Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

Letak Lintang

Disusun Oleh :
Stefanus Agung Nugroho

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ASY-SYFA
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
2018/2019
DAFTAR HALAMAN
DAFTAR HALAMAN..................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
LAPORAN KASUS.......................................................................................................3
1. Identitas Pasien.......................................................................................................3
2. Anamnesis...............................................................................................................3
3. Status Praesens........................................................................................................5
4. Status Obstetrik.......................................................................................................4
5. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................6
6. Diagnosis.................................................................................................................6
7. Rencana Pengelolaan..............................................................................................6
8. Epidemiologi.........................................................................................................18

2
BAB I

LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 35 tahun
Alamat : Selaawi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Medrek : 8845xx
MRS : 24 Agustus 2019, pukul 14.00 wib
KRS : 28 Agustus 2019
Ruangan : Jade

Nama Suami : Tn. J


Umur : 36 tahun
Alamat : Selaawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang

2. Anamnesis
Dikirim oleh :-
Sifat : Non Rujukan
Keterangan :-
A. Keluhan Utama :
Keram di daerah perut & kehamilan lebih dari taksiran persalinan
B. Anamnesis Khusus
G5P340, pasien perempuan merasa hamil 9 bulan datang ke Rumah Sakit
Umum dr.Slamet Garut dengan keluhan terasa keram di daerah perut sejak 5
bulan yang lalu dan waktu kehamilan yang melebihi taksiran persalinan.
Keluhan mules mules disangkal pasien. Keluhan adanya keluar cairan bening
dari jalan lahir disangkal pasien. Adanya keluar lendir disertai darah maupun

3
keluarnya darah dari jalan lahir disangkal pasien. Riwayat trauma selama
kehamilan disangkal pasien.
Gerakan janin diakui terasa sejak 4 bulan yang lalu, dan masih terasa
hingga saat pemeriksaan. Gerakan janin diakui lebih banyak dirasakan di
perut kanan pasien.
Pasien sebelumnya sudah pernah di USG, dengan kesan hasil USG
anak dalam posisi letak lintang.

Riwayat Obstetri
Cara
Kehamila Cara BB Jenis
Tempat Penolong Kehamila Usia Keadaan
n ke Persalinan Lahir Kelamin
n

I Rumah Paraji 10 Bulan Spontan 2800 gr Perempuan 16 H

II Rumah Paraji 10 Bulan Spontan 3000 gr Laki-laki 14 H

III Rumah Paraji 9 Bulan Spontan 2800 gr Laki-laki 6 H

IV Rumah Paraji 8 Bulan Spontan 2800 gr Laki-Laki 4 H

V KEHAMILAN SAAT INI

C. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah kedua kali
Usia saat menikah : Perempuan : 29 tahun, SD, IRT
Laki-laki : 29 tahun, SMP, Pedagang
D. Haid
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya darah : Biasa
Nyeri haid : Dirasakan
Menarche usia : 19 tahun
HPHT : 05 November 2018
TP : 12 Agustus 2019
E. Riwayat kontrasepsi
IUD sejak tahun 2014 – 2019, Alasan berhenti KB karena ingin punya anak
lagi.

4
F. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas dengan jumlah kunjungan ± 9
kali selama kehamilan, terakhir 2 jam hari yang lalu.
G. Keluhan selama kehamilan
Riwayat keluar cairan bening dari jalan lahir 1 mingggu yang lalu.
H. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit
liver, penyakit Diabetes militus, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial
disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.

3. Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : AF ºC
Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Leher : Tiroid : massa ukuran 4x3x2cm, lunak, mobile, tidak nyeri
KGB : Tidak ada kelainan
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung lembut, NT (-), DM (-)
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Ekremitas : Akral hangat, Edema tungkai -/-,
Varises -/-

4. Status Obstetrik
1) Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri : 32 cm
Lingkar Perut : 94 cm
Letak Anak : Lintang
HIS :

5
BJA : 140 x/menit, reguler
TBBA : 2700
2) Inspekulo :
Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan Fornises :
Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan Dalam :
Vulva : TAK
Vagina : TAK
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : tertutup
Ketuban : +
Bag. Terendah: tidak teraba

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hematologi
Darah rutin:
a. Hemoglobin : 11.3 mg/dl (12.0 – 16.0)
b. Hematokrit : 35% (35 – 47 %)
c. Leukosit : 8.200 /mm3 (3.800-10.600)
d. Trombosit : 371.000 /mm3 (150.000-440.000)
Eritrosit : 3.99 juta/mm3 (3.6 – 5.6)
2) Hematologi
Darah rutin:
e. Hemoglobin : 12.3 mg/dl (12.0 – 16.0)
f. Hematokrit : 38% (35 – 47 %)
g. Leukosit : 15.970 /mm3 (3.800-10.600)
h. Trombosit : 367.000 /mm3 (150.000-440.000)
i. Eritrosit : 4.32 juta/mm3 (3.6 – 5.6)

