Anda di halaman 1dari 3

Monica Tanady

2106722120
Fakultas Kedokteran Gigi

Resume Kuliah Umum I


Prof. Achir Yani S. Hamid, M.N.,DNSC

Kuliah umum dari Prof. Achir Yani S. Hamid, M.N.,DNSC memberikan perbekalan
yang sangat mendalam bagi mahasiswa RIK UI untuk belajar lebih lanjut tentang pengelolaan
bencana. Kuliah umum yang dilakukan di hari Jumat, 17 Februari 2023 kemarin membahas
mengenai pengertian bencana, jenis-jenis bencana, korban bencana dan perubahan yang
dialami, serta manajemen bencana. Resume ini akan membahas secara keseluruhan mengenai
pengantar pengelolaan bencana.
Dalam kuliahnya, Prof. Yani memberikan pengertian dari bencana. Mengutip dari
International Strategy for Disaster Reduction dari United Nations, bencana adalah gangguan
serius terhadap masyarakat yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik secara material,
ekonomi, atau lingkungan yang melebihi kemampuan komunitas atau masyarakat untuk
mengatasinya dengan sumber daya dan kemampuan yang mereka miliki (International
Strategy for Disaster Reduction, 2004).
Pandemi seringkali digolongkan sebagai sebuah peristiwa bencana. Dari versi terbaru
WHO, pandemi didefinisikan sebagai “wabah yang terjadi di seluruh dunia, atau di wilayah
yang sangat luas, melintasi batas-batas internasional dan biasanya mempengaruhi sejumlah
besar orang” (World Health Organization, 2020). Dari definisi tersebut, pandemi memiliki
karakteristik yang sama dengan bencana. Pandemi merupakan peristiwa yang datang secara
tiba-tiba dan merugikan manusia, sehingga bisa dikatakan sebagai bencana.
Bencana terdiri dari beberapa jenis. Pertama, yaitu bencana alam. Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Kedua, yaitu bencana
buatan manusia, meliputi konflik senjata, bom, perang, dan lain-lain. Selanjutnya, yaitu
bencana teknologi, disebabkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan
kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri (Badan Penanggulangan
Bencana Daerah) misalnya kecelakaan transportasi, gedung runtuh, polusi udara beracun,
kecelakaan pesawat. Jenis bencana terakhir yaitu pandemi, misalnya SARS dan Covid-19.
Bencana tentu menimbulkan korban. Ada korban yang mengalami trauma karena
bencana atau pandemi. Mereka rentan mengalami cedera fisik, Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD), dan depresi setelah kejadian. Penyelamat atau responder, juga merupakan
korban. Tenaga kesehatan dan relawan yang terpapar trauma dan PTSD ketika melihat
penderitaan orang lain, takut bencana atau pandemi yang telah terjadi akan mengancam
dirinya. Terakhir, masyarakat luas yang terdampak secara langsung pun dapat menjadi
korban. Kelompok ini dapat mengalami gangguan psikologis karena mengamati kejadian dan
informasi tentang bencana/pandemi dari jauh.
Sebagai korban, dampak yang dirasakan tidak hanya secara material, finansial,
ataupun nyawa, tetapi juga aspek psikososial yang tidak terlihat. Psikososial adalah relasi
yang dinamis antara aspek psikologis dan sosial seseorang (Kemenppa, 2013). Kemunculan
bencana alam sering dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai ketentuan Tuhan. Sehingga
manusia lepas dari rasa “tanggung jawab” sebagai penyebab bencana. Berbeda dengan
bencana yang diakibatkan manusia. Bencana tersebut akan menimbulkan rasa amarah dan
saling menyalahkan, sehingga menimbulkan luka emosional yang sulit disembuhkan.
Contoh yang paling dekat dengan pengalaman kita sendiri adalah pandemi Covid-19.
Pandemi yang terjadi membuat masyarakat harus melakukan physical dan social distancing,
sehingga tidak dapat mencari nafkah, ekonomi makin terpuruk, kegiatan bersosialisasi pun
terbatas. Di sisi lain, ada perasaan takut terinfeksi. Masyarakat memikirkan keselamatan diri
dalam ketidakpastian, menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa, stigmatisasi, rindu
dan kurang dukungan psikososial. Emosi-emosi negatif ini dapat menyebabkan stres dan
trauma.
Respons terdiri dari beberapa jenis, yaitu respons fisik-biologis, respons psikologis,
respons fisiologis, serta respons psikososial dan spiritual. Respons fisik-biologis meliputi
fight or flight response. Fight response merupakan respons siap secara fisiologi untuk
menyerang, sementara flight response melibatkan upaya untuk menjaga sumber dalam tubuh.
Respons ini terlihat melalui kondisi fisik seseorang, misalnya insomnia, palpitasi, fatigue,
nyeri dada, hilang nafsu makan, sakit kepala ringan, bruxism, dan masih banyak lagi.
Respons psikologis terlihat melalui perilaku dan penampilan, misalnya korban menjadi
mudah curiga, mudah tersinggung, sering berdebat dengan orang di sekitarnya, menarik diri
dan takut keluar rumah, menjadi sangat pendiam, dan masih banyak lagi. Selain itu, respons
psikologis juga dapat diamati dari perasaan dan emosi seseorang, misalnya shock, marah,
overwhelmed, putus asa dan depresi. Respons fisiologis meliputi pikiran, keyakinan, dan
persepsi seseorang. Mimpi buruk berulang-ulang, selalu terpikirkan tentang bencana,
konsentrasi buruk, bingung, dan disorientasi adalah hal yang umum dialami oleh korban.
Terakhir, respons psikososial dan spiritual umumnya berkaitan dengan hubungan dan
interaksi dengan orang lain.
Bencana merupakan peristiwa yang dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui manajemen bencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka usaha pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan yang berkaitan dengan kejadian bencana. Manajemen bencana
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kerugian dan risiko yang mungkin terjadi dan
mempercepat proses pemulihan setelah bencana itu terjadi.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam 3 (tiga)
kegiatan utama, yaitu kegiatan prabencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini; kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan
tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan Search And
Rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; kegiatan pasca bencana yang mencakup
kegiatan pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Selain tiga kegiatan utama, terdapat manajemen psikososial. Manajemen psikososial
penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah gangguan jiwa, dan
meningkatkan akses pelayanan kesehatan jiwa. Manajemen psikososial ini terutama
dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada orang yang sehat, berisiko, dan terutama sakit.
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meminimalisasi dampak bencana dengan
memberikan edukasi, motivasi, dan dukungan kepada yang korban yang tidak tahu, tidak
mampu, dan tidak mau. Pada saat bencana terjadi, tenaga kesehatan wajib memastikan
keselamatan korban, memberikan pertolongan pertama, memberikan asuhan gawat darurat,
dan melakukan integrasi aspek psikososial.
Korban bencana membutuhkan banyak dukungan. Seringkali dukungan yang
diberikan berupa pertolongan medis dan donasi. Namun, dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial tidak kalah penting. Dukungan psikososial berpegangan pada tiga prinsip, yaitu;
look (observasi, perhatikan, lihat tanda dan gejala), listen (dengarkan keluhan), dan link
(rujuk dan hubungkan dengan sistem pendukung). Dukungan psikososial dapat berupa
memberikan asuhan dan dukungan praktis, mengkaji kebutuhan dan hal penting, membantu
memenuhi kebutuhan dasar, memberikan rasa nyaman, menolong menghubungkan untuk
peroleh informasi, layanan dan dukungan sosial, dan melindungi dari bahaya lebih lanjut.
Pada akhirnya, bencana tidak hanya menimbulkan kehilangan dan duka. Bencana juga
menjadi guru terbaik bagi manusia. Adanya bencana membuat manusia belajar dan
beradaptasi, menjalani cara hidup baru, dan menguatkan satu sama lain. Dari pandemi
Covid-19, masyarakat menjadi semakin menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
semakin tanggap terhadap perubahan teknologi, lebih dekat dengan keluarga, memperoleh
pembelajaran tentang penyelesaian masalah dan mencari solusi bersama, meningkatkan
toleransi lingkungan sosial melawan stigmatisasi, dan menghasilkan minat baru.

Referensi :
Dharmono, Suryo, dr. SPKJ. 2005. Principles of Psychosocial Intervention Disasters. Center for Disaster and Violence
Study. Dept. of Psychiatry. University of Indonesia, Depok.
BNPB. Definisi Bencana, BNPB. Available at: https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana. Accessed February 23, 2023.
Hamid, Achir Yani. 2023.Manajemen Psikososial pada Bencana. Faculty of Nursing. University of Indonesia, Depok.
Kelly, Heath. ‎2011‎. The Classical Definition of a Pandemic is Not Elusive. Bulletin of the World Health Organization, 89
(‎7)‎, 540 - 541. World Health Organization.
What is a Disaster?. International Federation of Red Cross and Red Crescent. Available at: https://www.ifrc.org. Accessed
February 24, 2023.

Anda mungkin juga menyukai