Anda di halaman 1dari 35

G3P2A0 Hamil 34 Minggu dengan PPI dan Riwayat SC 2x Janin Tunggal Hidup

Presentasi Kepala

(Case Report)

Disusun oleh :

Azzren Virgita Pasya

1618012051

Pembimbing :

dr. Dino Rinaldy, Sp.OG(K)Onk

SMF OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI

RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

2017
KATA PENGANTAR

Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “G3P2A0
hamil 34 minggu dengan PPI dan riwayat SC 2x janin tunggal hidup presentasi
kepala” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar
Lampung.Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Dino Rinaldy, Sp.OG(K)Onk
yang telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus
ini.Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

I. LAPORAN KASUS ................................................................................. 1


II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
III. ANALISA KASUS .................................................................................. 22
IV. KESIMPULAN ....................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
LAPORAN KASUS

STATUS OBSTETRI
Tanggal Masuk RSAM : 08 Agustus 2017
Pukul : 17.50 WIB

A. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
I. Identitas

Nama : Ny. M Suami : Tn. G


Umur : 27 tahun Umur : 37 tahun
Suku : Jawa Suku : Padang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jl. Imam bonjol,
Kemiling

II. Keluhan

Utama : Hamil kurang bulan dengan perut mulas-mulas

III. Riwayat Haid

Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Jumlahnya : Jumlah darah normal, tidak nyeri
Lamanya : 7 hari
Warnanya : Merah darah
Baunya : Dalam batas normal
HPHT : 13 Desember 2016
2

IV. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, lamanya 10 tahun. Usia menikah 16 tahun.

V. Riwayat Kehamilan Sekarang

±6 jam SMRS os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang makin lama
makin sering disertai dengan nyeri. Keluar darah lendir (-), keluar air-air (-), post
coital (-), perut diurut-urut (-), trauma (-), keputihan (+) 3 hari SMRS os
mengeluhkan keputihan. Os hamil kurang bulan, gerakan janin masih dirasakan
dan os memiliki riwayat SC 2X.

VI. Riwayat Kehamilan – Persalinan – Nifas terdahulu

N Tanggal/ Tempat Usia Cara Penolong Penyulit Jenis BBL Keadaan


o. Tahun Persalinan Keham pesali Kelamin
Persalin ilan nan
an

1. 2006 Rumah Cukup SC Dokter Anhidra Laki-laki 3000 Sehat


Sakit Bulan mnion gram
Abdul
muluk

2. 2014 Rumah Cukup SC Dokter PPT Laki-laki 2900 Sehat


Sakit Bulan gram
Abdul
muluk

3. Hamil ini

VII. Riwayat Penyakit/ Kebiasaan Terdahulu

Pasien mengaku pernah memiliki riwayat operasi sesar sebanyak dua kali karena
adanya anhidramnion dan plasenta menutupi jalan lahir, anak dengan berat
badan lahir 3000gram dan 2900gram. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal,
3

kebiasaan merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan disangkal


pasien. Pasien juga mengaku tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.

VIII. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit tertentu dalam keluarga

IX. Riwayat Kontrasepsi

Pasien mengaku pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa KB suntik selama


±3 tahun.

X. Riwayat Imunisasi Selama Hamil

Pasien tidak mendapat imunisasi TT selama kunjungan antenatal.

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,6oC
Tinggi badan : 144 cm
Berat badan : 53 kg
4

II. Status Generalis

Kulit : Dalam batas normal


Kepala : normochepal, rambut hitam dan distribusi merata
Mata : Dalam batas normal
Gigi / mulut : gigi geligi lengkap, karies (-)
Leher : JVP dalam batas normal, pembesaran KGB (-)
Thorax : Mammae membesar dan tegang (+), Hiperpigmentasi areola (+)
Jantung : ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba di ICS 6 linea
midclavicularis sinistra, BJ I = BJ II reguler, murmur (-), gallop (-).
Kesan : batas jantung normal
Paru-paru : simetris, fremitus vokal dan taktil simetris, sonor lapang paru
dalam batas normal, vesikuler (+)/(+), ronki (-)/(-), whezing (-)/(-)
Abdomen : cembung, simetris, lesi (-), nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan
lien sulit dievaluasi, timpani, nyeri ketuk (-), bising usus normal
Ekstrimitas : edema (-)/(-), refleks patela (+)/(+), sianosis (-)/(-), akral hangat
(+)/(+)