6. Diagnosis
G5P4A0 Gravida 41 – 42 minggu d/ letak lintang

7. Rencana Pengelolaan

6
1) Observasi KU, TTV, His, BJA, kemajuan persalinan
2) Cek Hematologi Rutin
3) Infus RL 500cc 20tpm
4) Rencana terminasi kehamilan dengan SC
5) Motivasi KB, pasien setuju MOW jika disetujui suami, dan IUD jika tidak
6) Informed Consent
7)

8. Laporan Operasi
Jam Operasi Mulai : 11.15
Nama : Ny. D No. CM :23xx03
Jam Operasi Selesai :12.15
Umur : 35 Tahun Ruang : Nifas
Lama Operasi : 60 menit
Akut / Terencana : Terencana Tanggal : 25 Agustus 2019
Operator : Asisten I : Perawat Instrumen:
Dr. Mira / dr. Asisten II : Sirkulasi:
Dhanny, Sp.OG
Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : Spinal
dr. Ferra Sp.An Neneng Obat Anestesi : O2 + Bupivacain
Diagnosa Pra-Bedah : Indikasi Operasi :
G5P4A0 Gravida 41-42 minggu d/ Letak Letak Lintang
Lintang
Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :
P5A0 PM d/SC + MOW a/i Letak SCTP +MOW
Lintang
Kategori Operasi : Besar
Disinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Tidak dikirim PA
Laporan Operas Lengkap :
- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana pfanensteil sepanjang ± 10 cm.
- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.
- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.
- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.
- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke
kanan & kiri.
- Jam 11.40 : Lahir bayi Perempuan hidup dengan menarik kaki.
BB 2750 gram APGAR 1”= 3 5”= 6
PB 46 cm
Disuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.
- Jam 11.45: lahir palsenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.
BB 450 gram Ukuran 20 x 20 x 2 cm
- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking
- Sebelum lapisan pertama dijahit seluruhnya, dilakukan MOW
- Lapisan ke-2 dijahit secara jelujur.
- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum
kandung kencing hingga menutupi uterus.
- Perdarahan dirawat.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Fascia dijahit dengan PGA No 1, kulit dijahit secara subkutikular.
- Perdarahan selama operasi 400 cc

7
- Diuresis selama operasi 200 cc

BAB II

LETAK LINTANG

1. DEFINISI

Letak lintang merupakaan keadaan dimana sumbu panjang anak tegak

lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Aksis memanjang janin

diperkirakan tegak lurus terhadap ibu.

Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut

presentasi bahu atau presentasi acromion. Bahu biasanya berada di atas pintu

atas panggul. Kepala berada pada salah satu fossa iliaca, dan bokong menjadi

di fossa lainnya. Keadaan ini menciptakan presentasi bahu dengan sisi ibu,

tempat acromion terletak menentukkan arah posisi janin, yaitu acromial kanan

atau kiri. Dan karena pada kedua posisi tersebut punggung janin dapat di

anterior atau posterior, superior atau inferior. Jika punggung terletak di

sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior.

a) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior

b) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior

c) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior

8
Gambar 1. Janin dengan Letak Lintang

2. ETIOLOGI

Sebagian dari penyebab yang lebih sering untuk posisi melintang meliputi:

a) Relaksasi dinding abdomen pada paritas tinggi

Perempuan yang pernah melahirkan empat kali atau lebih memiliki risiko 10

kali lipat untuk terjadinya posisi melintang dibandingkan dengan nulipara.

Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh kehamilan

multivaritas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir

sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen

pada perut yang menggantung akibat multipara dapat menyebabkan uterus

jatuh ke depan. Hal ini mengubah aksis panjang janin yaitu mengakibatkan

defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi

posisi oblik atau melintang.

b) Janin prematur

Janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin masih bebas

sehingga menyebabkan letak memanjang.

c) Plasenta previa

Dengan adanya placenta atau tumor yang menutupi jalan lahir maka sumbu

panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.

d) Anatomi uterus abnormal

Bentuk dari uterus yang tidak normal seperti uterus arcuatus

menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin

menjauhi sumbu jalan lahir.

