Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

Hand out 5
Muntohari, S.Pd. M.Kes.

Konsep Sehat
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan social tida k
terbatas bebas dari penyakit dan kelemahan saja (WHO,1947).
Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan, mental dan social dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat kelemahan (Undang-undang
No. 9/1960 Pasal 2 tentang Pokok-pokok Kesehatan).
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonoinis
(Undang-undang RI no 23/1992 Pasal I tentang Kesehatan).
Sedangkan menurut Flether, sehat mempunyai pengertian tentang sehat fisik,
sehat mental dan sehat social yang meliputi 6 D, yakni : Death (kematian),
Desease (Peyakit), Disability (Kecacatan), Discomfort ( kekurang nyamanan),
Dissatisfaction (kekurang puasan ) dan Destitution ( kelemahan).
Ruang lingkup epideiniologi dalam masalah kesehatan meliputi 6 E, yaitu :

1. Etiologi
Berkaitan dengan lingkup kegiatan yang mengidentifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Inisalnya : etiologi dari malaria adalah parasit plasmodium b

2. Efikasi
Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari
adanya intervensi kesehatan.
Inisalnya : etifikasi pemberian faksin malaria adalah 40 %
3. Efektifitas
Adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan
atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu
dengan yang lainnya.

4. Efisiensi
Adalah sebuah konsep ekonoimi yang melihat pengaruh yang dapat
diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan.

5. Evaluasi
Adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau
tindakan keperawatan atau masalah kesehatan masyarakat.

6. Edukasi
Adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan kesehatan sebagai
upaya pencegahan penyakit.

Ada beberapa konsep model yang diajukan tentang status kesehatan dan
terjadinya penyakit antara lain :
1. The Traditional (Ecological) Model
Host Agent

Environment

Pada model ekologi diajukan konsep keberadaan status kesehatan


ditentukan oleh hasil interaksi antara tuan rumah (host), agent dan
lingkungan (environment) yang menghasilkan keadaan seimbang dalam
kondisi normal atau sehat. Jika terjadi gangguan atau interaksi negative
dimana salah satu diantara merugi atau menurun kemampuannya, maka
terjadilah keadaan sakit.

Ada empat kemungkinan gangguan keseimbangan yakni :


a. Peningkatan kesanggupan agen sakit, misalnya virulensi kuman
bertambah atau resistensi meningkat.
b. Peningkatan kepekaan host terhadap penyakit, misalnya karena gizi
menurun.
c. Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit,
misalnya lingkungan yang kotor.
d. Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host,
inisalnya : kepadatan penduduk di daerah kumuh.
2. The health Field Concept ( H.L. Laframbiose, 1973)
Sehat

Lingkungan Gaya Hidup Biologi Sistem pelayanan Kesehatan

Pada model ekologi tidak jelas bagian mana dari factor-faktor yang
berperan. Selanjutnya The health field concept dikemukakan sedikit
lebih rinci dimana dikatakan bahwa ada empat factor penting yang
berperan, yaitu :
a. Lingkungan
b. Gaya hidup
c. Biologis
d. System pelayanan kesehatan

3. The environment of health ( Hendrik L. Blum, 1974: The Force Field


and Well- Being Paradigms of Health)
Hereditas

Health
Lingkungan Pelayanan Kesehatan

Gaya Hidup

The environment of health yang diajukan oleh H.K Blum


mengemukakan bahwa terdapat empat factor yang berperan seperti pada
konsep sebelumnya, tetapi ini lebih diperjelas masing-masing factor
hereditas, pelayanan kesehatan, gaya hidup dan lingkungan ( peran paling
besar).
Konsep Blum inilah yang banyak dipakai dewasa ini bahkan sangat
mempengaruhi kebjiaksanaan pemerintah dimana kegiatan perbaikan
lingkungan menajdi prioritas utama pembangunan bidang kesehatan.

KONSEP SAKIT
Perubahan status sehat ke status sakit berkaitan dengan adanya
keTERPAPARan yang dialaini dan keRENTANan tubuh manusia dalam
menghadapi keterpaparan itu. Pada umumnya peralihan dari suatu keadaan
sehat ke dalam sakit hanya pada batas yang tidak jelas, tetapi melalui proses
yang pada umumnya didahului dengan kondisi keterpaparan (exposure)
terhadap unsure tertentu (primer maupun sekunder) yang sekaligus
disertai dengan keadaan penjamu dalam kondisi kerentanan untuk menjadi
sakit. Konsep ini sekaligus memberikan gambaran bahwa untuk mencegah
penyakit dapat dilakukan dengan menghindari keterpaparan ( misalnya
memberikan desinfektan) dan menurunkan kerentanan ( misalnya dengan
peningkatan daya tahan tubuh melalui imunisasi).
Hubungan antara derajat keterpaparan dengan kondisi keterpaparan dalam
proses terjadinya penyakit dapat digambarkan sebagai berkut :

Keadaan Kekebalan
Kondisi Keterpaparan
Rentan Kebal
Positif SAKIT Tidak Sakit
Negatif tidak Sakit Tidak Sakit

Sesorang menjadi sakit apabila orang tersebut mengalaimi keterpaparan


terhadap unsur penyebab tertentu dan dilain pihak orang tersebut sekaligus
berada pada tingkat kerentanan tertentu.
Seorang menjadi sakit apabila orang tersebut mengalaimi keterpaparan unsur
penyebab tertentu dan dilain pihak orang tersebut sekaligus berada pada tingkat
kerentanan tertentu.

Keterpaparan adalah suatu keadaan dimana penjamu berada pada pengaruh


atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan
lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit. Untuk menilai
tingkat keterpaparan harus selalu dihubungkan dengan sumber dan sifat unsure
penyebab, keadaan penjamu yang mengalaini keterpaparan serta cara
berlangsungnya proses keterpaparan.
Faktor penyebab keterpaparan dapat berupa :
1. Lingkungan dimana unsur penyebab berada atau lingkungan dimana
penjamu dan penyebab berinteraksi.
Apakah keadaan lingkungan lebih menguntungkan penjamu atau
sebaliknya.
2. Sifat dan jenis unsure penyebab tersebut
Apakah prosesnya hanya terjadi satu kali atau beberapa kali atau terjadi
terus menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang
3. Unsure penjamu sebagai sifat individu yang bervariasi dalam hubungannya
dengan unsure penyebab, sifat (patologis karakteristik antara penjamu
terhadap penyebab intimasi kontak penjamu dengan penyebab) dan bentuk
keterpaparan.
4. Keadaan unsure penjamu antara lain sifat karakteristik penjamu secara
perorangan ( individu) dan karakteristik social

Kerentanan adalah dimana penjamu mempunyai kondisi yang mudah


dipengaruhi/berinteraksi dengan unsure penyebab sehingga memungkinkan
timbulnya penyakit. Peranan kerentanan sangat berpengaruh dalam hasil akhir
suatu proses kejadian penyakit, Peranan kerentanan sangat berpengaruh dalam
hasil akhir suatu proses kejadian penyakit, apakah proses tersebut akan berakhir
sebagai penderita (sakit), meninggal atau tidak ada perubahan yang jelas.
Keadaan deinikian bukan hanya berlaku pada penyakit menular/infeksi, non
infeksi dan penyakit gangguan perilaku sosial.

Pada penyakit infeksi hasil akhir suatu proses kejadian penyakit dapat berupa:
1. Penderita Meninggal
2. Penderita dengan gejala klinis yang jelas
3. Penderita dengan gejala kilnis ringan atau tidak jelas/tidak spesefik untuk
penyakit tertentu sehingga suilt untuk didiagnosis
4. Terjadi proses infeksi tetapi tanpa gejala sama sekali
Pada penyakit non infeksi akan terjadi hasil akhir yang mungkin dalam bentuk
1. Penderita meninggal
2. Penderita sakit berat/sakit dengan gejala yang berat atau sampai
mengalaimi cacat
3. Penderita yang hanya gejala ringan, sehingga mampu menyesuaikan diri
dalam kehidupan sehari-hari
4. Penderita tanpa gejala sama sekali dan tidak mengalaini perubahan baik
secara struktural/anatoinis maupun secara faal/filosofis

Penyakit yang berkaitan dengan perilaku sosial, kemungkinan hasil akhir


proses kejadian penyakit akan berbentuk:
1. Penderita meninggal karena gangguan jiwa
2. Penderita berbuat tingkah laku anti sosial atau menunjukkan gejala-gejala
psikopatologi
3. Penderita dengan gejala yang sangat ringan, sehingga mampu melakukan
konpensasi psikologis
4. Penderita yang hanya mengalaini penurunan hubungan/keadaan social
yang tidak jelas (tanpa gejala)
Keterpaparan dan kerentanan sangat penting dalam pengamatan/penelitian
epideriniologi, faktor resiko, frekuensi penyakit, proses terjadinya penyakit
menular dan tidak menular.