III. Status Obstetri

Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), aerola
hiperpigmentasi
Abdomen : Membesar, letak memanjang, striae (-), linea nigra (-), bekas
operasi (+)
Palpasi
Leopold I : TFU 4jbpx (26 cm) bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : keras memanjang pada bagian kanan
Leopold III : bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : divergen, U: 5/5
5

TBJ :2015 gram


DJJ: 136 x/menit
His : 1x/10’/10’’
Pemeriksaan Dalam

VT : Portio lunak, posterior, eff 0%, Ø kuncup, kepala, HI , ketuban


dan penunjuk belum dapat dinilai.
Inspekulo : Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (-), E/L/P (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
08 / 08 / 2017

Hematologi
Hb : 11,8 g/dL
Leukosit : 11.700/uL
Eritrosit : 4,0 juta /uL
Hematokrit : 34 %
Trombosit : 268.000/uL
MCV : 84 fL
MCH : 29 pg
MCHC : 35 g/dL
Hitung Jenis
Eosinofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 83%
Limfosit : 11%
Monosit : 6%
LED : 30 mm/jam
CT : 9 menit
BT : 2 menit
Gula Darah Sewaktu : 71mg/dl
6

USG
09 / 08 / 2017
Tampak : Janin tunggal hidup, presentasi kepala.
Biometri janin : BPD, HC, FL, AC ̴ 33-34 minggu
TBJ : 2000g
Kesan : Hamil 33-34 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala
dengan TBJ 2000g

D. DIAGNOSIS

G3P2A0 hamil 34 minggu dengan PPI dan riwayat SC 2x janin tunggal hidup
presentasi kepala.

E. PENATALAKSANAAN

- Observasi TVI, His, DJJ, Tanda Inpartu


- IVFD RL gtt xx/menit
- Nifedipine 4x10 mg PO
- Inj. Deksametason 2x6mg
- R/ Konservatif

F. PROGNOSIS

Ibu
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Anak
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
7

Follow Up

HARI/
CATATAN INSTRUKSI
TANGGAL
08/08/2017 S/ KU P/
17.50 WIB Hamil kurang bulan dengan perut  Observasi TVI, his, DJJ
mules  IVFD RL gtt xx/m
Hb: 11,8 g/dL RPP  Nifedipine 4x10 mg PO
±6 jam SMRS os mengeluh  Deksametason 2x6mg
Leukosit:11.700/u perut mules yang menjalar ke 
L Cek lab DR
pinggang makin lama makin
Eritrosit : 4,0 sering disertai dengan nyeri. R/
juta /uL Keluar darah lendir (-), keluar  Konservatif
air-air (-), post coital (-), perut
Hematokrit : 34 %  USG konfirmasi (besok)
diurut-urut (-), trauma (-),
Trombosit keputihan (+) 3 hari SMRS os
:268.000/uL
mengeluhkan keputihan. Os
MCV : 84 fL hamil kurang bulan, gerakan
MCH : 29 pg
janin masih dirasakan dan os
memiliki riwayat SC 2X.
MCHC : 35 g/dL
O/ Status present
Hitung Jenis
KU : Sedang
Eosinofil : 0% Kes : Komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Batang : 0%
Nadi : 84 x/menit
Segmen : 83% RR : 21x/menit
T : 36,6oC
Limfosit : 11%
Status Obstetri
Monosit : 6% PL: FUT 4 jbpx (26 cm),
Memanjang, Puka, Kepala,
LED : 30 mm/jam
His1x/10’/10”,DJJ136x/m,
CT : 9 menit TBJ:2015 gram.
BT : 2 menit
VT: Portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup, kepala,
Gula Darah HI,ketuban dan penunjuk
Sewaktu : 71
belum dapat dinilai.
Inspekulo : Portio livide, OUE
tertutup, fluor (-),
fluxus (-), E/L/P (-)
Indeks Tokolitik : 2

