterbukaan. Proses yang transparan memberikan kepada
masyarakat: (1) informasi tentang akan ditetapkannya Perda RTRW, dan (2)
peluang bagi masyarakat untuk memberikan masukan dan melakukan
pengawasan terhadap pemerintah.
Partisipasi. Partisipasi untuk mendorong: (1) terciptanya komunikasi publik
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap proses pengambilan
keputusan pemerintah terkait Perda RTRW dan (2) keterbukaan informasi
pemerintah yang lebih baik untuk kemudian menyediakan gagasan baru
dalam memperluas pemahaman komprehensif terhadap Perda RTRW.
Partisipasi ini mengurangi kemungkinan terjadinya konflik dalam menerapkan
RTRW dan mendukung penerapan akuntabilitas, serta mendorong publik
untuk mengamati implementasi Perda RTRW.
Koordinasi dan Keterpaduan. Konsultan pelaksana berupaya untuk
mengotimalkan Koordinasi dan keterpaduan/integrasi antara pemerintah dan
organisasi dalam pemerintah serta menyediakan mekanisme yang
melibatkan instansi lain dalam pengambilan keputusan secara utuh. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir tumpah tindah dan ketidak sesuaian
kebijakan antar sector.
- Prinsip Dasar Perumusan Substansi
Akurasi Ilmiah dan Pertimbangan Sosial-Ekonomi. Setiap peraturan yang
berhubungan dengan tata kelola hendaknya sarat dengan keilmuan di
dalamnya. Akan tetapi, pertimbangan sosial dan ekonomi akan memperkaya
nuansa dan muatan peraturan tersebut dalam upaya pengelolaan wilayah
kabupaten. Suatu peraturan tidak bersifat normatif semata, melainkan juga
harus mencerminkan isu dan permasalahan sebenarnya, berikut strategi
pemecahan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk dapat memastikan
kebutuhan yang sebenarnya dari para pemangku kepentingan, suatu kajian
akademis terhadap peraturan yang tengah dirancang atau ditetapkan perlu
dilakukan, dengan menekankan pertimbangan ilmiah, sosial, dan ekonomi di
dalamnya.
Pendanaan Berkelanjutan. Pendanaan berkelanjutan mengacu pada
pendanaan yang cukup untuk mengimplementasikan perda RTRW.
Kejelasan. Peraturan dapat diterima untuk kemudian dilaksanakan dengan
baik hanya apabila memiliki kejelasan dan dapat dicerna oleh masyarakat.
Kejelasan mengacu pada bagaimana suatu peraturan dirumuskan dan
masyarakat mengerti akan kandungan yang terdapat di dalamnya.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 9


Laporan Pendahuluan

Selain itu, Prinsip yang dijadikan dasar dalam menyusun Ranperda yang
diamanatkan dalam Pasal 5 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, “Dalam membentuk Peraturan Perundang-
undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang baik yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan atau organ
pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan; dapat
dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan; dan
keterbukaan.”
Kejelasan tujuan. Kejelasan tujuan adalah bahwa Pembentukan Peraturan
Daerah harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. kelembagaan atau organ
pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-
undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat Pembentuk Peraturan
Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan
tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembaga/ pejabat yang tidak berwenang.
Kesesuaian antara jenis dan materi muatan. Kesesuaian antara jenis dan
materi muatan adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Daerah harus
benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis
Peraturan Perundang-undangannya.
Dapat dilaksanakan. Dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Daerah harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofi s, yuridis
maupun sosiologis.
Kedayagunaan dan kehasilgunaan. Kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-
benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kejelasan rumusan. Kejelasan rumusan adalah bahwa setiap Peraturan
Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau
terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga
tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
Keterbukaan. Keterbukaan adalah bahwa dalam proses Pembentukan
Peraturan Daerah mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh
lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-
undangan.
Selanjutnya dalam Pasal 6 UU 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dijabarkan juga bahwa materi muatan
peraturan perundangan harus memenuhi asas sebagai berikut, yaitu
pengayoman; kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenusantaraan;
bhineka tunggal ika; keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 10


Laporan Pendahuluan

pemerintahan; ketertiban dan kepastian hukum; dan atau keseimbangan,


keserasian, dan keselarasan.
Pengayoman. Pengayoman adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam
rangka menciptakan ketentraman masyarakat.
Kemanusiaan. Kemanusiaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan
hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional.
Kebangsaan. Kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia
yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan
Republik Indonesia.
“Asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Kenusantaraan.
Kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia
dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan
Peraturan Daerah harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku
dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Keadilan. Keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak
boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
Ketertiban dan kepastian hukum. Ketertiban dan kepastian hukum adalah
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya
kepastian hukum.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan,
antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan
negara

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 11


Laporan Pendahuluan

2) Pertimbangan Penyusunan Ranperda


a. Pertimbangan Proses
Pada tahapan penyusunan Ranperda ini, konsultan pelaksana selain
membuat draft ranperda sebagai bahan awal proses legal drafting bersama
tim kerja juga akan memfasilitasi proses penyusunan ini. Secara umum,
legislative drafting hendaknya dimulai dengan penulisan secara garis besar,
lalu dilanjutkan ke penulisan yang lebih detil atau rinci. Tahapan-tahapan
dasar yang akan dipertimbangkan dalam proses penyusunan ranperda
RTRW ini antara lain :
1. Pembuatan kerangka dasar Ranperda yang berisi a) kerangka tulisan
(outline), atau dengan b) merumuskan tujuan dari Perda yang dibuat, c)
mengidentifikasi tema-tema utama dan ruang lingkup dari Perda yang
baru.
2. Penyempurnaan ruang lingkup Ranperda yang baru, melalui
serangkaian pertemuan dengan para pemangku kepentingan, serta
didukung dengan hasil kerja anggota tim secara individu yang dikerjakan
di antara pertemuan-pertemuan tersebut.
3. Penyusunan matriks isu-isu penting yang mengidentifikasi masalah,
mengusulkan pemecahan masalah, dan tulisan hukum secara singkat
yang berkaitan dengan dua hal tersebut. Selama tim penyusun
mengerjakan dan merevisi konsep rancangan Perda, tim hendaknya juga
mendokumentasikan beberapa isu penting yang terkait, seperti:
- Daftar istilah yang perlu didefinisikan dalam Perda;
- Daftar permasalahan yang perlu dijelaskan dalam penjelasan Perda;
- Daftar permasalahan yang relevan untuk pembuatan peraturan lain di
kemudian hari; dan
- Daftar peraturan perundang-undangan lain yang perlu dimodifikasi
agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Perda yang baru.
4. Sinkronisasi dengan kerangka hukum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih luas. Tim penyusun diharapkan senantiasa
mengingat keterkaitan antara rancangan Perda yang baru dengan
permasalahan yang sedang ditanganinya, dan dengan kerangka hukum
yang lebih luas. Dengan diberlakukannya Perda yang baru, perlu
dipikirkan secara matang peraturan perundang-undangan mana yang
perlu direvisi atau tidak diberlakukan lagi, serta peraturan perundang-
undangan mana yang masih dapat tetap berlaku.
5. Pertemuan konsinyasi berkala perumusan ranperda. Untuk
memastikan bahwa tim penyusun bekerja secara efi sien, pertemuan
konsinyasi secara berkala akan dilakukan agar tim penyusun dapat
berkonsentrasi pada penulisan konsep rancangan Perda, tanpa diganggu
pekerjaan lain. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para pemangku
kepentingan harus terlibat dalam proses penulisan. Idealnya, pemangku