Diagnosis Sakit
Diagnosis adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang
diderita oleh seseorang. Untuk menentukan adanya penyakit dapat dilakukan
dengan cara (Ahlborn, 26):
1. Anamnesia
Berkaitan dengan keluhan berupa gejala (symptom) yang dirasakan oleh
penderita pasien. Di sini informasi berdasarkan hasil observasi subjektif
pasien terhadap dirinya
2. Tanda (sign)
Berupa hasil pengamatan dokter atau pemeriksaan kesehatan yang boleh
dikatakan merupakan suatu observasi objekif yang dilakukan terhadap
penderita.
3. Test (pemeriksaan)
Berupa pemeriksaan dengan mempergunakan alat-alat laboratorium atau
teknik pemeriksaan lainnya seperti rontgen atau EGC.

Penegakan diagnosis suatu penyakit. menggunakan ketiga cara tersebut


merupakan prosedur yang lengkap untuk mencapai diagnosis pasti, namun
tidaklah mudah untuk harus melakukan ketiganya karena memerlukan waktu
yang lama, biaya mahal, tidak setiap penyakit harus dengan ketiga cara tersebut
dan adanya subyektifitas serta masing-masing cara meiniliki kelemahan.

Untuk. suatu kegiatan penelitian epideiniologi, melakukan ketiganya sangat


sulit dan hampir jarang diakukan karena penetitian epideiniologi merupakan
penelitian observasional berdasarkan anamnesti yang notabene meiniliki
subyektivitas (Ahlbom, 20).
Berikut ini sebagai perbandingan hasil wawancara dokter dengan survei
mengenai sakit kepala dan lelah:

HASIL WAWANCARA DENGAN DOKTER


SAKIT KEPALA LELAH
SURVEY Tidak Ringan Berat Tidak Ringan Berat
Tidak 20 5 0 30 5 0
Ringan 3 12 1 0 4 1
Berat 0 4 1 0 2 5
Sebagai pembanding bagaimana melakukan diagnosis pasien perorangan dan
komunitas dapat terlihat sebagai berikut :
PERORANGAN KOMUNITI
(pengobatan) (promkes)
Anamnesis Interview
Sign Observasi Lapangan
Test/Uji/penegakan Intervensi / Ekperimental
Tindakan medis Saran pencegahan

Definisi Kasus
Kasus adalah mereka yang menderita suatu penyakit atau masalah. Upaya
diagnosis adalah upaya mendefinisikan kasus menemukan penyakit.
Perlunya melakukan diagnosis:
1. Untuk klinis
Berarti langkah untuk mengetahui etiologi penyakit untuk selanjutnya
dipakai guna mengarahkan pengobatan
Contoh, kalau diagnosis adala malaria maka etiologi adalah plasmodium
dan pertobatan adalah anti malaria.

2. Untuk epideiniologis
Berarti perumusan masalah untuk dijadikan mencari penyebabnya
dalam upaya untuk mendapatkan strategi percegahan. Definisi kasus
adalah keharusan karena kasus adalah salah satu variabel penting, dalam
penelitian dan dimaksudkan untuk:
a. Mengetahui luaran (outcome ; variabel dependen) dan peneilitian
b. Untuk membandingkan batasan kasus yang digunakan dengan batasan
kasus peneilitian sebelumnya.
Untuk mendefinisikan kasus diperlukan kriteria diagnosis dan hasil kriteria
yang obyeklif seperti :
1. Peimisahan sakit dan sehat
2. Status mungkin (possible), barangkali (probable) dan jelas (definitive)
sakit
3. Status sakit ringan, sedang dan berat
4. Kategori tingkat penyakit; tingkat I, II, III dan seterusnya.

Sebagai contoh dalam diagnosis malaria maka kemungkinan dapat


dikembangkan tiga jenis diagnosis malaria, yakni:
Possible malaria, yaitu jika ada fewer (sakit kepala dan pegal)
Probable malaria, yaitu jika ada respon terhadap penberian terapi anti-malaria
Definitive malaria. Yaitu jika hasil pemeriksaan blood slide positif

Konsep Penyebab Penyakit


Pengertian peyebab penyakit dalam epideiniologi berkembang dan rantai sebab
akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia
(penjamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis,
antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environthent).

A. Unsur Penyebab (agent)


Pada dasarnya tidak satupun penyakit yang dapat timbul hanya disebabkan
oleh satu faktor penyebab tunggal semata. Umumnya disebabkan oleh
berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit,
unsure penyebab penyakit dibagi dalam dua bagian utama:
1. Penyebab Kausal Primer
Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal terjadinya penyakit, dengan
ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada belum tentu terjadi penyakit,
tetapi sebaliknya. Unsur penyebab kausal dikelornpokkan menjadi lima
golongan sebagai berikut:
a. Unsur penyebab biologis
Yakni semua unsur penyebab yang tergolong mahluk hidup termasuk
kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur,
cacing dan insekta. Pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi
dan penyakit menular.
b. Unsur penyebab nutrisi
Yakni semua unsur penyehab yang termasuk zat nutrisi dan dapat
menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun
kelebihan zat tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin,
mineral dan air.

c. Unsur penyebab kimiawi


Yakni semua unsur dalam bentuk senyawa kiinia yang dapat
menimbulkan ganguan kesehatan penyakit tertentu. Unsur ini
biasanya berasal dari luar tubuh termasuk racun, obat-obatan keras
berbagai senyawa kiinia tertentu. Tetapi juga terdapat senyawa kimia
hasil produk tubuh yang dapat menimbulkan penyakit seperti ureum,
kolesterol dan lain sebagainya.
d. Unsur penyebab fisika
Yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses
fisika umpamanya panas bakar, irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa).
Penyebab ini sangat mungkin menimbulkan kelainan dan gangguan
kesehatan.
e. Unsur penyebab psikis
Yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit
gangguan jiwa dan tingkah laku sosial. Prosesnya secara mekanisme
belum jelas bahkan sekelompok ahli menitikberatkan disebabkan
karena genetik, oleh karena itu harus berhati-hati terhadap
kehidupan sosial yang bersifat nonkausal serta lebih menampakkan
diri dalam hubungan dengan proses kejadian penyakit maupun
gangguan kejiwaan.

2. Penyebab Nonkausal (Skunder)


Penyebab ini menjadi unsur pembantu/penambah dalam proses
kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa secara umum
kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang
berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut. dalam proses sebab akibat.
Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberculosis, kecelakaan
lalu lintas, dan lain-lain, kejadiannya tidak dibatasi hanya ada penyebab
kausal saja, tetapi harus dianalisis dalam bentuk satu rantai sebab akibat
dimana peranan unsure penyebab skunder sangat kuat dalam mendorong
penyebab kausal primer untuk bersama-sama menimbulkan penyakit.

B. Unsur Penjamu (Host)


Manusia sebagai unsur penjamu (host) dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Manusia sebagai mahluk biologis meiniliki sifat seperti
a. Umur, jenis kelainin, ras, dan keturunan
b. Bentuk anatoinis tubuh
c. Fungsi fisiologis/faal tubuh
d. Imunitas reaksi tubuh terhadap berbagai unsur luar maupun dalam
tubub sendiri
e. Kemampuan interaksi antara penjamu dengan penyebab biologis
f. Status kesehatan dan status gizi secara umum
2. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai sifat khusus seperti:
a. Kelompok etnik termasuk adat istiadat, kebiasaan, agama dan
huhungan keluarga serta social kemasyarakatan
b. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasan
hidup sehat

C. Unsur Lingkungan (Environment)


1. Lingkungan biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia, antar lain:
a. Berbagai mikroorganisme patogen maupun yang tidak pathogen
b. Berbagal binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai
reservoar/ sumber penyakit atau penjamu antara (intermedia)
c. Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vector penyakit
tertentu terutama penyakit menular
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik manusia yang berpengaruh terhadap manusia secara
langsung, maupun tidak langsung seperti:
a. Udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis
b. Air
c. Tanah
d. Unsur kimiawi pencemar

3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonoini, politik, sistem
organisasi, serta institusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu
yang membentuk masyarakat tersebut. Adapun lingkungan sosia1
meliputi:
a. Sistem hukum, adininistrai dan kehidupan sosial politik serta sistem
ekonoini yang berlaku
b. Bentuk organsasi masyarakat setempat
c. Sistem pelayanan kesehatan dan kebiasaan hidup sehat
d. Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga serta kehidupan sosial
Iainnya.

Riwayat Alamiah Penyakit


Adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk
intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural
(Flecher, 22).
Manfaat mempelajari riwayat alamiah penyakit:
1. Untuk diagnostik
Masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit,
inisalnya dalam KLB
2. Untuk pencegahan
Dengan mengetahui rantai perjalanan peyakit dapat dengan mudah dicari
titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit
3. Untuk terapi
Biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal
penyakit itu terapi tepat sudah dilakukan, sehingga berprinsip lebih awal
terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.

Tahap-tahap riwayat alamiah suatu penyakit secara umum sebagai berikut:


1. Tahap Prepatogenesis
Tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat, walaupun
demikian telah terjdi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit tetapi
interaksi masih terjadi di 1uar tubuh penjamu. Belum ada tanda-tanda sakit
sampai sejauh daya tahan tubuh masih kuat, namun jika lengah atau bibit
penyakit menjadi ganas atau lingkungan memberikan kondisi yang kurang
menguntungkan penjamu, maka keadaan dapat
berubah sehingga memasuki fase patogenesis.

2. Tahap patogenesis
Tahap patogenesis dibagi menjadi empat sub bagian sebagai berikut:
a. Tahap inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit lainnya. Masa inkubasi ini bervariasi pada setiap jenis penyakit.
Pentingnya mengetahui masa inkubasi adalah untuk informasi diagnosis
dan dapat dipakai untuk identifikasi penyakit.
b. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan dan telah dianggap sehagai masalah kesehatan

c. Tahap penyakit lanjut


Merupakan tahap dimana penyakit dengan segala kelainan patologis
dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit memerlukan pengobatan yang
tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik

d. Tahap penyakit akhir


Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan :
 Sembuh sempurna
Yakni bibit penyakit menghilangkan dan tubuh menjadi pulih dan
sehat kembali.
 Sembuh dengan cacat
Yakni bibit penyakit menghilang, penyakit udah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya dan meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa cacat.
 Karier
Dimana tubuh penderita pulih kembali namun bibit penyakit
masih tetap ada dalam tubuh memperlihatkan gangguan penyakit.
 Kronis
Dimana penyakit tetap ada dalam tubuh penderita, sangat sulit
untuk penyebuhan dan berlansung pada waktu yang sangat panjang.
 Meninggal
Dimana penyakit tidak tersembuhkan, sedangkan penderita tidak
mampu lagi menahan keadaan penyakit hingga tidak mampu
bertahan untuk hidup.

Upaya Pencegahan
Merupakan salah satu kegunaan dan pengetahuan riwayat alamiah penyakit,
upaya ini dikenal ada empat tingkat yaitu:
1. Primordial prevention (pencegahan awal)
Diperkenalkan oleh WHO pada tahun 1993 sebagai salah satu
usaha pencegahan yang didapatkan berdasarkan pengalaman
epidemiologi waktu menangani masalah kardiovaskuler. Terjadinya
penyakit jantung pada masyarakat jika hanya terdapat hasil kausal dasar
(basic underlying cause) berupa makanan,Tinggi lemak binatang. Jika
bentuk penyebab dasar ini tidak ada seperti di Jepang dan Cina, penyakit
jantung jarang ditemukan meskipun banyak ditemukan faktor resiko
lainnya seperti merokok dan tekanan darah tinggi (stroke).
Tujuan pencegahan awal adalah untuk menghindari terbentuknya
pola hidup sosial ekonomi dan kultur yang mendorong peningkatan
resiko penyakit (terutama penyakit tidak menular). Upaya primordial
penyakit jantung koroner dapat berupa kebijakan nasional mengenal
nutrisi dalam sektor agrikultural, industri makanan, impor dan ekspor
makanan, penanganan komprehensif, rokok, pencegahan hipertensi dan
promosi aktivitas-fisik/olah raga.
Contoh bentuk pencegahan awal seperti gizi rendah lemak jenuh
dan pengendalian rokok.
2. Primari prevention (pencegahan pertama)
Dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa:
a. Pendidikan kesehatan
b. Imunisasi
c. Kontrol lingkungan/sanitasi
d. Konsul genetika

3. Secondary prevention (pencegahan tingkat kedua)


Diusahakan dilakukan pada awal masa sakit yang berupa:
a. Penyaringan (screening)
b. Pemberian pengobatan sejak dini

4. Tertiary prevention (pencegahan tingkat tiga )


Upaya ini dilakukan pasca sakit seperti :
a. Rehbilitasi
b. Rumah perawatan tua / jompo

Anda mungkin juga menyukai