Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama Penderita : Ny. M N


Alamat :Keboan anom 3/3 Gedangan
Umur/tanggal lahir : 37 tahun/ 13-04-1978
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Menikah
No. rekam medis : 0631979
Tanggal MRS : 03-01-2016
Tanggal KRS :-

2. Anamnesis
A. Keluhan Utama : diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang : - diare sejak tanggal kemarin (2-1-2016)
- 12 kali,
- cair (+)
- ampas (+)
- lendir (-) darah (-)
- mual (-) muntah (+)
- perut mules (+)
- badan lemas (+)
- gemetar (+)
- selera makan dan minum menurun
- pusing (+)
C. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak terdapat riwayat hipertensi, tidak
terdapat riwayat diabetes mellitus
D. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
E. Riwayat penggunaan obat : tidak ada
F. Riwayat alergi : tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik
2

1. Keadaan Umum : lemas


2. Kesadaran : compos mentis
3. GCS : 456
4. BB/TB : 56kg/-
5. A/I/C/D : -/-/-/-
6. Vital sign
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,7 C
RR : 18 kali/menit
7. Tho : cor / S1 S2 TR
Pulmo : ves +/+ Rh (-/-) Wh (-/-)
Abd :BU (+) nyeri perut kanan atas
Ekstremitas : tungkai simetris, odem (-)

4. Pemeriksaan penunjang (lab):


WBC: 10,46
RBC: 4,91
HB: 12,6
HCT: 38,2
PLT: 329
GDS: 159

5. Diagnosis : gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang


6. Planning
Inf. RL 20 tpm
Inf. Ranitidin 2x1
Inf. Antrain 3x1
Inf. Ondansetron 3x4mg
Po: Pularex 3xII tab (bila diare)
Sucralfat: 3xCII
3

BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai
dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare. Gastroenteritis adalah
radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa disertai
muntah.
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga
cair dan terjadi berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari). Gastroenteritis adalah
kaadan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami defekasi
sering dengan feses cair atau feses tidak berbentuk. Diare yaitu defekasi encer
lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari
tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan
volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari. Diare adalah buang air
besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair atau setengah
padat), kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air encer
lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disretai lendir dan
darah.

Etiologi
1. Faktor infeksi
4

a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter,


Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas
Hominis).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.

Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis adalah
dehidrasi yang disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan
mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat
diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan
c. Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler.
Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh
kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon
pertumbuhan. Gejalanya antara lain:
5

a. Lemas
b. Apatis
c. Peka rangsang
d. Tremor
e. Berkeringat
f. Pucat
g. Syok
h. Kejang sampai lama
Gangguan gizi disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah berat
b. Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu
encer diberikan terlalu lama
c. Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena hiperperistaltik
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan
perdarahan dalam otak.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam
lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati
atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas jari
(duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane
bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan atau air terganggu terjadilah
hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat
diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui proses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
6

Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon


adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga
terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.

Manifestasi Klinis
Gejala awal :
a. Anak menjadi cengeng
b. Gelisah
c. Suhu badan meningkat
d. Nafsu makan menurun atau tidak ada
e. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala lain :
a. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
b. Gejala dehidrasi
c. Berat badan menurun
d. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
e. Tonus dan turgor kulit berkurang
f. Selaput lendir dan bibir kering
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor
dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak
berkurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit,
pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus
kurang sekali, mulut kering dan sianosis.

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Pemeriksaan feses
7

Pemeriksaan feses, baik makroskopik maupun mikroskopik harus


dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
o Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna
tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
o Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit, dan bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1. Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk
membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
2. Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
3. Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
c. Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
d. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada
setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan colon fibrescope
maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
e. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan radiologi.

Komplikasi
a. Cardiac Dysritmia
b. Asidosis metabolic
c. Dehidrasi
d. Hipotensi
e. Kematian
f. Kontraksi ventrikel premature

Penatalaksanaan
Indikasi rawat inap:
Dehidrasi sedang-berat
Vomitus persisten
Diare yang progresif dan makin berat dalam 48 jam
Lansia dan geriatrik
Pasien imunokompromais
Diare akut disertai komplikasi
8

Terapi untuk GEA merupakan terapi untuk diare akut sebagai manifestasinya.
Terapi diare akut terdiri atas:
1. Rehidrasi
2. Nutrisi
3. Terapi simtomatik
4. Terapi terhadap etiologi
Terapi Cairan dan Elektrolit
Semua pasien yang mengalami diare membutuhkan evaluasi medik, terapi
cairan dan elektroli harus menjadi bagian dari penanganan. Terapi ini merupakan
yang paling penting untuk mencegah atau menghindari dehidrasi. Cairan elektrolit
mengandung Na 60-90 mEq/L, K 20 mEq/L, Cl 80 mEq/L, Sitrat 30 mEq/L, dan
glukosa 20 g/L.
Diet yang tepat harus dibeikan sebagai pengganti energi yang terbuat dan
memfasilitasi perbaruan enterosit. Pemberian susu dihindari untuk menghindari
lebih parahnya diare karena intoleransi laktosa.
Terapi Non Spesifik
Obat yang digunakan pada terapi ini digunakan untuk mengatasi
simptomatik diare, tidak mengatasi penyebab diare.
Obat antimotilitas seperti Loperamide merupakan pilihan untuk diare pada
dewasa (4-6mg/ hari). Loperamide menghambat peristaltik usus.
Loperamide tidak dapat digunakan pada inflamatory diarrhea.
Obat anti sekresi seperti Bismuth subsalisilat digunakan untuk pasien yang
mengalami diare dengan keluhan mual dan muntah
Penggunaan adsorben seperti Kaolin-Pectin, Karbon aktif, dan Attapulgite
terbukti kurang kuat untuk mengatasi diare akut pada dewasa.
Terapi Antimikroba
Antimikroba digunakan untuk membunuh kuman yang telah dibuktikan dari
sampel feses.
1. Kolera
Terapi pilihan pertama: Doxycycline 300mg sekali atau Tetrasiklin 500 mg
sekali sehari selama 3 hari
Alternatif dapat digunakan Azithromycin atau Ciprofloxacin
2. Shigellosis
9

Terapi pilihan pertama Ciprofloxacin 500mg 2dd1 selama 3 hari. Alternatif


dapat digunakan Pivmecillinam 400mg 4dd1 selama 5 hari.
3. Amoebiasis
Metronidazole 750mg 3dd1 selama 5 hari, dapat diperpanjang selama 10
hari bila parah.
4. Giardiasis
Metronidazole 250mg 3dd1 selama 5 hari
5. Campylobacter
Digunakan Azithromycin

Prognosis
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.
10

Daftar Pustaka

Farthing, M. 2008. World Gastroenterology Organisation Practice Guideline:


Acute Diarrhea. World Gastroenterology Organisation

Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai


Penerbit UI, 2000.

Kapita Selekta Kedokteran Ed. 4. 2014. Jakarta: Media Aesculapius.

Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill


Companies

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai