Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

Primigravida Hamil 39 Minggu dengan Presentasi Bokong Murni yang

Ditatalaksana Secara Sectio Caesaria

Disusun oleh :
Dr. Analia

Pembimbing :
Dr. Frida
Dr. Yus Winarti

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN 2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri. Klasifikasi presentasi bokong
yaitu : letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas, letak sungsang sempurna, di
mana letak kaki ada di samping bokong, letak sungsang tidak sempurna yaitu letak sungsang
di mana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong
sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang
kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir
pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan
dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko.
Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka
kejadian presentasi bokong jika 2 dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak
adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika
dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah
pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas
Panggul.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS OBSTETRI

Tanggal Masuk RSAM : 19 November 2019

Pukul : 1.30 WIB

No. RM : 00618990

A. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

I. Identitas

Nama : Ny. S (32th) Suami : Tn. H

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Satpam

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Goldar : AB Goldar :B

Alamat : Blambangan Umpu

II. Keluhan

Utama : Mau melahirkan dengan anak sungsang

III. Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Siklus haid : 28 hari, teratur

Jumlahnya : Jumlah darah normal, tidak nyeri

3
Lamanya : ± 7 hari

Warnanya : Merah darah

Baunya : Dalam batas normal

HPHT : 5 Maret 2019

Taksiran Persalinan : 26 November 2019

IV. Riwayat Perkawinan

Menikah : 1 kali

Lamanya : 9 tahun

Usia menikah : 23 tahun

V. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien datang sendiri tanpa rujukan dengan keluhan mau melahirkan dengan anak

sungsang. Kurang lebih ½ jam SMRS perut mulas mulas yang menjalar ke pinggang,

hilang timbul, semakin sering dan semakin kuat, keluar darah lendir (+) dan keluar

air-air (+) sejak ½ jam SMRS. Pasien mengaku rutin kontrol kehamilan nya setiap

bulan dengan bidan di posyandu, dikatakan bahwa letak anak nya normal. Sehingga

pasien baru mengetahui anaknya sungsang ketika pasien diperiksa di RS. Pasien

mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

VI. Riwayat Kehamilan – Persalinan – Nifas terdahulu

Tgl/Tahun Tempat Usia Jenis


No Penolong Penyulit BBL Keadaan
Persalinan Persalinan Kehamilan Kelamin
1. Hamil ini

VII. Riwayat Penyakit/ Kebiasaan Terdahulu

4
Riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung, paru, dan ginjal tidak ada. Kebiasaan

merokok, minum alkohol, dan mengkonsumsi obat-obatan juga tidak ada. Os juga

mengaku tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

VIII. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

IX. Riwayat Kontrasepsi

Pasien menggunakan kontrasepsi suntik dengan lama pemakaian 3 bulan dan

mengeluhkan haid tidak teratur setelah menggunakan kontrasepsi tersebut.

X. Riwayat Imunisasi Selama Hamil

Pasien mendapat imunisasi TT selama kunjungan antenatal.

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Present

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC

BB (hamil) : 65 kg

BB (sebelum hamil) : 55 kg

Tinggi badan : 155 cm

II. Status Generalis

5
Kulit : dalam batas normal

Kepala : normochepal, rambut hitam, dan distribusi merata

Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-)

Gigi / mulut : gigi geligi lengkap, karies (+)

Leher : JVP normal, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Thorax : mammae membesar dan tegang (+), hiperpigmentasi areola (+)

Jantung : ictus cordis tidak tampak, kesan : batas jantung normal

Paru-paru : simetris, fremitus taktil simetris, vesikuler (+/+), sonor (+/+)

Abdomen : cembung, simetris, lesi (-), nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien

sulit dievaluasi, timpani, nyeri ketuk (-), bising usus normal

Ekstrimitas : edema (-)/(-), sianosis (-)/(-), akral hangat (+)/(+)

III. Status Obstetri

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

Wajah : Chloasma gravidarum (-)

Payudara : Pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+),

aerola hiperpigmentasi

Abdomen : Membesar, letak memanjang, striae (-), bekas operasi (-)

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jbpx (27 cm), bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold II : keras memanjang pada bagian kanan (puka)

Leopold III : kurang bundar, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold IV : sudah masuk PAP

6
TBJ : 2580 gram

DJJ : 145 x/menit

His : 2x/10’/35’’

