Anda di halaman 1dari 9

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai dengan transisi
epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi ditandai dengan perubahan pola
penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non
infeksi (non-communicable disease) atau penyakit tidak menular. Data WHO menunjukkan
bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup yang tidak
sehat. Penyakit tidak menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh penyakit tidak
menular, sedangkan di negara-negara maju menyebabkan 13% kematian.

Kejadian penyakit merpakan fenomena spasial yang pada dasarnya adalah proses yang terjadi
di dunia sejak ratuan tahun lalu. Satu kejadian penyakit dipengaruhi oleh berbagai faktor
ruang. Untuk mempelajari bagaimana ruang tersebut meningkatkan terjadinapenyakitdan
akan menyebabkan diketahuinya pengendalian yang epat untuk permasalahan kesehatan atau
peyakit tesebut, maka teori simpul akan baik digunakan.

Dalam berbagai program WHO seringkali menggunakan tema pengendalian penyakit untuk
meningkatkan derajat kesehatan manusia di seluruh dunia. Patogenesis penyakit atau kejadian
suatu penyakit merupakan inti permasalahan kesehatan masyarakat. Masyarakat sehat adalah
masyarakat yang bebas dari kejadian penyakit yang akan menampilkan wilayah yang sehat
dan negara yang kuat. Sehingga kejadian penyakit harus dikendalikan, dan dalam
pengendalian penyakit harus pula diberi pengontrolan penyakit. Dalam tatapan ilmu kesehata
masyarakat,pecegahan merupakan upaya kesehata primer esensial yang ditujukkan pada
orang sehat serta harus dilakukan bersama dan serentak.

Dengan mengetahui betapa pentingnya mempeajari teori simpul untuk diaplikasikan dalam
epidemiologi lingkungan maka kita harus memahamidulu apa yang dimaksut dengan teori
simpul tersebut dan bagaimana cara pengaplikasiannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan teori simpul dan epidemiologi lingkungan?


2. Komponen apa saja yang terdapat dalam teori simpul?
3. Bagaimana pengaplikasian teori simpul pada kasus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan khusus yang hendak dicapai
sebagai berikut.
1. Mengerti hubungan teori simpul dan epidemiologi lingkungan.
2. Mengetahui komponen yang terdapat dalam teori simpul.
3. Mengetahui pengaplikasian teori simpul pada kasus.
1.3.2 Tujuan umum
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan umum yang ingin dicapai yaitu mengetahui tentang
apa dan bagaimana teori simpul dalam epidemiologi sehingga dapat diaplikasikan dalam
pengontrolan penyakit.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam
mempelajari tentang teori simpul dalam epidemiologi.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Teori Simpul

2
Teori simpul adalah teori yang merupakan gambaran hubungan lingkungan global dan
lingkungan lokal terkait kesehatan. Lingkungan global adalah adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung yg memiliki hubungan keterkaitan . Sedangkan lingkungan lokal
adalah diri manusia itu sendiri.

Teori simpul juga diartikan sebagai teori yang menggambarkan pola berkelanjutan terjadinya
penyakit dan potensi penyakit sehingga penyelidikan, kontrol, dan langkah-langkah
pencegahan dapat diterapkan secara efisien dan efektif. Hal ini dilakukan melalui
pengumpulan sistematis dan evaluasi morbiditas dan mortalitas laporan dan informasi
kesehatan yang relevan lainnya, dan penyebaran data dan interpretasi mereka kepada orang-
orang yang terlibat dalam pengendalian penyakit dan pengambilan keputusan kesehatan
masyarakat.

Dalam menyisiasati tindakan pencegahan dan dalam memanajemen faktor-faktor risiko yang
dapat terjadi pada daerah yang memiliki potensi memiliki banyak kasus penyakit, maka dapat
dilakukan suatu pendekatan dengan teori simpul epidemiologi yang diungkapkan oleh Umar
Fahmi Ahmadi (Djafri, 2008).

Epidemiologi lingkungan adalah penerapan epidemiologi pada gangguan kesehatan yang


berkaitan dengan lingkungan. Epidemiologi kesehatan lingkungan berhubungan dengan teori
simpul dikarenakan penerapan epidemiologi akan menimbulkan simpul 4(D) yang berkaitan
dengan simpul 1(A), 2(B), dan 3(C). Simpul 4(D) merupakan tahap pengamatan, pengukuran,
dan pengendalian prevalensi penderita yang berkaitan atau merupakan akibat dari simpul
1(A), 2(B), dan 3(C). Misalnya :

1. Prevalensi penderita keracunan makanan tempe bongkrek


2. Prevalensi kanker payudara
3. Prevalensi radiasikerja.
Manajemen kesehatan lingkungan berdasarkan teori simpul terdapat empat langkah yaitu
upaya preventif (pencegahan), upaya promotif (peningkatan), dan upaya kuratif (pengobatan).

1. Upaya Preventif (Pencegahan)


Merupakan pencegahan yang dapat dilakukan pada simpul B (2). Dimana mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap ambient yang berada di sekitar manusia. Misalnya :
a. mencuci sayur mayur, sebagai upaya agar mampu mencegah kontaminasi pestisida.
b. mencucui tangan sebelum makan agar dapat mencegah investasi telur cacing.

3
2. Upaya Promotif (Peningkatan)
Merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan pada simpul C, dimana peningkatan kualitas
komponen lingkungan yang berada di dalam tubuh manusia. Misalnya :
a. mengurangi kandungan kolestrol dalam darah
b. mengurangi kandungan gula dalam darah (glukosa)
c. meningkatkan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh balita.
3. Upaya Kuratif (Pengobatan)
Merupakan tindakan yang bersifat medis dan dapat dilakukan pada simpul D (4), dimana
upaya yang dilskuksn sudah berupa pengobatan terhadap penyakit yang timbul. Misalnya,
melakukan tindakan terhadap kasus obesitas atau kegemukan kronis yang disertai komplikasi
diabetes melitus dan kegagalan ginjal.

2.2 Komponen Teori Simpul

Simpul 1: sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah
komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secar
langsung atau melalui media perantara (yang juga kompenen lingkungan). Berbagai agent
penyakit yang baru maupun lama dapt dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.
b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri, Cadmium, CO, H2S
dan lain-lain.

Simpul 2: Media transmisi-transmisi penyakit

4
Media transmisi penyakit seperti udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga,
manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya
tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Dilakukan pengamatan, pengukursn
dan pengendalian bila komponen lingkungan tersebut sudah berada disekitar manusia.
Contoh : komponen pencemaran udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur-mayur,
bakteri E. coli dalam air minum. Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis
penyakit, karna dapat memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim
dikena sebagai media transmisi seperti udara, air, makanan, binatang, manusia atau secara
langsung.

Simpul 3: perilaku pemajanan (Behavioral Exposure)

Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke dalam
tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif. Hubungan interaktif
antara komponen lingkungan dengna penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam
konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku
pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang
mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang
masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas. Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh
manusia, yakni :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem pencernaan
c. Masuk melalui permukaan kulit

Simpul 4: Penyakit

Penyakit merupakan “OUT COME” hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan
yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Bisa dalam kelainan bentuk, kelainan
fungsi, dan kelainan genetik, hal itu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial. Misalnya dilakukan pengamatan, pengukuran dan
pengendalian prevalensi korban keracunan, prevalensi penderita kanker paru akibat asap
rokok, kanker kulit akibat sinar Ultraviolet, ataupun penderita penyakit menular lainnya.

5
Pada simpul satu atau simpul A dijelaskan mengenai sumber yang ada dalam suatu
lingkungan (Djafri, 2008). Sumber dalam simpul pertama ini bisa berupa hewan, tumbuhan,
virus, bakteri, cacing, parasit, dan manusia sendiri (Djafri, 2008). Sumber – sumber yang
dapat mebahayakan atau berpotensi menjadi sumber penyakit dalam suatu wilayah dapat
dikenali (Djafri, 2008). Dalam mengaplikasikan teori simpul dalam epidemiologi maka
wilayah harus melengkapi diri dengan informasi yang jelas mengenai penyakit endemik,
kondisi wabah, dan kondisi KLB yang terjadi, serta pencegahannya (Djafri, 2008).

Pada simpul dua atau simpul B menjelaskan tentang media perantara yang berperan dalam
gangguan epidemiologi (Djafri, 2008). Media perantara ini dapat berupa udara, air, tanah,
makanan, minuman, serangga, atau vektor (Djafri, 2008). Simpul dua atau B ini berperan
dalam pengontrolan suatu wabah atau KLB salah satun contohnya adalah inject control yang
secara rutin, inspeksi sanitasi, monitoring kualitas udara, tanah, dan air (Djafri, 2008).

Pada simpul tiga atau simpul C akan dijelaskan mengenai petunjuk kelompok orang – orang
yang berada pada kondisi sehat dan menjadi populasi yang berisiko (Djafri, 2008). Dalam
simpul tiga atau C ini kegiatan yang sering di implementasikan berupa pmeriksaan resiko
terjadinya suatu penyakit, dengan pemeriksaan bio marker pada darah, urin, tinja, atau
tindakan pencegahan melalui vaksinasi (Djafri, 2008). Apabila sudah terjangkit suatu
penyakit atau apabila sdah terdapat korban dari penyakit maka upaya yang bisa dilakukan
berdasarkan simpul ini adalah upaya kuratif dan rehabilitatif (Djafri, 2008). Upaya lain yang
bisa dilakukan adalah dengan mengisolasi wilayah yang terinfeksi penyakit tersebut(Djafri,
2008).

Pada simpul 4 atau D hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi populasi yang berisiko
(Djafri, 2008). Ini bisa digunakan sebagai manajemen yang terintegrasi untuk dijadikan suatu
tundakan pencegahan penularan penyakit antar daerah (Djafri, 2008).

6
Teori simpul dari Umar (1991) dapat digambarkan sebagai berikut. Pada simpul pertama, dari
sumber yang ada misalnya hewan, tumbuhan, manusia, virus, bakteri, cacing, parasit, dapat
dikenali jenis-jenis sumber yang dapat membahayakan atau berpotensi menjadi sumber
penularan penyakit. Kondisi daerah yang menjadi tujuan haruslah dilengkapi dengan
informasi yang jelas mengenai penyakit endemik, kondisi wabah/KLB yang terakhir, serta
hal-hal penting yang harus diperhatikan berkenaan dengan pencegahan. Pada simpul kedua,
yang merupakan media perantara dapat berupa udara, air, tanah, makanan, minuman,
serangga atau vektor. Sehingga penyakit yang memakai media penularan tersebut dapat
dikontrol melalui media perantaranya, misalnya kegiatan Inject Control secara rutin, inspeksi
sanitasi, dan monitoring kualitas udara, air dan tanah. Untuk simpul ketiga, menunjukkan
kelompok orang yang berada pada kondisi sehat dan menjadi populasi yang beresiko.
Pemeriksaan perkunjangan atau pasca mengunjungi dengan memperingatkan adanya resiko
suatu penyakit dengan pemeriksaan biomarker pada darah, urin, tinja atau tindakan
pencegahan melalui vaksinasi.

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

7
Teori simpul adalah teori yang merupakan gambaran hubungan lingkungan global dan
lingkungan lokal terkait kesehatan. Lingkungan global adalah adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung yg memiliki hubungan keterkaitan . Sedangkan epidemiologi
lingkungan adalah penerapan epidemiologi pada gangguan kesehatan yang berkaitan dengan
lingkungan. Komponen komponen simpul adalah Simpul 1: sumber penyakit, Simpul 2:
Media transmisi-transmisi penyakit, Simpul 3: perilaku pemajanan (Behavioral Exposure),
Simpul 4: Penyakit. Contoh Pengaplikasiannya dalam penyakit, Pada tahun 1950-an terjadi
peristiwa yang menghebohkan, dengan terjadinya minamata disease atau penyakit minamata
sebagai akibat dari pembuangan sampah merkuri ke Danau Minamata, dimana warga
setempat mengkonsumsi produk-produk air yang telah tercemar merkuri tersebut.
Apabila menggunakan teori simpul dalam menyelsaikan masalah kesehatan diatas maka
simpul A nya akan berisi tentang pengukuran pembuangan limbah yang dapat menyebabkan
tingginya materi merkuri dalam air serta cara menanggulanginya misal dengan memberikan
penyaringan pada pembuangan limbah. Ambient Kedua atau simpulB/2nya adalah mengukur
kadar merkuri di dalam air, sebagai paameter dalam sanitasi lingkungan pemukiman
penduduk karena dalam ambient yang di ukur adalah sumber terjadinya suatu penyakit.
Ketiga adalah simpul C/3 adalah dengan mengukur tingkat merkuri yang ada dalam darah
manusia, dan berusaha mereduksinya dengan cara terapi kelasi. Simpul D/4, dalam simpul
ini maka yang dilakukan adalah mengamati dan mengukur prevelansi penderita minamata,
setelah itu memberikan intervensi penanganan yang tepat bagi penderitanya.

3.2 Saran

Dengan mempelajari hubungan teori simpul dengan epidemiologi penyakit maka mahasiswa
diharapkan akan mengerti dan memahami cara pengaplikasian dalam sebuah penyakit.
Mahasiswa juga dapat mengerti komponen-komponen simpul yang dipakai saat menganalisis
sebuah kasus.

DAFTAR PUSTAKA

8
Achmadi, UF. 2008. Manajemen Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.

Achmadi, UF. 1991. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja di Indonesia.
Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Djafri, D. 2008. Manajemen Kesehatan Daerah Wisata. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol
3 :1. PSIKM Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=284238 [diakses 24 Mei 2016]

Hasyim, H. 2008. Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah. Jurnal Manajemen


Pelayanan Kesehatan, 11(02), 72-76. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. https://www.scribd.com/doc/53168547/manajemen-penyakit-lingkungan-
brbasis-wilayah [diakses 24 Mei 2016]

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Retrivied
from http://apps.who.int/iris/bitsream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.
[diakses 24 Mei 2016]

Anda mungkin juga menyukai