Anda di halaman 1dari 49

Case Report Session

G2P1A0 GRAVIDA 35-36 MINGGU BELUM INPARTU DENGAN PEB +

BEKAS SC + IUFD

OLEH Enita Harianti


PEMBIMBING : dr. Hanif M. Noor, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obsgyn


FKIK UNJA/RSUD Raden Mattaher
2019
Pendahuluan

 Di seluruh dunia : 50.000 – 76.000 kematian maternal dan 900.000


kematian perinatal / tahun di seluruh dunia
 Di Indonesia : penyebab kematian nomor 2 tertinggi

 Preeklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin :


menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
 Dampak preeklamsia : intrauterine growth restriction (IUGR),
oligohidramnion, prematuritas dan berat badan lahir rendah -> IUFD
Laporan kasus
Identitas pasien

Nama : Ny. A
Nama : Tn. C
Umur : 30 tahun
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia Suku/bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jelutung RT.26
Alamat : Jelutung RT.26

MRS : 6 Februari 2019, Pukul 22.15 WIB


ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
Pasien tidak merasakan gerakan janin sejak ± 1 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang

 Pasien datang dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin ± 1 hari


SMRS. 2 hari SMRS pasien datang ke praktek bidan untuk periksa
kehamilan karena pasien merasa gerakan janin berkurang, saat diperiksa
dikatakan kondisi janin baik. 1 hari SMRS pasien datang ke praktek
dokter kandungan, dilakukan USG dan didapatkan bahwa janin telah
mati. Saat diperiksa, tekanan darah pasien juga tinggi. Pasien disarankan
untuk dioperasi SC dirumah sakit umum. BAB dan BAK normal, keluar
air-air dari jalan lahir (-), keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
(-).
Riwayat penyakit dahulu

 Hipertensi
 DM
 Asma Negatif
 Hepatitis
 Alergi Obat
Riwayat obstetri Riwayat Persalinan
• P1: 2016/ATERM/RUMAH
 GPA : G2P1A0 SAKIT/SC/DOKTER/PR/3200GR

 HPHT : 21-05-2018 • RIWAYAT PERKAWINAN : OS MENIKAH


SATU KALI, LAMA 5 TAHUN
 TP : 28-02-2019
• RIWAYAT KONTRASEPSI : OS TIDAK
 Menarche: Umur 14 tahun PERNAH MENGGUNAKAN ALAT
 Siklus haid: teratur 28 hari KONTRASEPSI

 Lama haid: 7 hari. • IMUNISASI TT : TIDAK PERNAH


• ANC : TIDAK PERNAH
Pemeriksaan fisik

 TD : 170/110 mmHg
 N : 86x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,70C
 Berat badan sebelum hamil : 60 kg
 Berat badan saat hamil : 69 kg
 Tinggi Badan : 158 cm
Pemeriksaan Fisik
TD : 170/110 mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,70C
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Berat badan saat hamil : 69 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Status Generalisata

Kepala : Normocephale, rambut hitam tidak mudah dicabut.


Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikhterik -/-, reflek
cahaya +/+, Palpebra edama -/-

THT : Dalam batas normal


Leher:Pembesaran KGB (-),
pembesaran tiroid(-), Thorak : Pergerakan dada simetris statis dan
pembesaran vena jugularis (-) dinamis

Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-


Cor : Bj I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Membesar, Dada :pembesaran mammae simetris, puting susu
supel, perut tampak membesar menonjol, hiperpigmentasi areola mammae,
ke depan, striae gravidarum (-), colostrum (-)
linea nigra (+), sikatrik (-)