A/ G3P2A0 hamil 34 minggu


dengan PPI dan riwayat SC 2x
janin tunggal hidup presentasi
kepala.
8

09/08/2017 S/ KU P/
07.00WIB Ibu masih mengeluhkan mulas-  Observasi TVI, his, DJJ
mulas yang menjalar sampai  IVFD RL gtt xx/m
kepinggang.  Nifedipine 4x10 mg PO
 Deksametason 2x6 mg
O/ Status present  As.folat 1x1
KU : Sedang
Kes : Komposmentis USG Konfirmasi oleh
TD : 130/80 mmHg dr.Ody Wijaya, Sp.OG
Nadi : 81x/menit  Ketuban Cukup
RR : 22x/menit  TBJ : 2000g
T : 36,0oC  Perempuan
 BPD
Status Obstetri 33-
 FL
PL: FUT 4 jbpx (26 cm), 34Minggu
 AC
Memanjang, Puka, Kepala,
His1x/10’/10”,DJJ146x/m,  Kesan: Hamil 33-34
TBJ:2015 gram. minggu janin tunggal
VT: Portio lunak, posterior, eff hidup presentasi kepala
0%, Ø kuncup, kepala, dengan TBJ 2000g
HI,ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai. R/ Konservatif
Inspekulo : Portio livide, OUE
tertutup, fluor (-),
fluxus (-), E/L/P (-)
Indeks Tokolitik : 2

A/ G3P2A0 hamil 34 minggu


dengan PPI dan riwayat SC 2x
janin tunggal hidup presentasi
kepala.

12.00 WIB Pasien pindah ke bangsal


16.45 WIB S/ KU P/
Ibu masih mengeluhkan mulas-  Observasi TVI, his, DJJ
mulas yang menjalar sampai  IVFD RL gtt xx/m
kepinggang.  Nifedipine 4x10 mg PO
 Deksametason 2x6 mg
O/ Status present  As.folat 1x1
KU : Baik
Kes : Komposmentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,4oC
9

Status Obstetri
PL: FUT 4 jbpx (26 cm),
Memanjang, Puka, Kepala,
His1x/10’/10”,DJJ148x/m,
TBJ:2015 gram.
VT: Portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup, kepala, HI,
ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai.

Indeks Tokolitik : 2

A/ G3P2A0 hamil 34 minggu


dengan PPI dan riwayat SC 2x
janin tunggal hidup presentasi
kepala.
10/08/2017 S/ KU P/
07.00WIB Ibu mengeluhkan mulas-mulas  Observasi TVI, his, DJJ
tapi sudah mulai berkurang.  IVFD RL gtt xx/m
 Deksametason 2x6 mg
O/ Status present  Nifedipine 4x10 mg PO
KU : Baik  As.folat 1x1
Kes : Komposmentis
TD : 100/60 mmHg R/ Pulang  Kontrol Poli
Nadi : 81 x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,5oC

Status Obstetri
PL: FUT 4 jbpx (26 cm),
Memanjang, Puka, Kepala,
His1x/10’/10”,DJJ135x/m,
TBJ:2015 gram.
VT: Portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup, kepala,
HI,ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai.
Indeks Tokolitik : 1

A/ G3P2A0 hamil 34 minggu


dengan PPI dan riwayat SC 2x
janin tunggal hidup presentasi
kepala.
12.00 WIB S/ KU P/
Ibu tidak mengeluhkan mulas-  Nifedipine 4x10 mg PO
mulas lagi.  As.folat 1x1

R/ Pulang  Kontrol Poli


10

O/ Status present
KU : Baik
Kes : Komposmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,6oC

Status Obstetri
PL: FUT 4 jbpx (26 cm),
Memanjang, Puka, Kepala,
His(-),DJJ146x/m,
TBJ:2015 gram.
VT: Portio lunak, posterior, eff
0%, Ø kuncup cm, kepala,
HI,ketuban dan penunjuk
belum dapat dinilai.
Indeks Tokolitik : 0