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 12


Laporan Pendahuluan

kepentingan berpartisipasi sebagai anggota tim penyusun. Pemangku


kepentingan yang tidak berperan sebagai anggota tim dapat diundang
untuk berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan khusus, guna
memberikan masukan-masukan mereka. Melibatkan para pemangku
kepentingan dalam proses penulisan akan membantu dalam
membangun basis politik untuk mendukung pemberlakuan Perda yang
baru, dan untuk memperbaiki substansinya. Pelibatan pemangku
kepentingan merupakan salah satu bentuk partisipasi pakar yang berada
di luar pemerintah dalam proses penyusunan, sehingga dapat dilakukan
tinjauan sejawat (peer review). Pelibatan para pakar dapat dilakukan
secara formal atau informal. Bagaimana pun, melibatkan pemangku
kepentingan dalam keseluruhan proses penyusunan merupakan
jembatan antara pembuat Perda dengan publik secara umum.
b. Pertimbangan Substantif
Sistematika peraturan perundang-undangan baru merupakan satu faktor
penting yang harus mencakup prinsip-prinsip penyusunan diatas.
Sistematika penulisan akan berdampak pada kejelasan dan akuntabilitas
kepastian hukum yang dihasilkannya. Secara umum, seluruh peraturan
perundang-undangan di Indonesia mengikut format yang hampir sama,
seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Untuk UU, PP, dan Keppres, perda
terdapat ketentuan khusus mengenai isi, yang diatur oleh UU 10/2004,
sebagai berikut:
- Judul
- Pembukaan
- Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
- Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
- Konsiderans
- Dasar Hukum (legal basis)
- Diktum
- Batang Tubuh
- Ketentuan Umum (defi nisi, ruang lingkup, tujuan, dan seterusnya)
- Materi Pokok yang Diatur (larangan, preskripsi, dan seterusnya.)
- Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
- Ketentuan Peralihan dan Penutup (jika diperlukan)
- Ketentuan Penutup
- Penutup
- Penjelasan (jika diperlukan)
- Lampiran (jika diperlukan)
3) Metode Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RTRW
Draf Raperda RTRW pada dasarnya adalah kerangka awal yang dipersiapkan
untuk mengatasi masalah keruangan yang hendak diselesaikan. Apapun jenis
peraturan daerah yang akan dibentuk, maka rancangan perda tersebut harus
secara jelas mendiskripsikan tentang penataan wewenang (regulation of
authority) bagi lembaga pelaksana (law implementing agency) dan penataan

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 13


Laporan Pendahuluan

perilaku (rule of conduct /rule of behavior) bagi masyarakat yang harus


mematuhinya (rule occupant).
Dalam konteks penyusunan Ranperda, konsultan pelaksana akan
mengembangkan beberapa metodologi standard legal drafting antara lain :
a. Metode ROCCIPI (rule, opportunity, capacity, communication, interest,
process, ideology)
b. Metode RIA (regulatory Impact Analysis); Metode ini meliputi analisa cost
and benefit system. Artinya Pelaksanaan perda dievaluasi sedemikian rupa,
khususnya terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap modal sosial yang
ada. Hasil analisa akan menjelaskan siginifikansi keberhasilan atau kegagalan
penerapan perda dalam m asyarakat.
VI. TAHAPAN PENYELENGGARAAN KONSULTASI PUBLIK
Konsultasi publik merupakan salah satu aspek terpenting dalam proses pembuatan
sebuah Perda baru. Melalui konsultasi publik para pembuat Perda membangun
legitimasi ke dalam Perda tersebut. Interaksi dengan masyarakat merupakan upaya
yang lentur, dan harus diintegrasikan ke dalam proses penulisan rancangan Perda.
Proses konsultasi dan penulisan bersifat interaktif, saling mengisi dan
mempengaruhi.
Idealnya, proses konsultasi publik dilakukan di seluruh wilayah dan menjangkau
seluruh pemangku kepentingan dan seluruh anggota masyarakat yang akan terkena
dampak oleh adanya Perda RTRW. Akan tetapi, hal ini jarang bisa dilakukan secara
ideal. Keterbatasan dukungan logistik, waktu, dana, dan kontrak layanan konsultansi
membatasi terselenggaranya konsultasi publik secara ideal. Oleh karena itu, proses
konsultasi publik diselenggarakan dengan menyeimbangkan luasnya wilayah,
besarnya jumlah pemangku kepentingan, serta ketersediaan sumberdana dan
sumber daya yang ada. Asumsi bahwa RTRW Kabupaten Pangkep Tahun 2006 telah
melewati fase penggalangan aspirasi masyarakat maka konsultasi publik lebih
diarahkan pada stakeholders kunci.
Proses konsultasi publik menghendaki arus informasi dua arah. Pembuat Perda
menyampaikan kepada publik mengenai rancangan Perda yang sedang disusun,
termasuk alasan-alasan, justifikasi, dan potensi dampaknya. Di pihak lain,
masyarakat memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dan memberi umpan balik
kepada pembuat Perda. Pertama, tentu diperlukan penyajian mengenai rancangan
Perda yang baru berikut permasalahan-permasalahan terkait. Pada tahap ini, hasil
peninjauan kembali RTRW dan Ranperda yang telah disusun menjadi acuan dasar.
Kedua, memfasilitasi diskusi kelompok untuk membahas bagian-bagian secara lebih
rinci dan untuk memperoleh masukan dari para peserta. Konsultasi publik
hendaknya tidak hanya merupakan arus informasi satu arah di mana aparat
pemerintah menyampaikan rencana pembuatan rancangan Perda tanpa upaya yang
sungguh-sungguh untuk menggali komentar dan masukan dari para pemangku
kepentingan yang hadir.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 14


