Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
RAHMADHANI ISNA R [P27833319029] (Low back pain))
MINTARTIANI [P27833319018] (Silicosis)
SILVIA RETNA NINGTYIAS [P27833319032] (Asbestosis)
D4 - SEMESTER 3
SANITASI LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan telah disusunnya makalah ini
tentang penyebab pencemaran tanah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ……………………………………………………..…..........…..…..…. 2
c. Tujuan ………………………………………………......………………………...5
II. Pembahasan……………………………………………………………..........………...7
a. Pengertian………...……………………………………………………............8
a. Saran ………………………………………………………….........…….…… 45
b. Kesimpulan…………………………………………………........………..…... 46
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan
menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga
berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari adanya
masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kejadian Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Indonesia tahun 2011 tercatat
96.314 kasus dengan korban meninggal 144 orang dan cacat 42 orang. Pada tahun 2012 kasus
PAK dan KAK meningkat menjadi 103.000 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Indonesia belum berjalan
dengan baik. Masalah K3 tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi tanggung
jawab dari semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Pelaksanaan SMK3
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari PAK dan KAK, pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. (JKS 2015; 2: 91-95)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja?
2. Apasaja faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja?
3. Apasaja jenis – jenis Penyakit Akibat Kerja?
4. Bagaimana cara mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja?
5. Bagaimana cara pencegahan Penyakit Akibat Kerja?
6. Apasaja contoh Penyakit Akibat Kerja?
C. Tujuan
a. Umum
1. Agar mengetahui apa penyakit akibat kerja
2. Bisa Mengetahui faktor resiko apa saja yang menyebabkan penyakit akibat kerja
3. Mengetahui jenin jenis penyakit akibat kerja
4. Mengetahui cara mendiagnosis penyakit akibat kerja
5. Bisa mengerti cara mencegah penyakit akibat kerja
6. Mengetahui apa saja contoh dari penyakit akibat kerja
b. Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit akibat kerja, tujuan serta mekanisme dalam
penyakit akibat kerja
2. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit akibat kerja, prinsip serta pelaksaan
pencegahan penyakib akibat kerja
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya di
sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan
manusia (Manmade disease). Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang
disebabkan karena pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga
istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar
hukum dan perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu
penyakit yang penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur,
2009).
Ada beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium Internasional oleh ILO
dalam Anizar (2009), yaitu :
Penyakit akibat kerja (occupational disease)
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related disease)
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai etiologi yang kompleks.
Penyakit yang mengenai populasi kerja (disease affecting working populations)
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk untuk kesehatan.
Mereka yang bekerja di tambang asbestos, pabrik pesawat, truk, besi, baja,
dan keramik yang banyak terpapar asbestos memiliki risiko jauh lebih tinggi
mengalami asbestosis di kemudian hari. Pengaruh buruk paparan
bahan tersebut membuat pemerintah saat ini telah membuat peraturan terkait
penggunaan asbestos. Asbestos sudah banyak digantikan
dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan dan lebih bersahabat bagi
tubuh manusia.
b. PENYEBAB ASBESTOSIS
Penyakit asbestosis terjadi saat seseorang tidak sengaja menghirup debu yang
mengandung serat asbes secara terus menerus. Serat asbes tersebut selanjutnya
terperangkap di dalam kantong udara dalam paru-paru (alveoli) dan membentuk
jaringan parut, sehingga paru-paru menjadi kaku. Paru-paru yang kaku
menyebabkan organ tersebut tidak dapat mengembang dan mengempis dengan
normal. Akibatnya, penderita menjadi sulit bernapas. Kondisi tersebut bisa
berkembang lebih parah jika penderita memiliki kebiasaan merokok. Oleh karena itu,
keluhan utama yang dirasakan penderitanya lebih kepada gejala saluran napas seperti
batuk dan sesak. Bila tidak ditangani dengan tepat, asbestosis akan berujung pada
kerusakan paru permanen dan gangguan kerja jantung.
Asbestosis dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama jika penderita
terpapar debu asbes secara terus menerus. Komplikasi tersebut antara
lain:
Produk dengan kandungan material semen asbes, yakni pipa dan papan
lembaran.
Lantai vinil-asbes.
Kertas asbes untuk menyaring dan insulasi produk.
Bahan lapisan rem dan permukaan kopling.
Produk tekstil, seperti benang, kain pita, dan tali.
Produk semprotan untuk tujuan akustik, pemanasan, dan agar tahan api.
Sistem insulasi untuk atap, dinding, dan kompor.
Pembungkus pipa air panas.
Kain tahan panas
Penambang asbes
Pekerja perkapalan
Pekerja di jalan kereta api
Buruh pabrik asbes
Tukang bangunan
Teknisi listrik
Mekanik
d. GEJALA ASBESTOSIS
Gejala asbestosis biasanya baru muncul setelah paparan jangka lama, seperti
bekerja di dekat benda yang mengandung asbes dalam waktu paling tidak 20
tahun atau lebih. Namun, terlalu sering terpapar dengan material yang
mengandung asbes kan mempercepat waktu terkena gejala asbestosis.
Pada sebagian besar kasus, gejala asbestosis baru muncul 10–40 tahun setelah
seseorang terpapar asbes. Berikut sejumlah gejala asbestosis:
Sesak napas
Batuk kering secara terus-menerus
Bengek atau mengi
Nafsu makan menurun
Penurunan berat badan
Tubuh terasa sangat lelah
Nyeri dada atau bahu
Jari tabuh (melebar dan membengkaknya jari dan kuku jari) atau clubbing
finger
e. DIAGNOSIS ASBESTOSIS
1) Rontgen Dada
Pada pemeriksaan ini bisa didapatkan penebalan pleura dan kalsifikasi jaringan
paru.
2) CT Scan
Tes ini berfungsi untuk mengetahui volume dan kapasitas paru yang akan
berkurang pada pengidap paru.
4) Oksimetri
5) Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan histologi bertujuan untuk melihat fibrosis dan badan asbes di bawah
mikroskop. Badan asbes adalah serat asbes yang dilapisi protein feritin dan berbentuk,
seperti manik-manik panjang. Pemeriksaan histologi bermanfaat untuk menetapkan
tingkat keparahan penyakit.Seluruh pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui
lebih jauh kadar serta luas kerusakan paru yang terjadi dan tingkat kebugaran kerja paru
saat itu.
f. PENCEGAHAN ASBESTOSIS
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah suatu keadaan tidak
nyaman atau rasa nyeri yang akut pada di daerah ruas lumbalis kelima dan sakralis
(L5-S1). Nyeri yang dirasakan pada punggung bawah, biasanya disertai dengan
penjalaran dari arah kaki dan tungkai.
Low back Pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bawah yang bersumber dari
tulang belakang yaitu pada daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur
lainnnya di sekitar daerah tersebut. LBP merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low Back
Pain (LBP) dapat disimpulkan sebagai rasa sakit atau nyeri pada bagian tulang
belakang antara tulang rusuk sampai tulang ekor dan dapat pula menjalar ke daerah
lain seperti pada daerah punggung bagian atas atau pangkal paha serta rasa sakit atau
nyeri tersebut bisa disebabkan karena aktivitas tubuh yang kurang baik.
Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal lebih
lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban.
Tanda dan Gejala Low Back Pain (LBP)
Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala dapat dikategorikan ke dalam 3
kelompok yaitu:
a. Nyeri punggung bawah sederhana (daerah sepanjang tulang belakang tanpa
penjalaran atau keterlibatan saraf di bawahnya). Nyeri saat bergerak, derajat
nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari aktivitas fisik.
b. Nyeri punggung bawah dengan gangguan persyarafan
Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki.
c. Nyeri punggung bawah menurut kegawatannya
Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan
danprogresif, ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri
hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang,
penurunan beratbadan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil, dan atau
demam, pergerakanpunggung sangat terbatas dan persisten dan adanya gejala
kencing tertahan.
Faktor Resiko LBP
1. Faktor Individu
a. Usia
Umumnya keluhan pada otot skeletal mulai dirasakan pada usia 24-65
tahun. Semakin bertambah tua usia manusia maka kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.
b. Jenis Kelamin
Secara fisiologis, kemampuan otot pria lebih kuat dibandingkan dengan
wanita.
c. Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Kategori kurus dengan IMT kurang dari 18.5,
2. Kategori normal dengan IMT 18.6 – 25, dan
3. Kategori gemuk dengan IMT lebih dari 25.3738
Penelitian pada pasien dengan berat badan berlebih di poli Saraf
Prof. Dr, Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan risiko terkena
LBP lebih tinggi karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
semakin meningkat.
d. Tingkat Pendidikan
Hal ini dikarenakan erat kaitannya dengan pekerjaan yang lebih
menekankan pada kekuatan fisik seiring dengan pendidikan yang rendah.
kayu.
e. Kebiasaan Merokok
Nikotin pada rokok bisa menurunkan kualitas darah dan
menghambat aliran darah ke jaringan sehingga menimbulkan kekurangan
mineral pada tulang yang mengakibatkan nyeri karena retakan pada
tulang.
f. Kebiasaan Olahraga
Departemen kesehatan RI tahun 2001 menyebutkan bahwa
masyarakat yang tidak atau kurang melakukan olahraga beresiko terkena
berbagai macam penyakit utamanya penyakit tidak menular diantaranya
yang berhubungan dengan otot dan tulang.
2. Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja
Setiap pekerjaan yang memerlukan otot atau pemikiran yang merupakan
beban bagi pelakunya, beban tersebut meliputi beban fisik, mental ataupun
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaanya.
b. Lama Kerja
Pada umumnya seorang dapat bekerja secara baik pada rentan waktu 6 – 8
jam per hari atau dalam seminggu kurang lebih 40 – 50 jam. Maksimum
waktu kerja yang masih efisien adalah 30 menit. Apabila jam kerja
melebihi dari ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan
kecepatan kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit
meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas
kerja.
c. Sikap Kerja
Posisi kerja yang tidak aman akan menambah risiko cidera pada otot
muskuloskeletal. Terdapat tiga macam sikap kerja, yaitu:
a. Sikap kerja duduk,
b. Sikap kerja berdiri
c. Sikap kerja membungkuk.
d. Postur Janggal
Postur janggal adalah keadaan diamana bagian-bagian punggung terlalu
membungkuk, berputar, pergerakan tangan terlalu tinggi, menarik yang
berlebihan, menahan atau menarik beban yang jauh dari tubuh. Bekerja
dengan postur tubuh janggal dapat menyebabkan kelelahan dan
ketidaknyamanan.
e. Postur Statis
Selama melakukan pekerjaan statis, pembuluh darah tertekan oleh tekanan
internal dari jaringan otot sehingga darar tidak dapat mengalir ke jaringan
otot. Akibatnya otot tidak dapat menerima suplay darah yang mengandung
glukosa dan oksigen. Produk sisa metabolisme otot akan menumpuk pada
jaringan otot dan dapat menimbulkan kelelahan.
f. Repetitive Work
Pengulangan gerakan pada pekerjaan dengan pola yang sama seperti
pekerjaan menggergaji, mencangkul, angkat-angkat dan sebagainya. Pada
pekerjaan berulang ini otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa adanya relaksasi sehingga menimbulkan keluhan pada
otot.
3. Faktor Lingkungan
a. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
b. Pencahayaan
Pencahayaan sangat berpengaruh pada efisiensi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Bekerja dengan pencahayaan yang buruk
akan merangsang tubuh untuk mendekati cahaya, hal ini dapat memicu
peningkatan tekanan otot bagian atas tubuh dan meningkatkan risiko nyeri
punggung bawah.
c. Kebisingan
Kebisingan secara tidak langsung bisa memicu dan menyebabkan keluhan
nyeri punggung bawah pada pekerja karena dapat menimbulkan stress saat
berada di lingkungan kerja yang tidak baik. Orang yang menderita sakit
kepala, tekanan darah tinggi dan keluhan nyeri punggung dan leher akan
lebih terpengaruh oleh lingkungan yang bising.
Pengobatan Low Back Pain (LBP)
Penanganan nyeri punggung dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
merubah gaya hidup, Terapi non obat, dan penyembuhan menggunakan obat.
a. Merubah gaya hidup
Diusahakan untuk bergerak aktif
Menurunkan berat badan berlebih
Belajar membungkuk atau mengangkat benda dengan posisi yang tepat
Menyesuaikan postur tubuh dengan pekerjaan (sesuai ergonomi)
b. Terapi non obat
Fisioterapi, Osteopati dan chiropraktic merupakan bentuk terapi
yangmelakukan manipulasi terhadap bagian tulang punggung untuk
meredakan nyeri punggung.
c. Penggunan obat
1. Analgia
Penghilang nyeri yang bekerja dengan cara mengganggu proses transmisi
nyeri
2. Nonsteroidal OTC
Obat anti peradangan yang digunakan untuk meringankan nyeri dan
mengurangi peradangan.
3. Methocarbomol
Obat relaksasi otot yang berfungsi meredakan kejang otot
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan selalu
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan berisiko rendah
hingga berisiko tinggi. Disamping itu pemahaman dan penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal. Padahal faktor K3
sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama,
perlu adanya kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan pekerja agar terhindar dari
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari
bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja. Penegakan diagnosis
spesifik dan sistem pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Daftar Pustaka
Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 15(2). http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3260/3083
http://repository.unimus.ac.id/2585/5/bab%20II%20tinjauan%20pustaka.pdf
Salawati, Liza. 2017. Silikosis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/8603
http://jdih.depnakertaskertrans.go.id/data_puu/peraturan_file_267.pdf
http://pusatk3.com/pemeriksaan-tenaga-kerja/