LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. HM
Umur : 30 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Islam
Alamat : Stain
No.RM : 12.25.85
lalu. Pasien masuk rumah sakit pukul 22.45 wit. keluhan disertai dengan
keluarnya darah tanpa bercampur lendir sejak pagi tadi. .Selain itu, pasien
1
minggu yang lalu juga sebelum masuk rumah sakit. Pasien G1P0A0
2017. Pada waktu hamil muda, pasien mengalami mual muntah. Demam
dan sakit kepala disangkal. Pasien telah diinjeksi tetanus toksoid satu kali.
Pasien tidak pernah menggunakan KB. Pasien makan dan minum baik,
(28-30 hari) dengan lama haid yaitu 4 hari dan biasaya ganti pembalut tiga
kali sehari.
- Riwayat Keluarga :
asma.
- Riwayat Obstetri :
Pasien baru pertama kali hamil, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran.
2
- Riwayat Pengobatan :
toksoid saja.
- Riwayat Kebiasaan :
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan Umum
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5C
Berat badan : 88 Kg
- Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephal
(-)
3
Bunyi tambahan : Ronki basah halus -/-, Wheezing - / -
- Pemeriksaan khusus :
a. Inspeksi :
Normal, perut membesar dengan arah memanjang, linea alba (+), linea
nigra (+).
b. Palpasi :
Perlimaan : 4/5
Kontraksi : Negatif
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : Negatif
Presentasi : Kepala
4
Houge :I
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
E. DIAGNOSIS KERJA
tunggal intrauterine.
F. TATALAKSANA
- Pro SC Cito
- IVFD RL 20 tpm
- Foley catether
- Konsul anestesi
- Observasi DJJ
Amnion <1)
- Teknik operasi :
6
o Pasien dengan posisi supine di atas meja operasi dan dilakukan
anestesi spinal
o Insisi pfannsteil
o Kedua ujung SBU dijahit hemostasis dan jelujur dua lapis atau
7
o Tidak lagi berpuasa
o Obat-obatan :
Cefotaxime 2 x 1 gram IV
Ketorolac 3 x 30 mg/8jam/ IV
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
I. FOLLOW-UP
8
mmHg KU : Baik, CM oral
N = 60 x/menit Mata : CA -/-, SI -/- Cefadroxil 2x500 mg
P = 20 x/menit Mammae : Puting menonjol, bendungan (-), Paracetamol 3x500
S = 36,5C mastitis (-), ASI (+) mg
Abdomen : Supel, NT (+) pada tempat
operasi, luka operasi baik, TFU 2 jari di bawah
pusat, BU (+) kesan normal.
BAK (+), BAB (-)
Lokia rubra (+)
A : P1 A0 Post SC hari kedua
29/10/2017 S : Nyeri pada luka operasi berkurang P:
TD = 110/70 O: Cefadroxil 2x500 mg
mmHg KU : Baik, CM Paracetamol 3x500
N = 80 x/menit Mata : CA -/-, SI -/- mg
P = 20 x/menit Mammae : Puting menonjol, bendungan (-), Ganti verban
S = 36,5C mastitis (-), ASI (+)
Abdomen : Supel, NT (+) pada tempat
operasi, luka operasi baik, TFU 2 jari di bawah
pusat, BU (+) kesan normal.
BAK (+), BAB (-)
Lokia rubra (+)
A : P1 A0 Post SC hari ketiga
29/10/2017 S : Nyeri pada luka operasi berkurang P:
TD = 130/80 O: Cefadroxil 2x500 mg
mmHg KU : Baik, CM Paracetamol 3x500
N = 80 x/menit Mata : CA -/-, SI -/- mg
P = 20 x/menit Mammae : Puting menonjol, bendungan (-), Boleh pulang
S = 36,5C mastitis (-), ASI (+)
Abdomen : Supel, NT (+) pada tempat
operasi, luka operasi baik, TFU 2 jari di bawah
pusat, BU (+) kesan normal.
BAK (+), BAB (-)
Lokia rubra (+)
A : P1 A0 Post SC hari keempat
J. RESUME MEDIS
hari, mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak seminggu yang lalu disertai KPD
sebelum masuk rumah sakit. keluhan disertai keluar lendir bercampur darah
pervaginam sejak pagi tadi sebelu masuk rumah sakit. Afebris. Pemeriksaan fisik
9
ostium tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban negatif, presentasi kepala,
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
mulai persalianan dan ditunggu satu jam sebelum terjadinya inpartu dimana
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
sebagian besar KPD terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu (Premature
pecahnya selaput ketuban secara spontan yang terjadi sebelum inpartu pada umur
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.4
Mengetahui jumlah cairan amnion dapat diukur melalui beberapa metode yang
berbeda, paling umum melalui evaluasi indeks cairan amnion (ICA) atau pengukuran
saku dalam. Jika ICA menunjukkan tingkat cairan kurang dari 5 cm (atau kurang dari
persentil ke-5), tidak adanya kantong cairan 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari
11
500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka dapat didiagnosis sebagai
oligohidramnion.5
B. Insiden6,7
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm, dan pada
Tahun 1988, insidensi ketuban pecah dini ini kira-kira 12% dari semua kehamilan.
Frekuensi kejadiannya yaitu 8%, 1%-3% dan kurang dari 1%. Secara umum menurut
Chan Tahun 2006, insiden dari KPD terjadi sekitar 7-12%. Menurut Alonto Tahun
2007 insiden KPD terjadi pada 5-10% kehamilan, 60% di antaranya saat aterm.
Asal cairan amnion yaitu dari ultrafiltrasi plasma meternal dan setelah minggu
kedua, cairan amnion berasal dari cairan esktrseluler kulit janin. Setelah minggu ke-
20, kulit janin tertutup oleh lapisan tanduk sehingga cairan amnion terutama berasal
dari urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin janin sekitar minggu ke-12 dan
diperkirakan bahwa urin janin terbentuk sebanyak 7-12 ml/hari. Cairan yang berasal
dari paru tidak terlalu banyak, sisanya merupakan cairan filtrasi yang berasal dari
permukaan fetal plasenta. Untuk itu, komposisi air ketuban adalah sebagai berikut :
12
a. Protein 2,5%, sebagian besar berupa albumin.
sampai dengan aterm cairan amnion berjumlah sekitar 1.000 cc. (manuaba)
menciptakan ruangan fisik bagi muskuloskeletal janin untuk terbentuk secara normal,
membantu dan mencegah kompresi tali pusat. Dalam pertumbuhan organ janin,
Factor (EGF). Selain itu, cairan amnion juga mengandung Parathyroid hormone
13
related protein (PTH-rP) yang berfungsi untuk meningkatkan pembentukan paru dan
surfaktan paru untuk mampu berkembang saat lahir dan fungsi dalam pertukaran O2
kemudian menurun sampai kurang dari 200 cc pada 42 minggu. Cairan amnion pada
multigravida yaitu sekitar 1.500 cc dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam batas
normal adalah 2.000 ml. Abnormalidtas cairan amnion yang biasa ditemukan yaitu
cairan amnion yang terlalu banyak yaitu lebih dari 2.000 cc (Hidramnion) atau terlalu
14
2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah).
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi
akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda-
tanda inpartu.
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat
terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli dan ibu yang
melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan
sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah
15
E. Mekanisme Ketuban Pecah Dini1,2,3
Mekanisme pecah ketuban yang terjadi sebelum aterm terjadi oleh karena
berbagai faktor yang akhirnya mempercepat lemahnya membran ketuban. Hal ini
melalui kolonisasi bakteri juga dapat menyebabkan lokal respon inflamasi termasuk
1. Faktor infeksi
utama infeksi terkait persalinan prematur. Rongga ketuban biasanya steril dan atau
dibawah 1% pada persalinan aterm terdapat bakteri dalam cairan ketuban. Isolasi
bakteri dalam cairan ketuban adalah temuan patologis yang dikenal sebagai invasi
mikroba dari rongga amnion. Kebanyakan kolonisasi tersebut subklinis dan tidak
terdeteksi tanpa analisis cairan ketuban. Frekuensi tergantung pada presentasi klinis
dan usia kehamilan. Pada pasien dengan persalinan prematur dengan membran utuh,
didapatkan kultur bakteri pada cairan ketuban adalah 12,8%. Kemudian dilakukan
pengukuran pada pasien tersebut pada saat dimulai proses pengeluaran janin,
16
Pada ketuban pecah dini preterm didapatkan kultur bakteri pada cairan ketuban
adalah 32,4%, dan kemudian dilakukan pengukuran kembali pada saat dimulai proses
pengeluaran janin menjadi 75%. Infeksi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
protease yang akan menyebabkan terjadinya degradasi membran pada selaput ketuban
dan akhirnya melemahkan selaput ketuban. Respon terhadap infeksi berupa reaksi
prostaglandin oleh netrofil PMN dan makrofag. IL-1, IL6, TNF- yang diproduksi
oleh monosit akan meningkatkan aktivitas MMP-1 dan MMP-3 pada sel korion.
Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga merangsang produksi prostaglandin oleh
selaput ketuban yang diduga berhubungan dengan ketuban pecah dini preterm karena
sitokin yang diproduksi oleh monosit. Sitokin juga terlibat dalam induksi enzim
17
semuanya berhubungan dengan terjadinya pecahnya ketuban. Infeksi bakteri juga
selaput ketuban preterm yang diakibatkan oleh degradasi dari selaput ketuban.
akan melepaskan asam arakhidonat. Lebih lanjut, respon imun tubuh terhadap infeksi
bakteri akan meningkatkan produksi sitokin yang akan meningkatkan produksi dari
prostaglandin. Dimana sitokin ini juga akan meningkatkan kadar MMP yang akan
2. Faktor nutrisi
gangguan pada struktur kolagen. Asam askorbat yang berperan dalam pembentukan
struktur kolagen tripel heliks berhubungan dengan pecahnya selaput ketuban. Zat
18
tersebut kadarnya lebih rendah pada kasus ketuban pecah dini. Asupan nutrisi ibu
sebelum dan selama kehamilan dapat mempengaruhi kondisi janin dan berpengaruh
penyumbang risiko persalinan prematur spontan antara lain rendahnya berat badan
ibu sebelum kehamilan, indeks massa tubuh, dan kenaikan berat badan semasa
kehamilan.
3. Faktor hormon
jaringan reprodruktif. Kedua hormon ini dapat menurunkan konsentrasi MMP-1 dan
relaxin diproduksi oleh sel desidua dan plasenta berfungsi mengatur pembentukan
jaringan ikat, dan mempunyai aktivitas yang berlawanan dengan efek inhibisi oleh
dalam membran janin. Aktivitas hormon ini meningkat sebelum persalinan pada
4. Faktor apoptosis
Apoptosis adalah istilah yang digunakan sebagai sinonim dari proses kematian
sel. Proses apoptosis sangat dipengaruhi oleh sinyal yang berasal dari protein
yang telah lama dikenal sebagai pencetus ketuban pecah dini, sedangkan faktor
intraseluler diperankan oleh p53 yang merupakan suatu protein yang berperan dalam
19
apoptosis intraseluler melalui pengaktifan protein bax yang memacu pelepasan
sitokrom c. Fungsi normal p53 adalah sebagai penjaga proteinom. Pada keadaan
dimana jumlah p53 rendah maka p53 akan berperan sebagai penjaga sel, sedangkan
dalam jumlah banyak akan menyebabkan pengaktifan apoptosis. Kadar p53 pada
selaput amnion lebih tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini dibandingkan
dengan kehamilan normal. Kadar p53 > 0,97 U/ml berisiko lebih dari 30 kali
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan kimia
yang menyebabkan selaput ketuban rapuh pada bagian tertentu saja, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh. Pada ketuban pecah dini aterm ditemukan sel-sel yang
disekitar robekan pada selaput ketuban. Pada kasus koriomnionitis terlihat sel-sel
kehamilan dengan ketuban pecah dini baik melalui jalur caspase-dependent dan
eksekutor utama apoptosis yaitu caspase-3 dan jalur caspase independent dengan
paling awal dan dominan sebagai bentuk respons adanya apoptosis melalui caspase-
independent.
20
5. Faktor mekanis
seperti MMP-1 pada membran. IL-6 yang diproduksi dari sel amnion dan korion
ketuban.
Degradasi kolagen dimediasi oleh MMP yang dihambat oleh inhibitor jaringan
spesifik dan inhibitor protease. Pecahnya selaput ketuban saat persalinan disebabkan
oleh melemahnya selaput ketuban karena kontraksi uterus dan peregangan yang
berulang. Daya regang ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan
degradasi komponen matriks ekstraseluler pada selaput ketuban. Pada ketuban pecah
oleh MMP.
MMP ini merupakan suatu grup enzim yang dapat memecah komponen-
MMP-1 dan MMP-8 berperan pada pembelahan tripel heliks dari kolagen fibrin (tipe
I dan III), dan selanjutnya didegradasi oleh MMP-2 dan MMP-9 yang juga memecah
kolagen tipe IV. Pada selaput ketuban juga diproduksi penghambat MMP / TIMP.
21
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan
dan metabolik. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat MMP-1. Sel mesenkim
berfungsi menghasilkan kolagen sehingga menjadi lentur dan kuat. Disamping itu,
Protein-1), zat ini bermanfaat untuk melawan bakteri. Di samping itu, selaput amnion
F. Penegakan Diagnosis1,2,6
laboratorium. Pada KPD, yang perlu diperhatikan yaitu pastikan diagnosis, tentukan
umur kehamilan, evaluasi ada atau tidaknya infeksi maternal atau infeksi janinndan
1. Anamnesis
seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa
basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari
jalan lahir dimana riwayat keluar air ketuban berupa cairan jernih keluar dari
2. Pemeriksan fisik
a. Inspeksi
22
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina,
bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
b. Pemeriksaan inspekulo
1. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari
serviks. Dilihat juga dari prolaps dari tali pusat atau ekstremitas bayi.
menjadi biru. Tes nitrazin ini bisa memberikan hasil positif palsu bila
trichomoniasis.
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin masih
23
diambil dari forniks posterior. Cairan di swab kemudian dikeringkan
group B Streptococcus.
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium :
3. Tes pakis.
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai Amniotic Fluid Index
(AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin. Ultrasonografi dapat
24
dalam mengevaluasi janin. Pemeriksaan USG berguna untuk menegakkan
G. Penatalaksanaan2,3
1. Konservatif
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak
ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, ada
infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 -37 minggu berikan steroid
untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama
2. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25-50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
25
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi
persalinan.
1. Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda
infeksi intrauterin.
2. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari
per vaginam.
kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat
26
5. Untuk usia kehamilan < 37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
6. Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih, lakukan terminasi dan pemberian
9. Untuk non viable preterm (usia kehamilan < 24 minggu) lakukan konseling
Pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian
yang lama.
10. Rekomendasi klinik untuk KPD yaitu pemberian antibiotik karena pada periode
fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu
27
distress syndrome, dan necrotizing examinations). Tidak boleh dilakukan
untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka
hari.
15. KPD dengan usia kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik
28
16. KPD dengan usia kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah > 6
matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang
17. KPD dengan infeksi (kehamilan < 37 minggu ataupun > 37 minggu) berikan
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan
sectio caesarea.
H. Komplikasi3,7,10
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun pada janin
1. Terhadap janin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal. Pada janin dapat terjadi infeksi bahkan sepsis. Sepsis
neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum
2. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering periksa dalam. Selain itu dapat juga dijumpai infeksi puerpuralis
29
(nifas), peritonitis dan septikemia serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah
karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan
naik, nadi cepat dan tampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan
meninggikan angka kematian dan morbiditas pada ibu. Menurut Chan, pasien
3. Lainnya, yaitu :
c. Sindrom deformitas janin : ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini,
30
BAB III
DISKUSI
tanda mulai persalianan yang terjadi sekitar 7-12%. Ketuban pecah dini dapat terjadi
Pada kasus ini, pasien usia 30 tahun datang dengan G1P0A0 HPHT : 22-1-
2017 usia kehamilan 39 minggu 3 hari datang dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah yang disertai dengan keluarnya air-air sejak satu minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, dan pagi sebelum ke rumah sakit, pasien mengeluh keluarnya
pada pasien ini yaitu Oligohidroamnion + KPD satu minggu. Hal ini sejalan dengan
teori dimana KPD dapat terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan untuk
oligohidroamnion jika disesuaikan dengan keadaan pasien yang didapatkan pada saat
operasi yaitu indeks cairan amnion <1 yang sesuai dengan teori bahwa cairan amnion
yang terlalu sedikit dan diukur dengan ICA menunjukkan tingkat cairan kurang dari 5
cm (atau kurang dari persentil ke-5), tidak adanya kantong cairan 2-3 cm, atau
volume cairan kurang dari 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka dapat
Pada pasien ini, tatalaksana yang dilakukan yaitu SC TPP. Hal ini sesuai
dengan keadaan pasien yang sudah seminggu mengalami KPD. Berdasarkan usia
31
kehamilan, faktor ibu dan bayi, maka sesuai teori, keadaan ini harus dilakukan
penanganan secara aktif dalam hal ini tindakan terminasi sesuai dengan pertimbangan
usia ibu, usia kehamilan, lamanya ketubah pecah yaitu seminggu dan komplikasi
pada janin jika tidak dilakukan terminasi yaitu seperti infeksi itrauterin (amnionitis
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba Chandranita Ida Ayu et all, 2009, Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
http://reproduksiumj.blogspot.com/2017/11/ketuban-pecah-dini.html . Akses
November 2017
http://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/oligohydramnios/
8. Alonto, A.M. 2007. Urinary Tract Infections.. In : Mahon, C.R., Lehman, D.C.,
Elsevier.p.1110-29.
33
9. Morgan Geri, Hamilton Carole, 2009, Panduan Praktik Obstetri dan
10. Sholeh Kasim et al, 2010, Buku Ajar Neonatologi, Edisi 1, Badan Penerbit
IDAI, Jakarta.
34