Laporan Pendahuluan

Metode dan bentuk kegiatan pada tahapan Konsultasi Publik meliputi :


1. Inventarisasi Bahan-Bahan Konsultasi Publik
Oleh karena konsultasi publik memiliki multitujuan, persiapan bahan-bahan
yang diperlukan menjadi hal yang amat vital. Bahan-bahan yang perlu
dipersiapkan meliputi:
(a) Informasi dasar yang dapat menjelaskan secara umum permasalahan yang
dihadapi dan gambaran mengenai rancangan Perda yang diusulkan;
(b) Dokumen resmi, seperti naskah akademik, draft rancangan Perda, notulensi
pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya. Selain dokumen-dokumen tersebut, diperlukan pula ringkasan dan
sintesis dari notulensi-notulensi pertemuan sebelumnya dalam format yang
mudah untuk dibaca dan dipahami. Paket (hand out) pertemuan sebaiknya
meliputi dokumen legal dan dokumen politis yang mudah dibaca, termasuk
bahan presentasi dan ringkasan-ringkasan pendek.
2. Identifikasi pihak yang perlu berperan serta dalam konsultasi
publik
Pada tahapan ini konsultan pelaksana akan menginventarisir stakeholder terkait
yang dianggap penting dalam konsultasi publik. Stratifikasi pemangku
kepentingan dilakukan untuk melakukan penjenjangan masukan informasi,
tanggapan dan
3. Pelaksanaan Konsultasi Publik akan diagendakan berdasarkan
jenjang stakeholders terkait.
VII. TAHAPAN KOORDINASI INSTANSI TERKAIT DAN REVISI
Hasil-hasil konsultasi public dapat memberikan beberapa perubahan terhadap
kerangka Rancangan Peraturan Daerah yang sudah disusun. Proses pembahasan dan
pemasukan input-input dari segenap stakeholder dari berbagai jenjang menjadi
bagian kegiatan dari tahapan ini.
Untuk memantapkan isi materi Rancangan Peraturan Daerah yang telah dibahas dan
direvisi, perlu dilakukan koordinasi secara berkelanjutan dengan stakeholder,
khusunya instansi terkait yang merupakan bagian dari pelaksana aturan yang akan
disusun. Koordinasi ini, selain bertujuan untuk memantapkan materi Rancangan
Peraturan Daerah juga untuk memastikan bahwa input-input konsultasi public dari
stakeholder / instansi terkait telah diakomodasi dalam Rancangan Peraturan
Daerah.
VIII. TAHAPAN PEMBAHASAN DI DPRD
Pembahasan di DPRD merupakan salah satu bentuk dari dilaksanakannya konsultasi
publik. DPRD selaku wakil rakyat kembali akan melakukan seri konsultasi publik
dengan membuka ruang diskusi dengan berbagai kepentingan yang terlibat, seperti
asosiasi, perguruan tinggi dan masyarakat yang langsung terkena dampak dengan

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 15


Laporan Pendahuluan

diberlakukannya peraturan ini. Pembahasan di DPRD tidak dilakukan oleh DPRD


semata, melainkan bekerja sama dengan kepala daerah, seperti apa yang
diamanatkan dalam UU 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Konsultan pelaksana akan memainkan peran nara-sumber pada proses
legislasi di DPRD mengingat kewenangan pembahasan ranperda ini berada di tangan
legislatif dalam hal ini DPRD dan eksekutif.

