Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit tidak pernah dating tanpa sebab. Penyakit bukanlah nasib dan

bukan merupakan keseluruhan yang berada dalam tubuh kita dan

mengendalikan kita. Kebanyakan dari penyakit-penyakit disebabkan oleh

kesalahan sederhana terhadap hukum-hukum dari sebab dan akibat. Terjadinya

penyakit terutama adalah akibat dari pelanggaran terhadap hukum-hukum

kesehatan yaitu hukum-hukum aktivitas dan istirahat,hukum-hukum nutrisi,

dan hukum-hukum pikiran dan jiwa.

Kemiskinan dan kurangnya makanan menurunkan daya tahan tubuh

masyarakat, dan terbatasnya pengertian akan hal medis, sehingga perawatan-

perawatan sangat kurang efektif. Semua dari faktor-faktor ini menghasilkan

akibat dari penyakit-penyakit infeksi dan kematian dini, sebagaimana yang

masih sering terjadi di Negara-negara berkembang. Sekarang gambarannya

berbeda di Negara-negara berkembang, tetapi tidak selalu menjadi lebih baik.

Diet dan gaya hidup ala Barat menjadi semakin dan semakin populer bagi

setiap orang yang membayar. Pekerjaan kantor yang dilakukan sambil duduk

dan memiliki kenderaan-kenderaan menjadi tuntutan, para penjual makanan

siap saji gaya Barat yang menjual makanan-makanan dengan kadar lemak

tinggi semakin menjamur, penggunaan tembakau dan alkohol juga meningkat,

dan dengan adanya perubahan-perubahan semacam ini, demikianlah terjadi

penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi, juga penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh gaya hidup yang semakin buruk.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Penyebab Penyakit ?

2. Bagaimana Konsep Terjadinya Penyakit ?

3. Bagaimana Cara Pencegahan Penyakit ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyebab Penyakit

2. Untuk Mengetahui Konsep Terjadinya Penyakit

3. Untuk Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyebab Penyakit

Sebuah peristiwa, kondisi, karakteristik/kombinasi dari faktor-faktor

tersebut yang memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit “penyebab

itu harus mendahului akibat”. ( Budiarto dan Anggraini, 2011 )

Konsep dasar dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi

berkembang dari rantai sebab akibat menuju suatu proses kejadian penyakit

yaitu proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya

(biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan antropologis), dan dengan

penyebab (agent) serta lingkungan (Enviroment). ( Budiarto dan Anggraini,

2011 ).

Menurut John Gordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan

interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent) dan

lingkungan (Enviromet). ( Budiarto dan Anggraini, 2011 ).

Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antar ketiga

komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle

epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab

penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan

dengan jelas dari lingkungan. ( Budiarto dan Anggraini, 2011 ).

B. Konsep Terjadinya Penyakit

1. Segitiga Epidemiologi

Epidemiologic Triangle atau segitiga epidemiologi dikemukakan

oleh Gordon dan La Richt (1950). Model ini menyebutkan bahwa timbul

3
atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama,

yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa Penyakit

timbul karena ketidakseimbangan antara agent ( penyebab ) dan manusia

(host), Keadaan keseimbangan tergantung pada sifat alami

dan karakteristik agent dan host ( baik individu / kelompok ).

Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam

interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari

lingkungan. (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).

a. Konsep Interaksi Host, Agent, dan Environment

Dalam konsep penyakit, terdapat tiga unsur yang mempengaruhi

terjadinya suatu penyakit. Unsur tersebut adalah host (unsur pejamu),

agent (unsur penyebab) dan environment (unsur lingkungan). Ketiga

unsur tersebut saling beketerkaitan satu sama lain dalam konsep

terjadinya suatu penyakit.

Keterkaitan tersebut menjadi sebuah interaksi ke suatu proses

kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu)

dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis,

dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan

(environment).

4
Gambar diatas merupakan gambar keseimbangan segitiga

epidemiologi. Apabila timbangan ini seimbang maka tidak akan

timbul suatu penyakit. Namun sebaliknya, apabila segitiga ini tidak

seimbang maka akan timbul penyakit.

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut

harus dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan

keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya

penyakit. Menurut gambar di bawah ini, suatu penyakit tidak

tergantung kepada suatu sebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan

sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Dengan

demikian, timbulnya suatu penyakit dapat dicegah atau dihentikan

dengan memotong mata rantai di berbagai faktor.

Hubungan antara penjamu, agent, dan lingkungan menimbulkan

penyakit kompleks, karena ketiga faktor ini saling mempengaruhi

penjamu, agent dan lingkungan saling berlomba untuk menarik

keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara ketiganya diibaratkan

sebagai timbangan. Dimana bibit penyakit dan penjamu berada di

masing-masing ujung tuas, sedangkan lingkungan sebagai

penumpunya.

