Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN MASALAH

EMOSIONAL DENGAN STATUS KESEHATAN PADA


LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWAHARJA
2 KOTA BANJAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Melakukan Penelitian


Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada
Program Studi S-I Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Bina Putera Banjar

Oleh :
IIN SUHARTINI
NIM : 4004150010

STIKES BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2019
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN MASALAH
EMOSIONAL DENGAN STATUS KESEHATAN PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWAHARJA
2 KOTA BANJAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Melakukan Penelitian


Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada
Program Studi S-I Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Bina Putera Banjar

Oleh :
IIN SUHARTINI
NIM : 4004150010

STIKES BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2019

i
PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN MASALAH


EMOSIONAL DENGAN STATUS KESEHATAN PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWAHARJA
2 KOTA BANJAR

Oleh :
IIN SUHARTINI
NIM : 4004150010

Proposal ini telah disetujui oleh pembimbing


untuk diujikan*/layak untuk melanjutkan penelitian*

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. Hj. Suriany, S.Pd.,MM.,M.Kes. Banjar, Maret 2019

Pembimbing II

Arie Ardiyanti, S.KM,. M.Si. Banjar, Maret 2019

ii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Iin Suhartini


NPM : 4004150010
Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 22 Agustus 1996
Alamat : Dusun Langensari, Rt 13 Rw 05, Desa Patakaharja
Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis Jawa Barat
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan
1. SD : SDN 2 Patakaharja
2. SMP : MTsN Dadiharja
3. SMA : SMK Al Husna Cisaga
4. SI Kesehatan Masyarakat : STIKes Bina Putera Banjar

Pekerjaan
1. -

Motivasi Hidup : Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang


bermanfaat bagi sesamanya.

iii
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2019

KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Iin Suhartini


NPM : 4004150010
Judul Penelitian : Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Masalah Emosional
dengan Status Kesehatan pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar
Pembimbing I : Dr. Hj. Suriany, S.Pd.,MM.,M.Kes.

Tanggal Pokok Bahasan Saran Paraf


No
bimbingan yang dikonsulkan Pembimbing Pembimbing
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2019

KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Iin Suhartini


NPM : 4004150010
Judul Penelitian : Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Masalah Emosional
dengan Status Kesehatan pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar
Pembimbing II : Arie Ardiyanti, S.KM., M.Si

Tanggal Pokok Bahasan Saran Paraf


No
bimbingan yang dikonsulkan Pembimbing Pembimbing
Lembar Saran Skripsi

Nama : Iin Suhartini


NPM : 4004150010
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Penelitian : Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Masalah Emosional
dengan Status Kesehatan pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar

Keterangan
No Permasalahan Saran Revisi
Perbaikan

Keterangan:
1. Diisi oleh masing-masing penguji
2. Kolom Perbaikan diisi pada saat bimbingan oleh penguji dengan
membubuhkan tanda tangan dan tanggal.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang

mengambil judul “Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Masalah Emosional

dengan Status Kesehatan pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja 2

Kota Banjar”. Tujuan penulisan proposal skripsi ini untuk memenuhi sebahagian

syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) bagi mahasiswa

program S-1 di program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Bina Putera

Banjar. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal skripsi ini.

Terselesaikannya proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,

sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua

pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung

maupun tidak langsung dalam penyusunan proposal skripsi ini hingga selesai,

terutama kepada yang saya hormati:

1. Ibu Dr. Hj. Suriany, S.Pd.,MM.,M.Kes., selaku Ketua STIKes Bina Putera

Banjar.

2. Bapak H. Abdurrauf K, dr.MMR selaku Ketua LPPM STIKes Bina Putera

Banjar.

3. Bapak Ide Suhendar, Drs., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat STIKes Bina Putera Banjar.

iv
4. Ibu Dr. Hj. Suriany, S.Pd.,MM.,M.Kes., selaku dosen pembimbing I proposal

skripsi saya yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan

yang sangat berguna dalam penyusunan proposal skripsi ini.

5. Ibu Arie Ardiyanti, S.KM,. M.Si., selaku dosen pembimbing II proposal skripsi

saya yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang

sangat berguna dalam penyusunan proposal skripsi ini.

6. Bapak /Ibu dosen dan staff program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes

Bina Putera Banjar yang telah banyak membantu kami untuk dapat

melaksanakan penyusunan proposal skripsi.

7. Ibu Sulawati Rahayu, S.KM., selaku Kepala Puskesmas Purwaharja 2 Kota

Banjar.

8. Teristimewa kepada Orang Tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan

motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian proposal skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Banjar, Februari 2019


Penulis,

Iin Suhartini
NPM. 4004150010

v
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul Dalam i

Lembar Persetujuan ii

Riwayat Hidup iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Bagan ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Keaslian Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 9

2.1.1 Tinjauan Umum Aktivitas Fisik Lansia 9

2.1.2 Tinjauan Umum Masalah Emosional Lansia 17

2.1.3 Tinjauan Umum Satus Kesehatan Lansia 18

vi
2.2 Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja 22

2.3 Hipotesis Penelitian 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 24

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 24

3.3 Variabel dan Defininsi Operasional 26

3.4 Cara Pengumpulan Data 30

3.5 Jalannya Penelitian 34

3.6 Alur Penelitian 35

3.7 Strategi Analisis 36

3.8 Etika Penelitian 39

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2 Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Umur 20

Tabel 2.2 : Standar Baku IMT 22

Tabel 3.1 : Perhitungan Jumlah Sampel 26

Tabel 3.2 : Definisi Operasional Variabel 28

Tabel 3.3 : Jadwal Waktu Penelitian 40

viii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Kerangka Konsep 22

Bagan 2.2 : Kerangka Kerja 23

Bagan 3.1 : Jalan Penelitian 34

Bagan 3.2 : Alur Penelitian 35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lampiran 2 :

Lampiran 3 :

Lampiran 4 :

Lampiran 5 :

Lampiran 6 :

x
11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat

bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini

mendorong pemerintah untuk mendirikan layanan kesehatan, agar masyarakat

dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis

layanan publik merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan

masyarakat (Kemenkes RI, 2013).

Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara (UU RI No. 13 tahun 1998) (dalam Bratanegara,

2012). Laju perkembangan penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini

menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan

proporsi penduduk lanjut usia (Andini, 2013). Data dari World Population

Prospects (2015) menjelaskan ada 901 juta orang berusia 60 tahun atau lebih,

yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi dunia.

Jumlah penduduk lansia berdasarkan data proyeksi penduduk,

diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di

Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08

juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19

juta) (Kemenkes RI, 2017).


12

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2017,

jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Barat didominasi oleh kelompok umur

60-69 tahun sebanyak 5,04%, diikuti kelompok umur 70-79 tahun sebanyak

2,23% dan kelompok umur 80+ sebanyak 0,61%, dan jumlah tersebut

senantiasa mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Banjar tahun 2015,

jumlah lansia atau usia > 60 tahun adalah sebanyak 8.152 orang. Dan 9,14%

terdapat di Wilayah kerja Puskesmas Purwaharja 2.

Berdasarkan data dari Puskesmas Purwaharja 2 tahun 2018 jumlah

lansia sebanyak 745 orang yang terbagi kedalam 2 Desa yaitu Desa Raharja

sebanyak 399 orang dan Desa Mekarharja sebanyak 346 orang. Sebagai

upaya peningkatan derajat kesehatan lansia, maka programmer PTM di

Puskesmas Purwaharja 2 mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin setiap

satu bulan sekali di masing-masing posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas.

Besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki

masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya

pelayanan kesehatan (Badan Pusat Statistik, 2015). Penduduk lanjut usia akan

mengalami proses penuaan secara terus menerus dengan ditandai menurunnya

daya tahan fisik sehingga rentan terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Pada tahun 2015, angka kesakitan lansia sebesar

28,62%, artinya bahwa setiap 100 orang lansia terdapat sekitar 28 orang

diantaranya mengalami sakit (Kemenkes RI, 2017).


13

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia, pemerintah

telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut

usia mencapai masa tua bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan

sosial dan kesehatan lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan

pada lanjut usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan ditingkat masyarakat

adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah

puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah rumah sakit

(Fallen, 2011).

Dengan program rutin yang senantiasa dilaksanakan dalam setiap

bulannya, status kesehatan pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja 2 dapat terpantau. Pada kegiatan tersebut lansia dilakukan

pemeriksaan kesehatan berdasarkan buku kesehatan lansia yang meliputi

pemeriksaan kemandirian, maslah emosional, pengukuran tekanan darah,

IMT, kadar Hb, dan protein dalam urin. Dari beberapa kategori diatas

masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia adalah kondisi tekanan

darah dan status gizi (IMT). Kondisi tekanan darah cenderung meningkat atau

hipertensi.

Menurut American Heart Association (2014), sekitar 77,9 juta orang

dewasa di United States menderita hipertensi dimana prevalensi hipertensi

pada orang dewasa usia ≥20 tahun dan lansia dari tahun 2007 sampai tahun

2010 meningkat. Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian pada


14

63.119 orang di Amerika tahun 2010 dan terdaftar sebagai penyebab utama

kematian sekitar 362.895 dari 2,5 juta kematian di U.S. pada tahun 2010.

Tidak hanya di luar negeri, penderita hipertensi di Indonesia juga meningkat.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dalam kategori penyakit

tidak menular.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia

pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1% dengan penderita hipertensi tertinggi di

Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1%. Dan prevalensi Hipertensi di

Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat ke – 2 dari 35 Provinsi sebesar

36,1%. Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada

laki-laki dan prevalensi hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi

daripada di pedesaan. Pada analisis hipertensi pada usia 15-17 tahun menurut

JNC VII 2003, prevalensi nasional sebesar 5,3% (laki-laki 6,0% dan

perempuan 4,7%), pedesaan (5,6%), dan di perkotaan (5,1%) (RISKESDAS,

2018).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2016), jumlah penderita

hipertensi pada tahun 2015 terjadi sebanyak 31,56% pada tahun 2016 terjadi

penurunan sebanyak 2,44%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).

Jumlah penderita hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja 2 adalah 156 orang (34,9%). Dan penyakit hipertensi di

Puskesmas Purwaharja 2 termasuk penyakit peringkat pertama dari 10

penyakit terbanyak. Dan berdasrakan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota


15

Banjar (2018) penyakit hipertensi di Puskesmas Purwaharja 2 menduduki

peringkat ke 2 setelah Puskesmas Banjar 1 (Dinkes Banjar, 2018).

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

keturunan, usia, berat badan yang berlebih, mengkonsumsi alkohol, merokok,

kurang olahraga, asupan natrium berlebih, jenis kelamin (Martuti, 2009).

Depresi dan pola makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang juga dapat

menjadi faktor resiko terjadinya tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2009).

Selain daripada itu masalah kesehatan yang paling sering muncul pada

lansia setelah kondisi tekanan darah yaitu kondisi status gizi. Pemenuhan gizi

pada usia lanjut sangat penting. Pada usia lanjut menunjukkan bahwa asupan

energi sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Apabila seseorang berhasil

mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya pertama adalah mempertahankan

atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar

kualitas hidup yang bersangkutan lebih baik. Perubahan status gizi pada

lanjut usia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status

kesehatan mereka (Maryam, 2009).

Perubahan gizi lanjut usia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain : perubahan pola makan, faktor ekonomi keluarga, perubahan fisik

dan mental lanjut usia. Perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan

mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Zat gizi termasuk zat besi

pada lanjut usia yang mempunyai efek dari penurunan kemampuan lansia

dalam beraktivitas dan menurunkan kekebalan tubuh (Maryam, 2009).


16

Aktivitas fisik yang sesuai bagi lansia di Indonesia antara lain

ketahanan (endurance) adalah aktivitas yang bersifat untuk ketahanan dapat

membantu jantung, paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah untuk tetap

sehat, beberapa kegiatan yang dipilih antara lain berjalan kaki, lari ringan,

berkebun dan kerja di taman. Dengan melakukan aktivitas fisik, maka lansia

tersebut dapat mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya,

karena keterbatasan fisik yang dimilikinya akibat pertambahan usia serta

perubahan dan penurunan fungsi fisiologis sehingga lansia memerlukan

beberapa penyesuaian dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Fatmah,

2010).

Kurang olahraga beresiko terhadap penurunan kekuatan dan massa

tulang, dan berkurangnya absorbsi kalsium. Intensitas olahraga yang tinggi

dihubungkan dengan peningkatan densitas tulang, tetapi untuk lansia tidak

dianjurkan melakukan jenis olahraga berat agar memiliki efek positif terhadap

kesehatan tulang (Fatmah, 2010).

Pada tingkat lansia, individu banyak mengalami perubahan secara

biologis, psikologis, dan sosial, khususnya kemunduran berbagai fungsi dan

kemampuan yang dahulu pernah dimiliki. Proses penuaan antara lain

perubahan penampilan fisik, penurunan daya tahan tubuh, dan penurunan

berbagai fungsi organ yang mengancam kesehatan lansia. Mereka juga harus

berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan

dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi tersebut menyebabkan seorang


17

lansia lebih rentan untuk mengalami berbagai masalah kesehatan (Padila,

2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

permasalahan tersebut untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan

masalah emosional dengan status kesehatan pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan masalah emosional

dengan status kesehatan pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja

2 Kota Banjar “.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan masalah

emosional dengan status kesehatan pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar.

2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi aktivitas fisik lansia di wilayah kerka Puskesmas

Purwaharja 2 Kota Banjar.

2) Mengidentifikasi masalah emosional lansia di wilayah kerja

Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar.


18

3) Mengidentifikasi status kesehatan pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Purwaharja 2 Kota Banjar.

4) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan masalah emosional

dengan status kesehatan pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja 2 Kota Banjar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Teoritis

Diharapkan mampu menambah studi kepustakaan tentang pengelolaan

status kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan angka

harapan hidup pada kelompok lansia.

2. Bagi Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu program

pengendalian penyakit degeneratif dalam memberikan intervensi

untuk meningkatkan derajat kesehatan pada lansia dengan manajemen

aktifitas fisik dan masalah emosional yang baik pada lansia.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang

dapat digunakan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan

lansia dan dapat diaplikasikan sebagai bentuk upaya preventif penyakit

degeneratif yang murah dan mudah dilakukan secara mandiri.

1.5 Keaslian Penelitian


19

Penelitian yang ada hubungannya dengan aktivitas fisik pada lansia sudah

pernah dilakukan pernah dilakukan sebelumnya oleh :

1. Arahaf Abdi (2017) dengan judul “Aktivitas Lansia Berhubungan dengan

Status Kesehatan Lansia di Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas

Kecamatan Lowok Waru Kota Malang”. Penelitian ini menggunakan

desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 214

lansia dengan penentuan sampel menggunakan purposive sampling yang

berarti pengambilan sampel sesuai kriteria sebanyak 53 sampel. Instrumen

pengumpulan data menggunakan Indeks Kazt dan Kartu Menuju Sehat

(KMS). Metoda analisa data menggunakan uji korelasi Spearmen rank

dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian membuktikan sebagian besar

34 (64,2%) tingkat aktivitas lansia mandiri dan sebagian besar 30 (56,6%)

status kesehatan lansia sedang, sedangkan hasil korelasi spearmen rank

didapatkan P-value + (0,002) < (0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan tingkat aktivitas lansia terhadap status kesehatan lansia

di Posyandu Permadi Kelurahan Tlomogas Kecamatan Lowokwaru Kota

Malang.

2. Oktafina Safita Nisa (2015) dengan judul “HUBUNGAN ANTARA

TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA

LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA”.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah lanjut usia

yang terdaftar pada Posyandu Desa Pucangan Kecamatan Kartasura yang


20

berusia >60 tahun dan memenuhi kriteria inklusi. Total sampel pada

penelitian ini adalah 95 responden. Tehnik pengambilan sampel yang

digunakan adalah tehnik non probability sampling dengan metode

proportional random sampling. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat aktifitas fisik adalah GPPAQ (General Practice

Physical Activity Questioner) dan untuk fungsi kognitif menggunakan

MMSE (Mini Mental State Examination). Analisa data yang digunakan

adalah uji Chi Square. Hasil univariat diketahui bahwa lansia yang

memiliki tingkat aktifitas fisik tidak aktif (35,8%) dan aktif sebanyak

(21,1%). Presentase lansia yang mengalami fungsi kognitif normal

sebanyak (29,5%) dan yang mengalami kelainan kognitif berat sebesar

(43,2%). Hasil bivariat didapatkan ada hubungan antara tingkat aktifitas

fisik dengan fungsi kognitif dimana nilai p = 0,010 (p > 0,05) yangdapat

diartikan bahwa Ho ditolak. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan

terdapat hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan fungsi kognitif

pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura.

3. Syamsumin Kurnia Dewi (2018) dengan judul “Level Ativitas Fisik dan

Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia”. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan level aktivitas fisik dan kualitas hidup lansia di

Kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Suatu studi cross-sectional

dilaksanakan selama Juni-September 2017. Sampel adalah 123 subjek

lansia di Bambanglipuro yang terpilih melalui teknik con-secutive

sampling. Level aktivitas fisik diukur dengan IPAQ-short form. Kualitas


21

hidup diukur dengan kuesioner SF-36 dan dinyatakan dalam 2 skala:

kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental. Data dianalisis

dengan uji chi-square dan multiple logistic regression. Hasil menunjukkan

mayoritas lansia memiliki kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan

mental yang baik (69,1%;76,4%). Analisis multivariat menunjukkan

bahwa level aktivitas fisik yang tinggi dan tidak adanya hipertensi

berhubungan dengan kualitas kesehatan fisik yang baik (aPR=9,38;

95%CI=1,81-48,45 vs aPR=5,12; 95%CI=1,55-16,93) dan kualitas

kesehatan mental yang baik (aPR=11,87; 95%CI= 2,50-56,33 vs

aPR=4,39; 95%CI=1,16-16,70). Terbukti bahwa level aktivitas fisik yang

tinggi dan tidak adanya status hipertensi berhubungan dengan kualitas

hidup yang baik dari lansia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Umum Aktivitas Fisik Lansia

1. Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan fungsi dasar hidup manusia. untuk

memenuhi kebutuhan hidup, sejak zaman dahulu manusia bergerak untuk

mencari makanan, berburu, dan berpindah tempat. Setiap gerakan yang

dilakukan manusia dalam pemenuhan hidupnya itu disebut sebagai

aktivitas fisik (Rizki & Welis, 2013 : 1).

Arovah (2012 : 5) mengatakan bahwa aktivitas fisik adalah

gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya

yang membutuhkan energi di atas tingkat sistem energi istirahat.

Pengeluaran energi dilakukan oleh gerakan otot-otot skeletal yang

mencakup aktivitas rutin sehari-hari, pekerjaan, olahraga, hingga

kegiatan rekreasi pada waktu libur atau waktu senggang (Tandra dalam

Apriana, 2015 : 18).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan

energi untuk mengerjakannya. Sedangkan olahraga merupakan aktivitas

fisik yang terencana dan terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh

berulang-ulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

(Farizati dalam Khomarun, 2013). Aktivitas fisik adalah setiap gerakan

22
23

tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau

pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang

tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor resiko independen

untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (WHO, 2010).

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak

untuk memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Aktivitas fisik adalah setiap kegiatan yang membutuhkan energi untuk

melakukannya seperti berjalan, menari, mengasuh cucu dan lain

sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur melibatkan

gerakan tubuh yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan

untuk kesegaran jasmani (Depkes, 2010).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas

fisik adalah setiap gerakan tubuh yang melibatkan kontraksi otot dan

sistem penunjangnya saat seseorang kerja, tidur, waktu luang yang

memerlukan pengeluaran energi di atas tingkat sistem istirahat dan jika

tiadak ada (kurang aktivitas fisik) akan menjadikan faktor resiko terhadap

penyakit kronis yang menyebabkan kematian.

2. Jenis Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu: membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika,


24

berkebun, mengemudi mobil, mengecat rumah, memotong kayu,

olahraga/latihan fisik dan lain-lain (Depkes, 2010). Beberapa contoh

olahraga/latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk

meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran dan kelenturan

fisiknya adalah sebagai berikut (Maryam, 2008) :

a. Pekerjaan rumah dan berkebun.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang membutuhkan energi,

Dengan kegiatan ini tubuh lansia akan mengeluarkan keringat namun

harus dikerjakan secara tepat agar nafas sedikit lebih cepat, denyut

jantung lebih cepat, dan otot menjadi lelah. Dengan kegiatan ini lansia

mendapatkan kesegaran jasmani. Aktivitas fisik berupa pekerjaan

rumah dan berkebun dianjurkan untuk melakukannya dalam intensitas

sedang selama 30 menit setiap hari dalam seminggu.

b. Berjalan-jalan

Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan

bila jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya

tahan tubuh. Jika melangkah dengan panjang dan mengayunkan

lengan 10-20 kali, maka dapat melenturkan tubuh. Hal ini bergantung

pada kebiasaan. Berjalan-jalan sebaiknya dikombinasikan dengan

olahraga lain seperti jogging atau berlari-lari.

c. Jalan cepat

Jalan cepat merupakan olahraga lari dengan kecepatan dibawah

11 km/jam atau dibawah 5,5 menit/Km. Jalan cepat berguna untuk


25

mempertahankan kesehatan dan kesegaran jasmani yang aman bagi

lansia. Selain itu, biayanya murah dan menyenangkan, mudah, serta

berguna bila dilakukan dengan benar. Posisi yang tepat atau yang

dianjurkan pada saat jalan cepat adalah pandangan lurus kedepan,

bernafas normal melalui hidung atau mulut, kepala dan badan lemas

serta tegak, tangan digenggam ringan, kaki mendapat di tumit atau

pertengahan telapak kaki, langkah tidak terlalu besar, serta ujung kaki

mengarah ke depan. Jalan cepat dilakukan dengan frekuensi 3 - 5 kali

seminggu, lama latihan 15-30 menit, dilakukan tidak kurang dari 2

jam setelah makan.

d. Renang

Olahraga renang paling baik dilakukan untuk menjaga kesehatan

karena pada saat berenang hampir semua otot tubuh bergerak,

sehingga kekuatan otot meningkat. Olahraga renang biasanya baik

untuk orang-orang yang menderita penyakit lemah otot atau kaku

sendi karena dapat melancarkan peredaran darah asalkan dilakukan

secara teratur. Selain itu olahraga pada lansia dapat menunjang

kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu makan, membuat

kualitas tidur menjadi lebih baik, dan mengurangi kebutuhan akan

obat-obatan.

e. Bersepeda

Bersepeda baik untuk meningkatkan peregangan dan daya tahan,

tetapi tidak menambah kelenturan pada derajat yang tinggi.


26

Kegiatan ini dapat dilakukan sesuai kemampuan dan harus disertai

latihan aerobik. Latihan fisik ini dapat dilakukan sekurangnya 30

menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau 20 menit

dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam seminggu dan 2 hari

dalam seminggu. Modifikasi olahraga ini dapat dilakukan dengan

bersepeda statis bagi lansia yang mengalami gangguan penglihatan

dan osteoatritis.

f. Senam

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan,

tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia.

3. Tipe-Tipe Aktivitas Fisik

Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan tubuh yaitu (Rizki, 2011) :

1) Ketahanan

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu

jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan

membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka

aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki,

misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira

menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte

yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah, lari


27

ringan, berenang dan senam, bermain tenis, berkebun dan kerja di

taman.

2) Kelenturan

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu

pergerakan lebih mudah. Mempertahankan otot tubuh tetap lemas

(lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan

kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7

hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih

seperti: 1) Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan

atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-3 detik, bisa mulai dari

tangan dan kaki. 2) Senam taichi, yoga. 3) Mengepel lantai.

3) Kekuatan

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja

otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap

kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis.

Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (2 - 4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan

yang dapat dipilih seperti: Push-up (pelajari teknik yang benar untuk

mencegah otot sendi dari kecelakaan), naik turun tangga, angkat

berat/beban, membawa belanjaan dan mengikuti kelas senam

terstruktur dan terukur (fitness). Aktivitas fisik tersebut akan

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori),


28

misalnya : Berjalan kaki (5,6 - 7 kkal/menit), menyetrika (4,2

kkal/menit), menyapu rumah (3,9 kkal/menit), membersihkan

jendela (3,7 kkal/menit), mencuci baju (3,56 kkal/menit) dan

mengemudi mobil (2.8 kkal/menit). Aktivitas fisik berupa olahraga

yang dapat dilakukan antara lain: Jalan sehat dan jogging, bermain

tenis, bermain bulu tangkis, sepak bola, senam aerobic, senam

pernafasan, berenang, bermain bola basket, bermain voli, dan

bersepeda.

4. Manfaat Aktivitas Fisik

Cara yang paling sederhana untuk meningkatakan kekebalan tubuh

adalah dengan melakukan latihan fisik, olahraga serta istirahat dan tidur

yang cukup. Latihan fisik ringan sekalipun, seperti aerobik selama 30

menit, mampu mengaktifkan kerja sel darah putih, yang merupakan

komponen utama kekebalan tubuh pada sirkulasi darah.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik Lansia

Bertambah usia seseorang, kemampuan fisik dan mental hidupnya

pun akan perlahan-lahan pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya

akan ikut terpengaruh termasuk aktivitas fisiknya. Beberapa masalah

fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik lansia, yaitu : 1)

Mudah jatuh. Hal ini dipengaruhi gangguan sistem sensorik yang

menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan sistem

saraf pusat seperti stroke dan parkinston, gangguan kognitif dan

gangguan muskuloskeletal yang menyebabkan gangguan gaya


29

berjalan. 2) Mudah lelah. Disebabkan oleh faktor psikologis

(perasaan bosan, keletihan, atau persaan depresi), gangguan organis

dan pengaruh obat-obatan yang melelahkan daya kerja otot (Stanley &

Beare, 2009).

6. Dampak Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik penting untuk lansia yaitu: menjaga kesehatan,

memelihara kemampuan untuk melakukan ADL, dan peningkatan

kualitas hidup. Manfaat dari kegiatan fisik meliputi pencegahan penyakit

jantung, penurunan tekanan darah, mengurangi risiko osteoporosis,

keseimbangan dan tidur lebih nyenyak (Jones, 1997, Lueckenotte, 2009).

Beberapa ahli mendapatkan kesimpulan bahwa aktivitas fisik dapat

menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang, kurang menderita

ketegangan dan kecemasan. Latihan fisik akan membuat seseorang lebih

kuat menghadapi stres dan gangguan hidup sehari-hari, lebih dapat

berkonsentrasi, tidur lebih nyenyak dan merasa berprestasi. Hal ini

disebabkan karena gerakan fisik bisa digunakan untuk

memproyeksikan ketegangan, sehingga setelah latihan, orang merasa

ada beban jiwa yang terbebaskan. Disamping itu penurunan kadar garam

dan peningkatan kadar epinephrin serta endorphin membuat orang

merasa bahagia, tenang dan percaya diri (Anonim, 2014).


30

2.1.2 Tinjauan Umum Masalah Emosional Lansia

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek, yaitu

fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi

labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak

bahagia, perasaan kehilangan dan tidak berguna. Lansia dengan problem

tersenut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi,

ancietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. pada

umumnya masalah kesehatan mental pada lansia adalah masalah

penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan

sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi

kemunduran (Tuti & Endah, 2017).

Penurunan kondisi fisik lansia menimbulkan gangguan atau kelainan

fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang dapat menyebabkan suatu

keadaan ketergantungan kepada orang lain. Pasangan hidup telah disfungsi

seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya,

misalnya cemas, depresi, pikun. Akibat berkurangnya fungsi indera, peran

lansia dimasyarakat pun akan berubah sehingga lansia mengalami kesepian

dan merasa terasingkan (Tuti & Endah, 2017).

Selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga mengalami

kemunduran mental. Semakin lanjut usia sesorang kesibukan sosialnya akan

semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan

lingkungannya. Sehingga dalam hal ini lansia harus mampu beradaptasi

terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap


31

masa pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian

pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan

kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak

yang telah dewasa dan menemukan cara mempertahankan kualitas hidup

(Potter & Perry, 2005) dalam (Tuti & Endah, 2017).

2.1.3 Tunjauan Umum Status Kesehatan pada Lansia

Berdasarkan buku Kesehatan Lanjut Usia Kemenkes RI (2017) status

kesehatan lansia dapat dipantau melaluli beberapa kategori yang terdapat

dalam buku tersebut dan salah satu diantaranya dari keadaan tekanan darah

dan Indeks Massa Tubuh (IMT) lansia dalam setiap bulannya. Berikut ini

adalah tinjauan teori mengenai tekanan darah dan Indeks Massa Tubuh

(IMT) :

1. Tekanan Darah Lansia

1) Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat

mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh

jaringan tubuh manusia. Darah dengan lancar beredar ke seluruh

bagian tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat

lain yang diperlukan untuk kehidupan sel-sel didalam tubuh

(Moniaga, 2012). Menurut Gunawan (2007) dalam Suri (2017)

istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari

peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah

dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.


32

Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah ketika menguncup

(kontraksi), sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah

ketika mengendor kembali (rileksasi).

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Bayi dan anak-anak

secara normal memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan

usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,

dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan

aktivitas dan lebih rendah ketika sedang beristirahat (Sutanto, 2010).

2) Fisiologi Tekanan Darah

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen memasuki jantung dan kemudian dipompakan

ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.

Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi

pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopik

dan akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-

pembuluh darah sangat kecil atau disebut dengan pembuluh kapiler.

Jaringan ini mengalirkan darah ke sel tubuh dan menghantarkan

oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi

kelangsungan hidup. Kemudian darah yang sudah tidak beroksigen

kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa

kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung

berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke

seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal dengan


33

tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi

berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai

tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika

seseorang memeriksakan tekanan darah (Beevers, 2004 dalam Jennie,

2009).

3) Klasifikasi Tekanan Darah

Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah yang normal

berdasarkan usia :

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Umur


Umur Tekanan Darah
Minimal Normal Maksimal
1 s/d 12 bulan 76/50 90/60 100/75
1 s/d 5 tahun 80/55 95/65 110/79
6 s/d 13 tahun 90/60 105/70 115/80
14 s/d 19 tahun 105/73 117/77 120/81
20 s/d 24 tahun 108/75 120/79 132/83
25 s/d 29 tahun 109/76 121/80 133/84
30 s/d 34 tahun 110/77 122/81 134/85
35 s/d 39 tahun 111/78 123/82 135/86
40 s/d 44 tahun 112/79 125/83 137/87
45 s/d 49 tahun 115/80 127/84 139/80
50 s/d 54 tahun 116/81 129/85 142/89
55 s/d 59 tahun 118/82 131/86 144/90
60 s/d >64 tahun 121/83 134/87 147/91
Sumber : elektromedik.blogspot.com

2. Indeks Masa Tubuh (IMT) Lansia

1) Definisi

IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta

berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting

untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko

komplikasi medis (Pudjiadi et al, 2010).


34

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan ukuran yang digunakan

untuk menilai proporsionalitas perbandingan antara tinggi dan berat

seseorang. IMT sering digunakan dokter untuk menilai seseorang

itu obesitas atau tidak. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan teknik

untuk menghitung indeks berat badan, sehingga dapat diketahui

kategori tubuh kita apakah tergolong kurus, normal dan obesitas

(kegemukan). Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat digunakan untuk

mengontrol berat badan sehingga dapat mencapai berat badan normal

sesuai dengan tinggi badan. IMT adalah kalkulasi statistik yang

dimaksudkan sebagai sarana untuk melakukan penaksiran. IMT bisa

diterapkan pada sekelompok orang untuk menentukan trend, atau bisa

juga diterapkan secara individual. Saat diterapkan pada individual,

hanya satu dari beberapa penaksiran yang digunakan untuk

menentukan resiko terhadap penyakit yang berhubungan dengan berat

badan (underweight, overweight, atau obese). (Syukra Alhamda,

2015).

2) Perhitungan BMI

Rumus dibawah yang digunakan untuk mengukur tinggi dan berat

badan dengan mengacu pada Indeks Massa Tubuh (IMT) :

𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵2 (𝑚)

Dimana :

IMT : Indeks Massa Tubuh

BB : Berat badan dalam satuan Kilogram


35

TB : Tingi Badan dalam satuan meter dikuadratkan.