IX. TAHAPAN PENGESAHAN RANPERDA


Pengesahan adalah langkah terakhir dalam pembuatan Perda baru, sekaligus
menjadi langkah pertama pelaksanaan perda tersebut. Salah satu faktor penting
keberhasilan pelaksanaan sebuah Perda baru adalah masa transisinya. Masa transisi
ini terkait erat dengan tanggal mulai diberlakukannya Perda baru. Sebuah Perda
baru tidak harus segera diberlakukan setelah disahkan. Sebaiknya ada tenggang
waktu antara disahkannya sebuah Perda dengan tanggal mulai diberlakukannya. Hal
ini dimaksudkan agar lembaga/instansi pemerintah terkait dan masyarakat dapat
melakukan persiapan-persiapan yang memadai untuk pelaksanaan secara efektif.
Persiapan pelaksanaan meliputi pembentukan kesadaran masyarakat tentang
ketentuan-ketentuan hukum yang baru, serta penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan bagi instansi pelaksana dan aparat penegak hukum mengenai ketentuan-
ketentuan spesifi k dari Perda yang baru tersebut.
Pengesahan Ranperda menjadai Perda adalah kewenangan penuh DPRD,
selanjutnya Perda tersebut perlu dilembar daerahkan oleh eksekutif. Pada tahap ini,
konsultan akan berperan sebagai fasilitor dan mediator selama proses penetapan
dalam lembar daerah, baik ditingkat derah maupun di tingkat pusat.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 16


Laporan Pendahuluan

C. ORGANISASI DAN MANAJEMEN


_______________________________________________________________________

1. RENCANA KERJA
Mengacu pada pemahaman tentang konsepsi dasar dan apresiasi terhadap Kerangka
Acuan Kerja (KAK) Paket Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
(RANPERDA) RTRW Kabupaten Pangkajene Kepulauan, pada bagian ini akan diuraikan
tentang pendekatan dan metode yang akan digunakan oleh konsultan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan serta pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan. Pendekatan dan
metodologi ini kemudian diorganisir ke dalam rencana program kerja dan organisasi
serta personil yang terlibat.
I. TAHAPAN PERSIAPAN
Meliputi kegiatan :
1) Perencanaan teknis pelaksanaan pekerjaan terkait penyusunan rencana kerja
dan jadwal pelaksanaan;
2) Inventarisasi bahan-materi peninjauan kembali RTRW dan penyusunan
Ranperda;
3) Koordinasi dan konsultasi awal dengan daerah dan stakeholders terkait :
- Identifikasi dan analisis Stakeholders/Pemangku kepentingan
- Seminar dan Rapat Terbatas
- Focus Group Discussion (FGD) dengan daerah dan stakeholders terkait
- Pembentukan Tim Teknis Daerah Penyusunan Ranperda RTRW
- Koordinasi dan Konsultasi Reguler
II. TAHAPAN SINKRONISASI (EVALUASI) MUATAN DAN MATERI RTRW DENGAN UU
NO. 26 TAHUN 2007 SERTA HIERARKI TATA RUANG DIATASNYA
Meliputi kegiatan :
1) Inventarisasi hierarki tata ruang
2) Review dan Analisa Substantif
3) Review dan Analisa Komposisi
4) Identifikasi Indikasi Perubahan aspek-aspek RTRW (Internal dan Eksternal)
5) Seminar dan Lokakarya Peninjauan Kembali RTRW
III. TAHAPAN IDENTIFIKASI DAN UPDATING DATA INFORMASI
Meliputi kegiatan :
1) Kompilasi data dasar terkait yang sudah ada;
2) Evaluasi data dan penyesuaian dengan kebutuhan metode penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah yang akan digunakan;
3) Pembaharuan data dan informasi sesuai dengan kondisi saat ini;
4) Pengambilan data baru (jika dibutuhkan)

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 17


Laporan Pendahuluan

IV. TAHAPAN IDENTIFIKASI DASAR HUKUM (LEGAL BASELINE)


Meliputi Kegiatan :
1) Inventarisasi dasar hukum (legal baseline)
2) Telaah dan Studi Dokumen (Legal Baseline) meliputi kegiatan :
- Identifikasi konsepsi pengaturan (apa yang boleh dan tidak boleh);
- Identifikasi instansi pelaksana;
- Evaluasi efektifitas peraturan perundang-undangan yang ada dengan
mempertimbangkan penulisannya yakni : a) Kejelasan pasal dan ayat; b)
Kepastian preskripsi hokum
- Evaluasi efektivitas peraturan perundang-undangan yang ada dengan
mempertimbangkan pelaksanaannya : a) Ketersediaan dana pelaksanaan; b)
Kapasitas administrasi; c) penegakan hokum
- Identifikasi peraturan perundang-undangan yang paling berpotensi untuk
dapat memecahkan masalah, apabila keefektifannya ditingkatkan atau dibuat
revisi
- Identifikasi macam-macam instrumen hukum yang mungkin dapat
memecahkan masalah.

V. TAHAPAN PENULISAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH


Meliputi Kegiatan :
1) Pembuatan kerangka dasar Ranperda
2) Penyempurnaan ruang lingkup Ranperda yang baru, melalui serangkaian
pertemuan dengan para pemangku kepentingan,
3) Penyusunan matriks isu-isu penting:
4) Sinkronisasi dengan kerangka hukum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih luas.
5) Pertemuan konsinyasi berkala perumusan dan perancangan ranperda.
VI. TAHAPAN PENYELENGGARAAN KONSULTASI PUBLIK
Meliputi Kegiatan :
1) Inventarisasi Bahan-Bahan Konsultasi Publik
2) Identifikasi pihak yang perlu berperan serta dalam konsultasi publik
3) Pelaksanaan Konsultasi Publik berdasarkan jenjang stakeholders terkait.
VII. TAHAPAN KOORDINASI DAN KONSULTASI INSTANSI TERKAIT
VIII. TAHAPAN PEMBAHASAN DI DPRD
IX. TAHAPAN PENGESAHAN RANPERDA

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 18


Laporan Pendahuluan

2. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


__________________________________________________________________________________________________________________________

TAHAPAN KEGIATAN Bulan Ke - Ket


1 2 3 4 5 6
TAHAPAN PERSIAPAN
1) Perencanaan teknis pelaksanaan pekerjaan
2) Inventarisasi bahan-materi
3) Koordinasi dan konsultasi awal
TAHAPAN SINKRONISASI (EVALUASI) MUATAN DAN MATERI RTRW
1) Inventarisasi hierarki tata ruang
2) Review dan Analisa Substantif
3) Review dan Analisa Komposisi
4) Identifikasi Indikasi Perubahan aspek-aspek RTRW
5) Seminar dan Lokakarya Peninjauan Kembali RTRW
TAHAPAN IDENTIFIKASI DAN UPDATING DATA INFORMASI
1) Kompilasi data dasar terkait yang sudah ada;
2) Evaluasi data dan penyesuaian
3) Pembaharuan data dan informasi
4) Pengambilan data baru (jika dibutuhkan)

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 19


Laporan Pendahuluan

TAHAPAN KEGIATAN Bulan Ke - Ket


1 2 3 4 5 6
TAHAPAN IDENTIFIKASI DASAR HUKUM (LEGAL BASELINE)
1) Inventarisasi dasar hukum (legal baseline)
2) Telaah dan Studi Dokumen (Legal Baseline) meliputi kegiatan :
TAHAPAN PENULISAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH
1) Pembuatan kerangka dasar Ranperda
2) Penyempurnaan ruang lingkup Ranperda
3) Penyusunan matriks isu-isu penting:
4) Sinkronisasi dengan kerangka hukum
5) Pertemuan konsinyasi berkala
TAHAPAN PENYELENGGARAAN KONSULTASI PUBLIK
1) Inventarisasi Bahan-Bahan Konsultasi Publik
2) Identifikasi pihak yang perlu berperan serta
3) Pelaksanaan Konsultasi Publik
TAHAPAN KOORDINASI DAN KONSULTASI INSTANSI TERKAIT
TAHAPAN PEMBAHASAN DI DPRD
TAHAPAN PENGESAHAN RANPERDA

