Letak Lintang
Disusun Oleh :
Stefanus Agung Nugroho
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 35 tahun
Alamat : Selaawi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Medrek : 8845xx
MRS : 24 Agustus 2019, pukul 14.00 wib
KRS : 28 Agustus 2019
Ruangan : Jade
2. Anamnesis
Dikirim oleh :-
Sifat : Non Rujukan
Keterangan :-
A. Keluhan Utama :
Keram di daerah perut & kehamilan lebih dari taksiran persalinan
B. Anamnesis Khusus
G5P340, pasien perempuan merasa hamil 9 bulan datang ke Rumah Sakit
Umum dr.Slamet Garut dengan keluhan terasa keram di daerah perut sejak 5
bulan yang lalu dan waktu kehamilan yang melebihi taksiran persalinan.
Keluhan mules mules disangkal pasien. Keluhan adanya keluar cairan bening
dari jalan lahir disangkal pasien. Adanya keluar lendir disertai darah maupun
3
keluarnya darah dari jalan lahir disangkal pasien. Riwayat trauma selama
kehamilan disangkal pasien.
Gerakan janin diakui terasa sejak 4 bulan yang lalu, dan masih terasa
hingga saat pemeriksaan. Gerakan janin diakui lebih banyak dirasakan di
perut kanan pasien.
Pasien sebelumnya sudah pernah di USG, dengan kesan hasil USG
anak dalam posisi letak lintang.
Riwayat Obstetri
Cara
Kehamila Cara BB Jenis
Tempat Penolong Kehamila Usia Keadaan
n ke Persalinan Lahir Kelamin
n
C. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah kedua kali
Usia saat menikah : Perempuan : 29 tahun, SD, IRT
Laki-laki : 29 tahun, SMP, Pedagang
D. Haid
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya darah : Biasa
Nyeri haid : Dirasakan
Menarche usia : 19 tahun
HPHT : 05 November 2018
TP : 12 Agustus 2019
E. Riwayat kontrasepsi
IUD sejak tahun 2014 – 2019, Alasan berhenti KB karena ingin punya anak
lagi.
4
F. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas dengan jumlah kunjungan ± 9
kali selama kehamilan, terakhir 2 jam hari yang lalu.
G. Keluhan selama kehamilan
Riwayat keluar cairan bening dari jalan lahir 1 mingggu yang lalu.
H. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit
liver, penyakit Diabetes militus, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial
disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.
3. Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : AF ºC
Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Leher : Tiroid : massa ukuran 4x3x2cm, lunak, mobile, tidak nyeri
KGB : Tidak ada kelainan
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung lembut, NT (-), DM (-)
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Ekremitas : Akral hangat, Edema tungkai -/-,
Varises -/-
4. Status Obstetrik
1) Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri : 32 cm
Lingkar Perut : 94 cm
Letak Anak : Lintang
HIS :
5
BJA : 140 x/menit, reguler
TBBA : 2700
2) Inspekulo :
Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan Fornises :
Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan Dalam :
Vulva : TAK
Vagina : TAK
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : tertutup
Ketuban : +
Bag. Terendah: tidak teraba
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hematologi
Darah rutin:
a. Hemoglobin : 11.3 mg/dl (12.0 – 16.0)
b. Hematokrit : 35% (35 – 47 %)
c. Leukosit : 8.200 /mm3 (3.800-10.600)
d. Trombosit : 371.000 /mm3 (150.000-440.000)
Eritrosit : 3.99 juta/mm3 (3.6 – 5.6)
2) Hematologi
Darah rutin:
e. Hemoglobin : 12.3 mg/dl (12.0 – 16.0)
f. Hematokrit : 38% (35 – 47 %)
g. Leukosit : 15.970 /mm3 (3.800-10.600)
h. Trombosit : 367.000 /mm3 (150.000-440.000)
i. Eritrosit : 4.32 juta/mm3 (3.6 – 5.6)
6. Diagnosis
G5P4A0 Gravida 41 – 42 minggu d/ letak lintang
7. Rencana Pengelolaan
6
1) Observasi KU, TTV, His, BJA, kemajuan persalinan
2) Cek Hematologi Rutin
3) Infus RL 500cc 20tpm
4) Rencana terminasi kehamilan dengan SC
5) Motivasi KB, pasien setuju MOW jika disetujui suami, dan IUD jika tidak
6) Informed Consent
7)
8. Laporan Operasi
Jam Operasi Mulai : 11.15
Nama : Ny. D No. CM :23xx03
Jam Operasi Selesai :12.15
Umur : 35 Tahun Ruang : Nifas
Lama Operasi : 60 menit
Akut / Terencana : Terencana Tanggal : 25 Agustus 2019
Operator : Asisten I : Perawat Instrumen:
Dr. Mira / dr. Asisten II : Sirkulasi:
Dhanny, Sp.OG
Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : Spinal
dr. Ferra Sp.An Neneng Obat Anestesi : O2 + Bupivacain
Diagnosa Pra-Bedah : Indikasi Operasi :
G5P4A0 Gravida 41-42 minggu d/ Letak Letak Lintang
Lintang
Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :
P5A0 PM d/SC + MOW a/i Letak SCTP +MOW
Lintang
Kategori Operasi : Besar
Disinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Tidak dikirim PA
Laporan Operas Lengkap :
- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana pfanensteil sepanjang ± 10 cm.
- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.
- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.
- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.
- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke
kanan & kiri.
- Jam 11.40 : Lahir bayi Perempuan hidup dengan menarik kaki.
BB 2750 gram APGAR 1”= 3 5”= 6
PB 46 cm
Disuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.
- Jam 11.45: lahir palsenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.
BB 450 gram Ukuran 20 x 20 x 2 cm
- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking
- Sebelum lapisan pertama dijahit seluruhnya, dilakukan MOW
- Lapisan ke-2 dijahit secara jelujur.
- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum
kandung kencing hingga menutupi uterus.
- Perdarahan dirawat.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Fascia dijahit dengan PGA No 1, kulit dijahit secara subkutikular.
- Perdarahan selama operasi 400 cc
7
- Diuresis selama operasi 200 cc
BAB II
LETAK LINTANG
1. DEFINISI
lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Aksis memanjang janin
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut
presentasi bahu atau presentasi acromion. Bahu biasanya berada di atas pintu
atas panggul. Kepala berada pada salah satu fossa iliaca, dan bokong menjadi
di fossa lainnya. Keadaan ini menciptakan presentasi bahu dengan sisi ibu,
tempat acromion terletak menentukkan arah posisi janin, yaitu acromial kanan
atau kiri. Dan karena pada kedua posisi tersebut punggung janin dapat di
8
Gambar 1. Janin dengan Letak Lintang
2. ETIOLOGI
Sebagian dari penyebab yang lebih sering untuk posisi melintang meliputi:
Perempuan yang pernah melahirkan empat kali atau lebih memiliki risiko 10
multivaritas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir
sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen
jatuh ke depan. Hal ini mengubah aksis panjang janin yaitu mengakibatkan
defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi
b) Janin prematur
c) Plasenta previa
Dengan adanya placenta atau tumor yang menutupi jalan lahir maka sumbu
9
e) Kehamilan ganda
f) Hidramnion
Jumlah cairan amnion yang berlebih menyebabkan janin dapat bergerak bebas
g) Panggul sempit
j) Hidrosefal
k) Anensefal
3. Epidemiologi
Posisi melintang ditemukan hanya satu kali dari 322 pelahiran tunggal (0,3
persen) pada mayo clinic dan University of low Hospital. Hal ini hampir sama
dengan insiden pada Parkland Hospital, dengan sekitar 1 dari 355 janin tunggal.
4. DIAGNOSIS
1) Inspeksi
10
Posisi melintang biasanya mudah dikenali, seringkali hanya dengan
inspeksi. Abdomen biasanya melebar ke samping, sementara fundus uterus
hanya sedikit meluas di atas umbilikus, sehingga tampak fundus uteri lebih
rendah dari usia kehamilan. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
2) Palpasi
a. Leopold 1 pundus uteri tidak ditemukan bagian janin
b. Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan
Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat
persalinan berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam rongga
panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran keras yang
melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba
bagian – bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung
posterior (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam persalinan dapat menemukan sisi toraks sebagai
susunan tulang – tulang yang sejajar, bila pembukaan sudah besar akan teraba
skapula, dan sisi yang bertentangan dengan skapula, akan teraba klavikula.
Arah menutupnya ketiak menunjukkan kepala. Sering kali salah satu lengan
menumbung. Untuk menentukan sisi lengan yang menumbung, kita coba
berjabat tangan, bila dapat berjabatan (dengan tangan kanan), tangan yang
menumbung adalah tangan kanan. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
11
Gambar 1. Pemeriksaan Fisik dengan posisi janin melintang
(Cunningham, Leveno, Bloom, hauth, Rouse, & Spong, 2014)
paralel’ pada iga. Dengan dilatasi lebih lanjut, scapula dan klavikula
12
Bila pungung dorsoanterior bagian keras teraba sepanjang bagian depan
abdomen.
janin
posisi dorsoanterior.
Pemeriksaan penunjang
- Pada tahap awal persalinan, bila bagian dada dapat di raba teraba bagian dari
kosta. Bila pembukaan makin lebar scapula dan clavicular dapat di bedakan
- Posisi axilla posisi ibu terhadap arah bahu, atau menunjukkan arah kepala
janin.
5. MEKANISME PERSALINAN
13
Pada letak lintang presistenul (letak lintang yang menetap) dengan
umur kehamilan aterm, persalinan tidak mungkin dapat terjadi secara normal
pervaginam, kecuali badan dan kepala janin dapat masuk kedalam rongga
panggul secara bersamaan. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, janin
Pada saat ketuban sudah pecah, bila ibu tidak ditolong dengan tepat,
maka bahu janin akan masuk kedalam panggul dan tangan yang sesuai akan
terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi, akhirnya terjadi
lingkaran bandl sebagai tanda akan terjadi ruptura uteri. Keadaan ini disebut
gawat darurat semestinya maka akan terjadi ruptura uteri, ibu dan janin dapat
meninggal.
14
Gambar 4. Posisi Lintang Kasep
Apabila panggul ibu cukup besar dan janin sangat kecil, meskipun
kelainan letak lintang menetap, persalinan spontan dapat terjadi. Pada keadaan
ini kepala terdorong keperut ibu dengan adanya tekanan pada janin. Tampak di
vulva bagian dinding dada dibawah bahu menjadi bagian yang bergantung.
Kepala dan dada secara bersamaan melewati rongga panggul. Dalam keadaan
Pita otot tebal yang membentuk cincin retraksi patologis yang terjadi
tepat di segmen bawah uterus yang sangat tipis. tenaga yang dihasilkan selama
kontraksi uterus mengarah secara sentripetal pada atau diatas cincin tersebut.
keadaan ini akan mengakibatkan segmen bawah uteus yang sangat tipis
Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang,
spontanea. Versio spontanea hanya mungkin kalau ketuban masih utuh. janin
yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak dapat lahir spontan.
Hanya janin kecil atau janin yang sudah mengalami maserasi yang dapat lahir
secara spontan. Jika janin kecil—biasanya kurang dari 800 gram, dan panggul
rongga panggul pada waktu yang sama. Janin, yang seperti terlipat dan karena
15
itu terkadang disebut conduplicato corpore, keluar atau lahir dengan envolusio
spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut
Douglas.
Evaluation spontanea :
Laterofleksi terjadi ke bawah dan pada tulang pinggang bagian atas maka
Laterofleksi terjadi keatas dan pada tulang pinggang bagian bawah maka
dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
16
Gambar 6. Evulosio spontanea menurut Denman (kiri); Evulosio spontanea
menurut Douglas (kanan)
6. PENATALAKSANAAN
Versi luar
Suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang dikerjakan dari
luar untuk :
17
Mengubah letak lintang menjadi memanjang (letak kepala atau sungsang)
Indikasi :
Kontraindikasi :
Pasca miomektomi
Hidramnion
Perdarahan antepartum
Hipertensi
Kehamilan kembar
Syarat :
Pemeriksaan USG
Letak lintang
18
a. Dalam kehamilan di lakukan versi luar pada kehamilan ≥ 37 minggu
b. Dalam persalinan : bila syarat terpenuhi dan tidak ada kontra indikasi di
- Janin mati :
a. TBBJ < 1700 gr; persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan
b. TBBJ > 1700 gr; di lakukan dengan embriotomi bila syarat terpenuhi dan
c. TBBJ > 2500 gr dan bag. Terendah janin mati masih tinggi; di lakukan SC
pertimbangan sebagai berikut:
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin
pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum
prolapsus funikuli.
19
c. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
tidak didapatkan panggul sempit, dan janin tidak besar, dapat ditunggu dan
ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan
segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus
dengan seksio caesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk
lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar
apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak
lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur
uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea
dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam
dengan dekapitasi.
tergantung dari posisi punggung janin terhadap pintu atas panggul, insisi pada
dorsosuperior. Bila janin dorso inferior dan pada keadaan-keadaan lain dimana
insisi segmen bawah rahim tidak dapat dilakukan, maka insisi klasik
20
maupun kepala janin tidak berada pada segmen bawah uterus, insisi melintang
rendah ke dalam uterus dapat menyebabkan ekstraksi janin yang sulit. Hal ini
vertical diindikasikan.
7. KOMPLIKASI
Bahaya terbesar persalinan per vaginam pada letak lintang ialah ruptur
uteri spontan atau traumatik akibat tidakan versi atau ekstraksi. Selain itu
sering terjadi infeksi akibat partus lama. Sebab kematian bayi ialah prolapsus
funikuli dan asfiksia karena kontraksi rahim terlalu kuat. Tekukan leher yang
kuat juga menyebabkan kematian. Komplikasi yang tidak jarang juga terjadi
8. PROGNOSIS
Bayi letak lintang tidak mungkin lahir spontan dan membahayakan ibu
maupun anak. Biarpun dapat lahir spontan, anak akan lahir mati. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
Dalam keadaan tertentu di RSHS bila usia kehamilan <30 minggu dan
atau berat anak <1400 gram, persalinan pervaginam boleh dicoba. Sikap ini
diambil dengan terlebih dahulu mempertimbangkan arti sang anak bagi si ibu,
mengingat kemungkinan anak lahir mati. Sebaliknya, bila bayi akan dilahirkan
dengan seksio sesarea, perlu dipertimbangkan kemampuan perawatan bayi
prematur di NICU, sehingga untung rugi tindakan yang akan di pilih bagi ibu
dapat diperkirakan sebelum menetapkan pilihan antara persalinan pervaginam
atau seksio sesarea. (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
Prognosis bayi sangat bergantung kepada waktu ketuban pecah.
Selama ketuban masih utuh, bahaya bagi anak dan ibu relatif kecil. Oleh sebab
itu, ketuban diupayakan selama mungkin utuh dengan cara :
21
1) Melarang pasien mengejan
2) Melarang ibu dengan anak yang melintang berjalan – jalan
3) Tidak memberi obat augmentasi his
4) Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati – hati agar tidak memecahkan
ketuban.
Setelah ketuban pecah, bahaya bertambah karena :
1) Dapat terjadi letak lintang kasip bila pembukaan sudah lengkap
2) Anak dapat mengalami asfiksia akibat gannguan sirkulasi uteroplasenta
3) Tali pusat dapat menumbung
4) Bahaya infeksi bertambah (Bratakoesoema & Alamsyah, 2015)
sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan
disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga
sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan yang
sering dilakukan, tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya
robekan jalan lahir lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23