Tabel 2.2 Standar Baku IMT menurut FAO/WHO 2001


Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat <27,0
Sumber : FAO/WHO 2001

2.2 Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja

2.2.1 Kerangka Konsep

Masalah Emosional Lansia


1. Depresi
2. Kecemasan
3. Kegilaan

Faktor yang mempengaruhi aktivitas Tipe Aktivitas


fisik lansia Fisik
1. Mudah jatuh. Dipengaruhi oleh 1. Ketahanan
pancaindera yang tergangguserta Status Sehat
Berjalan kaki
gangguan kognitif dan Lari ringan Kesehatan
mukuloskeletal.
2. Mudah lelah yang dipengaruhi
Berenang Lansia
faktor psikologis, perasaan bosan Senam Tidak Sehat
dan depresi serta keletihan. Bermain tenis
Berkebun
Kerja di Taman
Catatan Pemantauan Kesehatan Lansia
1. Kegiatan sehari-hari
2. Kelenturan
2. Status mental
3. Kekuatan
3. Status Gizi (IMT)
4. Tekanan Darah

5. Nadi
6. Hemoglobin
7. Reduksi Urin
8. Protein Urin

Bagan 2.1 Kerangka Konsep


Keterangan:
: diteliti

: tidak diteliti

: berpengaruh/mempengaruhi
36

2.2.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah seluruh variabel independen yang siap

dioperasikan menuju variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Kerangka

kerja dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen


Aktivitas Fisik Lansia Status Kesehatan Ada hubungan
 Tekanan Darah
 IMT Tidak ada hubungan
Masalah Emosional Lansia

Bagan 2.2 Kerangka Kerja

Keterangan:

: diteliti

: berpengaruh/mempengaruhi

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada hubungan antara aktifitas fisik dan

masalah emosional dengan status kesehatan pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Purwaharja 2.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini dilakukan observasi aktifitas fisik dan masalah

emosional dengan status kesehatan lansia. Pengambilan data dilakukan dalam

waktu yang bersamaan.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik-karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2012).

Populasi pada penelitian ini adalah lansia di wiliyah kerja Puskesmas

Purwaharja 2 Kota Banjar sebanyak 745 orang.

1. Kriteria Inklusi sebagai berikut:

1) Bersedia menjadi responden yang kooperatif.

2) Tidak mengalami gangguan pendengaran.

3) Usia responden > 60 tahun.

4) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja 2 Kota

Banjar.

37
38

2. Kriteria Eksklusi sebagai berikut:

1) Responden yang tidak berpartisipasi secara penuh dalam peneltian.

2) Mengundurkan diri selama atau dalam penelitian.

3.2.2 Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili semua

populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random

sampling dengan menggunakan rumus slovin. Besarnya sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

dimana:

n = jumlah elemen/anggota sampel

N = jumlah elemen/anggota populasi

e = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1%

atau 0,01, 5% atau 0,05, dan 10% atau 0,1) (catatan dapat dipilih

oleh peneliti).

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 745 orang dan

presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikan 0,05, maka besarnya sampel

pada penelitian ini adalah :

𝑁
𝑛=
1 + (𝑁 𝑋 𝑒 2 )

745
𝑛=
1 + (745 𝑋 0,052 )

= 260,3 dibulatkan menjadi 260.


39

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 260 orang.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan

menggunakan proportionate stratified random sampling. Menurut Sugiyono

(2010:64) proportionate stratified random sampling adalah teknik yang

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional.

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap posyandu lansia

dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih

proporsional dengan cara :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑜𝑠𝑦𝑎𝑛𝑑𝑢 = 𝑋 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑜𝑠𝑦𝑎𝑛𝑑𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel

Jumlah Lansia
No Nama Sekolah Perhitungan
(Sampel)
1. Randegan 1A 260/745 x 52 18
2. Randegan 1B 260/745 x 121 42
3. Randegan 1C 260/745 x 65 23
4. Randegan 2A 260/745 x 96 33
5. Randegan 2B 260/745 x 65 23
6. Randegan Desa 1 260/745 x 66 23
7. Randegan Desa 2 260/745 x 121 42
8. Cibentang 1 260/745 x 94 33
9. Cibentang 2 260/745 x 65 23
Jumlah 260

3.3 Variabel dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi


40

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:2).

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau

terikat (Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas yaitu aktivitas fisik (𝑋1) dan masalah emosional (𝑋2 ).

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas atau independen

(Sugiyono, 2010:4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status

kesehatan (Y).

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diteliti sehingga dapat bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen penelitian yang

akan digunakan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
41

Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel

Alat
No Variabel D.O Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ukur
Aktivitas fisik pada lansia
adalah setiap gerakan
tubuh yang dihasilkan
Total nilai 24.
oleh otot rangka yang
Jika > 15 maka aktivitas fisik
memerluakan pengeluaran 1 = Baik
1. Aktivitas Fisik Kuesioner Baik. N (Nominal)
energi, pergerakan 2 = Buruk
Jika < 15 maka aktifitas fisik
anggota tubuh lanjut usia
buruk.
yang meliputi ketahanan,
kelenturan dan kekuatan
otot.
Terdapat 2 tahap pertanyaan yakni :
Tahap 1 sebanyak 4 buah soal.
Keadaan mental
Tahap 2 sebanyak 5 buah soal.
emosional lansia meliputi
Bila pada tahap 1 terdapat 1 atau
Masalah sukar tidur, merasa 0 = Ya
2. KMS Lansia lebih jawaban “ya” maka dilanjut N (Nominal)
Emosional gelisah, sering 1 = Tidak
ke tahap 2.
murung/menangis, merasa
Bila pada tahap 2 ada jawaban “ya”
khawatir.
sebanyak 1 atau lebih maka lansia
memiliki masalah emosional.
42

Tekanan Darah
T : Bila salah satu dari sistol atau
Status kesehatan yang
diastol, atau keduanyadiatas
diambil berdasarkan
normal.
kategori dan buku
N : bila sistole antara 120-160
pemantauan kesehatan
lansia (KMS Lansia) dan diastole ≤ 90 mmHg
dengan kategori yang R : bila sistole atau diastole di
diambil pemantauan : bawah normal.
Tekanan Darah yaitu IMT
L : Bila titik temu terdapat pada
ukuran tekanan darah daerah grafik dengan
dengan tensimeter dan warna merah
stetoskop yang normal N: Bila titik temu terdapat pada
Status sesuai usia. daerah grafik dengan 1 = Sehat
3. KMS Lansia N (Nominal)
Kesehatan IMT yaitu Indeks Masa warna hijau. 2 = Tidak Sehat
Tubuh ditentukan K: Bila titik temu terdapat pada
dengan mencari titik daerah grafik dengan
temu antara garis bantu warna kuning
yang menghubungkan Bila TD normal dan IMT Normal,
berat badan yang maka SK “Sehat”.
Sudah diukur dengan Bila TD rendah dan IMT normal
tinggi badan. Nilai maka SK “Tidak Sehat”.
normal IMT untuk pria Bila TD tinggi dan IMT normal
dan wanita usia lanjut maka SK “Tidak Sehat”
berkisar antara 18,5 – Bila TD normal dan IMT lebih,
maka SK “Tidak sehat”.
25.
Bila TD normal dan IMT kurang
maka SK “Tidak sehat”.
43

3.4 Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur yaitu dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman yang

berupa KMS Lansia yang telah disiapkan. Selain itu juga menggunakan

teknik dokumentasi yaitu dilakukan untuk mengambil data lansia berupa

data pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan untuk perhitungan indeks masa tubuh secara langsung. Data

yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang mencakup variabel-variabel yang bersangkutan dengan

hipotesis, data primer diperoleh dari hasil pengukuran tekanan darah,

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan langsung terhadap

lansia serta hasil jawaban kuesioner aktifitas fisik dan masalah emosional

yang diisi oleh lansia atau yang mendampingi. Sedangkan data sekunder

adalah data yang diperoleh dari literatur dan dokumen dari instansi yang

bersangkutan.

3.4.2 Instrumen Penelitian

1. Aktivitas Fisik

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui aktivitas fisik lansia

adalah kuesioner aktivitas fisik lanjut usia modifikasi Nur Nafidah yaitu

Physical Activities Scale for the Elderly (PASE). Physical Activities

Scale for the Elderly (PASE) merupakan kuesioner untuk menilai


44

aktifitas fisik lanjut usia. PASE terdiri dari 3 macam aktivitas, yaitu

leisure time activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari 6

pertanyaan, house hold activity (aktivitas rumah tangga) yang terdiri dari

3 pertanyaan dan work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri

dari 1 pertanyaan. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan Skala

Likert, dimana jawaban responden menggunakan rentang skala 0 sampai

3 yaitu, Tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang (2), sering (3).

Aktifitas lanjut usia dikategorikan menjadi 2, yaitu aktivitas fisik lansia

baik dan aktivitas fisik lansia buruk. Aktivitas fisik dikategorikan baik

jika > 15 dan aktivitas dikategorikan buruk jika < 15.

2. Masalah Emosional

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui masalah emosional

lansia adalah KMS Lansia yang berisi pertanyaan mengenai mental

emosional yang dirasakan lansia. Kuesioner adalah daftar pertanyaan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang dimana responden hanya

tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu.

Kuesioner dalam masalah emosional ini terdapat 2 tahap pertanyaan yang

mana jika pada tahap 1 terdapat satu atau lebih jawaban “Ya” maka

dilanjutkan ke pertanyaan tahap 2, dan jika di pertanyaan tahap 2 terdapat

lagi jawaban sebanyak 1 atau lebih jawaban “Ya” maka responden

memiliki masalah emosional. Sedangkan jika pada pertanyaan tahap 1

responden menjawab “Tidak” maka responden “Tidak” memiliki

masalah emosional. Kuesioner penting digunakan untuk memperoleh


45

data yang sesuai dengan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk wawancara

(form of questioning) dan menggunakan jenis kuesioner dengan bentuk

pertanyaan tertutup (closed ended).

3. Status Kesehatan Lansia

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui status kesehatan lansia yaitu dengan melihat perkembangan

tekanan darah dan IMT lansia melalui KMS Lansia dan dibandingkan

dengan tabel klasifikasi tekanan darah normal menurut umur dan indeks

masa tubuh lansia dengan tabel standar baku IMT. Jika kondisi antara

tekanan darah responden normal maka status kesehatan responden adalah

“sehat”, namun jika kondisi antara tekanan darah tidak normal (Rendah,

Tinggi) dan IMT (Kurang, Lebih) maka status kesehatan responden

“Tidak Sehat”.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan pengukuran, valid

artinya alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur (Riyanto, 2011).

Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang

tepat dan akurat sesuai yang di maksud. Sebelum instrumen digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian, instrumen di uji validitasnya

dahulu. Uji validitas instrumen penelitian menggunakan uji Pearson


46

Product moment. Berdasarkan uji tersebut dapat ditetapkan, jika r hitung

> r tabel (p < 0,05), maka soal dinyatakan valid dan dapat digunakan

dalam penelitian. Uji validitas dan reliabilitas akan peneliti laksanakan di

wilayah kerja Puskesmas Purwaharja 1 Kota Banjar terhadap 50

responden. Peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan ada kesamaan

dari segi budaya, bahasa, adat istiadat dan tipe puskesmas.

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data,

apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Uji reliabilitas dari

instrumen menjadi hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena

uji ini menggambarkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Angket atau kuesioner itu dapat dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan tersebut konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu (Pamungkas, 2016). Uji reliabilitas digunakan untuk

mengetahui konsistensi suatu alat ukur, apakah alat ukur tersebut tetap

konsisten walaupun digunakan secara berulang. Pengukuran reliabilitas

akan menggunakan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.

Jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 maka pertanyaan reliabel (Riyanto,

2011).
47

3.5 Jalannya Penelitian

Pendaftaran Skripsi

Pengajuan Ditolak/Mencari Lagi


Judul Penelitian

LPPM Mengajukan Usulan


Pembimbing Utama dan Pendamping

Ketua STIKes Bina Putera Banjar


mengesahkan Pembimbing Skripsi

Bimbingan Proposal

Tidak Lulus
Sidang Proposal (terbuka)
dikoordinir oleh LPPM

Penelitian, bimbingan,
penyusunan laporan penelitian

Tidak Lulus
Sidang hasil (tertutup)
dikoordinir oleh LPPM

Yudisium

Dinyatakan lulus dengan


perbaikan
Tidak
Lulus

Lulus

Bagan 3.1 Jalan Penelitian


48

3.6 Alur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

menggunakan cross sectional. Alur penelitian dalam penelitian ini adalah :

Populasi Lansia

Memenuhi Kriteria Inklusi

Sampel dengan Stratified Random Sampling

Aktifitas Fisik Masalah Emosional Aktifitas Fisik Masalah Emosional


Baik Tidak ada Buruk Ya ada

Status Kesehatan Status Keseahatn Status Kesehatan Status Keseahatn


Sehat Tidak Sehat Sehat Tidak Sehat

Analisis Data dengan Chi-Square


SPSS 22 for windows

Bagan 3.2 Alur Penelitian


49

3.7 Strategi Analisis

3.7.1 Pengolahan Data

1. Editing

Merupakan proses pemeriksaan kuesioner data yang meliputi

pengecekan jumlah responden yang didapat apakah sudah sesuai dengan

yang telah ditargetkan, mengecek apakah jawaban yang ada di kuesioner

sudah :

Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.

Jelas : jawaban pertanyaan apakah sudah jelas terbaca.

Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan.

Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.
2. Scoring

Memberikan score pada item-item yang menyangkut variabel

bebas yaitu aktivitas fisik, jawaban yang diperoleh dari responden diberi

score 0, 1, 2, 3 dan jawaban dari masing-masing responden dijumlahkan.

Dan untuk variabel bebas masalah emosional jawaban diberi score 0 dan

1.

3. Coding

Merupakan suatu kegiatan pemberian kode untuk setiap jawaban

yang telah dicantumkan dalam kuesioner. Setelah kita mengetahui skor

yang ada kemudian kita menandakan antara variabel dengan kode yang

berbeda. Pemberian code pada variabel bebas aktivitas fisik

dikategorikan menjadi kategori Baik dengan kode angka 1 dan Buruk


50

dengan kode angka 2. Dan untuk variabel bebas masalah emosional

dikategorikan menjadi kategori Ya dengan kode angka 0 dan Tidak

dengan kode angka 1. Sedangkan pemberian code pada variabel terikat

yaitu status kesehatan lansia dikategorikan menjadi kategori Sehat

dengan kode angka 1 dan Tidak Sehat dengan kode angka 2.

4. Entry

Kegiatan memasukan setiap jawaban responden yang dalam bentuk

code (angka) kedalam program software komputer yaitu program SPSS.

5. Cleaning

Data yang telah di entry kemudian dilakukan pengecekkan dan

koreksi kembali apabila ada data yang salah pada tahap entry kemudian

dilakukan koreksi.

6. Tabulating

Melakukan pengolahan data berdasarkan hasil kuesioner untuk

mempermudah hasil pemahaman, maka data yang diperoleh disajikan

dalam bentuk tabel.

3.7.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan pada suatu

variabel dari hasil penelitian, yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam


51

penelitian ini terdiri dari variabel bebas aktivitas fisik dan masalah

emosional dan variabel terikat status kesehatan pada lansia. Rumus

persentase yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝑋
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan :

P = Prosentase

X = Kriteria jawaban kategori

N = Jumlah seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menentukan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini

yaitu untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan masalah emosional

dengan status kesehatan pada lansia.

Untuk mengetahui ada tidaknya variabel-variabel yang diteliti,

maka peneliti memilih uji statistik yaitu Chi-square. Uji Chi-square

merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini.

Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang diharapakan

dilakukan dengan batas kemaknaan (<0,05) yang artinya apabila

diperoleh <, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas

dengan variabel terikat dan apabila p >, berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Apabila uji

Chi-square tidak memenuhi syarat parametric (nilai expected count


52

>20%), maka dilakukan uji alternative Kolmogorov-smirnov

(Notoatmodjo, 2010).

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi

dari institusinya atau pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Content

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti

disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka

peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi hanya inisial atau menggunakan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Privacy

Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan bahkan

mungkin oleh peneliti itu sendiri, sehingga responden dapat secara bebas
53

untuk menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut oleh intimidasi dari

yang lain.

5. Bebas dari bahaya, dimana penelitian ini tidak akan berdampak terhadap

responden dan tidak membahayakan.

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja 2

Kota Banjar.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian telah dilakukan sesuai jadwal yang telah

direncanakan sebagaimana tertuang pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3
Jadwal Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Feb Maret April Mei Juni Juli Agst
Studi Pendahuluan
1. dan Penyusunan
Proposal
Bimbingan
2.
Proposal
3. Seminar Proposal
4. Penelitian
Bimbingan dan
5.
Penyusunan Skripsi
6. Sidang Skripsi
Revisi Sidang
7.
Skripsi
8. Wisuda
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Study : PhysicalActivity Impact Overall quality off Sleep. Diakses
: 27 Maret 2018. http://sleepfoundation.org/sleep-news/study-physical-
activity-impact-overall-quality-sleep.
Arovah, Novita Intan. 2012. Dasar-dasar Fisioterapi pada Olahraga. Yogyakarta
: Universitas Negeri Yogyakarta
BPS. 2015. Jumlah Penduduk Usia Lanjut. [tersedia] dalam
http://www.bps.go.id/rb/statistik_perpustakaan_BPS_2015.pdf
Bratanegara, W & Hasan Basri, M. 2012. Implementasi Posyandu dan Supervisi
oleh Puskesmas di Pontianak. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Vol. 10 No 2. Yogyakarta : Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK
UGM
Fallen, R., R. Budi Dwi K. 2011. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Farizati, K. 2013. Panduan Kesehatan Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Depkes
RI
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga

Maryam, S.R., Ekasari, F.M, Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Riyanto. 2011. Penerapan Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta


: Nuha Medika
Stanley, M., Beare, P.G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Gerontil
(GerontologiNursing : A Health Promotion / Protection Approach. Edisi
2. Alih Bahasa Nety Juniarti & Sari Kurnianingsinh. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung :
Alfabeta
Sutanto. 2010. Cegah dan Tangkal Penyakit Modern. Yogyakarta : Nuha Medika
Utami, Tuti Asrianti., Nurkhayah, Endah. 2017. Konsep Dasar Keperawatan
Tumbuh Kembang Manusia Jilid 2. Jakarta : Pilar Media
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.hp/tlp :
Benar telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti tentang “Hubungan
Aktivitas Fisik dan Masalah Emosional dengan Status Kesehatan Pada Lansia
Di Posyandu Lansia Randegan 2A Desa Raharja” termasuk tujuan dan manfaat
penelitian. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia menjadi
responden penelitian tersebut. Dengan pernyataan ini, saya bersedia mengikuti
penelitian dan memberikan jawaban sejujur-jujurnya tanpa paksaan pihak manapun.

Banjar, Mei 2019


Yang memberi pernyataan,

(…..........................................)

Saksi 1 :
Saksi 2 :
Penanggung Jawab : Peneliti
Nama : Iin Suhartini
Alamat : Dusun Langensari, Rt 13 Rw 05 Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis
No. Telepon : 081321562659

Anda mungkin juga menyukai