Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Judul : Konsep dalam Epidemiologi dan Aplikasi Epidemiologi dalam Penanganan


Masalah Kesehatan Masyarakat

Nama : Monica Tanady

NPM : 2106722120

I. Konsep-konsep dalam Epidemiologi


Premis penting dari epidemiologi adalah bahwa penyakit dan kesehatan lainnya
peristiwa tidak terjadi secara acak dalam suatu populasi, tetapi lebih mungkin terjadi
pada beberapa anggota populasi daripada yang lain karena faktor risiko yang tidak
terdistribusi secara acak dalam populasi. Seperti yang sudah diketahui, ilmu
epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat beberapa
individu atau kelompok memiliki risiko yang lebih besar daripada yang lain. Oleh
karena itu, dibuatlah konsep-konsep untuk memudahkan manusia dalam
mengidentifikasi faktor risiko.

A. Konsep Host, Agent, Environment (HEA)


Salah satu konsep yang paling sederhana adalah sederhana adalah triad atau
segitiga epidemiologi, yaitu sebuah model tradisional untuk mengidentifikasi
penyakit menular. Triad terdiri dari agent eksternal, host yang rentan, dan
lingkungan. Pada konsep yang juga dikenal sebagai The Epidemiologic
Triangle ini, penyakit disebabkan dari interaksi antara agent dengan host di
dalam environment yang mendukung transmisi agent dari sumber kepada host.
Agent, host, dan environment saling berhubungan dalam berbagai cara yang
kompleks untuk menghasilkan penyakit. Penyakit yang berbeda membutuhkan
keseimbangan dan interaksi yang berbeda dari ketiga komponen tersebut
(CDC, 2012). The Epidemiologic Triangle digambarkan seperti di bawah ini.

Fig 1 : Triad Epidemiologi


Ketiga faktor dalam The Epidemiologic Triangle (CDC, 2012) :
1. Host
Mengacu pada manusia yang bisa terkena penyakit. Berbagai faktor
intrinsik dalam diri host, kadang-kadang disebut faktor risiko, dapat
mempengaruhi paparan, kerentanan, atau respons individu terhadap
agent penyebab (Bonita, 2006). Peluang untuk terkena penyakit sering
dipengaruhi oleh perilaku seperti praktik seksual, kebersihan, dan
perilaku pribadi lainnya, serta berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Kerentanan dan respons terhadap dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
komposisi genetik, status nutrisi dan imunologi, struktur anatomi,
adanya penyakit atau obat-obatan, dan psikologis manusia.
2. Agent
Mengacu pada mikroorganisme menular atau patogen : virus, bakteri,
parasit, atau mikroba lainnya. Umumnya, agent harus ada agar
penyakit terjadi; namun, kehadiran agent saja tidak selalu cukup untuk
menyebabkan penyakit. Ada beberapa faktor mempengaruhi apakah
paparan suatu organisme akan mengakibatkan penyakit, termasuk
patogenisitas organisme (kemampuan untuk menyebabkan penyakit)
dan dosis.
Seiring waktu, konsep agent telah diperluas untuk mencakup: kimia
dan fisik penyebab penyakit atau cedera. Termasuk kontaminan kimia
(misalnya kontaminan L-tryptophan yang menyebabkan sindrom
eosinofilia-mialgia), serta kontaminan fisik (seperti carpal tunnel
syndrome).
3. Environment
Mengacu pada faktor ekstrinsik yang mempengaruhi agent, host yang
rentan dan peluang penularan (CDC, 2012). Faktor lingkungan
termasuk faktor fisik seperti geologi dan iklim, faktor biologis seperti
serangga yang menularkan agent, dan faktor sosial ekonomi seperti
crowding, sanitasi, dan akses pelayanan kesehatan.

B. Teori Keseimbangan
Teori Keseimbangan awalnya dikemukakan oleh John Gordon pada tahun
1950-an. Gordon mencetuskan sebuah model yang menggambarkan terjadinya
penyakit sebagai batang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di
tengah-tengahnya, yakni environment. Pada kedua ujung batang tadi terdapat
agent dan host. Model ini disebut dengan Model Gordon sesuai dengan nama
pencetusnya.
Model ini menggambarkan bahwa jika pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan (equilibrium state), maka dapat dikatakan bahwa masyarakat
berada dalam keadaan sehat. Sebaliknya, apabila ada ketimpangan antara
ketiga elemen tersebut, maka akan timbul penyakit (Gordon, 1954). Model
Gordon ini merupakan pengembangan dari The Epidemiology Triad yang
membantu analisis dan pencarian solusi yang lebih mendalam. Macam-macam
Model Gordon :

Fig 2 : Model Gordon

Model Gordon melibatkan interaksi antara (Gordon, 1954) :


1. Agent dan Environment
Suatu keadaan terpengaruhnya agent secara langsung oleh lingkungan
yang menguntungkan agent. Terjadi pada saat pre-patogenesis suatu
penyakit, misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas
vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan
penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global.
2. Host dan Environment
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia (host) secara langsung oleh
lingkungannya (environment) dan terjadi pada saat pre-patogenesis
suatu penyakit, misalnya udara dingin, iklim, dan kebiasaan manusia
dalam mempersiapkan makanan.
3. Host dan Agent
Suatu keadaan agent penyakit yang menetap, berkembang biak dan
dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons berupa
tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam, perubahan
fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme
pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh
sempurna, kecacatan atau bahkan kematian.
4. Agent, Host, dan Environment
Suatu keadaan yang saling memengaruhi antara agent, host, dan
environment secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat
satu sama lain sehingga memudahkan agent penyakit baik secara tidak
langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya
pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan dapat menimbulkan
penyakit muntaber (water borne diseases).

C. Person-Place-Time (PPT)
Setiap reporter surat kabar diajarkan bahwa sebuah cerita tidak lengkap jika
tidak menggambarkan apa, siapa, di mana, kapan, dan mengapa/bagaimana
suatu situasi. Sama juga halnya dengan ahli epidemiologi. Ahli epidemiologi
juga mengusahakan kelengkapan informasi menganalisis peristiwa
epidemiologi, mulai dari pandemi influenza sampai peningkatan kecelakaan
kendaraan segala medan. Namun, ahli epidemiologi cenderung menggunakan
sinonim untuk 5W yang tercantum di atas : definisi kasus, orang, tempat,
waktu, dan faktor risiko / cara penularan. Epidemiologi deskriptif meliputi
person (siapa), place (di mana), dan time (kapan) (CDC, 2012).
1. Person
Karakteristik pribadi dapat mempengaruhi penyakit, organisasi dan
analisis data oleh seseorang dapat menggunakan karakteristik yang
melekat pada suatu individu (misalnya, usia, jenis kelamin, ras),
karakteristik biologis (status imunitas), karakteristik tertentu (status
perkawinan), aktivitas (pekerjaan), aktivitas di waktu luang,
penggunaan obat-obatan/tembakau/narkoba), atau kondisi tempat
tinggal (status sosial ekonomi, akses ke perawatan medis).
Usia dan jenis kelamin termasuk dalam hampir semua kumpulan data
dan merupakan dua karakteristik seseorang yang paling sering
dianalisis. Namun, tergantung pada penyakit dan data yang tersedia,
analisis variabel individu lain biasanya diperlukan. Biasanya ahli
epidemiologi memulai analisis data individu dengan melihat setiap
variabel secara terpisah. Terkadang, dua variabel seperti usia dan jenis
kelamin dapat diperiksa secara bersamaan. Data individu biasanya
ditampilkan dalam tabel atau grafik (CDC, 2012).

Fig 3 : Contoh analisis data penderita kanker paru berdasarkan jenis kelamin.

2. Place
Analisis place dapat menggambarkan terjadinya penyakit menurut
tempat memberikan wawasan tentang luas geografis masalah dan
variasi geografisnya. Karakterisasi menurut tempat tidak hanya
mengacu pada tempat tinggal tetapi juga pada setiap lokasi geografis
yang relevan dengan kejadian penyakit. Lokasi tersebut termasuk
tempat diagnosis atau laporan, tempat lahir, tempat kerja, distrik
sekolah, unit rumah sakit, atau tujuan perjalanan. Skala suatu tempat
dapat sebesar benua atau negara dan sekecil alamat jalan, area rumah
sakit, atau ruang operasi. Kadang-kadang tempat tidak mengacu pada
lokasi tertentu sama sekali tetapi pada kategori tempat seperti
perkotaan atau pedesaan, domestik atau asing, dan institusional atau
noninstitusional.
Fig 4 : Contoh analisis tingkat kematian akibat asbestosis di Amerika Serikat.

3. Time
Kemunculan suatu penyakit berubah dari waktu ke waktu. Beberapa
dari perubahan ini terjadi secara teratur, sementara yang lain tidak
dapat diprediksi. Ada penyakit yang terjadi pada musim yang sama
setiap tahun, misalnya influenza di musim penghujan. Sebaliknya,
penyakit seperti hepatitis B dan salmonellosis dapat terjadi kapan saja.
Untuk penyakit yang terjadi secara musiman, petugas kesehatan dapat
mengantisipasi kejadian tersebut dan menerapkan tindakan
pengendalian dan pencegahan, seperti kampanye vaksinasi influenza
atau penyemprotan nyamuk. Untuk penyakit yang terjadi secara
sporadis, peneliti dapat melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
penyebab dan cara penyebaran, dan kemudian mengembangkan
tindakan yang tepat sasaran untuk mengendalikan atau mencegah
terjadinya penyakit.
Dalam kedua situasi tersebut, mengetahui pola kejadian penyakit
berdasarkan waktu sangat penting untuk memantau kemunculan
penyakit di masyarakat dan untuk menilai apakah intervensi kesehatan
masyarakat dapat membuat perbedaan.
Data waktu (time) biasanya ditampilkan dengan grafik dua dimensi.
Sumbu vertikal atau sumbu y biasanya menunjukkan jumlah atau laju
kasus; horizontal atau sumbu x menunjukkan periode waktu seperti
tahun, bulan, atau hari (CDC, 2012).
Fig 5 : Contoh data kasus Salmonella dari 13 – 21 Februari di Chicago.

II. Aplikasi Epidemiologi dalam Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakat


Epidemiologi bukan hanya "studi tentang" kesehatan dalam suatu populasi, tetapi juga
melibatkan penerapan pengetahuan yang diperoleh dari studi untuk praktik berbasis
masyarakat. Seperti praktik kedokteran, praktik epidemiologi adalah ilmu sekaligus
seni. Untuk membuat diagnosis yang tepat dan meresepkan pengobatan yang tepat
untuk pasien, dokter menggabungkan pengetahuan medis (ilmiah) dengan
pengalaman, penilaian klinis, dan pemahaman pasien. Demikian pula, ahli
epidemiologi menggunakan metode ilmiah epidemiologi deskriptif dan analitik serta
pengalaman, penilaian epidemiologi, dan pemahaman untuk “mendiagnosis”
kesehatan suatu komunitas dan mengusulkan intervensi kesehatan masyarakat yang
tepat, praktis, dan dapat diterima untuk pengendalian dan pencegahan penyakit di
masyarakat (CDC, 2012).
Dalam praktek penelitian epidemiologi, sedikitnya ada 5 langkah yang harus
dilakukan (Sitorus, 2012) :
1. Menghitung kasus atau kejadian;
2. mendeskripsikan kasus tersebut berdasarkan waktu, tempat, dan orang;
3. mengekstraksi deskripsi menjadi kemungkinan-kemungkinan tentang siapa
saja yang berisiko terjangkit, mengapa, dan bagaimana bisa terjangkit dan
membuat hipotesis yang akan menjelaskan semua aspek-aspek penting dari
epidemi;
4. menampilkan banyak pembagian yaitu menentukan rerata penyakit atau rerata
paparan.

Pengaplikasian dari epidemiologi dalam penanganan masalah kesehatan misalnya


pada penyakit periodontal. Epidemiologi digunakan untuk memperoleh data frekuensi
penyebaran atau distribusi dan determinan penyakit yang berkaitan dengan penyakit
gigi dan mulut masyarakat. Di Amerika Serikat, 47.2% orang dewasa yang berusia 30
tahun ke atas memiliki penyakit periodontal. Parahnya lagi, penyakit periodontal
meningkat seiring usia, 70,1% orang berusia 65 tahun ke atas memiliki penyakit
periodontal (Eke et al., 2012). Berdasarkan persepsi lama tentang penyakit
periodontal, dianggap bahwa prevalensi dan keparahan lebih besar di negara-negara
berpenghasilan rendah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. Salah satu
contoh aplikasi epidemiologi kesehatan gigi dan mulut adalah mengukur status
periodontal yang terjadi pada komunitas di suatu daerah.

Community Periodontal Index (CPI) adalah cara yang berguna untuk meningkatkan
kesadaran pasien dengan kondisi periodontal. Terdapat tujuh kode dan kriteria
indikator menurut WHO untuk mengevaluasi status periodontal (Burt, 2005) :

Kode Kriteria

0 Gingiva yang sehat.

1 Pendarahan diamati, secara langsung atau dengan menggunakan kaca


mulut.

2 Kalkulus terasa selama probing tetapi semua area hitam probe terlihat
(3,5-5,5 mm dari ujung).

3 Saku 4 atau 5 mm (margin gingiva terletak di area hitam probe, yaitu


3,5-5,5 mm dari probe tip).

4 Saku >6 mm (area hitam pada probe tidak terlihat).

X Segmen yang dikecualikan (kurang dari dua gigi yang ada).

9 Tidak direkam.

Salah satu index yang sering digunakan untuk menilai gingival bleeding adalah Index
gingiva menggunakan probe periodontal yang dimasukkan sekitar 2 – 3 mm ke dalam
sulkus gingiva. Sedangkan index yang biasa digunakan untuk mengukur plak dan
kalkulus gigi adalah the Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) dan the Plaque Index
(PI).

Selain itu, pengaplikasian dari epidemiologi dapat digunakan juga dalam penyakit
karies gigi. The International Caries Detection and Assessment System (ICDAS)
dikembangkan untuk memberikan dokter, ahli epidemiologi dan peneliti dengan
sistem berbasis bukti, yang akan memungkinkan deteksi dan diagnosis karies standar
di lingkungan dan situasi yang berbeda. Pengaplikasian epidemiologi kasus karies
didasarkan pada kajian oleh ICDAS bersumber dari Oral Health Epidemiology :
Principles and Practices (Chattopadhyay, 2011)

Langkah awal yang dilakukan ialah mendeteksi penyakit karies untuk menghitung
kasus yang terjadi. ICDAS 2007 telah mengembangkan kriteria untuk diagnosis dan
pengkodean karies gigi bernama Decision Tree untuk karies primer koronal. ICDAS
juga mengembangkan metode pengkodean dua digit untuk mengidentifikasi karies
yang terkait dengan restorasi. Kemudian, langkah selanjutnya adalah deskripsi dan
ekstraksi kasus karies. ICDAS juga membedakan karakteristik lesi karies aktif dan
tidak aktif menggunakan kode.

Setelah itu, terdapat tahap pengukuran masalah karies yang merupakan tahap di mana
karies gigi diukur secara signifikan mempengaruhi penilaian epidemiologis dari
prevalensi penyakit dan kebutuhan perawatan dalam suatu populasi, serta keputusan
praktik dokter gigi.

Pencegahan karies andalan dengan metode klinis ditemukan langkah yang efektif
adalah dengan penggunaan pit and fissure sealant. “Gagasan retensi sangat penting
karena fungsi utama sealant adalah mengubah morfologi pit dan fissure untuk
membentuk penghalang fisik yang efisien antara permukaan email dan lingkungan
mulut selama mungkin” (Muller-Bolla, Lupi Pégurier, Tardieu, Velly, & Antomarchi,
2006). Dari bentuk kajian epidemiologi pada penanganan kasus karies gigi
menghasilkan ekstraksi deskripsi penyakit karies disertai dengan langkah kebijakan
yang sesuai pada metode klinis.
III. Penutup
Epidemiologi adalah ilmu yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
membuat beberapa individu atau kelompok memiliki risiko yang lebih besar daripada
yang lain. Oleh karena itu, dibuatlah konsep-konsep untuk memudahkan manusia
dalam mengidentifikasi faktor risiko. Konsep-konsep epidemiologi meliputi Host,
Agent, Environment (HEA), Teori Keseimbangan, dan Person-Place-Time (PPT).
Ketiga konsep ini membantu untuk menganalisis suatu permasalahan epidemiologi.
Host, agent, dan environment merupakan faktor risiko yang menentukan kemunculan
suatu penyakit di dalam masyarakat. Teori Keseimbangan menggambarkan interaksi
antara ketiganya. Terakhir, epidemiologi deskriptif mencari pola penyakit dengan
memeriksa karakteristik Person-Place-Time (PPT).

Pengaplikasian dari epidemiologi dalam penanganan masalah kesehatan misalnya


pada penyakit periodontal menggunakan Community Periodontal Index (CPI). Selain
itu, pengaplikasian dari epidemiologi dapat digunakan juga dalam penyakit karies gigi
menggunakan Decision Tree.

Referensi :
1. Bonita, Ruth; Robert Beaglehole; Tord Kjellstrom. 2006. Basic Epidemiology. 2nd ed.
Geneva: WHO.
2. Burt, B. and Eklund, S., 2005. Dentistry, Dental Practice, and the Community. St.
Louis, Mo.: Elsevier/Saunders.
3. CDC. 2012. Principles of Epidemiology in Public Health Practice. 3rd ed. US Dept.of
Health and Human Services.
4. Chattopadhyay, Amit. 2011. Oral Health Epidemiology: Principles and Practice.
Massachusetts: Jones and Bartlett.
5. Eke, P., Dye, B., Wei, L., Thornton-Evans, G. and Genco, R., 2012. Prevalence of
Periodontitis in Adults in the United States: 2009 and 2010. Journal of Dental
Research, 91(10), pp.914-920.
6. Gordon, J., 1954. Epidemiology in Modern Perspective. Cambridge: Harvard
University.
7. Sitorus, R., 2012. Applications of Epidemiology in Solving Problems in Public Health
Field. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, 3.

Anda mungkin juga menyukai