Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

a. Anatomi
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia
prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh darah besar,
dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua pertiga sampai
tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan
belakang kelenjar tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin
trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea sehingga
pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat
ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan
dengan kelenjar tyroid atau tidak (Djokomoeljanto, 2001).
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a. Karotis
Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia). Setiap folikel lymfoid diselubungi
oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus
perifolikular (Djokomoeljanto, 2001).
Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang
kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl. Pretrakhealis dan nl.
Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke
duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran keganasan
(Djokomoeljanto, 2001).
b. Fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem
pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton &
Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya
kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan
sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal
terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan
kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel
atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut
sistem endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan
total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira
40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat
dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100
persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan
maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338).
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir
semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi
memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat
metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung
Merangsang pembentukan sel darah merah
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

c. Histologi
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Secara mikroskopis terdiri atas
banyak folikel yang berbentuk bundar dengan diameter antara 50-500 m. Dinding folikel
terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan
basisnya menghadap ke arah membran basalis. Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40
buah untuk membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry. Setiap folikel
berisi cairan pekat, koloid sebagian besar terdiri atas protein, khususnya protein tyroglobulin
(BM 650.000) (Djokomoeljanto, 2001)

d. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat.
Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan
salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-
otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
e. Jenis-jenis Penyakit yang Berhubungan
1. Graves Disease
2. Struma Multi Nodusa Toxic
3. Adenoma Toxic
4. Tumor tiroid

f. Gejala Klinis
1. Graves Disease
a. Adanya pembesaran tiroid yang dapat menyebabkan leher terlihat bengkak
b. Intoleransi panas. Pasien cenderung merasa lebih panas daripada lingkungan
yang sebenarnya. Ini dapat disertai dengan keringat berlebihan
c. Palpitasi dan peningkatan denyut jantung
d. Gatal
e. Penurunan berat badan. Ini sering disertai dengan peningkatan nafsu makan.
f. Peningkatan bising usus
g. Adanya tremor
h. Cepat lelah dan lemah
i. Kecemasan
j. Menstruasi tidak lancar
k. Penglihatan kabur
l. Diare
m. Kurangnya konsentrasi dan ketidakmampuan untuk fokus
(Mandal Anaya)

2. Struma Multi Nodusa Toxic


a. Konsistensi keras
b. Permukaan berlobulus dengan nodulus tunggal atau ganda
c. Bisa ditemukan daerah kistik, hemoragik, dan fibrosis

3. Adenoma Toxic
a. Adanya benjolan di leher
b. Tidak terdapat gangguan mata
c. Penurunan berat badan tanpa program diet
d. Anoreksia
e. Dyspnea atau palpitasi
f. Tremor
g. Komplikasi kardiovaskuler yang teradi pada penderita yang lama dan
penderita gagal jantung kongestif.
(Davis Anu dkk. 2013)

4. Tumor tiroid
a. Jarang memberikan gejala , kecuali pada fungsional adenoma berupa
hipertiroidisme
b. Jika besar dapat menimbulkan gejala penekanan berupa gangguan menelan
dan perubahan suara
c. Pada kurang dari 10% kasus dapat mengalami degenerasi maligna

g. Pemeriksaan Fisik Penyakit


1. Graves Disease
Hipertiroidisme penyakit Graves menyebabkan berbagai gejala. Diagnosis
Graves dapat ditegakkan apabila didapatkan hipertiroid yang disertai
exopthalmus. Tanda lainnya yang merupakan diagnosis penyakit Graves adalah
pretibial myxedema, gangguan kulit yang langka dengan tingkat terjadinya 1-
4% , yang menyebabkan kental, kulit kemerahan pada kaki bagian bawah. Jenis
gondok (pembesaran kelenjar tiroid) yaitu dari jenis difus (yaitu, menyebar ke
seluruh kelenjar). Fenomena ini juga terjadi dengan penyebab lain dari
hipertiroidisme, meskipun penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari
gondok menyebar. Sebuah gondok besar akan terlihat oleh mata telanjang, tapi
gondok yang lebih kecil mungkin hanya diketahui dengan pemeriksaan fisik.
Pada kesempatan itu, gondok tidak terdeteksi secara klinis tetapi dapat dilihat
hanya dengan CT atau pemeriksaan USG tiroid.

2. Struma Multi Nodusa Toxic


Terdapat pelebaran, fisura palpebral, takikardia, hiperkinesis, banyak
berkeringat, kulit lembab, tremor, dan kelemahan otot proksimal. Pembesaran
kelenjar thyroid bervariasi. Nodul yang dominan ataupun multiple irregular
dengan variasi ukuran biasanya dijumpai. Kelenjar yang kecil dengan multinodul
hanya bisa dijumpai dengan USG. Suara serak dan deviasi trakea bisa dijumpai
pada pemeriksaan. Obstruksi mekanis bisa menyebabkan terjadinya superior vena
cava syndrome berupa penekanan vena di leher dan kepala sehingga
menghasilkan Pemberton sign. Stigmata Grave disease seperti eksoftalmus,
pretibial myedema tidak dijumpai.

3. Adenoma Toxic
Suatu benjolan pada kelenjar tiroid (adenoma) bisa mengeluarkan lebih
banyak hormon, sehingga dinamakan toxic (beracun). Bedanya dengan Graves
adalah, disini tidak ada gangguan mata dan pembesaran lehernya tidak sama.
( Tandra Hans 2011).

4. Tumor Tiroid
a. Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi yang bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung
kepada jenis patologi anatominya.
b. Perlu diketahui ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
c. Perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang, klavikula,
sternum, dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu paru-paru, hati dan
otak.

h. Pemeriksaan Penunjang Penyakit


1. Graves Disease
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan T3 dan T4, Tirotropin
Receptor Assay (TSIs), kadar antibodi terhadap kolagen XIII menunjukan
Grave Oftalmofati yang sedang aktif.
b. Pemeriksaan radiologi meliputi : foto polos leher, CT scan, USG, Radio
Active Iodine (RAI), MRI, radiografi nuklir.

2. Struma Multi Nodusa Toxic


a. Pemeriksaan laboratorium meliputi: Tes fungsi tiroid, hipertiroid subklinis.
b. Pemeriksaan pencitraan meliputi: nuclear scintigrafi, ultrasonografi
c. Pencitraan lainnya: CT scan

3. Adenoma Toxic
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan T3 dan T4, Tes-tes mengenai
konsentrasi dan ikatan dari hormone-hormon tiroid dalam darah, fungsi tiroid
b. Pemeriksaan radiologi: USG, CT scan

4. Tumor Tiroid
a. Pemeriksaan laboratorium: Human Thyroglobulin, pemeriksaan kadar FT4 dan
TSHS untuk menilai fungsi tiroid, kadar kalsitonin hanya untuk pasien yang
dicurigai karsinoma meduler.
b. Pemeriksaan radiologi: sofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-
tanda adanya infiltrasi ke esophagus, USG
c. Pemeriksaan sidik tiroid
d. Pemeriksaan sitologi BAJAH
e. Pemeriksaan histopatologi

Anda mungkin juga menyukai