9
e) Kehamilan ganda

f) Hidramnion

Jumlah cairan amnion yang berlebih menyebabkan janin dapat bergerak bebas

sehingga dapat menyebabkan posisi bayi melintang.

g) Panggul sempit

Bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak dapat

masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu

panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.

h) Tumor – tumor dalam panggul


Dengan adanya plasenta atau tumor yang menutupi jalan lahir maka sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
i) Riwayat kehamilan sungsang sebelumnya

 Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi letak lintang pada

janin terbagi 2 kelompok :

a. Faktor ibu : paritas tinggi, plasenta previa, tumor pelvis,

malformasi uterus, distensi kandung kemih ibu

Faktor anak: polihidromnion, oligohidromnion, kehamilan kembar, bayi

makrosomia, abnormalitas pada janin

j) Hidrosefal
k) Anensefal

3. Epidemiologi
Posisi melintang ditemukan hanya satu kali dari 322 pelahiran tunggal (0,3
persen) pada mayo clinic dan University of low Hospital. Hal ini hampir sama
dengan insiden pada Parkland Hospital, dengan sekitar 1 dari 355 janin tunggal.

4. DIAGNOSIS

1) Inspeksi

10
Posisi melintang biasanya mudah dikenali, seringkali hanya dengan
inspeksi. Abdomen biasanya melebar ke samping, sementara fundus uterus
hanya sedikit meluas di atas umbilikus, sehingga tampak fundus uteri lebih
rendah dari usia kehamilan. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)

2) Palpasi
a. Leopold 1 pundus uteri tidak ditemukan bagian janin

b. Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan

bokong pada fosa iliaka yang lain

Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat
persalinan berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam rongga
panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran keras yang
melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba
bagian – bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung
posterior (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)

3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam persalinan dapat menemukan sisi toraks sebagai
susunan tulang – tulang yang sejajar, bila pembukaan sudah besar akan teraba
skapula, dan sisi yang bertentangan dengan skapula, akan teraba klavikula.
Arah menutupnya ketiak menunjukkan kepala. Sering kali salah satu lengan
menumbung. Untuk menentukan sisi lengan yang menumbung, kita coba
berjabat tangan, bila dapat berjabatan (dengan tangan kanan), tangan yang
menumbung adalah tangan kanan. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)

11
Gambar 1. Pemeriksaan Fisik dengan posisi janin melintang
(Cunningham, Leveno, Bloom, hauth, Rouse, & Spong, 2014)

Gambar 2. Pemeriksaan fisik janin melintang

Pada pemeriksaan vagina, di tahap awal persalinan, jika sisi thoraks

dapat diraih, dapat diketahui dengan merasakan ‘struktur yang berjalan

paralel’ pada iga. Dengan dilatasi lebih lanjut, scapula dan klavikula

dibedakan pada sisi yang berlawanan dengan thoraks. Posisi aksila

mengindikasikan sisi ibu, arah tujuan bahu janin.

12
Bila pungung dorsoanterior  bagian keras teraba sepanjang bagian depan

abdomen.

Bila punggung dorsoposterior  teraba tonjolan ireguer  bagian kecil

janin

Pada auskultasi  BJA janin dapat di daerah di bawah umbilicus pada

posisi dorsoanterior.

Gambar 3. Meraba iga pada letak lintang

Pemeriksaan penunjang

USG di lakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk mengetahui:

- Kelainan janin ataupun Rahim yang menyebabkan letak lintang

- Kelainan di luar janin yang menyebabkan letak lintang

- Pada tahap awal persalinan, bila bagian dada dapat di raba  teraba bagian dari

kosta. Bila pembukaan makin lebar scapula dan clavicular dapat di bedakan

- Posisi axilla  posisi ibu terhadap arah bahu, atau menunjukkan arah kepala

janin.

5. MEKANISME PERSALINAN

13
Pada letak lintang presistenul (letak lintang yang menetap) dengan

umur kehamilan aterm, persalinan tidak mungkin dapat terjadi secara normal

pervaginam, kecuali badan dan kepala janin dapat masuk kedalam rongga

panggul secara bersamaan. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, janin

dan ibu dapat meninggal.

Pada awal persalinan  versio spontanea (bila ketuban masih utuh).

Pada saat ketuban sudah pecah, bila ibu tidak ditolong dengan tepat,

maka bahu janin akan masuk kedalam panggul dan tangan yang sesuai akan

menumbung. Kemudian terjadi penurunan panggul sebatas PAP. Sedangkan

bokong dan kepala tedapat pada fosailiaka.

Kontraksi uterus semakin kuat dalam upayanya mengatasi halangan

pada PAP. Namun usaha uterus dalam meningkatkan kontraksi tidak

membuahkan hasil. Semakin meningkat kontraksi uterus maka lama kelamaan

terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi, akhirnya terjadi

lingkaran bandl sebagai tanda akan terjadi ruptura uteri. Keadaan ini disebut

letak lintang kasep. Apabila penanganan ini tidak mendapatkan penanganan

gawat darurat semestinya maka akan terjadi ruptura uteri, ibu dan janin dapat

meninggal.

14
Gambar 4. Posisi Lintang Kasep

Apabila panggul ibu cukup besar dan janin sangat kecil, meskipun

kelainan letak lintang menetap, persalinan spontan dapat terjadi. Pada keadaan

ini kepala terdorong keperut ibu dengan adanya tekanan pada janin. Tampak di

vulva bagian dinding dada dibawah bahu menjadi bagian yang bergantung.

Kepala dan dada secara bersamaan melewati rongga panggul. Dalam keadaan

terlipat (conduplication corpore) janin dilahirkan.

Pita otot tebal yang membentuk cincin retraksi patologis yang terjadi

tepat di segmen bawah uterus yang sangat tipis. tenaga yang dihasilkan selama

kontraksi uterus mengarah secara sentripetal pada atau diatas cincin tersebut.

keadaan ini akan mengakibatkan segmen bawah uteus yang sangat tipis

tersebut teregang lebih lanjut sehingga dapat mengalami ruptur di bawah

cincin retraksi (P.R.R = cincin retraksi patologis).

Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang,

berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio

spontanea. Versio spontanea hanya mungkin kalau ketuban masih utuh. janin

yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak dapat lahir spontan.

Hanya janin kecil atau janin yang sudah mengalami maserasi yang dapat lahir

secara spontan. Jika janin kecil—biasanya kurang dari 800 gram, dan panggul

luas, pelahiran spontan mungkin terjadi walaupun dengan posisi yang

abnormal. Janin tertekan oleh kepala yang mendorong abdomennya. Bagian

dinding thoraks di bawah bahu akan menjadi bagian yang paling

menggantung, terlihat pada vulva. Kepala dan thoraks kemudian melewati

rongga panggul pada waktu yang sama. Janin, yang seperti terlipat dan karena

15
itu terkadang disebut conduplicato corpore, keluar atau lahir dengan envolusio

spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut

Douglas.

Gambar 5. Conduplicato corpore

Evaluation spontanea :

1. Cara dari douglasi

Laterofleksi terjadi ke bawah dan pada tulang pinggang bagian atas maka

setelah bahu lahir, lahirlah sisi thorax, perut, bokong, kepala

2. Cara dari denman

Laterofleksi terjadi keatas dan pada tulang pinggang bagian bawah maka

setelah bahu lahir, lahirlah bokong kemudian dada dan kepala

Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin

dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.

16
Gambar 6. Evulosio spontanea menurut Denman (kiri); Evulosio spontanea
menurut Douglas (kanan)

6. PENATALAKSANAAN

Gambar 7. Algoritma Letak Sungsang

Versi luar

Penangangan letak lintang menurut buku protap RSHS :

Suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang dikerjakan dari

luar untuk :

17
Mengubah letak lintang menjadi memanjang (letak kepala atau sungsang)

Indikasi :

 Letak lintang pada kehamilan ≥ 34 minggu

Kontraindikasi :

 Bekas seksio sesarea

 Pasca miomektomi

 Panggul sempit absolut

 Hidramnion

 Insersi plasenta pada dinding anterior

 Perdarahan antepartum

 Hipertensi

 Kelainan bentuk uterus

 Hidrosefalus dan anensefalus

 Kehamilan kembar

 Dugaan disproporsi kepala panggul

 Kepala janin defleksi pada letak sungsang

Syarat :

 Umur kehamilan ≥ 34 minggu

 Bunyi jantung janin baik

 Ketuban belum pecah

 Pada persalinan pembukaan serviks < 4 cm

 Pemeriksaan USG

Letak lintang

Penangangan letak lintang menurut buku protap RSHS :

18
a. Dalam kehamilan di lakukan versi luar pada kehamilan ≥ 37 minggu

b. Dalam persalinan : bila syarat terpenuhi dan tidak ada kontra indikasi di

lakukan versi luar

c. Bila berhasil : persalinan pervaginam

d. Bila tidak berhasil :

- Janin hidup : partus pervaginam bila usia kehamilan <28 minggu

SC bila usia kehamilan > 28 minggu

- Janin mati :

a. TBBJ < 1700 gr; persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan

evolusi spontan dan bisa di bantu dengan traksi beban

b. TBBJ > 1700 gr; di lakukan dengan embriotomi bila syarat terpenuhi dan

harus di lakukan eksplorasi jalan lahir

c. TBBJ > 2500 gr dan bag. Terendah janin mati masih tinggi; di lakukan SC

d. Letak lintang kasip; di lakukan embriotomi dengan dekapitasi atau eviserasi

Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya

segera dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga

pada seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks

sukar menjadi lengkap.

b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin

pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum

pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya

prolapsus funikuli.

19
c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada

beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik,

tidak didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan

diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi

ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan

melarang wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban

pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus

segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus

funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan

lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan

dengan seksio caesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk

beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan

lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar

apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak

lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur

uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea

dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam

dengan dekapitasi.

Pada seksio sesarea pemilihan insisi uterus pada letak lintang

tergantung dari posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada

segmen bawah rahim dilakukan bila posisi punggung janin adalah

dorsosuperior. Bila janin dorso inferior dan pada keadaan-keadaan lain dimana

insisi segmen bawah rahim tidak dapat dilakukan, maka insisi klasik

(korporal) dapat dilakukan. Dengan pelahiran Caesar, karena baik kaki

20
maupun kepala janin tidak berada pada segmen bawah uterus, insisi melintang

rendah ke dalam uterus dapat menyebabkan ekstraksi janin yang sulit. Hal ini

sangat benar pada presentasi dorsoanterior. Dengan demikian, biasanya insisi

vertical diindikasikan.

7. KOMPLIKASI

Bahaya terbesar persalinan per vaginam pada letak lintang ialah ruptur

uteri spontan atau traumatik akibat tidakan versi atau ekstraksi. Selain itu

sering terjadi infeksi akibat partus lama. Sebab kematian bayi ialah prolapsus

funikuli dan asfiksia karena kontraksi rahim terlalu kuat. Tekukan leher yang

kuat juga menyebabkan kematian. Komplikasi yang tidak jarang juga terjadi

yaitu tali pusat menumbung

8. PROGNOSIS

Bayi letak lintang tidak mungkin lahir spontan dan membahayakan ibu
maupun anak. Biarpun dapat lahir spontan, anak akan lahir mati. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
Dalam keadaan tertentu di RSHS bila usia kehamilan <30 minggu dan
atau berat anak <1400 gram, persalinan pervaginam boleh dicoba. Sikap ini
diambil dengan terlebih dahulu mempertimbangkan arti sang anak bagi si ibu,
mengingat kemungkinan anak lahir mati. Sebaliknya, bila bayi akan dilahirkan
dengan seksio sesarea, perlu dipertimbangkan kemampuan perawatan bayi
prematur di NICU, sehingga untung rugi tindakan yang akan di pilih bagi ibu
dapat diperkirakan sebelum menetapkan pilihan antara persalinan pervaginam
atau seksio sesarea. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
Prognosis bayi sangat bergantung kepada waktu ketuban pecah.
Selama ketuban masih utuh, bahaya bagi anak dan ibu relatif kecil. Oleh sebab
itu, ketuban diupayakan selama mungkin utuh dengan cara :

21
1) Melarang pasien mengejan
2) Melarang ibu dengan anak yang melintang berjalan – jalan
3) Tidak memberi obat augmentasi his
4) Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati – hati agar tidak memecahkan
ketuban.
Setelah ketuban pecah, bahaya bertambah karena :
1) Dapat terjadi letak lintang kasip bila pembukaan sudah lengkap
2) Anak dapat mengalami asfiksia akibat gannguan sirkulasi uteroplasenta
3) Tali pusat dapat menumbung
4) Bahaya infeksi bertambah (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi

kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul

sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan

kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis

yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang

disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga

sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi

untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang

sering dilakukan, tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya

trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan

robekan jalan lahir lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, et al.2005.Williams Obstetrics 22nd. USA : McGraw-Hill comp.inc.


2. De Cherney, Alan et al.2003.Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis &
Treatment 8th edition.McGraw-Hill
3. Mansjoer A, Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan
W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama, Media
Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
4. Prawirohardjo, Sarwono : Ilmu kebidanan edisi 3. Editor: Prof dr Hanifa
Wiknjasastro,SpOG;Prof dr Abdul Bari Saifuddin, SpOG,MPH; dr Trijatmo
Rachimhadhi,SpOG. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Persalinan Janin Letak Lintang, pada Panduan Praktik Klinis Obstetri
dan Ginekologi. Bandung: Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran RSUP DR. Hasan Sadikin. 2015. Hal 101

23

Anda mungkin juga menyukai