Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Hipertensi pada kehamilan merupakan satu di antara tiga penyebab


kematian dan kesakitan ibu bersalin. Penyakit ini menyebabkan angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah kesehatan pada
masyarakat. (Chen XK, et al., 2006).
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg (JAMA 2003) atau berdasarkan riwayat
hipertensi sewaktu periksa kehamilan ke petugas kesehatan.
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul
selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 23% kehamilan.
(http://www.permatacibubur.com). Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5
15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin di samping infeksi dan perdarahan. (Yudasmara, 2010).
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi pada
kehamilan antara lain: kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh
darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan kardiovaskular,
gangguan hati, gangguan pernafasan, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver
enzymes, low platelet count), serta gangguan pada janin seperti pertumbuhan
terhambat, prematuritas hingga kematian dalam rahim. Hipertensi pada
kehamilan juga dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu maupun janin. (Yudasmara, 2010).
Satu dari 8 butir tujuan pembangunan millenium (millenium development
goals, MDGs) adalah meningkatkan kesehatan ibu. Dengan demikian tampak
dengan jelas bahwa peningkatan kesehatan ibu telah menjadi salah satu

komitmen negara-negara di dunia. Salah satu indikator untuk menggambarkan


tingkat kesehatan ibu adalah angka kematian ibu (AKI). Kematian ibu adalah
kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah
persalinan, terlepas dari lama dan letak kehamilan, dari setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya
tetapi bukan karena kecelakaan. (WHO-SEARO; 1998). Angka kematian ibu
merupakan salah satu indikator kesuksesan pembangunan suatu negara karena
peningkatan

kualitas

hidup

perempuan

merupakan

salah

satu

syarat

pembangunan sumber daya manusia. Tingginya AKI mengindikasikan masih


rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung
mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko
kematian ibu dan anak.
Di Indonesia, AKI masih cukup tinggi. Analisis hasil survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan AKI sebanyak 334 kematian per
100.000 kelahiran. Angka ini menurun menjadi 307 per 100.000 kelahiran pada
tahun 2003 dan menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2007.
Target AKI untuk tahun 2010 adalah 125 kematian per 100.000 kelahiran. (Survei
Demografi, 2007). Angka kematian ibu di Indonesia jauh lebih tinggi
dibandingkan AKI negara Asia Tenggara lainnya. Di Singapura, AKI hanya 6 per
100.000 kelahiran, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran, Thailand 44 per 100.000
kelahiran dan Filipina 170 per 100.000 kelahiran. (http://www.bkbn.go.id)
Yang

paling

ditakutkan

dari

hipertensi

pada

kehamilan

adalah

preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan yang sangat


membahayakan

ibu

maupun

janinnya

(http:abidinblog.blogspot.com).

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai penambahan berat badan ibu yang
cepat akibat tubuh membengkak dan ditemukannya protein dalam urine.

Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang atau koma.


(Yudasmara, 2010). Berdasarkan beberapa penelitian, preeklamsia menjadi
penyebab terbesar nomor dua pada kasus keguguran atau kematian janin.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari semua kehamilan, 10%
pada kehamilan anak pertama dan 2025% pada perempuan hamil dengan
riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada janin, preeklamsia bisa menyebabkan
berat badan lahir rendah, keguguran dan lahir prematur (Gibson, 1998).
Sedangkan yang menjadi eklamsia sekitar 0,050,20% (Sibai BM, 1981). Setiap
tahun sebanyak 250 ribu ibu hamil di Amerika menderita hipertensi atau 510%.
(Gutsche BB, 1979, Lindheimer MD, 1985).
Faktor resiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara lain kehamilan
pertama, usia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat preeklamsia
pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas
atau kegemukan, dan jarak antarkehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10
tahun. (http://www.permatacibubur.com.) Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dianalisis berapa jumlah kasus yang hipertensi pada ibu hamil di RSUD Saiful
Anwar Malang.

1.2

Tujuan

Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas satu pasien dengan


diagnosa hipertensi gestasional di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang,
sehingga diketahui:
a

Prosedur penegakan diagnosis hipertensi gestasional yang benar.

Manajemen penatalaksanaan hipertensi gestasional dan prognosisnya.

1.3.

Manfaat

Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


dan pemahaman dokter muda mengenai preeklampsi dalam hal pelaksanaan
anamnesa dan diagnosis, penanganan awal, serta merujuk yang benar dan
tepat.

Daftar Pustaka

Chen XK, Wen SW, Smith G, Yang Q, Walker M. Pregnancyinduced


hypertension is associated with lower infant
mortality in preterm singletons. Br J Obstet Gynecol.
2006; 113(5): 54451.
Yudasmara, Kusuma IP. Hipertensi dalam Kehamilan.Diunduh pada tanggal 24
Maret 2010. Disitasi darihttp://www.balipost.com.
The seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure (JNC 7), JAMA 2003; 290:
197.
Wisnuwardhani SD, Santoso BI. Buku tahunan 1990
1992. Jakarta. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI;
1993.

Anda mungkin juga menyukai