Ekstremitas Superior: akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-


Ekstremitas Inferior : akral hangat +/+, edema +/+, sianosis -/-
Status Obstetri
TBJ : (31 - 11) x 155 = 3100 gram
Pemeriksaan abdomen
HIS : negatif (-)
Leopold I : TFU 31 cm, teraba bagian yang lunak, tidak
Auskultasi : DJJ = negatif (-)
melenting, dan kurang bundar (bokong).
Leopold II :
Pemeriksaan Genitalia ekterna dan interna
Kanan : teraba bagian terbesar janin (punggung) Vulva : Labia mayor/minor simetris,
Kiri :teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas) pembengkakan kelenjar bartholini (-).
Leopold III : teraba bagian keras, bundar,
Vaginal Toucher:
melenting(kepala). Portio : konsistensi kenyal
Leopold IV : 5/5 belum masuk PAP
Pendataran : 0%
Pembukaan : belum ada pembukaan
Ketuban : (+)
Penunjuk : ubun-ubun kecil
Presentasi : presentasi kepala
Penurunan : Hodge I
Posisi : UUK di anterior
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin (6-2-19) :
 Darah rutin
Faal hati
 Hb : 13,6 gr/dL
SGOT : 17 U/L
SGPT : 12 U/L
 Ht : 38,1 %
Faal ginjal
 Leukosit : 12,8 x 103/mm3
Ureum : 15 mg/dl
 Eritrosit : 4,54x 106/mm3
Kreatinin : 1,0 mg/dl
 Trombosit : 251 x 103/mm3 GDS : 104mg/dl
 Urin rutin
 Proteinuria : (+++)
 Glukosa : (-) Diagnosis
 Elektrolit G2P1A0 Gravida 35-36 minggu belum Inpartu + PEB,
 Na : 138,83 mmol/L bekas SC + IUFD
 K : 3,89 mmol/L
 Cl : 104,41 mmol/L
 Ca : 1,39 mmol/L
penatalaksanaan

Observasi KU, TTV


O2 nasal canul 3 L/i
IVFD RL + MgSO4 40 % 1 gr/jam
Nifedipin 4 x 10 mg
Dopamet 3 x 250 mg
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
R/ Sectio Caesarea
LAPORAN OPERASI
Nama dokter : dr. Hanif M. NOOR Sp.OG
Diagnosa pre operatif: G2P1A0 Gravida 35-36 minggu belum Inpartu + PEB, bekas SC + IUFD
Diagnosa post operatif: P2A0 Post SC a/i PEB
Tanggal operasi : 7 Januari 2019 Pukul 08.30 wib

Pasien terlentang dalam stadium narkose, dilakukan insisi dinding perut di atas
bekas SC
Dinding perut dibuka lapis demi lapis
SBR dibuka, dilebarkan secara tajam
Kepala bayi diluksir
Pukul 8.40 WIB bayi lahir perabdominal
JK: laki-laki, BB: 2600 gr, A/S: 0/0, Maserasi grade: 3
Plasenta dilahirkan perabdominal lengkap
Dilakukan pemasangan IUD
SBR dan dinding perut ditutup lapis demi lapis
Tindakan selesai
Terapi Post Operasi

 Awasi tanda-tanda vital IVFD RL 20 tetes/i


 pasien tidur pakai bantal Inj. Cefotaxim 3x1
 pasien boleh makan minum bertahap Inj. Ketorolac 2x1
 Mobilisasi bertahap Po. alinamin F 2x1
ketoprofen supp 3x1
Tanggal Follow Up

Follow UP 8 Februari 2019 S : Nyeri luka operasi (+)


O : KU : sedang,
TD : 120/70 S/N : 36,5/82x/i, RR
:20x/i
TFU : 2 jari dibawah umbulikus
Konut : Baik
Lochea : Rubra
A : P2A0 Post Op SC a/i PEB + IUFD
hari ke-I
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim 3x1
Inj. Ketorolac 2x1
Po. alinamin F 2x1
ketoprofen supp 3x1
Tanggal Follow Up

Follow UP 9 Februari 2019 S : Nyeri luka operasi (+)


O : KU : sedang,
TD : 110/70 S : 36,5 N: 80x/i, RR
:16x/i
TFU : 2 jari dibawah umbulikus
Konut : Baik
Luka Bekas Operasi Kering
Lochea : Rubra
A : P2A0 Post Op SC a/i PEB + IUFD
hari ke-II
P : IVFD RL 20 tetes/i
Inj. Cefotaxim 3x1
Inj. Ketorolac 2x1
Po. alinamin F 2x1
ketoprofen supp 3x1
Tanggal Follow Up

Follow UP 10 Februari S : Nyeri luka operasi (-)


2019 O : KU : sedang,
TD : 120/70 S : 36,2 N: 82x/i, RR
:18x/i
TFU : 2 jari dibawah umbulikus
Konut : Baik
Luka Bekas Operasi Kering
Lochea : Rubra
A : P2A0 Post Op SC a/i PEB + IUFD
hari ke-III
P : Aff infus dan kateter
PBPL
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Definisi

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.


Pengukuran sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam
dalam kondisi tenang dan istirahat.
Klasifikasi
Preeklamsia Berat

preeklamsia dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg disertai


proteinuria > 3,5 g/24 jam dan bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut:
Tanda dan Gejala
TD ≥ 160/110 mmHg.
Proteinuria > 3,5 g/24 jam atau (+++)
Oliguria
kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral:
Nyeri epigastrium
Edema paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat:<100.000 sel/mm
Gangguan fungsi hepar
IUGR
Sindrom HELLP
Klasifikasi

Preeklamsia berat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :


1. Preeklamsia tanpa impending eklamsia
2. Preeklampsia dengan impending eklamsia

Disebut impending jika  gejala sakit kepala, muntah-muntah, nyeri


epigastrium dan peningkatan tekanan darah progresif
Teori perkiraan etiologi preeklamsia

 Teori kelainan vaskularisasi dan plasenta


 Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel\
 Peran faktor imunologis
 Peran faktor genetik/familial
Faktor Resiko

 Primigravida
 Usia > 35 tahun
 Usia < 20 tahun
 Ras kulit hitam
 Riwayat preeklamsia pada keluarga
 Nullipara
 Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
 Kondisi medis khusus : diabetes gestational, diabetes tipe 1, obesitas,
hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia
 Stress
Manifestasi klinis
Penegakan Diagnosa
Penatalaksanaan

 Sikap terhadap penyakitnya


 rawat inap
 Monitoring input cairan dan output cairan
 Pemberian antasida
 Pemberian obat antikejang  MgSO4
 Loading dose :
initial dose  4 gram MgSO4 : intravena (40% dalam 10 cc) selama 15
menit.
Maintenace dose :
Diberikan infus 6 gram (15 cc) dalam larutan ringer 500cc /6 jam
Penatalaksanaan

Pemberian antihipertensi
 Nifedipin (Ca Channel Blocker) : 10 - 20 mg per oral, diulangi setelah 30
menit, maksimum 120 mgdalam 24 jam.
 Jika diastolic ≥110mmHg juga dapat diberikan metildopa, dosis efektif
minimal 2x125 mg per hari dan dosis maksimal 3gr/hari
Sikap terhadap kehamilannya
* Aktif. bila :
Ibu :
 UK ≥ 37 minggu.
 Ada tanda-tanda Impending Eclamsia.
 Kegagalan tx konservatif, yaitu : keadaan klinik laboratorik memburuk.
 Diduga solusio plasenta.
 Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau pendarahan.
Janin :
 tanda-tanda fetal distress.
 tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR).
 oligohidramion.
Laboratorik :
 “Sindrom HELLP” khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.
 Cara mengakhiri kehamilan dilakukan berdasar keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah
sudah inpartu atau belum.
Manajemen persalinan

Aterm tetapi Belum Inpartu Aterm sudah Inpartu

Induksi persalinan dapat dilakukan bila hasil KTG normal. pemantauan kemajuan persalinan dengan
Pemberian drip oksitosin dilakukan bila nilai skor pelvik ≥5. menggunakan partograf.
Bila perlu, dilakukan pematangan cervix dengan balon
Kemudian persalinan kala II dipersingkat dengan
kateter no. 24 diisi dengan 40 cc aquadest. Pada skor pelvik
EV/EF.
yang rendah dan kehamilan masih sangat preterm, seksio
Seksio sesaria dilakukan bila:
sesaria lebih baik dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. (1) terjadi maternal/fetal distress;

Seksio sesaria dilakukan bila : (2) 6 jam tidak masuk fase aktif;

(1) induksi persalinan gagal (6jam setelah diinduksi tidak (3) penyimpangan partograf.

tercapai his yang adekuat);

(2) terjadi maternal/fetal distress.


* Konservatif, bila:
kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa impending eclamsia
dengan keadaan janin baik
Komplikasi

 Kelainan mata
Solusio plasenta
 Edema paru
Hipokalsemia
Intoksikasi Magnesium  Nekrosis hati
Hipofibrinogenemia  Sindroma HELLP
Hemolisis
 Kelainan ginjal
Perdarahan otak
 Prematuritas,
dismaturitas, sepsis,
cerebral palsy dan IUFG
Prognosis

Wanita dengan riwayat preeklampsia/eklampsia pada kehamilan < 28 minggu,


memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya komplikasi
IUFD

Kematian Janin
 Definisi
Janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih
Penyebab IUFD

Janin Plasenta Ibu


(25-35%) (5-10%)
(25-40%)
Diagnosis

 Anamnesis
Tidak merasakan gerakan janin
 Pemeriksaan Fisik
Tinggi fundus menurun, lingkar perut mengecil, BB turun
 Pemeriksaan Penunjang
- DJJ (-)
- USG
Evaluasi Pada Bayi Lahir Mati

Pemeriksaan Klinis
 Gambaran umum bayi
 Tali Pusat
 Cairan amnion
 Plasenta
 Selaput ketuban

Diagnosis PenyebabOtopsi
Penatalaksanaan

 Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, dilakukan


pemeriksaan tanda vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer,
fungsi pembekuan, dan gula darah
 Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2
minggu tanpa komplikasi.
 Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi persalinan
dengan oksitosin atau misoprostol
 Tindakan perabdominan dilakukan bila janin letak lintang
Pencegahan

 ANC
 Bila Ibu merasakan gerakan janin menurun, tidak bergerak USG
KOMPLIKASI

 Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin
dan persalinan cukup lama.
 Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
 Dapat terjadi kuagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu.
ANALISA KASUS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan :

• Tidak merasakan gerakan janin sejak 1 hari SMRS


• Peningkatan tekanan darah 170/110 mmHg
• Protein urin (+++)
• Riwayat hipertensi sebelum hamil (-)
• Riwayat SC pada persalinan sebelumnya
• USG tidak ditemukan lagi adanya denyut jantung janin

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium pasien


dapat didiagnosa pre eklampsia berat + bekas SC 1x + IUFD
TATALAKSANA

• Diberikan MgSO4 40% 4 gram bolus IV dilanjutkan drip MgSO4 40% 6 gram
dalam RL 500 cc gtt 28 tetes/menit bertujuan untuk mencegah kejang dengan
cara kerja menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan
serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular sehingga terjadi
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium.
• Nifedipin 4x10 mg. Obat ini bekerja menghambat influx kalsium ke dalam sel
otot polos arteri. Nifedipin bersifat lebih selektif sebagai vasodilator dan
mempunyai efek depresi jantung yang lemah jika dibandingkan dengan obat
golongan CCB lainnya.
TATALAKSANA

• Penggunaan kombinasi nifedipin 10 mg dan dopamet 250 mg efektif dalam


menurunkan tekanan darah dalam pengelolaan kasus preeklampsia berat
dengan komplikasi maternal yang minimal.
• Pemasangan kateter foley pada pasien ini bertujuan untuk memantau cairan
yang keluar dari tubuh karena ditakutkan terjadi oliguria (produksi urin <30
cc/jam dalam 2-3jam atau <500 cc/24jam).
• Pada kasus ini, kehamilan diterminasi perabdominam atau dilakukan Sectio
Saecarea atas indikasi ibu berupa adanya riwayat sectio saecarea pada
persalinan sebelumnya.
Kesimpulan
Preeklampsia didefinisikan sebagai suatu sindrom yang dijumpai pada ibu
hamil di atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau
tanpa edema. Diagnosis preeklampsia berat adalah keadaan preeklampsia
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg.
IUFD adalah janin dalam rahim yang beratnya 1000 gram atau lebih, usia
kehamilan telah mencapai 28 minggu atau lebih. Dalam Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegagalan janin, atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai