Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Abrupsio plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta


yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20
minggu atau lebih. Sinonimnya adalah perdarahan asidental, ablasio plasentae, dan apopleksi.
(Benzion Taber, 1994 : 330).
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas
22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desibua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. (Sarwono, 2006 :
166).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta yang normal
implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Unpad, 1984 : 120).
Solusio plasenta ialah terlepasnya palsenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat terjadi setiap saat
dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, mungkin akan dibuat diagnosis
abortus imminens.
1.2

Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas seluruhnya : Solusio plasenta totalis, atau sebagian : Solusio
plasenta parsialis, atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptura sinus
marginalis. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundupkan ke luar di
bawah selaput ketuban yaitu pada Solusio plasenta dengan perdarah keluar, atau tersembunyi di
belakang plasenta yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya,
atau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.
1.3

Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan. Di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusuma antara tahun 1968-1971 Solusio plasenta terjadipada kira-kira 2,1% dari seluruh
persalinan, yang terdiri dari 14% Solusio plasenta sedang, dan 86% Solusio plasenta berat. Solusio
plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah
sakit, atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian
penderita maupun dokternya. (Sarwono, 2005 : 377).
1.4

Etiologi
Sebab-sebab terjadinya :
a. Trauma langsung abdomen
b. Hipertensi ibu hamil
c. Umbilikus pendek atau lilitan tali pusat
d. Tekanan pada vena cava inferior
e. Pada pre-eklampsia-eklampsia
f. Saat melakukan versi luar
g. Saat memecahkan ketuban :

Hamil biasa

Pada hidramnion

Setelah persalinan anak pertama hamil ganda


(Manuaba, 2001 : 449)
-

Disamping itu ada pengaruh :


Umur lanjut

Multiparitas
Defisiensi ac. Falicum
(Unpad, 19984 : 123).
Patologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya
pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang ada pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.
Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagaian dan akhirnya dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah
selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban, atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal
ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya.
Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran
darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan
sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan
gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria
akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat
nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila
sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat
janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib
janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin hebat
umumnya komplikasinya (Sarwono, 2005 : 379).
1.5

1.6
Gambaran Klinik
1.6.1 Solusio plasenta ringan
Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit,
atau terus-menerus agak tegang. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah teraba.
Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus-menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi
karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan solusio
plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda
dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan
demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
1.6.2

Solusio plasenta sedang

Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai dua
pertiga permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh
perdarahannya mungkin telah mencapai 1000 ml. ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian
pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus
dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi
jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda
persalinan biasanya tekah ada, dan persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada
solusio plasenta berat.
1.6.3

Solusio plasenta berat


Plasenta telah terlepas lebih dari dua permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya
ibu telah jatuh ke dalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti
papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya, malahan
perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal
(Sarwono, 2005 : 380-381)
Urinalisis biasanya normal. Proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan preeklampsia.
Golongan darah dan rhesus, darah harus dicocoksilang (cross-matched) untuk tujuan transfusi
apabila diindikasikan.

1.7
Diagnosis
Nyeri
Kontraksi persalinan sering ada sebagai nyeri kontinu; uterus tetanik
2. Pendarahan per vaginam
Jarang ada dalam kasus berat
Pendarahan eksternal bervariasi
3. Bunyi jantung janin berfluktuasi
Hampir selalu melebihi batas-batas normal, umumnya tak ada pada kasus berat
4. Syok
Nadi lemah, cepat, tekanan darah rendah
Pucat, berkeringat dingin, ekstremitas dingin, kuku biru
Jarang syok tak ada pada kasus berat !
1.8
Diagnosis Banding
Diagnosis banding meliputi plasenta previa, bloody show, vasa previa, dan lesi servikal.
Abrupsio plasenta berat harus dibedakan dari ruptur uterus dan kehamilan abdominal yang
disertai dengan perdarahan intraabdomen. Kondisi-kondisi yang sangat jarang di mana gejalanya
menyerupai pelepasan plasenta adalah hemanginoma yang mengalami ruptur, ruptur vena uteri,
ruptur hepatik, ruptur arteri lienalis dan krisis sickle cell.
1.

Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan
implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit
terhadap
ibu dan janin.
Gambaran klinik solusio plasenta
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas :
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
- Perdarahan dengan rasa sakit.
- Perut terasa tegang.
- Gerak janin kurang.
- Palpasi bagian janin sulit diraba.
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.

PERBEDAAN PLASENTA PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA

No

Perbedaan

Plasenta previa

Solusio plasenta

1.

Nyeri & perdarahan

2.
3.

Warna darah
Keadaan umum

4.
5.

Uterus
Letak janin

6.

Perabaan fornises

Perdarahan mendadak Nyeri mendadak di


tanpa nyeri
daerah uterus
Merah segar
Merah tua kehitaman
Sesuai dengan
Lebih buruk dari
perdarahan yang
perdarahan
yang
terlihat
terlihat
Lemas
Tegang dan nyeri
Biasanya ada kelainan Biasanya normal
letak
Lunak
Keras

1.9
Faktor-Faktor Predisposisi
Meliputi hipertensi (40 50% pasien dengan abrupsio plasenta berat sudah cukup untuk membunuh
janin yang kaitannya dengan hipertensi), multiparitas, abrupsio sebelumnya (insiden rekurensi ratarata 10%) dan trauma.

a.

b.

c.

d.

1.11

1.10
Komplikasi
Pendarahan karena :
Couvelaire uteri.
Atonia uteri.
Pendarahan pascapartus.
Gangguan pembekuan darah :
Intravaskuler koagulasi.
Fibrinogen berkurang.
Gangguan alat vital :
Kegagalan ginjal akut.
Dekompensasio kordis.
Sesak napas-emboli paru.
Oliguria.
Kematian ibu karena :
Pendarahan yang tidak dapat diatasi.
Dekompensasi kordis.
Mudah terjadi infeksi.
Kegagalan ginjal.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
pendarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklampsia, tersembunyi tidaknya pendarahannya, dan jarak waktu antara terjadinya solusio
plasenta sampai pengosongan uterus.
Prognosis janin pada solusio plasenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada solusio
plasenta ringan dan sedang kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari

dinding uterus dan tuanya kehamilan. Pendarahan yang lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan
kematian janin. Pada kasus solusio plasenta tertentu seksio sesarea dapat mengurangi angka
kematian janin. Sebagaimana pada setiap kasus pendarahan, persediaan darah secukupnya akan
sangat membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.

3. Solusio plasenta berat


a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu.
- Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
- Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai
dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis.
- Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa
sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
- Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan
atonia uteri
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1. Anamnese
a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri.
b. Terjadi spontan atau karena trauma.
c. Perut terasa nyeri.
d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan fisik khusus
- Palpasi abdomen
- Auskultasi
- Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan penunjang
Penanganan solusio plasenta
1. Solusi plasenta ringan
- Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
- Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif.
- Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang
masih baik dilakukan seksio sesarea.
- Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
rawat inap.
2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderitanya. Tatalaksananya adalah :
- Pemasangan infus dan transfusi darah
- Memecahkan ketuban
- Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan
solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
mencukupi.
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta

Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan


pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau
kematian ibu maupun perinatal.
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama
adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan
pertolongan darurat :
- Pemasangan infus
- Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
- Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.
- Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat.
- Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan
pertolongan pertama.

Anda mungkin juga menyukai