Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
pasien dengan Skizofrenia Paranoid, berjenis kelamin laki - laki dan
berusia 23 tahun, dimana pasien merupakan salah satu dari pasien dengan
Skizofrenia Paranoid yang berada di wilayah Puskesmas Manduro,
Kabupaten Mojokerto. Mengingat kasus ini jarang ditemukan di
masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Manduro Kabupaten
Mojokerto berserta permasalahannya seperti masih kurangnya
pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penyakit Skizofrenia.
Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman
di lapangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan pasien terhadap penyakitnya?
2. Bagaimana sikap pasien terhadap penyakitnya?
3. Bagaimanakah pola hidup pasien ?

C. Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kondisi pasien
yang menderita Skizofrenia Paranoid dengan pengetahuan, lingkungan
dan sosial ekonomi?
Tujuan Khusus:
1. Identifikasi pasien
2. Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
3. Identifikasi factor sisoal ekonomi pasien melalui SCREEM
4. Identifikasi factor keturunan pasien melalui Genogram
5. Identifikasi factor pelayanan kesehatan
6. Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
7. Identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosoal ekonomi, dsb)

D. Manfaat
1. Bagi pasien dan keluarganya

1
a. Dapat meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan
keluarganya
b. Dapat meningkatkan kepuasan pasien untuk mendapat pelayanan
semaksimal mungkin
2. Bagi Pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi
dengan pendekatan secara komunitas
3. Bagi Puskesmas
Dapat memantau secara langsung pasien serta lingkungan sekitar, serta
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan untuk memperbaiki kualitas
kesehatan

BAB II
HASIL KUNJUNGAN

1. IDENTIFIKASI PASIEN
II. Identitas Pasien
Nama : Sdr. M
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki

2
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Alamat : Manduro RT 11 / RW 3, Mojokerto
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 28 Oktober 2017

III. Anamnesa
IV. Keluhan Utama : Marah-marah tanpa sebab

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


(auto anamenesa)
Saat diwawancara, pasien sulit diajak berkomunikasi.
(hetero anamnesa)

Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah-marah tanpa


sebab sejak 4 tahun yang lalu. Pasien mengamuk sampai merusak
barang di rumah. Terkadang pasien berlari-lari ke jalanan mengejar
mobil dan pernah tertabrak sebanyak dua kali. Selain itu gerak gerik
pasien seperti ketakutan. Pasien berteriak dan kadang melempar-
lempar barang saat marah. Ibu pasien mengatakan pasien lebih
senang berdiam diri di dalam rumah ketika tetangganya sedang
berbicara di sekitar rumahnya. Karena kelakuan pasien yang
mengancam jiwanya keluarga pasien memutuskan untuk memasung
pasien.

3
VI. Riwayat Penyakit Dahulu:
VII. Riwayat MRS
Pasien pernah berobat ke Puskesmas Manduro dan dirujuk ke
RSJ Lawang Malang tahun 2015.
VIII. Riwayat trauma
Pasien pernah jatuh dari pohon pada umur 10 tahun dan
mengenai kepalanya.
IX. Riwayat imunisasi : tidak
diketahui
X. Riwayat alergi obat/makanan : tidak ada
g. Riwayat Hipertensi : tidak ada

h. Riwayat Diabetes melitus : tidak ada

XI. Riwayat Penyakit Keluarga:


XII. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada

XIII. Riwayat Hipertensi : tidak


ada
XIV. Riwayat Diabetes melitus : tidak
ada
XV. Riwayat Kebiasaan:

XVI. Riwayat keluarga merokok : (-)

XVII. Riwayat olah raga : jarang


sekali
a. Riwayat aktivitas :
Pasien sehari-hari hanya duduk dengan kaki kanan yang
terpasung. Aktifitas seperti makan, minum dan mandi masih
dibantu oleh orang tua pasien.

XVIII. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien saat ini tinggal di rumah bersama ayah yang berusia
62 tahun dan ibunya yang berusia 50 tahun serta kakaknya yang
berusia 27 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai petani di Manduro.

4
Menjelang sore hari ayah pasien baru pulang kerumah. Kakak
pasien pulang 3 hari sekali dikarenakan bekerja sebagai supir truk.
Ibu pasien tidak bekerja. Ayah pasien mengatakan setiap bulannya
memiliki penghasilan sebesar RP. 2.000.000 – RP 2.500.000 untuk
biaya kehidupan sehari-hari.

