Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama Penderita : Ny. M


Alamat :Wunut, Porong RT 66 / RW 01
Umur/tanggal lahir : 37 tahun/ 16-05-1978
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Menikah
Tinggal bersama : Suami dan anak
Lama menikah : Suami 1: 4 tahun
Suami 2: 13 tahun
No. rekam medis : 1762746
Tanggal MRS : 28-12-2015
Tanggal KRS :-

2. Anamnesa
A. Keluhan Utama : keluar darah berwarna hitam dan merah
sejak tgl 27-12-2015 pukul 18.00
B. Riwayat Penyakit Sekarang : Ny. M mengatakan mengalami perdarahan
seperti menstruasi dengan darah berwarna hitam-merah sejak tanggal 27-12-
2015 pukul 18.00. pasien juga mengatakan sedang hamil 2 bulan.
Didapatkan nyeri perut.
C. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak terdapat riwayat hipertensi, tidak
terdapat riwayat diabetes mellitus
D. Riwayat menstruasi :
Menarche : 12 tahun, teratur, lamanya 7 hari
Siklus : 28 hari
2

Nyeri : ya, sebelum menstruasi


Menopause : belum
HPHT : 18-10-2015
E. Riwayat Perkawinan:
Kawin 1. Umur: 17 tahun
Kawin 2. Umur: 24 tahun
F. Riwayat kehamilan/persalinan:
G3P22
Anak 1: dari suami ke 1, umur kehamilan 9 bulan, persalinan normal di
bidan, BB 3,5kg, perempuan, asi: 10 bulan, usia sekarang 17 tahun
Anak 2: dari suami ke 2, umur kehamilan 9 bulan, persalinan normal di
bidan, BB 4kg, laki-laki, asi: 3 bulan, usia sekarang 8 tahun
G. Riwayat penyakit keluarga :-
H. Riwayat gynekologi :-
I. Riwayat KB : suntik 1 bulan, lama: 5 tahun

3. Pemeriksaan Fisik

A. Status General

1. Keadaan Umum : lemas


2. Kesadaran : compos mentis (456)
3. BB/TB : 56kg/-
4. A/I/C/D : -/-/-/-
5. Vital sign
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 83 kali/menit
Suhu : 36 C
RR : 18 kali/menit
6. Mata : dbn
Dada : mamae simetris, areola hiperpigmentasi
Axylla : puting susu menonjol
Ekstremitas : tungkai simetris
Sistem kardio : dbn

B. pemeriksaan khusus dan nifas


3

1. Obstetric abdomen :-
2. Gynekologi anogenital :
Pemeriksaan dalam
Vulva :fluxus +, fluor -
Vagina : fluxus +, fluor -
Portio :tertutup, licin
CU :antefleksi
Adnexa kiri :massa -, nyeri -
Adnexa kanan: massa -, nyeri -
CD : t.a.k
Inspeculo :-
RT :-
4. Diagnosis :
Diagnosis ginekologis: Abortus inkomplit
Penyakit penyerta: -
5. Planning
Ginekologis:
- KIE (menganjurkan istirahat cukup dan menjaga personal hygine)
- Informed consent pro dilatasi dan kuretase PA
4

BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut, terminologi umum
untuk masalah ini adalah keguguran seperti abortus imminens, insipiens, komplit,
inkomplit, dan missed abortion. Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang
terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses
kehamilan, terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau
abortus provokatus.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.

Etiologi
Abortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak faktor penyebab
terjadinya abortus spontan.
Penyebab abortus spontan:
a. Faktor genetik
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus
spontan adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid
2. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
3. Sindrom Ehlers Danlos
5

Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh


sehingga mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus
spontan)
b. Faktor hormonal
1. Defisiensi luetal
2. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 50%
3. Ibu hamil menderita penyakit hormonal. Seperi diabetes
mellitus dan gangguan kelenjar tyroid
c. Kelainan anatomi uterus
1. Sub mukosa mioma uteri
2. Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang
berat, terdapat polip uteri
3. Serviks inkompeten
d. Faktor infeksi genitalia interna
1. Toxoplasmosis
2. Sitomegalovirus
3. Rubela
4. Herpes simpleks
5. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma
hominis
e. Intoksikasi agen eksternal
1. Intoksikasi bahan anestesi
2. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)
f. Postur ibu hamil
1. Kurus, BB kurang dari 40 kg
2. Gemuk, BB diatas 80 kg

g. Faktor paternal
1. Hiperspermatozoa, jumlah sperma lebih dari 250 juta
2. Oligospermatozoa, jumlah sperma kurang dari 20 juta
3. Prinsipnya kekurangan DNA
h. Faktor imunologis
1. Faktor alloimmune
Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang
mengadakan implantasi
Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi,
akan berlangsung abortus

Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
6

konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing


dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang
mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose,
dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka
ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis
seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama.

Tanda dan Gejala Abortus Incomplet


a. Amenorea, sakit perut dan mulas-mulas
7

b. Perdarahan yang bisa sedikit / banyak dan biasanya berupa stalsel (darah
beku)
c. Sudah ada keluar fetus / jaringan
d. Pada abortus yang sudah lama terjadi / pada abortus provokatus yang
dilakukan
e. Orang yang tidak ahli sering terjadi infeksi.
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
a. Kanalis servikalis terbuka
b. Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis.
c. Kanalis servikalis ditutup oleh perdarahan berlangsung terus.
d. Dengan pemeriksaan sande perdarajan bertambah.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :
1. Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang.

Diagnosa dan Prognosa


Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,
sering terdapat pula terasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan
ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan
banyaknya perdarahan, pembukaan servik dan adanya jaringan dalam kavum uteri
atau vagina.
8

Dugaan abortus diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut :


a. Terdapat keterlambatan datang bulan
b. Terjadi perdarahan
c. Disertai sakit perut
d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
e. Pemeriksaan tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi
a. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan
b. Pemeriksaan fundus uteri :
1. Tinggi dan besarnya fundus tetap dan sesuai usia kehamilan
2. Tinggi dan besarnya sudah mengecil
3. Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis
Pemeriksaan dalam :
a. Servik uteri masih tertutup
b. Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi
dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
c. Besarnya rahim atau uterus mengecil
d. Konsistensinya lunak.
Sebagai kemungkinan diagnosis lain harus dipikirkan yaitu kehamilan
ektopik yang terganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan pada servik.
Untuk penegakan diagnose disesuaikan dengan gejala klinis masing masing
abortus. Sedangkan untuk prognosa abortus juga tergantung pada jenis abortus
dan kondisi pasien.

Penatalaksanaan
Penanganan umum :
a. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
b. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)
c. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk kerumah sakit.
1. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan
hebat segera atasi komplikasi tersebut
2. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan
tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam
fisiologis atau Ringer
d. Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)
1. Bila terdapat tanda tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai
2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
9

3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan


perkembangan lanjut.

Abortus inkomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan
NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan
transfuse darah
b. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
c. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular
untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
d. Perhatikan adanya tanda tanda infeksi
e. Bila tak ada tanda tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
f. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8
jam
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol 400 mg
per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
10

c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta.

Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

PPKC. 2002. Pelatihan manajemen asuhan kebidanan. Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka.
11

Anda mungkin juga menyukai