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 20


Laporan Pendahuluan

3. SUMBERDAYA MANUSIA
_______________________________________________________________________

Dalam pelaksanaan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kabupaten


Pangkep diberikan layanan keahlian sebagai berikut :
1) Tenaga Ahli Planologi
2) Tenaga Ahli Hukum
3) Tenaga Ahli Institusi/ Kelembagaan
4) Tenaga Ahli Ekonomi
5) Tenaga Ahli Sosial
6) Tenaga Ahli Teknik Lingkungan
7) Tenaga Ahli Prasarana Wilayah
8) Tenaga Ahli GIS

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 20


Laporan Pendahuluan

4. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


_______________________________________________________________________

Nama Bulan Ke Jumlah


Posisi
Perusahaan 1 2 3 4 5 6 OB

Tenaga Ahli
Planologi (TL) 6
Hukum 6
Institusi/ 6
Kelembagaan
Ekonomi 6
Sosial 6
Teknik Lingkungan 6
Prasarana Wilayah 6
GIS 6
Tenaga Pendukung
Asisten Ahli 6
Administrasi 6
Operator Komputer 6
6

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 21


Laporan Pendahuluan

5. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


_______________________________________________________________________

Struktur organisasi Team Konsultan dan hubungannya dengan Stakeholder kunci


disajikan pada Gambar Berikut :

Bupati

Direktur Dinas Tata


Perusahaan Ruang &
Wasbang

Team Leader
PL
Tim Teknis

Huk Ins Ek Sos TL PW GIS


KPA

Asisten TA dan Staf Pendukung

PL = Ahli Planologi TL = Ahli Teknik Lingkungan

Ins = Ahli Institusi/kelembagaan PW= Ahli Prasarana Wilayah

Ek = Ahli Ekonomi Gis = Ahli Geographic Information System

Sos = Ahli Sosial ekonomi Masyarakat

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 22


Laporan Pendahuluan

6. STAFF PENDUKUNG
_______________________________________________________________________

Staf Pendukung yang dipersiapkan untuk membantu pelaksanaan pekerjaan terdiri dari :
1) Sekretaris
2) Juru Gambar (Drafter)
3) Operator Komputer

Selain Staf pendukung tersebut, Konsultan juga akan menyediakan dan memanfaatkan
staf kantor untuk membantu pelaksanaan pekerjaan, terutama dalam hal management
dan kebutuhan-kebutuhan office supply lainnya.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 23


Laporan Pendahuluan

D. PENUTUP
_______________________________________________________________________

Demikian Laporan pendahuluan ini dibuat sebagai gambaran tahapan program kerja
bagi pihak pemberi pekerjaan dan acuan bekerja bagi konsultan pelaksana dalam
pelaksanaan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten
Pangkep.

Makassar, Mei 2008

Direktur Utama

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. 24


Laporan Pendahuluan

DAFTAR ISI
_______________________________________________________________________

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 1

A. PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

2. TUJUAN.................................................................................................................2

3. SASARAN...............................................................................................................2

B. PENDEKATAN DAN METODOLOGI..............................................................................3

1. PENDEKATAN........................................................................................................3

2. METODOLOGI........................................................................................................5

C. ORGANISASI DAN MANAJEMEN...............................................................................16

1. RENCANA KERJA..................................................................................................16

2. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN...................................................................18

3. SUMBERDAYA MANUSIA.....................................................................................20

4. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI...................................................................21

5. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN.............................................................22

6. STAFF PENDUKUNG.............................................................................................23

D. PENUTUP..................................................................................................................24

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW Kabupaten Pangkep Hal. i

Anda mungkin juga menyukai