Anda di halaman 1dari 13

Strategies for Implementing

the New International Health Regulations in


Indonesia
Core Capacities : National Level
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hukum Kesehatan Internasional

Oleh:
Harun Arrasyid
Resa Wilianti
Rizki Anggriawan Pratama
Arief Rahman

MAGISTER HUKUM KESEHATAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

OVERVIEW
International Health Regulations (IHR) adalah suatu instrumen
internasional yang secara resmi mengikat untuk diberlakukan oleh
seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO
tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO.
Tujuan dan ruang lingkup adalah untuk mencegah, melindungi, dan
mengendalikan

terjadinya

penyebaran

internasional, serta melaksanakan


dengan

risiko

kesehatan

penyakit

secara

public health response sesuai

masyarakat,

dan

menghindarkan

hambatan yang tidak perlu terhadap perjalanan dan perdagangan


internasional.
IHR (2005) merupakan peraturan yang secara resmi mengikat
seluruh negara anggota WHO (kecuali negara yang menolak atau
memberikan pernyataan keberatan dalam waktu 18 bulan sejak
pemberitaan persetujuan IHR (2005) pada WHA). Namun, jika
penolakan itu sesuai dengan tujuan IHR (2005) dan dapat diterima
oleh sepertiga dari negara anggota dalam waktu 6 (enam) bulan
dari masa penolakan, peraturan ini dapat diberlakukan pada negara
tersebut.

Bagi

negara

bukan

anggota

WHO,

dapat

menginformasikan kepada Dirjen WHO bahwa negara tersebut


setuju untuk ikut serta melaksanakan dan mengikuti IHR (2005) ini.1
Setelah

pemberlakuan

IHR

(2005)

yang

dilaksanakan

terhitung mulai tanggal 15 juni 2007, maka setiap negara anggota


diwajibkan

untuk

mengembangkan,

memperkuat,

1 Buku Saku Panduan Petugas Kesehatan tentang International Health


Regulation (2005), Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit &
Penyehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, 2008. Hal. 4

dan

mempertahankan kemampuan dasar pada setiap level administrasi,


agar

dapat

mendeteksi,

melaporkan,

serta

menangani

risiko

kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan PHEIC. Di


samping

itu,

juga

dibutuhkan

kemampuan

khusus

untuk

melaksanakan pemeriksaan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas


darat.
Negara Kesatuan vs Negara Federal
Negara kesatuan adalah

berdaulat yang diselenggarakan

sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah


yang dan pembagian administratif hanya menjalankan kekuasaankekuaesaan

yang

dipilih

oleh

pemerintah

pusat

untuk

didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh


banyak negara di dunia.
Federasi, dari bahasa Belanda, federatie dan berasal dari
bahasa

latin

foeduratio

yang

artinya

"perjanjian".

Federasi

pertama dari arti ini adalah "perjanjian" daripada kerajaan Romawi


dengan suku bangsa Jerman yang lalu menetap di provinsi Belgia,
kira-kira pada abad ke 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk
tidak memerangi sesama, tetapi untuk bekerja sama saja.
Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah sebuah
bentuk pemerintahan di mana beberapa Negara Bagian yang
bekerja sama dan membentuk kesatuan yang disebut negara
federal. Masing-masing negara bagian memiliki beberapa otonomi
khusus dan pemerintahan pusat mengatur beberapa urusan yang
dianggap nasional.

Dalam sebuah federasi setiap negara bagian biasanya memiliki


otonomi yang tinggi dan bisa mengatur pemerintahan dengan
cukup bebas. Ini berbeda dengan sebuah negara kesatuan, di mana
biasanya hanya ada provinsi saja. Kelebihan sebuah negara
kesatuan, ialah adanya keseragaman antar semua provinsi.

Strategi IHR di Indonesia


Berikut adalah masalah pokok yang kami temukan dalam proses
implementasi IHR di Indonesia :
1. Faktor

desentralisasi

menjadi

poin

utama;

perimbangan

kebijakan dan pembiayaan


2. Otonomi Daerah sebagai bagian penting dari semua kegiatan
pembangunan daerah khususnya bidang kesehatan;
3. Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pelaksanaan ratifikasi IHR dan PHEIC
4. Sistem

pendataan

dan

pelaporan

antar

capacities secara realtime dan accessible;


5. Penyediaan SDM, sarana dan prasarana.

cross-cutting

Dalam IHR disebutkan juga kapasitas bidang yang harus


dipenuhi oleh negara anggota atau yang dikenal dengan National
Core Capacities Requirements, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Legislations and policies


Co-ordinations
Surveillance
Response
Preparedness
Risk Communications
Human Resources
Laboratories

Perangkat Hukum implementasi IHR di


Indonesia
Undang Undang
1. UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
4. UU No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Udara (akan
diamandemen)
5. UU No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Laut (akan
diamandemen)
6. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
8. UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (UU PPP)
9. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
10. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumahsakit

Peraturan Pemerintah
1. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular, 2004
2. PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya danBeracun
3. PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, & Gizi
Pangan
4. PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan
antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Pemerintah
Kab/Kota
5. PP No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah
Keputusan Menteri Kesehatan
1. KepMenKes Nomor 11/MenKes/ SK/I/2002 tentang Pedoman
Pengamanan virus polio Liar Di Laboratorium
2. KepMenKes Nomor 11/MENKES SK/I/2002 tentang Pedoman
Pengamanan Virus Polio Liar di Laboratorium
3. KepMenKes Nomor 912 tahun 2003 tentang SARS sebagai
penyakit wabah
4. KepMenKes

Nomor

1116/MENKES/SK/VIII/2003

tentang

Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans, Epidemiologi


Kesehatan
5. KepMenKes

Nomor

1479/MENKES/SK/X/2003

tentang

Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi


Penyakit Menular dan Penyakit tidak Menular Terpadu

6. KepMenKes Nomor 004/MENKES/SK/I/2003 tentang Kebijakan


dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
7. KepMenKes Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman
Perencanaan Kesehatan di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota
serta RS
8. KepMenKes Nomor 68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja
9. KepMenKes
Pedoman

Nomor

949/MENKES/SK/VIII/2004

Penyelenggaraan

Sistem

tentang

Kewaspadaaan

Dini

Kejadian Luar Biasa (KLB)


10.

KepMenKes Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi


11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan)

ANALISIS
Dalam membahas Strategies For Implementing The New
International Health Regulations In Indonesia dalam National Level
Core Capacities Ini, kami menggunakan pendekatan SWOT yang
akan kami uraikan di bawah ini

Strength

1. Adanya komitmen Pemerintah Pusat dalam melaksanakan


pembangunan di bidang kesehatan, sesuai amanat UUD 1945
2. Perangkat

perundang-undangan

yang

mendasari

setiap

langkah konkrit di bidang kesehatan


3. Pembangunan SDM bidang Kesehatan
4. Peningkatan sarana dan prasarana

Weakness
1. Faktor

peraturan

kemungkinan

perundang-undangan

adanya

pertentangan

yang

antara

berlaku,
peraturan

tersebut.
2. Kondisi alam, faktor demografi, komunikasi dan transfer data,
koneksi dan transportasi antar wilayah
3. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
4. Tatakelola program bidang kesehatan

Opportunity
Pada

rapat

komnas

IHR

(2005)

sebelumnya

yang

diselenggarakan pada bulan Juni 2012, telah disepakati mengenai


rencana kerja dalam rangka percepatan implementasi IHR (2005)
sehubungan

dengan

pengajuan

permohonan

perpanjangan

implementasi di Indonesia dari tahun 2012 menjadi tahun 2014.

Threats
1. Berkembangnya berbagai penyakit yang berpotensi menjadi
pandemi, terutama airborne infection dan contact disease,
national dissaster dan lain-lain.
2. Lalulintas orang dan barang

antar negara yang semakin

masif
3. Era perdagangan bebas AFTA dan MEA, efektif Desember
2015
4. National Sovereignity

Pembentukan Komnas Implementasi IHR


Tugas Komnas Implementasi IHR (2005) adalah:
a. Merumuskan kebijakan terkait penerapan/implementasi IHR
(2005) di indonesia,
b. Koordinasi dengan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan
implementasi IHR (2005),
c. Mengaktifkan kelompok kerja dalam kondisi kedaruratan
kesehatan masyarakat,
d. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah mengenai
implementasi IHR (2005) di seluruh wilayah dan tugas-tugas
koordinasi lainnya.

Komnas Implementasi IHR memiliki 4 Pokja yang masing-masing


memiliki tanggung jawab pada:
-

Ahli bidang Pintu Masuk Negara,


Surveilans,
Penanganan Bahan Berbahaya dan
Komunikasi Risiko

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

A. Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan


Mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya
penyakit,

penyakit

kekarantinaan,

potensial

pengendalian

wabah,
dampak

surveilans
kesehatan

epidemiologi,
lingkungan,

pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan


terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di
wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
(Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor


Kesehatan Pelabuhan)
B. Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
KKP menyelenggarakan 16(enam belas) fungsi (Pasal 3 Peraturan
Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

356/Menkes/

Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan


Pelabuhan) :
1. Pelaksanaan kekarantinaan
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah,
penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali;
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion,
biologi, dan kimia;
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi
sesuai penyakit yangberkaitan dengan lalu lintas nasional,
regional, dan internasional;
7. Pelaksanaan,

fasilitasi

dan

advokasi

kesiapsiagaan

dan

penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan bencana


bidang

kesehatan,

serta

kesehatan

matra

termasuk

penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;


8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di
lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara;
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan,

kosmetika dan alat kesehatan serta bahan adiktif (omkaba)


ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan
omkaba impor;
10.

Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan

muatannya;
11.

Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;


12.

Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang

kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;


13.

Pelaksanaan

jejaring

kerja

dan

kemitraan

bidang

kesehatan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat


negara;
14.

Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko

lingkungan, dan surveilans kesehatan pelabuhan;


15.

Pelaksanaan

pelatihan

teknis

bidang

kesehatan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;


16.

Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP

Kesimpulan
Pada rapat Komnas IHR (2005) yang diselenggarakan tahun 2013 ,
telah dipaparkan hasil rapat pokja ahli tersebut, untuk kemudian
diharapkan dapat disepakati langkah-langkah yang akan diambil
untuk memenuhi dan menjalankan rencana kerja yang belum
terlaksana, sehingga bisa mempercepat implementasi IHR (2005) di

Indonesia sampai pada batas waktu yang ditentukan, yaitu bulan


Juni 2014.
1. Review

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku

sehingga tidak terjadi tumpangtindih kebijakan


2. Sinergitas RANTAI KOMANDO dan Perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah dan tata kelola program.
3. Pemutakhiran sistem pelaporan data dan sampel penyakit
berbasis IT.

Anda mungkin juga menyukai