Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMILOGI

”KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT”

Dosen Pengampu : Yena Wineini Migang, M,.Ph

OLEH

1. Aeolia febrina p po. 62.24.2.16.170


2. Kasmi po.62.24.2.16.189
3. Poppy indira o po.62.24.2.16.205

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2019
A. Pengertian Konsep Penyebab Penyakit

Sebuah peristiwa, kondisi, karakteristik/kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang


memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit “penyebab itu harus mendahului
akibat”. (Ii, 2008) (EPIDEMILOGI 1, n.d.)

Teori Terjadinya Penyakit

Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang terjadinya penyakit diantarnya adalah :

a) Teori Contagion : teori yang berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta
di Mesir ini menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang
dengan orang lain.
b) Teori Hippocrates : teori ini mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat
pengaruh lingkungan (air,udara,tanah,cuaca,dll). Dalam teori ini tidak
dijelaskan kedudukan manusia dalam interaksi tersebut dan faktor lingkungan
bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
c) Teori Humoral : teori yang berkembang di China ini mengemukakan bahwa
penyakit timbul akibat gangguan dari ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
Tubuh terdiri dari 4 cairan (merah,kuning,putih, dan hitam) bila terjadi
ketidakseimbangan maka akan timbul penyakit. Jenis penyakit tergantung pada
jenis cairan yang dominan.
d) Teori Miasma : teori abad pertengahan yang mengemukakan bahwa penyakit
timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan sehingga
menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya.
e) Teori Epidemic : teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit
berhubungan dengan cuaca dan faktor geografi.
f) Teori Kuman / Jasad Renik : dengan ditemukannya mikroskop oleh Anthony
Van Leuewenhoek pada abad ke 18 muncullah teori yang mengemukakan
bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme.

C. Kausa

a) Kausa Mutlak : suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan penyakit.


b) Kausa Esensial : suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan
terjadinya suatu penyakit.
c) Kausa Sufisien : suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa
penyebab, yang secara bersama-sama saling mempengaruhi untuk terjadinya
penyakit.

D. Model Hubungan Penyebab dengan Penyakit

a) Single Cause / Single Effect Model


Penyakit disebabkan oleh satu penyebab.
b) Multiple Cause / Multiple Effect Model
Penyakit disebabkan oleh beberapa penyebab yang saling berinteraksi satu sama
lain.

A. Konsep Sehat Sakit

Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan
kerentanan sehingga dapat memproses sakit.

a. Keterpaparan dan Kerentanan


Sehat à sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang didahului oleh
keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam kondisi kerentanan
tertentu untuk menjadi sakit.
b. Keterpaparan
Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi dengan unsur
penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang dapat
mendorong proses terjadinya penyakit.
c. Kerentanan
Suatu keadaan dimana host mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi atau
berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya penyakit.

B. Segitiga Epidemologi

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi


gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya

Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent


(penyebab) dan Environment (lingkungan)
Segitiga Epidemiologi

Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan

1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan

- Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan


terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.

- Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin


sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses
pemanasan.

2. Interaksi antara Host dan Lingkungan

- Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada


fase pre-patogenesis.

- Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan


makanan.

3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit

- Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat


merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.

- Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan


kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.

- Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,


ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan

- Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama


saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk
ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan
Water Borne Disease.

C. Proses Terjadinya Penyakit

Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak
beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau diukur.
Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru dapat
diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan. Apabila
tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk diketahui, maka kita perlu
membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak mempunyai penyakit
yang spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit. Umumnya
penyakit-penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history
of disease) yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai
sebagai cara dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.

Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease) adalah sebagai
berikut:

1. Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)

Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara
host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan environment(lingkungan).
Adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga faktor tersebut di atas,
akan menimbulkan suatu hal yang disebut faktor risiko (risk factor).

Sebagai contoh ialah sebagai berikut:

a. Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol yang
berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor) penyakit
infeksi saluran nafas (pneumonia).

b. Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan darah
yang tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan mempunyai resiko
mendapat serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu
sebagai berikut.

a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin
c. Gaya hidup seseorang (life style)
d. Keadaan budaya
e. Dan lain-lain

2. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)

Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan interaksi
antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak adanya
perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun demikian, perubahan-perubahan
ini masih tetap berada di bawah garis yang disebut linical horizon, yaitu garis
perbatasan antara keadaan penyakit yang sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis)
dan terjadiya perubahan secara patologis. Perubahan atherosklerotik pada
pembuluh darah koroner, sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).

3.Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)

Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional. Adanya
perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.

Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan, misalnya
berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya (psychososial).

4. Tingkat kecacatan (stage of disability)

Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu
pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama walaupun
sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan
pada bagian tubuh dan akan memberikan kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut
adalah makin lamanya proses penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada
bagian tubuh tertentu.

Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh dengan


sendirinya.akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa pengobatan,
dapat menimbulkan komplikasi radang otak. Tingkat kecacatan sebenarnya dapat
diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian cacat dalam masyarakat dapat
berarti terbatasnya aktivitas seseorang, misalnya terbatasnya komunikasi seseorang
karena ia tuli.
D. Faktor Lingkungan

Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan


terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan
dalam proses kejadian penyakit.

1. Lingkungan Biologis

Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :

a. Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;


b. Vektor pembawa infeksi
c. Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia,
baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun sebagai
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ;
d. Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang


penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab,
baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber
kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.

2. Lingkungan fisik

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

a) Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan


b) Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air,
dan
c) Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
d) Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri.

3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :

a. Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi
yang berlaku;
b. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
c. Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat setempat, dan
d. Kebiasaan hidup masyarakat
e. Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan
sosial lainnya.

E. Masa Tunas

Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan pathogen yang sifatnya


infeksius. Dengan kata lain seseorang harus diinokulasikan denan penyakit. Hal ini
menyebabkaan kita membayangkan seekor nyamuk anopheles yang menggigit (
inokulai melalui gigitan) korban tidak menyangka dirinya rentan disore hari yang
hagat, yang kemudian menulari orang tersebut dengan penyakit, seperti malaria.
Masa inkubasi/ masa tunas adalah rentang waktu yang berlalu diantara waktu
inokulasi dan waktu penampakan tanda atau gejala pertama penyakit itu. Ada
kasus dengan korban yang terkena gigitan nyamuk, masa inkubasi penyakit malaria
adalah sekitar 15 hari (10-35 hari) , dari saat digigit sampai korban menggigil,
demam, berkeringt, malaise, dan sakit kepala sela kurang lebih 1 hari, yang hilang
mmuncul selama 48 jam . interval diantara ajanan malaria dan penampakan tanda
atau gejala pertama yang dapat terdeteksi dari penyakit itu merupakan masa
inkubasi malaria. Kesulitan yang dihadapi daklam menentukan pajanan terhadap
inokulasi atau pajanan suatu penyakit membuat titik awal masa inkubasi sulit
dipastikan . tanda prodomal yang sama dari penyakit ini membuat titik akhir sulit
dipastikan . disamping itu tanda-tanda gejala penyakit lain serig kali terlihat sama
misal malaria disangka flu b.

F. Riwayat Alamiah

Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami


(tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan
terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.

Patogenik
a. Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang
disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang bersangkutan
baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
b. Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi.
c. Intervensi orang yang bersangkutan,

1. Disengajakan: Kebiasaan merokok, minum alcohol

2. Tidak disengajakan: Termakan atau terminum makananan atau minuman yang


sudah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit.

Patogresif

a. Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan klinis suatu


penyakit.
b. Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan gejala klinis
yang diikuti perkembangannya.

- Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti berikut:

Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa tunas) dan ini
berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri (patogenitas, virulensi,
juml.bakteri, dan lain-lain)

Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala yang mengikuti.

Perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:

1. Tahap Rentan/peka

Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab pertama untuk


pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor penyebab pertama belum menimbulkan
penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi penyakit nantinya. Faktor
penyebab pertama termasuk juga faktor resiko, yaitu faktor yang kehadirannya
meningkatkan probabilitas kejadian penyakit.

Contoh:

- Kebiasaan merokok → Ca Paru

- Kolesterol LDL yang tinggi → Penyakit Jantung Korener


- Gizi yang buruk → TBC

- Radiasi sinar–X → Leukemia

2. Tahap Presimptomatik/Pra gejala

· Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri dengan keadaan


ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari lagi). Disini belum terjadi
manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi tingkat perubahan patologik yang siap untuk
dideteksi tanda dan gejalanya pada tahap berikutnya.

· Contoh: Perubahan aterosklerosisi arteri coronaria sebelum seseorang memperihatkan


tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner.

3. Tahap Klinis

Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda dan
gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinik penyakit.

4. Tahap Ketidakmampuan/terminal

Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit mungkin sembuh spontan,
sembuh dengan terapi, remisi (kambuh), perubahan beratnya penyakit, kecacatan atau
kematian.

G. Konsep Tingkat Pencegahan

Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention


(pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama)
yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary
prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation. Untuk lebih lanjut,
akam diuraikan sebagai berikut:

1. Pencegahan Premordial

Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya perkembangan


pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam hubungannya
dengan diet, dll. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-
negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional.

Tujuan premordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola


hidup sosia-ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit.
Upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular
yan dewasa ini cenderung menunjukkan peningkatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan awal ini diarahkan kepada
mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat
positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko dapat
berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat
sosial atau berhubungan dengan gaya hidup danpola makan. Upaya awal terhadap
tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang posotif yang dapat melindingi masyarakat dari gangguan kondisi
kesehatannya yang sudah baik.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence dengan mengontrol


penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan jarum suntik
disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi, dll. Biasanya merupakan
Population Strategy sehingga secara individual gunanya sangat sedikit :
penggunaan seat-belt, program berhenti merokok, dll.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang


lebih serius lewat diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara
timbulnya penyakit dan waktu didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan
pada penyakit dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga
perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat untuk
mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal : Screening pada kanker
cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin, dll

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penting pada


pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat
disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll.

H. Mekanisme Transmisi

Penularan penyakit infeksi adalah mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan


dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Penularan ini dapat terjadi
melalui tiga cara sebagai berikut :

1. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang
atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung
seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang
mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu
orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak
yang kurang dari 1 meter).

2. Penularan Tidak Langsung

a. Penularan Melalui Alat

Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat
tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu,
produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala
sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa
kepada orang / binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.

Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut
sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.

b. Penularan Melalui Vektor

1. Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya
bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya
atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran
pencernaan serangga. Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
2. Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi /
multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-
duanya. (“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga
kepada orang / binatang lain.

Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit


penyakit bisa ditularkan secara vertikal dari induk serangga kepada anaknya
melalui telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu
Pasasi dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam
tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa.

Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu
menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga
pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara
penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit
dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.

3. Penularan Melalui Udara

Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran
pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya
mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara
dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang
kehilangan virulensinya. Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah
masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.

Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan
melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)

a. Droplet Nuclei

Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan
yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.

“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara
tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan,
di tempat perawatan tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet Nuclei” ini
bertahan cukup lama di udara.

b. Debu

Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora
jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian,
dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.
1.Triad Epidemiologi

a. Agent
Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak
bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian
tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam
tetapi tidak menghasilkan gas. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri,
Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri,
S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti
Indonesia6. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit
ditemukan di negara maju
b. Host
Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara
dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk.Manusia sendiri merupakan
surnber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah
secara oro- faecal.
c. Environment
Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan,
rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah
iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil
saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.

2. Transmisi

Disentri basiler Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau


minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun factor
utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air
besar. Cara Penyebaran Penyakit

3. Riwayat Alamiah Disentri Basiler

1. Masa Inkubasi dan Klinis


Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut,
demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja
eksotoksin dalam usus halus. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala
adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal
terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses
berdarah setelah 3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa
adalah hari, pada kasus yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis
kronis dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.

2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi
ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa.

Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada
penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi
beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi
antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

4. Pencegahan Penyakit

disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun


secara teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.


5. Pengobatan

Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-
7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika
pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada
pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan
sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi
Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan
jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan
antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin.
Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi
karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis
ringan.
Kesimpulan

Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan


oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang
menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya
seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara
lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.

Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga,


jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan
penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan
lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan
memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat
ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan
dan internal.

Saran

Berdasarkan pembahasan diatas kita sudah dapat melihat bahwa penyakit


muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, maka dari itu, agar tubuh kita
tidak terserang penyakit kita harus menerapkan pola hidup sehat serta melakukan
pemeriksaan secara berkala..
DAFTAR PUSTAKA

EPIDEMILOGI 1. (n.d.).
Ii, B. A. B. (2008). II.1.2 Tujuan Epidemiologi. (Firma Oktaviana,FKM IU,2008), 1–18.
Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola cidera-Literatur.pdf

Anda mungkin juga menyukai