Anda di halaman 1dari 19

Epidemiologi Klinik

A. Definisi
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang
mempelajari tentang penduduk (EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS
= ilmu). Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI
adalah:“ Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran)
masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya
(Faktor – factor yang Mempengaruhinya).”1

B. Trias Epidemilologi
Dalam kaitannya dengan penyakit terdapat hubungan karasteristik antara
Karakteristik Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment. Serta terdapat
interaksi antar variabel epidemologi sebagai determinan penyakit. Ketiga faktor
dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain.
Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari
perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang petensial menyebabkan
kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interakksi antara
ketiganya.
1. Karakteristik Penjamu
Pejamu adalah tempat yang dinvasi oleh penyakit. Penjamu dapat berupa
manusia, hewan atapun tumbuhan. Manusia mempunyai karakteristik tersendiri
dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme
pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis,
dapat secara alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal
terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis
penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup,
mendapat imunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena
campak sekali maka akan kebal seumur hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan
penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang
berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

2. Karakteristik Agen
Agen adalah penyebab penyakit yang dapat terdiri dari berbagai jenis
yaitu agen biologis (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa); Agen
nutrien (Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air); Agen fisik:
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan; Agen kimia (Dapat bersifat
endogenous seperti sidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia, dan eksogenous
(zat kimia, alergen, gas,
debu, dll.); dan agen mekanis (Gesekan, benturan, pukulan yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan). Adapun karakteristik dari agen berupa :
1. Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri
terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan
berkembangbiak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya
diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisma untuk mamppu
menimbulakan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum
(minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang
dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara
berbagai spesies mikroba dan antara individu.
2. Patogenensis: kesanggupan organisma untuk menimbulakan suatu reaksi
klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu
yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan
jumlah orang yang terinfeksi.hampir semua orang yang terinfeksi dengan
virus smaalpox menderita penyakit (high pathogenenicity), swedangkan
orang yang terinfeksi polivirus tidak semua jatuh sakit (low
pathogenenicity).
3. Virulensi: kesanggupan organisma tertentu untuk menghasilakan reaksi
patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian.
Virulensi kuman menunjukkan beratnya (suverity) penyakit.
4. Toksisitas: kesanggupan organisma untuk memproduksi reaksi kimia
yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak
jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat
toksis.
5. Invasitas: kemampuan organisma untuk melakukan penetrasi dan
menyebar setelah memasuki jaringan.
6. Antigenisitas: kesanggupan organisma untuk merangsang reaksi
imunologis dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai
antigenesitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang aliran darah
(virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya
menyerang permukaan membran (gonococcuc).
Dalam menyebabkan penyakit agen harus memiliki kemampuan dari karakteristik
diatas. Akan tetapi masing-masing agen terkadang memiliki karakteristik yang
terendah atau terkuat dari jenis-jenis karakteristik.1
3. Karakteristik Lingkungan
1. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia
yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.

Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan

Faktor agent adalah penyebab penyakit berupa biologis, fisik, kimia.


Faktor host adalah karakteristik personal, perilaku, presdisposisi genetik dan
immmunologic. Faktor lingkungan adalah keadaan eksternal (selain agent) yang
mempengaruhi proses penyakit baik berupa fisik, biologis atau sosial. Keseimbangan

dari segitiga epidemiologi diatas akan mempengaruhi status kesehatan. Berlaku untuk
penyakit menular maupun tidak menular.

Segitiga Epidemiologi

Interaksi Segitiga Epidemiologi

a. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan


Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan
terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya: Viabilitas bakteri
terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin, penguapan
bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
b. Interaksi antara Host dan Lingkungan

Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada


fase pre-patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan
menyediakan makanan.

c. Interaksi antara Host dan Agen penyakit


Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat
merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme pertahanan tubuh lainnya.

C. Pendekatan Epidemiologi Klinik

Hal – hal yang dipelajari dalam epidemiologi klinik mencakup antara lain :
1. Definisi-definisi tentang Normalitas dan Abnormalitas
2. Akurasi Uji-Uji Diagnostik
3. Riwayat Penyakit dan Prognosis penyakit
4. Efektifitas pengobatan
5. Tindakan Pencegahan dalam praktek kedoteran klinis
Keabsahan dari disiplin ilmu kedoteran klinik adalah bahwa pembuatan keputusan
klinik itu seyogyanya selalu didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan memerlukan
penelitian yang relevan dengan menggunakan dasar-dasar epidemiologi yang kuat.
1. Normalitas dan Abnormalitas
Setiap Konsultasi dalam praktek kedokteran klinik bertujuan untuk
menentukan apakah benar bahwa gejala-gejala dan tanda serta hasil uji diagnostic
yang dialami oleh para penderita itu normal atau tidak. Hal ini perlu
dipertimbangkan dan dilakukan sebelum melakukan tindakan tindakan lebih lanjut
seperti Investigasi, pengobatan dan observasi. Beberapa Kriteria yang dapat
digunakan untuk membantu para klinisi dalam menentukan batas normal dan
abnormalitas adalah :Normal adalah suatu keadaan yang pada umumnya terjadi
(normal adalah umum) Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu atau
kedaan yang biasanya terjadi dan sering terjadi sedangkan Abnormal adalah hal-hal
yang tidak lazim dan tidak sering terjadi. Kelemahan akan hal ini adalah tidak
adanya dasar biologis untuk dignakan sebagai petunjuk baku ke arah abnormalitas.
 Abnormalitas berassosiasi dengan penyakit
Kriteria ini didasakan pada distribusi dari pengamatan-pengamatan yang
dilakukan terhadap orang-orang sehat maupun orang yang sakit.Dalam hal ini erat
kaitannya dengan Sensitivitas dan Spesifitas. Dimana Sensitivitas merupakan proporsi
dari orang yang benar-benar sakit, yang kemudian dikategorikan sebagai keadaan
Abnormal berdasarkan uji atau tes. Sedangkan Spesifitas merupakan proporsi dari
orang yang benar-benar sehat atau normal.
 Abnormal sebagai keadaan yang dapat diobati
Dengan semakin meningkatnya teknologi kedokteran, semakin memberikan
peluang untuk dapat meneliti berbagai masalah kesehatan atau penyakit yang pada
akhirnya bertujuan untuk dapat menemukan obat yang mutakhir, sehingga hamper
semua penyakit dapat diobati.

2. Uji Diagnostik
Tujuan dari melakukan uji diagnostik adalah Untuk membantu memastikan diagnosis
yang paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya diagnosis itu
merupakan sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji diagnostic
seharusnya dilakukan dengan prosedur ilmiah seperti layaknya sebuah penelitian.
Namun hal ini tidak akan mungkin dapat dilakukan pada kasus yang memang
membutuhkan tindakan klinis segera. Berikut digambarkan hubungan antara sebuah
hasil uji diagnostic dengan keberadaan penyakit :
 True Positif (a) : Menunjukkan pada banyaknya kasus yang benar-benar
menderita penyakit dengan hasil test yang positif
 True Negatif (d) : menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit
dengan hasil test yang negatif
 False Positif (b/b+d) : Menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya
tidak sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif
 False Negatif (c/a+c) : Menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenernya
menderita penyakit tetapi hasil tes negatif
 Sensitivitas (a/a+c) : Probabilitas hasil uji positif pada orang-orang yang
menderita penyakit
 Spesifitas : (d/b+d) : Probabilitas hasil uji negative pada orang-orang yang
tidak menderita penyakit
PENYAKIT Jumlah
Ada Tidak ada
(a) (b)
HASIL UJI Positif Positf Positif Palsu a+b
DIAGNOSTIK Sebenarnya (False Positif)
(True Positif)
(c) (d)
Negative Negatif Palsu Negatif c+d
(False negative) Sebenarnya
(True Negatif)
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

3. Riwayat Penyakit
Istilah riwayat penyakit itu menunjuk kepada tahap sebuah penyakit, yang
meliputi :
 Mulai timbulnya patologi penyakit,
 Tahap presimtomatis dari timbulnya perubahan – perubahan patologis
dengan munculnya gejala
 Tahap sebuah Penyakit ; yang secara klinik nyata dan mungkin dapat
mengalami perkembangan yang buruk bahkan menyebabkan kematian
Perjalanan penyakit yang terjadi pada manusia dapat digolongkan menjadi 5
tahap yaitu ;
1. Tahap pre-patogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar
manusia dan belum masuk kedalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan
adanya tandatanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat
menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh penjamu, tetapi
gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiaptiap penyakit mempunyai masa
inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperi influensa, penyakit kolera masa
inkubasinya hanya 1-2 hari saja, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya
kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
3. Tahap penyakit dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejalagejala penyakit, pada
tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih dalam yang ringan. Dan penjamu
masih dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Apabila pada tahap ini penyakit
segera diobati mungkin penyakit akan dapat segera teratasi sehinga sembuh, tetapi
apabila dibirkan dan tidak segera teratasi sehingga sembuh, tetapi apabila
dibiarkan dan tidak segera diobatii maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Keadaan ini sangat tergantung kepada dayan tahan tubuh manusia itu sendiri, gizi,
istirahat dan perwatan yang baik (self care)
4. Tahap penyakit lanjut
Apabila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak Epidemiologi dan
Demografi 31 diobati, atau pengobatannya tidak teratur dan tidak memperhatikan
anjuran-anjuran yang ddiberikan pada tahap penyakit dini, maka penyakit masuk
ke dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penjamuu kelihatan sangat tak
berdaya dan tidak sanggup lagi menjalankan aktifitas sehari-hari. Pada tahap ini
penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif

5. Tahap akhir penyakit


Tahap akhir suatu penyakit di bagi dalam 5 keadaan, sebagai berikut:
a. Sembuh sempurna : artinya bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi
seperti keadaan semula dengan kata lain penjamu bebas dari penyakit.
b. Sembuh tetapi cacat : penyakit penjamu berakhir dan bebas darii penyakit, tetapi
ke sembuh penjamu tidak sempurna, karena terjadi cacat. Cacat pada penjamu
dapat berupa cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial dan sangat tergantung
dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier ; Pada karier perjalanan penyakit seolah-olah terhenti karenna gejala-
gejala penyakit tidak nampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat
bibit-bibit penyakit yang pada satu saat apabila daya tahan tubuh penjamu
menurun akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini tidak hanya membahayakan
penjamu sendiri, tetapi dapat berbahaya terhadap orang lain atau masyarakat,
karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada keadaan ini perjalanan penyakit nampak berhenti, tetapi gejala-
gejala penyakit tidak berubah, dengan kata lain tidak bertambah berat ataupun
bertambah ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal: apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tidak dapat diobati
lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia.
Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
4. Prognosis
Merupakan prediksi tentang kelangsungan sebuah penyakit yang mencerminkan
sebagai probabilitas akan perkembangannya pada masa/tahap selanjutnya. Prediksi
itu didasarkan kepada kelompok penderita tertentu dan hasilnya mungkin berbeda
untuk penderita tersebut secara individual. Pengetahuan tentang kecenderungan
prognosis ini sangat membantu untuk menentukan pengobatan yang tepat. Dalam
hal ini, informasi epidemiologis sangat diperlukan untuk melakukan prediksi tentang
prognosis dan akibat penyakit. Hal ini disebabkan pengalaman klinis yang hanya
mengandalkan pada sejumlah penderita yang terbatas saja dan follow-up yang tidak
adekuat, tidak cukup memadai untuk melakukan prediksi tentang prognosis
penyakit. Prognosis dalam pengertian mortalitas diukur sebagai tingkat fatalitas kasus
(Case Fatality Rate) atau probabilitas kelangsungan hidup. Sedangkan metode yang
digunakan untuk mengukur prognosis adalah analisis survival (Survival Analysis).
Angka tunggal prognosis yaitu
a) Angka harapan hidup yaitu presentase seseorang yang dapat bertahan hidup dari
awal pengamatan sampai waktu yang telah ditetapkan dengan penyakit yang
dideritanya.
b) Kasus fatal merupakan presentasi penderita yang meninggal akibat dari penyakit
tersebut
c) Respon adalah presentasi penderita yang menunjukkan tanda – tanda perbaikan
setelah mendapatkan intervensi
d) Remisi merupakan presentasi penderita yang penyakitnya tidak mampu dideteksi
sampai fase tertentu
e) Kambuh merupakan presentasi penderita yang mengalami kembali sakit setelah
dinyatakan bebas dari penyakitnya.

5. Efektifitas Pengobatan
Beberapa pengobatan benar-benar menunjukkan kelebihan, sehingga tidak
membutuhkan penilaian secara formal. Tetapi hal ini jarang terjadi dalam dunia
kedokteran klinis. Biasanya efek yang timbul dari pengobatan dan perlakuan yang
diberikan atau intervensi membutuhkan penelitian untuk memastikan kegunaannya.
Dalam penelitian tentang efikasi atau kemanjuran, maka sangat menguntungkan bila
enggunakan para penderita yang mempunyai kecenderungan untuk patuh dan taat.
Kepatuhan dan ketaatan adalah : Suatu kedaan sejauh mana penderita itu menjalankan
nasehat medis secara baik. Metode yang paling sesuai untuk mengetahui Efikasi dan
Efektifitas adalah Uji coba klinik acak terkendali (Randomized Controlled Trial).

6. Pencegahan di dalam praktek klinik


Pengetahuan dibidang epidemiologi mendorong dilakukannya praktek
pencegahan di dalam konteks praktek klinik sehari – hari. Hampir semua pencegahan
itu dilakukan dalam tahap sekunder dan tersier, tetapi pencegahan di tingkat primer
juga dapat diterapkan dalam praktek sehari – hari. Misalnya : Imunisasi, Screening
pada anak - anak, penimbangan berat badan pada anak – anak, penggunaan Kartu
Menuju Sehat (KMS), perawatan antenatal.

Tingkat pencegahan dalam Epidemiologi yang disesuaikan denga fase – fase


yang berbeda – beda dari perkembangan penyakit dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Pencegahan Primer
• Promosi Kesehatan Masyarakat
• Pencegahan Khusus
2. Pencegahan Skunder
• Diagnosis Dini : Screening.
• Pengobatan : Kemotherapi / Pembedahan.

3. Pencegahan Tersier
• Rehabilitasi
Semua tingkat pencegahan tersebut diatas adalah penting dan saling melengkapi, meskipun
tindakan pencegahan primer itu mempunyai kontribusi terbesar bagi kesehatan dari
populasi secara keseluruhan.
Tingkat pencegahan Fase Pencegahan Sasaran

Primer Factor – factor penyebab Populasi Total, Kelompok -


yang Spesifik. kelompok yang terseleksi &
Individu – individu yg Sehat.
Sekunder Penyakit dalam Tahap Dini Penderita

Tersier Penyakit dalam tahap Penderita


Akhir
(Pengobatan ; Rehabilitasi).

Ringkasan Pencegahan Penyakit


Biasanya waktu
untuk diagnosis
Perubahan Onset of
Exposure patologis symptom

Tahap kerentanan Tahap sub Tahap klinis Tahap sembuh,


(Stage of klinis cacat atau
susceptibility) meninggal

Pencegahan
primer : bertujuan Pencegahan sekunder : Pencegahan tersier : bertujuan
menurunkan kasus bertujuan menurunkan menurunkan komplikasi dan
baru durasi dan keparahan kecacatan
penyakit

Tingkat Pencegahan
Daftar Pustaka

1. Bhisma,Murti.2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah


Mada University Press.
2. Bustan,MN.2002. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
3. Eko, Budiarto.2003. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
4. Noor, Nasri Noor.2000. Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
5. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Kementrian Kesehatan Indonesia. 2021
6. Mafticha, Elyana. Hubungan Urutan Kelahiran dan Kematian Neonatal di Indonesia
(Analsisi Data Survei Demografi dan Kesehatan Indosnesia Tahun 2012). Prosiding.
2020
MKK TUMBUH KEMBANG DAN PEDIATRI SOSIAL
EPIDEMIOLOGI KLINIK

DISUSUN OLEH:
dr. Riski Nofani
PEMBIMBING:
Dr.dr. Eva Chundrayetti, Sp.A (K)

PROGRAM STUDI KESEHATAN ANAK PROGRAM SPESIALIS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2023

Anda mungkin juga menyukai