Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
pasien Tuberkulosis paru, berjenis kelamin perempuan dan berusia Paitah 57
tahun, dimana pasien merupakan salah satu dari pasienTuberkulosis paru yang
berada di wilayah Puskesmas Manduro, Kabupaten Mojokerto beserta berbagai
permasalahan yang dihadapi. Mengingat terdapatnya kasus ini di daerah
Puskesmas Manduro Kabupaten Mojokerto, maka perlu di cermati mengenai
permasalahan timbulnya Tuberkulosis paru. Permasalahan ini seperti masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis terutama masalah gejala
awal dan pengobatan penyakit Tuberkulosis tersebut. Oleh karena itu penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian
bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
3. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien?

1.3TUJUAN
Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi
pasien dengan penyakit yang diderita pasien.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima
pasien dengan penyakit yang diderita pasien.
c. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien.

1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang ditetapkan
puskesmas.
b. Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga
melalui APGAR.
c. Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui
SCREEM.
d. Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien melalui
Genogram.
e. Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan.
f. Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai dengan
penyakitnya.
g. Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi, dsb).

4. MANFAAT
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
Adapun manfaat home visit ini bagi pasien dan keluarganya adalah sebagai
pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit yang di derita
pasien serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi, pelayanan kesehatan,
perilaku pasien dan faktor lingkungan.
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Adapun manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai
sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap penyakit
Tuberkulosis Paru.
3. Manfaat bagi Puskesmas
Adapun manfaat home visit ini bagi puskesmas adalah sebagai pengetahuan
dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan terhadap penyakit
Tuberkulosis serta pencegahannya.

2
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. P
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Alamat : Desa Watesnegoro
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 26 Oktober 2017

2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :Batuk lama.

Riwayat Penyakit Sekarang : Batuk dikeluhkan pasien kurang


lebih 5 bulan dan kambuh-kambuhan. Pasien mulai merasa sering batuk-
batuk, batuk ngekel dan kadang berdahak, dahak tidak kental dan tidak
pernah disertai bercak darah dan tidak sesak. Pasien sering ke puskesmas
hampir tiap minggu karena gejala yanag dialami, pada awalnya pasien
mengatakan jika pasien alergi terhadap dingin, ternyata gejala yang
dikeluhkan makin hari bertambah berat. Hampir setiap hari pasien batuk dan
keluhannya tidak berkurang. Pasien juga mengeluh nyeri di seluruh tubuh
karena sering lelah akhir-akhir ini. Pada malam hari kadang pasien mengeluh
timbul keringat dingin, nafsu makan juga dirasakan menurun dan berat badan
dirasakan makin hari makin turun nafsu makan menurun, dan berat badan
dirasakan turun terus. Penderita juga merasakan badannya lemas, dan kadang
mengeluhkan pusing. Penderita tidak mengeluh kepala, mual, muntah, dan
nyeri dada. BAB dan BAK tidak ada keluhan

3
Karena batuk tidak sembuh-sembuh akhirnya penderita di bawa ke klinik
dan dianjurkan untuk melakukan foto rontgen dada. Kemudian penderita
menjalani pengobatan di Puskesmas Tulanngan sesuai KTP Domisili. Disana
penderita di beri obat 3 macam dan harus diminum selama 6 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat kontak dengan pasien TB : dulu pasien tinggal satu
rumah dengan ibu kandung pasien yang menderita TB Paru.
- Riwayat batuk lama :(+) → sejak 5 bulan yang
lalu
- Riwayat darah tinggi : ada, namun pasien tidak
rajin kontrol maupun minum obat.
- Riwayat Imunisasi : tidak ingat
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat penyakit Diabetes : disangkal
- Pasien tidak pernah MRS sebelumnya

Riwayat pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ibu kandung pasien.
- Riwayat keluarga sakit batuk darah : disangkal
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat Kebiasaan
Sehari-hari pasien hanya di rumah. Pasien sering merasa lemah
sehingga aktifitasnya sedikit dan jarang bersosial dengan tetangga.

4
Sehingga pasien hanya berbincang-bincang dengan keluarga saja,
keluarga pasien mengatakan pasien seorang yang tertutup dan pendiam.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang seorang istri dari satu orang suami dan
memiliki 6 anak. Pasien tinggal bersama suami, 2 anak kandung, 1
mantu, dan 1 cucu dengan total jumlah 6 orang. Rumah yang di tempati
pasien merupakan rumah pasien. Pasien dulunya bekerja sebagai buruh
tani bersama dengan suaminya. Keadaan sosial ekonomi terkesan cukup.
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan yang kurang
sehat karena kurangnya ventilasi maupun tingkat pencahayaan. Pada
kamar pasien didapatkan keadaan kamar yang lembab dan hanya
memiliki satu ventilasi kecil saja dan kamar pasien sangat lembab.
Pasien tidak suka membuka jendela kamarnya dan selalu membiarkan
kamarnya gelap.

Riwayat Gizi.
Pasien sulit untuk makan dan terkadang harus disuap dengan porsi
sedikit, makan sehari-harinya biasanya antara 1-3 kali sehari dengan nasi
dan lauk-pauk seadanya seperti sayur, tempe, tahu terkadang ayam dan
ikan.

ANAMNESIS
1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-),
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit(-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

5
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (+), mengi (-), batuk darah
(+)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, 1 kali dalam 2 hari warna dan jumlah
biasa
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, pendiam (+) mudah
marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi bahu kanan dan kedua lutut
(-), kesemutan pada kaki (-)
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)

2.4 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status
gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 72x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 ºC
Tensi : 120/80 mmHg
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 40 kg
TB : 155cm
IMT = BB = 40 = 16,67 (Kurang)
(TB)2 (1,55) 2
BMI< 18,5 = Kurang
BMI 18,5 – 23,9 = Normal

6
BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

7
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rhochi(-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rhonci (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I : dinding perut cekung
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
A : peristaltik (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-) hiperemi pada jari (-),atrofi otot (-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
14. Sistem genetalia: dalam batas normal
15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

8
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
5 5
5 5
16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
arus : koheren
Insight : baik

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan test mantoux : Tidak dilakukan
Pemeriksaan bakteriologis : Sputum BTA positif
Pemeriksaan rontgen foto thoraks :Terdapat infiltrat di seluruh
lapangan paru
Pemeriksaan Gula darah Sewaktu :tidak dilakukan
Pemeriksaan Gula darah 2 jam PP : tidak dilakukan
Pemeriksaan Gula darah puasa : tidak dilakukan
Pemeriksaan Asam Urat : tidak dilakukan

2.6 PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


Diagnosis Biologis
1. TB Paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase lanjutan)
Diagnosis Psikologis
1. (-)
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Status ekonomi cukup.
2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

9
3. Kondisi lingkungan dan rumah kurang sehat yaitu keadaan lingkungan
yang kotor, ventilasi dan pencahayaan yang kurang.

2.7 APGAR SCORE


ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya
dan menjadi keluhannya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-
hari. Dukungan dari suami, keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi
penyuluhan kepadaya, sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur
minum obat, karena penderita dan suami yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia
mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai
terjadi putus obat. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi
obatdan juga menjalani rutin kontrol di Puskesmas.

PARTNERSHIP
Suami dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,
komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.

GROWTH
Ny. P sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam kegiatan sehari harinya.

AFFECTION
Ny. P merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan suami cukup
meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang dirasakannya
bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya

RESOLVE
Ny. P merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
semua anggota keluarga.

10
APGAR Ny. P Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida
/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan carakeluarga saya 
dansaya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

APGAR Tn BTerhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya

11
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. P adalah 19,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny. P adalah 9,5. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. P dan
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.

3 SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota -
keluarga tetapi pasien kurang berinteraksi
dengan masyarakat dikarenakan rumah
pasien yang jauh dari rumah-rumah tetangga.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya -
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Walaupun pasien jarang
berinteraksi dengan tetangga sekitar namun
pasien sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.

12
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan.
Religius Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran -
Agama menawarkan agama baik, hal ini dapat dilihat dari pasien
pengalaman spiritual yang baik dan keluarga menjalankan sholat dengan
untuk ketenangan individu yang tepat waktu. Di dalam rumah pasien juga
tidak didapatkan dari yang lain memiliki tempat beribadah khusus yang
tidak tercampur dengan ruangan lain.
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah -
kebawah, untuk kebutuhan primerbisa
terpenuhi dan mampu mencukupi kebutuhan
sekunder tanpa mengabaikan skala prioritas
kebutuhan sehari-hari.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang -
terutama tentang kesehatan diri sendiri dan
lingkungan. Mereka memahami namun
dalam praktek kehidupan sehari-hari tidak
dilaksanakan.
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan -
Pelayanan kesehatan puskesmas yang memadai. Dalam mencari pelayanan
memberikan perhatian khusus kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus pasien menggunakan Puskesmas hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat

Keterangan :
 Keluarga Ny. P tidak memiliki masalah dalam hal ini, karena semua
berjalan dengan baik.

4 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap :
Bentuk Keluarga : Extended Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. P

13
Dibuat tanggal 26 Oktober 2017

Sumber : Data Primer, Agustus 2017


Keterangan :
= Pasien

= Meninggal

5 INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan : : hubungan baik


: hubungan tidak baik

Hubungan antara Ny. P, dan suami baik dan dekat. Antara suami dan penderita
baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar
anggota keluarga.

14
6 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
6.4.1 Faktor Perilaku Keluarga
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan bebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas
sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila
mereka sakit, hal itu akan mengganggu pekerjaan dan menjadi beban di
keluarga. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh
lingkungan, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural atau takhayul.
Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada
mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun. Keluarga
ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini memiliki fasilitas lengkap seperti sumur dan PDAM
sehingga apabila ingin MCK (mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dirumah.
Untuk melakukan cuci dan kakus kadang digunakan air dari sumur, namun
untuk mandi serta memasak air digunakan sumber air dari PDAM.
6.4.2 Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah kebawah. Rumah yang dihuni keluarga inikurang memadai karena
belum memenuhi dalam pemenuhan standar kesehatan.Lantai sebagian di
tegel, pencahayaan ruangan yang cukup, rumah yg tampak lembab karena
ventilasi kurang, dan memiliki fasilitas MCK bagi keluarga. Pembuangan
limbah keluarga sudah memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga
dialirkan ke septic tank di depan rumah yang jaraknya sudah jauh dari sumur
yang ada di belakang. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan
sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering
dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas trawas.

15
FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 5m x 12m yang
berdempetan dengan rumah lainnya dan menghadap ke barat. Terdiri dari
ruang tamu yang digunakan untuk menerima tamu, 3 kamar tidur, 1dapur dan
1 kamar mandi yang juga sebagai jamban keluarga.Terdiri dari 2 pintu keluar,
yaitu pintu depan dan pintu. Jendela ada 2 buah, yaitu di ruang tamu, kamar
pasien. Lantai rumah sebagian besar terbuat dari keramik. Ventilasi dan
penerangan rumah kurang sehingga terkesan lembab. Atap rumah tersusun
dari genteng dan ditutup langit-langit. Kamar memiliki satu kasur dan
diletakkan di lantai. Dinding rumah terbuat dari batu bata dan sudah dilapisi
semen dan di cat. Perabotan rumah tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan
sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Secara keseluruhan
kebersihan rumah cukup. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan
kompor gas.

16
Denah Rumah
5m

Kamar Mandi
Dapur
Kamar
Pasien
Ruang Makan

Kamar
Ruang
Keluarga
12m
Ruang makan

S
Kamar

Ruang Tamu

Keterangan:

Keterangan:
: Jendela

: Pintu

: Tembok beton

: Tembok pembatas

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 MASALAH AKTIF :


a. TB Paru Kasus Baru.
b. Sering berinteraksi dengan warga sehingga resiko penularan besar.
c. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain.
3.2 FAKTOR RESIKO :
a. Lingkungan pekerjaan umum di dinas kebersihan.
b. Lingkungan tempat tinggal yang kurang pencahayaan maupun ventilasi.
3.3 DIAGRAMPERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Keturunan
Tidak ada riwayat
penyakit keturunan di
keluarga pasien

Lingkungan Perilaku
 Rumah yang  Tidak mau makan
Ny. P buah , sayur serta
lembab 57th daging
 Ventilasi hanya
sedikit
 Lingkungan
pekerjaan umum di
dinas kebersihan
Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan
mengenai alur penularan
TB Paru .

18
3.4 PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Ny. P tidak ditemukan adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit dari Ny. P. Memang sebagian besar teori
menyatakan bahwa TB tidak disebabkan oleh faktor keturunan/genetik,
jadi dari segi genetik tidak bisa diambil pemecahan masalahnya karena
memang tidak menjadi masalah.
2. Faktor Lingkungan
Dari segi faktor lingkungan banyak ditemukan hal yang diduga
sebagai penyebab dari timbulnya permasalahan dari Ny. P, dimana dari
lingkungan ditemukan kurangnya ventilasi pencahayaan dan udara yg
masuk, pencahayaan yang kurang menyebabkan bertambah lembabnya
keadaan dalam rumah sehingga menjadi faktor perkembangbiakan kuman
Tb yang didapatkan ketika pasien batuk. Dan ini bisa menyebabkan
penularan pada anggota lain yg berada tinggal satu rumah dengan pasien.
Dengan adanya pencahayaan yang tinggi ini akan menghindari kuman Tb
paru berkembang biak.
Permasalahan tersebut dapat diupayakan pemecahan masalahnya,
untuk masalah yang pertama disarankan bila memungkinkan keluarga Ny.
P untuk mengganti beberapa genteng rumah dengan kaca agar
mempermudah pencahayaan masuk.
3. Faktor Perilaku
Karena status gizi pasien yang kurang ini menyebabkan sistem
kekebalan tubuhnya lebih rendah karena kurang nya protein sehingga
memicu pertahanan ubuh yang rendah sehingga mudahnya terinfeksi bakteri
atau virus yang dalam hal ini adalah Mycobacterium tuberculosa. Untuk
masalah perilaku ini disarankan agar pasien melakukan perbaikan gizi
dengan cara memakan makanan yang mengandung protein tinngi seperti
daging, serta buah-buahan juga sayuran. Pasien juga harus
memperhatikan pola makan agar mencapai berat badan yang ideal .

19
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan kemungkinan menjadi
salah satu penyebab terjadinya permasalahan pada Ny. P.
Dari sekian faktor permasalahan dari Ny. P, sebagian besar
ditemukan masalah kurang mengertinya pasien dan keluarga tentang alur
penularan Tb paru, pengobatan Tb serta etika batuk juga berludah . Untuk
itu penyuluhan program tentang penyakit TB paru perlu agar masyarakat
lebih memahami tentang penyakit Tb paru antara lain: tanda-tanda awal
penyakit, cara penularan penyakit, pengobatan penyakit, dan cara
pencegahannya. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit
Tb paru di masyarakat dapat diluruskan serta agar masyarakat memahami
pentingnya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya suatu penyakit. Memberikan edukasi
tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat disembuhkan.
Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan
dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga
didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi yang sesuai dengan
anjuran dokter, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir
positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan membangun
semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan
meningkatkan kualitas hidup.

20
3.5 SKALA PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH YANG
DITEMUKAN
Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada Ny. P dapat
menggunakan system scoring.Hal ini dilakukan untuk
mempermudahpenyelesaianmasalah berdasarkan skala prioritas yang dari
yang tertinggi sampai yang terendah.

Tabel 1. Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah


No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Memberikan penyuluhan
1 4 3 4 4 12
mengenai TB paru
Melakukan perbaikan
2 3 2 2 5 2.4
genteng /rumah

Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah.
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah.
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah.
C : Cost, Biaya yang diperlukan.
Berdasarakan skala prioritas di atas masalah didapatkan hasil
memberikan penyuluhan mengenai TB Paru serta pentingnya memakai
masker sebagai prioritas solusi. Tentunya rencana program penyuluhan
dapat dilakukan untuk melaksanakan penyelesaian tersebut terlampir pada
tabel dibawah.

21
Tabel.2 KegiatanMemberikan Penyuluhan Mengenai Alur Penularan Tb paru

Volume Rincian Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1. Memilih/menyeleksi  Ruangan
Semua
Pembentukan kandidat TIM  LCD
Pegawai Terbentuk 2x Ruang Pegawai Senin-
1 TIM 2. Persetujuan  MIC
Puskesmas TIM pertemuan rapat Yang Kamis
Penyuluhan 3. Pembentukan terpilih  Laptop
structural  Kursi
 Ruangan
1. Pengumpulan bahan
Penyusunan  LCD
TIM Terbentuk 2x mengenai diare dan Ruang TIM Senin-
2 materi  MIC
Penyuluhan materi pertemuan PHBS rapat Penyuluhan Kamis
penyuluhan  Laptop
2. Penyusunan materi
 Kursi
Pembuatan
1 hari 1. Laptop
bahan Anggota Terbentuknya Anggota
1x 1. Mendesign PPT, Ruang setelah
3 penyuluhan TIM yang PPT, leaflet, TIM yang 2. Printer
pertemuan leaflet, banner rapat bahan
yang akan ditunjuk banner ditunjuk
terkumpul 3. Flasdisk
disajikan

22
 Konsumsi
 LCD
Warga desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Angota  MIC
Sebulan
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluhan 2. Tanya jawab Balai desa TIM yang  Kursi
Sekali
penyuluhan peserta tiap desa 3. Membagikan leafplet ditunjuk  Laptop
 Leaflet
 Banner

23
1. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit tuberkulosis. Pasien
Tuberkulosis dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya,
pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan
melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes.
Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :
a. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular.
b. Penyakit Tuberkulosisdapat disembuhkan dengan pengobatan rutin.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan pola makan yang dianjurkan oleh
dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah pasien termasuk
akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika
dibutuhkan. Pasien juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet yang
benar dalam rangka mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur
dan sebagainya.
2. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (berolahraga), lingkungan (tempat
tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup,
meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi sesuai anjuran
dokter. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit Tuberkulosis di
masyarakat dapat diluruskan.

24
3.6 PREVENSI BEBAS TUBERKULOSIS UNTUK KELUARGA LAINNYA
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebasTuberkulosis adalah tidak
sama dengan prevensi bebas Tuberkulosisuntuk pasien, namun dalam hal ini
diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai
berikut :
1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat “cukup intim”, apalagi saat bicara atau batuk,
agar tidak tertular langsung kuman TB dari pasien.Saat batuk sebaiknya ditutup
kain atau masker.
2. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan mengkonsumsi
makanan bergizi.
3. Diusahakan agar pasien tidak meludah di sembarang tempat yang mengakibatkan
kuman TB dapat beterbangan dan terhirup oleh anggota keluarga lainnya.
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
5. Menggunakan masker untuk perlindungan diri
6. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
7. Olah raga teratur.
8. Tidak terlalu memaksa bekerja jika kelelahan
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena
penyakit Tuberkulosis yang sama dengan pasien serta meningkatkan daya tahan tubuh
bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
 Ny. P (57 tahun), menderita penyakit Tuberkulosis kasus baru.
 Status gizi Ny. P berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori cukup.
 Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. P tidak sehat.
2. Segi Psikologis :
 Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab.
 Pengetahuan akan Tuberkulosis yang masih kurang yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.
 Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung
untuk penyembuhan penyakit tersebut.
3. Segi Sosial :
 Tidak ada masalah dari segi sosial.
4. Segi fisik :
 Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.

4.2 SARAN
1. Untuk masalah medis (Tuberkulosis Kategori 1) dilakukan langkah-langkah :
 Preventif : makan makanan bergizi sehari-hari, terutama tinggi
protein agak terbentuk sistem kekebalan tubuh yang baik ,istirahat
cukup.
 Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai
Tuberkulosis dan pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter
yang menangani.
 Kuratif : saat ini penderita memasukipengobatan rawat jalan, dan
harus kontrol setiap hari ke Puskesmas untuk mendapatkan
pengobatan.
 Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Tn.S sehingga tetap
memiliki semangat untuk sembuh.
.

26
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan
langkah-langkah :
o Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya
dibersihkan.
3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Tuberkulosis, dilakukan langkah-
langkah :
o Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota
keluarga mengenai penyakit Tuberkulosis.

27
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, dkk. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia,
PERPARI, Jakarta, 2006.
DepKes RI. 2005. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. DepKes RI, Jakarta
Kelompok Kerja TB-HIV Tingkat Pusat.Prosedur tetap pencegahan dan pengobatan
tuberkulosis pada orang dengan HIV / AIDS. Jakarta, Departemen Kesehatan RI,
2003.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, eds 9. Jakarta, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2005

28
LAMPIRAN

(Pemeriksaan Pasien)

29
(Ruang tamu)

( Rumah tampak depan, samping)


30
(Kamar)

(Kamar mandi)

31

Anda mungkin juga menyukai