A/ G3P2A0 hamil 34 minggu


dengan PPI dan riwayat SC 2x
janin tunggal hidup presentasi
kepala.
13.00 Kondisi pasien baik, pasien
dipulangkan
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-

37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Persalinan preterm adalah

kontraksi regular yang terjadi pada usia <37 minggu dan terdapat perubahan pada

serviks. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premtur adalah

bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Himpunan

kedokteran fetomaternal POGI di semarang tahun 2005 menetapka bahwa

persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37

minggu. (Mochtar, 2013; Wardani, 2014)

2.2 Etiologi

Persalinan premature merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi

keadaan obstetric, sosiodemografi, dan faktor medis mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya persalinan premature. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai

seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma. Banyak

persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator

biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan

serviks, yaitu :

1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu

maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin


12

2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari

traktus genitourinaria atau infeksi sistemik

3. Perdarahan desidua

4. Peregangan uterus patologik

5. Kelainan pada uterus atau serviks

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan

premature harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi,

menyebabkan persalinan premature atau seorang dokter terpaksa mengakhiri

kehamilan pada saat kehamilan belum genap bulan. Kondisi selama kehamilan

yang beresiko terjadinya persalinan preterm adalah

Janin dan plasenta :

 Perdarahan trimester awal

 Perdarahan antepartum

 Ketuban pecah dini (KPD)

 Pertumbuhan janin terhambat

 Cacat bawaan janin

 Kehamilan ganda/gemeli

 Polihidramnion

Ibu :

 Penyakit berat pada ibu

 Diabetes mellitus

 Preeclampsia/hipertensi

 Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine

 Penyakit infeksi dengan demam


13

 Stress psikologik

 Kelainan bentuk uterus/serviks

 Riwayat persalinan preterm/abortus berulang

 Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)

 Pemakaian obat narkotik

 Trauma

 Perokok berat

 Kelainan imunologi/kelainan resus. (Mochtar, 2013)

Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan

partus prematurus yaitu :

1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,

serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks

mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat

abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem

sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi

konisasi, dan iritabilitas uterus.

2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan

pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok

lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat

abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.


14

Ada empat penyebab utama untuk kelahiran kurang bulan di amerika serikat:

1. Pelahiran atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau

bayi dilahirkan dengan pelahiran sesar prapersalinan.

Factor penyebab kelahiran terindikasi sebelum 35 minggu.

Preeclampsia,distress janin, kecil masa kehamilan dan solusio plasenta

merupakan indikasi umum atas intervensi medis yang mengakibatkan

kelahiran kurang bulan. Penyebab lainnya yang kurang umum adalah

hipertensi kronik, plasenta previa, perdarahan tanpa sebab yg jelas,

diabetes, penyakit ginjal, isoimunisasi Rh da malformasi kongenital.

2. Persalinan kurang bulan spontan takterjelaskan dengan selaput ketuban

utuh.

Mengulas pathogenesis persalinan kurang bulan dan mengaitkannya

dengan:

Teori withdrawal progesterone : semakin mendekati proses kelahiran,

sumbu adrenal janin menjadi lebih sensitive terhadap hormone

adrenokortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol

janin meragsang aktivitas 17-a-hidroksilase plasenta sehingga mengurangi

sekresi progesterone dan meningkatkan produksi esterogen. Pembalikan

rasio esterogen/progesterone menyebabkan peningkatan pembentukan

prostaglandin memicu rangkaian yang berujung pada persalinan.

3. Ketuban pecah dini preterm (PPROM) idiopatik.

Didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum persalinan dan sebelum

37 mingggu. Ketuban pecah dini prematur dapat disebabkan oleh

beragamnya mekanisme patologis, termasuk infesksi intraamnion. Faktor


15

lain yang terlibat termasuk sosial ekonomi rendah, indeks massa tubuh

rendah- kurang dari 19,8, kekurangan gizi dan merokok.

4. Kelahiran kembar dan multijanin yang lebih banyak. (Cunningham, 2014)

2.3 Patofisiologi

Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme untuk

mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya gangguan

yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur persalinanan

normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur

terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan.

Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah

ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang

menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.

Drife dan magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi tanpa

diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan efektif, 10% pada

kehamilan ganda dan sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu atau janinnya.

Infeksi korioamnion diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban

pecah dini dan persalinan preterm. Kemungkinan diawali dengan aktivasi

fosfolipase A2 yang melepaskan bahan asam arkhidonat dan selaput amnion janin,

sehingga asam arakhidonat bebas meningkat untuk sintesis prostaglandin.

Endotoksin dalam air ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan

sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisisasi proses persalinan. Persalinan

preterm yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran

produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-
16

1, tumor nekrosing factor (TNF) dan interleukin-6 adalah produk sekretorik yang

diakitkan dengan persalinan preterm. Sementara itu, platelet activating factor

(PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi

jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan diparu dan ginjal janin. Dengan

demikian janin memainkan peran yang sinergik dalam mengawali proses

persalinan preterm yang disebabkan oleh infeksi. Bakteri sendiri mungkin

menyebabkan kerusakan membrane lewat pengaruh langsung dari protease.

(Mochtar, 2013).

Infeksi intrauteri memicu persalinan kurang bulan akibat aktivasi system imun

bawaan. Dalam hipotesisis ini mikroorganisme menyebabkan melepaskan sitokin

inflamasi, seperti interleukin dan tumor necrosis factor (TNF), yang kemudian

merangsang produksi prostaglandin dan/atau matrix-degrading enzyme.

Prostaglandin merangsang kontraksi rahim sedangkan degradasi matriks

ekstraseluler pada membrane janin menyebabkan ketuban pecah dini kurang bulan

(Cunningham, 2014).

Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal vagina

predominan laktobasilus yang menghasilkan hydrogen peroksida digantikan oleh

bakteri anaerob, gardnella vaginalis, spesies mobilunkus atau mikoplasma

huminis. Keadaan ini telah lama dikaitkan dengan ketuban pecah dini, persalinan

preterm dan infeksi amnion terutama bila pada pemeriksaan PH vagina lebih dari

5,0. Kondisi medik lain yang sering menimbulkan persalinan preterm adalah

inkompetensi serviks. Penderita dengan inkompetensi serviks beresiko mengalami

persalinan preterm (Mochtar, 2013).


17

2.4 Diagnosis

Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosisancaman persalinan preterm.

Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar merupakan

ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis

ancaman persalinan preterm, yaitu :

 Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali

dalam waktu 10 menit.

 Ada nyeri pada punggung bawah (low back pain).

 Perdarahan bercak.

 Perasaan menekan daerah serviks.

 Pemeriksaan serviks menunjukkam telah terjadi pembukaan sedikitnya

2cm, dan penipisan 50-80%.

 Persentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.

 Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan

preterm.

 Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.

Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda

klinik sebagai berikut :

 Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu

jam

 Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,

perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.


18

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis

PPI :

1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor

rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis : surfaktan, gas dan PH

darah janin.

2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas

biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan

kelainan uterus. (Mochtar, 2013)

2.5 Penatalaksanaan

Ibu hamil yang mempunyai resiko terjadi persalinan preterm dan/atau

menunjukkan tanda-tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi untuk

meningkatkan neonatal outcomes. Manajemen persalinan preterm bergantung

pada beberapa faktor.

 Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana

selaput ketuban sudah pecah.

 Pembukaan serviks. Persalinan sulit dicegah bila pembukaan sudah 4cm.

 Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan

makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila

TBJ>2000 atau kehamilan >34 minggu.

 Penyebab/komplikasi persalinan preterm

 Kemampuan neonatal intensive care facilities


19

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama

mencegah morbiditas dan mortalitas neonates preterm adalah:

 Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis.

 Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid

 Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi

 Tokolisis

Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan,

tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu

dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan

serviks. Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :

 Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature

 Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan

paru janin

 Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap.

 Optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:

 Kalsium antagonis: nifedipin 10mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap

8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi

berulang. Pemberian nifedipin menurut Royal College Of Obstetricians And

Gynaecologists (RCOG) dosis inisial 20mg PO. Lanjut, 10-20mg, 3-4x/hari,

selama 2 hari. Pemberian nifedipin menurut American College Of


20

Obstetricians And Gynaecologists (ACOG) dosis inisial 30mg, lanjut, 10-

20mg setiap 4-6 jam.

 Obat B-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat

digunakan, tetapi nifedipin memiliki efek samping lebih kecil.

 Sulfas magnesikus dan anti prostaglandin (indometasin): jarang dipakai karena

efek sampaing pada ibu maupun janin.

 Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu

membatasi aktivitas atau tirah baring

 Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktanparu janin,

menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular yang akhirnya

menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia

kehamilan kurang dari 35 minggu.

Obat yang diberikan adalah: deksametason atau betametason. Pemberian steroid

ini tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian

siklus tunggal kortikosteroid adalah:

 Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.

 Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.

 Antibiotika

Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya

infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan peroral, yang dianjurkan adalah

eritromisin 3x500mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500mg
21

selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.

(Mochtar, 2013; Ganishwara, 2009; Wardani, 2014)


22

BAB III
ANALISA KASUS

3.1 Permasalahan

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada

kasus ini sudah tepat?

2. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

3. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada

kasus ini sudah tepat?

 Anamnesis

Anamnesis dilengkapi dengan identitas pasien, identitas suami pasien,

riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan

nifas terdahulu, riwayat penyakit pasien terdahulu, riwayat penyakit keluarga,

riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.

±6 jam SMRS os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang makin

lama makin sering. Keluar darah lendir (-), keluar air-air (-), post coital (-),

perut diurut-urut (-), trauma (-), keputihan (+). Os hamil kurang bulan,

gerakan janin masih dirasakan dan os memiliki riwayat SC 2X.

Anamnesis harus merujuk pada diagnosa sementara, yang dibuat berdasarkan

keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Keluhan utama merupakan

alasan yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Keluhan utamanya

yaitu hamil kurang bulan dengan mulas-mulas . Namun, anamnesis pada


23

pasien ini masih ada yang kurang. Harus lebih menggali lagi riwayat penyakit

sekarang, dimana jika pasien didapatkan ada kontraksi pada umur kehamilan

kurang bulan ada pertanyaan yang harus dilakukan yaitu: perokok dan

pemakaian obat narkotik, nyeri saat pipis untuk menyingkirkan diagnosis

pada infeksi saluran kemih dan keadaan stress psikologik dari ibu.

 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan vital sign, pemeriksaan

fisik head-toe, kemudian di titik beratkan pada pemeriksaan obstetrik yang

dilakukan untuk penegakkan diagnosis. Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan

mencakup pemeriksaan luar, VT dan inspekulo. Pemeriksaaan fisik pada

kasus ini sudah tepat.

 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan hematologi,

dan USG. Pemeriksaaan penunjang pada kasus ini kurang karena tidak

dilakukan SWAB vagina karena pasien memiliki riwayat keputihan.

2. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka

diagnosis didapatkan “G3P2A0 hamil 34 minggu dengan PPI dan riwayat SC 2x

janin tunggal hidup presentasi kepala”. Karena pada kasus ini didapatkan

beberapa kriteria diagnosis menurut (Wiknjosastro, 2010) yang dapat dipakai

sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu :

 Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali

dalam waktu 10 menit. (Sesuai dengan keluhan Ny.M)


24

 Ada nyeri pada punggung bawah (low back pain). (Sesuai dengan keluhan

Ny.M)

 Perdarahan bercak.

 Perasaan menekan daerah serviks. (Sesuai dengan keluhan Ny.M)

 Pemeriksaan serviks menunjukkam telah terjadi pembukaan sedikitnya

2cm, dan penipisan 50-80%.

 Persentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.

 Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan

preterm.

 Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu. (Sesuai dengan keluhan

Ny.M)

3. Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?

Tatalaksana pada kasus ini yaitu sebagai berikut:

 Observasi TVI, his, DJJ

 IVFD RL gtt xx/m

 Nifedipine 4x10 mg PO

 Deksametason 2x6 mg

 As.folat 1x1

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama

mencegah morbiditas dan mortalitas neonates preterm adalah:

 Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis.

 Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid


25

 Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi

 Tokolisis

Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan,

tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu

dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan

serviks. Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :

 Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature

 Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan

paru janin

 Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap.

 Optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:

 Kalsium antagonis: nifedipin 10mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap

8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi

berulang. Pemberian nifedipin menurut Royal College Of Obstetricians And

Gynaecologists (RCOG) dosis inisial 20mg PO. Lanjut, 10-20mg, 3-4x/hari,

selama 2 hari. Pemberian nifedipin menurut American College Of

Obstetricians And Gynaecologists (ACOG) dosis inisial 30mg, lanjut, 10-

20mg setiap 4-6 jam.

 Obat B-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat

digunakan, tetapi nifedipin memiliki efek samping lebih kecil.

 Sulfas magnesikus dan anti prostaglandin (indometasin): jarang dipakai karena

efek sampaing pada ibu maupun janin.


26

 Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu

membatasi aktivitas atau tirah baring.

 Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktanparu janin,

menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular yang akhirnya

menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia

kehamilan kurang dari 35 minggu.

Obat yang diberikan adalah: deksametason atau betametason. Pemberian steroid

ini tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian

siklus tunggal kortikosteroid adalah:

 Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.

 Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.

 Antibiotika

Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya

infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan peroral, yang dianjurkan adalah

eritromisin 3x500mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500mg

selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin.

Menurut sumber diatas bahwa pemberian terapi nifedipin sebagai tokolitik dan

deksametason sebagai pematangan paru pemilihan terapi sudah tepat.

Asam folat mempunyai peran yang sangat vital dalam pencegahan cacat bawaan.

Selain itu juga berperan dalam neuro kognitif. Asam folat sangat penting untuk
27

mencegah terjadinya cacat janin dan menghindari anemia. Asam folat mencegah

neural tube defect (NTD) hingga 70 persen, sedangkan pada ibu yang kekurangan

asam folat kejadian NTD akan meningkat hingga 200 persen. Selain itu defisiensi

folat menyebabkan kelainan neurologik, psikologik dan metabolisme karbon.

Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan asam folat dapat dilihat dengan

pertumbuhan otak janin selama kehamilan yang dapat dilihat dari besarnya lingkar

kepala BBL. Banyak penelitian membuktikan, ada korelasi antara ukuran lingkar

kepala dan besar otak yang tersimpan didalamnya.

Penelitian Yusmardi, (2010) mendapatkan hasil bahwa pada ibu yang

mendapatkan suplementasi asam folat yang cukup akan menghasilkan

peningkatan Berat Badan dan skor apparience, pulse, graps, activity, respiration

(APGAR). Selain itu juga akan menurunkan insiden retardasi mental dan infeksi

maternal, sebaliknya pada ibu dengan kadar folat dalam darah yang kurang dari

240 µg/dl risiko melahirkan bayi BBLR dan prematur meningkat lebih dari 200

persen. Kebutuhan zat gizi ibu hamil pada trimester 2 dan 3 erat kaitannya dengan

perkembangan intelegensi, karena pada usia kehamilan 15 sampai 20 minggu otak

mengalami petumbuhan pesat sekali dan usia 30 minggu sampai usia bayi 18

bulan fase cepat ke 2. Otak mengalami pertumbuhan cepat (brain growth support)

pertama kali pada masa kehamilan trimester 3. Dimana pada trimester ini sel

neuron pada otak besar membelah dan membagi dengan cepat.

Oleh sebab itu, pada saat kehamilan, ibu membutuhkan kadar folat yang cukup

didalam darah ibu. Kadar asam folat dalam darah sangat dipengaruhi oleh asupan

folat pada nutrisi ibu, sayangnya kandungan folat yang tinggi dalam makanan

akan hilang sampai 80% dalam proses pengolahan makanan, sehingga asupan
28

folat pada ibu hamil yang dianjurkan adalah dalam bentuk suplemen, sesuai

dengan dosis yang dibutuhkan. Willis (1931), mengatakan bahwa folat dibutuhkan

sebagai pencegahan anemia pada saat kehamilan. Wanita membutuhkan 50-100

mcg asam folat per hari, sedangkan selama kehamilan kebutuhan ibu akan asam

folat sebesar 300–400 mcg / hari.

Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan

pematangan inti eritrosit, sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan

ukuran abnormal yang disebut sebagai Anemia megaloblastik, lebih jauh

gangguan metabolisme asam folat akan menyebabkan gangguan replikasi DNA

dan proses pembelahan sel, dan ini akan mempengarui kerja seluruh sel tubuh,

termasuk dalam metabolisme besi. Sehingga kita menemukan kenyataan bahwa

defisiensi folat dan defisiensi besi secara bersamaan.Willis (1931) mengatakan

bahwa folat dibutuhkan sebagai pencegahan anemia pada saat kehamilan. Kadar

asam folat dan haemoglobin ibu hamil secara bersama-sama akan mempengaruhi

pertumbuhan janin (Darwanty & Antini 2012).

Pemberian suplementasi asam folat untuk kasus ini sudah tepat sebagai

suplementasi. Karena asam folat pada trimester ke-3 berguna untuk pertumbuhan

otak, pencegahan anemia pada saat kehamilan , menurunkan insiden retardasi

mental dan infeksi maternal. Pada kasus ini dikhususkan untuk pertumbuhan otak

khususnya pada janin dan menurunkan infeksi maternal dikarenakan pasien

memiliki riwayat keputihan sebelumnya.

Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah dan juga

diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan


29

hal yang umum terjadi pada pasien dengan kekurangan volume cairan. Pemberian

terapi cairan ringer laktat pada kasus ini kurang tepat dikarenakan pada pasien ini

tidak ditemukan dehidrasi atau kekurangan cairan. Dan pada kasus ini pemberian

infus hanya digunakan untuk pemberian obat injeksi deksametason secara IV.

Dapat dikatakan bahwa pemberian cairan RL pada kasus ini kurang tepat.

Berdasarkan tatalaksana diatas, secara keseluruhan tatalaksana pada kasus ini

telah dilakukan dengan tepat tetapi ada beberapa yang kurang tepat.
30

BAB IV

KESIMPULAN

1. Partus prematur imminens adalah persalinan yang berlangsung pada umur

kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

2. Persalinan premature merupakan kelainan proses yang multifaktorial.

Kombinasi keadaan obstetric dan faktor medis mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya persalinan premature.

3. Dalam mendiagnosis sering terjadi kesulitan dalam menentukan ancaman

persalinan preterm. Maka dari itu perlu perhatian lebih khusus dalam

ancaman persalinan preterm.

4. Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama

mencegah morbiditas dan mortalitas neonates preterm. Dengan cara

menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis,

pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, bila perlu

dilakukan pencegahan terhadap infeksi


31

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary F., 2014. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta : EGC.

Darwanty J, Antini A., 2012. Kontribusi Asam Folat Dan Kadar Haemoglobin

Pada Ibu Hamil Terhadap Pertumbuhan Otak Janin Di Kabupaten

Karawang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 3(2):82-90.

Ganishwara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyatuti, Nafrialdi. 2009. Buku

ajar farmakologi dan terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FK UI

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC

Mochtar BA. 2013. Persalinan Preterm. Dalam: Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu

Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. hlmn.667-675

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan

Permasalahannya.Yogyakarta: Nuha Medika.

Wardani DP, Kayika IPG. 2014. Persalinan Preterm. Dalam (Chris T, Frans L,

Sonia H, Aka A P) Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta:

Media Aesculapius, hal 459-462


32

Anda mungkin juga menyukai