Pemeriksaan Dalam

VT : Portio lunak, anterior, Ø 6 cm, Eff 75%, bokong, HI

Ketuban (-), jernih, bau (-), Penunjuk sacrum kanan lintang

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Zatuchni Andross breech Score: 4

Laboratorium

Hari/Tanggal Hematologi
Selasa, 19 November 2019 - Hb : 12,1 g/dl

Pukul. 10.00 WIB - Leukosit 13.000/µl

- Eritrosit 4,0/µl

- Hematokrit 34%

- Trombosit 358.000/µl

- MCV 86 fl

- MCH 30 pg

- MCHC 35 g/dl

- Hitung jenis: basofil 0%,

eosinofil 0%, batang 0%, segmen

76%, limfosit 19%, monosit 5%

- LED 42

D. DIAGNOSIS

G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan janin tunggal hidup presentasi

bokong

7
E. PENATALAKSANAAN

- Observasi TVI, His, DJJ

- IVFD RL 28 tpm

- Cek lab DR

- Rencana seksio sesar

F. PROGNOSIS

Ibu

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Anak

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

8
Follow Up

19.11.2019 D/ G1P0A0 Hamil 39 minggu inpartu

Pukul 1.30 kala I fase aktif jth presbo murni

(frank breech)

St. Present:

KU TSR, CM, TD: 120/70 mmHg, N: T/

88 x/menit, R: 22 x/menit, T: 36,5oC - Observasi TVI, djj, his

- IVFD RL gtt xx/menit

St. Obstetri: - Cek lab DR

PL: TFU 3 jbpx (27cm), memanjang,

puka, bokong, his 2x/10’/35”, djj 145 R/ sc cito

x/menit, TBJ 2580 gram

VT: porsio lunak, anterior, eff 75%, Ø

6cm, bokong, HI, ketuban -, jernih,

bau -, penunjuk sakrum kanan lintang,

tidak teraba kaki disamping nya

ZA score: 5

Multigravida: 0

Usia gestasi 37 minggu: 0

TBJ 2650 gram: 2

Riw presbo 1x: 0

Station 0: 0

Pembukaan 6: 2
19.11.2019 Lahir neonatus hidup JK perempuan,

9
Pukul 3.15 BB 2500 gr, PB 47 cm, A/S FT AGA
20.11.2019 D/

Pukul 7.00 - P1A0 post partus maturus dengan

seksio sesar

St. Present:

KU baik, CM, TD 120/70 mmHg, N T/

80 x/menit, R 20 x/menit, T 36,5oC - Observasi TTV, kontraksi,

perdarahan

St. Obstetri: - IVFD RL + oksitosin 20 IU gtt

TFU 2jbpst, kontraksi baik, xx/menit

perdarahan aktif -, vulva tenang, lokia - Cefadroxil 500 mg/12 j PO

+ rubra - Asam mefenamat 500 mg/8 j PO

- Vit B kompleks /24 j PO

- Cek lab DR post partum

- Mobilisasi dini

- ASI sesuai kebutuhan

- Vulva hygiene
21.11.2019 D/

Pukul 7.30 - P1A0 post partus maturus dengan

seksio sesar

St. Present:

KU baik, CM, TD 120/80 mmHg, N T/ terapi terus

78 x/menit, R 20 x/menit, T 36,5oC

St. Obstetri:

TFU 2jbpst, kontraksi baik,

perdarahan aktif -, vulva tenang, lokia

+ rubra

10
22.11.2019 D/

Pukul 10.30 - P1A0 post partus maturus dengan

seksio sesar

St. Present: R/ pasien dipulangkan

KU baik, CM, TD 120/80 mmHg, N

84 x/menit, R 20 x/menit, T 36,5oC

St. Obstetri:

TFU 2jbpst, kontraksi baik,

perdarahan aktif -, vulva tenang, lokia

+ rubra

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

11
1.2 Letak Sungsang

1.2.1 Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Persalinan ini terjadi

pada 3-4% dari seluruh persalinan.

1.2.2 Faktor Risiko

Faktor-faktor yang dapat menjadi predisposisi presentasi bokong adalah:1

1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada

panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor pelvis dll

2. Janin mudah bergerak pada hidramnion, multipara, janin kecil

3. Gemeli

4. Kelainan uterus

5. Plasenta previa

6. Riwayat pelahiran bokong sebelumnya

7. Janin yang sudah lama mati

8. Sebab yang tidak diketahui

1.2.3 Klasifikasi

Terdapat 3 macam presentasi bokong, yaitu:

1. Presentasi bokong murni (Frank Breech)

Pada presentasi bokong murni, ekstremitas bawah janin fleksi total di bagian bokong

dan ekstensi total di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala

dan bokong menempati segmen bawah uterus. Terdapat 60-70% kasus presentasi

bokong murni dari total presentasi bokong.

12
Gambar 1. Presentasi Bokong Frank

2. Presentasi bokong kaki (Complete Breech)

Pada presentasi bokong komplet terjadi fleksi total sehingga bagian kaki menempati

pelvik (5-10%).

Gambar 2. Presentasi Bokong Komplet

3. Presentasi lutut atau kaki (incomplete breech)

Pada presentasi bokong inkomplet salah satu atau kedua panggul tidak fleksi, dan

salah satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong sehingga kaki atau

lutut merupakan bagian terendah di dalam jalan lahir (10-30%).

Gambar 3. Presentasi Bokong Inkomplet

13
Komplikasi persalinan pervaginam:

1. Sufokasi

Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,

sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.

Keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan

amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi.

Badan janin yang sebagian sudah berada di luar rahim, juga merupakan

rangsangan yang kuat untuk janin bernapas.

2. Asfiksia fetalis

Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang

menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya

terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase cepat).

3. Kerusakan jaringan otak

Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul sempit atau

adanya disproporsi sefalo-pelvik, serviks yang belum terbuka lengkap, atau

kepala janin yang dilahirkan secar mendadak, sehingga timbul dekompresi.

4. Fraktur pada tulang-tulang janin

Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :

a. Fraktur tulang-tulang kepala

b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit

c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar

d. Paralisis brakialis

e. Fraktur femur

f. Dislokasi bahu

g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat

ekstensi (fleksi maksimal)

h. Hematoma otot-otot.

14
1) Persalinan perabdominam

Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus

dilahirkan per abdominam, misalnya:

a. Primigravida tua

b. Janin berukuran besar

c. Disfungsi uterus

d. Kepala janin hiperekstensi

e. Riwayat persalinan yang buruk

f. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg

g. Dicurigai adanya kesempitan panggul

h. Prematuritas

i. Presentasi bokong inkomplete atau kaki

j. Janin kurang bulan yang viabel dengan ibu yang mengalami persalinan aktif

atau diindikasikan untuk melahirkan

k. Permintaan pasien untuk dilakukan sterilisasi

l. Kurangnya operator yang berpengalaman

Dengan banyaknya komplikasi dari persalinan pervaginam dengan presentasi bokong,

persalinan sectio sesaria menjadi pilihan. Sesar mengurangi risiko menyebabkan

cedera traumatis pada bayi baru lahir dibandingkan dengan persalinan pervaginam

terjadi terutama dengan posisi sungsang, tetapi tidak menghilangkan ini mungkin

komplikasi disengaja.

Cara persalinan letak sungsang :

1. Pervaginam

15
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus

dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his

adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi

tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu

ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi

proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang

tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak

terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar.

Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi

persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala

janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak

adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan.

a) Persalinan spontan (spontaneous breech)

Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara

bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan

pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini

prosedur melahirkan secara bracht :

- Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.

- Saat bokong membuka vulva, dilak ukan episiotomi. Seger a setelah

bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht yaitu kedua ibu jari

penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari-jari lain

memegang panggul.

- Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, segera kendorkan

tali pusat tersebut.

16
- Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara

punggung ja nin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti

gerakan ini tanpa melakukan tarikan

- Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,

bahu dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.

Gambar 4. Pertolongan persalinan secara bracht

b) Manual aid

Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan

sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara

manual aid ada 3 tahapan yaitu: tahap pertama lahirnya bokong

sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap

kedua lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong

dengan cara klasik, mueller, lovset; tahap ketiga lahirnya kepala

dengan memakai cara mauriceau dan forceps piper.

Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang

dengan cara klasik :

17
- Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada

pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga

perut janin mendekati perut ibu.

- Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam

jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada

fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan

seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

- Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki

janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke

bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan

cara yang sama lengan dapat dilahirkan.

Gambar 5. Pengeluaran lengan secara klasik

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara

mueller :

- Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi

curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis

dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.

- Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih

dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang

lahir.

18
Gambar 6. Pengeluaran lengan secara muller

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :

- Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan

traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,

sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.

- Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang

berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik

sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat

dilahirkan.

Gambar 7. Pengeluaran lengan secara lovset

Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :

- Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke

dalam jalan lahir.

- Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari

ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain

mencengkeram leher.

19
- Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah

janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong

mencengkeram leher janin dari arah punggung.

- Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah

sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.

- Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke

atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut

lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya

seluruh kepala.

Gambar 8. Pengeluaran kepala secara mauriceau

20
c) Ekstraksi sungsang

Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga

penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi

dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta

tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu

gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.

Cara ekstraksi kaki :

- Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan

operator yang berada pada posisi yang sama dengan os

sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri

bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi

paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama

melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan

operator yang lain.

- Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka

dipegang dengan dua tangan operator pada betis dengan

kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke

bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan

dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada

punggung paha.

21
- Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok)

dengan tujuan menyesuaikan arah traksi dengan sumbu

panggul ibu.

Cara ekstraksi bokong:

- Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik

penunjuk (os sacrum).

- Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os

sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian

dilakukan ekstraksi curam ke bawah

- Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari

telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha

belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada

di luar vulva.

- Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan

trokanter belakang.

- Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.

- Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.

- Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua

tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di

atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat

paha janin.

22
- Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan,

kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu

bahu akan ke depan.

- Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa

dalam vagina untuk menentukan letak lengan janin, apakah

tetap berada di depan dada, menjungkit atau di belakang

tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang belikat

sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.

2. Perabdominam

Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui

pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak

sungsang dilakukan dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio

sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam

menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio sesarea

direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul

sempit.

Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang

primi tua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian

perinatal, curiga panggul sempit, ada indikasi janin untuk

mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal distress),

kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC.

Sedangkan seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang

23
prematuritas >26 minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan,

IUGR berat, nilai social janin tinggi, hiperekstensi kepala,

presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar).

24
BAB IV

ANALISIS KASUS

III.1 Permasalahan

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Apakah penatalaksanaan pada kasusu ini sudah tepat?

III.2 Hasil Analisis

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Diagnosis akhir pasien ini adalah G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu

kala I fase aktif dengan JTH Presbo Murni (Frank Breech).

Diagnosis didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, anamnesis telah dilengkapi

dengan identitas pasien, identitas suami pasien, riwayat menstruasi,

riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas

terdahulu, riwayat penyakit pasien terdahulu, riwayat penyakit

keluarga, riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.

Kehamilan ini merupakan kehamian pertama  G1P0A0. Pada kasus

ini, pasien datang dengan keluhan ingin melahirkan dengan anak

sungsang. Pasien mengeluh mulas-mulas semakin searing dan semakin

kuat sejak ½ jam SMRS (Pukul 01.00 WIB). R/ keluar darah dan

25
lendir (+), R/ trauma (-),R/ minum obat/jamu (-), R/ diurut (-) dan R/

post coital (-).Pasien mengaku rutin kontrol kehamilan nya setiap

bulan dengan bidan di posyandu, dikatakan bahwa letak anak nya

normal. Sehingga pasien baru mengetahui anaknya sungsang ketika

pasien diperiksa di RS. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan

gerakan anak masih dirasakan.

Riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, paru, dan ginjal

tidak ada. Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan mengkonsumsi

obat-obatan juga tidak ada. Os juga mengaku tidak memiliki alergi

terhadap makanan dan obat-obatan.

Anamnesis harus merujuk pada diagnosa sementara, yang dibuat

berdasarkan keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Keluhan

utama merupakan alasan yang menyebabkan pasien datang ke rumah

sakit. Pada kasus ini Os datang dengan keluhan utama mau melahirkan

dengan anak sungsang. Keluhan tambahan pada pasien ini nyeri perut

yang menjalar kepinggang. Anamnesis pada kasus ini cukup baik

dalam menggali keterangan untuk menjelaskan keluhan utama dan

keluhan tambahan lebih lanjut dan menyingkirkan diagnosis banding

yang dipertimbangkan. Dalam anamnesis telah ditanyakan mengenai

keluhan utama, dan disertai nyeri perut yang menjalar ke pinggang,

riwayat trauma dan penyakit penyerta pada kasus ini tidak.

26
Pada pasien ini juga telah dilakukan pemeriksaan fisik secara

menyeluruh, baik dari status present pasien (keadaan umum,

kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, serta suhu tubuh), status

generalisata (pemeriksaan secara head to toe), serta status obstetri dari

pasien (pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam). Dari pemeriksaan

fisik yang telah dilakukan didapatkan keadaan umum pasien tampak

sakit sedang dengan kesadaran compos mentis. TD 120/70 mmHg,

Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, T 36,5oC. Status Obstetri pada

pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jbpx (27 cm) dengan

taksiran berat janin 2580 gram, memanjang, puka, bokong, his

(+)3x/10’/35”, DJJ 145x/menit. Vaginal toucher didapatkan hasil

Portio lunak, anterior, eff 75%, Ɵ 6 cm, bokong, ketuban (-), jernih

dan bau (-), penunjuk sacrum kanan lintang dan tidak teraba kaki

disampingnya.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu telah dilakukan

pemeriksaan status present, status generalisata, dan status obstetri dari

pasien. Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan mencakup pemeriksaan

luar dan pemeriksaan dalam pada pasien sudah tepat dilakukan pada

pasien. Dari pemeriksaan luar didapatkan terbawah adalah bokong,

yang artinya pasien hamil dengan sungsang. Pada pemeriksaan dalam

didapatkan bagian terbawah bokong tanpa ada kaki diamping kanan

dan kirinya, hal ini menunjukan jenis presentasi bokong murni (frank

breech). Pada pemeriksaan DJJ yang dilakukan bertahap didapatkan

27
DJJ yang teratur. Presentasi terbawah janin adalah bokong, sehingga

dilakukan penilainan Zatuchni Andros dan didapatkan nilai 4, yang

artinya dapat dilahirkan secara seksio sesar.

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan akhir yang dilakukan

untuk menyingkirkan diagnosis banding yang telah ditegakan pada

pasien, serta untuk memperkuat diagnosis kerja. Pada pasien ini telah

dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah

pemeriksaan hematologi. Hasil pemeriksaan hematologi pasien

diantaranya adalah Hb : 12,1, Leukosit : 13.000, Hematokrit : 34,

Trombosit : 358.00. Pemeriksaan penunjang USG belum dilakukan

kepada pasien. Pemeriksaan USG penting dilakukan pada presentasi

bokong untuk mengetahui taksiran berat janin, jenis presentasi bokong,

volume air ketuban, letak implantasi plasenta, serta ada tidaknya

kelainan pada uterus maupun pada bayinya. Hal ini menjadi penting

untuk menentukan apakah suatu presentasi bokong dapat dilahirkan

secara pervaginam dan resikonya.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Penatalaksanaan obstetrik pada pasien ini adalah terminasi kehamilan

dengan persalinan seksio sesar. Tatalaksana dengan persalinan sesksio

sesar pada kasus ini sudah tepat. Indikasi persalinan seksio sesar pada

pasien ini adalah berdasarkan nilai Zatuchni Andros score yang

berjumlah 4. Seperti yang telah diketahui, apabila ZA score >4 maka

28
kehamilan dapat diakhiri dengan perrsalinan pervaginam, jika <4 maka

kehamilan harus diakhiri dengan sectio cesarea dan jika ZA score 4

maka dilakuakan reevaluasi. Namun dipertimbangkan pada kasus ini,

mengingat kemungkinan resiko yang terjadi akibat persalinan

pervaginam pada kasus sungsang sangat banyak, sehingga dipilih cara

persalinan dengan seksio sesar.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirahardjo, S. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2007

2. Mocthar, R. Sinopsis Obstetri I. Jakarta : EGC; 1998

3. Wiknjosastro, H. Ilmu kandungan. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono

prawiroharjo; 1999

4. Anthony R. Introduction to pPROM. Obstet Gyne Clinics of North

America 1992; 19: 241-247

5. Wiknyosastro H, Saiffudin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kebidanan, Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999; 85-86

6. Benzion T. 1994. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan

ginekologi. Jakarta, EGC

7. Reece EA, Hobbins J. Normal and Abnormal placentation. 2007. Clinical

Obstetrics : The Fetus and Mother. Ed.3. Massachusetts: Blackwell

8. Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins

Gea. Intrapartum Assessment.. 2002. Williams obstetrics. Ed.22.

Stamford: Appleton and Lange

9. DeCherney AH, Nathan L. Methods of Assessment for Pregnancy at Risk.

2003. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. Ed.9.

California : TheMcGraw-Hill Companies, Inc

10. Saifudin AB dan Rachimhadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:

Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. 2000

30

Anda mungkin juga menyukai