Seseorang berada dalam keadaan sehat apabila tuas penjamu

berada dalam keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit,

sebaliknya bila bibit penyakit berhasil menarik keuntungan dari

lingkungan maka orang itu akan berada dalam keadaan sakit.

5
Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan proses interaksi

tersebut dapat dipertahankan, baik melalui intervensi alamiah terhadap

salah satu dari ketiga unsur diatas, maupun melalui usaha tertentu

manusia dalam bidang pencegahan maupun dalam bidang peningkatan

derajat kesehatan.

Terdapat beberapa interaksi dari ketiga unsur diatas yang dapat

menimbulkan suatu penyakit, diantaranya adalah :

1. Interaksi agent-lingkungan

Adalah keadaan dimana agent dipengaruhi secara langsung

oleh lingkungan (tanpa menghiraukan karakteristik dari host),

biasanya pada periode prepatogenesa yang seringkali dilanjutkan

sampai tahap patogenesa. Keadaan tersebut misalnya: ketahanan

dari suatu bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin di

dalam lemari pendingin, dll.

2. Interaksi host-lingkungan

Adalah keadaan dimana host dipengaruhi secara langsung

oleh lingkungan (tanpa menghiraukan factor agent),biasanya juga

pada tahap prepatogenesa dan patogenesa. Keadaan tersebut

misalnya: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas

kesehatan, dll.

3. Interaksi host-agent

Adalah keadaan dimana suatu agent telah berada dalam diri

host, bermukim dengan baik, berkembang-biak dan mungkin telah

menstimuli respons dari host dengan timbulnya tanda-tanda dan

6
gejala-gejala klinis seperti demam, perubahan jaringan, produksi

zat-zat kekebalan atau mekanisme pertahanan lainnya. Interaksi ini

dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan sementara,

kematian, atau hilangnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis

tanpa eliminasi dari agent (menjadi carier).

4. Interaksi agent-host-lingkungan

Adalah keadaan dimana agent, host dan lingkungan saling

mempengaruhi satu dengan lainnya dan menginisiasi timbulnya

suatu proses penyakit, terjadi pada tahap prepatogenesa maupun

patogenesa. Misalnya pada kontaminasi feses dari penderita tifus

pada sumber air minum.

Untuk memberikan gambaran secara grafik mengenai

hubungan antara agent-host-lingkungan, seperti telah disebutkan

di atas, John Gordon menggambarkannya dengan timbangan

keseimbangan. Selain itu dia juga mengemukakan bahwa penyakit

menular mengikuti konsep “biologic laws” yaitu sebagai berikut:

a. Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi

ketidakseimbangan antara agent penyakit tersebut dengan

manusia (host).

b. Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung dari sifat

alami dan karakteristik dari agent dan pejamu (secara

individual maupun kelompok).

c. Bahwa karakteristik dari agent dan pejamu, berikut

interaksinya, secara langsung berhubungan dengan dan

7
tergantung pada keadaan alami dari lingkungan social, fisik,

ekonomi dan juga lingkungan biologis.

2. Jaring – jaring sebab akibat

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu

sebab yang berdiri sendiri, melainkan merupakan serangkaian proses

sebab dan akibat. Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan

mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertamba atau

berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Dengan demikian, timbulnya

penyakit dapat dicegah atau diatasi dengan memotong rantai pada berbagai

titik.

Misalnya, berdasarkan metode itu, dalam usaha memerangi

masalah gizi, kita harus melakukan intervensi berdasarkan penyebab

utama dari masalah gizi (root causes of malnutrition). Contohnya di negara

berkembang umumnya Filipina dan Indonesia masalah gizi disebabkan

oleh faktor sosial ekonomi yang rendah, di samping faktorlain. Konsep

jaring-jaring sebab akibat. Model ini banyak jaga dikembangkan oleh ahli

gizi. Dalam Widya Karya Nasional Parian dan Gizi (1979), digambarkan

beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi serta kaitan

satu faktor dengan faktor yang lain.

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit

a. Pencemaran makanan

1.) Sisa-sisa pestisida dan pupuk pada buah-buahan, sayur-sayuran-

sayuran makanan lainnya

8
2.) Bahan tambahan. zat pewarna. dan penyedap rasa pada makanan

dibekukan;

3.) Zat penawar racun. hormon, dsb., pada makanan hewan;

4.) Kerusakan bahan gizi selama proses memasak.

b. Pencemaran lingkungan dan udara

1.) Gas limbah industri;

2.) Pencemaran rumah tempat tinggal sebagai akibat dan berbagai

interior;

c. Pencemaran sumber air

1.) Air limbah industri

2.) Penimbunan mikro organisme dalam air: Pupuk. pestisida, sampah

putih

3.) Pencemaran pada proses pemanasan air ledeng : Air minum yang

tidak diproses menurut aturan.

d. Pencemaran yang disebabkan oleh fasilitas modern

Televisi, radio. kabel tegangan tinggi, microwave. komputer,

pemantul cahaya yang kuat, dan radiasi frekuensi rendah, semua

berpengaruh.

e. Polusi suara

Suara yang ditimbulkan oleh mobil, mesin, sepeda motor. suara

orang seseorang menjadi cepat marah dan sukar untuk berkonsentrasi.

9
f. Standar Kesehatan

Kesehatan memerlukan diet yang seimbang. tidur yang cukup,

latihan memiliki jiwa yang sehat. Orang sehat memiliki sifat-sifat

sebagai berikut :

1.) Berbadan yang kuat, memiliki kemampuan untuk dengan mudah

menangani tekanan dan kehidupan sehari-hari tanpa mengalami

stress, dan mampu untuk melakukan segala sesuatu yang

dibutuhkan.

2.) Memiliki rasa optimis dengan sikap yang positif, kebersediaan

untuk bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan,

bersikap ketat terhadap din sendiri namun lembut terhadap orang

lain.

3.) Kemampuan untuk menangani berbagai keadaan yang bersifat

darurat dan mampu untuk beradaptasi terhadap adanya perubahan.

4.) Kemampuan untuk bertahan terhadap cuaca dingin yang normal

dan penyakit menular.

5.) Memiliki berat badan yang normal dan bentuk tubuh yang

sebanding terhadap semua bagian dan tubuh ketika berada pada

posisi berdiri yang layak.

6.) Mata bersinar, cekatan dalam bertindak, dan tanpa adanya iritasi

7.) Memiliki rambut yang bercahaya dengan sedikit atau tanpa adanya

ketombe.

8.) Memiliki gigi yang bersih tanpa adanya gigi berlubang atau yang

terasa sakit, dan dengan gusi yang sehat.

10
9.) Kondisi otot dan kulit yang elastis. bila berjalan dengan langkah

yang gesit.

10.) Memiliki kemampuan untuk beristirahat dan tidur dengan baik.

3. Model Roda

Model ini digambarakan dengan lingkaran yang didalamnya terdapat

lingkaran yang lebih kecil. Lingkaran yang besar sebagai faktor

eksternaldan lingkaran yang kecil sebagai faktor internalnya. Faktor

internalnya (host) menyatakan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh

adanya interaksi antara genetic dengan lingkungannya. Faktor internal ini

juga berkaitan dengan kepribadian individu dimana kepribadian tertentu

akan meningkatkan resiko penyakit tertentu. Faktor eksternal pada model ini

adalah lingkungan, yang juga dibedakan menjadi lingkungan biologi (agen,

reservoir, vector, binatang atau tumbuhan), fisik (curah hujan, kelembaban,

atmosfer, bahan kimia, panas, cahaya, udara, suhu) dan social (politik,

budaya, ekonomi dan psikologi). Model ini biasanya digunakan untuk

menggambarkan enyakit yang penyebabnya tidak spesifik, seperti penyakit

jantung, stroke, hipertensi, kanker. Dimana menekankan faktor lingkungan

sebagai penyebab terjadinya penyakit.

C. Pencegahan Penyakit

1. Pengertian Pencegahan Penyakit

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan

terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah – langkah

pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang

11
bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan atau

penelitian epidemiologi. (Nur Nasry, 2008)

Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan

individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.

Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang

artinya datang sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi

sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sbegai

upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan,

kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirdjo

dan Latipun, 2005 : 145).

Upaya pencegahan penyakit telah dilakukan sejak zaman

prasejarah. Misalnya, di Negara Cina pada sekitar 2000 tahun SM telah

dilakukan pencegahan terhadap penyakit variola hingga pada saat itu

timbul ungkapan “seorang dokter yang baik bukan menyembuhkan orang

sakit, tetapi menyembuhkan orang sehat“.

Upaya pencegahan penyakit mencapai puncaknya pada abad ke-18

karena pada saat itu mulai ditemukan berbagai vaksin, misalnya :

a. Vaksin variola

b. Vaksin rabies

c. Vaksin polio

Pencegahan penyakit ini berkembang terus dan pencegahan tidak

hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit

non-infeksi, seperti James Lind yang menganjurkan makanan sayur dan

buah segar untuk mencegah penyakitscorbut. Bahkan, pada saat ini

12
pencegahan dilakukan pada fenomena nonpenyakit, seperti pencegahan

terhadap ledakan penduduk dengan keluarga berencana. (Eko Budiarto,

2002).

Pencegahan yang efektif dan praktek control merupakan fitur penting

dari perlindungan masyarakat, dengan demikian dapat meningkatkan

keselamatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. (Loveday, 2014)

2. Tingkat Pencegahan Penyakit

Salah satu teori Public Health yang berkaitan dengan pencegahan

timbulnya penyakit dikenal dengan istilah 5 level of prevention agains

deseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive medicine for the

Doctor in this Communitymengemukakan adanya tiga tingkatan dalam

proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan

utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Fase sebelum sakit

b. Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut

pencegahan primer (primary prevention).

c. lama proses sakit

d. Fase pathogenesis, terbagi dalam dua tingkatan pencegahan yang

disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan

tersier (tertiary prevention). (Slamet Ryadi, 2014)

Menurut Nur Nasry, pada dasarnya ada empat tingkatan

pencegahan penyakit secara umum, yakni : pencegahan tingkat dasar

(primordial prevention), pencegahan tingkat pertama (primary

prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,

13
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi

diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat

ketiga (tertiary prevention) yang melputi pencegahan terhadap

terjadinya cacat dan terakhir adalah rehabilitasi. Keempat tingkat

pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam

pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih. (Nur

Nasry, 2008)

Menurut Bustan, upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan

sesuai dengan perkembangan pathologis penyakit itu dari waktu ke

waku, sehingga upaya pencegahan itu dibagi atas berbagai tingkat

sesuai dengan perjalanan penyakit. Dikenal ada empat tingkat utama

pencegahan penyakit, yaitu :

1.) Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

2.) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

3.) Pencegahan Tingkat (Secondary Prevention)

4.) Pencegahan Tingkat (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan

keadaan penyakit yang masih dalam tahap pre-pathogenesis,

sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam

keadaan patogenesis atau penyakit sudah tampak.

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha

mengatasi atau mengontrol faktor – faktor risiko (risk factors)

14
dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan

derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha

pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Pencegahan

tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara

pejamu (host), penyebab (agent/pemapar), lingkungan, dan proses

kejadian penyakit. Usaha pencegahan tingkat pertama secara garis

besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan

dan usaha pencegahan khusus. (Nur Nasry, 2008).

Upaya pencegahan tingkat pertama level promosi kesehatan

pada penyakit demam berdarah yaitu promosi kesehatan

dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya

makan-makan bergizi seimbang , berperilaku sehat, meningkatkan

kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya

menghilangkan tempat berkembangbiakan penyakit, mengurangi

dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat

berkembangbiaknya vector penyakit misalnya genangan air yang

menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes, atau

misalnya terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan

memberikan antibiotika untuk membunuh kuman. (Rivai, 2009).

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit

atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui

diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.

Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk

15
mencegah meluasnya penyakit atau terjadinya wabah pada

penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih

lanjut, serta mencegah komplikasi. Dengan pengertian lain

pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau

memperlambat progresifitas penyakit, mencegah komplikasi, dan

membatasi kemungkinan kecacatan. (Nur Nasry, 2008).

c. Pencegahan Tingkat Ketiga

Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan

sehingga tidak menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi

dari mereka yang punya cacat atau kelainan akibat penyakit. Pada

keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat irreversible, tidak

bisa diperbaiki lagi. (Bustan, 2009).

Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih

lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita

kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain

serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena

penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.

Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik,

psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi

rehabilitasi fisik atau medis (seperti pemasangan protese),

rehabilitasi mental, dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap

individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan

berdaya guna. (Nur Nasry, 2008).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang

disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya

mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan

memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan

dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.

Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga,

jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan

penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent

dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan

memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat

ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi

lingkungan dan internal.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan diatas kita sudah dapat melihat bahwa penyakit

muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, maka dari itu, agar tubuh kita

tidak terserang penyakit kita harus menerapkan pola hidup sehat serta

melakukan pemeriksaan secara berkala..

17
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2009. “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular”. Jakarta : PT. Rineka


Cipta

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2011. “Pengantar Epidemiologi”. Ed. 2.


Jakarta : EGC.

Chandra, Budiman. 2009. “Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas”. Jakarta


: EGC.

Hardjodisastro, Daldiyono. 2010. “Menuju Seni Ilmu Kedokteran Bagaimana


Dokter Berpikir dan Bekerja”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiarto, Eko & Anggraeni, Dewi. 2013. “Pengantar Epidemiologi”. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC

Noor, Nur Nasry. 2009. “Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular”. Jakarta:


Rineka Cipta

Noor, Nur Nasry. 2008. “Epidemiologi”. Jakarta: Rineka Cipta

Ryadi, A.L. Slamet & Wijayanti, T. 2014. “Dasar-Dasar Epidemiologi Edisi ke


2”. Jakarta: Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai