LAPORAN KASUS
Data Pasien
Umur : 25 thn
Alamat : Limbangan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. CM : 973260
Data Suami
Umur : 29 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesa khusus :
dari jalan lahir sejak 6 jam SMRS, darah yang keluar banyak, cair, tidak
ada gumpalan darah dan berwarna merah segar dan pasien menyangkal
1
adanya nyeri. Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar air-air, dan
lendir campur darah. Ibu merasakan gerakan janin semenjak 3 bulan yang
Riwayat pasien
Riwayat obstetri :
Keterangan :
Haid :
– TP : 22 Februari 2017
– Siklus teratur
– Perdarahan sedikit
2
– Nyeri saat haid
punya anak
SMRS
Status praesens
• KU : CM
• TD : 130/80 mmhg
• N : 96 x/mnt
• R : 24 x/mnt
• S : AF
• Kepala :
Leher :
– Tiroid : TAK
• Cor : bunyi jantung i-ii murni dan regular, tidak ada gallop dan
murmur
3
• Abdomen : teraba cembung & lembut
Status obstetrik
• TFU/LP : 32/96 cm
• TBBA : ± 2835 gr
• Usia kehamilan :
Taksiran persalinan :
• Inspekulo :
- Fluksus (+)
Perabaan fornises :
PERDARAHAN ANTEPARTUM
4
Rencana Pengelolaan :
- Rencana USG
- Inform consent
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hb : 9,4 g/dL
• Ht : 30 %
HASIL USG
5
Janin tunggal hidup 34-35 mgg, letak kepala, plasenta corpus anterior
IUD
LAPORAN OPERASI
• Asisten I : Isan
• Asisten II : Neneng
previa totalis
6
• Diagnosis pasca-bedah : P2A0 partus prematurus 34-35 minggu
anemia
sekitarnya.
abdomen
• SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan
- BB : 2290 gr - PB : 45 cm
7
- Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik
• Jam 22.45 : - lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
• SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur
interloking.
• Perdarahan dirawat
• Observasi KU, tensi, nadi, respirasi, suhu pendarahan tiap 15 menit sampai
pulih
8
• Antibiotik : cefotaxime 2x1 gr, metronidazole 3x500 mg, kaltrofen
2x100 mg
FOLLOW UP
JAM
• O: – Metronidazole 3x500
– KU : CM mg IV
– R : 24 x/mnt supp
– N : 96 x/mnt – Aff DC
– S : AF – Breast care
– ASI : -/-
– Abdomen : datar,lembut
– Perdarahan (+)
– LO : tertutup verban
– BAB/BAK : -/-
9
antepartum e.c plasenta previa
totalis + anemia
• Hb : 8,9 g/dL
• Ht : 27 %
AL JAM
14/01/201 • S : mules • P:
7 • O: – Cefadroxil 2x500
POD II – KU : CM mg
– T : 100/70 – Metronidazol
mmHg 3x500 mg
– R : 24 – As.mefenamat
x/mnt 3x500 mg
– N : 96 – Aff Infus
x/mnt – Sf 1x1
– S : AF
– Mata : CA -/-
10
SI -/-
– ASI : -/-
– Abdomen :
datar,lembut
– TFU : 3 jari
dibawah pusat
– Perdarahan (+)
– LO : tertutup
verban
– BAB/BAK : -/+
• A : P2A0 partus
prematurus dengan SC
a.i perdarahan
11
BAB II
PERMASALAHAN KASUS
A. PARTUS PREMATURUS
1.1 Definisi
minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir atau berat
badan lahir kurang dari 2500gr. Terdapat 3 sub kategori usia kelahiran prematur
1.2 Epidemiologi
Angka kejadian prematur yang tinggi masih menjadi pusat perhatian dunia
hingga kini. Tingkat kelahiran prematur di Amerika Serikat sekitar 12,3% dari
12
Etiologi persalinan prematur belum diketahui secara pasti. Sebelumnya
- kehamilan kembar
- hidroamnion
- uterus anomali
- terpapar dietilstilbestrol
- riwayat pielonefritis
- abortus trimester II 1x
1.4 Patofisiologi
13
Patogenesis terjadinya persalinan prematur belum diketahui secara pasti.
persalinan prematur masih belum pasti. Ada beberapa teori yang menjelaskan
menjadi lebih peka terhadap ACTH, sehingga sekresi kortisol akan lebih
b. Teori Oksitosin
teori ini menyatakan peranan oksitosin untuk memulai suatu persalinan. Hal
prostaglandin. Tetapi teori ini banyak diangkal karena penigkatan zat oksitosin
14
factor, sitokin pada cairan amnion, chorion, dan desidua parietalis. Prostaglandin
15
1.5 Diagnosis
a. Gejala awal
- Rasa nyeri/tegang pada perut bawah
- Nyeri pinggang
- Rasa penekanan pada jalan lahir
- Bertambahnya cairan vagina
- Perdarahan/perdarahan bercak/lendir bercampur darah
b. Gejala definitif
- Kontraksi uterus yang teratur ( 1 kali atau lebih dalam 10 menit) → kasus
: 1-2 kali dalam 10 menit
- Perubahan serviks seperti :
- Pembukaan serviks ≥ 2 cm
- Pendataran
1.6 Penatalaksanaan
KONTRAKSI PREMATUR
Kontraksi umur kehamilan USG
Perubahan serviks
Tirah baring
16
1. Konfirmasi umur kehamilan dengan berbagai cara
2. Penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan
pengaruhnya terhadap pembukaan serviks)
3. Pemantauan tanda-tanda vital ibu
4. Pemantauan DJJ
5. USG
6. Tirah baring (lateral kiri atau semi fowler)
7. Pemberian obat-obat tokolitik
Obat tokolitik adalah obat yang mempunyai pengaruh mengurangi,
meemahkan atau menghilangkan kontraksi rahim.
Kontraksi otot rahim bisa dihambat melalui perangsangan reseptor β
adreenergik, misalnya Ritodrin, Terbutalin, Isoksuprine.
Indikasi : mencegah persalinan kurang bulan
Kontra indikasi : solusio plasenta, infeksi intrauterin, febris yang
tidak diketahui sebabnya, penyakit jantung, pertumbuhan janin terhambat,
hipertensi dalam kehalan, penyakit paru-paru, hipertiroid, diabetes
mellitus.
Kriteria pemberian obat tokolitik
Umur kehamilan 24-34 minggu, pemberian tokolitik diluar usia
kehamilan tersebut harus atas izin konsulen
Minimal terdapat 2 kontraksi dalam 15 menit dengan pemeriksaan
CTG
Adanya pengaruh kontraksi rahim yang jelas terhadap serviks
(pendataran)
Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
Tidak ada kontraindikasi pemberian obat-obat β adrenergik agonis
Pemeriksaan khusus : urin, GDS, EKG, hematokrit, leukosit, foto toraks,
USG
Jenis obat, dosis dan cara pemberian :
- Salbutamol : diberikan dosis 10 mg dalam larutan NaCl atau
RL. Dimulai dengan infus 10 tetes/menit, bila kontraksi masih ada
17
tingatkan tetesan infus 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi
berhenti atau nadi ibu melebihi 120x/menit. Bila kontraksi berhenti,
tetesan tersebut dipertahankan sampai jam setelah kontraksi berakhir.
Sebagai dosis jaga diberikan salbutamol per oral 3x4 mg per hari
selama 7 hari.
- Isoksuprin : diberikan per infus dengan kecepatan 0,25-0,5
mg/menit (1,5-3 cc/menit) bisa dinaikkan 1 mg/menit. Dua jam
setelah kontraksi menghilang, dilanjutkan dengan pemberian 10 mg/3-
6 jam secara IM selama 12-24 jam kemudian dianjurkan dengan
pemberian 10-20 mg tablet setiap 6 jam selama 3 hari.
- Nifedipin : Diberikan dengan dosis 3x20 mg per oral per hari
sampai kontraksi berhenti. Perhatikan tekanan darah untuk mencegah
keadaan hipotensi.
- Terbutalin : 250 μg secara IV dilanjutkan dengan pemberian
per infus 10 μg/menit. Pengobatan dipertahankan sampai 8 jam,
kemudian dilanjutkan dean pemberian subkutan 250 μg setiap jam
selama 24 jam. Pengobatan dilanjutkan secara oral dengan dosis 2,5
μg/4-6 jam.
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
18
8. Pemberian obat untuk pematangan paru janin, diberikan pada semua
wanita hamil 24-34 minggu yaitu deksamethason 6 mg tiap 12 jam (IM)
sampai 4 dosis atau Betametason 12 mg (IM) sampai 2 dosis dengan
interval 24 jam.
9. Pemberian MgSO4 untuk proteksi otak janin, loading dose 4 gram MgSO4
(10 cc MgSO4 40%) dilarutkan dalam 100 cc ringer laktat diberikan
selama 15-20 menit. Setelah habis loading dose dilanjutkan dengan dosis
rumatan 8 gram dilarutkan dalam 500 cc RL. Tetesan 20 gtt/ menit selama
4 jam
B. PERDARAHAN ANTEPARTUM
A. Pengertian
B. Etiologi
1. Plasenta previa
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
plasenta.
plasenta.
19
c. Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.
2. Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
28 minggu.
20
Terjadi gangguan pembekuan darah
misalnya
C. Patofisiologi
1. Plasenta previa
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana
hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak
dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus
2. Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru
otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih
21
berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter
1. Plasenta previa
2. Solusi plasenta
Plasenta Previa
A. Definisi
rahim sehingga menutupi seluru atau sebagian dari pembukaan dari jalan lahir
22
Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding
B. Klasifikasi
uteri internum.
uteri internum
internum
bawah uterus
23
Klasifikasi plasenta previa tergantung pada penilaian besarnya dilatasi
serviks pada saat dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh plasenta letak rendah
cm. sebaliknya plasenta previa totalis sebelum pembukaan serviks dapat menjadi
jelas dari plasenta letak rendah. Bila plasenta previa sentralis ditegakkan secara
ultrasonografi pada trimester terakhir kehamilan, kita tidak perlu lagi melakukan
C. Insidensi
yang terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas
tinggi dan pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda
D. Etiologi
24
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum
2. Mioma uteri
3. Kuterase berulang
4. Umur lanjut
perokok berat.
E. Manifestasi klinis
terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan
dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub
bawa rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul
25
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta
previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh
plasenta.
F. Patogenesis
G. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester tiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak
maternal yaitu desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian uri. Dengan
melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan terbuka ada bagian
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu ruangan intervillus dari plasenta. Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa raasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh
ostium internum perdarahan teradi lebih awal dalam kehamilan oleh karena
26
segmen bawah rahim terbentuk terlebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
osstium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parssialis atau letak
rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau awal persalinan.
Perdaraan pertama terjadi pada usia kurang dari 30 minggu kehamilan tetapi lebih
pertumbuhan vili dari tropoblas, akibatnya plasenta melekat kuat pada dinding
uterus.
H. Diagnosis
biasanya plasenta previa atau solusio plasenta. Diagnosis belum tentu bisa
Pada pemeriksaan inspekulo adanya perdarahan aktif, OUE yang tertutup, portio
tidak ada edema. Perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
persiapan lengkap untuk pelahiran cesar. Jika dilakukan vaginal toucher, perlahan-
lahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan plasenta.
derajat atau klasifikasi plasenta. Jika plasenta lateralis atau marginalis dilanjutkan
dengan amniotomi dan diberi oksitosin drip untuk mempercepat persalinan. Jika
tidak ada perdarahan banyak, pasien dikembalikan ke ruang bersalin. Jika terjadi
27
perdarahan banyak atau plasenta totalis langsung dilanjutkan seksio sesarea.
MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih pada suasana
mendesak.
plasenta previa.
I. Diagnosis Banding
kehamilan 28 minggu.
yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28- awal partus. Perdarahan antepartum
28
bisa disebabkan oleh plasenta previa yang merupakan etiologi tersering dari
C. ANEMIA
Pengertian Anemia
pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II. Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO
Penyebab
Penyebab anemia pada ibu hamil Penyebab anemia umunya adalah kurang
gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit –
penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa
hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam
berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah
29
dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat
jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat
jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein
hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh,
kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena
pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai
persediaan bulan pertama setelah lahir. Pada penelitian Djamilus dan Herlina
30
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20
tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum
Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil
penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429
kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet
Fe. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan
asam folat.
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil.
tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan yang kurang sangat dipengaruhi oleh
rendahnya kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, inipun besar
31
kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan.
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh
kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa
Gejala anemia
Gejala anemia pada ibu hamil Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat,
mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia
defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka
kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat
konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil. Daya
serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih
terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan
O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat
lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,
Klasifikasi
o Anemia defisiensi Fe
32
o Thalasemia mayor
o Anemia sideroblastik
o Anemia aplastic
o Anemia Hemolitik
Anemia Makrositer
o Anemia megaloblastik
a) Abortus
b) Persalinan prematuritas
d) Mudah infeksi
f) Heperemesis gravidarum
g) Perdarahan antepartum
Pencegahan anemia
33
b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk,
besi.
hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan
atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang
penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan.
34
Pada kasus :
Diagnosis pada pasien ini sudah benar. Pada pasien kita didapatkan usia
kehamilan berdasarkan TFU 36-37 mgg, berdasarkan HPHT 34-35 mgg, taksiran
persalinan 22 februari 2017.
35
Dilakukan pada keadaan :
- Plasenta previa dengan perdarahan banyak
- Plasenta previa totalis
- Plasenta previa lateralis di posterior
- Plasenta letak rendah dengan letak anak sungsang
Seksio sesarea
Tujuan melakukan seksio sesarea adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim.
Robekan serviks dan segmen bawah rahim mudah terjadi bila anak
dilahirkan pervaginam karena daerah tersebut pada plasenta previa banyak
mengandung pembuluh darah. Seksio sesarea dilakukan pada plasenta previa
totalis dan pada plasenta previa lainnya jika terjadi perdarahan hebat.
Tindakan seksio sesarea pada plasenta previa, selain dapat mengurangi
kematian bayi, dapat dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh karena itu,
seksio sesarea juga dilakukan pada plasenta previa walaupun sudah mati.
Penatalaksanaan :
- Pasang infus, tirah baring
- Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik
36
- Pemantauan kesejahteraan janin dan dengan USG dan KTG setiap
minggu
- Berikan antibiotik
- Pada usia kehamilan < 32 minggu diberikan dexamethasone
- Transfusi darah jika Hb < 8 g/dL
Komplikasi
Bahaya untuk ibu :
1. Perdarahan pasca persalinan karena :
- Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim
(plasenta akreta)
- Daerah perlekatan luas
- Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme
penutupan pembuluh darah pada insersi plasenta tidak baik
2. Infeksi nifas karena luka plasenta lebih dekat pada ostium
3. Syok hipovolemik
4. Emboli udara (jarang)
5. Kelainan koagulopati sampai syok
6. Kematian
KESIMPULAN
Penatalaksanaan pada pasien kita dilakukan seksio cesarea sudah benar
karena pada plasenta previa totalis harus dilakukan terminasi kehamilan
perabdominam jika tidak dilakukan bisa terjadi komplikasi perdarahan hebat dan
komplikasi lainnya.
37
Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan infus
cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang
ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan seksio sesarea atau
bertempat tinggal jauh dari tempat yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi proggram keluarga berencana menambah penurunan insidensi plasenta
previa. Dengan demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.
Namun,nasib janin belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur yang
dilakukan dengan persalinan spontan ataupun seksio sesarea. Karena itu, kelahiran
prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservati
diberlakukan.pada satu penelitian yang melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane
dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelairan prematur 47%. Hubungan
hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum
terbukti.
KESIMPULAN
- Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan
terapi berupa tindakan seksio cesarea keadaan pasien ini membaik.
Hasil pemeriksaan darah rutin pos operatif hari pertama hasilnya 8,9
dan tidak perlu dilakukan transfusi. dari keadaan umum dan tanda-
tanda vital dalam batas normal, juga tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan fisik yang lainnya.
- Quo ad functionam pasien ini untuk reproduksi ad bonam karena
dilakukan pemasangan IUD, sehingga pasien bisa mengatur jarak
kehamilan berikutnya. Dan untuk fungsi seksual dan menstruasi ad
bonam karena tidak dilakukan terapi apapun yang menyebabkan
rusaknya genitalia eksterna.
38
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada
trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II.
Pada kasus :
Diagnosis pada pasien ini sudah benar. Pada pasien kita didapatkan kadar .:
• Hb : 9,4 g/dL
• Ht : 30 %
• Lekosit : 13.590 / mm3
• Trombosit : 289.000 /mm3
• Eritrosit : 3,29 juta/mm3
Darah rutin (13/01/2017)
• Hb : 8,9 g/dL
• Ht : 27 %
• Lekosit : 18.400 / mm3
• Trombosit : 243.000 /mm3
• Eritrosit : 3.05 juta/mm3
Pemeriksaan fisik
Kepala :
• Conjuctiva : anemis +/+
39
40