OLEH
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang terjadinya penyakit diantarnya adalah :
a) Teori Contagion : teori yang berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta
di Mesir ini menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang
dengan orang lain.
b) Teori Hippocrates : teori ini mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat
pengaruh lingkungan (air,udara,tanah,cuaca,dll). Dalam teori ini tidak
dijelaskan kedudukan manusia dalam interaksi tersebut dan faktor lingkungan
bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
c) Teori Humoral : teori yang berkembang di China ini mengemukakan bahwa
penyakit timbul akibat gangguan dari ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
Tubuh terdiri dari 4 cairan (merah,kuning,putih, dan hitam) bila terjadi
ketidakseimbangan maka akan timbul penyakit. Jenis penyakit tergantung pada
jenis cairan yang dominan.
d) Teori Miasma : teori abad pertengahan yang mengemukakan bahwa penyakit
timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan sehingga
menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya.
e) Teori Epidemic : teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit
berhubungan dengan cuaca dan faktor geografi.
f) Teori Kuman / Jasad Renik : dengan ditemukannya mikroskop oleh Anthony
Van Leuewenhoek pada abad ke 18 muncullah teori yang mengemukakan
bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme.
C. Kausa
Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan
kerentanan sehingga dapat memproses sakit.
B. Segitiga Epidemologi
Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak
beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau diukur.
Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru dapat
diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan. Apabila
tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk diketahui, maka kita perlu
membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak mempunyai penyakit
yang spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit. Umumnya
penyakit-penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history
of disease) yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai
sebagai cara dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease) adalah sebagai
berikut:
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara
host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan environment(lingkungan).
Adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga faktor tersebut di atas,
akan menimbulkan suatu hal yang disebut faktor risiko (risk factor).
a. Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol yang
berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor) penyakit
infeksi saluran nafas (pneumonia).
b. Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan darah
yang tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan mempunyai resiko
mendapat serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu
sebagai berikut.
a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin
c. Gaya hidup seseorang (life style)
d. Keadaan budaya
e. Dan lain-lain
Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan interaksi
antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak adanya
perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun demikian, perubahan-perubahan
ini masih tetap berada di bawah garis yang disebut linical horizon, yaitu garis
perbatasan antara keadaan penyakit yang sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis)
dan terjadiya perubahan secara patologis. Perubahan atherosklerotik pada
pembuluh darah koroner, sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).
Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional. Adanya
perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.
Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan, misalnya
berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya (psychososial).
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu
pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama walaupun
sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan
pada bagian tubuh dan akan memberikan kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut
adalah makin lamanya proses penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada
bagian tubuh tertentu.
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
a. Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi
yang berlaku;
b. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
c. Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat setempat, dan
d. Kebiasaan hidup masyarakat
e. Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan
sosial lainnya.
E. Masa Tunas
F. Riwayat Alamiah
Patogenik
a. Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang
disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang bersangkutan
baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
b. Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi.
c. Intervensi orang yang bersangkutan,
Patogresif
Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa tunas) dan ini
berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri (patogenitas, virulensi,
juml.bakteri, dan lain-lain)
Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala yang mengikuti.
1. Tahap Rentan/peka
Contoh:
3. Tahap Klinis
Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda dan
gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinik penyakit.
4. Tahap Ketidakmampuan/terminal
Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit mungkin sembuh spontan,
sembuh dengan terapi, remisi (kambuh), perubahan beratnya penyakit, kecacatan atau
kematian.
1. Pencegahan Premordial
2. Pencegahan Primer
3. Pencegahan Sekunder
4. Pencegahan Tersier
H. Mekanisme Transmisi
1. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang
atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung
seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang
mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu
orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak
yang kurang dari 1 meter).
Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat
tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu,
produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala
sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa
kepada orang / binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut
sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.
1. Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya
bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya
atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran
pencernaan serangga. Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
2. Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi /
multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-
duanya. (“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga
kepada orang / binatang lain.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu
menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga
pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara
penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit
dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran
pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya
mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara
dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang
kehilangan virulensinya. Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah
masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan
melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)
a. Droplet Nuclei
Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan
yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara
tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan,
di tempat perawatan tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet Nuclei” ini
bertahan cukup lama di udara.
b. Debu
Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora
jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian,
dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.
1.Triad Epidemiologi
a. Agent
Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak
bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian
tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam
tetapi tidak menghasilkan gas. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri,
Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri,
S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti
Indonesia6. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit
ditemukan di negara maju
b. Host
Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara
dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk.Manusia sendiri merupakan
surnber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah
secara oro- faecal.
c. Environment
Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan,
rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah
iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil
saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.
2. Transmisi
Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi
ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada
penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi
beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi
antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.
4. Pencegahan Penyakit
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-
7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika
pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada
pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan
sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi
Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan
jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan
antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin.
Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi
karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis
ringan.
Kesimpulan
Saran
EPIDEMILOGI 1. (n.d.).
Ii, B. A. B. (2008). II.1.2 Tujuan Epidemiologi. (Firma Oktaviana,FKM IU,2008), 1–18.
Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola cidera-Literatur.pdf