XIX. Riwayat Gizi.


Pasien sehari-hari makan 2-3 kali/hari dengan nasi setengah
piring dengan sayur, lauk pauk seperti telur, tahu, tempe. Pasien
sering menkonsumsi teh manis pada pagi hari dan gorengan pada
sore hari. Kesan status gizi cukup.

1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan
cukup.
b. Tanda Vital dan Status Gizi
- Tanda Vital
1) Tensi : 100/70 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit, regular
3) Pernafasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,5 oC
- Status gizi (BMI) :
1) BB : 60 kg
2) TB : 158 cm
3) BMI : 24,03 (normal)
c. Kulit
- Warna : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-).
- Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut
d. Mata
- Conjunctiva anemis (-/-)

5
- Sklera ikterik (-/-)
- Pupil isokor (3mm/3mm)
- Reflek kornea (+/+)
- Katarak (-/-)
- Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
e. Hidung
- Nafas cuping hidung (-/-)
- Sekret (-/-)
- Epistaksis (-/-)
- Deformitas hidung (-)
f. Mulut
- Bibir pucat (-)
- Lidah kotor (-)
- Papil lidah atrofi (-)
- Tepi lidah hiperemis (-)
g. Telinga
- Sekret (-/-)
- Othorea (-/-)
- Cuping telinga dalam batas normal
h. Tenggorokan
- Tonsil T1/T1
- Pharing hiperemis (-/-)
i. Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)
j. Thoraks
Simetris (+/+), retraksi (-)
- Cor : I : ictus cordis tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra
batas kanan atas : ICS II Parasternal line Dextra
batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra

6
batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
batas jantung kesan tidak melebar
A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-)
- Pulmo :
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring
dan duduk.
I : Simetris (+/+)
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing
- - - -
+ +

- - - -
+ +

- - - -
+ +
k. Abdomen
I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)
A : bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
l. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
m. Ektremitas: Akral hangat (+), edema (-), CRT <2’
n. Sistem genetalia: dalam batas normal
o. Pemeriksaan Neurologik
- Fungsi Luhur : dalam batas normal
- Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
- Fungsi Sensorik : dalam batas normal
- Fungsi motorik : dalam batas normal
p. Pemeriksaan Psikiatrik
- Penampilan : baik, perawatan diri cukup
- Kesadaran : berubah kualitatif
- Orientasi : Waktu : baik

7
Tempat: baik
Orang : baik
- Afek : Inadekuat
- Psikomotor : meningkat
- Proses pikir : Bentuk : non - realistik
Arus : mutism
Isi : waham curiga
- Persepsi : halusinasi auditorik
- Insight : Pasien menyadari penyakitnya dan factor-faktor
yang berhubungan dengan penyakitnya namun
tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya.

2. Resume
Seorang laki –laki , berusia 23 tahun dengan keluhan marah-
marah tanpa sebab. Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah-
marah tanpa sebab sejak 4 tahun yang lalu. Pasien mengamuk sampai
merusak barang di rumah. Terkadang pasien berlari-lari ke jalanan
mengejar mobil dan pernah tertabrak sebanyak dua kali. Selain itu gerak
gerik pasien seperti ketakutan. Pasien berteriak dan kadang melempar-
lempar barang saat marah. Ibu pasien mengatakan pasien lebih senang
berdiam diri di dalam rumah ketika tetangganya sedang berbicara di
sekitar rumahnya. Karena kelakuan pasien yang mengancam jiwanya
keluarga pasien memutuskan untuk memasung pasien. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum cukup, compos mentis, status gizi cukup.
Tanda vital T:100/70 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S:36,50C,
BB:60 kg, TB:158 cm, BMI: 24,03 (normal).

3. Patien Diagnosis Centre


a. Diagnosis Biologis : -
b. Diagnosis Psikologis : Skizofrenia Paranoid
c. Tingkat ekonomi cukup.
d. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

4. Penatalaksanaan

8
1. Non Medika mentosa
a) Psikoterapi
- memberikan kesempatan pada pasien untuk bercerita
-menyarankan pasien agar sering berkomunikasi dengan
keluarganya
- menyarankan pasiean agar mau beraktivitas atau bersosialisasi
b) Sosioterapi
- Mengajak seluruh keluarga untuk mendukung dan berperan aktif
dalam proses pengobatan
c) Monitoring
- Perkembangan gejala pasien
- keluhan pasien
- efek samping obat
- control rutin jika obat habis
2. Medikamentosa
Yang di dapat pasien dari Puskesmas:
a) Haloperidol 5 mg 1-0-1
Pengobatan yang di usulkan:
a) Risperidone 2 mg 1-0-1

5. Prognosis
Dubia ad bonam

6. Follow Up
(Tanggal : 2 November 2017)
S: pasien saat ini sudah tenang, tidak pernah marah-marah
O: KU: Cukup
Kes: compos mentis.
Tanda vital :
T : 100/70 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,5°C

9
A : Skizofrenia paranoid
P : 1. Non Medika mentosa
a) Psikoterapi
- memberikan kesempatan pada pasien untuk bercerita
- menyarankan pasien agar sering berkomunikasi dengan
keluarganya
- menyarankan pasiean agar mau beraktivitas atau bersosialisasi
b) Sosioterapi
- Mengajak seluruh keluarga untuk mendukung dan berperan
aktif dalam proses pengobatan
c) Monitoring
- Perkembangan gejala pasien
- keluhan pasien
- efek samping obat
- control rutin jika obat habis
2. Medikamentosa
Yang di dapat pasien dari Puskesmas:
a) Haloperidol 5 mg 1-0-1
Pengobatan yang di usulkan:
a) Triheksifenidil HCl2mg1/2-0-1/2

9. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biofisik
Pasien tidak menikah dan tidak memiliki anak. Pasien saat ini
tinggal dirumah bersama ayah, ibu dan kakaknya namun kakak pasien
3 hari sekali pulang kerumah karena bekerja sebagai supir truk. Sehari

10
– hari pasien hanya dirumah, tidak bisa mandi sendiri, dan senang
bermain dengan bungkus – bungkus deterjen.
b. Fungsi Psikologi
Hubungan pasien dengan keluarga satu rumah nya terjalin
dengan cukup baik. Hubungan pasien dengan saudara yang lain juga
baik kecuali dengan kakak laki-laki ke dua.
c. Fungsi Sosial
Pasien adalah warga yang tidak begitu aktif di RTnya. Dalam
kesehariannya pasien merasa terganggu jika ada tetangga yang
mendekati rumahnya, karena pasien merasanya tetangganya selalu
membicarakan tentang dirinya.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Untuk kebutuhan sehari – hari didapat dari ayahnya.
Penghasilan keluarga berasal dari uang pemberian ayahnya Rp.
2.000.000 - Rp 2.500.000 per bulan. Pendapatan tersebut digunakan
untuk membiayai kehidupan pasien dan untuk biaya hidup sehari – hari
seperti membayar tagihan listrik, dan air PDAM.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien termasuk orang yang sangat tertutup dengan keluarga
dan tetangga sekitar rumah.

2. APGAR SCORE

ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien tidak pernah
membicarakannya kepada siapapun, bahkan ayah dan ibunya. Pasien lebih memilih
mengurung diri di kamar saat ada masalah. Dukungan dari orang-orang orang
sekitarnya cukup memberinya motivasi mengikuti pengobatan yang disarankan.
PARTNERSHIP

Pasien tinggal serumah dengan ayah, kakak dan juga dengan ibunya. Ayah
pasien saat pulang kerumah juga memberikan motivasi agar pasien belajar

11
bersosialisasi dengan lingkungan, meminum obat secara teratur. Ibu pasien selalu
memperhatikan bila mana ada perubahan perilaku dari pasien. Ibu pasien selalu ada
untuk mengurus pasien sehari – harinya.

GROWTH
Pasien tidak menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya sehingga tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya. Pasien tidak
pernah dilarang oleh keluarganya dalam berobat, maupun beraktivitas kecuali saat
pasien mulai marah-marah.

AFFECTION
Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya yang tinggal satu rumah dengan
pasien sangat dekat dan saling menyayangi. Namun hubungan pasien dengan
kakak agak sedikit renggang dikarenakan kakak jarang pulang ke rumah.

RESOLVE
Pasien merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan
dari kedua orang tuanya. Namun pasien merasa kurang puas dengan kebersamaan
dan waktu yang ia dapatkan dari kakaknya. Pasien juga merasa tidak nyaman saat
berada di rumah karena tetangganya.

APGAR Sdr. M Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

12
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total poin =
Kesimpulan: APGAR tidak dilakukan kepada pasien karena pasien tidak
kooperatif.

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

13
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9
Kesimpulan: fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn. S merasa puas dan senang terhadap keluarganya, namun hanya
merasa kurang waktu bersama-sama dikarenakan anaknya tinggal beda kota
dengan Tn. S. Namun kasih sayang yang diberikan terhadap Tn. S sudah baik.

APGAR Ny. T Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 


saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9
Kesimpulan: fungsi keluarga dalam keadaan baik

14
Ny. S merasa puas dan senang terhadap keluarganya, namun hanya
merasa kurang waktu bersama-sama dikarenakan anaknya tinggal beda kota dan
suaminya selalu pulang menjelang malam. Namun kasih sayang yang diberikan
terhadap Sdr. M sudah baik.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. S adalah 18 ,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Sdr. M adalah 9. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Sdr. M dalam keadaan baik.

3. SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

Sosial dengan saudara, partisipasi mereka dalam masyarakat -


cukup.

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini


dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
Cultural keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya +
yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.

Religius Pemahaman agama cukup baik. Penerapan ajaran agama


Agama menawarkan
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan
pengalaman spiritual yang
anggota keluarganya rutin menjalankan sholat.
+
baik untuk ketenangan
individu yang tidak
didapatkan dari yang lain

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,

Ekonomi untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meskipun -


demikian mereka tetap hidup dengan sederhana untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat -
pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas

15
pendidikan seperti buku-buku, koran dan internet cukup.

Medical Mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih


Pelayanan kesehatan
baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
puskesmas memberikan +
biasanya menggunakan KIS
perhatian khusus terhadap
kasus penderita

4. GENOGRAM
Alamat Lengkap : Manduro RT 11 / RW 3, Mojokerto.
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. S Ny. T

16
Sdr. M

Keterangan:
: laki-laki : perempuan : Pasien

5. Informasi Pola Interaksi Keluarga


Hubungan antara Sdr. M dengan ayah dan ibunya cukup baik. Namun dengan
kakak pasien hubungan agak renggang. Tetapi dalam keluarga ini tidak sampai
terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
6. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang dilakukan oleh keluarga penderita?
Jawab :
Orangtua akan merawat dan mejaga penderita, serta mengantar berobat ke
puskesmas terdekat, atau ke klinik dokter setempat yang letaknya tidak
begitu jauh dengan tempat tinggal penderita

2. Ketika orangtua bertindak seperti itu apa yang dilakukan yang lain?
Jawab :
Kakak pasien turut membantu dan saling mendukung
2. Jika penderita butuh di rawat inap atau mendapat pengobatan lebih lanjut
ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin dari ayah yaitu Tn. S, karena penderita tidak bekerja dan
biaya hidupnya ditanggung oleh ayahnya yakni Tn. S
3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu yaitu Ny. T,
karena Ny. T yang selalu mengurusi dan selalu menemani pasien.
4. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?
Jawab :
Kakak

17
5. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada

7. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKUPASIEN


Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
a. Faktor Perilaku Keluarga
Sdr. M tinggal di lingkungan padat penduduk, ia dan anggota
keluarganya memiliki pengetahuan yang masih kurang tentang kesehatan
khusunya tentang Skizofrenia. Pasien tinggal di rumahnya bersama ayahnya,
kakak dan ibunya. Kakak pasien hanya pulang ke rumah seminggu 3 kali
dikarenakan bekerja sebagai supir truk. Pasien mulai mengetahui peyakitnya
sejak tahun 2012, dan pernah masuk rumah sakit tahun 2015.
Lingkungan didalam rumah pasien kurang tertata dengan baik. Dalam
hal kebersihan rumah dinilai kotor dan tidak rapi. Mereka juga menata
perabot rumah dengan sembarang tempat. Keluarga ini memiliki jamban
sendiri didalam rumahnya.
b. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
ekomoni menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan
dari pekerjaan suami di pabrik. Dari total semua penghasilan tersebut
keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua
kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, namun kurang rapi
karena peletakkan barang yang sembarangan dan kurangnya kebersihan.

8. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


a. Gambaran Lingkungan
Sdr. M tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 6m x 10m
yang berdempetan dengan rumah tetangganya. Terdiri dari ruang tamu, 3
kamar tidur, dapur, ruang keluarga, dan kamar mandi. Terdiri dari 2 pintu

18
keluar, yaitu pintu depan dan pintu belakang. Setiap kamar memiliki
jendela.
Lantai rumah terbuat dari semen plester. Ventilasi dan penerangan
rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng. Semua kamar tidur
memiliki dipan untuk meletakan kasur dengan sprei dan ada yang tidak,
hanya menggunakan kasur tipis. Dinding ruang tamu berupa tembok yang
sudah dicat permanen. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya menggunakan air sumur. Pasien saat ini tinggal di
daerah yang cukup penduduknya, dengan kondisi rumah yang terkesan
kurang rapi dan kurang bersih, serta letaknya berdekatan dengan rumah
tetangga.

b. Denah rumah
6m

et
toil
dapur

Kamar tidur
10m
R. keluarga

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang tamu

teras

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. Daftar Masalah
1. Masalah aktif :
Minimnya pengetahuan tentang penyakit Skizofrenia
2. Faktor resiko :
a. Genetik: tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti pasien.
b. Lingkungan: Stres Psikis, dan Pendidikan yang kurang.
c. Perilaku: Pola makan yang kurang sehat, Tidak pernah olahraga,
3.Pembahasan Masalah
Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri.
Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan
tersebut dalam arti ketidaktahuan serta invaliditas baik secara individu
maupun kelompok menghambat pembangunan, karena mereka tidak

20
produktif dan tidak efisien. Jumlah penderita gangguan jiwa ini terus
menunjukkan peningkatan prevalensinya yang salah satunya adalah
Skizofrenia (Hawari, 2009)
1. Skizofrenia
a. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang
terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak salaing berhubungan
secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar
atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang
bizzare (perilaku aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang
lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi
yang penuh delusi dan halusinasi (Maslim, 2013).
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler (Maramis, 2009) membagi gejala – gejala
skizofrenia menjadi 2 kelompok :
1) Gejala – gejala primer:
a) Gangguan proses berpikir,
b) Gangguan emosi,
c) Gangguan kemauan,
d) Autisme
2) Gejala – gejala sekunder
a) waham,
b) halusinasi,
c) gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain
b. Jenis-jenis skizofrenia
Kraeplin (Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi
beberapa jenis. Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis
menurut gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi
batasbatas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat
berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat
digolongkan ke dalam satu jenis. Pembagiannya adalah sebagai
berikut:
1). Skizofrenia paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30
tahun.Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.

21
Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan
schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak
congkak dan kurang percaya pada orang lain.
2). Skizofrenia hebefrenik
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul
pada masa remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang
mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan
dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia heberfrenik,
waham dan halusinasinya banyak sekali.
3). Skizofrenia katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional.
Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:
a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka
tanpa mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak
bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama,
beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
b. Bila diganti posisinya penderita menentang.
c. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga
terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, air seni
dan feses ditahan.
d. Terdapat grimas dan katalepsi.
4). Skizofrenia simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama
pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanyasukar ditemukan.
Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.
5). Skizofrenia residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala
berkembang kea rah gejala negative yang lebih menonjol.
Gejala negative terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan

22
aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif,
kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun,
serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
c. Simtom klinis skizofrenia.
Simtom-simtom yang dialami pasien skizofrenia mencakup
gangguan dalam beberapa hal penting pikiran, persepsi, dan
perhatian. Perilaku motorik , afek, atau emosi, dan keberfungsian
hidup. Rentang masalah orang-orang yang didiagnosis menderita
skizofrenia sangat luas, meskipun dalam satu waktu pasien
umumnya mengalami hanya beberapa dari masalah tersebut.
Dalam hal ini akan diuraikan beberapa simtom-simtom utama
skizofrenia dalam tiga kategori. Simtom positif, simtom negatif,
dan simtom disorganisasi. (Davison, 2010).
1). Simtom positif.
Mencakup hal–hal yag berlebihan dan distorsi, seperti
halusinasi dan waham, simtom–simtom ini, sebagian
terbesarnya, menjadi ciri episode akut skizofrenia.
a). Delusi (waham), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan
kenyataan semacam itu merupakan simtom–simtom positif
yang umum pada skizofrenia.
b). Halusinasi, para pasien skizofrenia seringkali menuturkan
bahwa dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau
bahkan tidak nyata bagi mereka. Dan distorsi persepsi yang
paling dramatis adalah halusinasi yaitu diamana pengalaman
indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkuangan.
2). Simtom negatif.
Simtom–simtom negatif skizofrenia mencakup berbagai
devisit behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek
datar dan asosiolitas. Simtom–simtom ini ini cenderung
bertahan melampaui suatu episode akut dan memiliki afek
parah terhadap kehidupan para pasien skizofrenia.
3). Simtom disorganisasi.
Simtom–simtom disorganisasi mencakup disorganisasi
pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre). Disorganisasi

23
pembicaraan juga dikenal sebagai gangguan berfikir formal,
disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam
mengorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara
sehingga pendengar dapat memahaminya. Perilaku aneh
terwujud dalam banyak bentuk, pasien dapat meledak dalam
kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat
dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah
seperti anak–anak, atau dengan gaya yang konyol, menyimpan
makanan, mengumpulkan sampah atau melakukan perilaku
seksual yang tidak pantas.

Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan, yang ada


dengan faktor-faktor risiko ada dalam kehidupan pasien)
Faktor Genetik:
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
skizofrenia

Faktor Lingkungan: Faktor Perilaku:


Stres Psikis Pola makan yang
Sdr. M 23 tahun
Pendidikan yang kurang sehat
Skizofrenia
kurang Tidak pernah
Paranoid
olahraga

Faktor Pelayanan Kesehatan:


Tidak ditemukan faktor
pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan penyakit
pasien

24
B. Intervensi dalam Bentuk Giant Chart
Tabel Prioritas Jalan Keluar

No Masalah Efektivitas Efesiensi Hasil


M I V C
Pemberian penjelasan
mengenai Skizofrenia
1 5 4 4 2 40
pada pasien dan
keluarga
Keteraturan pengobatan
2 5 4 4 3 26,6
dan evaluasi pengobatan
Mengikuti Posbindu
3 4 3 4 2 24
PTM

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan

25
Rencana Kegiatan Pembuatan

No Kegiatan Sasaran Target Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan Indikator Keberhas
pelaksanaan pelaksanaan
Kegiatan pelaksana

1. Memilih Terbentuknya TIM


kandidat TIM  Ruangan Edukasi
Pembentukan Petugas 2. Persetujuan Ruang rapat Kader  LCD
1 80% Jumat  MIC
TIM edukasi puskesmas 3. Pembentukan puskesmas kesehatan
struktural  Laptop
 Kursi

Penyusunan Terbentuknya materi


1. Pengumpulan  Ruangan mengenai skizofren
materi
bahan materi  LCD
edukasi Ruang rapat
2 TIM 90% edukasi TIM Sabtu  MIC
mengenai 2. Penyusunan puskesmas  Laptop
gejala-gejala materi edukasi  Kursi
skizofren 3. Pengesahan

Kegiatan  Ruangan Semua materi eduka


Seluruh Penyuluhan materi Kediaman  Laptop mengenai penyakit
edukasi
3 anggota 80% penyakit Ny. Y dan TIM Minggu  Materi skizofren tersampaik
tentang
keluarga gangguan jiwa ibunya advokasi kepada anggota kelu
skizofren

Meningkatnya
Pasien dan Pelaksanaan dan Kediaaman 3 bulan
4 Evaluasi 80% TIM - pengetahuan tentang
keluarga penerapan materi Ny.S sekali
skizofreni
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis:
a. Status gizi Sdr. M berdasarkan BMI termasuk dalam kriteria normal.
b. Kurangnya hygenitas diri dan keluarga.
2. Segi Psikologis:
a. Sdr. M (23 tahun) menderita Skizofrenia Paranoid.
3. Tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi obat kurang baik, sehingga

kurang mendukung proses penyembuhan penyakit


4. Segi Sosial Ekonomi:
a. Ada masalah dari segi sosial masyarakat
b. Tidak ada masalah dari segi ekonomi dalam keluarga ini yang
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang didapatkan termasuk
informasi tentang kesehatan keluarga.
5. Segi Lingkungan:
Rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup sehat.
6. Segi Fisik:
Pengetahuan tentang Skizofrenia yang masih rendah

B. SARAN
1. Promotif :
Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota keluarga mengenai
penyakit gangguan jiwa khususnya skizofrenia dan merupakan penyakit
yang harus dikontrol dengan pengobatan teratur.
2. Preventif :
a) Mengelola stress dengan baik
b) Mengikuti kegiatan Posbindu PTM
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C, 2010, psikologi abnormal. Jakarta : PT Rajagrafindo permai.


Hawari, D. (2009). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga
UniversityPress
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dariPPDGJ – III. Jakarta: Nuh Jaya.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai